Anda di halaman 1dari 98

PENGARUH GEL EKSTRAK BUAH BELIMBING WULUH

(Averrhoa bilimbi) SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN


HOME BLEACHING TERHADAP PERUBAHAN
WARNA GIGI MENGGUNAKAN
SISTEM CIELAB (In-Vitro)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

GRACE NATALIA

NIM : 150600209

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Tahun 2019

ABSTRAK

Grace Natalia
Pengaruh Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Sebagai Alternatif
Bahan Home Bleaching Terhadap Perubahan Warna Gigi Menggunakan Sistem
CIELAB (In-Vitro)
xii + 69 halaman

Bleaching adalah salah satu prosedur pemutihan gigi yang mengubah warna
sampai mendekati warna gigi asli secara kimiawi dimana tujuan utamanya adalah
mengembalikan fungsi estetika. Penggunaan hidrogen peroksida untuk memutihkan gigi
dapat merusak permukaan email gigi sehingga dapat terjadi demineralisasi pada struktur
email. Adanya kelemahan ini peneliti mencari alternatif bahan dental bleaching alami
yang lebih aman diantaranya adalah buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang
mengandung senyawa karboksilat dan peroksida yang dapat memutihkan gigi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan perubahan warna email
gigi sebelum dan sesudah pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh sebagai bahan
bleaching alami.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan rancangan
penelitian pre and post test group design dengan menggunakan 6 sampel gigi molar tiga
pascaekstraksi yang dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok 1 diaplikasikan gel ekstrak
belimbing wuluh konsentrasi 70%, kelompok 2 diaplikasikan gel ekstrak belimbing
wuluh konsentrasi 80%, kelompok 3 diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh
konsentrasi 90%, dan kelompok 4 diaplikasikan karbamid peroksida 16%. Lama
pengaplikasian bahan yaitu 4 jam perhari selama dua minggu. Perubahan warna email
dianalisis dengan metode digital fotokolorimetrik CIELAB.

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan warna pada keempat
kelompok sampel menjadi lebih putih. Hasil uji Paired T-test menunjukkan tidak
terdapat perubahan warna yang signifikan antara sebelum dan sesudah diaplikasikan
bahan bleaching pada semua kelompok. Hasil uji ANOVA menunjukkan terdapat
perubahan warna yang signifikan antara keempat kelompok dengan nilai signifikansi
0,013. Hasil uji Post Hoc menunjukkan perbedaan yang signifikan antara gel ekstrak
belimbing wuluh 70% dengan karbamid peroksida 16% (0,003), gel ekstrak belimbing
wuluh 80% dengan karbamid peroksida 16% (0,009), dan gel ekstrak belimbing wuluh
90% dengan karbamid peroksida 16% (0,016).
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak buah
belimbing wuluh terbukti dapat menjadi alternatif bahan alami bleaching gigi.

Kata kunci : bleaching, karbamid peroksida 16%, gel ekstrak belimbing wuluh
Daftar rujukan : 39 (2002-2019)

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 1 Juli 2019

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp. KG (K)


ANGGOTA : 1. Nevi Yanti, drg., M.Kes., Sp.KG (K)
2. Fitri Yunita Batubara, drg., MDSc

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat, rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Tumpak Siahaan dan Ibu
Nelly Yuly atas segala kasih sayang, bimbingan, doa, dukungan baik moral maupun
materi, dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis. Terima kasih kepada kakak
penulis Sumando Siahaan, dan adik penulis Jane Evelyn Siahaan.
Selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran-saran, dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Cut Nurliza, drg., M.Kes., Sp.KG (K) selaku Ketua Departemen Ilmu
Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K) selaku dosen pembimbing
utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan,
penjelasan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
4. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dengan memberikan
saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi.
5. Prof. Monang Panjaitan, drg., MS selaku dosen penasehat akademik yang
telah membimbing dan memberi motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan
akademik.
6. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku ketua Komisi Etik
Penelitian Bidang Kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
persetujuan pelaksanaan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


7. Dr., Dra Marline Nainggolan, MS., Apt selaku kepala Laboratorium
Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis
selama pelaksanaan penelitian.
8. Maya Fitria, SKM, M.Kes., selaku staf pengajar di Fakultas Kesehatan
Masyarakat atas bantuannya dalam analisis statistik hasil penelitian.
9. Ivan Poltak Sitompul, drg selaku residen pada Program Pendidikan Dokter
Gigi Spesialis Konservasi yang telah membimbing dan membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian ini.
10. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Konservasi Gigi serta
seluruh teman mahasiswa stambuk 2015 yang selalu sedia membantu dan memberi
semangat kepada penulis.
11. Sahabat-sahabat penulis Alberto, Ezra, Melisa, Nitya, Vania, Resmiarni,
Sylvia, Dinda, Arwin, Endang, Ben, dan teman-teman yang lain yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah mendukung dan memberi semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skrispi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan
skripsi ini. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan wawasan yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan bermanfaat
pada masyarakat.

Medan, 1 Juli 2019


Penulis

Grace Natalia
NIM: 150600209

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...............................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................................ 6
1.4.2 Manfaat Klinis ........................................................................................... 6
1.4.3 Manfaat Praktis .......................................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 7


2.1 Struktur Email............................................................................................... 7
2.1.1 Enamel Rod (Prisma Email) ...................................................................... 7
2.1.2 Striae of Retzius (Garis Retzius) ............................................................... 8
2.1.3 Garis Hunter-Schreger ............................................................................... 8
2.1.4 Lamela Email ............................................................................................. 9
2.2 Demineralisasi .............................................................................................. 9
2.3 Remineralisasi ............................................................................................ 10
2.4 Perubahan Warna Gigi................................................................................ 10
2.4.1 Diskolorisasi yang Disebabkan Faktor Ekstrinsik ................................... 11
2.4.2 Diskolorisasi yang Disebabkan Faktor Intrinsik ..................................... 11
2.5 Pemutihan Gigi ........................................................................................... 11
2.5.1 Bleaching eksternal ................................................................................. 11

vi
Universitas Sumatera Utara
2.6 Bahan Pemutih Gigi.................................................................................... 12
2.6.1 Hidrogen Peroksida ................................................................................. 12
2.6.2 Karbamid Peroksida ................................................................................ 13
2.7 Mekanisme Pemutihan Gigi ....................................................................... 14
2.8 Indikasi dan Kontraindikasi Bahan Bleaching ........................................... 16
2.9 Efek Samping Bahan Pemutih Gigi ............................................................ 16
2.9.1 Efek Samping Terhadap Jaringan Keras Gigi ......................................... 16
2.9.2 Efek Samping Terhadap Pulpa ................................................................ 17
2.9.3 Efek Samping Terhadap Jaringan Lunak ................................................ 17
2.10 Metode Evaluasi Stabilitas Warna ............................................................ 18
2.10.1 Pengukuran Warna Metode Subjektif ................................................... 18
2.10.2 Pengukuran Warna Metode Objektif ..................................................... 19
2.11 Potensi Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh Sebagai Bahan
Pemutih Gigi ............................................................................................ 22
2.11.1 Klasifikasi Belimbing Wuluh ................................................................ 23
2.11.2 Komposisi Mineral Buah Belimbing Wuluh ......................................... 23
2.11.3 Komposisi Asam Organik Buah Belimbing Wuluh .............................. 24
2.12 Mekanisme Pemutihan Gigi dengan Belimbing Wuluh ........................... 24
2.12 Kerangka Teori ......................................................................................... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ....................................................... 27


3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 27
3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN.................................................................................... 28


4.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 28
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................... 28
4.2.1 Tempat Penelitian .................................................................................... 28
4.2.2 Waktu Penelitian...................................................................................... 28
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 28
4.3.1 Populasi Penelitian .................................................................................. 28
4.3.2 Sampel ..................................................................................................... 28
4.3.3 Besar Sampel ........................................................................................... 29
4.4 Variabel Penelitian, Identifikasi Variabel Penelitian, dan Definisi
Operasional ................................................................................................ 29
4.4.1 Variabel Penelitian .................................................................................. 29
4.4.1.1 Variabel Bebas ..................................................................................... 29
4.4.1.2 Variabel Terikat .................................................................................... 30
4.4.1.3 Variabel Luar ........................................................................................ 30
4.4.1.4 Variabel Terkendali .............................................................................. 30
4.4.1.5 Variabel Tidak Terkendali .................................................................... 30
4.4.2 Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................... 31
4.4.3 Definisi Operasional ................................................................................ 32
4.5 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................... 33
4.5.2 Bahan Penelitian ...................................................................................... 36

vii
Universitas Sumatera Utara
4.6 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 37
4.6.1 Pembuatan Ekstrak Buah Belimbing Wuluh ........................................... 37
4.6.2 Pembuatan Formulasi Basis HPMC (Hydroxypropyl methylcellulose) .. 40
4.6.3 Pembuatan Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh .................................... 40
4.6.4 Persiapan Sampel Gigi............................................................................. 41
4.6.5 Pewarnaan Pada Sampel Dengan Kopi ................................................... 42
4.6.6 Pengukuran Perubahan Warna Gigi Sebelum Dilakukan Bleaching....... 43
4.6.7 Perlakuan Terhadap Sampel .................................................................... 44
4.6.8 Pengukuran Perubahan Warna Gigi Sesudah Dilakukan Bleaching ....... 45
4.7 Analisis Statistik ......................................................................................... 46

BAB 5 HASIL PENELITIAN ........................................................................................ 47


5.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 47
5.1.1 Perubahan Warna Sampel Kelompok I ................................................... 47
5.1.2 Perubahan Warna Sampel Kelompok II .................................................. 48
5.1.3 Perubahan Warna Sampel Kelompok III ................................................. 50
5.1.4 Perubahan Warna Sampel Kelompok IV................................................. 51
5.2 Analisis Hasil Penelitian ............................................................................. 52
5.2.1 Uji Paired T-test....................................................................................... 53
5.2.2 Uji ANOVA .............................................................................................. 55
5.2.3 Uji LSD (Least Significant Difference ..................................................... 56

BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................................. 58

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 64


7.1 Kesimpulan ................................................................................................. 64
7.2 Saran ........................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 66

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi kimia Buah Belimbing Wuluh per 100 g bahan ................................. 23


2. Kandungan Asam Organik Buah Belimbing Wuluh per 100 g bahan ................... 24
3. Definisi Operasional............................................................................................... 32
4. Nilai Perubahan Warna Kelompok I ...................................................................... 48
5. Nilai Perubahan Warna Kelompok II ..................................................................... 49
6. Nilai Perubahan Warna Kelompok III ................................................................... 50
7. Nilai Perubahan Warna Kelompok IV ................................................................... 52
8. Hasil Uji Paired T-test Pada Kelompok I .............................................................. 53
9. Hasil Uji Paired T-test Pada Kelompok II ............................................................. 54
10. Hasil Uji Paired T-test Pada Kelompok III............................................................ 54
11. Hasil Uji Paired T-test Pada Kelompok IV ........................................................... 55
12. Hasil Uji ANOVA .................................................................................................. 55
13. Hasil Uji LSD (Least Significant Difference) Antara Kelompok Perlakuan .......... 56

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Potongan transversal dari enamel rod .................................................................. 8


2. Garis Retzius pada email ...................................................................................... 8
3. Garis Hunter-Schreger dan lamela email ............................................................. 9
4. Meningkatnya kekuatan bahan pemutih mengandung karbopol dibanding
tanpa karbopol .................................................................................................... 14
5. Proses buffer menghasilkan banyak radikal bebas lebih kuat (perhidroksil) ..... 15
6. Shade guide Vita 3D Master .............................................................................. 19
7. CIELAB Color Chart ......................................................................................... 21
8. (a) Kolorimeter (b) Spektrofotometer ................................................................ 21
9. Teknik digital fotokolorimetrik yang terdiri dari DSLR kamera, lensa makro,
flash makro, dan filter polarisasi ........................................................................ 22
10. Belimbing wuluh ................................................................................................ 22
11. Alat Penelitian ............................................................................................................ 35
12. Bahan Penelitian ......................................................................................................... 37
13. Buah belimbing wuluh ....................................................................................... 38
14. Buah belimbing wuluh dimasukkan ke dalam lemari pengering ....................... 38
15. Simplisia yang dihaluskan dengan blender ........................................................ 38
16. Proses maserasi belimbing wuluh ...................................................................... 39
17. Proses pemekatan ekstrak dengan rotary evaporator ........................................ 39
18. Proses pemekatan ekstrak dengan waterbath ..................................................... 39
19. Ekstrak belimbing wuluh ................................................................................... 40
20. Basis gel ............................................................................................................. 40
21. Ekstrak belimbing wuluh yang ditambahkan basis gel ...................................... 40
22. Gel Ekstrak Belimbing Wuluh ........................................................................... 41
23. Pembersihan seluruh permukaan gigi dengan bubuk pumice ............................ 41
24. Pemotongan sampel gigi .................................................................................... 41
25. Sampel gigi yang telah dipotong dan direndam saliva buatan ........................... 42

x
Universitas Sumatera Utara
26. Pelapisan dengan cat kuku ................................................................................. 42
27. Larutan kopi ....................................................................................................... 42
28. Potongan sampel gigi direndam dengan larutan kopi ........................................ 43
29. Foto sampel gigi menggunakan metode digital fotokolorimetrik ...................... 43
30. a. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok I
b. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok II
c. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok III
d. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok IV ............................................ 45
31. Foto sampel gigi kelompok 1 sebelum dilakukan bleaching ............................. 47
32. Foto sampel gigi kelompok 1 sesudah dilakukan bleaching .............................. 47
33. Foto sampel gigi kelompok 2 sebelum dilakukan bleaching ............................. 49
34. Foto sampel gigi kelompok 2 sesudah dilakukan bleaching .............................. 49
35. Foto sampel gigi kelompok 3 sebelum dilakukan bleaching ............................. 50
36. Foto sampel gigi kelompok 3 sesudah dilakukan bleaching .............................. 50
37. Foto sampel gigi kelompok 4 sebelum dilakukan bleaching ............................. 51
38. Foto sampel gigi kelompok 4 sesudah dilakukan bleaching .............................. 51
39. Grafik rata-rata selisih perubahan warna ........................................................... 56

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1 Alur pikir
2 Alur penelitian
3 Hasil Uji Statistik
4 Surat Keterangan Ethical Clearence
5 Surat Identifikasi Tanaman dari Herbarium Medanense USU
6 Surat Keterangan Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU
7 Perkiraan Jadwal Kegiatan

xii
Universitas Sumatera Utara
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman modern ini, estetika merupakan kebutuhan bagi semua orang. Gigi
merupakan salah satu faktor estetika penting bagi pasien.1 Keadaan yang mempengaruhi
estetika gigi adalah warna dari gigi tersebut. Perubahan warna gigi dapat menimbulkan
dampak psikologi yang besar terutama apabila terjadi pada gigi anterior.2 Diskolorisasi
gigi dapat berlangsung secara fisiologik maupun patologik. Secara fisiologik, perubahan
warna gigi dapat terjadi karena deposisi dentin sekunder dan dentin reparatik yang
mengakibatkan perubahan warna gigi. Secara patologik, perubahan warna gigi dapat
bersifat ekstrinsik dan intrinsik. Penyebab utama diskolorisasi ekstrinsik adalah
chromogens yang berasal dari asupan sumber diet, seperti kopi, teh, tembakau, larutan
obat kumur, atau plak pada permukaan gigi.3 Sedangkan diskolorisasi intrinsik dapat
disebabkan karena bahan-bahan restorasi gigi seperti amalgam, karies, trauma,
penggunaan antibiotik tetracycline dan fluorida dalam dosis besar selama beberapa
tahun, penyakit herediter yang mempengaruhi perkembangan dan pematangan email
dan dentin, serta genetik.3 Diskolorasi gigi dapat terjadi pada gigi vital dan non vital
yang akan mempengaruhi estetika.1 Salah satu perawatan konservatif yang dapat
digunakan untuk mengatasi diskolorasi gigi adalah melakukan bleaching.1
Bleaching adalah salah satu prosedur pemutihan gigi yang mengubah warna
sampai mendekati warna gigi asli secara kimiawi dimana tujuan utamanya adalah
mengembalikan fungsi estetika.4 Teknik bleaching dibagi menurut vitalitas gigi yaitu
pemutihan gigi vital dan nonvital. Teknik pemutihan gigi internal (intracoronal
bleaching) dilakukan pada gigi nonvital yang telah dirawat endodontik. Teknik
pemutihan gigi eksternal dilakukan pada gigi vital yang dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu in office bleaching dan home bleaching. Teknik in office bleaching
dikerjakan langsung di klinik oleh dokter gigi menggunakan hidrogen peroksida dengan

Universitas Sumatera Utara


2

konsentrasi tinggi yaitu 30-35%. Teknik ini digunakan pada pasien yang tidak dapat
menggunakan tray atau pada pasien yang menginginkan perubahan warna gigi dengan
cepat dan terkontrol langsung oleh dokter gigi.1,5 Teknik home bleaching atau disebut
juga nightguard vital bleaching menggunakan tray atau night guard yang dapat
dilakukan oleh pasien di rumah dan dibawah pengawasan dokter gigi dengan
menggunakan bahan karbamid peroksida 10-15%.1,4,5
Ada dua macam bahan bleaching eksternal yang umum digunakan yaitu
hidrogen peroksida dan karbamid peroksida.1 Karbamid peroksida merupakan gabungan
dari hidrogen peroksida dan urea yang disebut juga urea peroksida. Kedua bahan ini
akan terurai menjadi H2O dan O2. Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan mengalami
dekomposisi secara perlahan dan melepaskan onasen. Pada konsentrasi yang sangat
tinggi, hidrogen peroksida dapat bersifat mutagenik dan memungkinkan untuk
menyebabkan kerusakan pada ikatan DNA.5
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa proses bleaching menggunakan
hidrogen peroksida dapat merusak permukaan email, yang meliputi degradasi email,
peningkatan porositas, erosi email, dan penurunan kekerasan email.2 Penggunaan
karbamid peroksida dengan konsentrasi lebih dari 10% dapat menurunkan jumlah
fosfat, kalsium, dan fluoride pada email. Akibatnya terjadi penurunan microhardness
email lebih cepat karena demineralisasi pada struktur email.1 Kekerasan email
dipengaruhi oleh banyaknya jumlah bahan anorganik seperti kalsium dan
hidroksiapatit. Larutnya sebagian kalsium dari kristal hidroksiapatit menyebabkan
kekerasan email menurun, sehingga rentan terhadap terjadinya karies. Bleaching juga
dapat menimbulkan gigi sensitif terhadap perubahan suhu, iritasi pada mukosa,
penurunan komponen seperti kalsium, fosfat, dan postasium pada jaringan keras gigi
yang berakibat pada penurunan tingkat kekerasan gigi dan perubahan morfologi
permukaan email pada mahkota gigi.4 Gigi dapat menjadi sensitif karena hidrogen
peroksida yang merusak prisma rod enamel, menyebabkan tersingkapnya dentin secara
mikroskopis. Hydrogen peroksida dalam bentuk gel atau pasta memiliki sifat hipertonik
dibandingkan cairan pada struktur gigi dan jaringan sekitarnya.1,5 Kondisi ini

Universitas Sumatera Utara


3

menyebabkan terjadinya proses penyerapan air dari tekanan yang lebih rendah. Proses
tersebut menyebabkan rasa ngilu dan sensitif.6
Penelitian Riani (2015) menyatakan bahwa hidrogen peroksida 30% dapat
menurunkan kekerasan email dan dentin, yaitu 15 menit pada email dan 5 menit pada
dentin. Karbamid peroksida 10% menurunkan kekuatan mikrodentin dan dipengaruhi
oleh waktu kontak dengan email gigi. Hidrogen peroksida 30% dapat merubah struktur
kimia dentin dan sementum sehingga lebih mudah untuk kehilangan komponen organik.
Peroksida terdeteksi di dalam pulpa 15 menit setelah email terpapar hidrogen peroksida
10%, 15%, dan 30% sehingga menimbulkan gangguan kerja enzim. Perubahan sel-sel
enzim di dalam pulpa ini yang mungkin dapat menyebabkan timbulnya sensitifitas
pulpa.5
Adanya kerusakan permukaan dan penurunan kekerasan mikro permukaan email
menunjukkan terjadi proses demineralisasi email. Demineralisasi email disebabkan oleh
asam yang terkandung pada bahan bleaching.7 Penggunaan bahan pemutih untuk
bleaching sampai sekarang masih terus dikembangkan karena kandungan bahan kimia
yang terdapat pada hidrogen peroksida sangat besar dampaknya terhadap jaringan
tubuh. Peneliti ingin mengembangkan bahan alam yang dapat dijadikan sumber bahan
baku pemutih gigi, sesuai dengan kebijakan Universitas Sumatera Utara bahwa
keunggulan akademik berbasis sumber daya alam (natural resources) difokuskan pada
pengembangan penelitian.
Selain mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan bleaching, masyarakat
kini mulai menggunakan bahan alami sebagai bahan pemutih gigi karena mudah didapat
dan ekonomis.2 Buah-buahan seperti apel, stroberi, dan tomat merupakan buah yang
dapat dijadikan bahan pemutih alami. Tomat mengandung senyawa peroksida,
sedangkan stroberi dan apel mengandung asam malat. Asam malat merupakan golongan
asam karboksilat yang mempunyai kemampuan memutihkan gigi dengan mengoksidasi
permukaan email gigi sehingga menjadi netral dan menimbulkan efek pemutihan pada
gigi. Senyawa karboksilat dan peroksida dapat ditemukan pada belimbing wuluh berupa
asam oksalat, sehingga diduga belimbing wuluh dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bleaching alami.8 Belimbing wuluh bersifat asam dengan pH 4,7. Meskipun memiliki

Universitas Sumatera Utara


4

pH yang rendah, akan tetapi proses remineralisasi dalam suatu larutan remineralisasi
yang asam terjadi tiga kali lebih besar dibandingkan dengan pH netral. Hal ini terjadi
karena kandungan asam laktat diketahui memiliki kemampuan untuk mengikat ion
kalsium dan memberikan efek buffer dalam suasana asam sehingga proses
remineralisasi akan terjadi lebih besar.9
Penelitian Musnadi (2018) membuktikan bahwa terjadi perubahan warna pada
kelompok spesimen setelah diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh Aceh dan Bogor
konsentrasi 70%, 80%, dan 90% yang diaplikasikan pada gigi insisif sapi 4 jam perhari
selama 14 hari dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi lebih cerah.
Penelitian Susi (2016) menyatakan bahwa pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh
dengan konsentrasi 0,1%, 0,25%, dan 0,5% dapat berpengaruh terhadap remineralisasi
mikrostruktur permukaan email gigi. 9
Berdasarkan uraian diatas, kandungan asam organik dalam buah belimbing
wuluh mempunyai potensi sebagai bahan bleaching alami yang dapat menjadi bahan
alternatif home bleaching, dan kandungan mineralnya seperti kalsium dan fosfor baik
untuk remineralisasi email gigi. Dari penelitian terdahulu gel ekstrak belimbing wuluh
asal Aceh dan Bogor sudah pernah diteliti sebagai bahan bleaching menggunakan
sampel gigi insisif sapi, sedangkan pada penelitian ini penulis tertarik untuk
memanfaatkan gel ekstrak belimbing wuluh sebagai alternatif bahan home bleaching
terhadap perubahan warna gigi. Dalam penelitian ini digunakan gel ekstrak buah
belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90% dibandingkan dengan karbamid
peroksida 16% sebagai gold standard, dengan menggunakan potongan gigi manusia
sebagai sampel penelitian dan memakai sistem CIELAB untuk mengukur dan melihat
perubahan warna pada email gigi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, dapat disusun tema sentral dari masalah penelitian ini
yaitu:

Universitas Sumatera Utara


5

• Teknik bleaching dalam bidang kedokteran gigi terbagi menurut vitalitas


gigi yaitu bleaching eksternal untuk gigi vital dan bleaching internal untuk
gigi nonvital.
• Teknik bleaching gigi eksternal yang dilakukan pada gigi vital dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu in office bleaching dan home bleaching.
• Teknik home bleaching menggunakan bahan karbamid peroksida 10-15%
dibawah pengawasan dokter gigi.
• Penggunaan karbamid peroksida dengan konsentrasi lebih dari 10% dapat
menurunkan jumlah fosfat, kalsium, dan fluoride pada email. Akibatnya
terjadi penurunan microhardness email lebih cepat karena demineralisasi
pada struktur email.
• Pemakaian bahan bleaching yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan
pada mukosa oral.
• Bahan bleaching yang umum digunakan adalah hidrogen peroksida dan
karbamid peroksida namun memiliki kekurangan sehingga perlunya suatu
bahan alternatif pemutih gigi yang juga aman untuk terkena gingiva dan
mukosa oral.
• Averrhoa bilimbi memiliki prospek yang baik sebagai bahan bleaching
karena penggunaannya dapat menimbulkan perubahan warna email.
• Gel ekstrak buah belimbing wuluh juga dapat berpengaruh terhadap
remineralisasi mikrostruktur permukaan email gigi.

Berdasarkan uraian diatas, maka timbul pertanyaan peneliti sebagai berikut:


1. Apakah ada pengaruh pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh
konsentrasi 70%, 80%, dan 90% terhadap perubahan warna email gigi sebagai bahan
bleaching alami?
2. Apakah ada perbedaan warna email gigi sebelum dan sesudah
pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90% sebagai
bahan bleaching alami dibandingkan dengan bahan bleaching komersial?

Universitas Sumatera Utara


6

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian gel ekstrak buah belimbing
wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90% terhadap perubahan warna email gigi sebagai
bahan bleaching alami.
2. Untuk mengetahui perbedaan perubahan warna email gigi sebelum dan
sesudah pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90%
sebagai bahan bleaching alami dibandingkan dengan bahan bleaching komersial.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai informasi untuk menunjukkan ada tidaknya pengaruh pemberian
gel ekstrak buah belimbing wuluh terhadap perubahan warna email gigi sebagai bahan
bleaching alami.
2. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut tentang bahan alternatif alami untuk
bleaching.

1.4.2 Manfaat Klinis


1. Sebagai pertimbangan bagi dokter gigi dalam pemilihan bahan untuk
melakukan perawatan bleaching.

1.4.3 Manfaat Praktis


1. Sebagai dasar dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
gigi masyarakat terutama dalam bidang konservasi gigi.
2. Memperoleh bahan pemutih gigi alami yang ekonomis sebagai alternatif
produk kesehatan gigi dan mulut yang beredar di pasaran sehingga dapat bermanfaat
bagi masyarakat luas.
3. Sebagai pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan
material kedokteran gigi yang berasal dari alam.

Universitas Sumatera Utara


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Email


Email berasal dari jaringan ektoderm dan meliputi crown gigi, yang merupakan
jaringan yang paling keras dari tubuh. Email terdiri dari 96% bahan anorganik terutama
kalsium fosfat dalam bentuk hidroksi apatit (Ca10(PO4)6(OH)2) atau flouroapatit
(Ca10(PO4)6F2), 4% air, bahan matriks organik 1%, dan jaringan fibrosa.10 Termasuk
juga terlihat jelas sejumlah karbonat (4%), sodium (0,6%), magnesium (1,2%), klorida
(0,2%) dan sejumlah kecil fluorida (0,01%). Fluorida terutama terdapat pada permukaan
enamel.10 Meskipun enamel merupakan struktur yang sangat keras, tetapi enamel
bersifat permeabel terhadap ion-ion dan molekul baik berasal dari makanan dan
minuman yang dikonsumsi, sehingga elemen anorganik pada enamel akan larut secara
perlahan-lahan atau kronis yang akan berpengaruh terhadap kekerasannya.11

2.1.1 Enamel Rod (Prisma Email)


Unit dasar email disebut enamel rod, berdiameter 4-8μm, merupakan
massa kristal-kristal hidroksiapatit yang terkemas rapat mengikuti arah aksis gigi.
Arah kristal hidroksiapatit yang menyusun batang email mempengaruhi beberapa sifat
email, seperti kekuatan, daya tahan terhadap asam, dan lain-lain. Pada potongan
melintang, batang email terlihat seperti lubang kunci, dimana kepalanya
mengarah ke mahkota gigi, sedangkan bagian bawahnya mengarah ke akar gigi.
Batang email berjalan dari perlekatan email-dentin (Dentinoenamel Junction atau
DEJ) sampai ke permukaan gigi dengan interrod substance di antaranya. Kristal-kristal
pada batang email dan interrod email dipisahkan oleh rod sheath. Rod sheath
merupakan bagian luar enamel rod yang sebagian besar merupakan substansi fibrosa
organik. Rod sheath dibentuk oleh satu ameloblas yang membentuk silindris tinggi,
dimana puncaknya (ke arah dentin) memanjang sebagai prosesus Tomes.10 Potongan
transversal dari enamel rod ditunjukkan pada gambar 1.

Universitas Sumatera Utara


8

Gambar 1. Potongan transversal dari enamel rod10


2.1.2 Striae of Retzius (Garis Retzius)
Garis Retzius merupakan garis pertumbuhan incremental. Secara longitudinal
terlihat sebagai pita-pita gelap yang merefleksikan bidang berbentuk email yang
berturut-turut. Secara melintang terlihat seperti cincin konsentris. Garis ini terlihat
secara jelas pada gigi permanen, tetapi kurang jelas pada gigi sulung. Garis Retzius
yang terlihat pada email ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Garis Retzius pada email12


2.1.3 Garis Hunter-Schreger
Merupakan fenomena optis yang dihasilkan dari perubahan arah antar kelompok
prisma. Garis ini terlihat jelas pada potongan longitudinal yang dilihat dari cahaya yang

Universitas Sumatera Utara


9

direfleksikan dan ditemukan di dalam dua pertiga enamel. Garis-garis ini memiliki
tampilan gelap dan terang yang dapat dibalikkan dengan mengubah arah pencahayaan.12

2.1.4 Lamela Email


Lamela adalah celah yang terdapat di antara prisma pada permukaan email.
Lamela berada di sepanjang permukaaan email hingga ke batas dentinoenamel. Lamela
merupakan struktur yang rentan terhadap karies.12 Gambar 3 menunjukkan garis Hunter-
Schreger dan lamela pada email.

Gambar 3. Garis Hunter-Schreger dan lamela email13


2.2 Demineralisasi
Demineralisasi adalah proses hilangnya bahan mineral anorganik dari email gigi.
Elemen anorganik pada email dapat larut ketika berkontak dengan asam, sehingga akan
menurunkan kekerasan email. Kecepatan melarutnya mineral email dipengaruhi oleh
pH, konsentrasi asam, lamanya berkontak dengan asam, dan kandungan ion kalsium dan
fosfat. Hidroksiapatit memiliki pH kritis yaitu dibawah 5,5 sehingga semakin rendahnya
pH suatu bahan bleaching, maka akan meningkatkan larutnya hidroksiapatit.11
Ion H+ akan bereaksi dengan dengan gugus PO4-9, F-, atau OH membentuk
HSO4-, H2SO4-, HF, atau H2O, sedangkan yang kompleks terbentuk CaHSO4, CaPO4,
dan CaHPO4. Proses ini tidak bisa berkontribusi dengan keseimbangan normal
hidroksiapatit, oleh karena itu kristal hidroksiapatit akan larut. pH yang rendah akan
meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit email
gigi. Demineralisasi yang terus menerus akan membentuk pori-pori kecil atau porositas
pada permukaan email gigi sehingga dapat menyebabkan larutnya mineral kalsium. 14

Universitas Sumatera Utara


10

Reaksi kimia terlepasnya kalsium dari email gigi dalam suasana asam ditunjukkan
dengan persamaan reaksi berikut:
Ca10(PO4)6F2 → Ca10(PO4)6F2 + 2n H+ → N Ca2+ + Ca10 – nH20 – 2n(PO4)6F2
padat terlarut terlepas padat
Adanya kerusakan permukaan email, peningkatan porositas, penurunan nilai
kekerasan mikro permukaan email, menunjukkan bahwa terjadi proses demineralisasi
email paska pemutihan gigi eksternal.7 Demineralisasi disebabkan oleh keasaman bahan
pemutih yang dapat mempengaruhi struktur fisik dan kimia email dan juga dipengaruhi
oleh durasi bahan pemutih berkontak dengan permukaan gigi.7
Setelah proses bleaching kekerasan email gigi akan mengalami penurunan,
tetapi akan kembali normal setelah minggu keempat karena permukaan gigi di dalam
rongga mulut selalu terekspos saliva. Saliva mengandung komponen seperti kalsium
dan fosfat yang dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan remineralisasi
jaringan gigi.7

2.3 Remineralisasi
Remineralisasi adalah proses perbaikan alami pada permukaan gigi untuk
mengembalikan mineral dalam bentuk ion mineral ke dalam struktur kisi-kisi
hidroksiapatit. Remineralisasi membuat kalsium, fosfat, dan ion fluoride yang
terkandung di dalam email digantikan oleh kristal fluorapatite. Kristal-kristal ini lebih
tahan terhadap asam dan secara substansial lebih besar dari kristal hidroksiapatit.
Dengan demikian, kristal apatit pada email yang telah mengalami remineralisasi lebih
resisten terhadap kerusakan oleh asam.15
Saliva merupakan agen remineralisasi alamiah yang mengandung komponen
seperti kalsium dan fosfat yang dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan
remineralisasi.7,16

2.4 Perubahan Warna Gigi


Warna alami email gigi adalah putih translusen.17 Menurut Grossman (1995),
perubahan warna gigi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu perubahan warna gigi
oleh faktor dari luar gigi (ekstrinsik), dan faktor dari dalam gigi (intrinsik).

Universitas Sumatera Utara


11

2.4.1 Diskolorisasi yang Disebabkan Faktor Ekstrinsik


Perubahan warna ekstrinsik adalah pewarnaan superfisial yang hanya
mempengaruhi permukaan luar email.18,19 Penyebab utama diskolorisasi ekstrinsik
adalah chromogens yang berasal dari asupan sumber diet, seperti kopi, teh, wine,
tembakau, larutan obat kumur, lalu diserap kedalam plak atau acquired pellicle ke
permukaan gigi melalui suatu pertukaran ion.3 Pewarnaan tembakau diakibatkan oleh
deposisi produk tar pada permukaan gigi dan menembus email. Pewarnaan
chlorhexidine karena ikatan kation dari antiseptik tersebut dengan anion dari permukaan
gigi.18

2.4.2 Diskolorisasi yang Disebabkan Faktor Intrinsik


Diskolorasi intrinsik disebabkan karena akumulasi atau penumpukan suatu agen
aktif yang menghasilkan noda pada gigi yang terdapat di dalam email dan dentin.20
Diskolorisasi intrinsik dapat disebabkan karena bahan-bahan restorasi gigi seperti
amalgam, karies, trauma, infeksi, obat-obatan (antibiotik tetracycline), fluorosis,
penyakit herediter seperti hipoplasia enamel, dentinogenesis imperfekta, dan
amelogenesis imperfekta yang terjadi pada periode perkembangan gigi juga menjadi
salah satu penyebab diskolorasi intrinsik dan tidak dapat dihilangkan dengan prosedur
perawatan bleaching biasa karena stain terjadi di dalam email dan dentin.3

2.5 Pemutihan Gigi


Pemutihan gigi atau bleaching merupakan suatu prosedur untuk merubah warna
gigi sampai mendekati warna asli gigi dengan proses perbaikan secara kimiawi yang
bertujuan untuk mengembalikan estetika gigi.21
Ada berbagai macam prosedur untuk pemutihan gigi. Prosedur bleaching
eksternal dapat dilakukan secara in office bleaching (dikerjakan di klinik oleh dokter
gigi secara langsung) atau home bleaching (dilakukan di rumah dengan pantauan dokter
gigi).1

2.5.1 Bleaching eksternal


Bleaching eksternal adalah perawatan pemutihan gigi yang bersifat konservatif.
Teknik bleaching eksternal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu in-office bleaching

Universitas Sumatera Utara


12

yang dilakukan langsung di praktek dokter gigi dan home bleaching yang dapat
dilakukan di rumah setelah konsultasi dengan dokter gigi menggunakan bahan pemutih
dengan bantuan tray. In-office bleaching biasanya dilakukan dengan menggunakan
bahan pemutih gigi yang berkonsentrasi tinggi seperti hidrogen peroksida 35-38% atau
karbamid peroksida 35- 40% yang dilakukan oleh dokter gigi selama 30 menit. Teknik
in office bleaching digunakan pada pasien yang tidak dapat menggunakan tray atau pada
pasien yang menginginkan hasil dapat terlihat langsung setelah perawatan dan
terkontrol langsung oleh dokter gigi.22
Teknik home bleaching atau disebut juga supervised home dental whitening atau
nightguard vital bleaching menggunakan suatu alat yang menyerupai protesa yang
disebut tray atau night guard yang berisi bahan pemutih karbamid peroksida 10-15%.
dan dilakukan oleh pasien dirumah. Prosedurnya sederhana, ekonomis, hasilnya
optimal, presentasi keberhasilannya tinggi, dapat memotivasi pasien untuk lebih
memelihara kesehatan gigi, dan waktu kunjungan singkat. Butuh waktu 3-4 minggu
untuk mendapatkan hasil pemutihannya. 14,22

2.6 Bahan Pemutih Gigi


Ada bermacam-macam produk pemutih gigi yang tersedia. Bahan pemutih gigi
yang digunakan sebagai bleaching umumnya adalah yang mengandung peroksida.
Peroksida adalah kombinasi oksigen dan banyak bahan kimia lain. Bentuk peroksida
diantaranya adalah hidrogen peroksida dan karbamid peroksida.

2.6.1 Hidrogen Peroksida


Hidrogen peroksida (H2O2) dikenal juga sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen
dioksida, oksidol, dan peroksida mempunyai pH 4,5.5,22 Bahan ini bersifat sangat tidak
stabil, berbusa dan berbuih segera setelah berkontak dengan material organik.18
Hidrogen peroksida bersifat cair, tidak berwarna, tidak berbau, dan bila terurai akan
menghasilkan air dan oksigen.5 Hidrogen peroksida dapat terurai menjadi air dan
oksigen secara spontan dengan reaksi sebagai berikut:
2H2O2 →2H2O + O2 + Energi

Universitas Sumatera Utara


13

Dalam prosedur bleaching, penetrasi hidrogen peroksida pada gigi lebih cepat
daripada karbamid peroksida.18 Bahan ini aman digunakan apabila dipakai dalam batas
konsentrasi yang diawasi dan tidak terlalu lama (bila konsentrasi tinggi) dan dalam
suatu interval waktu perawatan tertentu. Pada konsentrasi tinggi, bahan pemutih gigi
dapat bersifat bakteriostatik dan pada konsentrasi sangat tinggi dapat bersifat mutagenik
dan memungkinkan untuk menyebabkan kerusakan pada ikatan DNA.22

2.6.2 Karbamid Peroksida


Karbamid peroksida (CH6N2O3) disebut juga karbamid urea, urea peroksida,
perhydrol urea, dan perhydelure. Nama kimia dari karbamid peroksida adalah urea
hidrogen peroksida dengan rumus molekul CO(NH2)2.H2O2 dan berat molekul 94,07.5
Karbamid peroksida merupakan suatu senyawa yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak
toksik, berbentuk kristal putih, dan merupakan kombinasi antara 7% urea dan 3%
hidrogen peroksida.5,6,22
Karbamid peroksida telah dikenal sebagai larutan untuk pemutih gigi, seperti
yang telah dilaporkan oleh Haywood dan Heymann pada tahun 1989 yang merupakan
era baru dalam pemutihan gigi vital.5,22 Larutan karbamid peroksida sangat tidak stabil
dan segera terurai saat berkontak dengan jaringan atau saliva. Urea hidrogen peroksida
memiliki hidrogen aktif yang setara dengan 3,5% hidrogen peroksida. Urea mudah
bergerak bebas melalui email dan dentin. Urea akan terurai menjadi amonia dan
karbondioksida dan akan meningkatkan pH. Pemutihan dengan teknik home bleaching
dianjurkan menggunakan karbamid peroksida 10%. Karbamid peroksida lebih dari 10%
tidak dianjurkan untuk digunakan di luar tempat praktek dokter gigi berdasarkan faktor
keamanan dan efektifitas oleh American Dental Association (ADA).
Beberapa penelitian mengenai karbamid peroksida 10% menyatakan bahwa
bahan ini membutuhkan waktu yang lebih lama tetapi akan memutihkan gigi sama
dengan konsentrasi tinggi, tanpa perubahan ireversibel terhadap pulpa. Kandungan
bahan pemutih gigi yang utama adalah karbamid peroksida sebagai unsur aktif 10-15%
dan sisanya sekitar 85% adalah unsur non aktif terdiri dari gliserin atau propilen glikol,
sodium stannate, bahan penyegar, asam sitrat, trolamin, phenacetin, dan air.5,18,22

Universitas Sumatera Utara


14

Karbamid peroksida dapat mengandung karbopol (polimer karboksipolimetilen) sebagai


campuran. Bahan ini dapat menambah kekentalan dan daya lekat serta memperlambat
proses pelepasan oksigen dari karbamid sehingga oksigen akan bereaksi 3-4 kali lebih
lama dari biasanya. Urea berfungsi sebagai stabilizer untuk memperpanjang waktu kerja
bahan, memperlambat lepasnya jumlah hidrogen peroksida, dan mempunyai tambahan
keuntungan kariostatik.18 Sejumlah asam ditambahkan untuk mengurangi pH antara 5,0-
6,5. Rendahnya pH ini menjadi perdebatan karena meningkatkan kemungkinan
rusaknya email dan dentin. Batas pH kritis yang ditetapkan untuk etsa email adalah 5,2-
5,8 sedangkan untuk dentin 6,0-6,8.5,6,22 Skema meningkatnya kekuatan bahan pemutih
mengandung karbopol ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4. Meningkatnya kekuatan bahan pemutih mengandung karbopol dibanding


tanpa karbopol5,22

2.7 Mekanisme Pemutihan Gigi


Mekanisme kerja bahan pemutih gigi merupakan reaksi reduksi-oksidasi
(redoks) yaitu dengan cara menembus melalui enamel ke tubulus dentin dan
mengoksidasi pigmen pada dentin, menyebabkan warna gigi menjadi lebih cerah. Proses
ini dapat dipercepat menggunakan pemanasan dengan sinar berintensitas cahaya rendah
atau sinar dengan intensitas cahaya tinggi.17
Hidrogen peroksida akan menghasilkan perhidroksil (HO2) yang merupakan
radikal bebas kuat dan onasen (O+) sebagai radikal bebas lemah. Dalam bentuk cairan
murni H2O2 merupakan asam lemah yang menghasilkan lebih banyak radikal bebas
lemah yaitu O, sehingga untuk mendorong pembentukan HO2 maka hidrogen peroksida

Universitas Sumatera Utara


15

harus dibuat basa pada pH optimum 9,5 – 10,8. Setelah terbentuk HO2 dalam jumlah
yang besar maka radikal bebas ini akan bereaksi dengan ikatan tidak jenuh. Hal ini
menyebabkan gangguan pada konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi pada
molekul organik dalam struktur gigi (email, dentin). Molekul gigi berubah struktur
kimianya dengan tambahan oksigen dan akan membentuk molekul organik email yang
lebih kecil dengan warna yang lebih terang sehingga menghasilkan efek pemutihan dan
warna gigi menjadi lebih terang.18,22 Skema proses buffer menghasilkan perhidroksil
ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5. Proses buffer menghasilkan banyak radikal bebas lebih kuat (perhidroksil)5,22

Karbamid peroksida akan terurai menjadi hidrogen peroksida dan urea.


Komponen urea dalam karbamid peroksida akan menstabilkan hidrogen peroksida dan
menghasilkan kontak pada gigi yang lebih lama sehingga diperoleh efisiensi reaksi yang
sempurna. Karbamid peroksida lebih sedikit mengiritasi gingiva, sehingga lebih baik
bila digunakan sebagai home bleaching. Pada awal proses pemutihan gigi, cincin karbon
yang terpigmentasi akan terbuka menjadi ikatan tidak jenuh dengan warna yang lebih
terang. Apabila proses ini dilanjutkan akan tercapai titik saturasi yang menunjukkan
bahwa proses pemutihan itu telah berjalan dengan optimal. Pada proses pemutihan gigi,
hidrogen peroksida berdifusi melalui matriks email. Radikal bebas yang dihasilkan ini
tidak mempunyai pasangan, bersifat elektrofilik ekstrim dan sangat tidak stabil, dapat
menyerang hampir semua molekul organik untuk menstabilkan elektronnya dan
menghasilkan radikal bebas lainnya. Sedangkan pada permukaan email gigi bahan

Universitas Sumatera Utara


16

tersebut dapat bereaksi dengan ikatan tak jenuh, sehingga menghasilkan konjugasi
elektron serta perubahan penyerapan energi molekul organik serta terbentuk juga
molekul sederhana yang kurang dipengaruhi cahaya. Hal ini dapat menjelaskan
timbulnya reaksi pemutihan. Berbagai faktor yang perlu diperhitungkan seperti
peningkatan suhu, tingginya konsentrasi karbamid peroksida, dan lamanya gigi
berkontak dengan bahan pemutih dalam batas limit, mempengaruhi proses oksidasi dan
menyebabkan tingkat perubahan warna yang lebih besar.5,22

2.8 Indikasi dan Kontraindikasi Bahan Bleaching


Indikasi perawatan bleaching untuk penderita dengan diskolorasi gigi yang
disebabkan oleh proses penuaan, konsumsi makanan, minuman, obat antara lain
tetrasiklin, serta fluorosis.17
Kontraindikasi penggunaan bahan bleaching adalah penderita yang alergi
terhadap komponen bahan pemutih gigi atau bahan sendok cetak, penderita dengan gigi
sangat sensitif, penderita dengan gangguan Temporomandibular Joints (TMJ), penderita
hamil, penderita dengan restorasi geligi anterior.17

2.9 Efek Samping Bahan Pemutih Gigi


Bleaching tidak selamanya memberikan hasil yang diharapkan. Bahan bleaching
dapat menimbulkan efek samping berupa sensitif baik pada gigi maupun jaringan
sekitar, iritasi pada mukosa, dan rasa sakit pada sendi temporomandibula.4,14 Hal ini
disebabkan karena bahan peroksida yang terkandung dalam bahan bleaching merupakan
bahan yang bersifat hipertonis yang dapat menarik air dan menyebabkan dehidrasi pada
struktur gigi. Radikal bebas yang dilepaskan oleh bahan peroksida juga dapat masuk ke
dalam ruang pulpa melalui tubulus dentin dan menyebabkan terjadinya pulpitis
reversible pada gigi. Beberapa penelitian juga menunjukkan terjadinya perubahan
struktur permukaan gigi, kekerasan permukaan, dan hilangnya jaringan keras gigi
menyerupai proses demineralisasi.14

2.9.1 Efek Samping Terhadap Jaringan Keras Gigi


Bahan bleaching mempunyai titik jenuh, dimana proses pemutihan sudah tidak
dapat efektif lagi dan apabila diteruskan akan menyebabkan pecahnya struktur

Universitas Sumatera Utara


17

anorganik email dan menyebabkan email menjadi rusak.6 Penelitian Perdigao (1998)
melakukan penelitian terhadap karbamid peroksida 10% terhadap email dan hasilnya
dapat menyebabkan penurunan jumlah kalsium, fosfat, dan fluoride pada email, dan
akibatnya terjadi perubahan microhardness email. Kekerasan email dipengaruhi oleh
banyaknya bahan organik seperti kalsium, dengan larutnya sebagian kalsium dari kristal
hidroksiapatit, maka kekerasan email menjadi menurun sehingga rentan terhadap
karies.6 Pada karbamid peroksida dengan konsentrasi tinggi penurunan microhardness
lebih besar dan cepat karena jumlah oksidator yang dilepas banyak, pH rendah sehingga
rasio jumlah bahan organik dan anorganik terganggu dan terjadi kerusakan pada email.
Hidrogen peroksida dengan konsentrasi 30% dapat menurunkan kekerasan email dan
dentin, yaitu 5 menit pada dentin dan 15 menit pada email.5 Hidrogen peroksida
konsentrasi 30% juga dapat mengubah struktur kimia dentin dan sementum sehingga
menjadi lebih mudah untuk kehilangan komponen organik.

2.9.2 Efek Samping Terhadap Pulpa


Hipersensitif pulpa dipengaruhi oleh: faktor pasien, lamanya kontak dengan
bahan pemutih, konsentrasi bahan, komposisi bahan, pH dan tray yang digunakan.6
Bowles (1992) menyatakan bahwa rasa sensitif pada gigi akibat pengunaan bahan
pemutih disebabkan karena terjadi proses metabolisme glukosa dan sintesa protein,
terutama kolagen. Reaksi ini dipengaruhi oleh enzim tertentu yang sangat sensitif
terhadap lingkungan dan hal ini yang menyebabkan gigi menjadi sensitif. Pemakaian
hidrogen peroksida dapat menyebabkan perubahan sel-sel enzim di dalam pulpa yang
dapat menyebabkan sensitivitas pada pulpa. Pengamatan klinis terhadap hidrogen
peroksida dan karbamid peroksida memperlihatkan tingkat yang bervariasi dalam
sensitivitas gigi yang timbul pada 24-48 jam setelah dilakukan prosedur bleaching.5

2.9.3 Efek Samping Terhadap Jaringan Lunak


Adanya radikal bebas oksigen dapat memecahkan membran sel epitel mukosa
mulut beserta lapisan korneumnya sehingga menimbulkan reaksi inflamasi pada
jaringan lunak. Pemecahan membran ini melalui proses oksidasi, dan pada keadaan
kronis dapat menimbulkan peradangan pada gusi. Penelitian Leonard (1977)

Universitas Sumatera Utara


18

melaporkan bahwa indeks gingiva sebelum dan sesudah bleaching gigi dengan
karbamid peroksida 10% dengan teknik home bleaching terjadi perbedaan yang
bermakna.6

2.10 Metode Evaluasi Stabilitas Warna


Berdasarkan Atlas of Munsell Color System (1915) oleh Albert Henri Munsell,
terdapat fenomena tiga dimensi warna, yaitu hue (color tone), value (brightness),
chroma (saturation).18 Hue adalah kualitas warna yang membedakan antara warna yang
satu dengan warna yang lain, misalnya kuning,merah, dan lain-lain. Warna gigi
biasanya berada dalam kisaran kuning-merah. Seiring bertambahnya usia, variasi hue
sering terjadi disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Chroma merupakan
kualitas warna yang dapat membedakan antara warna yang kuat dengan yang lemah.
Value merupakan kualitas warna yang membedakan antara warna terang dengan warna
gelap. Hal ini dipengaruhi oleh jarak antara objek dan sumber cahaya. Skala value
diukur dari angka 0-10.18
Persepsi warna berbeda untuk setiap individu. Untuk menstandardisasi hasil
penilaian warna, beberapa teknik dan alat telah dikembangkan untuk memudahkan
dokter gigi dalam penentuan warna gigi. Secara umum, pengukuran warna gigi terbagi
kepada dua kategori, yaitu pengukuran warna secara subjektif dan pengukuran warna
secara objektif.

2.10.1 Pengukuran Warna Metode Subjektif


Pengidentifikasian warna gigi dengan metode subjektif yaitu dilakukan secara
visual dengan menggunakan shade guide. Shade guide merupakan alat pengukuran
warna gigi yang sangat populer dan digunakan oleh dokter gigi di seluruh dunia.23
Usaha pertama untuk menggambarkan warna gigi dengan akurat dilakukan oleh E.B
Clark pada tahun 1931 berdasarkan sistem Munsell yang dilakukan secara visual.
Shade guide vita 3D master mencakup seluruh warna gigi dimana terdapat tiga
penentu dalam pemilihan warna gigi dengan shade guide ini, yaitu value, chroma dan
hue dimana memungkinkan ketepatan penentuan warna. Shade guide vita 3D master
terdiri dari 11 set sampel berbentuk gigi porselen. Tiap 11 set dibagi menjadi 26 sampel

Universitas Sumatera Utara


19

yang disusun berdasarkan value terang ke gelap, dari intensitas rendah ke intensitas
tinggi dan tersusun dari warna kuning ke warna merah. Adapun susunan dari tiap set
adalah 1M1, 1M2, 2L1.5, 2L2.5, 2M1, 2M2, 2M3, 2R1.5, 2R2.5, 3L1.5, 3L2.5, 3M1,
3M2, 3M3, 3R1.5, 3R2.5, 4L1.5, 4L2.5, 4M1, 4M2, 4M3, 4R1.5, 5L1.5, 5L2.5, 5M1,
5M2, 5M3, 5R1.5, 5R2.5. Cara membaca hasil penentuan warna pada shade guide 3D
master adalah angka pertama pada kode shade tab adalah menunjukkan value, makin
tinggi nilai tersebut maka warna shade tab makin gelap, kode huruf menunjukkan hue
shade tab, L mempunyai arti kuning, M merupakan pertengahan warna antara kuning
dan merah, sedangkan R adalah warna kemerahan. Angka terakhir menunjukkan
chroma, sama dengan value, makin tinggi nilainya maka chroma makin tinggi
saturasinya.24 Shade guide vita 3D master ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 6. Shade guide Vita 3D Master24


2.10.2 Pengukuran Warna Metode Objektif
Metode objektif ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan dari metode
penilaian warna secara visual. Metode pengukuran warna secara objektif memberi hasil
yang lebih akurat dan spesifik. Alat pengukuran warna secara objektif antara lain
spektrofotometer (gambar 8a), kolorimeter (gambar 8b), dan kamera dengan metode
digital fotokolorimetri (gambar 9).23

Universitas Sumatera Utara


20

Kolorimeter (Gambar 8a) dapat mengukur nilai tristimulus warna dari pantulan
cahaya sebuah spesimen setelah sumber cahaya telah melewati serangkaian filter.
Kolorimeter berguna dalam menghitung perbedaan warna spesimen secara kuantitas.
Alat ini menggunakan filter fotodioda untuk mengontrol cahaya yang mencapai
spesimen. Cahaya yang dipantulkan dari spesimen kemudian diukur sengan sensor.
Kolorimeter tidak mengukur nilai reflektans warna dan hasilnya kurang akurat
dibanding spektrofotometer.24
Spektrofotometer (Gambar 8b) adalah alat ukur warna digital yang mengukur
cahaya pada gelombang tertentu. Spektrofotometer terdiri dari tiga elemen prinsip,
yakni sebagai sumber cahaya, alat untuk mengarahkan sumber cahaya ke objek dan
menerima cahaya yang dipantulkan oleh objek ataupun dikembalikan ke objek.24 Alat
ini memberi hasil berdasarkan data spektral cahaya L*, a*, dan b* serta dapat mengukur
tingkat reflektans suatu obyek. Spektrofotometer merupakan instrument pengukuran
warna yang paling akurat dan fleksibel dalam bidang kedokteran gigi. Alat ini mampu
mengukur jumlah cahaya yang dipantulkan dari obyek pada interval 1-25nm dalam
spektrum visibel. Sebuah spektrofotometer mengukur jumlah hue dan juga nilai value
atau kecerahan suatu obyek. Selain itu, jumlah cahaya yang dipantulkan dari obyek
tersebut juga direkam oleh alat ini.24
Kamera digital digunakan untuk mengukur tingkat warna atau nilai kecerahan
gigi. Alat ini mengaplikasikan sistem warna Red, Green, Blue (RGB), yaitu dengan
merekam warna merah, hijau, dan biru suatu obyek. Pengukuran warna gigi dengan
metode ini memerlukan suasana dan pencahayaan yang terkalibrasi untuk menghindari
bias. Seluruh permukaan gigi difoto, kemudian dianalisa warnanya di komputer dengan
software pengukur warna yang biasanya berdasarkan sistem CIELAB. Kamera digital
sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur warna gigi karena dapat mengetahui
distribusi warna pada seluruh permukaan gigi dan pernggunaanya lebih mudah
dibanding spektrofotometer dan kolorimeter. Selain itu, metode ini juga tidak
memerlukan biaya yang tinggi.23
Instrumen-instrumen ini memungkinkan komputerisasi warna dengan sistem
CIE (Commission Internationale del’Éclairage) ataupun dengan nilai L*a*b.25 Nilai L*

Universitas Sumatera Utara


21

adalah value dari suatu objek [L*= 0 (hitam) hingga 100 (putih)], a* adalah pengukuran
antara axis merah-hijau [a*= -127 (hijau) hingga +127 (merah)], dan b* adalah
pengukuran antara axis kuning-biru [b*= -127 (biru) hingga +127 (kuning)].25 Warna
pada CIELAB ditunjukkan pada gambar 7.
Perbandingan warna dapat diukur dengan CIE L*a*b* (CIELAB) berdasarkan
nilai perubahan warna (∆E), dengan persamaan sebagai berikut:
∆E= [(∆L*)2 + (∆a*)2 + (∆b*)2 ]1/2
(𝐿1∗ ,𝑎1∗ ,𝑏1∗) adalah nilai yang diperoleh sebelum perlakuan dan (𝐿2∗ ,𝑎2∗ ,𝑏2∗)
adalah nilai yang diperoleh setelah perlakuan. Menurut American Dental Association
(ADA), nilai ∆E ≥ 3,7 berarti perubahan warna dapat dilihat langsung dengan mata
pengamat dan bahan bleaching dapat diterima secara klinis, dan nilai ∆E ≤ 2 berarti
perubahan warna tergolong kecil dan tidak dapat diterima secara klinis.26 Dalam
prosedur pemutihan gigi, sangat penting untuk memberikan hasil perubahan warna gigi
yang dapat dirasakan dan dibedakan oleh pasien.25

Gambar 7. CIELAB Color Chart25

a b

Gambar 8. (a) Kolorimeter (b) Spektrofotometer 23

Universitas Sumatera Utara


22

Gambar 9. Teknik digital fotokolorimetrik yang terdiri dari DSLR kamera, lensa makro,
flash makro, dan filter polarisasi27

2.11 Potensi Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh Sebagai Bahan Pemutih
Gigi
Belimbing wuluh disebut juga sebagai belimbing sayur merupakan tumbuhan
yang hidup pada ketinggian 5-500 meter diatas permukaan laut. Ditanam sebagai pohon
buah, dan kadang tumbuh liar. Tinggi pohon ini 5-10 meter. Batang bergelombang daun
majemuk, panjang 30-60 cm dan terdapat 11-37 anak daun yang berbentuk oval.
Buahnya berbentuk bulat lonjong bersegi. Daging buahnya banyak mengandung air dan
rasanya asam.9 Tanaman belimbing wuluh ditunjukkan pada gambar 10.

Gambar 10. Belimbing wuluh9

Universitas Sumatera Utara


23

2.11.1 Klasifikasi Belimbing Wuluh


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Oxalidales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averhoa bilimbi L.
Nama Lokal : Belimbing wuluh
2.11.2 Komposisi Mineral Buah Belimbing Wuluh
Kandungan mineral dalam 100 g buah belimbing wuluh dapat dilihat pada tabel
1 sebagai berikut:
Tabel 1. Komposisi kimia Buah Belimbing Wuluh per 100 g bahan9
No Komposisi Kadar
1 Energi 23 kal
2 Protein 0,7 g
3 Lemak 0,2 g
4 Karbohidrat 4,5 g
5 Serat 1,5 g
6 Abu 0,3 g
7 Kalsium 10 mg
8 Fosfor 11 mg
9 Zat besi 0,4 mg
10 Beta-karoten 100 ug
11 Potasium 148 mg
12 Vitamin A 17 ug
13 Thiamin 0,01 mg
14 Ribovlafin 0,03 mg
15 Niasin 0,3 mg
16 Asam Askorbat 18 mg
17 Air 94,1 g

Universitas Sumatera Utara


24

Kalsium dan fosfor yang terdapat dalam buah belimbing wuluh baik untuk
remineralisasi tulang dan gigi. Buah belimbing mengandung kalsium dan fosfor
diharapkan dapat meningkatkan proses remineralisasi gigi.

2.11.3 Komposisi Asam Organik Buah Belimbing Wuluh


Kandungan asam organik dalam buah belimbing wuluh dapat dilihat pada tabel
2 sebagai berikut:
Tabel 2. Kandungan Asam Organik Buah Belimbing Wuluh per 100 g bahan9
No Asam Organik Jumlah
1 Asam asetat 0,4-1,2
2 Asam sitrat 92,6-133,8
3 Asam format 0,4-0,9
4 Asam laktat 1,6-1,9
5 Asam oksalat 5,5-8,9

Senyawa karboksilat berupa asam oksalat dapat dimanfaatkan sebagai bahan


dental bleaching alami. Selain itu, terdapat juga senyawa peroksida di dalam Averrhoa
bilimbi yang diduga mampu memutihkan gigi yang mengalami perubahan warna.8 Buah
belimbing wuluh memiliki kandungan asam organik, dimana larutan asam memiliki
kekuatan presipitasi yang rendah akan tetapi proses remineralisasi dalam suatu larutan
remineralisasi yang asam bisa terjadi lebih besar. Asam laktat diketahui memiliki
kemampuan untuk mengikat ion kalsium dan memberikan efek buffer dalam suasana
asam sehingga proses remineralisasi dapat terjadi.9
2.12 Mekanisme Pemutihan Gigi dengan Belimbing Wuluh
Terdapat kandungan asam-asam organik pada belimbing wuluh, salah satunya
adalah asam oksalat. Asam oksalat merupakan bahan oksidator seperti halnya hidrogen
peroksida. Perubahan asam oksalat menjadi peroksida dan efek pemutihannya diuraikan
pada reaksi sebagai berikut:28
O2 + H2C2O → H2O2 + 2CO2
(Oksigen) (Asam Oksalat) (Peroksida) (Karbondioksida)
H2O2 → H2O + On
(Peroksida) (air) (onasen, radikal bebas yang lemah)
H +
+ HO → Radikal bebas yang lebih kuat
(Hidrogen) (Perhidrol)

Universitas Sumatera Utara


25

Mekanisme peroksida memutihkan gigi dengan cara berdifusi ke dalam email


kemudian menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas yang diproduksi mempunyai
elekton yang tidak berpasangan. Elektron ini tidak stabil sehingga akan menyerang
molekul organik lainnya untuk mencapai kestabilan. Elektron ini kemudian diterima
oleh stain pada gigi dan mengalami oksidasi sehingga mengurai zat warna organik dan
terjadi efek cerah pada warna gigi. Radikal bebas yang dihasilkan oleh peroksida adalah
perhidrol dan onasen. Onasen bersifat radikal lemah sedangkan perhidrol bersifat
radikal kuat, sehingga perhidrol membuat warna gigi lebih cerah dengan efek yang lebih
baik.28
Penelitian Fauziah (2012) memakai belimbing wuluh yang dihaluskan pada
konsentrasi rendah sebagai bahan bleaching alami. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
terdapat variasi perubahan warna pada email gigi setelah diaplikasi dengan Averrhoa
bilimbi, dan perubahan warna email masih lebih besar terjadi pada spesimen yang
diaplikasi dengan karbamid peroksida 10%.8 Penelitian Musnadi (2018) membuktikan
bahwa terjadi perubahan warna pada kelompok spesimen setelah diaplikasikan gel
ekstrak belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90% yang diaplikasikan pada gigi
insisif sapi selama 14 hari dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi lebih
cerah.29

Universitas Sumatera Utara


26

2.12 Kerangka Teori

Enamel gigi

Perubahan warna gigi


(diskolorisasi)

Bleaching

Bahan alami Bahan kimia

Gel Ekstrak Belimbing Wuluh Hidrogen Peroksida Karbamid Peroksida


konsentrasi 70%, 80%, 90% (H2O2) (CH6N2O3)

H2O2 → H2O + O+
Kalsium, Asam sitrat, Asam oksalat
H2O → H+ + HO-
fosfor, asam asetat,
H2C2O4
asam laktat asam format

Remineralisasi H2C2O4 → H2O2+ 2CO


H2O2 → H+ + OH- + O2

(H+) Suasana
Asam

Demineralisasi

Efek perubahan warna gigi

Perubahan warna gigi menjadi


lebih cerah

Pengukuran perubahan warna gigi dengan metode digital fotokolorimetrik CIELAB

Universitas Sumatera Utara


27

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep


Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat dibuat suatu kerangka konsep terkait dengan masalah penelitian seperti di
bawah ini.

- Gel Ekstrak Belimbing Wuluh 70%


Perubahan warna gigi
- Gel Ekstrak Belimbing Wuluh 80%
- Gel Ekstrak Belimbing Wuluh 90%
- Karbamid Peroksida 16%

3.2 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan pernyataan dalam tinjauan pustaka, diperoleh hipotesis penelitian
yaitu:
1. Ada pengaruh pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh konsentrasi 70%,
80%, dan 90% terhadap perubahan warna email gigi sebagai bahan bleaching alami.
2. Ada perbedaan warna email gigi sebelum dan sesudah pemberian gel ekstrak
buah belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90% sebagai bahan bleaching alami
dibandingkan dengan bahan bleaching komersial.

Universitas Sumatera Utara


28

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis Penelitian : Eksperimental laboratorium In Vitro
Rancangan Penelitian : Pre and post test group design

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan September-April 2019

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan adalah gigi molar tiga yang diekstraksi di RSGM USU
bagian bedah mulut
4.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi molar tiga yang
diekstraksi dari pasien yang melakukan tindakan odontektomi dengan kriteria inklusi
dan eksklusi sebagai berikut:
Kriteria inklusi:
a. Mahkota masih utuh dan akar sudah menutup sempurna
b. Tidak karies dan tidak anomali
c. Tidak terdapat restorasi
Kriteria eksklusi:
a. Gigi sulung
b. Gigi anomali
c. Gigi terdapat kalkulus

Universitas Sumatera Utara


29

4.3.3 Besar Sampel


Jumlah besar sampel pada penelitian eksperimen secara sederhana dapat
dihitung dengan menggunakan rumus Federer (1955) sebagai berikut :31
( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15
Dimana ;
t = Jumlah perlakuan dalam penelitian
r = Jumlah sampel
Dalam penelitian ini terdapat 4 kelompok sampel yang diberi perlakuan.
Berdasarkan rumur Federer diatas, maka jumlah sampel tiap kelompok dapat ditentukan
sebagai berikut: ( 4 – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15
( 3 ) ( r – 1) ≥ 15
( 3r – 3 ) ≥ 15
3r ≥ 18
r≥6
r≥6
Hasil perhitungan di atas diperoleh r ≥ 6 artinya besar sampel yang dipakai pada
setiap kelompok perlakuan pada penelitian ini adalah enam sampel potongan gigi molar.
Pada penelitian ini akan dibagi ke dalam 4 kelompok sampel, yaitu :
a. Kelompok I : Kelompok yang diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 70%
b. Kelompok II : Kelompok yang diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 80%
c. Kelompok III : Kelompok yang diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 90%
d. Kelompok IV : Kelompok yang dilakukan bleaching dengan karbamid peroksida
16%
4.4 Variabel Penelitian, Identifikasi Variabel Penelitian, dan Definisi
Operasional
4.4.1 Variabel Penelitian
4.4.1.1 Variabel Bebas
a. Gel Ekstrak Belimbing Wuluh 70%
b. Gel Ekstrak Belimbing Wuluh 80%
c. Gel Ekstrak Belimbing Wuluh 90%

Universitas Sumatera Utara


30

d. Karbamid peroksida 16%


4.4.1.2 Variabel Terikat
a. Perubahan warna gigi
4.4.1.3 Variabel Luar
a. Diskolorasi ekstrinsik (Kopi)
4.4.1.4 Variabel Terkendali
a. Jumlah sampel sebanyak 24 potongan bukal gigi molar tiga
b. Sampel gigi yang digunakan (potongan bukal gigi molar tiga)
c. Bubuk pumice untuk pembersihan gigi selama 10 detik
d. Perendaman gigi pada saliva buatan paska pencabutan pada semua kelompok
(1 minggu)
e. Perendaman gigi dalam kopi sebelum dimulai perlakuan selama 5 hari
f. Lama waktu aplikasi gel ekstrak belimbing wuluh pada gigi yaitu selama 4
jam perhari selama 14 hari
g. Lama waktu aplikasi karbamid peroksida pada gigi yaitu selama 4 jam
perhari selama 14 hari
h. Cara pemakaian bahan bleaching dengan karbamid peroksida 16% pada
sampel
i. Cara pemakaian bahan bleaching dengan gel ekstrak belimbing wuluh 70%,
80%, dan 90%
j. Jarak antara kamera dengan sampel
k. Pencahayaan yang diserap oleh kamera

4.4.1.5 Variabel Tidak Terkendali


a. Ketebalan enamel
b. Penetrasi bahan bleaching ke dalam permukaan enamel
c. Lingkungan (kondisi pH tanah dan iklim) tempat tumbuh belimbing wuluh
d. Jangka waktu pencabutan gigi molar sampai perlakuan
e. Usia gigi
f. Usia belimbing wuluh

Universitas Sumatera Utara


31

4.4.2 Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel bebas : Variabel terikat :

a. Gel ekstrak buah belimbing wuluh 70%, 80%, 90%


Perubahan warna gigi
b. Karbamid peroksida 16%

Variabel terkendali :
Variabel tidak terkendali :
a. Jumlah sampel sebanyak 24 potongan bukal gigi molar
a. Ketebalan enamel
tiga
b. Penetrasi bahan
b. Sampel gigi yang digunakan (potongan bukal gigi
bleaching ke dalam
molar tiga)
permukaan enamel
c. Bubuk pumice untuk pembersihan gigi selama 10 detik
c. Lingkungan (kondisi
d. Perendaman gigi pada saliva buatan paska pencabutan
pH tanah dan iklim)
pada semua kelompok (1 minggu)
tempat tumbuh
e. Perendaman gigi dalam kopi sebelum dimulai
belimbing wuluh
perlakuan selama 5 hari
d. Jangka waktu
f. Lama waktu aplikasi gel ekstrak belimbing wuluh
pencabutan gigi molar
pada gigi yaitu selama 4 jam perhari selama 14 hari
sampai perlakuan
g. Lama waktu aplikasi karbamid peroksida pada gigi
e. Usia gigi
yaitu selama 4 jam perhari selama 14 hari
f. Usia belimbing wuluh
h. Cara pemakaian bahan bleaching dengan karbamid
peroksida 16% pada sampel
Variabel luar :
i. Cara pemakaian bahan bleaching dengan gel ekstrak
a. Diskolorasi ekstrinsik
belimbing wuluh 70%, 80%, dan 90%
(Kopi)
j. Jarak antara kamera dengan sampel
k. Pencahayaan yang diserap oleh kamera
l.

Universitas Sumatera Utara


32

4.4.3 Definisi Operasional


Tabel 3. Definisi Operasional
No Variabel Bebas Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur

1. Gel Ekstrak Terbuat dari Beaker Sesuai SOP di Nominal


belimbing wuluh ekstrak belimbing glass laboratorium
70% wuluh 70% dan fitokimia
basic gel yang akan farmasi USU
diaplikasikan pada
permukaan email
gigi sebagai bahan
alami pemutih gigi

2. Gel Ekstrak Terbuat dari Beaker Sesuai SOP di Nominal


Belimbing Wuluh ekstrak belimbing glass laboratorium
80% wuluh 80% dan fitokimia
basic gel yang akan farmasi USU
diaplikasikan pada
permukaan email
gigi sebagai bahan
alami pemutih gigi

3. Gel Ekstrak Terbuat dari Beaker Sesuai SOP di Nominal


Belimbing Wuluh ekstrak belimbing glass laboratorium
90% wuluh 90% dan fitokimia
basic gel yang akan farmasi USU
diaplikasikan pada
permukaan email
gigi sebagai bahan
alami pemutih gigi

Universitas Sumatera Utara


33

4. Karbamid Bahan bleaching Syringe Sesuai aturan Nominal


peroksida 16% yang sering pabrik
digunakan dalam
perawatan home
bleaching yang
mengandung
hidrogen peroksida
dan urea.

No Variabel Terikat Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur

1. Perubahan Peningkatan Software Dihitung Rasio


warna gigi kecerahan gigi yang lightroom nilai rata-
terjadi setelah classic rata
diaplikasikan bahan (kecerahan)
pemutih ditandai sebelum
dengan dan sesudah
meningkatnya di bleaching
warna

4.5 Alat dan Bahan Penelitian


4.5.1 Alat Penelitian
1. Pinset dental (Perfect, Jerman)
2. Nierbeken
3. Timbangan kasar
4. Timbangan halus
5. Vaccum rotavapor
6. Mikromotor Strong 207 B (Saeshin®, Korea)
7. Bur brush
8. Wadah plastik

Universitas Sumatera Utara


34

9. Blender (National, Indonesia)


10. Lemari pengering
11. Beaker glass (Pyrex®, USA)
12. Tissue
13. Sarung tangan (Nanoglove)
14. Masker (Diapro, Indonesia)
15. Alat tulis (Snowman, Jepang)
16. Kamera DSLR (Nikon)
17. Filter kamera (Polar eyes)
18. Grey reference card (white_balance®, Jerman)
19. Pengaduk
20. Corong
21. Waterbath
22. Wadah kaca
23. Inkubator
24. Bur cakram
25. Lumpang dan Alu
26. Hotplate

Universitas Sumatera Utara


35

Gambar 11. a. Pinset dental, b. Nierbeken, c. Timbangan kasar, d. Timbangan halus,


e. Vaccum rotavapor, f. Mikromotor Strong 207 B, g. Bur brush,
h. Wadah plastik, i. Blender, j. Lemari pengering, k. Beaker glass,
l. Tissue, m. Sarung tangan dan masker, n. Alat tulis, o. Kamera DSLR,
p. Filter kamera, q. Grey reference card, r. Pengaduk, s. Corong,
t. Waterbath, u. Wadah kaca, v. Inkubator, w. Bur cakram,
x. Lumpang dan Alu, y. Hotplate.

Universitas Sumatera Utara


36

4.5.2 Bahan Penelitian


1. Buah belimbing wuluh
2. Karbamid peroksida 16% (Fluorescent, USA)
3. Air deionisasi (Aquabidest)
4. Saliva buatan
5. Bubuk kopi (Kapal Api, Indonesia)
6. Bubuk pumice
7. Cat kuku
8. Hidroksi propilmetil selulosa
9. Metil paraben
10. Gliserin
11. Propilenol glikol
12. Etanol 96%
13. Kertas saring
14. Perkamen Kajang

Universitas Sumatera Utara


37

Gambar 12. a. Buah belimbing wuluh, b. Karbamid peroksida 16%, c. Aquabidest,


d. Saliva buatan, e. Bubuk kopi, f. Bubuk pumice, g. Cat kuku,
h. Hidroksi propilmetil selulosa, i. Metil paraben, j. Gliserin dan
propilenol glikol, k. Etanol 96%, l. Kertas saring, m. Perkamen Kajang

4.6 Metode Pengumpulan Data


4.6.1 Pembuatan Ekstrak Buah Belimbing Wuluh
1. Buah belimbing wuluh yang dipilih adalah buah yang segar dan sudah
matang. Buah yang telah dikumpulkan sebanyak 5 kg, dicuci dengan air mengalir untuk
membersihkan dari kotoran yang melekat, ditiriskan, dan dikeringkan. (Gambar 13)

Universitas Sumatera Utara


38

Gambar 13. Buah belimbing wuluh


2. Buah belimbing wuluh diiris tipis-tipis dan dimasukan ke dalam lemari
pengering dengan suhu 40-50°C sampai sampel kering yang ditandai jika diremas
rapuh. (Gambar 14)

Gambar 14. Buah belimbing wuluh dimasukkan ke dalam lemari pengering


3. Simplisia sebanyak 200 gram kemudian dihaluskan dengan blender.
(Gambar 15)

Gambar 15. Simplisia yang dihaluskan dengan blender


4. Simplisia yang diperoleh dimasukan ke dalam wadah kaca tertutup
kemudian ditambah pelarut etanol, ditutup, dibiarkan selama 7 hari terlindung dari
cahaya sambil sering-sering diaduk, diserkai, diperas, ampas dicuci dengan pelarut
etanol hingga diperoleh 100 bagian penyari, dipindahkan ke dalam bejana tertutup,

Universitas Sumatera Utara


39

Serbuk dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 7 hari (Proses
maserasi).9

Gambar 16. Proses maserasi belimbing wuluh


5. Hasil maserasi disaring kemudian di pekatkan dengan rotary evaporator
pada suhu 40-50°C. (Gambar 17)

Gambar 17. Proses pemekatan ekstrak dengan rotary evaporator


6. Ekstrak dipekatkan kembali dengan waterbath agar sisa etanol menguap
sampai diperoleh ekstrak yang kental. (Gambar 18)

Gambar 18.Proses pemekatan ekstrak dengan waterbath

Universitas Sumatera Utara


40

7. Diperoleh ekstrak belimbing wuluh yang kental. (Gambar 19)

Gambar 19. Ekstrak belimbing wuluh

4.6.2 Pembuatan Formulasi Basis HPMC (Hydroxypropyl methylcellulose)


1. HPMC didispersikan dalam akuades yang dipanaskan hingga suhu 70°C
di dalam lumpang, lalu digerus hingga terbentuk dispersi yang homogen. Pada basis gel
ditambahkan propilenglikol dan diaduk sampai homogen. Selanjutnya ditambahkan
metil paraben yang telah dilarutkan dengan etanol kemudian digerus sampai homogen.9
(Gambar 20)

Gambar 20.Basis gel

4.6.3 Pembuatan Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh


1. Ekstrak buah belimbing wuluh ditimbang sebanyak 7 gram untuk
konsentrasi 70%, 8 gram untuk konsentrasi 80%, dan 9 gram untuk konsentrasi 90%.
Kemudian masing-masing ekstrak etanol buah belimbing wuluh ditambah dengan basis
gel. (Gambar 21)

Gambar 21. Ekstrak belimbing wuluh yang ditambahkan basis gel

Universitas Sumatera Utara


41

2. Ekstrak etanol buah belimbing wuluh yang telah ditambahkan dengan


basis gel digerus sampai homogen, kemudian dimasukan ke dalam wadah tertutup.
(Gambar 22)

Gambar 22. Gel Ekstrak Belimbing Wuluh


4.6.4 Persiapan Sampel Gigi
1. Semua sampel gigi dibersihkan dengan bubuk pumice dengan
menggunakan mikromotor dan bur brush selama sepuluh detik. Akar gigi dipotong
dengan bur cakram dan semprotan air. (Gambar 23)

Gambar 23. Pembersihan seluruh permukaan gigi dengan bubuk pumice


2. Akar gigi dipotong dengan bur cakram dan semprotan air. Masing-
masing gigi dipotong menjadi dua bagian dalam arah mesiodistal, dan kemudian bagian
bukal gigi dibagi lagi menjadi 4 bagian sehingga diperoleh 24 potongan sampel
permukaan bukal. (Gambar 24)

Gambar 24. Pemotongan sampel gigi

Universitas Sumatera Utara


42

3. Masing-masing potongan sampel disimpan dalam wadah plastik dan


dibagi menjadi 4 kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari 6 sampel (Modifikasi
Gopinath et al., 2013).30 (Gambar 25)

Gambar 25. Sampel gigi yang telah dipotong dan direndam saliva buatan
4. Masing-masing potongan sampel bagian bukal akan diberi perlakukan
dan diperiksa, akan tetapi bagian daerah lain yang tidak diberi perlakuan dilakukan
pelapisan dengan cat kuku sebanyak 2 kali hingga kering supaya tidak terpapar bahan
perlakuan. (Gambar 26)

Gambar 26. Pelapisan dengan cat kuku


4.6.5 Pewarnaan Pada Sampel Dengan Kopi
1. Sebungkus bubuk kopi murni sebanyak 2 gram dicampurkan dengan 100
ml air deionisasi (Aquabidest) hingga mendidih (diperpanjang waktu 5 menit setelah
mulai mendidih) dengan menggunakan beaker glass yang diletakkan diatas lampu
spiritus, kemudian diaduk hingga kopi merata. (Gambar 27)

Gambar 27. Larutan kopi

Universitas Sumatera Utara


43

2. Larutan kopi tersebut didinginkan di ruangan terbuka, dan kemudian


potongan sampel gigi bukal direndam dengan larutan kopi yang dingin selama 5 hari
pada kelompok I, II, III dan IV. (Gambar 28)

Gambar 28. Potongan sampel gigi direndam dengan larutan kopi


3. Setelah 5 hari kemudian, dibilas dengan air sampai tidak ada yang tersisa
cairan kopi, kemudian dikeringkan pakai tissue dengan sentuhan ringan.

4.6.6 Pengukuran Perubahan Warna Gigi Sebelum Dilakukan Bleaching


Semua sampel difoto dilakukan pengukuran warna dengan menggunakan
metode digital fotokolorimetrik yang dilengkapi filter polar eyes dengan sistem
CIELAB (Gambar 29). Pada metode ini sampel difoto menggunakan kamera digital
dengan latar belakang hitam sebelum perlakuan bleaching.

Gambar 29. Foto sampel gigi menggunakan metode digital fotokolorimetrik

Universitas Sumatera Utara


44

4.6.7 Perlakuan Terhadap Sampel


Perlakuan untuk setiap kelompok adalah sebagai berikut:

1. Kelompok I: potongan gigi bagian bukal diaplikasikan gel ekstrak


belimbing wuluh dengan konsentrasi 70% dan diletakkan dalam
inkubator dengan suhu 37°C selama 4 jam sehari. Setelah aplikasi gel
belimbing wuluh, sampel dikeluarkan dari wadahnya masing-masing dan
dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan tisu. Sampel
direndam dalam saliva buatan dan diletakkan dalam inkubator dengan
suhu 37°C sampai pada waktu perlakuan berikutnya. Perlakuan ini
dilakukan selama 14 hari. (Gambar 30a)
2. Kelompok II: potongan gigi bagian bukal diaplikasikan gel ekstrak
belimbing wuluh dengan konsentrasi 80% dan diletakkan dalam
inkubator dengan suhu 37°C selama 4 jam sehari. Setelah aplikasi gel
belimbing wuluh, sampel dikeluarkan dari wadahnya masing-masing dan
dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan tisu. Sampel
direndam dalam saliva buatan dan diletakkan dalam inkubator dengan
suhu 37°C sampai pada waktu perlakuan berikutnya. Perlakuan ini
dilakukan selama 14 hari. (Gambar 30b)
3. Kelompok III: potongan gigi bagian bukal diaplikasikan gel ekstrak
belimbing wuluh dengan konsentrasi 90% dan diletakkan dalam
inkubator dengan suhu 37°C selama 4 jam sehari. Setelah aplikasi gel
belimbing wuluh, sampel dikeluarkan dari wadahnya masing-masing dan
dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dengan tisu. Sampel
direndam dalam saliva buatan dan diletakkan dalam inkubator dengan
suhu 37°C sampai pada waktu perlakuan berikutnya. Perlakuan ini
dilakukan selama 14 hari. (Gambar 30c)
4. Kelompok IV: potongan gigi bagian bukal diaplikasikan karbamid
peroksida dengan konsentrasi 16% dan diletakkan dalam inkubator
dengan suhu 37°C selama 4 jam sehari. Setelah aplikasi gel karbamid
peroksida, sampel dikeluarkan dari wadahnya masing-masing dan dicuci

Universitas Sumatera Utara


45

dengan air mengalir dan dikeringkan dengan tisu. Sampel direndam


dalam saliva buatan dan diletakkan dalam inkubator dengan suhu 37°C
sampai pada waktu perlakuan berikutnya. Perlakuan ini dilakukan selama
14 hari. (Gambar 30d)

a b c d
Gambar 30. a. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok I
b. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok II
c. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok III
d. Aplikasi bahan coba pada sampel kelompok IV

4.6.8 Pengukuran Perubahan Warna Gigi Sesudah Dilakukan Bleaching


Setelah 14 hari, gigi dikeluarkan dari wadahnya masing-masing, dicuci dibawah
air mengalir dan dikeringkan dengan tisu lalu dilakukan pengukuran warna kembali
dengan menggunakan metode digital fotokolorimetrik yang dilengkapi filter polar eyes
dengan sistem CIELAB. Pada metode ini sampel difoto menggunakan kamera digital
dengan latar belakang hitam sesudah perlakuan bleaching.
Hasil foto sampel kemudian dianalisis menggunakan software lightroom classic
dan dilakukan pengukuran dengan sistem CIELAB. Metode ini efektif dan efisien untuk
melihat nilai perubahan warna email pada gigi.27 Metode ini digunakan untuk
mendeteksi warna menambah visualisasi permukaan dan sub permukaan dari email.27
Hasil pengukuran pada masing-masing gigi dicatat nilai L* (kecerahan), a* (kemerahan
atau kehijauan), dan b* (kekuningan atau kebiruan) sebelum dan sesudah aplikasi bahan
bleaching. dan tingkat perubahan warna dari masing-masing kelompok perlakuan akan
dibandingkan dan dihitung menggunakan rumus ∆E= [(∆L*)2 + (∆a*)2 + (∆b*)2 ]1/2.

Universitas Sumatera Utara


46

4.7 Analisis Statistik


Data yang diperoleh dilakukan uji statistic menggunakan 4 uji statistik, yaitu:

1. Uji normalitas dengan menggunakan uji analisis Shapiro-wilk agar data


memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Paired T-test digunakan untuk menguji apakah terdapat perubahan
yang signifikan antara sebelum dan sesudah di bleaching pada masing-
masing kelompok.
3. Uji statistik analisa varians satu arah (One Way Anova) digunakan untuk
melihat pengaruh gel ekstrak belimbing wuluh pada konsentrasi 70%,
80%, 90%, dan karbamid peroksida 16% terhadap perubahan warna gigi.
4. Uji LSD (Least Significant Difference) digunakan untuk melihat
perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan.

Universitas Sumatera Utara


47

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Perubahan Warna Sampel Kelompok I
Kelompok I merupakan kelompok sampel yang diaplikasikan menggunakan gel
ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 70%. Perubahan warna sampel kelompok I
diukur dengan menggunakan kamera digital yang dilengkapi filter polar eyes dengan
metode eLAB. Gambar 31 dan Gambar 32 menunjukkan perubahan warna yang terjadi
sebelum dan sesudah perlakuan.

Gambar 31. Foto sampel gigi kelompok 1 Gambar 32. Foto sampel gigi kelompok 1
sebelum dilakukan bleaching sesudah dilakukan bleaching

Nilai perubahan warna (∆E) sampel diperoleh dengan cara mengukur nilai L*,
a*, dan b* pada bagian bukal email sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan
rumus ∆E= [(∆L*)2 + (∆a*)2 + (∆b*)2 ]1/2, dimana:
ΔL* = L1 – L0
Δa* = a1 – a0
Δb* = b1 – b0
Nilai perubahan warna sampel menunjukkan nilai terkecil 2,5 dan nilai terbesar
9,7. (Tabel 4)

Universitas Sumatera Utara


48

Tabel 4. Nilai Perubahan Warna Kelompok I


L* a* b*
ΔE
Kode Sampel L0 L1 ∆L* a0 a1 ∆a* b0 b1 ∆b*
1 66,9 68,7 1,8 0,9 -0,1 1 5,5 15 9,5 9,7
2 66,8 67,4 0,6 -0,7 -1,5 0,8 6,6 10,5 3,9 4,02
3 61,5 67,0 65,5 1,5 -3 4,5 11,8 8 3,8 6,9
4 62,6 64 1,4 1,6 1 0,6 10 7,9 2,1 2,5
5 73,6 60 13,6 -2,1 0 2,1 -2,4 10 12,4 8,0
6 67 67,5 0,5 0 0,5 0,5 13,9 11 2,9 3,0

Keterangan :

L0 : Nilai kecerahan sampel kelompok I sebelum diberi perlakuan


L1 : Nilai kecerahan sampel kelompok I sesudah diberi perlakuan
∆L* : Perbedaan nilai kecerahan sampel kelompok I sebelum dan sesudah diberi
perlakuan
a0 : Nilai kemerahan/kehijauan sampel kelompok I sebelum diberi perlakuan
a1 : Nilai kemerahan/kehijauan sampel kelompok I sesudah diberi perlakuan
∆a* : Perbedaan nilai kemerahan/kehijauan sampel kelompok I sebelum dan
sesudah diberi perlakuan
b0 : Nilai kekuningan/kebiruan sampel kelompok I sebelum diberi perlakuan
b1 : Nilai kekuningan/kebiruan sampel kelompok I sesudah diberi perlakuan
∆b* : Perbedaan nilai kekuningan/kebiruan sampel kelompok I sebelum dan
sesudah diberi perlakuan
ΔE : Total perubahan warna sampel kelompok I

5.1.2 Perubahan Warna Sampel Kelompok II


Kelompok II merupakan kelompok sampel yang diaplikasikan menggunakan gel
ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 80%. Perubahan warna sampel kelompok
II diukur dengan menggunakan kamera digital yang dilengkapi filter polar eyes dengan
metode eLAB. Gambar 33 dan Gambar 34 menunjukkan perubahan warna yang terjadi
sebelum dan sesudah perlakuan.

Universitas Sumatera Utara


49

Gambar 33. Foto sampel gigi kelompok 2 Gambar 34. Foto sampel gigi kelompok 2
sebelum dilakukan bleaching sesudah dilakukan bleaching

Nilai perubahan warna (∆E) sampel diperoleh dengan cara mengukur nilai L*,
a*, dan b* pada bagian bukal email sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan
rumus ∆E= [(∆L*)2 + (∆a*)2 + (∆b*)2 ]1/2. Nilai perubahan warna sampel menunjukkan
nilai terkecil 3,0 dan nilai terbesar 11,9. (Tabel 5)
Tabel 5. Nilai Perubahan Warna Kelompok II
L* a* b*
ΔE
Kode Sampel L0 L1 ∆L a0 a1 ∆a b0 b1 ∆b
7 67,9 69,0 1,1 -1,4 -2,3 0,9 8,2 3,2 5 5,1
8 64,3 61,4 2,9 -0,3 0,4 0,1 5,7 14,2 8,5 9,0
9 62,7 64,8 2,1 -0,5 -0,5 0 2,7 7,5 4,8 5,2
10 69,7 72,8 3,1 -0,5 -2,0 1,5 10,7 -0,7 11,4 11,9
11 66,4 66,6 0,2 -0,9 -0,3 0,6 2,7 5,7 3 3,0
12 62,1 67,9 5,8 1,5 0 1,5 11,7 7,8 3,9 7,1

Keterangan :

L0 : Nilai kecerahan sampel kelompok II sebelum diberi perlakuan


L1 : Nilai kecerahan sampel kelompok II sesudah diberi perlakuan
∆L* : Perbedaan nilai kecerahan sampel kelompok II sebelum dan sesudah diberi
perlakuan
a0 : Nilai kemerahan/kehijauan sampel kelompok II sebelum diberi perlakuan
a1 : Nilai kemerahan/kehijauan sampel kelompok II sesudah diberi perlakuan
∆a* : Perbedaan nilai kemerahan/kehijauan sampel kelompok II sebelum dan
sesudah diberi perlakuan
b0 : Nilai kekuningan/kebiruan sampel kelompok II sebelum diberi perlakuan

Universitas Sumatera Utara


50

b1 : Nilai kekuningan/kebiruan sampel kelompok II sesudah diberi perlakuan


∆b* : Perbedaan nilai kekuningan/kebiruan sampel kelompok II sebelum dan
sesudah diberi perlakuan
ΔE : Total perubahan warna sampel kelompok II

5.1.3 Perubahan Warna Sampel Kelompok III


Kelompok III merupakan kelompok sampel yang diaplikasikan menggunakan
gel ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 90%. Perubahan warna sampel
kelompok III diukur dengan menggunakan kamera digital yang dilengkapi filter polar
eyes dengan metode eLAB. Gambar 35 dan Gambar 36 menunjukkan perubahan warna
yang terjadi sebelum dan sesudah perlakuan.

Gambar 35. Foto sampel gigi kelompok 3 Gambar 36. Foto sampel gigi kelompok 3
sebelum dilakukan bleaching sesudah dilakukan bleaching

Nilai perubahan warna (∆E) sampel diperoleh dengan cara mengukur nilai L*,
a*, dan b* pada bagian bukal email sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan
rumus ∆E= [(∆L*)2 + (∆a*)2 + (∆b*)2 ]1/2. Nilai perubahan warna sampel menunjukkan
nilai terkecil 1,6 dan nilai terbesar 11,7. (Tabel 6)
Tabel 6. Nilai Perubahan Warna Kelompok III
L* a* b*
ΔE
Kode Sampel L0 L1 ∆L a0 a1 ∆a b0 b1 ∆b
13 57,6 61,8 4,2 3,2 1,1 2,1 14,3 6,3 8 9,2
14 65,0 66,3 1,3 -0,5 0,7 1,2 6,7 11,0 4,3 4,6
15 51,0 58,2 7,2 2,0 3,4 1,4 10,0 15,6 5,6 9,2
16 67,1 65,5 1,6 1,0 1,0 0 10,0 10,0 0 1,6
17 60,0 70,5 10,5 1,0 -1,1 2,1 8,0 3,2 4,8 11,7
18 65,0 65,8 0,8 1,8 -0,3 2,1 10,0 2,2 7,8 8,1

Universitas Sumatera Utara


51

Keterangan :

L0 : Nilai kecerahan sampel kelompok III sebelum diberi perlakuan


L1 : Nilai kecerahan sampel kelompok III sesudah diberi perlakuan
∆L* : Perbedaan nilai kecerahan sampel kelompok III sebelum dan sesudah
diberi perlakuan
a0 : Nilai kemerahan/kehijauan sampel kelompok III sebelum diberi perlakuan
a1 : Nilai kemerahan/kehijauan sampel kelompok III sesudah diberi perlakuan
∆a* : Perbedaan nilai kemerahan/kehijauan sampel kelompok III sebelum dan
sesudah diberi perlakuan
b0 : Nilai kekuningan/kebiruan sampel kelompok III sebelum diberi perlakuan
b1 : Nilai kekuningan/kebiruan sampel kelompok III sesudah diberi perlakuan
∆b* : Perbedaan nilai kekuningan/kebiruan sampel kelompok III sebelum dan
sesudah diberi perlakuan
ΔE : Total perubahan warna sampel kelompok III

5.1.4 Perubahan Warna Sampel Kelompok IV


Kelompok IV merupakan kelompok sampel yang diaplikasikan menggunakan
gel karbamid peroksida dengan konsentrasi 16%. Perubahan warna sampel kelompok
IV diukur dengan menggunakan kamera digital yang dilengkapi filter polar eyes dengan
metode eLAB. Gambar 37 dan Gambar 38 menunjukkan perubahan warna yang terjadi
sebelum dan sesudah perlakuan.

Gambar 37. Foto sampel gigi kelompok 4 Gambar 38. Foto sampel gigi kelompok 4
sebelum dilakukan bleaching sesudah dilakukan bleaching

Universitas Sumatera Utara


52

Nilai perubahan warna (∆E) sampel diperoleh dengan cara mengukur nilai L*,
a*, dan b* pada bagian bukal email sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan
rumus ∆E= [(∆L*)2 + (∆a*)2 + (∆b*)2 ]1/2. Nilai perubahan warna menunjukkan nilai
terkecil 6,8 dan nilai terbesar 19,9. (Tabel 7)
Tabel 7. Nilai Perubahan Warna Kelompok IV
L* a* b*
ΔE
Kode Sampel L0 L1 ∆L a0 a1 ∆a b0 b1 ∆b
19 60,0 79,0 19 0,9 -,3 3,9 11,0 4,9 6,1 19,9
20 60,0 73,4 13,4 1,9 -1,4 3,3 10,9 3,9 7 15,4
21 64,5 50,0 14,5 0 0 0 7,0 0,6 6,4 15,8
22 61,0 73,4 12,4 0 3,9 3,9 5,9 -1,1 7 14,7
23 63,7 70,5 6,8 -0,7 -1,1 0,4 8,9 11,0 2,1 7,1
24 68,1 72,8 4,7 0,1 0,6 0,5 5,1 10,0 4,9 6,8

Keterangan :

L0 : Nilai kecerahan sampel kelompok IV sebelum diberi perlakuan


L1 : Nilai kecerahan sampel kelompok IV sesudah diberi perlakuan
∆L* : Perbedaan nilai kecerahan sampel kelompok IV sebelum dan sesudah
diberi perlakuan
a0 : Nilai kemerahan/kehijauan sampel kelompok IV sebelum diberi perlakuan
a1 : Nilai kemerahan/kehijauan sampel kelompok IV sesudah diberi perlakuan
∆a* : Perbedaan nilai kemerahan/kehijauan sampel kelompok IV sebelum dan
sesudah diberi perlakuan
b0 : Nilai kekuningan/kebiruan sampel kelompok IV sebelum diberi perlakuan
b1 : Nilai kekuningan/kebiruan sampel kelompok IV sesudah diberi perlakuan
∆b* : Perbedaan nilai kekuningan/kebiruan sampel kelompok IV sebelum dan
sesudah diberi perlakuan
ΔE : Total perubahan warna sampel kelompok IV

5.2 Analisis Hasil Penelitian


Dari hasil penelitian dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-
wilk, dimana diketahui nilai p = 0,476 > 0,05, p = 0,825 > 0,05, p = 0,566 > 0,05, dan p
= 0,236 > 0,05. Hasil uji menunjukkan seluruh data pada masing-masing kelompok

Universitas Sumatera Utara


53

terdistribusi normal dengan nilai p > 0,05 yang artinya varian data homogen, maka data
perubahan warna dari kelompok I, II, III, dan IV memenuhi asumsi normalitas dan
dilakukan pengujian selanjutnya dengan menggunakan uji Paired T-test untuk menguji
apakah terdapat perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah di bleaching
pada masing-masing kelompok, uji One Way ANOVA untuk melihat pengaruh gel
ekstrak belimbing wuluh pada konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan karbamid peroksida
16% terhadap perubahan warna gigi, dan uji LSD digunakan untuk melihat perbedaan
yang signifikan antar kelompok perlakuan.
5.2.1 Uji Paired T-test
Berikut disajikan hasil uji Paired T-test untuk menguji apakah terdapat
perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah di bleaching pada kelompok I
(Tabel 8), kelompok II (Tabel 9), kelompok III (Tabel 10), dan kelompok IV (Tabel 11).
Tabel 8. Hasil Uji Paired T-test Pada Kelompok I
Nilai x̄ ±SD P
L Sebelum 66,4 4,26
0,824
Sesudah 67,7 3,23
A Sebelum 0,2 1,43
0,655
Sesudah -0,6 0,84
B Sebelum 7,5 5,80
0,361
Sesudah 10,4 2,59
*Terdapat perbedaan yang bermakna pada p < 0,05
Berdasarkan hasil uji Paired T-test diatas diperoleh nilai p = 0,824 > 0,05, p =
0,655 > 0,05, p = 0,361 > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat perubahan warna yang
signifikan antara sebelum dan sesudah diaplikasikan dengan gel ekstrak belimbing
wuluh 70%.

Universitas Sumatera Utara


54

Tabel 9. Hasil Uji Paired T-test Pada Kelompok II


Nilai x̄ ±SD P value
L Sebelum 65,5 3,00
0,246
Sesudah 67,0 3,86
A Sebelum -0,3 0,98
0,338
Sesudah -0,7 1,10
B Sebelum 6,9 3,89
0,833
Sesudah 6,2 5,00
*Terdapat perbedaan yang bermakna pada p < 0,05

Berdasarkan hasil uji Paired T-test diatas diperoleh nilai p = 0,246 > 0,05, p =
0,338 > 0,05, p = 0,833 > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat perubahan warna yang
signifikan antara sebelum dan sesudah diaplikasikan dengan gel ekstrak belimbing
wuluh 80%.
Tabel 10. Hasil Uji Paired T-test Pada Kelompok III

Nilai x̄ ±SD P value


L Sebelum 60,9 6,02
0,098
Sesudah 64,6 4,21
A Sebelum 1,4 1,24
0,413
Sesudah 0,8 1,53
B Sebelum 9,8 2,57
0,498
Sesudah 8,0 5,10
*Terdapat perbedaan yang bermakna pada p < 0,05
Berdasarkan hasil uji Paired T-test diatas diperoleh nilai p = 0,098 > 0,05, p =
0,413 > 0,05, p = 0,498 > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat perubahan warna yang
signifikan antara sebelum dan sesudah diaplikasikan dengan gel ekstrak belimbing
wuluh 90%.

Universitas Sumatera Utara


55

Tabel 11. Hasil Uji Paired T-test Pada Kelompok IV


Nilai x̄ ±SD P value
L Sebelum 62,8 3,18
0,204
Sesudah 69,8 10,12
A Sebelum 0,3 0,90
0,935
Sesudah 0,2 1,91
B Sebelum 8,1 2,52
0,194
Sesudah 4,8 4,87
*Terdapat perbedaan yang bermakna pada p < 0,05
Berdasarkan hasil uji Paired T-test diatas diperoleh nilai p = 0,204 > 0,05, p =
0,935 > 0,05, p = 0,194 > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat perubahan warna yang
signifikan antara sebelum dan sesudah diaplikasikan dengan karbamid peroksida 16%.

5.2.2 Uji ANOVA


Berikut disajikan hasil uji ANOVA untuk menguji apakah terdapat perbedaan
perubahan warna yang signifikan antara kelompok I yang diaplikasikan dengan gel
ekstrak belimbing wuluh 70%, kelompok II yang diaplikasikan dengan gel ekstrak
belimbing wuluh 80%, kelompok III yang diaplikasikan dengan gel ekstrak belimbing
wuluh 90%, dan kelompok IV yang diaplikasikan dengan karbamid peroksida 16%.
Tabel 12. Hasil Uji ANOVA
Kelompok x̄ ±SD P
I 5,6 2,94
II 6,8 3,18
0,013*
III 7,4 3,65
IV 13,2 5,23
*terdapat perbedaan yang signifikan pada p < 0,05

Berdasarkan hasil uji ANOVA di atas, diperoleh nilai p = 0,013 < 0,05 yang
berarti bahwa terdapat perubahan warna yang signifikan antara aplikasi gel ekstrak
belimbing wuluh 70%, 80%, 90%, dan karbamid peroksida 16%. Pada Gambar 39,
terlihat kenaikan rata-rata perubahan warna yang terjadi pada kelompok I, kelompok II,

Universitas Sumatera Utara


56

kelompok III, dan kelompok IV. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
perubahan warna yang signifikan antara kelompok gel ekstrak belimbing wuluh
konsentrasi 70%, konsentrasi 80%, konsentrasi 90%, dan karbamid peroksida 16%.

Gambar 39. Grafik rata-rata selisih perubahan warna

5.2.3 Uji LSD (Least Significant Difference)


Berikut disajikan hasil uji LSD untuk menguji perbedaan yang signifikan antara
setiap kelompok perlakuan.
Tabel 13. Hasil Uji LSD Antara Kelompok Perlakuan
Kelompok Perlakuan (I) Kelompok Perlakuan (J) Mean P
Difference
(I-J)
Gel ekstrak belimbing wuluh 70% Gel ekstrak belimbing wuluh 80% 1,2 0,595
Gel ekstrak belimbing wuluh 90% 1,7 0,494
Karbamid Peroksida 16% 7,6 0,003*
Gel ekstrak belimbing wuluh 80% Gel ekstrak belimbing wuluh 90% 0,5 0,819
Karbamid Peroksida 16% 6,4 0,009*
Gel ekstrak belimbing wuluh 90% Karbamid Peroksida 16% 5,8 0,016*
*terdapat perbedaan yang signifikan pada p<0,05

Universitas Sumatera Utara


57

Berdasarkan hasil uji LSD di atas, diketahui:


• Terdapat perbedaan perubahan warna yang signifikan antara kelompok 1 (gel
ekstrak belimbing wuluh 70%) dan kelompok 4 (karbamid peroksida 16%)
(p = 0,003 < 0,05).
• Terdapat perbedaan perubahan warna yang signifikan antara kelompok 2 (gel
ekstrak belimbing wuluh 80%) dan kelompok 4 (karbamid peroksida 16%)
(p = 0,009 < 0,05).
• Terdapat perbedaan perubahan warna yang signifikan antara kelompok 3 (gel
ekstrak belimbing wuluh 90%) dan kelompok 4 (karbamid peroksida 16%)
(p = 0,016 < 0,05).

Dalam hal ini, terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai perubahan warna
email pada kelompok sampel yang diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 70%
dengan kelompok karbamid peroksida 16%, gel ekstrak belimbing wuluh 80% dengan
kelompok karbamid peroksida 16%, dan gel ekstrak belimbing wuluh 90% dengan
kelompok karbamid peroksida 16%.

Universitas Sumatera Utara


58

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium dengan


desain penelitian pre and post test group design. Pada penelitian ini sampel yang
digunakan adalah gigi molar tiga yang diestraksi dari pasien yang melakukan tindakan
odontektomi yang telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK)
Fakultas Kedokteran USU Medan No: 157/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2019
(Lampiran 4).
Persepsi warna berbeda untuk setiap individu. Oleh itu untuk menstandardisasi
hasil penilaian warna, beberapa teknik dan peralatan telah dikembangkan untuk
memudahkan dokter gigi dalam perihal penentuan warna gigi. Secara umum,
pengukuran warna gigi terbagi kepada dua kategori, yaitu pengukuran warna secara
subjektif dan pengukuran warna secara objektif. Pengidentifikasian warna gigi dengan
metode subjektif yaitu dilakukan secara visual dengan menggunakan shade guide.
Sementara untuk metode objektif, metode ini dikembangkan untuk mengatasi
kekurangan dari metode penilaian warna secara visual. Metode pengukuran warna
secara objektif memberi hasil yang lebih akurat dan spesifik dibandingkan metode
subjektif. Alat pengukuran warna secara objektif yang sedang berkembang saat ini
menggunakan kamera digital. Kamera digital sangat mudah dioperasikan, relatif tidak
mahal, dan saat ini tersedia di beberapa tempat praktik dokter gigi. Informasi warna
yang didapat dari gambar-gambar digital tersebut sangat relevan untuk mengukur warna
gigi. Kamera digital merupakan alat yang layak dan praktis dipakai untuk menyesuaikan
warna yang lebih kompleks.32
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian gel ekstrak buah
belimbing wuluh terhadap perubahan warna email gigi sebagai bahan bleaching alami.
Perubahan warna email dapat dilihat dengan membandingkan hasil foto sebelum dan
sesudah perlakuan kepada sampel menggunakan kamera digital dan dianalisis
perubahan warnanya dengan sistem CIELAB menggunakan software lightroom classic.

Universitas Sumatera Utara


59

Proses pengambilan gambar pada tempat, posisi, dan pencahayaan yang sama pada
setiap pengukuran. Perubahan warna dilihat dari perubahan nilai ∆E, dimana adanya
efek pemutihan dapat dilihat jika terjadi perubahan nilai ∆E yang bermakna yaitu
dengan peningkatan nilai L. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perbedaan
warna email gigi sebelum dan sesudah pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh
sebagai bahan bleaching alami dibandingkan dengan bahan bleaching komersial.
Konsentrasi bahan bleaching komersial yaitu karbamid peroksida yang digunakan
adalah 16% sesuai dengan persetujuan American Dental Association (ADA) bahwa
konsentrasi karbamid peroksida yang aman digunakan pada metode home bleaching
antara 10-22%.17 Bleaching juga dapat menimbulkan gigi sensitif terhadap perubahan
suhu dan iritasi pada mukosa.17 Adapun dari efek ini, peneliti mencari bahan alami
sebagai alternatif bahan pemutih gigi yang salah satunya adalah belimbing wuluh. Buah
belimbing wuluh terlebih dahulu diidentifikasi jenis nya di Herbarium Medanense
(MEDA) Universitas Sumatera Utara untuk kemudian dijadikan bahan penelitian.
(Lampiran 5).
Penelitian yang telah dilakukan kemudian dilihat perubahan warna sebelum dan
sesudah dilakukan perlakuan pada permukaan bukal email dengan menggunakan
kamera digital yang dilengkapi filter polarisasi dengan sistem CIELAB, kemudian hasil
foto tersebut diolah dengan menggunakan software lightroom classic dan dicari nilai L*,
a*, dan b*. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan warna yang terjadi setelah
diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 70%, 80%, dan 90%
dengan kontrol positif yaitu karbamid peroksida 16%. Penelitian ini didukung oleh
Musnadi (2018) yang membuktikan bahwa gel ekstrak belimbing wuluh Aceh dan
Bogor dengan konsentrasi 70%, 80%, dan 90% yang diaplikasikan pada gigi insisif sapi
selama 14 hari dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi lebih cerah.29
Dari penelitian selama 14 hari didapatkan hasil pengukuran nilai perubahan
warna email bagian bukal pada ketiga kelompok sampel mengalami perubahan.
Berdasarkan grafik rata-rata (Gambar 47) terlihat bahwa perubahan warna dengan nilai
rata-rata tertinggi terjadi pada kelompok IV yang diaplikasikan karbamid peroksida
16%, sedangkan nilai rata-rata terendah terjadi pada kelompok I yang diaplikasikan gel

Universitas Sumatera Utara


60

ekstrak belimbing wuluh 70%. Nilai rata-rata tertinggi yang dihasilkan oleh kelompok
IV yang diaplikasikan karbamid peroksida 16% disebabkan karena karbamid peroksida
16% merupakan gel yang telah terhomogenisasi dan memiliki molekul dengan ukuran
yang lebih kecil. Hal ini menyebabkan setiap sampel dapat terpapar secara homogen
dan radikal bebas yang dihasilkan oleh senyawa hidrogen peroksida mampu berdifusi
melalui matriks email dan dentin.8 Keadaan ini dapat memutuskan ikatan kromofor atau
molekul-molekul zat warna yang berada di permukaan email maupun di dalam email
dan dentin.
Perubahan nilai ΔE sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur pembentuk warnanya
yaitu nilai-nilai ΔL*, Δa*, dan Δb*. Adanya efek kecerahan pada gigi terjadi jika
perubahan nilai ΔE yang bermakna diikuti dengan peningkatan nilai ΔL*, serta
penurunan nilai Δa*, dan nilai Δb*. Peningkatan nilai ΔE tersebut menunjukkan bahwa
semakin lama email gigi terpapar dengan bahan bleaching, maka semakin besar
perubahan warna yang terjadi.32
American Dental Association (ADA) menetapkan bahwa nilai ∆E yang lebih
dari 3,7 menunjukkan perubahan yang bermakna pada warna gigi.26 Pada kelompok I
yang diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 70% terdapat dua sampel menunjukkan
nilai ∆E ≤ 3,7. Pada kelompok II yang diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 80%
terdapat satu sampel menunjukkan ∆E ≤ 3,7. Pada kelompok III yang diaplikasikan gel
ekstrak belimbing wuluh 90% terdapat satu sampel yang menunjukkan ∆E ≤ 3,7. Pada
kelompok IV yang diaplikasikan karbamid peroksida 16% semua sampel menunjukkan
nilai ∆E ≥ 3,7. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi gel ekstrak
belimbing wuluh maka efektivitas bahan alami sebagai bahan bleaching gigi semakin
baik walaupun warna yang dihasilkan tidak lebih putih daripada karbamid peroksida
16%.
Bervariasinya nilai perubahan warna (ΔE) yang terjadi pada sampel kelompok I,
II, dan III yang diaplikasi dengan gel ekstrak belimbing wuluh diduga berkaitan dengan
ketebalan lapisan email dan usia gigi pasien. Semakin tebal email gigi, maka semakin
kecil kekuatan gel ekstrak belimbing wuluh dalam melakukan reaksi pemutihan, hal ini
dikarenakan Averrhoa bilimbi memiliki ukuran molekul yang besar sehingga tidak

Universitas Sumatera Utara


61

mampu menembus matriks email dan dentin.8 Variasi usia pasien membuat keadaan gigi
yang berbeda pula. Semakin bertambahnya umur, maka lapisan email akan semakin
menipis sedangkan dentin semakin menebal karena gigi terus menerus membentuk
dentin sekunder.8 Bertambah tebalnya dentin akan menyebabkan warna gigi terlihat
semakin kuning. Jika dilakukan pemutihan gigi pada pasien yang usianya lebih tua akan
menghasilkan perubahan warna yang lebih kecil dibandingkan pasien yang usianya
lebih muda.8
Penelitian Soares (2013) menyatakan bahwa pada saat berkontak dengan asam,
bagian ujung dari kristal enamel akan larut terlebih dahulu dan kemudian meluas di
sepanjang kristal enamel. Kecepatan melarutnya enamel dipengaruhi oleh derajat
keasaman (pH), konsentrasi asam, waktu, dan kehadiran ion sejenis kalsium dan
fosfat.33 Penelitian Musnadi (2018) yang melaporkan bahwa gel ekstrak belimbing
wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90% yang diaplikasikan pada gigi insisif sapi 4 jam
perhari selama 14 hari dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi lebih cerah.29
Pada kelompok sampel yang diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 70%, 80%,
90% terdapat perubahan warna yang signifikan. Gel ekstrak belimbing wuluh
konsentrasi 90% menghasilkan nilai perubahan warna yang lebih tinggi daripada gel
ekstrak belimbing wuluh konsentrasi 70% dan 80%. Konsentrasi yang lebih besar akan
menurunkan pH yang akan menyebabkan pelepasan ion hidrogen (H+) yang lebih besar.
Pelepasan ion hidrogen yang lebih besar maka akan menetralkan radikal bebas onasen
lebih banyak.34 Hal ini sesuai dengan penelitian Musnadi (2018) bahwa gel ekstrak
belimbing wuluh konsentrasi 90% merupakan konsentrasi yang paling berpengaruh
terhadap perubahan warna gigi yang dilihat perubahan warnanya menggunakan VITA
Easyshade.
Penelitian Susi (2016) melaporkan kelompok sampel yang diberi larutan
demineralisasi dan diberikan kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh dengan gel
CPP-ACP yang dilihat menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope), terlihat
peningkatan remineralisasi permukaan email gigi. Penelitian ini menunjukkan
mikrostruktur permukaan email melalui alat uji SEM terlihat lebih halus pada
permukaan email yang diaplikasi dengan kombinasi gel ekstrak buah belimbing wuluh

Universitas Sumatera Utara


62

dengan suatu bahan remineralisasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak
belimbing wuluh dapat meningkatkan remineralisasi permukaan email gigi.
Menurut hasil analisis uji normalitas Shapiro-wilk diperoleh data nilai perubahan
warna terdistribusi normal (p>0,05) sehingga memenuhi syarat dilakukan uji parametrik
Paired T-test dan One Way Anova. Hasil uji statistik Paired T-test menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok sebelum dan sesudah diaplikasikan
dengan gel ekstrak belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan karbamid
peroksida 16% (Tabel 8, Tabel 9, Tabel 10, Tabel 11). Maka hipotesis penelitian ini
diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perubahan warna yang signifikan
antara sebelum dan sesudah diaplikasikan dengan gel ekstrak belimbing wuluh
konsentrasi 70%, gel ekstrak belimbing wuluh konsentrasi 80%, gel ekstrak belimbing
wuluh konsentrasi 90%, dan karbamid peroksida 16% yang diaplikasikan selama 4 jam
perhari selama 14 hari. Hal ini dapat disebabkan karena kebersihan permukaan gigi
yang dinilai masih kurang karena penskeleran yang digunakan secara manual, dan
keberhasilan bleaching juga ditentukan oleh waktu perawatan35. Penelitian Saputra
(2008) menyatakan bahwa terdapat pengaruh perbedaan perubahan warna sebelum dan
sesudah perendaman gigi dengan waktu perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam pada
ekstrak buah apel dimana perendaman dengan waktu 72 jam menghasilkan warna yang
lebih cerah36. Patil (2002) menyatakan bahwa bahan penggunaan waktu bleaching yang
optimal akan memberikan hasil pemutihan gigi yang maksimal, hal ini dikarenakan
semakin banyak reaksi pengerusakan ikatan konjugasi yang terjadi ketika radikal bebas
bereaksi dengan molekul zat warna. Molekul zat warna akan teroksidasi semakin
banyak ketika bahan berkontak dengan gigi dalam waktu yang lama sehingga stain pada
gigi akan semakin banyak yang hilang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa waktu
perawatan bleaching yang optimal akan memberikan hasil pemutihan gigi yang
maksimal37. Waktu yang dibutuhkan yaitu sebaiknya 3-4 minggu untuk mengukur hasil
pemutihan gigi dengan teknik home bleaching dan rata-rata perawatan untuk home
bleaching adalah 6-8 jam per hari selama 4-6 minggu.38
Uji One Way Anova untuk melihat perbedaan antara kelompok sampel yang
diaplikasikan konsentrasi 70%, 80%, 90%, dan karbamid peroksida 16% menunjukkan

Universitas Sumatera Utara


63

terdapat perbedaan nilai perubahan warna gigi yang bermakna (p=0,013>0,05) antara
keempat kelompok perlakuan (Tabel 12). Hasil uji LSD (Least Significance Differences)
menunjukkan perbedaan yang signifikan terjadi antara kelompok sampel yang
diaplikasikan gel ekstrak belimbing wuluh 70% dengan kelompok karbamid peroksida
16%, gel ekstrak belimbing wuluh 80% dengan kelompok karbamid peroksida 16%, dan
gel ekstrak belimbing wuluh 90% dengan kelompok karbamid peroksida 16% (Tabel
13).
Penggunaan gel ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi tinggi
memungkinkan untuk meningkatnya efektivitas perubahan warna yang dihasilkan.
Belimbing mempunyai kandungan asam-asam organik dan berpotensi menjadi oksidator
yang berasal dari gugus karboksil (COOH) seperti halnya dengan hidrogen peroksida
yang akan menghasilkan perhidroksil yang merupakan radikal bebas yang tidak stabil
yang akan memproduksi radikal hidroksil , radikal perhidroksil, anion perhidroksil, dan
anion superoksida, dimana molekul ini akan memutus ikatan rangkap molekul kromofor
di dalam email gigi.39 Penelitian Prastiwi (2016) mendukung hasil penelitian ini yang
melaporkan bahwa kandungan asam oksalat dalam sari buah belimbing manis
(Averrhoa carambola L.) dengan konsentrasi 50%, 75%, dan 100% dapat mengubah
warna gigi menjadi lebih cerah.28 Sehingga dapat disimpulkan bahwa belimbing wuluh
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bleaching alami.
Efektivitas karbamid peroksida yang besar diduga karena beberapa hal, seperti
penambahan karbopol sebagai bahan campuran dan penambahan urea dalam karbamid
peroksida 16%. Penambahan karbopol sebagai unsur pengental juga berpengaruh pada
efektifitas kerja karbamid peroksida, karena menyebabkan daya lekat yang baik dan
tidak mudah larut dalam saliva.6 Agar efek karbamid peroksida maksimal, dibutuhkan
waktu yang lama berkontak dengan gigi. Urea dalam karbamid peroksida berperan
sebagai penstabil agar efek bahan bleaching tesebut lebih panjang dan berperan
memperlambat pelepasan hidrogen peroksida.6

Universitas Sumatera Utara


64

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perubahan warna email gigi setelah aplikasi gel
ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 70%, 80%, 90% dan karbamid peroksida
16% dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan warna pada email gigi. Berdasarkan
statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara gel
ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 70%, 80%, 90% dan karbamid peroksida
16%. Hal ini menunjukkan bahwa gel ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi
70%, 80%, 90% dan karbamid peroksida 16% memiliki efektivitas yang berbeda dalam
menyebabkan perubahan pada warna gigi. Nilai perubahan warna yang dihasilkan oleh
karbamid peroksida 16% paling tinggi, diikuti dengan nilai perubahan warna yang
dihasilkan oleh gel ekstrak belimbing wuluh dengan konsentrasi 90%, 80%, dan 70%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh gel ekstrak buah
belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90% sebagai bahan bleaching eksternal
terhadap perubahan warna gigi. Gel ekstrak buah belimbing wuluh terbukti dapat
menjadi alternatif bahan alami bleaching gigi dimana konsentrasi 90% memiliki efek
pemutihan yang lebih baik walaupun pemutihan yang dihasilkan tidak lebih putih bila
dibandingkan dengan karbamid peroksida 16%.

7.2 Saran

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya perlu diperhatikan bahwa usia buah


belimbing perlu dikendalikan agar mendapatkan komposisi bahan aktif yang dapat
memberi efek mencerahkan warna gigi secara maksimal.
2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk meneliti kekasaran
permukaan setelah sampel diaplikasikan dengan gel ekstrak belimbing wuluh untuk
melihat perubahan morfologis dari struktur email.

Universitas Sumatera Utara


65

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan waktu yang lebih lama
sehingga dapat terlihat lebih jelas perubahan yang terjadi dan efek bahan bleaching
dengan waktu yang lebih lama terhadap gigi dan jaringan pendukung gigi.

Universitas Sumatera Utara


66

DAFTAR PUSTAKA

1. Riani MD, Oenzil F, Kasuma N. Pengaruh aplikasi bahan pemutih gigi karbamid
peroksida 10% dan hidrogen peroksida 6% secara home bleaching terhadap
kekerasan permukaan email gigi. J Kesehatan Andalas 2015; 4(2): 346-52.
2. Yuniarti, Achadiyani, Murniati N. Penggunaan pemutih gigi mengandung
hidrogen peroksida 40% dibanding dengan strawberry (Fragaria X ananassa)
terhadap ketebalan email, kadar kalsium, dan kekuatan tekan gigi.
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/gmhc/article/view/1855/pdf (4 September
2018).
3. Ariana TR, Wibisono G, Praptiningsih RS. Pengaruh perasan buah lemon
terhadap peningkatan warna gigi. Medali J 2015; 2(1): 74-5.
4. Santoso P, dkk. Kekerasan permukaan email setelah aplikasi gel karbamid
peroksida 10% dan pasta buah strawberry. Dentofasial J Ked Gigi 2009; 8(2):
118-24.
5. Adang RAF, Suprastiwi E, Usman M. Pemutihan gigi teknik home bleaching
dengan menggunakan karbamid peroksida. IJD 2006; 14: 254-7.
6. Suprastiwi E. Penggunaan karbamid peroksida sebagai bahan pemutih gigi. IJD
2005; 12(3): 139-45.
7. Hadriyanti W. Perbedaan penggunaan bahan desensitizing dan tanpa
desensitizing pasca bleaching ekstrakoronal terhadap kekerasan email. Maj Ked
Gigi (Dent J) 2012;19(2): 119-28.
8. Fauziah C, Fitriyani S, Diansari V. Colour change of enamel after application of
Averrhoa bilimbi. IJD 2012; 19(3): 53-6.
9. Susi. Pengaruh ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap
remineralisasi gigi dan mikrostruktur email (penelitian in vitro). Tesis. Medan:
Program Studi Spesialis Konservasi Gigi USU, 2016: 16-9.

Universitas Sumatera Utara


67

10. Fauziah E, Suwelo IS, Soenawan H. Kandungan unsur fluorida pada email gigi
tetap muda yang di tumpat semen ionomer kaca dan kompomer. IJD 2008;
15(3): 205-6.
11. Syahrial AA, Rahmadi P, Putri DKT. Perbedaan kekerasan permukaan gigi
akibat lama perendaman dengan jus jeruk (Citrus sinensis. Osb) secara in vitro.
Dentino J Ked Gigi 2016; 1(1): 2.
12. Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 2nd Ed., New Delhi: Jaypee,
2013: 20-1.
13. Tarigan R. Karies gigi. Editor: Juwono L. Jakarta: EGC, 2004: 5.
14. Panigoro S, Pangemanan DHC, Juliatri. Kadar kalsium gigi yang terlarut pada
perendaman minuman isotonik. J eG 2015; 3(2): 356-8.
15. Hemagaran G, Neelakantan P. Remineralization of the tooth structure – the
future of dentistry. International J PharmTech Res 2014; 6(2): 488-9.
16. Liwang B, Irmawati, Budipramana E. Kekerasan mikro enamel gigi permanen
muda setelah aplikasi bahan pemutih gigi dan pasta remineralisasi. IJD 2014;
47(4): 207-9.
17. Meizarini A, Rianti D. Bahan pemutih gigi dengan sertifikat ADA atau ISO. Maj
Ked Gigi (Dent J) 2005; 38(2): 74-5.
18. Hendari R. Pemutihan gigi (tooth-whitening) pada gigi yang mengalami
pewarnaan. https://media.neliti.com/media/publications/219972-pemutihan-gigi-
tooth-whitening-pada-gigi.pdf (4 September 2018).
19. Rochmah N, Merry D, Lestari S. Potensi jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam
memutihkan email gigi yang mengalami diskolorasi. IJD 2014; 3(1): 82.
20. Sari K, dkk. Perawatan bleaching intrakorona, perbaikan kontur dan restorasi
resin komposit pada gigi yang mengalami perubahan warna akibat trauma.
MIKGI 2011: 73.
21. Rosidan NA, Erlita I, Ichrom MY. Perbandingan efektifitas jus buah apel (Malus
Syvestris Mill) sebagai pemutih gigi alami eksternal berdasarkan varietas.
Dentino J Ked Gigi 2017; 1(1): 2.

Universitas Sumatera Utara


68

22. Adang RAF, Suprastiwi E, Usman M. Pemutihan gigi teknik home bleaching
dengan menggunakan karbamid peroksida (sari pustaka).
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/endang.suprastiwi/publication/hidrogenvse
s006baru (4 September 2018).
23. Ghalib N, Ayuandyka U. Prevalensi diskolorisasi gigi pada anak prasekolah di
kota makassar. Makassar Dent J 2017; 6(2): 69.
24. Adrian N. Penentuan warna gigi insisif sentral dan kaninus dengan
spektrofotometer. Tesis. Jakarta: Program Studi Spesialis Prostodonsia UI, 2012:
9-13.
25. Sikri VK. Color: implication in dentistry. J Conserv Dent 2010; 13(4): 249-55.
26. Todorovic A, et al. Reliability of conventional shade guides in teeth color
determination. Vojnosanit Pregl 2013; 70(10): 929–34.
27. Hein S, Tapia J, Bazos P. eLABor_aid: a new approach to digital shade
management. IJED 2017; 12(2): 188.
28. Prastiwi CD, Wijayanti N. Perbedaan lama waktu perendaman gigi dalam
ekstrak buah belimbing (Averrhoa carambola) terhadap perubahan warna gigi.
Naskah Publikasi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2016.
29. Musnadi S, et al. Effect of small starfruit (Averrhoa bilimbi L.) extract gel on
tooth enamel color changes. J Phys: Conf. Ser. 2018; (1073): 2.
30. Kavita. Efek penambahan ekstrak cassava (M. Esculenta Crantz) pada bahan
bleaching terhadap elemen mineral dan morfologi enamel pada gigi-gigi
diskolorisasi ekstrinsik (in vitro). Tesis. Medan: Program Studi Spesialis
Konservasi Gigi USU, 2019: 59.
31. Prihanti GS. Pengantar biostatistik. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2018:12-3.
32. Lumuhu EFS, Kaseke MM, Parengkuan WG. Perbedaan efektivitas jus tomat
(Lucopersicon esculentum Mill.) dan jus apel (Mallus sylvestris Mill.) sebagai
bahan alami pemutih gigi. J eG 2016; 4(2): 85.

Universitas Sumatera Utara


69

33. Soares DG, Ribeiro AP, Sacono NT, Loguércio AD, Hebling J, Costa CA.
Mineral loss and morphological changes in dental enamel induced by a 16%
carbamide peroxide bleaching gel. Brazilian dental journal. 2013;24(5):517-21
34. Widowati KD, Kristanti Y, Nugraheni T. Pengaruh konsentrasi dan lama waktu
aplikasi sodium askorbat terhadap kebocoran mikro tumpatan resin komposit
kavitas kelas I pasca bleaching intrakoronal dengan hidrogen peroksida 35%. J
Ked Gi 2015; 6(2): 190.
35. Garg N, Garg A. Textbook of Endodontic. Malaysia: Unipress Publishing, 2008,
443.
36. Saputra, D. Pengaruh Ekstrak Buah Apel (Malus sylvestris) Terhadap Perubahan
Warna Gigi Dalam Proses Bleaching (Pemutihan Gigi) Berdasarkan Perbedaan
Waktu. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2008.
37. Patil, R. D. Esthetic Dentistry An Artist's Science. India: PR Publications, 2002.
38. O’Brien WJ. Dental materials and their selection. 3rd Ed., Chicago: Quintessence
Publ Co; 2002: 162-3.
39. Alqahtani M. Tooth-bleaching procedures and their controversial effects: A
literature review. The Saudi Dent J 2014; 26: 35.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

Alur pikir

- Teknik bleaching dalam bidang kedokteran - Pemakaian bahan bleaching yang tidak
gigi terbagi menurut vitalitas gigi yaitu tepat dapat menyebabkan kerusakan pada
bleaching eksternal untuk gigi vital dan mukosa oral.
bleaching internal untuk gigi nonvital. - Bahan bleaching yang umum digunakan
- Teknik bleaching gigi eksternal dilakukan adalah hidrogen peroksida dan karbamid
pada gigi vital dapat dilakukan dengan dua peroksida namun memiliki kekurangan
cara, yaitu in office bleaching dan home sehingga perlunya suatu bahan alternatif
bleaching. pemutih gigi yang juga aman untuk terkena
- Teknik home bleaching menggunakan gingiva dan mukosa oral.
bahan karbamid peroksida 10-15% dibawah - Averrhoa bilimbi memiliki prospek yang
pengawasan dokter gigi. baik sebagai bahan bleaching karena
- Penggunaan karbamid peroksida dengan penggunaannya dapat menimbulkan
konsentrasi lebih dari 10% dapat perubahan warna email.
menurunkan jumlah fosfat, kalsium, dan - Gel ekstrak buah belimbing wuluh dapat
fluoride pada email. Akibatnya terjadi berpengaruh terhadap remineralisasi
penurunan microhardness email lebih cepat mikrostruktur permukaan email gigi.
karena demineralisasi pada struktur email.

Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh konsentrasi
70%, 80%, dan 90% terhadap perubahan warna email gigi sebagai bahan bleaching alami?
2. Apakah ada perbedaan warna email gigi sebelum dan sesudah pemberian gel
ekstrak buah belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90% sebagai bahan bleaching
alami dibandingkan dengan bahan bleaching komersial?

Universitas Sumatera Utara


Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh
konsentrasi 70%, 80%, dan 90% terhadap perubahan warna email gigi sebagai bahan
bleaching alami.
2. Untuk mengetahui perbedaan perubahan warna email gigi sebelum dan
sesudah pemberian gel ekstrak buah belimbing wuluh konsentrasi 70%, 80%, dan 90%
sebagai bahan bleaching alami dibandingkan dengan bahan bleaching komersial.

Judul Penelitian
Pengaruh Gel Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Sebagai Alternatif
Bahan Home Bleaching Terhadap Perubahan Warna Gigi Menggunakan Sistem CIELAB
(In-Vitro)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

Alur Penelitian

Pembuatan gel ekstrak belimbing wuluh

Persiapan sampel
(24 Sampel)

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV


(6 Sampel) (6 Sampel) (6 Sampel) (6 Sampel)

Rendam saliva buatan (1 minggu)

Rendam kopi (5 hari)

Gel ekstrak Gel ekstrak Gel ekstrak Karbamid


belimbing belimbing belimbing peroksida 16%
wuluh 70% wuluh 80% wuluh 90%

4 jam perhari 4 jam perhari 4 jam perhari


4 jam perhari
selama 14 hari selama 14 hari selama 14 hari
selama 14 hari

Rendam saliva buatan (24 jam)

Pengukuran perubahan warna gigi dengan metode digital fotokolorimetrik CIELAB


dan dianalisis menggunakan software lightroom classic

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

Hasil Uji Statistik Shapiro-Wilk

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KELOMPOK Statistic df Sig. Statistic df Sig.
L 1 .277 6 .165 .894 6 .341
sebelum 2 .159 6 .200* .947 6 .716
*
3 .249 6 .200 .911 6 .445
4 .223 6 .200* .888 6 .310
A 1 .187 6 .200* .920 6 .508
sebelum 2 .313 6 .067 .848 6 .151
3 .202 6 .200* .970 6 .890
4 .282 6 .146 .909 6 .427
B 1 .194 6 .200* .935 6 .616
sebelum 2 .196 6 .200* .898 6 .361
3 .308 6 .079 .894 6 .338
4 .197 6 .200* .901 6 .382
L sesudah 1 .315 6 .063 .838 6 .125
2 .143 6 .200* .995 6 .997
3 .244 6 .200* .954 6 .771
4 .359 6 .055 .744 6 .057
A 1 .225 6 .200* .948 6 .727
sesudah 2 .268 6 .200* .877 6 .257
3 .256 6 .200* .936 6 .631
4 .268 6 .200* .834 6 .116
B sesudah 1 .242 6 .200* .882 6 .278
2 .214 6 .200* .973 6 .911
3 .162 6 .200* .951 6 .748
4 .186 6 .200* .930 6 .580
Selisih 1 .213 6 .200* .916 6 .476
2 .201 6 .200* .961 6 .825
3 .243 6 .200* .928 6 .566
4 .273 6 .182 .872 6 .236
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Uji Statistik T-Paired Test

(Kelompok 1)
Paired Samples Statistics
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 L sebelum 66,400 6 4,2676 1,7422
L sesudah 67,767 6 3,2303 1,3188
Pair 2 A sebelum ,200 6 1,4339 ,5854
A sesudah -,067 6 ,8454 ,3451
Pair 3 B sebelum 7,567 6 5,8051 2,3699
B sesudah 10,400 6 2,5962 1,0599

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 L sebelum –
,6333 6,6123 2,6995 -6,3059 7,5725 ,235 5 ,824
L sesudah
Pair 2 A sebelum –
,2667 1,3765 ,5619 -1,1778 1,7112 ,475 5 ,655
A sesudah
Pair 3 B sebelum –
-2,8333 6,9038 2,8185 -10,0784 4,4118 -1,005 5 ,361
B sesudah

Universitas Sumatera Utara


(Kelompok 2)
Paired Samples Statistics
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 L sebelum 65,517 6 3,0016 1,2254
L sesudah 67,083 6 3,8670 1,5787
Pair 2 A sebelum -,350 6 ,9874 ,4031
A sesudah -,783 6 1,1053 ,4512
Pair 3 B sebelum 6,950 6 3,8955 1,5903
B sesudah 6,283 6 5,0014 2,0418

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Std. Interval of the
Deviati Error Difference Sig. (2-
Mean on Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 L sebelum – -
2,9187 1,1915 -4,6296 1,4963 -1,315 5 ,246
L sesudah 1,5667
Pair 2 A sebelum –
,4333 1,0033 ,4096 -,6196 1,4863 1,058 5 ,338
A sesudah
Pair 3 B sebelum –
,6667 7,3728 3,0099 -7,0706 8,4040 ,221 5 ,833
B sesudah

Universitas Sumatera Utara


(Kelompok 3)
Paired Samples Statistics
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 L sebelum 60,950 6 6,0292 2,4614
L sesudah 64,683 6 4,2121 1,7196
Pair 2 A sebelum 1,417 6 1,2400 ,5062
A sesudah ,800 6 1,5310 ,6250
Pair 3 B sebelum 9,833 6 2,5773 1,0522
B sesudah 8,050 6 5,1052 2,0842

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 L sebelum –
-3,7333 4,4943 1,8348 -8,4498 ,9831 -2,035 5 ,098
L sesudah
Pair 2 A sebelum –
,6167 1,6940 ,6916 -1,1611 2,3944 ,892 5 ,413
A sesudah
Pair 3 B sebelum –
1,7833 5,9774 2,4403 -4,4896 8,0563 ,731 5 ,498
B sesudah

Universitas Sumatera Utara


(Kelompok 4)
Paired Samples Statistics
Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 L sebelum 62,883 6 3,1833 1,2996
L sesudah 69,850 6 10,1200 4,1315
Pair 2 A sebelum ,367 6 ,9070 ,3703
A sesudah ,283 6 1,9156 ,7821
Pair 3 B sebelum 8,133 6 2,5272 1,0317
B sesudah 4,883 6 4,8725 1,9892

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 L sebelum –
-6,9667 11,6764 4,7669 -19,2203 5,2870 -1,461 5 ,204
L sesudah
Pair 2 A sebelum –
,0833 2,3626 ,9645 -2,3960 2,5627 ,086 5 ,935
A sesudah
Pair 3 B sebelum –
3,2500 5,3144 2,1696 -2,3271 8,8271 1,498 5 ,194
B sesudah

Universitas Sumatera Utara


Hasil Uji Statistik One Way ANOVA

Descriptives

Perubahan Warna
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Gel ekstrak belimbing wuluh 70% 6 5,678 2,9446 1,2021 2,588 8,768 2,5 9,7
Gel ekstrak belimbing wuluh 80% 6 6,883 3,1871 1,3011 3,539 10,228 3,0 11,9
Gel ekstrak belimbing wuluh 90% 6 7,400 3,6590 1,4938 3,560 11,240 1,6 11,7
Karbamid peroksida 16% 6 13,283 5,2320 2,1359 7,793 18,774 6,8 19,9
Total 24 8,311 4,6862 ,9566 6,332 10,290 1,6 19,9

Test of Homogeneity of Variances


Selisih

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,210 3 20 ,332

ANOVA
Selisih
Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 207,139 3 69,046 4,635 ,013


Within Groups 297,949 20 14,897
Total 505,088 23

Universitas Sumatera Utara


Hasil Uji Statistik LSD (Least Significant Difference)

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Selisih

LSD

Mean 95% Confidence Interval


Difference
(I) KELOMPOK (J) KELOMPOK (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

Gel ekstrak Gel ekstrak belimbing wuluh 80% -1,2050 2,2284 ,595 -5,853 3,443
belimbing wuluh Gel ekstrak belimbing wuluh 90% -1,7217 2,2284 ,449 -6,370 2,927
70%
Karbamid peroksida 16% -7,6050* 2,2284 ,003 -12,253 -2,957
Gel ekstrak Gel ekstrak belimbing wuluh 70% 1,2050 2,2284 ,595 -3,443 5,853
belimbing wuluh Gel ekstrak belimbing wuluh 90% -,5167 2,2284 ,819 -5,165 4,132
80% Karbamid peroksida 16% -6,4000* 2,2284 ,009 -11,048 -1,752
Gel ekstrak Gel ekstrak belimbing wuluh 70% 1,7217 2,2284 ,449 -2,927 6,370
belimbing wuluh Gel ekstrak belimbing wuluh 80% ,5167 2,2284 ,819 -4,132 5,165
90% Karbamid peroksida 16% -5,8833* 2,2284 ,016 -10,532 -1,235
Karbamid Gel ekstrak belimbing wuluh 70% 7,6050* 2,2284 ,003 2,957 12,253
peroksida 16% Gel ekstrak belimbing wuluh 80% 6,4000* 2,2284 ,009 1,752 11,048

Gel ekstrak belimbing wuluh 90% 5,8833* 2,2284 ,016 1,235 10,532

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

Surat Keterangan Ethical Clearence

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Surat Identifikasi Tanaman dari Herbarium Medanense USU

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

Surat Keterangan Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7

Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Waktu Kegiatan


September Januari Februari Maret 2019 April 2019 Mei 2019 Juni 2019 Juli
2018 – 2019 2019 2019
Desember
2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Penyusunan
proposal
2 Seminar
proposal
3 Perbaikan
proposal
4 Penelitian

5 Pengolahan
data dan
analisis data
6 Penyusunan
laporan
penelitian
7 Seminar hasil

8 Perbaikan
9 Sidang skripsi
akhir
10 Perbaikan
11 Penyerahan
skripsi

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai