TUGAS AKHIR
HARDIANA
12 22 373
2015
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
OLEH :
HARDIANA
12 22 373
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Diketahui Oleh :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJIAN
Nim : 12 22 373
Disahkan Oleh :
Tim Penguji
iii
RINGKASAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya lah sehingga tugas akhir yang berjudul Proses
pembekuan udang (litopenaesus vannamei) head less, dapat terselesaikan, tidak
lupa pula kami kirimkan Salam dan Salawat kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW beserta para keluarganya.
Laporan tugas akhir ini bertujuan untuk mempelajari. Proses pembekuan
udang (litopenaesus vannamei) head less,. Tugas Akhir ini tidak dapat
terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Terutama
Kedua orang tua penulis, ayah tercinta Jamaluddin dan ibu Matahari yang sangat
saya cintai dan sayangi serta para anggota keluarga yang tak henti - hentinya
memberikan motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak - pihak
yang telah ikut membantu dalam penyusunan laporan ini, yakni:
1. Bapak Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian
Negeri Pangkajene dan Kepulauan.
2. Bapak Rivaldi Badron, ST., M.Si, selaku Ketua Jurusan Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan
Kepulauan
3. Ibu Ernawati Jassin, S, Si M. Si, selaku Dosen Pembimbing I dan ibu Dr,
Ir Sitti Nurmiah M. Si selaku Dosen Pembimbing II.
4. Bapak dan Ibu dosen di Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan
Kepulauan, terkhusus pada Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan.
5. Bapak Arisal dan ibu Hj. Rismawati. S. Pi selaku pembimbing lapangan
di perusahaan PT. Bogatama Marinusa, Makassar.
6. Para staf Tata Usaha, Pengendalian Mutu, Laboratorium Kimia,
Laboratorium Mikrobiologi, dan Laboratorium Organoleptik yang telah
banyak membantu dan memberikan Pengetahuan serta informasi dalam
penyusunan tugas akhir ini.
v
7. Karyawan-karyawan perusahaan bagian pengolahan Udang Blok
Vanamei yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi
untuk keperluan penyusunan tugas akhir ini.
8. Seluruh mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan
Kepulauan terkhusus teman - teman seperjuangan jurusan TPHP, teman-
teman PPNP dan teman - teman seasrama tercinta.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan tugas akhir ini masih terdapat
kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki
penyusunan laporan tugas akhir ini.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
vii
4.1.4 Penirisan ..................................................................................... 14
4.1.5 Penimbangan .............................................................................. 14
4.2 Pemotongan Kepala Udang (PK) ......................................................... 18
4.2.1 Penimbangan Ho ........................................................................ 18
4.2.2 Pencucian Ho.............................................................................. 19
4.2.3 Pemotongan Kepala Udang (Pk) ................................................ 19
4.2.4 Pencucian HL ............................................................................. 21
4.2.5 Penimbangan HL ........................................................................ 21
4.3 Block .................................................................................................... 22
4.3.1Check size dan pencucian ............................................................. 22
4.3.2 Penyusuna udang dalam inner carton ......................................... 23
4.3.3Contact plate freezer (CPF) ......................................................... 24
4.3.4 Pelepasan udang dalam pan ........................................................ 24
4.3.5 Glazing ....................................................................................... 24
4.3.6 Pengemasan ................................................................................. 25
4.3.7 Penimbangan ............................................................................... 27
4.3.8 Pengemasan in master carton .................................................... 28
4.4 Cold Room ............................................................................................. 29
4.5 Sanitasi dan Higienis............................................................................ 25
4.5.1 Sanitasi Bahan baku .................................................................... 31
4.5.2 Sanitasi Bahan Pembantu ............................................................ 31
a. Sanitasi Air ................................................................................ 31
b. Sanitasi Es ................................................................................. 31
c. Sanitasi Peralatan ..................................................................... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 30
5.2 Saran ..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Udang termasuk salah satu komoditas ekspor yang terbesar. Total ekspor
udang di Indonesia 2007 mencapai 125.598 ton. Berdasarkan data pemerintah
kapasitas produksi udangjenis vanameidalam negeri mencapai 270 ton per tahun.
Potensi udang ekspor di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Komoditi tersebut diekspor dalam bentuk udang beku, dan menghasilkan limbah
berupa kepala, kaki, dan kulit dalam jumlah yang cukup besar (36-47%) dari
keseluruhan produk. Sebagai komoditi perdagangan ekspor dan meningkatnya
ilmu pengetahuan yang mendorong konsumen untuk menjadi selektif dalam
memilih makanan, maka udang senantiasa dituntut memiliki mutu yang prima
(Nuryani, 2006). Menurut Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
(2014), nilai ekspor komoditas udang pada periode triwulan I 2014 naik 69%
dibandingkan periode tahun sebelumnya, yakni pada periode Januari-Maret 2014,
ekspor udang meningkat hingga 476,59 juta dolar AS atau naik 69,93%
dibandingkan periode tahun 2013 lalu, yakni hanya sebesar 285,35 juta dolar AS.
Produk olahan beku diposisikan dalam bentuk utuh/head on (HO),
headless (HL) dan pelleed. Produk-produk tersebut menggunakan udang dengan
ukuran yang cukup besar atau minimum size 50. Sedangkan udang ukuran kecil
yang jumlahnya cukup banyak tidak dapat diekspor hanya digunakan untuk pasar
lokal. Udang yang tergolong dalam jenis ini sering disebut dengan udang non
ekonomi, karna harganya murah dan tidak layak ekspor. Pengolahan udang kecil
yang dilakukan selama ini hanya menjadi udang kering (ebi) yang diberbagai jenis
masakan atau menjadi udang goreng kering dengan aneka bumbu (Anonymous,
2007).
Selama ini udang dijual untuk tujuan ekspor atau untuk penjualan di pasar-
pasar lokal. Harganya tergantung dari ukuran, jenis dan mutunya. Pada dasarnya
produk udang beku Frozen Prawns Product, dapat dibagi menjadi tiga bentuk
1
yaitu produck beku mentah Raw Frozen Product, produck rebus beku Pre-
cooking Frozen Product dan produk olahan beku Processed Frozen
Product.Berdasarkan pada potensi yang besar serta tingkat kebutuhan yang tinggi
maka diperlukan upaya serta langkah-langkah optimal dalam pengolahannya.
Salah satu cara adalah melalui pembekuan udang yang diterapkan secara luas dan
intensif dalam usaha perikanan.
Pada prinsipnya pembekuan udang merupakan salah satu cara
memperlambat terjadinya proses penurunan mutu, baik secara autolisis,
bakteriologis dan oksidasi. Walaupun dapat memperlambat pertumbuhan
mikroorganisme serta memperlambat reaksi kimia dan aktivitas enzim,
pembekuan bukanlah cara untuk mensterilkan udang.
Mengingat udang cepat mengalami kemunduran mutu, maka perlu
dilakukan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penurunan mutu mulai dari
penerimaan bahan baku sampai pemasaran. Hal yang harus dilakukan adalah
penerapan rantai dingin pada setiap langkah proses pengolahan udang windu beku
Panaeus monodon tanpa kepala Headless agar produck yang dihasilkan sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan.
1.2Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mempelajari tahapan proses
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Menurut Haliman 2005,Klasifikasi udang vanamei(Litopenaeus vannamei)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Filum : Artrhopodap
Sub filum : Crustacea
Kelas : Malascostraca
Sub kelas : Eumalacostraca
Super ordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Dendrobrachiata
Infra ordo : Penaeidea
Super family : Penaeioidea
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
6
baik pula atau sebaliknya. Berdasarkan kesegarannya, udang dapat dibedakan
menjadi empat kelas mutu, yaitu (Hadiwiyoto, 1993) :
1) Udang yang mempunyai mutu prima (prime) atau baik sekali, yaitu udang-
udang yang benar - benar masih segar, belum ada perubahan warna,
transparan dan tidak ada kotoran atau noda-nodanya.
2) Udang yang mempunyai mutu baik (fancy). Udang ini mutunya dibawah
prima, ditandai dengan adanya kulit udang yang sudah tampak pecah-
pecah atau retak-retak, tubuh udang lunak tetapi warnanya masih baik dan
tidak terdapat kotoran atau noda-nodanya.
3) Udang bermutu sedang (medium, black dan spot). Pecah-pecah pada kulit
udang lebih banyak daripada udang yang bermutu baik. Udang sudah
tidak utuh lagi, kakinya patah, ekornya hilang atau sebagian tubuhnya
putus. Daging udang sudah tidak lentur lagi, pada permukaan tubuhnya
sudah tampak banyak noda berwarna hitam atau merah gelap.
4) Udang yang bermutu rendah (jelek dan rusak). Kulit udang banyak yang
pecah atau mengelupas, ruas-ruas tubuh sudah banyak yang putus dan
udang sudah tidak utuh lagi.
2.5Alat-Alat Pembekuan
Tipe peralatan yang digunakan untuk membekukan produk ditentukan oleh
berbagai faktor antara lain: sensivitas produk, ukuran, bentuk produk makanan
serta kualitas akhir yang diperlukan, laju produksi, ketersediaan ruang, kapasitas
investasi, tipe media pendinginan yang digunakan dan lain-lain.
Peralatan pembekuan secara umum dapat dikelompokan sebagai berikut:
1) Memanfaatkan kontak langsung dengan permukaan dingin yaitu produk
makanan, baik dalam keadaan dikemas atau tidak, diekspos secara
langsung dengan permukaan dingin menggunakan logam, lempengan dan
sebagainya.
2) Memanfaatkan media udara sebagai media pendinginan dimana udara
dalam temperatur yang sangat dingin digunakan untuk mendinginkan
produk makanan. Contoh: Air blast, sprayudara, fluidized bed.
7
3) Menggunakan cairan sebagai coolant. Dalam hal ini, cairan yang
bertemperatur sangat rendah, titik didih yang rendah, serta memiliki
konduktivitas thermal yang tinggi digunakan dalam mendinginkan produk
makanan. Cairan disemprotkan ke produk atau produk direndam ke dalam
cairan. Contoh; metode cryogenic
8
BAB III
METODOLOGI
E.Penimbangan II
Udang ditimbang kembali dengan timbangan berkapasitas 200 kg,
10
G. Penimbangan HO (Head On)
Penimbangan dilakukan dengan cara cepat, cermat, dan efisien. Pada saat
penimbangan bahan baku berat per keranjang yaitu 10 kg.
11
4) Penyusunan udang dalam sesuai size.Udang yang telah ditimbang
kemudian dicuci menggunakan chlorine 25 ppm dan dicelupkan dalam air
setiap 3 keranjang.
5) Udang disusun didalam inner pan, dan diisi air sampai penuh,Pemberian
air dalam pan.
6) Tutup pan, pan ditutup dua lapis.Masukkan dalam CPF (contact plate
freezer) ± 2 jam, suhu 40 0C, Selanjutnya udang dimasukkan kedalam
CPF (contak plate freezer) selama ±2 jam, dengan suhu 40 0C, dengan
susunan CPF 1 : 360 inner pan, CPF 2 : 390 inner pan.
7) Pemisahan udang dalam pan. Apabila udang telah membeku dilakukan
pemisahan udang dari dalam pan.
L.Glazing
1) Produk yang telah dicuci kemudian diglazing. Glasing dilakukan dengan
cara mencelupakan produk ke dalam bak fiber atau styrofoam yang sudah
diisi air yang dicampur es curah dan garam.
2) Pengemasan dalam inner corton.
3) Kemudian udang dikemas dalam plastik poly ethyline, dimasukkan ke
dalam inner carton, dikemas kembali dengan plastik dan direkatkan
mengggunakan mesin shrink,plastik bening dan masukkan ke dalam
mesin shrink (Cuma produk yang dikemas dengan inner karton yang
melewati mesin shrink) guna dari mesin shrink ini yaitu agar plastik dan
inner carton terlihat rapi.
4) Udang kemudian dicek menggunakan mesin metal detector untuk
mengetahui ada tidaknya serpihan logam pada produk.
5) Udang yang telah dicek, dikemas dalam master carton dan dimasukkan
dalam cool room.
12
Receiving
Pencucian Hl
Sortir (Check Size)
Penimbangan Ho
Penimbangan
Penimbangan Hl
Pengisian Air
Pembekuan
Penyusunan Pan
Pengemasan Dalam Cpf
Pemisahan Udang
Cold Room
Beku Dari Pan
Srink
Metal Detector
Packing In Master
CARTON
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar
Gam 1 Penerimaan bahan baku dan pengecekan rawmaterial
rawmaterial.
(Data
Data primer,2015
primer 2015)
14
4.1.1 Pre - Washing
Pembuatan pencucian dengan kapasitas maximal 20 kg/keranjang, air
chlorin 75 - 100 ppm dalam 1000 liter air, temperatur air pencucian dengan suhu
<5 0C,kapasitas rawmaterial maximal 20 kg/keranjang,disiram satu kali, direndam
dan es dari suplier dikeluarkan, aduk minimal 5 kali per keranjang pergantian air
3 keranjang dikeluarkan.
.
Gambar 2 Pencucian udang vanamei
Pencucian diunit pengolahan dilakukan di tempat pencucian dengan
menggunakan mesin bertenaga listrik yang berjumlah 2 unit, cara pencucianya
dengan cara udang setelah ditimbang dimasukkan ke dalam mesin tersebut yang
sebelumnya telah diberi air, sedangkan untuk udang yang menunggu proses
pencucian ini ditampung dahulu di bak penampungan bahan baku. Kerja alat
tersebut adalah dengan cara mengaduk udang selama 5 menit setelah itu udang
ditampung pada keranjang plastik yang telah disiapkan yang jumlahnya ada 6
buah. Pencucian hanya menggunakan air dengan suhu rata-rata 5ºC, air
tersebut berasal dari PDAM bak fiber diisi 1000 liter air, Pencucian dilakukan
setelah proses penimbangan, pencucian I. Tujuan dari pencucian ini yaitu untuk
membersihkan kotoran-kotoran yang masih menempel pada udang atau lendir
agar dapat hilang.
Pencucian I ini sudah sesuai dengan pendapat Hadiwiyoto (1993),
bahwaUdang yang dibekukan harus bersih dari semua kotoran misalnya bekas-
bekas kotoran udang dan lendir, perlakuan pencucian ditujukan untuk
menghilangkan kotoran-kotoran tersebut. Disamping itu pencucian dengan air
bersih dapat mengurangi jumlah bakteri yang ada.
15
Proses pencucian pada raw material bertujuan untuk menghilangkan
kotoran yang menempal pada bahan baku, bekas darah maupun lendir. Pencucian
dengan air bersih dapat mengurangi jumlah bakteri yang ada (Hadiwiyoto, 1993).
4.1.2 Penyotiran (Check Size)
Sortasi yaitu untuk mengelompokkan udang berdasarkan range size yang
dibutuhkan atau diinginkan. Sortasi dilakukan dengan cara menggunakan mesin
yang berjumlah 2 buah, yang hasil kerjanya lebih cepat dan mudah bila
dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia. Sortasi dengan tenaga
manusia meliputi sortasi mutu, dan warna.
Setelah dilakukan sortasi menggunakan mesin tersebut, hasil sortasi
ditampung pada keranjang dan selanjutnya akan ditaruh pada meja-meja yang
berbahan stainless steel yang berjumlah 6 buah untuk dilakukan pemisahan
berdasarkan mutu dan warna.Pada sortasi ini juga dilakukan pemisahan udang
yang telah rusak dan udang yang masih segar yang tidak bisa dilakukan oleh
mesin sehingga harus dilakukan secara manual. Pada tahap sortasi ini juga tidak
lupa dilakukan penerapan rantai dingin dengan cara pemberian es curah pada
udang di meja-meja, sehingga suhu tetap dingin dapat mengurangi terjadinya
kemunduran mutu pada udang, suhu yang digunakan yaitu 5ºC. Sortasi ini
berlangsung selama 1 2 jam, dan menghasilkan tiga grade udang yang
meliputi, first grade yaitu udang yang benar benar masih segar dan tidak ada
cacat pada bekas pemotongan kepala, scond grade yaitu udang yang masih segar
namun hasil potongan kepalanya kurang rapi,broken yaitu udang hasil potongan
kepalanya tidak bagus dan daging sudah lembek.
Menurut Purwaningsih (2000), Sortasi ini dilakukan untuk mengoreksi
hasil udang yang belum seragam, baik mengenai mutu, ukuran maupun warna.
Dalam sortasi ini diperlukan ketelitian dan keterampilan yang tinggi dibandingkan
dengan sortasi sebelumnya, bila jumlah udang sudah sesuai dengan jumlah
standar pada daftar maka proses penanganan dapat dilanjutkan (Purwaningsih,
2000).
16
Tabel 4 Ukuran check sizeudang vanamei
Size Jumlah Udang (ekor)
AA 1 15
A1 16 19
A2 20 26
A3 27 33
B 34 39
C 40 50
D 51 60
E 61 70
L1 AA-A2
L2 A3 B
L3 C
Sumber: Data primer, 2015
Keterangan:
- AA, A1, A2, A3, B, C, D, E = Kode pada keranjang sesuai dengan size.
- L1, L2, L3 = Kode lomo pada keranjang.
- 1-15, 16-19, 20-26, 27-33, = Jumlah udang yang dihitung, pada
34-39, 40-50, 51-60, 61-70penimbangan size.
4.2.1 Pencuian HO
dengan menggunakan larutan chlorin 75 ppm dalam 1000 liter air, bak fiber
pengolahan harus memenuhi standar air minum agar tetap terjaga, seperti berikut :
19
4.2.2 Pemotongan Kepala Udang (PK)
Gambar 9: Konveyor
20
4.2.4 Pencucian Head Less (HL)
22
Model Susunan Vanamei
Size 20 :
Keterangan :
Atas : 7 ekor
Bawah : 7 ekor
Atas : 7 ekor
4.3.5Glazing
Tujuan glazing yaitu untuk mencegah terjadinya oksidasi, dehidrasi dan
memperbaiki penampilan karena terbentuk lapisan es tipis yang seragam, proses
ini dilakukan di bagian glazing yang berjumlah 12 orang. Glazingdilakukan
dengan cara mencelupkan udang blok ke dalam bak yang berisi air dinginyang
berjumlah 4 buah. Sebelum dilakukan proses glazing sebelumnya udang yang
telah dibekukan menggunakan Contact Plate Frezer (CPF) dilepaskan dahulu dari
inner pan dengan cara mencelupkan ke dalam air dalam bak yang
berbedajumlahnya yaitu 6 buah yang nantinya akan memudahkan untuk
24
melepaskan udang beku dari inner pan namun air yang digunakan disisni adalah
air yang menggenang sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi terhadap
produck. Glazing yang dilakukan sebesar 2 % suhu air yang digunakan yaitu 2º C
dalam waktu 15 detik.Setelah glazing udang block dimasukkan ke dalam plastik
poli etilen. Proses ini sudah sesuai dengan pendapat Purwaningsih (2000),
bahwa glazing dilakukan dengan cara menyiram atau mencelupkan udang beku
kedalam air yang bersuhu antara 0-5°C.
Menurut murniati A. S, glasing dengan cara mencelupkan udang kedalam
bejana air tidak dianjurkan, suhu awal air mungkin tinggi. Tetapi secara
berangsur angsur akan turun selama glazing berlangsung. Dalam praktek waktu
penculupan itu tidak dapat konstan, dan merupakan variable lain yang
menyebabkan ketidak seragaman selimut es. Selain itu air dapat tercemar setelah
beberapa waktu.
4.3.6 Pengemasan
Menurut Boedisoesilo ( 1997 ),bahan - bahan pembungkus untuk produk
beku harus cukup kuat, tahan perlakuan fisik, mempunyai permeabilitas yang
rendah terhadap uap air, gas dan bau, tidak mudah ditembus lemak atau minyak
tidak boleh meningkatkan waktu pembekuan tidak boleh melekat pada produk dan
tidak menulari produk. Udang yang sudah diglasing kemudian dikemas dengan
menggunakan plastik. Plastik yang digunakan adalah polyetilene.
Produk-produk yang telah vacum selanjutnya dikemas ke dalam
innercarton, kemudian dibungkus dengan plastik bening dan masukkan ke dalam
mesin shrink yang melewati mesin shrink, guna dari mesin shrink ini yaitu cuma
produk yang dikemas dengan inner cartondetecto agar plastik dan inner carton
terlihat rapi.Setelah produk melewati mesin shrinkdan produk yang plastiknya
berkerut atau sobek maka produk tersebut dirapikan dan setelah itu produk
kemudian di metal detector.
Produk yang telah melewati mesin shrink kemudian dideteksi melalui
metal detector produk harus dideteksi dengan metal detector, sebanyak 2 kali
melalui (metal 1 bagian atas metal 2 bagian bawah) Produk diberikan pint test
25
tujuanya yaitu agar produk yang melewati metal detector yang mengandung besi
dapat terdeteksi untuk pint test pada produk breaded seperti eby furai nico yaitu:
apabila produk yang terdeteksi oleh metal detector secara otomatis metal detector
berhenti.
Keterangan :
26
Gambar 16 Penimbangan
4.3.8 Pengemasan in Master Carton
Produck yang telah dicek dengan metal detector dan dinyatakan tidak
mengandung logam kemudian dikemas. Proses ini dilakukan di ruang pengemasan
yang dilengkapi dengan air conditioner. Pengemasan dilakukan dua tahap, tahap
pertama produk dimasukkan ke dalam inner carton yang berukuran 20 cmx 30 cm
x 7 cm. Pada kemasan inner carton terdapat keterangan tentang spesifikasi produk
yang meliputi jenis, ukuran dan berat udang. Di dalam kemasan inner carton ini
terdapat lapisan lilin agar produk dapat tahan lama pada waktu disimpan.
Setelah produck dimasukkan kedalam inner carton kemudian dilakukan
pengemasan tahap ke dua dengan memasukkan kemasan inner carton ke dalam
master carton yang berukuran 21 cm x 31 cm x 39 cm. Setiap kemasan master
karton terdapat 6 kemasan inner carton. Pada master carton terdapat keterangan
mengenai kode produksi, jenis, size, dan tanggal kadaluarsa. Untuk merekatkan
kemasan master carton ditambahkan selotipe dan straping ban.
Dalam pengemasan harus dilakukan secara teliti dan rapi agar produk yang
dieksport tersebut menarik dan memperlihatkan kesiapan perusahaan. Pada IC
dicantumkan nama perusahaan yang memproduksi, berat (weight), jenis produk
dan ukuran udang. Pada MC juga dicantumkan informasi mengenai tanggal
produksi, bulan, tahun serta kode produksi untuk mempermudah pelacakan
apabila terdapat keluhan dari konsumen.
Pengemasan ini bertujuan untuk melindungi produck dari resiko kerusakan
cacat fisik, mempermudah identifikasi produck, mempermudah distribusi dan juga
27
memperindah penampilan dari pada produck yang dikemas, pengemasan
dilakukan oleh karyawan/pegawai dibagian pengemasan.
Hal ini sesuai pendapat Purwaningsih (2000) yang menyataka
bahwa,setelah diglazing udang yang telah beku dalam bentuk blok dikemas
kedalam inner carton. Pengemasan dilakukan dengan tujuan untuk melindungi
atau
mengawetkan udang, mempermudah transportasi dan distribusi serta, memperin-
dah penampilan produck. Pengemasan sangat berguna untuk mencegah kemun-
duran mutu udang, antara lain dapat mencegah proses pengeringan.
28
Tujuan dari penyimpanan udang dalam cold storage yaitu untuk menjaga
kondisi udang beku agar selama menunggu proses pemasaran tetap dalam kondisi
yang segar dan masih fresh
fresh.. Hal ini didukung oleh pendapat Purwani
Purwaningsih
ngsih (2000),
bahwa penyimpanan udang beku yang telah dikemas dengan master carton selan-
jjutnya
utnya disimpan dalam cold storage dengan suhu antara -18ºC
18ºC sampai -20ºC.
Tujuan dilakukan penyimpanan adalah untuk menjaga agar produk udang beku
tetap dalam kondisi suhu rendah dan mempertahankan mutun
mutunya.
Gambar 18Cold
18Cold room
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama PKPM, maka dapat
diambil kesimpulan:
- Kegiatan proses pengolahan udang vanamei(litopenaesus vannamei) bentuk
head less mulai daripenerimaan bahan baku, penyortiran, penimbangan,
pencucian, penyusunan dalam pan, pembekuan pelepasan dari dalam pan,
glazing, pengemasan, penyimpanan beku dan distribusi.
5.2 Saran
Saran yang bisa disampaikan dari kegiatan ini, adalah :
- Selama proses pembekuan udang (litopenaesus vannamei)head less
berlangsung sanitasi dan peralatan harus selalu dijaga guna menghindari
kontaminasi dengan produk.
30
DAFTAR PUSTAKA
Agung, 2007. A. M., Lirik, 2007. Dari budidaya perusahaan ke budidaya kerja,
dalam buku corporate culture, challenge to Excellence. Jakarta.
Amri dan Kanna, 2008. Budidaya udang vaname. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Collete, B.B. & C.E. Naven. 1983. FAO Species Catalogue of Tunas, Bonitos
And related Species Known to Date. FAO Fish Synopsis IV (125): 137p
Dirjen Pengelohan dan Pemasaran Hasil Perikanan, 2014.
31
Nazori Djazuli. 2000. Pengendalian Mutu Hasil Perikanan Skala Kecil/Tradisional
dalam kumpulan Materi Pelatihan Pengawasan Mutu Hasil Perikanan.
BBPMHP. Jakarta.
32
33
Lampiran 1 Bahan dan alat yang digunakan dalam
dalam proses pembekuan udang Vana
Vanamei
Head Less (HL)
1. Bahan
Keterangan :
1. Bahan Baku Udang Vaname
2. Air Untuk Pencucian Udang Vaname
3. Es Tabur
4. Air Klorin
34
2. Alat
Keterangan :
1. Keranjang
2. Timbangan 50 Kg
3. Timbangan 200 Kg
4. Mesin Srink
5. Mesin Detector
6. Inner Cartone
7. Master Cartone
8. Grader Mechine Tampak Depan
9. Tempat Glasing
35
RIWAYAT HIDUP
36