Oleh:
Kelompok
Erin Yuli Isnawati
(A1M013027)
Nabila Faradina Iskandar (A1M013031)
Erni Astutiningsih
(A1M013038)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya waktu. Kesadaran ini
dipengaruhi oleh semakin majunya teknologi informasi di bidang pangan,
sehingga masyarakat atau konsumen lebih sadar terhadap segala perubahan yang
ada. Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap produk
pangan yang hanya mengalami sedikit proses pengolahan, seperti pada
pengolahan buah-buahan dan sayuran dengan tanpa menghilangkan sifat-sifat
bahan segarnya. Gerakan kembali ke alam (back to nature) dalam industri pangan
membawa dampak makin meningkatnya permintaan terhadap produk pangan yang
hanya mengalami sedikit proses pengolahan atau disebut dengan teknologi olah
minimal. Dengan meminimalisasi proses pemasakan atau pengolahan suatu bahan
pangan dapat mengurangi berkurangnya nilai gizi yang terkandung dalam bahan
makanan tersebut. Dalam teknologi olah minimal terdapat berbagai macam teknik
pengolahan, dan di antaranya dengan cara pengolahan menggunakan panas.
Teknologi olah minimal (minimally processing) merupakan kegiatan
pengolahan yang mencangkup mulai dari pencucian, sortasi, pembersihan,
pengupasan, hingga pemotongan tetapi tetap tidak mempengaruhi nilai gizinya.
Contoh dari produk yang diolah minimal adalah salad buah dan sayur, produk
buah sayur potong/irisan (fresh cut product) dalam bentuk tunggal atau campuran
yang siap untuk dikonsumsi (ready to eat) dan siap masak (ready to cook).
Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae
yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar
Mexsiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah
tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah
dataran dan pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah
meja bermutu dan bergizi yang tinggi (Prihatman, 2000). Pepaya (Carica papaya
L.) buah menjadi cepat komoditas penting di seluruh dunia, baik sebagai buah
segar dan sebagai produk olahan. Pepaya adalah buah yang sangat sehat, dan
memiliki nilai jual karena dari yang warna yang menarik, rasa, kesegaran, dan
aroma khas.
Di India, terlepas dari produksi pepaya, tidak ada pengolahan primer di
tingkat petani atau pada tingkat grosir/pengecer. Pepaya dipasarkan segera setelah
panen tanpa yang pengemasan yang. Peeling, penghilangan biji dan pemotongan
sebelum dikonsumsi dinilai sebagai kegiatan yang membuang waktu. Buah dan
sayuran yang diproses secara minimal menjadi semakin populer, karena
kenyamanan dan manfaat makanan pada kesehatan konsumen. Pengolahan
minimal pada buah-buahan dan sayuran ditujukan untuk menjaga kesegaran
produk, mudah didistribusikan tanpa kehilangan kualitas gizinya. Buah atau
sayuran yang mengering menjadi masalah utama dengan memotong buah pepaya
dan hal ini dapat sebagian dikurangi dengan plastic wrap.
Pemanasan telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengendalikan
spora jamur dan infestasi serangga dalam buah-buahan dan sayuran (Lurie, 1998).
Pemanasan ringan telah digunakan untuk meningkatkan kualitas dan umur simpan
banyak produk hortikultura. Efek menguntungkan dari pemanasan telah dikaitkan
dengan sintesis protein heat shock protein. Dinding sel mendegradasi enzim dan
produksi etilen yang terganggu atau tertunda karena
pemanasan. Menurut
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari efek waktu pemanasan
ringan dan material kemasan pada kualitas fisik-kimia dan umur simpan pepaya
yang diproses minimal dan disimpan di bawah kondisi suhu dingin.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini pisau, refrigerator, kemasan
plastik jenis LDPE, polypropylene (PP), cling film dan tray terbuka dan lain
sebagainya sedangkan untuk bahan yang digunakan adalah pepaya setengah
matang jenis Punjab yang diperoleh dari pasar grosir di Ludhiana, larutan
kalsium hidroksida 4 %, indikator PP, dan larutan NaOH
B. Metode Penelitian
1. Persiapan sampel
Sampel pepaya utuh dibuat dua perlakuan yakni kontrol dan dilakukan uji
MHPT. Uji MHPT dilakukan dengan sampel dibungkus menggunakan
kain kemudian direndam dalam air panas (suhu 45C) dengan waktu
berbeda yakni 15 menit, 30 menit dan 45 menit. Kemudian sampel
disimpan dalam ruang dingin (1oC dan RH 95% ) selama 24 jam.
Kemudian sampel dengan perlakuan kontrol dan MHTP dikupas, dibuang
bijinya dan dipotong kubus. Lalu sampel dicelupkan ke dalam 100 ppm
natrium solusi hipoklorit selama 30 s kemudian dilakukan perendaman
dengan larutan larutan kalsium hidroksida 4 % selama 6 jam. Setelah itu
sampel dicuci dengan air mengalir.
2. Pengemasan sampel
Sampel yang telah diberi perlakuan kemudian dikemas dalam empat jenis
film kemasan berbeda yakni kemasan jenis LDPE, polypropylene (PP),
cling film dan tray terbuka. Setiap kemasan berisi 120 gram berat sampel.
Dalam kemasan diberi lubang keci-kecil untuk mencegah kondensasi uap
air. Kemudian sampel disimpan dalam kondisi dingin (suhu variasi 5oC
1oC, kelembaban relatif 95%). Pepaya dianalisis untuk perubahan fisiokimia secara berkala.
3. Parameter Kualitas
a. Susut bobot
warna
sampel
segar
dan
disimpan
diukur
dengan
dimana
menunjukkan
ringan,
mengindikasikan
Keasaman
Ditentukan dengan menggunakan reagen yaitu alkohol 90%, 0,1 N
NaOH dan indikator PP. Persentase titrasi keasaman adalah
dihitung sesuai AOAC (2000).
BAB III
PEMBAHASAN
1.
2. Tekstur (ketegasan)
Tekstur (ketegasan) potong pepaya segar adalah 3,543 kgf. Dari Tabel 1,
jelas bahwa ada penurunan yang signifikan dari tekstur sampel papya yang diolah
dengan minimal prosesing dengan meningkatanya periode penyimpanan terlepas
dari lama waktu MHPT dansjenis
Menurut
selama
penyimpanan
dapat
dikaitkan
dengan
perkembangan
Perubahan warna
Nilai warna buah awal yaitu yang L = 35,54 1,0; a = 33,73 0,5, b =
Hal ini jelas dari Tabel 1 bahwa dengan peningkatan waktu MHPT ada
penurunan dalam perubahan warna dan perubahan warna minimum diamati
selama 45 menit MHPT sampel hal ini mungkin dikarenakan inaktivasi
peroksidase enzim. Hasil yang serupa diamati untuk segar-potong 'Halus Cayenne'
nanas bila disimpan pada 10oC, melaporkan perubahan kecil dalam nilai L * dan b
*karena reaksi pencoklatan yang disebabkan oleh aktivitas polifenol oksidase
(PPO) (Gonzlez-Aguilar et al., 2004b).
4. Tingkat Keasaman
Tingkat potong pepaya segar adalah 0,33%. Tingkat keasaman dari pepaya
minimal diproses dikemas di bawah film plastik menunjukkan trend penurunan
secara linear dengan peningkatan periode penyimpanan. (Gambar 1). Jenis bahan
pengemas, lama waktu MHPT, dan lama penyimpanan mempengaruhi tingkat
keasaman sampel (p = 0,05). Sampel yang diberi perlakuan MHPT memiliki
retensi yang lebih baik dari keasaman dibandingkan dengan sampel yang tidak
diberi perlakuan MHPT. Pengemas film juga membantu dalam retensi yang lebih
baik keasaman hal ini dikarenakan hidrolisis penurunan asam organik dan asam
organik yang teroksidasi secara lambat karena respirasi yang menurun. Pengemas
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan yang didapat dari pembahasan di atas adalah :
1. Umur simpan pepaya yang diproses minimaln bisa diperpanjang selama 8
hari bila disimpan pada suhu 5oC. Pretreatment menggunakan panas ringan
(MHPT) mampu menjaga kualitas pepaya yang diproses minimal.
2. Pepaya yang dikemas dengan LDPE memiliki umur simpan yang lebih baik
dalam hal atribut kualitas bila dibandingkan dengan sampel terbuka, PP, serta
sampel yang dikemas menggunakan cling film.
3. Secara keseluruhan, MHPT 45 menit dan pengemasan menggunakan LDPE
memberikan hasil yang paling baik dari aspek penerimaan secara
keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
New
Md. Shafiq Alam*, Baljinder Kaur, Kalika Gupta, Sunil Kumar. 2013. Studies on
refrigerated storage of minimally processed papaya (Carica papaya L.).
Agric Eng Int: CIGR Journal Vol. 15, No.4 275. Punjab. Department of
Processing and Food Engineering, Punjab Agricultural University.
Mir, N. and R.M. Beaudry. 2004. Modified Atmosphere Packaging. Available at
www.ba.ars.usda.gov/hb66/015map.pdf. (accessed 20 December, 2007)