SKRIPSI
GRACE NATALIA
NIM : 150600209
MEDAN 2019
Tahun 2019
ABSTRAK
Grace Natalia
Pengaruh Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Sebagai Alternatif
Bahan Home Bleaching Terhadap Perubahan Warna Gigi Menggunakan Sistem
CIELAB (In-Vitro)
xii + 69 halaman
Bleaching adalah salah satu prosedur pemutihan gigi yang mengubah warna
sampai mendekati warna gigi asli secara kimiawi dimana tujuan utamanya adalah
mengembalikan fungsi estetika. Penggunaan hidrogen peroksida untuk memutihkan gigi
dapat merusak permukaan email gigi sehingga dapat terjadi demineralisasi pada struktur
email. Adanya kelemahan ini peneliti mencari alternatif bahan dental bleaching alami
yang lebih aman diantaranya adalah buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang
mengandung senyawa karboksilat dan peroksida yang dapat memutihkan gigi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan perubahan warna email
gigi sebelum dan sesudah pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh sebagai bahan
bleaching alami.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan rancangan
penelitian pre and post test group design dengan menggunakan 6 sampel gigi molar tiga
pascaekstraksi yang dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok 1 diaplikasikan gel ekstrak
belimbing wuluh konsentrasi 70%, kelompok 2 diaplikasikan gel ekstrak belimbing
wuluh konsentrasi 80%, kelompok 3 diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh
konsentrasi 90%, dan kelompok 4 diaplikasikan karbamid peroksida 16%. Lama
pengaplikasian bahan yaitu 4 jam perhari selama dua minggu. Perubahan warna email
dianalisis dengan metode digital fotokolorimetrik CIELAB.
Kata kunci : bleaching, karbamid peroksida 16%, gel ekstrak belimbing wuluh
Daftar rujukan : 39 (2002-2019)
TIM PENGUJI
Segala puji, hormat dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat, rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Tumpak Siahaan dan Ibu
Nelly Yuly atas segala kasih sayang, bimbingan, doa, dukungan baik moral maupun
materi, dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis. Terima kasih kepada kakak
penulis Sumando Siahaan, dan adik penulis Jane Evelyn Siahaan.
Selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran-saran, dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Cut Nurliza, drg., M.Kes., Sp.KG (K) selaku Ketua Departemen Ilmu
Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K) selaku dosen pembimbing
utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan,
penjelasan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
4. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dengan memberikan
saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi.
5. Prof. Monang Panjaitan, drg., MS selaku dosen penasehat akademik yang
telah membimbing dan memberi motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan
akademik.
6. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku ketua Komisi Etik
Penelitian Bidang Kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
persetujuan pelaksanaan penelitian ini.
Grace Natalia
NIM: 150600209
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x
vi
Universitas Sumatera Utara
2.6 Bahan Pemutih Gigi.................................................................................... 12
2.6.1 Hidrogen Peroksida ................................................................................. 12
2.6.2 Karbamid Peroksida ................................................................................ 13
2.7 Mekanisme Pemutihan Gigi ....................................................................... 14
2.8 Indikasi dan Kontraindikasi Bahan Bleaching ........................................... 16
2.9 Efek Samping Bahan Pemutih Gigi ............................................................ 16
2.9.1 Efek Samping Terhadap Jaringan Keras Gigi ......................................... 16
2.9.2 Efek Samping Terhadap Pulpa ................................................................ 17
2.9.3 Efek Samping Terhadap Jaringan Lunak ................................................ 17
2.10 Metode Evaluasi Stabilitas Warna ............................................................ 18
2.10.1 Pengukuran Warna Metode Subjektif ................................................... 18
2.10.2 Pengukuran Warna Metode Objektif ..................................................... 19
2.11 Potensi Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh Sebagai Bahan
Pemutih Gigi ............................................................................................ 22
2.11.1 Klasifikasi Belimbing Wuluh ................................................................ 23
2.11.2 Komposisi Mineral Buah Belimbing Wuluh ......................................... 23
2.11.3 Komposisi Asam Organik Buah Belimbing Wuluh .............................. 24
2.12 Mekanisme Pemutihan Gigi dengan Belimbing Wuluh ........................... 24
2.12 Kerangka Teori ......................................................................................... 26
vii
Universitas Sumatera Utara
4.6 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 37
4.6.1 Pembuatan Ekstrak Buah Belimbing Wuluh ........................................... 37
4.6.2 Pembuatan Formulasi Basis HPMC (Hydroxypropyl methylcellulose) .. 40
4.6.3 Pembuatan Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh .................................... 40
4.6.4 Persiapan Sampel Gigi............................................................................. 41
4.6.5 Pewarnaan Pada Sampel Dengan Kopi ................................................... 42
4.6.6 Pengukuran Perubahan Warna Gigi Sebelum Dilakukan Bleaching....... 43
4.6.7 Perlakuan Terhadap Sampel .................................................................... 44
4.6.8 Pengukuran Perubahan Warna Gigi Sesudah Dilakukan Bleaching ....... 45
4.7 Analisis Statistik ......................................................................................... 46
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
x
Universitas Sumatera Utara
26. Pelapisan dengan cat kuku ................................................................................. 42
27. Larutan kopi ....................................................................................................... 42
28. Potongan sampel gigi direndam dengan larutan kopi ........................................ 43
29. Foto sampel gigi menggunakan metode digital fotokolorimetrik ...................... 43
30. a. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok I
b. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok II
c. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok III
d. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok IV ............................................ 45
31. Foto sampel gigi kelompok 1 sebelum dilakukan bleaching ............................. 47
32. Foto sampel gigi kelompok 1 sesudah dilakukan bleaching .............................. 47
33. Foto sampel gigi kelompok 2 sebelum dilakukan bleaching ............................. 49
34. Foto sampel gigi kelompok 2 sesudah dilakukan bleaching .............................. 49
35. Foto sampel gigi kelompok 3 sebelum dilakukan bleaching ............................. 50
36. Foto sampel gigi kelompok 3 sesudah dilakukan bleaching .............................. 50
37. Foto sampel gigi kelompok 4 sebelum dilakukan bleaching ............................. 51
38. Foto sampel gigi kelompok 4 sesudah dilakukan bleaching .............................. 51
39. Grafik rata-rata selisih perubahan warna ........................................................... 56
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Alur pikir
2 Alur penelitian
3 Hasil Uji Statistik
4 Surat Keterangan Ethical Clearence
5 Surat Identifikasi Tanaman dari Herbarium Medanense USU
6 Surat Keterangan Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU
7 Perkiraan Jadwal Kegiatan
xii
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
konsentrasi tinggi yaitu 30-35%. Teknik ini digunakan pada pasien yang tidak dapat
menggunakan tray atau pada pasien yang menginginkan perubahan warna gigi dengan
cepat dan terkontrol langsung oleh dokter gigi.1,5 Teknik home bleaching atau disebut
juga nightguard vital bleaching menggunakan tray atau night guard yang dapat
dilakukan oleh pasien di rumah dan dibawah pengawasan dokter gigi dengan
menggunakan bahan karbamid peroksida 10-15%.1,4,5
Ada dua macam bahan bleaching eksternal yang umum digunakan yaitu
hidrogen peroksida dan karbamid peroksida.1 Karbamid peroksida merupakan gabungan
dari hidrogen peroksida dan urea yang disebut juga urea peroksida. Kedua bahan ini
akan terurai menjadi H2O dan O2. Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan mengalami
dekomposisi secara perlahan dan melepaskan onasen. Pada konsentrasi yang sangat
tinggi, hidrogen peroksida dapat bersifat mutagenik dan memungkinkan untuk
menyebabkan kerusakan pada ikatan DNA.5
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa proses bleaching menggunakan
hidrogen peroksida dapat merusak permukaan email, yang meliputi degradasi email,
peningkatan porositas, erosi email, dan penurunan kekerasan email.2 Penggunaan
karbamid peroksida dengan konsentrasi lebih dari 10% dapat menurunkan jumlah
fosfat, kalsium, dan fluoride pada email. Akibatnya terjadi penurunan microhardness
email lebih cepat karena demineralisasi pada struktur email.1 Kekerasan email
dipengaruhi oleh banyaknya jumlah bahan anorganik seperti kalsium dan
hidroksiapatit. Larutnya sebagian kalsium dari kristal hidroksiapatit menyebabkan
kekerasan email menurun, sehingga rentan terhadap terjadinya karies. Bleaching juga
dapat menimbulkan gigi sensitif terhadap perubahan suhu, iritasi pada mukosa,
penurunan komponen seperti kalsium, fosfat, dan postasium pada jaringan keras gigi
yang berakibat pada penurunan tingkat kekerasan gigi dan perubahan morfologi
permukaan email pada mahkota gigi.4 Gigi dapat menjadi sensitif karena hidrogen
peroksida yang merusak prisma rod enamel, menyebabkan tersingkapnya dentin secara
mikroskopis. Hydrogen peroksida dalam bentuk gel atau pasta memiliki sifat hipertonik
dibandingkan cairan pada struktur gigi dan jaringan sekitarnya.1,5 Kondisi ini
menyebabkan terjadinya proses penyerapan air dari tekanan yang lebih rendah. Proses
tersebut menyebabkan rasa ngilu dan sensitif.6
Penelitian Riani (2015) menyatakan bahwa hidrogen peroksida 30% dapat
menurunkan kekerasan email dan dentin, yaitu 15 menit pada email dan 5 menit pada
dentin. Karbamid peroksida 10% menurunkan kekuatan mikrodentin dan dipengaruhi
oleh waktu kontak dengan email gigi. Hidrogen peroksida 30% dapat merubah struktur
kimia dentin dan sementum sehingga lebih mudah untuk kehilangan komponen organik.
Peroksida terdeteksi di dalam pulpa 15 menit setelah email terpapar hidrogen peroksida
10%, 15%, dan 30% sehingga menimbulkan gangguan kerja enzim. Perubahan sel-sel
enzim di dalam pulpa ini yang mungkin dapat menyebabkan timbulnya sensitifitas
pulpa.5
Adanya kerusakan permukaan dan penurunan kekerasan mikro permukaan email
menunjukkan terjadi proses demineralisasi email. Demineralisasi email disebabkan oleh
asam yang terkandung pada bahan bleaching.7 Penggunaan bahan pemutih untuk
bleaching sampai sekarang masih terus dikembangkan karena kandungan bahan kimia
yang terdapat pada hidrogen peroksida sangat besar dampaknya terhadap jaringan
tubuh. Peneliti ingin mengembangkan bahan alam yang dapat dijadikan sumber bahan
baku pemutih gigi, sesuai dengan kebijakan Universitas Sumatera Utara bahwa
keunggulan akademik berbasis sumber daya alam (natural resources) difokuskan pada
pengembangan penelitian.
Selain mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan bleaching, masyarakat
kini mulai menggunakan bahan alami sebagai bahan pemutih gigi karena mudah didapat
dan ekonomis.2 Buah-buahan seperti apel, stroberi, dan tomat merupakan buah yang
dapat dijadikan bahan pemutih alami. Tomat mengandung senyawa peroksida,
sedangkan stroberi dan apel mengandung asam malat. Asam malat merupakan golongan
asam karboksilat yang mempunyai kemampuan memutihkan gigi dengan mengoksidasi
permukaan email gigi sehingga menjadi netral dan menimbulkan efek pemutihan pada
gigi. Senyawa karboksilat dan peroksida dapat ditemukan pada belimbing wuluh berupa
asam oksalat, sehingga diduga belimbing wuluh dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bleaching alami.8 Belimbing wuluh bersifat asam dengan pH 4,7. Meskipun memiliki
pH yang rendah, akan tetapi proses remineralisasi dalam suatu larutan remineralisasi
yang asam terjadi tiga kali lebih besar dibandingkan dengan pH netral. Hal ini terjadi
karena kandungan asam laktat diketahui memiliki kemampuan untuk mengikat ion
kalsium dan memberikan efek buffer dalam suasana asam sehingga proses
remineralisasi akan terjadi lebih besar.9
Penelitian Musnadi (2018) membuktikan bahwa terjadi perubahan warna pada
kelompok spesimen setelah diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh Aceh dan Bogor
konsentrasi 70%, 80%, dan 90% yang diaplikasikan pada gigi insisif sapi 4 jam perhari
selama 14 hari dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi lebih cerah.
Penelitian Susi (2016) menyatakan bahwa pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh
dengan konsentrasi 0,1%, 0,25%, dan 0,5% dapat berpengaruh terhadap remineralisasi
mikrostruktur permukaan email gigi. 9
Berdasarkan uraian diatas, kandungan asam organik dalam buah belimbing
wuluh mempunyai potensi sebagai bahan bleaching alami yang dapat menjadi bahan
alternatif home bleaching, dan kandungan mineralnya seperti kalsium dan fosfor baik
untuk remineralisasi email gigi. Dari penelitian terdahulu gel ekstrak belimbing wuluh
asal Aceh dan Bogor sudah pernah diteliti sebagai bahan bleaching menggunakan
sampel gigi insisif sapi, sedangkan pada penelitian ini penulis tertarik untuk
memanfaatkan gel ekstrak belimbing wuluh sebagai alternatif bahan home bleaching
terhadap perubahan warna gigi. Dalam penelitian ini digunakan gel ekstrak buah
belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90% dibandingkan dengan karbamid
peroksida 16% sebagai gold standard, dengan menggunakan potongan gigi manusia
sebagai sampel penelitian dan memakai sistem CIELAB untuk mengukur dan melihat
perubahan warna pada email gigi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
direfleksikan dan ditemukan di dalam dua pertiga enamel. Garis-garis ini memiliki
tampilan gelap dan terang yang dapat dibalikkan dengan mengubah arah pencahayaan.12
Reaksi kimia terlepasnya kalsium dari email gigi dalam suasana asam ditunjukkan
dengan persamaan reaksi berikut:
Ca10(PO4)6F2 → Ca10(PO4)6F2 + 2n H+ → N Ca2+ + Ca10 – nH20 – 2n(PO4)6F2
padat terlarut terlepas padat
Adanya kerusakan permukaan email, peningkatan porositas, penurunan nilai
kekerasan mikro permukaan email, menunjukkan bahwa terjadi proses demineralisasi
email paska pemutihan gigi eksternal.7 Demineralisasi disebabkan oleh keasaman bahan
pemutih yang dapat mempengaruhi struktur fisik dan kimia email dan juga dipengaruhi
oleh durasi bahan pemutih berkontak dengan permukaan gigi.7
Setelah proses bleaching kekerasan email gigi akan mengalami penurunan,
tetapi akan kembali normal setelah minggu keempat karena permukaan gigi di dalam
rongga mulut selalu terekspos saliva. Saliva mengandung komponen seperti kalsium
dan fosfat yang dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan remineralisasi
jaringan gigi.7
2.3 Remineralisasi
Remineralisasi adalah proses perbaikan alami pada permukaan gigi untuk
mengembalikan mineral dalam bentuk ion mineral ke dalam struktur kisi-kisi
hidroksiapatit. Remineralisasi membuat kalsium, fosfat, dan ion fluoride yang
terkandung di dalam email digantikan oleh kristal fluorapatite. Kristal-kristal ini lebih
tahan terhadap asam dan secara substansial lebih besar dari kristal hidroksiapatit.
Dengan demikian, kristal apatit pada email yang telah mengalami remineralisasi lebih
resisten terhadap kerusakan oleh asam.15
Saliva merupakan agen remineralisasi alamiah yang mengandung komponen
seperti kalsium dan fosfat yang dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan
remineralisasi.7,16
yang dilakukan langsung di praktek dokter gigi dan home bleaching yang dapat
dilakukan di rumah setelah konsultasi dengan dokter gigi menggunakan bahan pemutih
dengan bantuan tray. In-office bleaching biasanya dilakukan dengan menggunakan
bahan pemutih gigi yang berkonsentrasi tinggi seperti hidrogen peroksida 35-38% atau
karbamid peroksida 35- 40% yang dilakukan oleh dokter gigi selama 30 menit. Teknik
in office bleaching digunakan pada pasien yang tidak dapat menggunakan tray atau pada
pasien yang menginginkan hasil dapat terlihat langsung setelah perawatan dan
terkontrol langsung oleh dokter gigi.22
Teknik home bleaching atau disebut juga supervised home dental whitening atau
nightguard vital bleaching menggunakan suatu alat yang menyerupai protesa yang
disebut tray atau night guard yang berisi bahan pemutih karbamid peroksida 10-15%.
dan dilakukan oleh pasien dirumah. Prosedurnya sederhana, ekonomis, hasilnya
optimal, presentasi keberhasilannya tinggi, dapat memotivasi pasien untuk lebih
memelihara kesehatan gigi, dan waktu kunjungan singkat. Butuh waktu 3-4 minggu
untuk mendapatkan hasil pemutihannya. 14,22
Dalam prosedur bleaching, penetrasi hidrogen peroksida pada gigi lebih cepat
daripada karbamid peroksida.18 Bahan ini aman digunakan apabila dipakai dalam batas
konsentrasi yang diawasi dan tidak terlalu lama (bila konsentrasi tinggi) dan dalam
suatu interval waktu perawatan tertentu. Pada konsentrasi tinggi, bahan pemutih gigi
dapat bersifat bakteriostatik dan pada konsentrasi sangat tinggi dapat bersifat mutagenik
dan memungkinkan untuk menyebabkan kerusakan pada ikatan DNA.22
harus dibuat basa pada pH optimum 9,5 – 10,8. Setelah terbentuk HO2 dalam jumlah
yang besar maka radikal bebas ini akan bereaksi dengan ikatan tidak jenuh. Hal ini
menyebabkan gangguan pada konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi pada
molekul organik dalam struktur gigi (email, dentin). Molekul gigi berubah struktur
kimianya dengan tambahan oksigen dan akan membentuk molekul organik email yang
lebih kecil dengan warna yang lebih terang sehingga menghasilkan efek pemutihan dan
warna gigi menjadi lebih terang.18,22 Skema proses buffer menghasilkan perhidroksil
ditunjukkan pada gambar 5.
Gambar 5. Proses buffer menghasilkan banyak radikal bebas lebih kuat (perhidroksil)5,22
tersebut dapat bereaksi dengan ikatan tak jenuh, sehingga menghasilkan konjugasi
elektron serta perubahan penyerapan energi molekul organik serta terbentuk juga
molekul sederhana yang kurang dipengaruhi cahaya. Hal ini dapat menjelaskan
timbulnya reaksi pemutihan. Berbagai faktor yang perlu diperhitungkan seperti
peningkatan suhu, tingginya konsentrasi karbamid peroksida, dan lamanya gigi
berkontak dengan bahan pemutih dalam batas limit, mempengaruhi proses oksidasi dan
menyebabkan tingkat perubahan warna yang lebih besar.5,22
anorganik email dan menyebabkan email menjadi rusak.6 Penelitian Perdigao (1998)
melakukan penelitian terhadap karbamid peroksida 10% terhadap email dan hasilnya
dapat menyebabkan penurunan jumlah kalsium, fosfat, dan fluoride pada email, dan
akibatnya terjadi perubahan microhardness email. Kekerasan email dipengaruhi oleh
banyaknya bahan organik seperti kalsium, dengan larutnya sebagian kalsium dari kristal
hidroksiapatit, maka kekerasan email menjadi menurun sehingga rentan terhadap
karies.6 Pada karbamid peroksida dengan konsentrasi tinggi penurunan microhardness
lebih besar dan cepat karena jumlah oksidator yang dilepas banyak, pH rendah sehingga
rasio jumlah bahan organik dan anorganik terganggu dan terjadi kerusakan pada email.
Hidrogen peroksida dengan konsentrasi 30% dapat menurunkan kekerasan email dan
dentin, yaitu 5 menit pada dentin dan 15 menit pada email.5 Hidrogen peroksida
konsentrasi 30% juga dapat mengubah struktur kimia dentin dan sementum sehingga
menjadi lebih mudah untuk kehilangan komponen organik.
melaporkan bahwa indeks gingiva sebelum dan sesudah bleaching gigi dengan
karbamid peroksida 10% dengan teknik home bleaching terjadi perbedaan yang
bermakna.6
yang disusun berdasarkan value terang ke gelap, dari intensitas rendah ke intensitas
tinggi dan tersusun dari warna kuning ke warna merah. Adapun susunan dari tiap set
adalah 1M1, 1M2, 2L1.5, 2L2.5, 2M1, 2M2, 2M3, 2R1.5, 2R2.5, 3L1.5, 3L2.5, 3M1,
3M2, 3M3, 3R1.5, 3R2.5, 4L1.5, 4L2.5, 4M1, 4M2, 4M3, 4R1.5, 5L1.5, 5L2.5, 5M1,
5M2, 5M3, 5R1.5, 5R2.5. Cara membaca hasil penentuan warna pada shade guide 3D
master adalah angka pertama pada kode shade tab adalah menunjukkan value, makin
tinggi nilai tersebut maka warna shade tab makin gelap, kode huruf menunjukkan hue
shade tab, L mempunyai arti kuning, M merupakan pertengahan warna antara kuning
dan merah, sedangkan R adalah warna kemerahan. Angka terakhir menunjukkan
chroma, sama dengan value, makin tinggi nilainya maka chroma makin tinggi
saturasinya.24 Shade guide vita 3D master ditunjukkan pada gambar 6.
Kolorimeter (Gambar 8a) dapat mengukur nilai tristimulus warna dari pantulan
cahaya sebuah spesimen setelah sumber cahaya telah melewati serangkaian filter.
Kolorimeter berguna dalam menghitung perbedaan warna spesimen secara kuantitas.
Alat ini menggunakan filter fotodioda untuk mengontrol cahaya yang mencapai
spesimen. Cahaya yang dipantulkan dari spesimen kemudian diukur sengan sensor.
Kolorimeter tidak mengukur nilai reflektans warna dan hasilnya kurang akurat
dibanding spektrofotometer.24
Spektrofotometer (Gambar 8b) adalah alat ukur warna digital yang mengukur
cahaya pada gelombang tertentu. Spektrofotometer terdiri dari tiga elemen prinsip,
yakni sebagai sumber cahaya, alat untuk mengarahkan sumber cahaya ke objek dan
menerima cahaya yang dipantulkan oleh objek ataupun dikembalikan ke objek.24 Alat
ini memberi hasil berdasarkan data spektral cahaya L*, a*, dan b* serta dapat mengukur
tingkat reflektans suatu obyek. Spektrofotometer merupakan instrument pengukuran
warna yang paling akurat dan fleksibel dalam bidang kedokteran gigi. Alat ini mampu
mengukur jumlah cahaya yang dipantulkan dari obyek pada interval 1-25nm dalam
spektrum visibel. Sebuah spektrofotometer mengukur jumlah hue dan juga nilai value
atau kecerahan suatu obyek. Selain itu, jumlah cahaya yang dipantulkan dari obyek
tersebut juga direkam oleh alat ini.24
Kamera digital digunakan untuk mengukur tingkat warna atau nilai kecerahan
gigi. Alat ini mengaplikasikan sistem warna Red, Green, Blue (RGB), yaitu dengan
merekam warna merah, hijau, dan biru suatu obyek. Pengukuran warna gigi dengan
metode ini memerlukan suasana dan pencahayaan yang terkalibrasi untuk menghindari
bias. Seluruh permukaan gigi difoto, kemudian dianalisa warnanya di komputer dengan
software pengukur warna yang biasanya berdasarkan sistem CIELAB. Kamera digital
sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur warna gigi karena dapat mengetahui
distribusi warna pada seluruh permukaan gigi dan pernggunaanya lebih mudah
dibanding spektrofotometer dan kolorimeter. Selain itu, metode ini juga tidak
memerlukan biaya yang tinggi.23
Instrumen-instrumen ini memungkinkan komputerisasi warna dengan sistem
CIE (Commission Internationale del’Éclairage) ataupun dengan nilai L*a*b.25 Nilai L*
adalah value dari suatu objek [L*= 0 (hitam) hingga 100 (putih)], a* adalah pengukuran
antara axis merah-hijau [a*= -127 (hijau) hingga +127 (merah)], dan b* adalah
pengukuran antara axis kuning-biru [b*= -127 (biru) hingga +127 (kuning)].25 Warna
pada CIELAB ditunjukkan pada gambar 7.
Perbandingan warna dapat diukur dengan CIE L*a*b* (CIELAB) berdasarkan
nilai perubahan warna (∆E), dengan persamaan sebagai berikut:
∆E= [(∆L*)2 + (∆a*)2 + (∆b*)2 ]1/2
(𝐿1∗ ,𝑎1∗ ,𝑏1∗) adalah nilai yang diperoleh sebelum perlakuan dan (𝐿2∗ ,𝑎2∗ ,𝑏2∗)
adalah nilai yang diperoleh setelah perlakuan. Menurut American Dental Association
(ADA), nilai ∆E ≥ 3,7 berarti perubahan warna dapat dilihat langsung dengan mata
pengamat dan bahan bleaching dapat diterima secara klinis, dan nilai ∆E ≤ 2 berarti
perubahan warna tergolong kecil dan tidak dapat diterima secara klinis.26 Dalam
prosedur pemutihan gigi, sangat penting untuk memberikan hasil perubahan warna gigi
yang dapat dirasakan dan dibedakan oleh pasien.25
a b
Gambar 9. Teknik digital fotokolorimetrik yang terdiri dari DSLR kamera, lensa makro,
flash makro, dan filter polarisasi27
2.11 Potensi Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh Sebagai Bahan Pemutih
Gigi
Belimbing wuluh disebut juga sebagai belimbing sayur merupakan tumbuhan
yang hidup pada ketinggian 5-500 meter diatas permukaan laut. Ditanam sebagai pohon
buah, dan kadang tumbuh liar. Tinggi pohon ini 5-10 meter. Batang bergelombang daun
majemuk, panjang 30-60 cm dan terdapat 11-37 anak daun yang berbentuk oval.
Buahnya berbentuk bulat lonjong bersegi. Daging buahnya banyak mengandung air dan
rasanya asam.9 Tanaman belimbing wuluh ditunjukkan pada gambar 10.
Kalsium dan fosfor yang terdapat dalam buah belimbing wuluh baik untuk
remineralisasi tulang dan gigi. Buah belimbing mengandung kalsium dan fosfor
diharapkan dapat meningkatkan proses remineralisasi gigi.
Enamel gigi
Bleaching
H2O2 → H2O + O+
Kalsium, Asam sitrat, Asam oksalat
H2O → H+ + HO-
fosfor, asam asetat,
H2C2O4
asam laktat asam format
(H+) Suasana
Asam
Demineralisasi
BAB 3
BAB 4
METODE PENELITIAN
Variabel terkendali :
Variabel tidak terkendali :
a. Jumlah sampel sebanyak 24 potongan bukal gigi molar
a. Ketebalan enamel
tiga
b. Penetrasi bahan
b. Sampel gigi yang digunakan (potongan bukal gigi
bleaching ke dalam
molar tiga)
permukaan enamel
c. Bubuk pumice untuk pembersihan gigi selama 10 detik
c. Lingkungan (kondisi
d. Perendaman gigi pada saliva buatan paska pencabutan
pH tanah dan iklim)
pada semua kelompok (1 minggu)
tempat tumbuh
e. Perendaman gigi dalam kopi sebelum dimulai
belimbing wuluh
perlakuan selama 5 hari
d. Jangka waktu
f. Lama waktu aplikasi gel ekstrak belimbing wuluh
pencabutan gigi molar
pada gigi yaitu selama 4 jam perhari selama 14 hari
sampai perlakuan
g. Lama waktu aplikasi karbamid peroksida pada gigi
e. Usia gigi
yaitu selama 4 jam perhari selama 14 hari
f. Usia belimbing wuluh
h. Cara pemakaian bahan bleaching dengan karbamid
peroksida 16% pada sampel
Variabel luar :
i. Cara pemakaian bahan bleaching dengan gel ekstrak
a. Diskolorasi ekstrinsik
belimbing wuluh 70%, 80%, dan 90%
(Kopi)
j. Jarak antara kamera dengan sampel
k. Pencahayaan yang diserap oleh kamera
l.
No Variabel Terikat Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur
Serbuk dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 7 hari (Proses
maserasi).9
Gambar 25. Sampel gigi yang telah dipotong dan direndam saliva buatan
4. Masing-masing potongan sampel bagian bukal akan diberi perlakukan
dan diperiksa, akan tetapi bagian daerah lain yang tidak diberi perlakuan dilakukan
pelapisan dengan cat kuku sebanyak 2 kali hingga kering supaya tidak terpapar bahan
perlakuan. (Gambar 26)
a b c d
Gambar 30. a. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok I
b. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok II
c. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok III
d. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok IV
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Gambar 31. Foto sampel gigi kelompok 1 Gambar 32. Foto sampel gigi kelompok 1
sebelum dilakukan bleaching sesudah dilakukan bleaching
Nilai perubahan warna (∆E) sampel diperoleh dengan cara mengukur nilai L*,
a*, dan b* pada bagian bukal email sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan
rumus ∆E= [(∆L*)2 + (∆a*)2 + (∆b*)2 ]1/2, dimana:
ΔL* = L1 – L0
Δa* = a1 – a0
Δb* = b1 – b0
Nilai perubahan warna sampel menunjukkan nilai terkecil 2,5 dan nilai terbesar
9,7. (Tabel 4)
Keterangan :
Gambar 33. Foto sampel gigi kelompok 2 Gambar 34. Foto sampel gigi kelompok 2
sebelum dilakukan bleaching sesudah dilakukan bleaching
Nilai perubahan warna (∆E) sampel diperoleh dengan cara mengukur nilai L*,
a*, dan b* pada bagian bukal email sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan
rumus ∆E= [(∆L*)2 + (∆a*)2 + (∆b*)2 ]1/2. Nilai perubahan warna sampel menunjukkan
nilai terkecil 3,0 dan nilai terbesar 11,9. (Tabel 5)
Tabel 5. Nilai Perubahan Warna Kelompok II
L* a* b*
ΔE
Kode Sampel L0 L1 ∆L a0 a1 ∆a b0 b1 ∆b
7 67,9 69,0 1,1 -1,4 -2,3 0,9 8,2 3,2 5 5,1
8 64,3 61,4 2,9 -0,3 0,4 0,1 5,7 14,2 8,5 9,0
9 62,7 64,8 2,1 -0,5 -0,5 0 2,7 7,5 4,8 5,2
10 69,7 72,8 3,1 -0,5 -2,0 1,5 10,7 -0,7 11,4 11,9
11 66,4 66,6 0,2 -0,9 -0,3 0,6 2,7 5,7 3 3,0
12 62,1 67,9 5,8 1,5 0 1,5 11,7 7,8 3,9 7,1
Keterangan :
Gambar 35. Foto sampel gigi kelompok 3 Gambar 36. Foto sampel gigi kelompok 3
sebelum dilakukan bleaching sesudah dilakukan bleaching
Nilai perubahan warna (∆E) sampel diperoleh dengan cara mengukur nilai L*,
a*, dan b* pada bagian bukal email sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan
rumus ∆E= [(∆L*)2 + (∆a*)2 + (∆b*)2 ]1/2. Nilai perubahan warna sampel menunjukkan
nilai terkecil 1,6 dan nilai terbesar 11,7. (Tabel 6)
Tabel 6. Nilai Perubahan Warna Kelompok III
L* a* b*
ΔE
Kode Sampel L0 L1 ∆L a0 a1 ∆a b0 b1 ∆b
13 57,6 61,8 4,2 3,2 1,1 2,1 14,3 6,3 8 9,2
14 65,0 66,3 1,3 -0,5 0,7 1,2 6,7 11,0 4,3 4,6
15 51,0 58,2 7,2 2,0 3,4 1,4 10,0 15,6 5,6 9,2
16 67,1 65,5 1,6 1,0 1,0 0 10,0 10,0 0 1,6
17 60,0 70,5 10,5 1,0 -1,1 2,1 8,0 3,2 4,8 11,7
18 65,0 65,8 0,8 1,8 -0,3 2,1 10,0 2,2 7,8 8,1
Keterangan :
Gambar 37. Foto sampel gigi kelompok 4 Gambar 38. Foto sampel gigi kelompok 4
sebelum dilakukan bleaching sesudah dilakukan bleaching
Nilai perubahan warna (∆E) sampel diperoleh dengan cara mengukur nilai L*,
a*, dan b* pada bagian bukal email sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan
rumus ∆E= [(∆L*)2 + (∆a*)2 + (∆b*)2 ]1/2. Nilai perubahan warna menunjukkan nilai
terkecil 6,8 dan nilai terbesar 19,9. (Tabel 7)
Tabel 7. Nilai Perubahan Warna Kelompok IV
L* a* b*
ΔE
Kode Sampel L0 L1 ∆L a0 a1 ∆a b0 b1 ∆b
19 60,0 79,0 19 0,9 -,3 3,9 11,0 4,9 6,1 19,9
20 60,0 73,4 13,4 1,9 -1,4 3,3 10,9 3,9 7 15,4
21 64,5 50,0 14,5 0 0 0 7,0 0,6 6,4 15,8
22 61,0 73,4 12,4 0 3,9 3,9 5,9 -1,1 7 14,7
23 63,7 70,5 6,8 -0,7 -1,1 0,4 8,9 11,0 2,1 7,1
24 68,1 72,8 4,7 0,1 0,6 0,5 5,1 10,0 4,9 6,8
Keterangan :
terdistribusi normal dengan nilai p > 0,05 yang artinya varian data homogen, maka data
perubahan warna dari kelompok I, II, III, dan IV memenuhi asumsi normalitas dan
dilakukan pengujian selanjutnya dengan menggunakan uji Paired T-test untuk menguji
apakah terdapat perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah di bleaching
pada masing-masing kelompok, uji One Way ANOVA untuk melihat pengaruh gel
ekstrak belimbing wuluh pada konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan karbamid peroksida
16% terhadap perubahan warna gigi, dan uji LSD digunakan untuk melihat perbedaan
yang signifikan antar kelompok perlakuan.
5.2.1 Uji Paired T-test
Berikut disajikan hasil uji Paired T-test untuk menguji apakah terdapat
perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah di bleaching pada kelompok I
(Tabel 8), kelompok II (Tabel 9), kelompok III (Tabel 10), dan kelompok IV (Tabel 11).
Tabel 8. Hasil Uji Paired T-test Pada Kelompok I
Nilai x̄ ±SD P
L Sebelum 66,4 4,26
0,824
Sesudah 67,7 3,23
A Sebelum 0,2 1,43
0,655
Sesudah -0,6 0,84
B Sebelum 7,5 5,80
0,361
Sesudah 10,4 2,59
*Terdapat perbedaan yang bermakna pada p < 0,05
Berdasarkan hasil uji Paired T-test diatas diperoleh nilai p = 0,824 > 0,05, p =
0,655 > 0,05, p = 0,361 > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat perubahan warna yang
signifikan antara sebelum dan sesudah diaplikasikan dengan gel ekstrak belimbing
wuluh 70%.
Berdasarkan hasil uji Paired T-test diatas diperoleh nilai p = 0,246 > 0,05, p =
0,338 > 0,05, p = 0,833 > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat perubahan warna yang
signifikan antara sebelum dan sesudah diaplikasikan dengan gel ekstrak belimbing
wuluh 80%.
Tabel 10. Hasil Uji Paired T-test Pada Kelompok III
Berdasarkan hasil uji ANOVA di atas, diperoleh nilai p = 0,013 < 0,05 yang
berarti bahwa terdapat perubahan warna yang signifikan antara aplikasi gel ekstrak
belimbing wuluh 70%, 80%, 90%, dan karbamid peroksida 16%. Pada Gambar 39,
terlihat kenaikan rata-rata perubahan warna yang terjadi pada kelompok I, kelompok II,
kelompok III, dan kelompok IV. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
perubahan warna yang signifikan antara kelompok gel ekstrak belimbing wuluh
konsentrasi 70%, konsentrasi 80%, konsentrasi 90%, dan karbamid peroksida 16%.
Dalam hal ini, terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai perubahan warna
email pada kelompok sampel yang diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 70%
dengan kelompok karbamid peroksida 16%, gel ekstrak belimbing wuluh 80% dengan
kelompok karbamid peroksida 16%, dan gel ekstrak belimbing wuluh 90% dengan
kelompok karbamid peroksida 16%.
BAB 6
PEMBAHASAN
Proses pengambilan gambar pada tempat, posisi, dan pencahayaan yang sama pada
setiap pengukuran. Perubahan warna dilihat dari perubahan nilai ∆E, dimana adanya
efek pemutihan dapat dilihat jika terjadi perubahan nilai ∆E yang bermakna yaitu
dengan peningkatan nilai L. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perbedaan
warna email gigi sebelum dan sesudah pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh
sebagai bahan bleaching alami dibandingkan dengan bahan bleaching komersial.
Konsentrasi bahan bleaching komersial yaitu karbamid peroksida yang digunakan
adalah 16% sesuai dengan persetujuan American Dental Association (ADA) bahwa
konsentrasi karbamid peroksida yang aman digunakan pada metode home bleaching
antara 10-22%.17 Bleaching juga dapat menimbulkan gigi sensitif terhadap perubahan
suhu dan iritasi pada mukosa.17 Adapun dari efek ini, peneliti mencari bahan alami
sebagai alternatif bahan pemutih gigi yang salah satunya adalah belimbing wuluh. Buah
belimbing wuluh terlebih dahulu diidentifikasi jenis nya di Herbarium Medanense
(MEDA) Universitas Sumatera Utara untuk kemudian dijadikan bahan penelitian.
(Lampiran 5).
Penelitian yang telah dilakukan kemudian dilihat perubahan warna sebelum dan
sesudah dilakukan perlakuan pada permukaan bukal email dengan menggunakan
kamera digital yang dilengkapi filter polarisasi dengan sistem CIELAB, kemudian hasil
foto tersebut diolah dengan menggunakan software lightroom classic dan dicari nilai L*,
a*, dan b*. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan warna yang terjadi setelah
diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 70%, 80%, dan 90%
dengan kontrol positif yaitu karbamid peroksida 16%. Penelitian ini didukung oleh
Musnadi (2018) yang membuktikan bahwa gel ekstrak belimbing wuluh Aceh dan
Bogor dengan konsentrasi 70%, 80%, dan 90% yang diaplikasikan pada gigi insisif sapi
selama 14 hari dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi lebih cerah.29
Dari penelitian selama 14 hari didapatkan hasil pengukuran nilai perubahan
warna email bagian bukal pada ketiga kelompok sampel mengalami perubahan.
Berdasarkan grafik rata-rata (Gambar 47) terlihat bahwa perubahan warna dengan nilai
rata-rata tertinggi terjadi pada kelompok IV yang diaplikasikan karbamid peroksida
16%, sedangkan nilai rata-rata terendah terjadi pada kelompok I yang diaplikasikan gel
ekstrak belimbing wuluh 70%. Nilai rata-rata tertinggi yang dihasilkan oleh kelompok
IV yang diaplikasikan karbamid peroksida 16% disebabkan karena karbamid peroksida
16% merupakan gel yang telah terhomogenisasi dan memiliki molekul dengan ukuran
yang lebih kecil. Hal ini menyebabkan setiap sampel dapat terpapar secara homogen
dan radikal bebas yang dihasilkan oleh senyawa hidrogen peroksida mampu berdifusi
melalui matriks email dan dentin.8 Keadaan ini dapat memutuskan ikatan kromofor atau
molekul-molekul zat warna yang berada di permukaan email maupun di dalam email
dan dentin.
Perubahan nilai ΔE sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur pembentuk warnanya
yaitu nilai-nilai ΔL*, Δa*, dan Δb*. Adanya efek kecerahan pada gigi terjadi jika
perubahan nilai ΔE yang bermakna diikuti dengan peningkatan nilai ΔL*, serta
penurunan nilai Δa*, dan nilai Δb*. Peningkatan nilai ΔE tersebut menunjukkan bahwa
semakin lama email gigi terpapar dengan bahan bleaching, maka semakin besar
perubahan warna yang terjadi.32
American Dental Association (ADA) menetapkan bahwa nilai ∆E yang lebih
dari 3,7 menunjukkan perubahan yang bermakna pada warna gigi.26 Pada kelompok I
yang diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 70% terdapat dua sampel menunjukkan
nilai ∆E ≤ 3,7. Pada kelompok II yang diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 80%
terdapat satu sampel menunjukkan ∆E ≤ 3,7. Pada kelompok III yang diaplikasikan gel
ekstrak belimbing wuluh 90% terdapat satu sampel yang menunjukkan ∆E ≤ 3,7. Pada
kelompok IV yang diaplikasikan karbamid peroksida 16% semua sampel menunjukkan
nilai ∆E ≥ 3,7. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi gel ekstrak
belimbing wuluh maka efektivitas bahan alami sebagai bahan bleaching gigi semakin
baik walaupun warna yang dihasilkan tidak lebih putih daripada karbamid peroksida
16%.
Bervariasinya nilai perubahan warna (ΔE) yang terjadi pada sampel kelompok I,
II, dan III yang diaplikasi dengan gel ekstrak belimbing wuluh diduga berkaitan dengan
ketebalan lapisan email dan usia gigi pasien. Semakin tebal email gigi, maka semakin
kecil kekuatan gel ekstrak belimbing wuluh dalam melakukan reaksi pemutihan, hal ini
dikarenakan Averrhoa bilimbi memiliki ukuran molekul yang besar sehingga tidak
mampu menembus matriks email dan dentin.8 Variasi usia pasien membuat keadaan gigi
yang berbeda pula. Semakin bertambahnya umur, maka lapisan email akan semakin
menipis sedangkan dentin semakin menebal karena gigi terus menerus membentuk
dentin sekunder.8 Bertambah tebalnya dentin akan menyebabkan warna gigi terlihat
semakin kuning. Jika dilakukan pemutihan gigi pada pasien yang usianya lebih tua akan
menghasilkan perubahan warna yang lebih kecil dibandingkan pasien yang usianya
lebih muda.8
Penelitian Soares (2013) menyatakan bahwa pada saat berkontak dengan asam,
bagian ujung dari kristal enamel akan larut terlebih dahulu dan kemudian meluas di
sepanjang kristal enamel. Kecepatan melarutnya enamel dipengaruhi oleh derajat
keasaman (pH), konsentrasi asam, waktu, dan kehadiran ion sejenis kalsium dan
fosfat.33 Penelitian Musnadi (2018) yang melaporkan bahwa gel ekstrak belimbing
wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90% yang diaplikasikan pada gigi insisif sapi 4 jam
perhari selama 14 hari dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi lebih cerah.29
Pada kelompok sampel yang diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 70%, 80%,
90% terdapat perubahan warna yang signifikan. Gel ekstrak belimbing wuluh
konsentrasi 90% menghasilkan nilai perubahan warna yang lebih tinggi daripada gel
ekstrak belimbing wuluh konsentrasi 70% dan 80%. Konsentrasi yang lebih besar akan
menurunkan pH yang akan menyebabkan pelepasan ion hidrogen (H+) yang lebih besar.
Pelepasan ion hidrogen yang lebih besar maka akan menetralkan radikal bebas onasen
lebih banyak.34 Hal ini sesuai dengan penelitian Musnadi (2018) bahwa gel ekstrak
belimbing wuluh konsentrasi 90% merupakan konsentrasi yang paling berpengaruh
terhadap perubahan warna gigi yang dilihat perubahan warnanya menggunakan VITA
Easyshade.
Penelitian Susi (2016) melaporkan kelompok sampel yang diberi larutan
demineralisasi dan diberikan kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dengan gel
CPP-ACP yang dilihat menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope), terlihat
peningkatan remineralisasi permukaan email gigi. Penelitian ini menunjukkan
mikrostruktur permukaan email melalui alat uji SEM terlihat lebih halus pada
permukaan email yang diaplikasi dengan kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh
dengan suatu bahan remineralisasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak
belimbing wuluh dapat meningkatkan remineralisasi permukaan email gigi.
Menurut hasil analisis uji normalitas Shapiro-wilk diperoleh data nilai perubahan
warna terdistribusi normal (p>0,05) sehingga memenuhi syarat dilakukan uji parametrik
Paired T-test dan One Way Anova. Hasil uji statistik Paired T-test menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok sebelum dan sesudah diaplikasikan
dengan gel ekstrak belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan karbamid
peroksida 16% (Tabel 8, Tabel 9, Tabel 10, Tabel 11). Maka hipotesis penelitian ini
diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perubahan warna yang signifikan
antara sebelum dan sesudah diaplikasikan dengan gel ekstrak belimbing wuluh
konsentrasi 70%, gel ekstrak belimbing wuluh konsentrasi 80%, gel ekstrak belimbing
wuluh konsentrasi 90%, dan karbamid peroksida 16% yang diaplikasikan selama 4 jam
perhari selama 14 hari. Hal ini dapat disebabkan karena kebersihan permukaan gigi
yang dinilai masih kurang karena penskeleran yang digunakan secara manual, dan
keberhasilan bleaching juga ditentukan oleh waktu perawatan35. Penelitian Saputra
(2008) menyatakan bahwa terdapat pengaruh perbedaan perubahan warna sebelum dan
sesudah perendaman gigi dengan waktu perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam pada
ekstrak buah apel dimana perendaman dengan waktu 72 jam menghasilkan warna yang
lebih cerah36. Patil (2002) menyatakan bahwa bahan penggunaan waktu bleaching yang
optimal akan memberikan hasil pemutihan gigi yang maksimal, hal ini dikarenakan
semakin banyak reaksi pengerusakan ikatan konjugasi yang terjadi ketika radikal bebas
bereaksi dengan molekul zat warna. Molekul zat warna akan teroksidasi semakin
banyak ketika bahan berkontak dengan gigi dalam waktu yang lama sehingga stain pada
gigi akan semakin banyak yang hilang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa waktu
perawatan bleaching yang optimal akan memberikan hasil pemutihan gigi yang
maksimal37. Waktu yang dibutuhkan yaitu sebaiknya 3-4 minggu untuk mengukur hasil
pemutihan gigi dengan teknik home bleaching dan rata-rata perawatan untuk home
bleaching adalah 6-8 jam per hari selama 4-6 minggu.38
Uji One Way Anova untuk melihat perbedaan antara kelompok sampel yang
diaplikasikan konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan karbamid peroksida 16% menunjukkan
terdapat perbedaan nilai perubahan warna gigi yang bermakna (p=0,013>0,05) antara
keempat kelompok perlakuan (Tabel 12). Hasil uji LSD (Least Significance Differences)
menunjukkan perbedaan yang signifikan terjadi antara kelompok sampel yang
diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 70% dengan kelompok karbamid peroksida
16%, gel ekstrak belimbing wuluh 80% dengan kelompok karbamid peroksida 16%, dan
gel ekstrak belimbing wuluh 90% dengan kelompok karbamid peroksida 16% (Tabel
13).
Penggunaan gel ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi tinggi
memungkinkan untuk meningkatnya efektivitas perubahan warna yang dihasilkan.
Belimbing mempunyai kandungan asam-asam organik dan berpotensi menjadi oksidator
yang berasal dari gugus karboksil (COOH) seperti halnya dengan hidrogen peroksida
yang akan menghasilkan perhidroksil yang merupakan radikal bebas yang tidak stabil
yang akan memproduksi radikal hidroksil , radikal perhidroksil, anion perhidroksil, dan
anion superoksida, dimana molekul ini akan memutus ikatan rangkap molekul kromofor
di dalam email gigi.39 Penelitian Prastiwi (2016) mendukung hasil penelitian ini yang
melaporkan bahwa kandungan asam oksalat dalam sari buah belimbing manis
(Averrhoa carambola L.) dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100% dapat mengubah
warna gigi menjadi lebih cerah.28 Sehingga dapat disimpulkan bahwa belimbing wuluh
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bleaching alami.
Efektivitas karbamid peroksida yang besar diduga karena beberapa hal, seperti
penambahan karbopol sebagai bahan campuran dan penambahan urea dalam karbamid
peroksida 16%. Penambahan karbopol sebagai unsur pengental juga berpengaruh pada
efektifitas kerja karbamid peroksida, karena menyebabkan daya lekat yang baik dan
tidak mudah larut dalam saliva.6 Agar efek karbamid peroksida maksimal, dibutuhkan
waktu yang lama berkontak dengan gigi. Urea dalam karbamid peroksida berperan
sebagai penstabil agar efek bahan bleaching tesebut lebih panjang dan berperan
memperlambat pelepasan hidrogen peroksida.6
BAB 7
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perubahan warna email gigi setelah aplikasi gel
ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 70%, 80%, 90% dan karbamid peroksida
16% dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan warna pada email gigi. Berdasarkan
statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara gel
ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 70%, 80%, 90% dan karbamid peroksida
16%. Hal ini menunjukkan bahwa gel ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi
70%, 80%, 90% dan karbamid peroksida 16% memiliki efektivitas yang berbeda dalam
menyebabkan perubahan pada warna gigi. Nilai perubahan warna yang dihasilkan oleh
karbamid peroksida 16% paling tinggi, diikuti dengan nilai perubahan warna yang
dihasilkan oleh gel ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 90%, 80%, dan 70%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh gel ekstrak buah
belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90% sebagai bahan bleaching eksternal
terhadap perubahan warna gigi. Gel ekstrak buah belimbing wuluh terbukti dapat
menjadi alternatif bahan alami bleaching gigi dimana konsentrasi 90% memiliki efek
pemutihan yang lebih baik walaupun pemutihan yang dihasilkan tidak lebih putih bila
dibandingkan dengan karbamid peroksida 16%.
7.2 Saran
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih lama
sehingga dapat terlihat lebih jelas perubahan yang terjadi dan efek bahan bleaching
dengan waktu yang lebih lama terhadap gigi dan jaringan pendukung gigi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Riani MD, Oenzil F, Kasuma N. Pengaruh aplikasi bahan pemutih gigi karbamid
peroksida 10% dan hidrogen peroksida 6% secara home bleaching terhadap
kekerasan permukaan email gigi. J Kesehatan Andalas 2015; 4(2): 346-52.
2. Yuniarti, Achadiyani, Murniati N. Penggunaan pemutih gigi mengandung
hidrogen peroksida 40% dibanding dengan strawberry (Fragaria X ananassa)
terhadap ketebalan email, kadar kalsium, dan kekuatan tekan gigi.
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/gmhc/article/view/1855/pdf (4 September
2018).
3. Ariana TR, Wibisono G, Praptiningsih RS. Pengaruh perasan buah lemon
terhadap peningkatan warna gigi. Medali J 2015; 2(1): 74-5.
4. Santoso P, dkk. Kekerasan permukaan email setelah aplikasi gel karbamid
peroksida 10% dan pasta buah strawberry. Dentofasial J Ked Gigi 2009; 8(2):
118-24.
5. Adang RAF, Suprastiwi E, Usman M. Pemutihan gigi teknik home bleaching
dengan menggunakan karbamid peroksida. IJD 2006; 14: 254-7.
6. Suprastiwi E. Penggunaan karbamid peroksida sebagai bahan pemutih gigi. IJD
2005; 12(3): 139-45.
7. Hadriyanti W. Perbedaan penggunaan bahan desensitizing dan tanpa
desensitizing pasca bleaching ekstrakoronal terhadap kekerasan email. Maj Ked
Gigi (Dent J) 2012;19(2): 119-28.
8. Fauziah C, Fitriyani S, Diansari V. Colour change of enamel after application of
Averrhoa bilimbi. IJD 2012; 19(3): 53-6.
9. Susi. Pengaruh ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap
remineralisasi gigi dan mikrostruktur email (penelitian in vitro). Tesis. Medan:
Program Studi Spesialis Konservasi Gigi USU, 2016: 16-9.
10. Fauziah E, Suwelo IS, Soenawan H. Kandungan unsur fluorida pada email gigi
tetap muda yang di tumpat semen ionomer kaca dan kompomer. IJD 2008;
15(3): 205-6.
11. Syahrial AA, Rahmadi P, Putri DKT. Perbedaan kekerasan permukaan gigi
akibat lama perendaman dengan jus jeruk (Citrus sinensis. Osb) secara in vitro.
Dentino J Ked Gigi 2016; 1(1): 2.
12. Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 2nd Ed., New Delhi: Jaypee,
2013: 20-1.
13. Tarigan R. Karies gigi. Editor: Juwono L. Jakarta: EGC, 2004: 5.
14. Panigoro S, Pangemanan DHC, Juliatri. Kadar kalsium gigi yang terlarut pada
perendaman minuman isotonik. J eG 2015; 3(2): 356-8.
15. Hemagaran G, Neelakantan P. Remineralization of the tooth structure – the
future of dentistry. International J PharmTech Res 2014; 6(2): 488-9.
16. Liwang B, Irmawati, Budipramana E. Kekerasan mikro enamel gigi permanen
muda setelah aplikasi bahan pemutih gigi dan pasta remineralisasi. IJD 2014;
47(4): 207-9.
17. Meizarini A, Rianti D. Bahan pemutih gigi dengan sertifikat ADA atau ISO. Maj
Ked Gigi (Dent J) 2005; 38(2): 74-5.
18. Hendari R. Pemutihan gigi (tooth-whitening) pada gigi yang mengalami
pewarnaan. https://media.neliti.com/media/publications/219972-pemutihan-gigi-
tooth-whitening-pada-gigi.pdf (4 September 2018).
19. Rochmah N, Merry D, Lestari S. Potensi jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam
memutihkan email gigi yang mengalami diskolorasi. IJD 2014; 3(1): 82.
20. Sari K, dkk. Perawatan bleaching intrakorona, perbaikan kontur dan restorasi
resin komposit pada gigi yang mengalami perubahan warna akibat trauma.
MIKGI 2011: 73.
21. Rosidan NA, Erlita I, Ichrom MY. Perbandingan efektifitas jus buah apel (Malus
Syvestris Mill) sebagai pemutih gigi alami eksternal berdasarkan varietas.
Dentino J Ked Gigi 2017; 1(1): 2.
22. Adang RAF, Suprastiwi E, Usman M. Pemutihan gigi teknik home bleaching
dengan menggunakan karbamid peroksida (sari pustaka).
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/endang.suprastiwi/publication/hidrogenvse
s006baru (4 September 2018).
23. Ghalib N, Ayuandyka U. Prevalensi diskolorisasi gigi pada anak prasekolah di
kota makassar. Makassar Dent J 2017; 6(2): 69.
24. Adrian N. Penentuan warna gigi insisif sentral dan kaninus dengan
spektrofotometer. Tesis. Jakarta: Program Studi Spesialis Prostodonsia UI, 2012:
9-13.
25. Sikri VK. Color: implication in dentistry. J Conserv Dent 2010; 13(4): 249-55.
26. Todorovic A, et al. Reliability of conventional shade guides in teeth color
determination. Vojnosanit Pregl 2013; 70(10): 929–34.
27. Hein S, Tapia J, Bazos P. eLABor_aid: a new approach to digital shade
management. IJED 2017; 12(2): 188.
28. Prastiwi CD, Wijayanti N. Perbedaan lama waktu perendaman gigi dalam
ekstrak buah belimbing (Averrhoa carambola) terhadap perubahan warna gigi.
Naskah Publikasi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2016.
29. Musnadi S, et al. Effect of small starfruit (Averrhoa bilimbi L.) extract gel on
tooth enamel color changes. J Phys: Conf. Ser. 2018; (1073): 2.
30. Kavita. Efek penambahan ekstrak cassava (M. Esculenta Crantz) pada bahan
bleaching terhadap elemen mineral dan morfologi enamel pada gigi-gigi
diskolorisasi ekstrinsik (in vitro). Tesis. Medan: Program Studi Spesialis
Konservasi Gigi USU, 2019: 59.
31. Prihanti GS. Pengantar biostatistik. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2018:12-3.
32. Lumuhu EFS, Kaseke MM, Parengkuan WG. Perbedaan efektivitas jus tomat
(Lucopersicon esculentum Mill.) dan jus apel (Mallus sylvestris Mill.) sebagai
bahan alami pemutih gigi. J eG 2016; 4(2): 85.
33. Soares DG, Ribeiro AP, Sacono NT, Loguércio AD, Hebling J, Costa CA.
Mineral loss and morphological changes in dental enamel induced by a 16%
carbamide peroxide bleaching gel. Brazilian dental journal. 2013;24(5):517-21
34. Widowati KD, Kristanti Y, Nugraheni T. Pengaruh konsentrasi dan lama waktu
aplikasi sodium askorbat terhadap kebocoran mikro tumpatan resin komposit
kavitas kelas I pasca bleaching intrakoronal dengan hidrogen peroksida 35%. J
Ked Gi 2015; 6(2): 190.
35. Garg N, Garg A. Textbook of Endodontic. Malaysia: Unipress Publishing, 2008,
443.
36. Saputra, D. Pengaruh Ekstrak Buah Apel (Malus sylvestris) Terhadap Perubahan
Warna Gigi Dalam Proses Bleaching (Pemutihan Gigi) Berdasarkan Perbedaan
Waktu. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2008.
37. Patil, R. D. Esthetic Dentistry An Artist's Science. India: PR Publications, 2002.
38. O’Brien WJ. Dental materials and their selection. 3rd Ed., Chicago: Quintessence
Publ Co; 2002: 162-3.
39. Alqahtani M. Tooth-bleaching procedures and their controversial effects: A
literature review. The Saudi Dent J 2014; 26: 35.
Alur pikir
- Teknik bleaching dalam bidang kedokteran - Pemakaian bahan bleaching yang tidak
gigi terbagi menurut vitalitas gigi yaitu tepat dapat menyebabkan kerusakan pada
bleaching eksternal untuk gigi vital dan mukosa oral.
bleaching internal untuk gigi nonvital. - Bahan bleaching yang umum digunakan
- Teknik bleaching gigi eksternal dilakukan adalah hidrogen peroksida dan karbamid
pada gigi vital dapat dilakukan dengan dua peroksida namun memiliki kekurangan
cara, yaitu in office bleaching dan home sehingga perlunya suatu bahan alternatif
bleaching. pemutih gigi yang juga aman untuk terkena
- Teknik home bleaching menggunakan gingiva dan mukosa oral.
bahan karbamid peroksida 10-15% dibawah - Averrhoa bilimbi memiliki prospek yang
pengawasan dokter gigi. baik sebagai bahan bleaching karena
- Penggunaan karbamid peroksida dengan penggunaannya dapat menimbulkan
konsentrasi lebih dari 10% dapat perubahan warna email.
menurunkan jumlah fosfat, kalsium, dan - Gel ekstrak buah belimbing wuluh dapat
fluoride pada email. Akibatnya terjadi berpengaruh terhadap remineralisasi
penurunan microhardness email lebih cepat mikrostruktur permukaan email gigi.
karena demineralisasi pada struktur email.
Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh konsentrasi
70%, 80%, dan 90% terhadap perubahan warna email gigi sebagai bahan bleaching alami?
2. Apakah ada perbedaan warna email gigi sebelum dan sesudah pemberian gel
ekstrak buah belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90% sebagai bahan bleaching
alami dibandingkan dengan bahan bleaching komersial?
Judul Penelitian
Pengaruh Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Sebagai Alternatif
Bahan Home Bleaching Terhadap Perubahan Warna Gigi Menggunakan Sistem CIELAB
(In-Vitro)
Alur Penelitian
Persiapan sampel
(24 Sampel)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KELOMPOK Statistic df Sig. Statistic df Sig.
L 1 .277 6 .165 .894 6 .341
sebelum 2 .159 6 .200* .947 6 .716
*
3 .249 6 .200 .911 6 .445
4 .223 6 .200* .888 6 .310
A 1 .187 6 .200* .920 6 .508
sebelum 2 .313 6 .067 .848 6 .151
3 .202 6 .200* .970 6 .890
4 .282 6 .146 .909 6 .427
B 1 .194 6 .200* .935 6 .616
sebelum 2 .196 6 .200* .898 6 .361
3 .308 6 .079 .894 6 .338
4 .197 6 .200* .901 6 .382
L sesudah 1 .315 6 .063 .838 6 .125
2 .143 6 .200* .995 6 .997
3 .244 6 .200* .954 6 .771
4 .359 6 .055 .744 6 .057
A 1 .225 6 .200* .948 6 .727
sesudah 2 .268 6 .200* .877 6 .257
3 .256 6 .200* .936 6 .631
4 .268 6 .200* .834 6 .116
B sesudah 1 .242 6 .200* .882 6 .278
2 .214 6 .200* .973 6 .911
3 .162 6 .200* .951 6 .748
4 .186 6 .200* .930 6 .580
Selisih 1 .213 6 .200* .916 6 .476
2 .201 6 .200* .961 6 .825
3 .243 6 .200* .928 6 .566
4 .273 6 .182 .872 6 .236
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
(Kelompok 1)
Paired Samples Statistics
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 L sebelum 66,400 6 4,2676 1,7422
L sesudah 67,767 6 3,2303 1,3188
Pair 2 A sebelum ,200 6 1,4339 ,5854
A sesudah -,067 6 ,8454 ,3451
Pair 3 B sebelum 7,567 6 5,8051 2,3699
B sesudah 10,400 6 2,5962 1,0599
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 L sebelum –
-3,7333 4,4943 1,8348 -8,4498 ,9831 -2,035 5 ,098
L sesudah
Pair 2 A sebelum –
,6167 1,6940 ,6916 -1,1611 2,3944 ,892 5 ,413
A sesudah
Pair 3 B sebelum –
1,7833 5,9774 2,4403 -4,4896 8,0563 ,731 5 ,498
B sesudah
Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 L sebelum –
-6,9667 11,6764 4,7669 -19,2203 5,2870 -1,461 5 ,204
L sesudah
Pair 2 A sebelum –
,0833 2,3626 ,9645 -2,3960 2,5627 ,086 5 ,935
A sesudah
Pair 3 B sebelum –
3,2500 5,3144 2,1696 -2,3271 8,8271 1,498 5 ,194
B sesudah
Descriptives
Perubahan Warna
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Gel ekstrak belimbing wuluh 70% 6 5,678 2,9446 1,2021 2,588 8,768 2,5 9,7
Gel ekstrak belimbing wuluh 80% 6 6,883 3,1871 1,3011 3,539 10,228 3,0 11,9
Gel ekstrak belimbing wuluh 90% 6 7,400 3,6590 1,4938 3,560 11,240 1,6 11,7
Karbamid peroksida 16% 6 13,283 5,2320 2,1359 7,793 18,774 6,8 19,9
Total 24 8,311 4,6862 ,9566 6,332 10,290 1,6 19,9
1,210 3 20 ,332
ANOVA
Selisih
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Selisih
LSD
Gel ekstrak Gel ekstrak belimbing wuluh 80% -1,2050 2,2284 ,595 -5,853 3,443
belimbing wuluh Gel ekstrak belimbing wuluh 90% -1,7217 2,2284 ,449 -6,370 2,927
70%
Karbamid peroksida 16% -7,6050* 2,2284 ,003 -12,253 -2,957
Gel ekstrak Gel ekstrak belimbing wuluh 70% 1,2050 2,2284 ,595 -3,443 5,853
belimbing wuluh Gel ekstrak belimbing wuluh 90% -,5167 2,2284 ,819 -5,165 4,132
80% Karbamid peroksida 16% -6,4000* 2,2284 ,009 -11,048 -1,752
Gel ekstrak Gel ekstrak belimbing wuluh 70% 1,7217 2,2284 ,449 -2,927 6,370
belimbing wuluh Gel ekstrak belimbing wuluh 80% ,5167 2,2284 ,819 -4,132 5,165
90% Karbamid peroksida 16% -5,8833* 2,2284 ,016 -10,532 -1,235
Karbamid Gel ekstrak belimbing wuluh 70% 7,6050* 2,2284 ,003 2,957 12,253
peroksida 16% Gel ekstrak belimbing wuluh 80% 6,4000* 2,2284 ,009 1,752 11,048
Gel ekstrak belimbing wuluh 90% 5,8833* 2,2284 ,016 1,235 10,532
Jadwal Kegiatan
5 Pengolahan
data dan
analisis data
6 Penyusunan
laporan
penelitian
7 Seminar hasil
8 Perbaikan
9 Sidang skripsi
akhir
10 Perbaikan
11 Penyerahan
skripsi