Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Pengawasan Mutu Proses Pengolahan dan


Produk Akhir Teh Hijau
di PT Mitra Kerinci – Kebun Liki
Kabupaten Solok Selatan

Oleh

Sherly Fadhilah
1511122055

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian


Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Andalas
Padang
2018/2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

1. Judul program PKL : Pengawasan Mutu Proses Pengolahan dan


Produk Akhir Teh Hijau di PT Mitra
Kerinci – Kebun Liki, Kabupaten Solok
Selatan
2. Pelaksana
a. Nama Lengkap : Sherly Fadhilah
b. No. BP : 1511122055
c. Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
d. Fakultas : Teknologi Pertanian
3. Waktu Pelaksanaan : 07 Januari – 07 Februari 2019
4. Lokasi Pelaksanaan : PT Mitra Kerinci - Kebun Liki
5. Alamat : Desa Sungai Lambai, Nagari Lubuak
Gadang Selatan, Kecamatan Sangir,
Kabupaten Solok Selatan
6. Pembimbing lapangan : Sabrinawati Rahayu Tanjung, S.TP
7. Dosen Pembimbing PKL : Gunarif Taib, Dr. Ir., M.Si

Solok Selatan, 06 Februari 2019


Mahasiswa Bersangkutan

Sherly Fadhilah
No. BP 1511122055
Menyetujui,
Dosen Pembimbing PKL Pembimbing Lapangan

Gunarif Taib, Dr. Ir., M.Si Sabrinawati Rahayu Tanjung, S.TP


NIP. 195807051987031003

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

Alfi Asben, Dr. Ir., M. Si


NIP. 196804251994031002
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan PKL (Praktek Kerja
Lapangan) dengan baik dan insyaAllah berguna bagi PT Mitra Kerinci dan
penulis sendiri kedepannya di dunia perkuliahan maupun di dunia kerja nantinya,
salawat dan salam untuk nabi Muhammad SAW kita kirimkan doa kepada beliau.
Laporan ini disusun berdasarkan segala kegiatan dan segala pengamatan
serta segala nasehat yang penulis terima selama penulis PKL di PT Mitra Kerinci
dengan judul yakni Pengawasan Mutu Proses Pengolahan dan Produk Akhir
Teh Hijau.
Atas selesainya laporan PKL ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Doris Susilawati selaku SDM PT Mitra Kerinci
2. Bapak Ronny Shaflien, ST selaku manajer pengolahan PT Mitra Kerinci
3. Ibu Sabrinawati Rahayu Tanjung, S.TP selaku asisten Quality Control
4. Bapak Ariswan dan Muhammad Alfatawi Bakri, ST selaku asisten
pengolahan
5. Bapak-bapak mandor pabrik PT Mitra Kerinci
6. Ibu Nurwati, Ibu Mimi, dan Ibu Suparmi di bagian kadar air
7. Ibu-ibu bagian tester PT Mitra Kerinci
8. Semua Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu pekerja di pabrik PT Mitra Kerinci
9. Teman-teman sesama PKL di PT Mitra Kerinci

Penulis sendiri menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sehingga laporan ini dapat menjadi bermanfaat dan membantu dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu pertanian, Aamiin Yaa Rabb.

Solok Selatan, 06 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................
1.2 Tema..........................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan...................................................

BAB 2. KEADAAN UMUM PT MITRA KERINCI


2.1 Profil Perusahaan............................................................................
2.2 Sejarah Perusahaan..........................................................................
2.3 Produk yang Dihasilkan.....................................................................
2.4 Filosofi, Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan........................................
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan.........................................................
2.6 Ruang Lingkup Kegiatan...................................................................
2.7 Teknologi Pertanian yang Ditangani.........................................

BAB 3. KEGIATAN PKL DAN PARAMETER UJI


3.1 Pengawasan Mutu Proses...............................................................
3.1.1 Tahap Pelayuan...................................................................
3.1.2 Tahap Penggulungan...........................................................
3.1.3 Tahap Pengeringan 1...........................................................
3.1.4 Tahap Pengeringan 2..........................................................
3.2 Pengawasan Mutu Produk Akhir Teh Hijau......................................
3.3 Perbandingan Parameter Uji dari Jam 13.00 WIB.............................
3.4 Perbandingan Parameter Uji dari Jam 16.00 WIB..........................
3.5 Solusi yang Diberikan Terhadap Proses Pengolahan Teh Hijau
di PT Mitra Kerinci – Kebun Liki.....................................................

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan...............................................................................
4.2 Saran..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
DAFTAR TABEL

3.3 Perbandingan Parameter Uji dari Jam 13.00 WIB


Tabel 1. Kadar Air Output dan Suhu Mesin Rotary Panner...........................
Tabel 2. Kadar Air Output dan Suhu Mesin Endless Chain Pressure...............
Tabel 3. Perbandingan Uji Organoleptik Output Ball Tea.................................
3.3 Perbandingan Parameter Uji dari Jam 13.00 WIB
Tabel 4.Kadar Air Output dan Suhu Mesin Rotary Panner.............................
Tabel 5. Kadar Air Output dan Suhu Mesin Endless Chain Pressure...................
Tabel 6. Perbandingan Uji Organoleptik Output Ball Tea.................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi Perusahaan.......................................................


Gambar 2. Penerimaan Pucuk Segar..............................................................
Gambar 3. Pucuk Segar................................................................................
Gambar 4. Transportasi pucuk ke WT......................................................
Gambar 5. Penampungan sementara pada Teh Hijau................................
Gambar 6. Memasukkan Pucuk kedalam Rotary Panner........................
Gambar 7. Output Pucuk Teh Rotary Panner.........................................
Gambar 8. Mesin Penggulungan pada Teh Hijau.......................................
Gambar 9. Mesin Pengering I (ECP).........................................................
Gambar 10. Output Pucuk Teh pada ECP...........................................
Gambar 11. Mesin Pengering II (Ball Tea ukuran standar dengan elemen).........
Gambar 12. Output Ball Tea..............................................................................
Gambar 13. Mesin Chota..................................................................................
Gambar 14. Mesin Mydleton...........................................................................
Gambar 15. Mesin Stalk Separator....................................................................
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokementasi.................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teh adalah bahan minuman yang secara universal dikonsumsi di banyak
negara serta berbagai lapisan masyarakat (Tuminah, 2004). Teh juga mengandung
banyak bahan-bahan aktif yang bisa berfungsi sebagai antioksidan maupun
antimikroba (Gramza et al., 2005). Kekayaan alam Indonesia merupakan suatu
sumber daya alam yang harus dijaga kelestariannya. Salah satunya di bidang
perkebunan, banyak jenis tanaman perkebunan yang tumbuh subur dan
dikembangkan di Indonesia. Teh merupakan tanaman perkebunan yang
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan dapat dikembangkan lebih luas. Teh
mempunyai nilai ekonomi tinggi terbukti dengan meningkatnya jumlah devisa
negara karena telah diekspor ke luar negeri. Dengan adanya nilai jual yang tinggi
tersebut maka tanaman teh banyak dibudidayakan di Indonesia (Kusumo, 2010).
Salah satu pengolahan teh di Indonesia yaitu PT Mitra Kerinci – Kebun
Liki. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) diharapkan dapat dijadikan
pembelajaran dan pengalaman untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja secara
langsung.
Banyaknya permintaan teh untuk dikonsumsi dalam negeri maupun luar
negeri menjadi tantangan bagi PT Mitra Kerinci untuk mempertahankan mutu dan
kualitas teh agar tetap terjaga hingga sampai ke tangan konsumen. Khususnya
untuk teh hijau, sangat banyak hal yang harus diperhatikan agar teh hijau yang
dihasilkan benar-benar berkualitas tanpa terjadi oksidasi sedikit pun, karena
seperti yang kita tahu, teh hijau adalah produk teh yang diproduksi dengan tanpa
adanya proses oksidasi enzimatis di dalamnya dan teh hijau tetap menjadi produk
andalan atau olahan terbanyak PT Mitra Kerinci.

1.2 Tema
Tema yang dipilih dalam pembuatan laporan PKL ini yaitu Pengawasan Mutu
Proses Pengolahan dan Produk Akhir Teh Hijau.
1.3 Tujuan
Tujuan yang harus tercapai setelah pelaksanaan kegiatan PKL adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui dan mempelajari proses pengolahan teh hijau di PT Mitra Kerinci
– Kebun Liki
2. Mengetahui dan mempelajari bagaimana pengawasan mutu terhadap proses
pengolahan dan produk akhir teh hijau di PT Mitra Kerinci – Kebun Liki

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Praktik kerja lapangan ini dilaksanakan di PT Mitra Kerinci - Kebun Liki
yang berada di daerah Sungai Lambai, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok
Selatan, Sumatera Barat. Dilaksanakan selama 1 bulan yaitu rentang waktu
dimulai dari tanggal 07 Januari sampai dengan 07 Februari 2019. Adapun
kegiatan hariannya dilaksanakan dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu.
BAB 2. KEADAAN UMUM PT MITRA KERINCI

2.1 Profil Perusahaan


1. Nama Perusahaan : PT Mitra Kerinci
2. Alamat Kantor : Jln. Manggis, No. 26, Purus Baru, Padang
No. Telepon : (0751) 27615
No. Fax : (0751) 33657
3. Nama Pimpinan : Ondi, SE
4. Lokasi Usaha atau Kegiatan
- Desa : Sungai Lambai
- Nagari : Lubuk Gadang Selatan
- Kecamatan : Sangir
- Kabupaten : Solok Selatan
- Provinsi : Sumatera Barat
5. Jenis Usaha atau Kegiatan : Perkebunan dan Pabrik Teh
: Pengolahan Teh Hijau dan Teh Hitam
6. Rencana Status Lahan Usaha : Hak Guna Usaha
7. Rencana Status permodalan : Non Fasilitas (Non PMA/PMDN)
8. Rencana Program Permodalan : Modal Sendiri

2.2 Sejarah Perusahaan


Lahan perkebunan teh di PT Mitra Kerinci terletak di Desa Sungai Lambai,
Nagari Lubuk Gadang Selatan, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan,
Provinsi Sumatera Barat bekas lahan perkebunan kopi perusahaan Swiss N I
Escompto My, Kemudian dikonversi menjadi perkebunan karet oleh P.P.N Karet
IV dan pada tahun 1974 dialihkan menjadi PNP IV. Pada tahun 1985 tanaman
karet dikonversi menjadi tanaman teh. Pada tanggal 24 Juli 1986 berdasarkan
RUPS saham PNP VIII dialihkan pada PT Rajawali Nusantara Indonesia yang
dikuatkan dengan perubahan Akta pada tanggal 01 Desember 1988.
PT Mitra Kerinci berdomisili di Padang, Sumatera Barat merupakan anak
perusahaan dari PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI Group) yang mengelola
perkebunan dua pabrik teh dan pabrik teh hijau dan teh hitam. PT Mitra Kerinci
berdiri pada tanggal 17 Juli 1990 dengan nama Kerinci Perkebunan Mitra,
perusahaan patungan antara PTP VIII (Sekarang PTPN IV) dengan RNI. 1992
berubah nama menjadi PT Mitra Kerinci dan sejak 1 Desember 1998 seluruh
sahamnya dimiliki oleh RNI.

2.3 Fisiografi dan Letak Geografis PT Mitra Kerinci

2.3.1 Letak Geografi


PT Mitra Kerinci terletak di Desa Sungai Lambai Nagari Lubuk Gadang
Selatan, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat.
Secara geografis lokasi kebun berada pada 10 43’ LS dan 1010 17’ BT (166 Km
dari Kota Padang), pada ketinggian 680-1200 dpl, dimana suhu berkisar 18-29 0C,
dengan penyinaran matahari yang mencukupi dan curah hujan hampir sepanjang
tahun (4.100 mm/Tahun), sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman teh yang
ideal. Berada di lereng gunung kerinci dan berdampingan dengan Taman Nasional
Kerinci Seblat (TNKS) sebagai konservasi hutan hujan tropis, serta dilandasi
komitmen kuat ke arah sistem produksi hijau yang berkelanjutan sehingga produk
teh Kebun Liki dijamin murni, sangat alami dan bebas dari berbagai polusi.
Dalam areal HGU seluas 2.025 Ha, terbentang areal tanaman teh dengan klon
unggul generasi terbaru seluas 1.470 Ha. Sisanya merupakan areal konservasi
hutan asli (sebagai konservasi sumber air) dan hutan produksi kayu sebagai
sumber energi utama (bahan bakar berkelanjutan) untuk keperluan pabrik teh.
Lingkungan yang masih sangat alami dan terjaga dengan baik itulah nilai lebih
dari Kebun Liki yang mungkin sudah jarang dimiliki lagi oleh kebun teh lain di
Indonesia.
2.3.2 Jenis Tanah
Jenis tanah areal perkebunan sangat dipengaruhi oleh aktivitas gunung
kerinci yaitu berasal dari pelapukan bebatuan yang bersal dari lahar gunung serta
pelapukan berasal dari pelapukan bahan organik. Secera visual jenis tanah areal
perkebunan adalah termasuk jenis andosol dengan kedalaman humus (Top Soil)
berkisar antara 0,3 s/d 0,5 M (50 cm) dengan warna hitam dan subur, dengan
tekstur halus sampai kasar.
2.3.3 Topografi
Areal perkebunan terletak diketinggian antara 680 s/d 1200 Mdpl dengan
topografi bergelombang dengan kemiringan antara 15 s/d 45 % dengan tingkat
erosi potensial sebesar 6,7 Ton/Ha/Tahun dengan tingkat erosi yang dapat
ditolerir adalah sebesar 3 Ton/Ha/Tahun.

2.4 Produk yang Dihasilkan


Dengan menggabungkan kearifan budaya lokal dan agama, melalui media
teh, PT Mitra Kerinci mencoba untuk meningkatkan kualitas kesehatan,
pendidikan, komunitas sosial - ekonomi dan spiritual di lingkungan
perusahaan. Dengan tekad untuk mewujudkan visi perusahaan di atas, saat ini
lebih dari 1.700 petani bergabung dan lebih dari 150 karyawan yang terlibat
langsung dalam proses manufaktur, mengelola lebih dari 2.025 hektare
perkebunan teh.
PT Mitra Kerinci memiliki 2 unit pabrik teh, yaitu 1 unit Pabrik Teh Hijau
dan 1 unit Pabrik Teh Hitam, masing-masing dengan kapasitas produksi perhari
60 ton daun segar dengan rata-rata 17 juta kilogram daun segar per tahun yang
menghasilkan sekitar 3.5 Juta kilogram teh kering pertahun. Pabrik Teh Hijau
dengan 3 grade mutu ekspor (Pekoe Super) dan 1 grade mutu lokal (Broken Mix),
sementara Pabrik Teh Hitam menghasilkan 17 grade teh hitam (Common grade/
Broken Orthodox) mulai dari Orange Pekoe 1 sampai Broken Mix.
Teh Hijau produksi Kebun Liki telah dikenal berkualitas tinggi (pernah meraih
juara pada Tea Festival 2003 di Bandung) dengan pasar utama untuk ekspor baik
secara langsung maupun melalui trader/packer teh ternama. Begitu pula dengan
produk teh hitam, sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor (Timur Tengah,
Pakistan, Taiwan).
PT Mitra Kerinci mengolah dua jenis produk teh yaitu teh hijau (Green Tea)
dan teh hitam (Black Tea). Selain teh, PT Mitra Kerinci juga menghasilkan
kacang Macadamia, yang dipetik dari kebun sendri dan diolah sendiri oleh PT
Mitra Kerinci.
2.5 Filosofi, Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan
2.5.1 Filosofi
“Better – Bitter – Bigger” Creating Exclusive Indonesian Tea for
Worldwide.
• Bitter. Kami berkomit menuntuk menghasilkan produk teh terbaik melalui
budidaya, produksi dan pengolahan yang optimal, efisien dan efektif dengan
berbasis GAP dan GMP yang berorientasi kepada penciptaan teh dengan
kualitas terbaik.
• Better. Kami percaya bahwa dengan nilai luhur budaya malu, respect,
integritas yang tinggi, tanggung jawab terhadap stakeholders, kreatif,
inovatif serta sikap adaptif terhadap perubahan, perusahaan akan senantiasa
mampu bertumbuh – berkembang dan memiliki keunggulan bersaing.
• Bigger. Capaian produksi diatas target. Kami terus berkomitmen
mewujudkan capaian seluruh target yang telah ditetapkan melalui nilailuhur
yang di yakini untuk menjadikan Liki sebagai perusahaan teh terbesar di
Indonesia dengan kuantitas, kualitas dan kinerja terbaik .
2.5.2 Visi
“Menjadi icon agroindustri teh terbaik di Indonesia dan berdaya saing
global”
2.5.3 Misi
• Menghasilkan teh dengan kuantitas – kualitas terbaik melalui produksi yang
efektif, efisien dan ekonomis untuk memastikan keberlangsungan
pertumbuhan profibalitas perusahaan
• Menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) di lahan dengan
agroklimat potensial diolah secara Good Manufacturing Practices (GMP)
menggunakan energi terbarukan untuk menghasilkan teh dengan cita rasa
terbaik.
• Selalu mengimplementasikan inovasi dan kreasi di semua lini.
• Menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan menjadi tempat
berkinerja terbaik dengan selalu memanusiakan manusia dalam semua aspek
kegiatan perusahaan
• Menjadi mitra usaha terbaik bagi semua stake holders baik di bidang

agroindustri – energi terbarukan – agrowisata maupun agrosbandry.

2.5.4 Nilai
Profesional, Integrity, Teamwork, Excellence, Respect = P I N

2.6 Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 1. Struktur Organisasi PT Mitra Kerinci

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan
dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan
bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Struktur Organisasi pada PT.
Mitra Kerinci adalah struktur organisasi fungsional.

2.7 Ruang Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup selama melakukan PKL di PT Mitra Kerinci yaitu:
1. Perkenalan dengan pimpinan serta karyawan PT Mitra Kerinci
2. Pengenalan divisi-divisi yang ada di PT Mitra Kerinci seperti Divisi SDM,
Divisi Teknik, Divisi Tanaman, dan Divisi Pabrik.
3. Diskusi dengan manager pengolahan, manager tanaman, mandor-mandor
pabrik, asisten pengolahan, dan asisten Quality Control
4. Pengenalan proses pengolahan teh serta alat-alat yang digunakan oleh asisten
manager dan mandor pabrik.
5. Membaca buku yang telah dipinjamkan.
6. Wawancara dengan para pekerja dan mandor.
7. Mengamati proses pengolahan teh, serta waktu dan suhu yang digunakan.
8. Mengamati proses pengujian mutu (tea tasting) pada PT Mitra Kerinci.

2.8 Teknologi Pertanian yang Ditangani


Proses produksi teh merupakan proses utama dan terpenting pada suatu
pabrik teh karena pada saat proses produksi teh begitu banyak faktor-faktor yang
harus diperhatikan dan dijaga untuk menghasilkan kualitas teh yang baik dan
sesuai dengan kehendak pasar. Baik atau buruknya kualitas teh yang dihasilkan,
tergantung pada saat proses produksi teh.
Banyaknya permintaan teh untuk di konsumsi dalam negeri maupun luar
negeri menjadi tantangan bagi produsen untuk mempertahankan mutu dan kualitas
teh tetap baik hingga sampai di tangan konsumen. Dengan adanya proses quality
control (tea tasting) dapat menentukan harga jual produk dan dapat melihat
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama pengolahan, serta mencari
solusi dari penyimpangan yang terjadi.
Selama kegiatan praktek kerja lapangan di PT. Mitra Kerinci berlangsung,
penulis melakukan beberapa rangkaian kegiatan meliputi kegiatan utama yakni
pengamatan proses produksi teh hijau.
BAB 3. KEGIATAN PKL DAN PARAMETER UJI

3.1 Pengawasan Mutu Proses


Pengawasan mutu proses adalah pengendalian mutu hasil produk selama
masih dalam tahap pengolahan. Pengawasan ini dilakukan sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dari kondisi yang dikehendaki dan bila terjadi
penyimpangan dapat segera diketahui dan diambil tindakan perbaikan.

3.1.1 Transportasi Pucuk


Merupakan kegiatan mengangkut pucuk dari kebun ke pabrik. Sebelum
melaksanakan proses pengolahan, pucuk teh harus dalam keadaan baik, artinya
keadaannya tidak mengalami perubahan selama pemetikan sampai ke lokasi
pengolahan. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan teh yang bermutu tinggi.
Oleh karena itu, proses pengangkutan memiliki peranan yang sangat penting
(Nazaruddin, 1993).
Menurut Astika (1991), hal yang dilakukan untuk mencegah kerusakan daun
antara lain:
a. Jangan terlalu menekan daun agar daun tidak terperas.
b. Dalam membongkar daun, jangan menggunakan barang-barang dari besi
atau yang tajam agar daun tidak robek atau patah.
c. Hindari terjadinya penyinaran terik matahari dalam waktu lama, lebih dari 3
jam.
d. Jangan menumpuk daun sebelum dilayukan dalam waktu yang lama (daun
segera dilayukan)

Gambar 2. Penerimaan Pucuk Segar


Gambar 3. Pucuk Segar

3.1.2 Penampungan Sementara


Pucuk yang sudah sampai di pabrik harus segera diturunkan dari truk untuk
menghindari kerusakan pucuk, selanjutnya pucuk akan segera ditimbang dan
diangkut ke whitering through (penampungan sementara) untuk dilayukan.

Gambar 4. Transportasi Pucuk ke WT


Gambar 5. Penampungan Sementara pada Teh Hijau

3.1.3 Tahap Pelayuan


Tahap pelayuan di PT Mitra Kerinci menggunakan mesin Rotary Panner
yang berjumlah 2 silinder (double cylinder roll). Tujuan dari pelayuan adalah
menginaktivasi enzim polifenol oksidase dan menurunkan kadar air dalam pucuk
hingga menjadi lentur dan mudah tergulung. Pelayuan dilakukan dengan
mengalirkan sejumlah pucuk, secara kontinu dalam keadaan panas. Lama
pelayuan ± 5 menit. Rotary Panner dilengkapi dengan pengatur suhu otomatis.
PT Mitra Kerinci memiliki 4 buah mesin Rotary Panner dengan kondisi
yang masih baik dan bagus, kondisi alat juga akan mempengaruhi kualitas dari
proses pengolahan.

Gambar 6. Memasukkan Pucuk kedalam Rotary Panner


Gambar 7. Output Pucuk Teh Rotary Panner

3.1.4 Tahap Pendinginan


Mesin ini bertujuan untuk mendinginkan daun setelah melalui proses
pelayuan. Di PT Mitra Kerinci alat untuk proses pengolahan pada tahap ini
dinamakan Rotary Cooler.
3.1.5 Tahap Penggulungan
Tujuan penggulungan untuk membentuk mutu secara fisik, aroma, dan rasa
karena selama penggulungan pucuk teh akan dibentuk menjadi gulungan kecil dan
terjadi pemotongan. Perlu waktu penggulungan lebih lama daripada teh hijau
lokal. Waktu penggulungan sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Dalam proses
penggulungan menggunakan alat Open Top Roller.

Gambar 8. Mesin Penggulungan pada Teh Hijau


3.1.6 Tahap Pengeringan
a. Pengeringan 1
Pengeringan pada pengolahan teh hijau dilaksanakan talam 2 (dua) tahap,
yaitu pengeringan I menggunakan mesin Endless Chain Pressure (ECP) dan
pengeringan II menggunakan Balltea (BT). Pengeringan I pada pengolahan teh
hijau berfungsi untuk menurunkan kandungan air dalam pucuk layu sekaligus
memekatkan cairan daun sehingga cairan tersebut seperti perekat. Secara
organoleptik ciri - ciri dari pengeringan I sudah layak adalah apabila bubuk teh
dipegang, maka akan terasa lengket di tangan.
Mesin pengering I disebut ECP (Endless Chain Pressure) Dryer, biasanya
berukuran 4 dan 6 feet. Sistem pengeringan pada mesin ECP Dryer adalah
pemanasan tidak langsung yaitu dengan cara mengehembuskan udara panas ke
permukaan bubuk teh. Pemanasan udara pada mesin ECP Dryer dilaksanakan
dengan cara menarik udara segar dari luar, kemudian udara tersebut
disinggungkan dengan permukaan besi plat yang sudah dipanaskan sehingga suhu
udara menjadi naik. Suhu udara yang diharapkan adalah antara 130 - 135 oC yang
biasanya disebut dengan suhu inlet, sedangkan suhu keluar (outlet) diupayakan
sebesar 50 – 55 oC dengan lama pengeringan ± 25 menit dengan kadar air out put
yang diinginkan sebesar 40 – 42%. Bahan bakar pemanas yang biasa dipakai
untuk mesin ECP adalah BBM Solar, kayu bakar, dan gas.

Gambar 9. Mesin Pengering I (ECP)


Gambar 10. Output Pucuk Teh pada ECP
b. Pengeringan II
Pengeringan II pada pengolahan teh hijau menggunakan mesin Balltea (BT).
Pengeringan II ini berfungsi untuk menurunkan kandungan air bubuk teh 5 - 6 %
dan proses pembentukan teh kering menjadi bulat atau terpilin. Mesin Balltea
berbentuk bulat yang didalamnya ditempatkan batten berbentuk V atau
memanjang yang berfungsi agar bentuk teh yang dihasilkan berbentuk bulat atau
memilin. Sama dengan mesin ECP, sistem pemanasan pada mesin Balltea juga
merupakan pemanasan tidak langsung yaitu dengan menghembuskan udara panas
ke permukaan teh. Agar bentuk teh yang dihasilkan menjadi bulat, semua
persyaratan harus dipenuhi, diantaranya yaitu suhu, kadar air bahan, kapasitas
mesin, bentuk/ukuran batten, RPM mesin dan lain-lain, tetapi yang lebih penting
adalah mutu raw material. Bahan bakar yang dipakai pada mesin Ball Tea dapat
berupa pemanasan dengan elemen listrik, gas, dan kayu bakar.

Gambar 11. Mesin Pengering II (Ball Tea ukuran standar dengan elemen)
Gambar 12. Output Ball Tea

3.1.7 Sortasi
Menurut Tuty Anggraini (2017), pada prinsipnya proses sortasi yang
dilaksanakan pada teh hijau sama dengan teh hitam, yaitu pemisahan berdasarkan
ukuran, bentuk dan berat. Tetapi karena sebagian besar partikel teh hijau yang
dihasilkan mempunyai bentuk yang berbeda dengan teh hitam, maka aliran sortasi
dan sebagian mesin sortasinya berbeda. Mesin sortasi pada setiap pabrik biasanya
berbeda-beda, biasanya disesuaikan dengan permintaan dan arah pasar yang
dituju. Mesin sortasi yang biasanya dipakai di teh hijau adalah ayakan mesh
(Chota), Vibro, Mydleton, Stalk Separator, Crusher dan Winnower.
1. Chota
Mesin Chota berfungsi memisahkan partikel teh berdasarkan ukuran
partikel memakai kawat mesh dengan berbagai ukuran. Mesin ini terdiri dari 6
corong dan masing-masing corong mempunyai ukuran kawat mesh yang berbeda,
disesuaikan dengan standar ukuran grade yang dihasilkan. Corong 6 (ujung)
menghasilkan ukuran partikel yang paling besar karena tertahan (tidak lolos) pada
kawat mesh yang digunakan pada corong 1 sampai dengan 5.
Gambar 13. Mesin Chota

2. Mydleton
Mesin ini sama dengan mesin yang dipakai pada sortasi teh hitam,
perbedaannya terdapat pada ukuran lobang buble tray yang dipakai. Pemakaian
mesin ini bertujuan untuk memisahkan partikel teh berdasarkan ukuran dan
bentuk.

Gambar 14. Mesin Mydleton

3. Stalk Separator
Mesin ini berfungsi memisahkan partikel teh yang menggulung (bulat)
dengan partikel tulang (stalk) yang berbentuk panjang. Prinsip kerja mesin ini
adalah getaran dan memanfaatkan gaya gravitasi.
Gambar 15. Mesin Stalk Separator

4. Winnower
Pemakaian winnower di sortasi teh hijau prinsipnya sama dengan sortasi
teh hitam.

Dalam rancangan RSNI 2015 dicantumkan beberapa nama jenis teh hijau
dan defenisi masing-masing grade, yaitu :
1) Pekoe Super, teh hijau yang partikelnya tergulung padat terpilin, berwarna
hijau sampai hijau kehitaman, sangat sedikit tercampur tulang daun
dengan ukuran panjang partikel antara 2 sampai 5 mm
2) Pekoe, teh hijau yang pertikelnya tergulung padat dan terpilin berwarna
hijau kehitaman, berukuran lebih panjang daripada pekoe super dengan
ukuran panjang partikelnya lebih dari 5 mm, sedikit tercampur serat dan
tulang daun.
3) Jikeng, teh hijau yang partikelnya tergulung longgar dan kurang terpilin,
berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan, tercampur banyak
tulang daun dengan ukuran panjang partikelnya 1 sampai 20 mm
4) Bubuk 1, teh hijau yang partikelnya tidak tergulung tetapi berupa
potongan pipih, berwarna kehitaman sampai kuning kecoklatan, minimal
75% lolos ayakan mesh no. 4 dan tertahan ayakan mesh 10, sedikit
tercampur serat dan tulang daun.
5) Bubuk 2, teh hijau yang partikelnya tidak tergulung tetapi berupa
potongan pipih, berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan
minimal 75% lolos ayakan mesh no. 10 dan tertahan ayakan mesh no. 45,
banyak tercampur serat dan tulang
6) Bubuk 3, teh hijau yang partikelnya tidak tergulung tetatpi berupa
potongan pipih, berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan
minimal 75% lolos ayakan mesh no. 45, banyak tercapur serat tulang daun.
7) Broken Tea (BT), teh hijau yang partikelnya agak pipih dan tidak terpilin
baik, berwarna hijau kehitaman sampai hijau kecoklatan
8) Fanning (F), teh hijau yang partikelnya berukuran kecil dan pipih,
berwarna hijau kehitaman sampai hijau kekuningan, lolos ayakan mesh no.
18 dantertahan ayalakan mesh no. 20 atau 22
9) Dust, teh hijau yang partikelnya berukuran kecil, bebentuk butiran dan
berwarna hijau kehitaman sampai hijau kekuningan, lolos ayakan mesh no.
22 dan tertahan ayakan mesh no. 30
10) Tulang Daun, teh hijau yang 100% partikelnya gagang berwarna kuning
kecoklatan dengan ukuran panjang partikelnya antara 3 sampai 30 mm
11) Gun Powder 1 (GP1), teh hijau yang partikelnya bebentuk butiran
tergulung sangat padat berwarna hijau sampai kehitaman, minimal 75%
lolos ayakan no 10 dan tertahan ayakan mesh no. 14, murni tidak
tercampur serat dan tulang daun
12) Gun Powder 2 (GP2), teh hijau yang partikelnya berbentuk butiran
tergulung padat, berwarna hijau sampai hijau kehitaman, minimal 75%
lolos ayakan mash no 6 dan tertahan ayakan mesh no. 10, murni tidak
tercampur serat maupun tulang daun
13) Gun Powder 3 (GP3), teh hijau yang partikelnya berbentuk butiran
tergulung kurang padat, berwarna hijau sampai hijau kehitaman, minimal
75% lolos ayakan mesh no. 4 dan tertahan ayakan mesh no.6 , murni tidak
tercampur tulang dan serat daun
14) Chun Mee 1 (CM 1), teh hijau yang partikelnya tergulung padat
memanjang, berwarna hitam kehijauan sampai hitam, minimal 75% lolos
ayakan mesh no. 10 dan tertahan ayakan mesh no. 18, murni tidan
tercampur tulang dan serat daun
15) Chun Mee 2 (CM 2), teh hijau yang partikelnya tergulung padat
memanjang, berwarna hitam kehijauan sampai hitam, minimal 75% lolos
ayakan mesh no. 8 dan tertahan ayakan mesh no. 14, sedikit tercampur
tulang dan serat daun.
16) Chun Mee 3 (CM 3), teh hijau yang partikelnya tergulung padat
memanjang, berwarna hitam kehijauan sampai hitam, minimal 75% lolos
ayakan mesh no. 6 dan tertahan ayakan mesh no. 14, sedikit tercampur
tulang dan serat daun.
17) Chun Mee 4 (CM 4), teh hijau yang partikelnya tergulung padat
memanjang, berwarna kehijauan sampai hitam, minimal 75% lolos ayakan
mesh no. 6 dan tertahan ayakan mesh no. 10, tercampur agak banyak
tulang dan serat daun.
18) Sow Mee 1 (SM 1), teh hijau yang partikelnya berupa potongan pipih,
warna hitam kehijauan, minimal 75% lolos ayakan mesh no. 10 dan
tertahan ayakan mesh no. 18 dan mengandung tip
19) Sow Mee 2 (SM 2), teh hijau yang partikelnya berupa potongan pipih,
warna hitam kehijauan kecoklatan, minimal 75% lolos ayakan mesh no. 14
dan tertahan ayakan mesh no. 25 serta mengandung sedikit tip
20) Broken Mixed (BM), teh hijau yang pertikelnya merupakan campuran
antara dua atau lebih jenis mutu teh hijau.

Transportasi Pucuk

Penampungan Sementara
(Whitering Through)

Pelayuan
(Rotary Panner)

Pendinginan
(Rotary Cooler)
Penggulungan
(Open Top Roller)

Pengeringan 1
(Endless Chain Pressure)

Pengeringan II
(Ball Tea)

Sortasi

Penyimpanan

Gambar 3.1. Skema Proses Pengolahan Teh Hijau di PT Mitra Kerinci.

3.2 Pengawasan Mutu Produk Akhir Teh Hijau


Pengawasan mutu terhadap suatu produk sangat penting dan harus
dilakukan agar dapat mengetahui penyimpangan – penyimpangan yang terjadi
dari produk yang dihasilkan tersebut. Mutu produk akhir dari teh hijau harus diuji
terlebih dahulu. Pengujian bersifat organoleptik yaitu meliputi uji kenampakan
seduhan, ampas seduhan, warna seduhan, serta aroma dai seduhan tersebut.

3.3 Perbandingan Parameter Uji dari Jam 13.00 WIB


Tabel 1. Kadar Air Output dan Suhu Mesin Rotary Panner
Sabtu, 26 Januari 2019 Senin, 28 Januari 2019
Rotary
KA Output Suhu Mesin KA Output Suhu Mesin
Panner
(%) (C) (%) (C)
1 62 146.8 59 158.5
2 58 134.2 60 110.6
3 60 150.4 64 151.6
4 64 152.6 66 123.4
Rata - Rata 61 62.25

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kadar air ouput pucuk
teh hijau pada setiap Rotary Panner tidak seragam, karena mengalami kenaikan
dan penurunan. Pada hari Sabtu, 26 Januari 2019 diperoleh kadar air output yang
paling rendah pada Rotary Panner nomor 2 yaitu sebesar 58 %. Sedangkan pada
hari Senin, 28 Januari 2019 kadar air paling rendah terdapat pada Rotary Panner
nomor 1 yaitu 59 % dan terdapat kadar air yang melebihi standar kadar air ouput
pucuk yaitu 66 %. Setiap mesin Rotary Panner memiliki suhu yang berbeda, ini
karena dipengaruhi oleh banyaknya bahan bakar yang dimasukkan kedalam
tungku setiap mesin dan perbedaan ketebalan pucuk pada conveyor Rotary
Panner.
Kadar air standar pada output Rotary Panner adalah ± 60 – 65 %, dengan
lama waktu pelayuan ± 5 menit. Setelah pucuk teh dilayukan maka akan dialirkan
kedalam Rotary Cooler agar daun yang telah dilayukan tersebut dingin, yang
selanjutnya akan dialirkan menuju proses penggulungan dengan mesin Open Top
Roller.
Berdasarkan pengamatan pada hari Sabtu, 26 Januari 2019 diperoleh rata –
rata ouput kadar air pucuk yaitu 61 %, sedangkan pada hari Senin, 28 Januari
2019 diperoleh rata – rata ouput kadar air pucuk sebesar 62.25 %. Perbedaan ini
dipengaruhi oleh kondisi cuaca pada hari tersebut. Pada hari Sabtu cuaca cerah
dan pucuk teh hijau tidak mengandung kadar air pemukaan yang terlalu banyak.
Sedangkan pada hari Senin pagi cuaca mendung dan terjadi hujan, ini
mempengaruhi kondisi pucuk teh hijau di lapangan karena akan mengandung
kadar air permukaan yang lebih banyak.
Hal ini juga dipengaruhi oleh kadar air input pucuk segar pada kedua hari
tersebut. Pada hari Sabtu, 26 Januari 2019 kadar air input pucuk segar sebesar 75
%, sedangkan pada hari Senin, 28 Januari kadar air input pucuk segar yang
diperoleh sama yaitu sebesar 75 %. Walaupun memperoleh kadar air input pucuk
segar yang sama, sehingga untuk menjaga kandungan air permukaan pucuk tidak
terlalu banyak, maka dilakukan pengaturan pada mesin saat proses
pengolahannya.

Tabel 2. Kadar Air Output dan Suhu Mesin Endless Chain Pressure
Sabtu, 26 Januari 2019 Senin, 28 Januari 2019
ECP KA Output Suhu Mesin KA Output Suhu Mesin
(%) (C) (%) (C)
1 18 115.2 43 98.3
2
3 28 85.6 34 75.2
4 34 70.4 40 78.5
5 30 98.7 47 70.9
6 23 103.5 42 90.2
7 20 110.7 35 106.3
8 17 95.4 32 115.8
9 15 118.6 28 120.6
Rata - Rata 23.12 37.62
Keterangan : mesin dalam perbaikan

Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata – rata output kadar air pucuk sebesar
23.12 % pada hari Sabtu, 26 Januari 2019. Sedangkan pada hari Senin, 28 Januari
2019 diperoleh rata – rata ouput kadar air pucuk yaitu 37.62 %. Pada hari
tersebut, banyak menghasilkan output kadar air yang rendah seperti pada ECP
nomor 1, nomor 3, nomor 4, nomor 5, nomor 6, nomor 7, nomor 8, dan nomor 9
yaitu 18, 28, 34, 30, 23, 20, 17, dan 15 %. Ini disebabkan karena pada
pengoperasian ECP ketebalan pucuk teh yang dimasukkan kedalam mesin sangat
tipis sehingga pucuk teh menjadi kering dengan sangat cepat dan mengandung
ouput kadar air yang rendah (tidak memenuhi standar).
Kadar air standar pada ECP adalah 38 – 42 % dengan lama pengeringan ±
30 menit. Suhu ruang mesin ECP berkisar antara 100 – 150 C. 1 gerobak untuk
pengangkutan pucuk teh dari OTR ke ECP dapat memuat 1 ton pucuk teh. Untuk
dapat mengoperasikan mesin ECP untuk 1 gerobak dapat dilakukan pengisisan
sebanyak 3 kali pengisisan.

Tabel 3. Perbandingan Uji Organoleptik Output Ball Tea


Pengamatan Sabtu, 26 Januari 2019 Senin, 28 Januari 2019
Nomor Ball Tea 17 Seri A 17 Seri A
Rata-Rata Suhu
67.4
Ball Tea (C)
Lama 8 Jam 45 Menit (13.15 –
6 Jam (13.30 – 19.30)
Pemasakan 22.00)
Kadar Air (%) 5 5
Appearance Greenish, leafy, mixed Greenish, leafy, mixed
Colour Yellowish (2.8) Yellowish (2.8)
Liquor Smoky (30) Strength (45)
Greenish, few red leaf
Infusion Leaf Greenish, mixed (b)
mixed, tainted gulma (c)

Persentase kadar air pada daun teh akan mempengaruhi rasa dan aroma teh.
Semakin sedikit kadar air, rasa dan aromanya semakin bagus. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan pada hari Sabtu, 26 Januari 2019 pada output Ball
Tea nomor 17 A dengan lama pemasakan 8 jam 45 menit yang dimulai pada jam
13.15 sampai 22.00 WIB menghasilkan kadar air 5 % dengan aroma seduhan nya
beraroma smoky atau terdapat bau asap. Adapun kenampakan fisik dari pucuk teh
jadi yaitu berwarna kehijauan, bentuk daun cenderung berukuran panjang dan lebar,
dan warna daun yang tidak seragam. Sedangkan daun hasil seduhan nya berwarna
kehijauan, terdapat sedikit campuran daun berwarna merah, dan terkontaminasi
oleh gulma.
Sedangkan pada hari Senin, 28 Januari 2019 pada output Ball Tea nomor 17
A dengan lama pemasakan 6 jam yang dimulai dari jam 13.30 sampai 19.30 WIB
menghasilkan kadar air 5 %, namun rasa seduhannya terasa kuat aroma khas teh.
Kenampakan fisik dari pucuk teh jadi pada output Ball Tea ini yaitu berwarna
kehijauan, bentuk daun cenderung berukuran panjang dan lebar, dan terdapat wara
daun yang tidak seragam. Adapun daun hasil seduhannya berwarna kehijauan dan
ukura daun nya yang tidak seragam.
3.4 Perbandingan Parameter Uji dari Jam 16.00 WIB
Tabel 4.Kadar Air Output dan Suhu Mesin Rotary Panner
Selasa, 29 Januari 2019 Rabu, 30 Januari 2019
Rotary
KA Output Suhu Mesin KA Output Suhu Mesin
Panner
(%) (C) (%) (C)
1 66 118.3 64 133.8
2 66 153.6 65 120.7
3 60 119.6 62 122.8
4 64 150.6 63 151.3
Rata - Rata 64 63.5

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada hari Selasa, 29 Januari


2019 diperoleh rata- rata kadar air output pucuk sebesar 64 %. Sedangkan pada
hari Rabu, 30 Januari 2019 kadar air ouput pucuk nya yaitu 63.5 %. Pada hari
Selasa Rotary Panner nomor 1 dan nomor 2 melebihi output kadar air standar.
Sedangkan pada hari Rabu output kadar air pada setiap Rotary Panner nya berada
dalam rentang output kadar air standar.
Suhu pada setiap mesin Rotary Panner mempengaruhi kadar air output
pucuk. Semakin tinggi suhu mesin yang digunakan, maka pucuk akan semakin
kering dan akan mengandung kadar air yang yang rendah.

Tabel 5. Kadar Air Output dan Suhu Mesin Endless Chain Pressure
Selasa, 29 Januari 2019 Rabu, 30 Januari 2019
ECP KA Output Suhu Mesin KA Output Suhu Mesin
(%) (C) (%) (C)
1 40 113.2 26 85.6
2
3 42 95.7 45 70.8
4 45 90.5 31 80.7
5 40 80.2 36 85.4
6 42 85.7 38 75.7
7 44 72.8 52 75.6
8 40 70.6 32 80.6
9 41 82.6 40 102.3
Rata - Rata 41.7 37.5
Keterangan : mesin dalam perbaikan

Berdasarkan tabel diatas, rata – rata kadar air output pucuk pada hari Selasa,
29 Januari 2019 adalah 41.7 %. Sedangkan pada hari Rabu, 30 Januari 2019
diperoleh rata – rata kadar air ouput pucuk sebesar 37.5 %. Pada ECP nomor 4
hari Selasa, 29 Januari 2019 kadar air output pucuk nya sebesar 45 %, sedangkan
ECP nomor 1,3, 5,6,7,8,9 output kadar air pucuk nya berada dalam rentang kadar
air output pucuk standar. Kadar air output pucuk standar berkisar ± 38 - 42 %.
Pada hari Rabu, 30 Januari 2019 ECP nomor 1,4,5, dan nomor 8 hasil kadar
air output pucuk nya yaitu 26, 31, 36, 32 %. Hasil ini tidak sesuai dengan kadar
air output pucuk standar pada mesin ECP. Sedangkan pada ECP nomor 3 dan
nomor 7 kadar air output pucuknya yaitu 45 dan 52 %. Hasil ini melebihi kadar air
output standar. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena pengeringan pada ECP
yang tidak merata seperti penumpukan pucuk pada saat berada di conveyor.

Tabel 6. Perbandingan Uji Organoleptik Output Ball Tea


Pengamatan Selasa, 29 Januari 2019 Rabu, 30 Januari 2019
Nomor Ball Tea 33 A 15 A
Rata-Rata Suhu
70.71 57.85
Ball Tea (C)
Lama 9 Jam 20 Menit (18.15 –
15 Jam (18.00 – 09.00)
Pemasakan 03.35)
Kadar Air (%) 5 5
Appearance Greenish, curly, mixed Greenish, leafy, mixed
Colour Yellowish (2.8) Yellowish 2.8)
Liquor Sour (20) Strength (45)
Greenish, few read leaf,
Infusion Leaf Greenish, mixed (b)
mixed, tainted gulma (c)

Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, pada hari Selasa, 29 Januari 2019


output Balltea nomor 33 A mengasilkan aroma seduhan yang berbau asam (sour),
ini terjadi karena pada proses pengolahan nya terdapat kontaminasi dari bakteri
sehingga kenampakan fisik daun nya menjadi kehijauan, menggulung, dan
terdapat warna daun teh yang berbeda. Pada pengamatan hari Selasa tersebut
menghasilkan kadar air output Balltea sebesar 5%. Balltea nomor 33 A
merupakan jenis Balltea standar dengan bahan bakar kayu. Pada ampas seduhan
nya terkontaminasi oleh gulma.
Sedangkan pada hari Rabu, 30 Januari 2019 output Balltea nomor 15 A
menghasilkan aroma teh yang kuat, dengan kadar air 5 %. Kenampakan bentuk
daun teh nya cendereung berukuran panjang dan lebar, warna daun tidak seragam.
Balltea nomor 15 A merupakan Balltea jenis standar dengan elemen sebagai
bahan bakarnya.
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Proses pengolahan teh hijau di PT Mitra Kerinci meliputi transportasi pucuk,


pelayuan, pendinginan, pengeringan tingkat I (ECP), pengeringan tingkat II
(Ball Tea), dan sortasi.
2. Pengawasan mutu terhadap suatu produk sangat penting dan harus dilakukan
agar dapat mengetahui penyimpangan – penyimpangan yang terjadi dari
produk yang dihasilkan tersebut.
3. Smoky yang terjadi dikarenakan kebocoran bahan bakar yang terjadi pada
mesin pengolahan, sedangkan sour terjadi karena pada saat proses
pengolahan terkontaminasi oleh bakteri, ataupun saat di WT tumpukan pucuk
teh nya tersebar secara tidak merata.
4. Suhu pada setiap mesin Rotary Panner mempengaruhi kadar air output
pucuk. Semakin tinggi suhu mesin yang digunakan, maka pucuk akan
semakin kering dan akan mengandung kadar air yang yang rendah, namun
kadar air input pucuk segar juga mempengaruhi ouput pucuk di setiap stasiun
nantinya.

4.2 Saran

1. Dalam pemasukkan pucuk kedalam silinder Rotary Panner diadakan


pemilahan dan ketelitian agar tidak ada benda asing selain pucuk teh yang
masuk, serta membutuhkan keseimbangan antara silinder satu dan dua pada
setiap Rotary Panner agar pucuk layu secara merata. Selain itu sebaiknya
para pekerja menggunakan sarung tangan, karena tangan bisa menimbulkan
kontaminasi yang tidak diinginkan.
2. Dalam pemasukkan pucuk kedalam silinder Rotary Panner diadakan
pemilahan dan ketelitian agar tidak ada benda asing selain pucuk teh yang
masuk, serta membutuhkan keseimbangan antara silinder satu dan dua pada
setiap Rotary Panner agar pucuk layu secara merata.
3. Selalu mengawasi kapasitas input pucuk segar pada Rotary Panner agar tidak
terjadi penumpukan yang tidak tersebar secara merata.
4. Agar di setiap stasiun proses pengolahan ditingkatkan lagi pengendalian dan
pengawasan mutu nya, serta tetap menjaga sanitasi pabrik, sanitasi pekerja,
maupun sanitasi mesin pengolahan
DAFTAR PUSTAKA

Angraini, Tuty. 2017. Proses dan Manfaat Teh. CV. Bukittinggi: Rumahkayu
Pustaka Ustama
Astika, G. P. W. 1991. Peningkatan daur pemuliaan dan analisis stabilitas hasil
tanaman teh. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Bandung. 267 hlm.
Gramza A., Korczak J., Amarowicz R., 2005 a. Tea polyphenols – their
antioxidant properties and biological activity – a review. Pol. J. Food Nutr.
Sci. 14/55, 3, 219-235.
Nazaruddin, 1993. Komoditi Ekspor Pertanian. Jakarta. Penebar Swadaya. 126
hlm.
Tuminah, S. 2004. Teh [Camellia sinensis O.K. var. Assamica (Mast)] sebagai
Salah Satu Sumber Antioksidan. Cermin Dunia Kedokteran No. 144
LAMPIRAN 1
DOKUMENTASI

Kunjungan ke Bengkel Mengukur Kadar Air Pucuk Segar

Foto bersama Ibuk Mimi di Kadar Air Pengarahan oleh Pak Rony

Melihat proses pengolahan Teh Hitam Berkunjung ke Tanaman Teh Hijau

Pengarahan oleh Pak Rony dan Mandor Teh Hijau

Anda mungkin juga menyukai