Anda di halaman 1dari 15

Etnofarmasi pada Tanaman Lenglengan (Leucas lavandulifolia Sm.

) Sebagai Obat
Penyakit Insomnia

Ditujukan untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Etnofarmasi

Dosen Pengampu : Endah Puspitasari, S.Farm, M.Sc., Apt

Disusun Oleh:

Arini Fitria Zain (152210101089)

Nuri Putri Azhari (152210101092)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2017

KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Etnofarmasi yang berjudul:

Etnofarmasi pada Tanaman Lenglengan (Leucas lavandulifolia Sm.) Sebagai Obat


Penyakit Insomnia

Selain itu, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Endah Puspitasari, S.Farm., M.Sc.,
Apt., selaku dosen pengampu mata kuliah etnofarmasi.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi standar rangkaian penilaian dalam pemenuhan
tugas. Maka dari itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan demi terciptanya makalah dengan
hasil maksimal dan memuaskan. Dan semoga makalah ini selanjutnya dapat terselesaikan
dengan baik dan benar. Olehkarena itu, dengan terselesainnya pembuatan makalah, semoga
manfaat yang diperoleh bertambah dan barokah.

Jember, 17 Maret 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
PENDAHULUAN
A. Tinjauan Mengenai Lenglengan (Leucas lavandulifolia Sm.) ................. 1
1. Klasifiasi Lenglengan (Leucas lavandulifolia Sm.) ................................ 1
2. Deskripsi Tanaman .................................................................................. 1
3. Nama Daerah ...........................................................................................2
4. Kandungan Kimia ....................................................................................2
B. Tinjauan Mengenai Tidur .......................................................................... 2
1. Fisiologi ...................................................................................................2
2. Gangguan tidur dan penanganannya ........................................................2

C. Hipnotik-Sedatif ...........................................................................................3
PEMBAHASAN
A. Fitokimia dan Farmakologi Lenglengan (Leucas lavandulifolia Sm.) .... 5
B. Toksisitas ...................................................................................................... 7
C. Penggunaan di
Masyarakat ........................................................................ 7
D. Pembuatan Ramuan Lenglengan untuk Pengobatan .............................. 8
1. Obat Hipnotik-Sedatif ............................................................................. 8

2. Sebagai Obat dalam Penyakit lain ........................................................... 9


PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................10
B. Saran .............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... iv


PENDAHULUAN

A. Tinjauan Mengenai Lenglengan (Leucas lavandulifolia Sm.)

3
Gambar Lenglengan (Leucas lavandulifolia Sm.)

1. Klasifiasi Lenglengan (Leucas lavandulifolia Sm.)


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Labiatae
Genus : Leucas
Spesies : Leucas lavandulifolia Sm.
(Depkes , 2001)

2. Deskripsi Tanaman
Lenglengan tumbuh liar di sawah, kebun, tanah kering sepanjang tepi jalan,
tanah terlantar dan kadang ditanam di pekarangan sebagai tanaman obat. Tanaman ini
dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian kurang dari 1.500 m di atas
permukaan laut. Terna semusim, tegak, tinggi 20-60 cm, batang berkayu, berbuku-
buku, bentuknya segi empat, bercabang, berambut halus, bewarna hijau. Daun
tunggal, letak berhadapan dan bertangkai. Helaian daun bentuknya lanset, ujung dan
pangkalnya runcing, tepi bergerigi, panjang 1,5-10 cm, lebar 2-10 mm, warnanya
hijau tua pada bagian atas dan berwarna hijau muda pada bagian bawah. Memiliki
bunga kecil-kecil, berwarna putih dan berbentuk seperti lidah, tumbuh tersusun
dalam karangan semu yang padat. Buahnya berwarna coklat. Biji bulat kecil
berwarna hitam, perbanyakannya dengan biji. Tanaman herbal ini mempunyai
khasiat yang sama dengan Leucas zeylanica. Perbanyakan dengan biji. Distribusi
tanaman ini dari India sampai Cina dekat Malaysia dan tubuh secara liar (Sopiana P,
2005).
3. Nama Daerah

2
Paci-paci di Sunda (Jawa Barat), sarap nornor (Madura), gofu (Ternate),
laranga (Tidore), laranga (Tidore),; Lenglengan, lingko-lingkoan, nienglengan,
plengan (Jawa) ; daun setan (Hariana, 2005).
4. Kandungan Kimia
Lenglengan memiliki rasa pahit, pedas dan bersifat hangat. Beberapa bahan
kimia yang terkandung dalam akar lenglengan diantaranya saponin, flavonoid, tanin
dan minyak atsiri.

B. Tinjauan Mengenai Tidur


1. Fisiologi
Kebutuhan akan tidur dapat dianggap sebagai suatu perlindungan dari
organisme untuk menghindari pengaruh yang merugikan tubuh karena kurang tidur.
Tidur yang baik, cukup dalam dan lama, adalah mutlak untuk regenerasi sel-sel tubuh
dan memungkinkan pelaksanaan aktivitas pada siang haridengan baik. Efek
terpenting yang mempengaruhi kualitas tidur adalah penyingkatan waktu menidurkan,
perpanjangan masa tidur dan pengurangan jumlah periode terbangun. Pusat tidur
diotak mengatur fungsi fisiologi ini yang sangat penting bagi kesehatan tubuh.
Pada waktu tidur, aktivitas saraf parasimpatis meningkat, dengan efek
penyempitan pupil (myosis), perlambatan pernafasan dan sirkulasi darah, serta
stimulasi aktivitas saluran cerna dengan penguatan peristaltik dan sekresi getah
lambung-usus.

2. Gangguan tidur dan penanganannya


Gangguan tidur yang sering di jumpai di masyarakat yaitu insomnia. Insomnia
merupakan gejala umum yang sering dikeluhkan pasien dalam praktek dokter. Banyak
faktor yang menyebabkan insomnia sehingga perlu suatu diagnosis terpadu yang tepat
sebelum dilakukan pengobatan. Pemberian hipnotik tanpa mempertimbangkan
terhadap resiko penyalahgunaan dapat menutupi gejala penyakit yang berat, dan dapat
memperparah gejala sesak nafas yang terjadi sewaktu tidur. Bahkan bila etiologi
penyakit tidak diketahui secara spesifik, insomnia masih dapat diperkirakan karena
sebab-sebab umum lainnya seperti kebiasaan makan malam, minum kopi sebelum
tidur atau makan macam-macam obat dekat waktu tidur. Bila sebab yang spesifik
tidak dapat dihilangkan atau diatasi baru obat hipnotik dapat dipertimbangkan
penggunaannya (Wiria, 2011).
Konferensi pengembangan konsensus dari institut nasional mental, USA,
membagi insomnia dalam tiga kategori, yaitu:
a. Insomnia Selintas
3
Berlangsung kurang dari 3 hari dan biasanya disebabkan stress sementara
oleh keadaan struktur atau lingkungan. Insomnia ini dapat diatasi dengan
memperhatikan aturan kesehatan tidur. Bila diperlukan hipnotik dengan dosis
yang terendah dan hanya untuk 2-3 malam.
b. Insomnia Jangka Pendek
Berlangsung dari 3 hari hingga 3 minggu dan biasanya disebabkan stres
pribadi, seperti kesedihan yang mendalam, penyakit, pikiran yang risau atau
persoalan pekerjaan. Insomnia ini pertama-tama harus diatasi dengan pendidikan
kesehatan tidur. Hipnotik dapat ditambahkan untuk 7-10 hari dan sebaiknya tidak
digunakan secara terus-menerus.
c. Insomnia Jangka Panjang
Berlangsung lebih dari 3 minggu, evaluasi medik yang lengkap diperlukan
bagi pasien ini, insomnia seringkali merupakan gangguan sekunder yang dapat
diatasi dengan psikoterapi, terapi fisik atau terapi non hipnotik. Hipnotik hanya
dapat diberikan tiap 3 malam untuk menghindari perubahan pola tidur, kumulasi
obat dan toleransi (Wiria, 2011:155-156).

C. Hipnotik-Sedatif
Hipnotik dan sedatif adalah obat yang bekerja pada sistem saraf pusat. Sedatif
yaitu obat yang menimbulkan depresi susunan saraf pusat tanpa menyebabkan tidur.
Hipnotik adalah obat yang menimbulkan tidur yang secara elektromefalografi
menyerupai tidur alami dan penderita masih dapat dibangunkan (Gan, 1978;
Goodman, 1980)

4
PEMBAHASAN

A. Fitokimia dan Farmakologi Lenglengan (Leucas lavandulifolia Sm.)


Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Khoiriah dalam Uji Efek Hipnotik
Ekstrak Etanol Daun Lenglengan (Leucas lavandulaefolia J.E. Smith) Pada Mencit Swiss
Webster Jantan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun lenglengan mampu
memperpendek waktu induksi tidur dibandingkan dengan kelompok kontrol dan dapat
memperpanjang durasi tidur dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok
pembanding. Efek hipnotik yang dihasilkan dari ekstrak etanol daun lenglengan
meningkat dengan ditingkatkannya dosis dari ekstrak etanol daun lenglengan yang
diberikan. Selain sebagai hipnotik, tanaman lenglengan dapat pula digunakan untuk
mengobati beberapa penyakit dan dimanfaatkan sebagai antibakteri, antidiabetes,
antiseptik dan lain-lain.
Dalam penelitian Yusuf Abdullah yang berjudul Efektivitas
Ekstrak Daun Paci-Paci (Leucas Lavandulaefolia) untuk Pencegahan dan
Pengobatan Infeksi Penyakit MAS (Motile Aeromonad Septicaemia)
Ditinjau dari Patologi Makro dan Hematologi Ikan Lele Dumbo Clarias
sp. disebutkan bahwa komposisi sifat kimiawi dan efek farmakologis
daun paci-paci yaitu pahit, pedas, hangat, penenang, antiseptik.
Kandungan kimiawi dalam daun dan akar tanaman Leucas
lavandulaefolia yaitu minyak atsiri, flavonoid, tannin, saponin, alkaloid
dan metanol.
Minyak atsiri memiliki daya antibakteri disebabkan adanya
senyawa fenol dan turunannya yang mampu mendenaturasi protein sel
bakteri. Senyawa fenolik memiliki daya antiseptik. Substansi fenolik
dari minyak atsiri telah diketahui dapat menstimulasi makrofag yang
memiliki efek negatif tidak langsung terhadap infeksi bakteri dan
mencegah infeksi virus. Fenol dapat merusak membran sel bakteri dan
menyebabkan lisis pada sel bakteri.
Flavonoid bersifat antiinflamasi sehingga dapat mengurangi
peradangan serta membantu mengurangi rasa sakit bila terjadi
pendarahan atau pembengkakan pada luka, bersifat antibakteri dan
antioksidan. Flavonoid diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang
bersifat lipofilik sehingga mampu merusak membran mikroba,

5
mereduksi infektivitas serta memperlihatkan efek inhibitori terhadap
berbagai virus.
Senyawa tanin yang memiliki kadar tinggi pada suatu tanaman
lebih bersifat sebagai zat pertahanan dari serangan hama. Seluruh
tannin nabati adalah jenis senyawa fenolik yang memiliki daya
antiseptik.
Senyawa saponin yang dihasilkan tanaman paci-paci diketahui
memiliki aktivitas antibakteri dan antivirus, mampu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dan penambah vitalitas karena mampu
memperbaiki struktur maupun fungsi sel-sel tubuh.
Alkaloid bersifat toksik terhadap mikroba sehingga efektif
membunuh bakteri dan virus, sebagai antiprotozoa dan antidiare,
bersifat detoksifikasi yang mampu menetralisir racun. Alkaloid
diketahui mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Zat ini akan dibawa
aliran darah menuju sel-sel tubuh. Hasilnya, sel-sel itu menjadi lebih
aktif, sehat dan terjadi perbaikan-perbaikan struktur maupun fungsi.
Kandungan metanol tanaman paci-paci diketahui bersifat sebagai
antioksidan, antiinflamasi, analgesik dan insektisida. Metanol adalah
salah satu senyawa umum terpenoid yang diketahui bersifat aktif
membunuh bakteri, fungi, virus, dan protozoa. Mekanisme antimikroba
metanol diduga terlibat dalam merusak membran sel mikroba oleh
senyawa lipofilik.
Pada penelitian uji fitokimia yang sudah dilakukan oleh Hurriyani tahun 2013
menyatakan bahwa bahan aktif yang terkandung dalam tanaman lenglengan terdiri atas
alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterfernoid, steroid dan glikosida.

6
Triterpenoid merupakan komponen senyawa aktif yang dapat bekerja sebagai
antifungus, insektisida, dan beberapa senyawa dapat menunjukkan sifat antibakteri dan
antivirus (Robinson, 1995).
Untuk literatur mengenai tahapan roses farmakologi dari tanaman lenglengan
sebagai antiinsomnia atau dapat memberikan efek hipnotik-sedatif belum dapat
ditemukan oleh penulis, aka tetapi dalam memberikan efek hipnotik-sedatif tersebut
sudah teruji dalam penelitian yang dilakukan oleh Khoiriah yang berjudul Uji Efek
Hipnotik Ekstrak Etanol Daun Lenglengan (Leucas lavandulaefolia J.E. Smith) Pada
Mencit Swiss Webster Jantan.

B. Toksisitas
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
ekstrak daun paci-paci (Leucas lavandulaefolia) bersifat toksik
terhadap ikan uji, yang diperlihatkan dengan semakin tinggi
konsentrasi bahan larutan daun paci-paci yang diberikan maka
semakin rendah tingkat kelangsungan hidup ikan uji (ikan gurami).
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai LC 50 96 jam bahan
daun paci-paci (Leucas lavandulaefolia) terhadap ikan gurami sebesar
2,0879 g/L.
Berdasarkan nilai LC50 96 jam yang diperoleh, maka dapat
dikatakan bahwa bahan uji daun paci-paci atau lenglengan (Leucas
lavandulaefolia) tergolong dalam bahan yang memiliki sifat sedikit
toksik (Ruiz, 2002).

C. Penggunaan di Masyarakat

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang dapat dipergunakan


sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun tumbuh secara liar.
Tumbuhan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu dan
disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit (kertasapoetra,
1992). Umumnya yang dimaksud dengan obat tradisional adalah
ramuan dari tumbuhan yang berkhasiat obat. Menurut Departemen
Kesehatan RI, yang dimaksud dengan obat tradisional adalah obat jadi
atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral
atau campuran bahan tersebut yang telah digunakan secara
tradisional untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
7
Suku-suku bangsa di Indonesia telah banyak menggunakan
tumbuhan untuk kepentingan pengobatan tradisional. Suku-suku ini
memiliki pengetahuan yang berbeda-beda tentang pengobatan
tradisional, termasuk pengetahuan tentang tumbuhan obat, perbedaan
dapat dilihat dari perbedaan ramuan yang digunakan untuk mengobati
penyakit yang sama (Pramono, 2002).

1. Penggunaan Lenglengan di Kabupaten Pamekasan-Madura, Jawa


Timur
Tanaman lenglengan atau yang dikenal dengan nama
sarap nornor di Madura digunakan untuk mengobati sukar tidur
(insomnia), influenza, batuk, difteri, tidak datang haid, cacingan,
dan diabetes. Organ tumbuhan yang dapat digunakan adalah
seluruh bagian tanaman (Zaman, 2009).
Ramuan untuk mengatasi sukar tidur (insomnia) dibuat
dengan memakai +15 gram daun segar Leucas lavandulaefolia ,
direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit, setelah dingin
kemudian disaring. Hasil saringan (filtrat) diminum sehari dua kali
yaitu saat pagi dan sore hari.
2. Penggunaan Lenglengan pada masyarakat di Kabupaten Cianjur
Semua bagian tumbuhan Lenglengan (Leucas
lavandulaefolia) di Kabupaten Cianjur, dapat dimanfaatkan untuk
obat tradisional. Tanaman ini dimanfaatkan untuk mengobati kudis,
luka, sakit tenggorokan, batuk, cacing kremi, difteri, jantung
berdebar keras, batuk rejan, cacingan, demam, influensa, susah
tidur dan tidak datang haid.
3. Penggunaan Lenglengan pada masyarakat Suku Mandar di Desa
Sarude Sarjo Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat
Tanaman lenglengan atau yang dikenal dengan nama
langga-langga boe di Sulawesi Barat dapat digunakan untuk
mengobati pilek. Yaitu dengan merebus daunnya, lalu diminum.
Penyakit influensa di Suku Mandar ini juga bisa diobati dengan
Lenglengan (Leucas lavandulaefolia Smiths). Bagian yang
digunakan yaitu daun, daunnya dihaluskan menggunakan blender

8
kemudian disaring dan diminum, tumbuhan ini berstatus liar
(Rusmina dkk, 2015).

D. Pembuatan Ramuan Lenglengan untuk Pengobatan


1. Obat Hipnotik-Sedatif
Sifat khas yang ditimbulkan oleh semua obat hipnotik sedatif adalah jenis
umum aksi depresan pada aksis serebrospinal. Pada pemakaian klinis perbedaannya
terutama terletak pada waktu yang diperlukan untuk permulaan depresi dan
lamanya obat tersebut bekerja. Tingkat depresi sebagian besar tergantung pada
kekuatan obat yang dipilih, dosis yang digunakan dan cara pemberiannya. Semua
obat hipnotik sedatif mampu menimbulkan depresi dengan jarak dari sedasi ringan,
suatu kondisi dimana penderita masih dapat terjaga tetapi kegairahannya menurun,
sampai ke keadaan tidur. Pada dosis cukup tinggi, diteruskan dengan depresi
susunan saraf pusat dan banyak obat hipnotik sedatif menimbulkan anestesi.
Kelanjutan dari peristiwa di atas adalah tahap kegelisahan yang disebabkan oleh
depresi lebih tinggi pada pusat kortikol (Gisvold, 1982).
Adapun cara pembuatan ramuan dari lenglengan sebagai obat hipnotik-sedatif
untuk penyakit insomnia yaitu :
Mencuci bersih daun segar lenglengan sebanyak 15 gram. Merebus dengan 2 gelas
air bersih selama 15 menit. Meyaring air rebusan tersebut setelah dingin. Meminum
ramuan 2 kali sehari pada pagi dan malam hari, masing-masing 1 gelas (Fauzi, R.
Kusuma, B. Muhammad Zaky, 2005).
2. Sebagai Obat dalam Penyakit lain
a. Sakit kepala dan gelisah
Mencuci daun segar lenglengan sebanyak 20-30 gram, lalu melumatkan hingga
halus. Menambahkan secangkir air minum. Ramuan ini digunakan untuk
mengompres kepala bersama handuk kecil. melakukannya 3 kali sehari
b. Kejang dan panas pada anak
Mencuci bersih 20-30 gram daun segar lenglengan. Melumatkan hingga halus,
menambahkan air garam secukupnya, lalu diaduk hingga rata. Membalurkan
dan menggosok-gosokkan ramuan ini ke tubuh anak yang sedang sakit panas
c. Batuk rejan dan influenza
Mencuci bersih seluruh bagian tumbuhan lenglengan sebanyak 1 pohon,
merebusnya dengan 3 gelas air hingga tersisa setengahnya. Setelah dingin,
menyaring air rebusan tersebut lalu menambahkan air gula pasir secukupnya.

1
Ramuan diminum 3 kali sehari masing-masing 2 gelas

9
d. Terlambat haid
Mencuci bersih herba lenglengan segar sebanyak 10-15 gram. Merebus dengan
3 gelas air hingga menjadi separuhnya. Meminum air rebusan itu 2 kali sehari,

3
masing-masing 4 gelas

(Fauzi, R. Kusuma, B. Muhammad Zaky, 2005).

10
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemaparantentang tanaman lenglengan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk literatur mengenai tahapan roses farmakologi dari tanaman lenglengan sebagai
antiinsomnia atau dapat memberikan efek hipnotik-sedatif belum dapat ditemukan
oleh penulis, aka tetapi dalam memberikan efek hipnotik-sedatif tersebut sudah teruji
dalam penelitian yang dilakukan oleh Khoiriah yang berjudul Uji Efek Hipnotik
Ekstrak Etanol Daun Lenglengan (Leucas lavandulaefolia J.E. Smith) Pada Mencit
Swiss Webster Jantan.
2. Ekstrak etanol daun lenglengan mampu memperpendek waktu induksi tidur dan dapat
memperpanjang durasi tidur, sehingga dapat digunakan sebagai obat dalam mengatasi
penyakit insomnia.
3. Efek hipnotik yang dihasilkan dari ekstrak etanol daun lenglengan akan meningkat
seiring dengan ditingkatkannya dosis dari ekstrak etanol daun lenglengan yang
diberikan.
4. Daun lenglengan tergolong dalam bahan yang memiliki sifat sedikit
toksik.
5. Melalui hasil studi etnobotani yang pernah dilakukan pada
penelitian-penelitian sebelumnya, dapat diketahui bahwa
penggunaan tanaman lenglengan dalam mengatasi insomnia di
msyarakat sudah banyak digunakan, diantarana di Kabupaten
Pamekasan-Madura, Kabupaten Cianjur serta di Desa Sarude Sarjo
Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat.
B. SARAN
Hasil penelitian ini memerlukan tindak lanjut berupa :
1. Penelitian lebih lanjut tentang potensi tumbahan lenglengan sebagai
obat hipnotik-sedatif dalam mengatasi penyakit insomnia agar dapat
dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.
2. Upaya konservasi untuk melindungi pengetahuan lokal masyarakat
tentang tumbuhan obat, guna menghindari kepunahan tradisi yang
telah berlangsung dari generasi ke generasi berikutnya.
3. Budidaya spesies tumbuhan liar lokal (termasuk lenglengan) dapat
dilakukaan guna menjamin ketersediaannya dan menghindari
kepunahannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yusuf. 2008. Skripsi : Efektivitas Ekstrak Daun Paci-Paci (Leucas


Lavandulaefolia) untuk Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Penyakit
MAS (Motile Aeromonad Septicaemia) Ditinjau dari Patologi Makro dan
Hematologi Ikan Lele Dumbo Clarias sp. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Backer, C. A and R. C Bakhuizen van den Brink. 1965. Flora of Java, Vol II. The
Netherlands : NVP Noordhoff-Groningen.
Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants. New York :
Columbia University Press.

Fauzi, R. Kusuma, B. Muhammad Zaky. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Jakarta :
Agro Media Pustaka.
Gan, S. . 1987. Farmakologi dan Terapi, Ed, 3. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. Hal 116-129.
Gisvold, Wilson. 1982. Kimia Farmasi dan Medicinal Organic, Ed. 8. Terjemahan A.M.Fatah,
3. B. Lippincot Company. Philadelphia Toronto. Hal 345-358.

Goodman, J.S. 1980. The Pharmacological Basic of Terapeutics, Ed. 6,. Mac Millan
Publishing Co Inc. New York. Hal 339-370.
Hariana, A. 2011. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 2. Depok: Penebar Swadaya.

Hurriyani, Yeni. 2013. Uji Potensi Tanaman Paci-paci (Leucas lavandulaefolia) sebagai
Bahan Alternatif untuk Pengobatan Ikan. Vol IX. Universitas Muhammadiyah
Pontianak. Pontianak. Nomor 2, hal 110-115.
Khoiriah, NN. 2014. Uji Efek Hipnotik Ekstrak Etanol Daun Lenglengan (Leucas
lavandulaefolia J.E. Smith) Pada Mencit Swiss Webster Jantan. Universitas Islam
Bandung. Bandung.

Pramono S. 2002. Reformulasi Obat Tradisional, seminar Sehari Reevaluasi dan


Reformulasi Obat Tradisional Indonesia. Yogyakarta : majalah Obat Tradisional Fak.
Farmasi UGM.
Robinson, T. .1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI. Bandung :
Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, ITB.

Ruiz, Jose Done. 2002. Skripsi :Toksisitas Daun Paci-paci (Leucas lavandulaefolia) terhadap
Ikan Gurami (Osphronemus gouramy L.). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

4
Rusmina, dkk. 2015. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat pada Masyarakat
Suku Mandar di Desa Sarude Sarjo Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi
Barat Vol 9. Universitas Tadulako. Palu. Nomor 1 hlm. 73-87.
Sopiana P. 2005. Efektifitas Ekstrak Paci-paci Leucas lavandulaefolia untuk Pencegahan dan
Pengobatan Penyakit MAS Motile Aeromonad Septicaemia pada Ikan Lele Dumbo
Clarias sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wiria, M. S. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.

Zaman, Qomarus. 2009. Skripsi : Etnobotani Tumbuhan Obat di Kabupaten


Pamekasan-Madura Provinsi Jawa Timur. Universitas Islam Negeri
maulana Malik Ibrahim. Malang.

Anda mungkin juga menyukai