Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA BERMAIN

BLOK KEPERAWATAN ANAK

Oleh:
Herman Setiawan (2018104610110)
Irkham Mahyudin (2018104610110)
Annisa Immaduddin (2018104610110)
Dian Samsyiar N (2018104610110)
Novi Kartika Dewi (201810461011074)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang


direncanakan atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani
terapi dan perawatan sampai anak di pulangkan kembali ke rumah (Supartini, 2014).
Anak prasekolah menggambarkan bahwa hospitalisasi sebagai hukuman dan
perpisahan dengan orang tua sebagai kehilangan kasih sayang (Muscari, 2005). Stres
dan kecemasan anak saat menjalani hospitalisasi dipengaruhi oleh karakteristik
personal anak, yang meliputi umur, jenis kelamin, budaya, pengalaman hospitalisasi
dan pengalaman medis sebelumnya (Mahat & Slocoveno dalam Tsai, 2007).

Perawatan anak sakit selama dirawat di rumah sakit atau hospitalisasi


menimbulkan krisis dan kecemasan tersendiri bagi anak dan keluarganya. Saat anak
berada di rumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing dan pemberi
asuhan yang tidak dikenal. Anak juga sering kali berhadapan dengan prosedur yang
menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian, dan berbagai hal yang tidak diketahui

Bermain merupakan aktifitas yang dapat dilakukan anak sebagai upaya


stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya. Bermain pada anak di rumah sakit
menjadi media bagi anak untuk mengekspresikan perasaan relaksasi dan distraksi
perasaan yang tidak nyaman. Oleh karena itu, penting sekali bagi perawat memahami
konsep bermain dan implikasinya pada anak terutama selama dalam perawatan di
rumah sakit sebagai bagian dari asuhan keperwatan yang harus dijalankan.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan terapi bermain pada anak 3-5 tahun selama 60 menit, anak
diharapkan bisa mengekspresikan perasaaannya dan menurunkan kecemasannya,
merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap
perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit, serta
dapat melanjutkan tumbuh kembang anak yang normal atau sehat.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :
1. Bisa merasa tenang selama dirawat.
2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
3. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4. Gerakan motorik halus pada anak lebih terarah
5. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat
diruang yang sama.
6. Ketakutan dan kejenuhan selama dirawat di rumah sakit menjadi berkurang.
7. Melatih sosial emosi anak.

D. Sasaran

Sasaran dalam terapi bermain ini adalah anak usia >3 tahun yang dirawat di
rumah sakit, kooperatif, dan kondisi anak sudah memungkinkan untuk diajak
bermain.

BAB II

PELAKSANAAN

A. Rencana Kegiatan Terapi


1. Jenis Program Bermain
Latihan bernafas dalam untuk merangsang batuk efektif
2. Karakteristik Bermain
a. Melatih motorik kasar
b. Melatih kesabaran, keterampilan dan ketelitian
3. Karaketristik Peserta
a. Usia >3 tahun
b. Jumlah peserta : 2-4 Anak
c. Keadaan umum mulai membaik
d. Klien dapat duduk
e. Peserta kooperatif
4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Jum’at, 31 Mei 2019
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : Ruang Anak RSI Aisyiyah Malang
5. Metode
Demonstrasi dan praktik
6. Alat-alat yang digunakan (Media)
a. Sedotan
b. Bola

7. Denah Lokasi

Perawat
( Terapis ) Anak 2
Anak 1

perawat
perawat

Anak 4 Anak 3
B. Strategi Pelaksanaan perawat

No Terapis Waktu Media dan Target


terapi
1 Persiapan (Pra interaksi) 5 menit Peralatan Bermain
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan Peserta (anak)

2 Pembukaan (Orientasi) 5 menit Anak menjawab


a. Mengucapkan salam
salam, anak saling
b. Memperkenalkan diri
c. Anak yang akan bermain saling berkenalan, anak
berkenalan memperhatikan
d. Menjelaskan Maksud dan Tujuan
terapis
3 Kegiatan (Kerja) 30 menit Anak
o Anak diminta mengambil
memperhatikan
peralatan bermain untuk masing- penjelasan terapis,
masing anak anak melakukan
 Kemudian setiap anak diberikan
kegiatan yang
contoh kegiatan:
 Setiap anak meniup sedotan untuk diberikan oleh
mendorog bola agar cepat sampai terapis, anak
ke garis finish memberikan
respon yang baik
4 Penutup (Terminasi) 5 menit Anak tampak
a. Memberi reward pada anak atas hasil
senang, menjawab
karyanya.
salam
 Memberi reward yang lebih untuk
anak yang hasil yang paling cepat
sampai duluan
Memberikan salam penutup

C. Evaluasi yang diharapkan

 Evaluasi Struktur

1) Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan


klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2) Posisi tempat di lantai menggunakan tikar.
3) Anak sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4) Alat yang digunakan dalam kondisi baik
 Evaluasi Proses

1) Terapis mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.


2) Terapis mampu memotivasi adik-adik dalam kegiatan.
3) Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
 Evaluasi Hasil

1) Anak dapat menyelesaikan satu kegiatan efektif yang dapat menunjang terapi
2) Anak dapat aktif dan mengikuti kegiatan
3) Anak merasa senang dan gembira
4) Mengurangi rasa takut anak pada perawat
LAMPIRAN MATERI
A. DEFINISI
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun
tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia.
Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan.
Menurut Groos (Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk
berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain
berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008),
bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain akan
semakin mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan
kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya,
menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008). Bermain
adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-
kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah
kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan.
(Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja
pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan
lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”

B. FUNGSI BERMAIN
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat
mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan
taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik
akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan
visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih
cepat berkembang di bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.

2. Membantu Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat
pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan
bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal,
mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami
bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam
permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.

3. Meningkatkan Sosialisasi Anak


Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia
bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan
ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain
dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain,
kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru,
jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang

4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi
objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif
melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.

5. Meningkatkan Kesadaran Diri


Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh
dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu
yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan
dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres
dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak
terhadap dunianya.

7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak


Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di
sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan
yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

C. MANFAAT BERMAIN
Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-
organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

D. MACAM - MACAM BERMAIN


1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ;
Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi
dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam
bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif
bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.

E. ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)


Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh
alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali,
dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape,
TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu
dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang
dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dan lain-lain.

F. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN


1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIFITAS BERMAIN


1. Tahap perkembangan
2. Jenis kelamin anak
3. Status kesehatan anak
4. Lingkungan yang tidak mendukung
5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak

H. PETUNJUK PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN (PRA-SEKOLAH)


1. Dari aspek fisik
Di rentang usia 3-5 tahun dengan titik puncak di usia 5 tahun, kemampuan
motorik anak, baik kasar maupun halus, sudah mencapai tingkat kematangan. Untuk
motorik kasar, anak sudah bisa berjalan, berlari, melompat, berdiri dengan satu kaki,
bahkan memanjat. Sedangkan untuk motorik halus, anak sudah bisa menjimpit
benda-benda kecil, semisal koin. Mulai usia 5 tahun ke atas seharusnya anak sudah
mampu memegang pensil dengan benar seperti yang dilakukan orang dewasa pada
umumnya. Namun ingat, kemampuan memegang pensil dengan benar ini bukan
berarti anak juga wajib bisa menulis
2. Dari aspek sosial
Di usia ini anak seharusnya sudah terampil berinteraksi dengan teman sebayanya.
Peran peer group mulai terlihat penting. Jadi, jika anak di rentang usia ini masih
soliter alias asyik dengan dunianya sendiri, khususnya bagi anak usia 4 tahun ke atas,
berarti dia mengalami keterhambatan dalam perkembangan social
3. Dari aspek kognisi
Wajarnya anak di rentang usia ini sudah masuk fase praope-rasional. Dalam bahasa
awamnya, anak sudah dapat membayangkan objek tertentu atau seseorang hanya dari
deskripsi, nama atau suaranya.
4. Dari aspek bahasa

3-4 tahun Menguasai lebih dari 1.000 kosakata. Penguasaan tata bahasanya pun
meningkat pesat. Contohnya, sudah bisa mengatakan, "Aku mau
makan pisang manis."
Anak mulai kenal sopan santun saat bicara. Misalnya, ketika
menjawab pertanyaan guru atau orang dewasa, ia sudah bisa memilih
4-6 tahun kata yang lebih santun.

5. Dari aspek kepribadian


Di rentang usia ini anak diharapkan memiliki inisiatif untuk bereksplorasi sebanyak
dan sejauh mungkin. Sayangnya, anak kerap dihadang oleh aturan-aturan tertentu
yang membatasi eksplorasinya.

I. KARAKTERISTIK BERMAIN USIA 3-5 TAHUN (PRASEKOLAH)


1. Cross motor and fine motors
2. Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
3. Sangat energik dan imaginative
4. Mulai terbentuk perkembangan moral
5. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
6. Assosiative play
7. Dramatic play
8. Skill play
9. Laki-laki aktif bermain di luar
10. Perempuan didalam rumah

Alat permainan yang cocok untuk anak usia 3-5 tahun:


1. Peralatan rumah tangga
2. Sepeda roda Tiga
3. Papan tulis/kapur
4. Lilin,boneka,kertas
5. Drum,buku dengan kata simple,kapal terbang,mobil,truk

TERAPI BERMAIN KETIKA ANAK HOSPITALISASI


Tujuan kegiatan :
a. Memberi informasi.
b. Memicu normalisasi.
c. Menggunakan sistem pendukung yang dikenal.
d. Mengidentifikasi teknik koping.
Contoh kegiatan :
a. Mendesain tanda selamat datang.
b. Memicu orang tua mengisi angket mengenai ritual anak
c. Memicu orang tua membawa foto dan mainan
d. Memberi daftar kegiatan rumah sakit.
e. Proaktif melakukan permainan.
BERMAIN DI RUMAH SAKIT
Menurut Thompson ED. (1992) prinsip bermain di rumah sakit adalah :
1. Kelompok umur yang sama
2. Permainan akan lebih efektif apabila dilaksanakan dalam kelompok umur yang sama
agar jenis permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia dan tingkat
perkembangan anak.
3. Pertimbangan keamanan dan infeksi silang
4. Permainan yang digunakan hendaknya yang mudah dicuci agar infeksi silang dapat
dihindari.
5. Tidak banyak energi serta permainan singkat
6. Anak yang sakit biasanya tidak memiliki energi yang cukup untuk bermain sehingga
permainan yang diberikan harus merupakan permainan yang tidak menguras tenaga
energi yang besar
7. Waktu bermain perlu melibatkan orang tua
8. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tua, maka hubungan orang tua dengan
anak akan lebih akrab dan kelainan atau perkembangan penyakit dapat segera diketahui
secara dini.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah. Diakses Pada
Tanggal 11 Desember 2012. www.nursingbegin.com
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai