Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pelayaran ialah suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan cara untuk

melayarkan sebuah kapal dari suatu tempat ke tempa lainnya, dengan aman dan

ekonomis. Disebabkan pengaruh laut, misalnya ombak, arus dan angin maka jarak

yang terpendek belum tentu dapat ditempuh dalam waktu yang tersingkat. Dapat

saja terjadi bahwa jarak yang baik panjang ditempuh dalam waktu yang lebih

singkat andaikan pelayaran tadi selalu mendapat arus dari belakang.

Simulator maritim atau simulator kapal adalah sistem yang

mensimulasikan kapal dan lingkungan maritim untuk pelatihan, penelitian, dan

tujuan lain. Saat ini, pelatihan simulator yang diberikan oleh sekolah dan akademi

maritim adalah bagian dari pelatihan dasar para profesional maritim.

Minimal, simulator maritim terdiri dari perangkat lunak yang secara

realistis mensimulasikan perilaku dinamis kapal dan sistemnya dalam lingkungan

maritim yang disimulasikan dan antarmuka yang memungkinkan orang

menggunakan simulator untuk mengontrol kapal dan berinteraksi dengan

lingkungan yang disimulasikan. Dalam kasus yang disebut simulator jembatan

misi penuh, antarmuka ini terdiri dari tiruan realistis jembatan dan konsol kontrol

kapal, dan layar atau proyektor yang menyediakan tampilan virtual 360 derajat

dari lingkungan kapal yang serupa dengan simulator penerbangan di industri

penerbangan. Tanpa visualisasi waktu nyata, perangkat lunak simulasi juga dapat

digunakan untuk simulasi "waktu cepat" di mana kapal dikendalikan oleh

autopilot.

2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Prakterk Kerja Lapangan (PKL 2) ini bertujuan :
1. Mengetahui cara pengoperasian alat-alat simulator kapal
2. Pengenalan alat-alat simulator kapal
3. Mengetahui peranan navigasi dalam dunia perikanan,
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang penulis dapatkan dari laporan ini adalah :
1. Mendapatkan pengetahuan tentang cara pengoperasian alat-alat simulator
kapal
2. Mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana cara fungsi alat navigasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui peranan navigasi dalam dunia perikanan,
1.4 Batasan Masalah
Adapaun batasan masalah yang diambil dari laporan ini adalah :
1. Bagaimana cara pengoperasian alat-alat simulator kapal ?
2. Pengenalan terhadap alat-alat navigasi di simulator kapal ?

1.5 Waktu dan Tempat


1.5.1 Waktu
Adapun waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL1) Pada hari
Jum’at, 3 juli 2020, dari pukul 09.00 – 12.00,
1.5.2 Lokasi
Adapun lokasi/tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL) betempat di
Simulator Kapal Di prodi Teknologi Penangkapan Ikan, Jurusan Kelautan &
Perikanan, Politeknik Negeri Pontianak .

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pngertian Alat-Alat Navigasi


Menurut Supriyono (2000), navigasi berasal dari bahasa latin Navis yang

berarti kapal atau kendaraan atau vehicle dan agere yang berarti mengarahkan

atau menjalankan atau membawa. Kenavigasian adalah kegiatan yang meliputi

segala sesuatu yang berkaitan dengan sarana bantu navigasi pelayaran,

telekomunikasi pelayaran, hidrografi, alur dan perlintasan, penanganan kerangka

kapal, salvage, dan pekerjaan bawah air, untuk kepentingan keselamatan

pelayaran.

Kegiatan kenavigasian mempunyai peranan penting dalam mengupayakan

keselamatan berlayar guna mendukung angkutan laut yang merupakan penunjang

dan pendorong pertumbuhan ekonomi Nasional. Untuk itu kegiatan kenavigasian

diupayakan agar mampu mencakup seluruh perairan Indonesia yang dinilai riskan

terhadap keselamatan berlayar sesuai kondisi dan situasi pada masing-masing

perairan, serta untuk memenuhi persyaratan Internasional (Djunarsjah, 2005).

Sarana bantu navigasi pelayaran adalah sarana yang dibangun atau

terbentuk secara alami yang berada di luar kapal yang berfungsi membantu

navigator dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta memberitahukan

bahaya dan/atau rintangan pelayaran untuk kepentingan keselamatan berlayar.

Telekomunikasi pelayaran adalah setiap pemancaran, pengiriman atau penerimaan

tiap jenis tanda, gambar, suara, dan informasi dalam bentuk apapun melalui sistem

kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya dalam dinas bergerak

pelayaran yang merupakan bagian dari keselamatan pelayaran. Buku petunjuk

4
pelayaran adalah buku kepanduan bahari yang berisi petunjuk atau keterangan-

keterangan yang dipergunakan bagi para pelaut agar navigasi dapat dilakukan

dengan selamat (Djunarsjah, 2005).

Menurut Djunarsjah (2005), Sejarah Pemetaan Laut di Indonesia:

• 1705 Kapal perang Belanda melakukan pemetaan pertama kali di alur-alur

pelayaran;

• 1817 Kapal perang Belanda melakukan pelayaran ke Indonesia;

• 1821 Dibentuk panitia perbaikan pemetaan di Netherlands East Indies;

• 1823 Depo peta pertama didirikan di Batavia;

• 1848 Kemudian berkembang menjadi Bureau Hydrografie;

• 1864 Bureau Hydrografie menjadi bagian dari Department of Navy, bertugas

melayani umum;

• 1869 Bureau Hydrografie dipindahkan ke Belanda;

• 1874 Bureau Hydrografie menjadi bagian ke-5 dari Department der Marine

Kerajaan Belanda,menghasilkan 308 nomor peta perairan Indonesia;

Menurut Supriyono (2000), istilah Navigasi berasal dari bahasa latin Navis

(= kapal / kendaraan / vehicle) dan Agere (= mengarahkan / menjalankan /

membawa). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka) navigasi

diartikan sebagai:

1.      Ilmu tentang cara menjalankan kapal laut atau kapal terbang;

2.      Tindakan menetapkan haluan kapal atau arah terbang; dan

3.      Pelayaran atau penerbangan.

Menurut Burczynski (1985), dalam buku Dutton’s Navigation and Ploting,

navigasi didefinisikan: The process of directing the movement of vehicle from a

5
point to another. The vehicle can be surface craft or ship, a submarine, an air

craft or space craft, yang artinya Ilmu pelayaran adalah suatu seni mengarahkan

suatu rakit atau kapal, dari tempat ke lain dengan aman dan efisien. Sedangkan

menurut Nathaniel Bowditch dalam bukunya American Practical Navigator

dikatakan bahwa: Navigation is an art of directing a vihicle o rcraft or vessel,

from place to another safely and efficiently yang artinya proses mengarahkan

bergeraknya kapal dari suatu titik ke titik yang lain. Vehicle dapat berupa perahu /

kapal permukaan, kapal selam, kapal udara (pesawat terbang).

Berdasarkan devinisi-devinisi tersebut di atas, untuk digunakan semuanya

boleh jadi akan menimbulkan kerancuan. Oleh karena itu, agar dapat dipakai

sebagai panduan awal dalam belajar mata kuliah Navigasi, devinisi yang akan

digunakan selanjutnya yaitu bahwa navigasi adalah ilmu atau seni untuk

melayarkan / membawa / mengarahkan kapal (laut) dari suatu tempat ke tempat

lain secara aman / selamat dan efisien (Supriyono, 2000).

Menurut Yoyok (2002), tujuan dari ilmu pelayaran atau navigasi antara

lain:

1.      Menentukan tempat kedudukan (posisi) kapal, di mana kapal berada di

permukaan bumi;

2.      Mempelajari serta menempatkan rute jalan yang harus ditempuh agar kapal

dengan aman, cepat, selamat dan efisien sampai tujuan;

3.      Menentukan haluan antara tempat tolak dan tempat tiba yang diketahui sehingga

jauhnya jarak dapat ditentukan juga; dan

4.      Menentukan tempat tiba bilamana titik tolak, haluan dan jauh diketahui.

2.2.      Macam-macam Navigasi

6
2.2.1. Navigasi Darat

Navigasi darat adalah bagian dari ilmu untuk menentukan posisi suatu

objek dan arah perjalanan baik pada medan sebenarnya maupun pada peta.

Navigasi darat di fokuskan pada kemampuan membaca dan memahami peta serta

kompas. Peta dan kompas adalah alat vital bagi navigasi darat. Navigasi Terestrial

(Terrestrial Navigation), yaitu bernavigasi dengan menggunakan bantuan alat

konvensional dan dengan benda-benda daratan seperti gunung, pulau, tanjung,

suar, bangunan yang mencolok terlihat dari laut, dsb. Sebagai benda bantunya,

dengan menentukan arah dan jarak serta hitungan-hitungan secara goneometrik

untuk menentukan posisi kapal (Azha, 2006).

Menggunakan alat navigasi untuk menentukan posisi serta menganalisa dan

memberikan asumsi awal terhadap medan yang dilalui merupakan salah satu dari

keahlian dasar. Hal tersebut merupakan bakal awal dalam merencanakan dan

melakukan kegiatan di alam terbuka maupun dalam usaha pencarian atau

penyelamatan korban kecelakaan atau tersesat. (Azha, 2006).

Sesuai dengan LOP (Line of Posistion : Garis Tempat Kedudukan) yang

diperoleh, sistem penentuan posisi secara radio dibagi menjadi (3) jenis yaitu:

a.       Sistem hyperbola dimana garis-garis posisi berbentuk lengkungan atau lengkung

hiperbola.

b.      Sistem radial dimana garis-garis posisi berbentuk radial (asumuthal) misalnya:

directional dan non directional atau OMNI directional radio becons, serta

penetapan baringan suatu target oleh radar.

7
c.       Sistem range measurement dimana garis-garis posisi berbentuk lingkaran kecil di

peta misalnya pengukuran jarak pada Radar atau GPS (Global Positioning

System)

2.2.2. Navigasi Laut

Navigasi laut adalah ilmu yang mempelajari tentang cara atau bagaimana

menganalisa, menentukan juga mempetakan suatu daerah di wilayah perairan.

Navigasi laut menggunakan alat seperti gps, peta laut, radar, echo sounder,

electronic chart, serta kompas. Dimana alat bantu tersebut mempunyai fungsi dan

kegunaan yang berbeda-beda. Untuk dapat mencapai tujuan selamat, perlu

diperhatikan faktor-faktor seperti : manusianya, alat yang digunakan untuk

bernavigasi, dan kapalnya itu sendiri, serta dengan memperhatikan keadaan alam

yang mempengaruhinya. Untuk mencapai efficiency yang tinggi, seorang

navigator harus memperhatikan semua sarana yang ada dan mampu

menggunakannya secara maksimal sesuai dengan keadaan yang ada serta harus

memperhatikan jarak yang ditempuh yang sependek mungkin, denagan

memperhatikan keselamatan kapal. (Arso, 1992)

Lalu lintas pelayaran dewasa ini dipenuhi oleh kapal-kapal tradisional dan

modern yang dilengkapi dengan bermacam-macam sistem navigasi antara lain

navigasi elektronik. Sejalan dengan pesatnya kemajuan teknologi bidang

pelayaran dari tahun ke tahun sistem navigasi elektronik harus dikembangkan dan

instrument model terbaru diperkenalkan agar sepenuhnya dapat menunjang

keselamatan pelayaran. Pada gilirannya tuntutan kualitas profesional terhadap

kemampuan para perwira navigator juga semakin tinggi. Peranan sistem navigasi

8
elektronik dalam penentuan posisi sangat potensial dan merupakan bagian dari

kegiatan tugas jaga seorang perwira di anjungan. Pengunaan alat-alat seperti gps,

peta laut, radar, echo sounder, electronic chart, serta kompas sangat penting dalam

dunia pelayaran. Dalam dunia penangkapan ikan, alat tersebut sangat besar

perannya disamping menggunakan alat bantu pencari (Arso, 1992).

2.3. Peralatan Navigasi


2.3.1. Kompas
Menurut Sonnenberg G. J (1987), kompas adalah alat penunjuk arah, yaitu

arah utara magnetis bumi yang disebabkan oleh sifat kemagnetisannya. Karena

sifat ini, maka dalam penggunaannya jauhkan kompas dari pengaruh benda-benda

yang terbuat dari baja atau besi, karena akan menyebabkan penunjukkan yang

salah pada jarumnya.

Gyro compass
Gyroscope (gasing) berasal dari kata „gyros‟ yang artinya
berputar, dan „schopein‟ yang artinya melihat.
Pengertian secara umum, bahwa gyro-scope adalah benda yang menyerupai
roda yang berputar pada porosnya dengan kecepatan tinggi (6000
putaran per menit atau lebih) dan dapat bergerak bebas sekeliling 3
arah poros yang berdiri tegak lurus satu sama lain, dimana arah poros-poros
tersebut saling memotong di titik berat benda.

9
Gambar gyro compas
Syarat – syarat Gyrocompass

1. Resultante semua gaya harus bertumpu


pada titik berat gasing
2. Ketiga poros harus berdiri tegak
lurus satu sama lain
3. Ketiga poros harus saling memotong
di titik berat gasing
4. Kecepatan putar harus cukup besar dan tetap, sehingga dapat
berlaku hokum Gasing I (antara 6.000 sampai 13.000 rpm)

Poros suatu gasing yang berputar sangat cepat, yang terpasang


bebas dalam 3 bidang, salah satu ujung porosnya akan menunjuk ke
suatu titik tetap di angkasa
Dari hukum gasing I ini diperoleh apa yang disebut INERTIA. Yaitu
suatu gaya yang dimiliki oleh sebuah gasing untuk mempertahankan
kedudukannya terhadap angkasa raya.

2.3.2. Global Positioning System (GPS)

10
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan
penentu posisi yang memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi dan
informasi waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa tergantung
kepada waktu dan cuaca (Abidin et al., 2009).

Gambar GPS
GPS (Global Positioning System)adalah sebuah sistem atau proses
untuk menentukan suatu posisi manapun diplanet bumi ini berdasarkan 4
faktor:latitude, longitude, altitudedantime.Istilah lengkap GPS adalah
NAVSTAR-GPS (Navigation System Timing And Ranging– GPS).
Dibangun oleh Departemen Pertahanan U.S.A dengan dua tipepelayanan:
(1) SPS (Standard Positioning Systemuntuk warga sipil), dan(2) PPS
(Precise Positioning Systemuntukmiliter). Satelit GPSpertama, diluncurkan
pada 22Februari 1978. Fungsi GPS selain untuk menentukan posisi dari
sesuatubenda/hal, GPS digunakan juga untuk menentukan variable-
variabelturunanseperti: (1) Kecepatan, (2) Percepatan (Akselerasi), (3)
Arah laju, dan (4)Ukuran Interval (i.e. Jarak, Selang Waktu)(Firdaus,
2010).GPS atau Global Positioning System, merupakan sebuah alat atau
sistem yang dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya
dimana dia berada (secara global) di permukaan bumi yang berbasiskan
satelit. Data dikirim dari satelit berupa sinyal radio dengan data digital.
Dimanapun berada, maka GPS bisa membantu menunjukan arah, selama
melihat langit. GPS (Global Positioning System) adalah sistem navigasi
yang berbasiskan satelit yang saling berhubungan yang berada di
orbitnya. Satelit-satelit itu milik Departemen Pertahanan Amerika Serikat
(Departemen of Defense) yang pertama kali diperkenalkan mulai tahun
1978 dan pada tahun 1994 sudah memakai 24 satelit.

11
Differensial GPS (DGPS) adalah metode lain yang dapat digunakan
untuk mereduksi pengaruh ionosfer. Walaupun DGPS dapat
menghasilkan akuarsi level sentimeter, tetapi metode ini hanya efektif
untuk skala lokal dalam jangkauan sekitar 50 km. Untuk skala regional
DGPS tidak dapat digunakan. Jika harus digunakan maka dibutuhkan
banyak GPS yang harus dioperasikan pada jarak sekitar 50 km, yang
tentunya koreksi ionosfer skala regional menggunakan DGPS menjadi
tidak efektif. Dengan alasan tersebut Wide Area Differential GPS
(WADGPS) dan Regional Area Differensial GPS menjadi semakin banyak
digunakan untuk mengatasi keterbatasan metode konvensional DGPS
(Buldan et al, 2006).

2.3.3 Radar

Radar (yang dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Radio

Detectionand Ranging, yang berarti deteksi dan penjarakan radio) adalah suatu

sistemgelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur

jarak dan membuat map benda-benda seperti pesawat terbang, berbagai kendaraan

bermotor dan informasi cuaca (hujan).

12
Gambar Radar

Radar adalah deteksi objek sistem yang menggunakan gelombang radio

untuk menentukan jangkauan, ketinggian, arah, atau kecepatan benda. Hal ini

dapatdigunakan untuk mendeteksi pesawat, kapal, pesawat ruang angkasa, peluru

kendali, kendaraan bermotor, formasi cuaca, dan medan

Menurut Arso Martopo, Capt, (1992 : 49) adalah salah satu alat bantu

navigasi yang sangat potensial di atas kapal, baik dalam penentuan posisi maupun

pendeteksi resiko tubrukan.

Dari pengertian diatas radar adalah sebuah alat yg digunakan untuk

mengetahui kedudukan kapal lain sehingga dapat membantu menghindari/

mencegah terjadinya tabrakan dilaut. Radar akan sangat berguna pada saat cuaca

buruk, keadaan berkabut dan berlayar dimalam hari terutama apabila petunjuk

pelayaran seperti lampu suar, pelampung, bukit atau bangunan secara visual tidak

dapat.

2.2 Sistem Radar

Radar laut yang digunakan untuk mengukur bantalan dan jarak dari kapal

untuk mencegah tabrakan dengan kapallain, untuk menavigasi, dan untuk

memperbaiki posisi mereka di laut ketika dalam jangkauan pantai atau referensi

tetap lainnya seperti pulau, pelampung, dan lightships. Di pelabuhan atau di

pelabuhan, kapalsistem pelayanan lalu lintas radar yang digunakan untuk

memonitor dan mengatur pergerakan kapal di perairanyang sibuk. Ada tiga

komponen utama yang tersusun di dalam sistem radar, yaitu antena, transmitter

(pemancar sinyal) dan receiver (penerima sinyal) .

13
Antena

Antena yang terletak pada radar merupakan suatu antena reflektor berbentuk

piring parabola yang menyebarkan energi elektromagnetik dari titik fokusnya dan

dipantulkan melalui permukaan yang berbentuk parabola. Antena radar memiliki

du akutub (dwikutub). Input sinyal yang masuk dijabarkan dalam bentuk phased-

array (bertingkat atau bertahap). Ini merupakan sebaran unsur-unsur objek yang

tertangkap antena dan kemudian diteruskan ke pusat sistem RADAR.

Pemancar sinyal (transmitter)

Pada sistem radar, pemancar sinyal (transmitter) berfungsi untuk memancarkan

gelombang elektromagnetik melalui reflektor antena. Hal ini dilakukan agar sinyal

objek yang berada didaerah tangkapan radar dapat dikenali. Pada umumnya,

transmitter memiliki bandwidth dengan kapasitas yang besar. Transmitter juga

memiliki tenaga yang cukup kuat, efisien, bisa dipercaya, ukurannya tidak terlalu

besar dan tidak terlalu berat, serta mudah dalam hal perawatannya.

Penerima sinyal (receiver)

Pada sistem radar, penerima sinyal (receiver) berfungsi sebagai penerima kembali

pantulan gelombang elektromagnetik dari sinyal objek yang tertangkap oleh radar

melalui reflektor antena. Pada umumnya, receiver memiliki kemampuan untuk

menyaring sinyal yang diterimanya agar sesuai dengan pendeteksian yang

diinginkan, dapat memperkuat sinyal objek yang lemah dan meneruskan sinyal

objek tersebut ke pemroses data dan sinyal (signal and data processor), dan

kemudian menampilkan gambarnya di layarmonitor (display).

14
Selain tiga komponen di atas, sistem radar juga terdiri dari beberapa komponen

pendukung lainnya, yaitu

Waveguide, berfungsi sebagai penghubung antara antena dan transmitter.

Duplexer, berfungsi sebagai tempat pertukaran atau peralihan antara antena dan

penerima atau pemancar sinyal ketika antena digunakan dalam kedua situati

tersebut.

Software, merupakan suatu bagian elektronik yang berfungsi mengontrol kerja

seluruh perangkat dan antena ketika melakukan tugasnya masing-masing.

Prinsip pengoperasian radar

Umumnya, radar beroperasi dengan cara menyebarkan tenaga elektromagnetik

terbatas di dalam piringan antena. Tujuannya adalah untuk menangkap sinyal dari

benda yang melintas di daerah tangkapan antena yang bersudut 20o – 40o. Ketika

ada benda yang masuk ke dalam daerah tangkapan antena tersebut, maka sinyal

dari benda tersebut akan ditangkap dan diteruskan ke pusat sistem radar untuk

kemudian diproses sehingga benda tersebut nantinya akan tampak dalam layar

monitor/display.

Klasifikasi Radar

Berdasarkan bentuk gelombang (Waveform)

 Continuous Wave/CW (Gelombang Berkesinambungan), merupakan radar

yang menggunakan transmitter dan antena penerima (receive antenna)

secara terpisah, di mana radar ini terus menerus memancarkan gelombang

elektromagnetik. Radar CW yang tidak termodulasi dapat mengukur

kecepatan targetmelalui serta posisi sudut target secara akurat. Radar CW

15
yang tidak termodulasi biasanya digunakan untuk mengetahui kecepatan

target dan menjadi pemandu rudal (missile guidance).

 Pulsed Radars/PR (Radar Berdenyut), merupakan radar yang gelombang

elektromagnetiknya diputus secara berirama. Frekuensi denyut radar

(Pulse Repetition Frequency/PRF) dapat diklasifikasikan menjadi 3

bagian, yaitu PRF high, PRF medium dan PRF low.

Berdasarkan Jumlah Antennanya

 Monostatic Radar : Monostatic radar adalah jenis radar yang hanya

memiliki sebuah antenna yang digunakan untuk memancarkan maupun

menerima sinyal. Radar ini memiliki suatu bagian yang disebut duplexer

untuk memisahkan antara penerima dan pemancar. Radar monostatic

biasanya menggunakan bentuk gelombang (Waveform) Namun dapat juga

menggunakan CW. Untuk desain radar monostatic CW digunakan suatu

alat yang disebut circulator untuk memisahkan antara gelombang yang

dipancarkan dan diterima. Radar jenis ini mendominasi jenis-jenis radar

yang ada saat ini.

 Bistatic/Multistatic Radar : Bistatic radar merupakan suatu jenis sistem

radar yang komponennya terdiri dari pemancar sinyal (transmitter) dan

satu atau lebih penerima sinyal (receiver), di mana kedua komponen

tersebut terpisah. Kedua komponen itu dipisahkan oleh suatu jarak yang

dapat dibandingkan dengan jarak target/objek. Objek dapat dideteksi

berdasarkan sinyal yang dipantulkan oleh objek tersebut ke pusat antena.

16
Berdasarkan pemancarnya radar Bi/Multistatic dapat dibagi lebih lanjut

menjadi dua macam yaitu :

1. Radar Bi-Static Kooperatif : Yaitu radar Bi-static yang pemancarnya

sudah terintegrasi dengan unit radarnya, Contoh dari radar ini cukup

banyak, diantaranya adalah radar OTH (Over The Horizon) seperti

Jindalee dan radar Struna-1MU buatan Rusia.

2. Radar Bi-Static Non-Kooperatif : Yaitu Radar Bi-static yang pemancarnya

tidak terintegrasi dengan unit radarnya, misalnya adalah Silent Sentry

buatan Lockheed martin yang memanfaatkan pemancar seperti Stasiun

Televisi atau Radio.

Phased array

Dalam teori antena, phased array adalah sebuah array dari antena di mana

relatif fase sinyal masing-masing antena bervariasi dalam sedemikian rupa

sehingga pola radiasi efektif array diperkuat dalam arah yang diinginkan dan

ditekan dalam arah yang tidak diinginkan.

Over-the-horizon radar

Over-the-horizon radar, atau OTH (kadang-kadang juga beyond the horizon,

atau BTH), adalah merupakan sebuah jenis sistem radar dengan kemampuan

untuk mendeteksi target pada jarak yang sangat panjang, biasanya sampai ribuan

kilometer.

Sistem radar

Ada tiga komponen utama yang tersusun di dalam sistem radar, yaitu antena,

transmitter (pemancar sinyal) dan receiver (penerima sinyal) .

17
Antena yang terletak pada radar merupakan suatu antena reflektor

berbentuk piring parabola yang menyebarkan energi elektromagnetik dari titik

fokusnya dan dipantulkan melalui permukaan yang berbentuk parabola. Antena

radar memiliki du akutub (dwikutub). Input sinyal yang masuk dijabarkan dalam

bentuk phased-array (bertingkat atau bertahap). Ini merupakan sebaran unsur-

unsur objek yang tertangkap antena dan kemudian diteruskan ke pusat sistem

RADAR.

Pemancar sinyal (transmitter)

Pada sistem radar, pemancar sinyal (transmitter) berfungsi untuk

memancarkan gelombang elektromagnetik melalui antena. Hal ini dilakukan agar

sinyal objek yang berada didaerah tangkapan radar dapat dikenali. Pada

umumnya, transmitter memiliki bandwidth dengan kapasitas yang besar.

Transmitter juga memiliki tenaga yang cukup kuat, efisien, bisa dipercaya,

ukurannya tidak terlalu besar dan tidak terlalu berat, serta mudah dalam hal

perawatannya.

Penerima sinyal (receiver)

Pada sistem radar, penerima sinyal (receiver) berfungsi sebagai penerima

kembali pantulan gelombang elektromagnetik dari sinyal objek yang tertangkap

oleh radar melalui reflektor antena. Pada umumnya, receiver memiliki

kemampuan untuk menyaring sinyal yang diterimanya agar sesuai dengan

pendeteksian yang diinginkan, dapat memperkuat sinyal objek yang lemah dan

meneruskan sinyal objek tersebut ke pemroses data dan sinyal (signal and data

processor), dan kemudian menampilkan gambarnya di layar monitor (display).

18
Selain tiga komponen di atas, sistem radar juga terdiri dari beberapa komponen

pendukung lainnya, yaitu

 Waveguide, berfungsi sebagai penghubung antara antena dan transmitter.

 Duplexer, berfungsi sebagai tempat pertukaran atau peralihan antara

antena dan penerima atau pemancar sinyal ketika antena digunakan dalam

kedua situasi tersebut.

 Software, merupakan suatu bagian elektronik yang berfungsi mengontrol

kerja seluruh perangkat dan antena ketika melakukan tugasnya masing-

masing.

2.3.4 Pengertian Echosounder

Echosounder adalah alat yang dapat membantu untuk mencari ikan dengan


lebih baik, echosounder tidak menangkap ikan namun dapat membantu untuk

menangkap lebih banyak ikan dengan trawl, gill-net, purse-net, atau jenis jaring


yang lain. Echosounder bahkan dapat membantu untuk menangkap lebih banyak
ikan dengan hook and line (Burczynski, and Ben-Yami, 1985).
Gambar Ecousounder

19
Menurut Lurton (2002), multibeam echosounder pada mulanya terdiri dari
perpanjangan single-beam echosounder. Bukan transmisi dan menerima sinar
vertikal tunggal, multibeam sounder mengirimkan dan menerima seberkas beam
dengan lebar individu kecil (1-3º), di sumbu kapal. Yang terpenting, tentu saja,
adalah kemungkinan mengalikan jumlah pengukuran simultan kedalaman
(biasanya 100-200), menyapu koridor di sekitar jalan kapal (lebar total 150
mencakup hingga 7.5 kali kedalaman air). Kebanyakan Multibeam
Sounder menggunakan besar lebar sudut mereka untuk merekam gambar akustik
menggunakan prinsip yang sama sebagai side scan sonar. Tetapi kinerja yang
dihasilkan lebih buruk daripada dalam sistem (towfish), karena gerakan platform
dukungan dan karena insiden sudut tidak cukup merumput. Dengan sistem
tersebut, ahli geologi telah mengintegrasi pembuangan alat-alat yang memberikan,
pada saat yang sama, bathrymetry dan reflektivitas pengukuran. Pengumpulan
simultan seismik dan sedimen profiler data dapat membantu dalam menyediakan
penyelidikan yang sangat lengkap dan menyeluruh mengenai struktur sedimen.
Singlebeam echosounder menghasilkan sinar tunggal hanya satu yang
dikirim vertikal ke dalam air. Mereka sering digunakan untuk mendapatkan
kedalaman langsung di bawah kapal, sehingga dapat menghindari bias lebar-beam
yang disebabkan oleh lereng bawah air. Kedalaman ini digunakan baik untuk
keselamatan atau navigasi atau untuk pemetaan dasar laut. Kedalaman yang lebih
besar harus diperbaiki untuk pergerakan roll dan pitch kapal yang diamati oleh
macam yang sesuai dengan heave-roll-pitch sensor. (Xu, 2010).

2.3 Komponen Bagian-bagian dan Fungsi Echosounder


Echosounder bekerja berdasarkan prinsip perambatan dan pemantulan bunyi
dalam medium air. Echosounder dilengkapi dengan proyektor untuk
menghasilkan gelombang akustik yang akan di masukan ke dalam air laut.
Sonar bathymetric memerlukan proyektor yang dapat menghasilkan berulang-
ulang kali pulsa akustik yang dapat dikontrol (MacLennan dan Simmonds, 1992).
Untuk pengukuran kedalaman, digunakan echosounder atau perum gema
yang pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1920. Alat ini dapat
dipakai untuk menghasilkan profil kedalaman yang kontinyu sepanjang jalur
perum dengan ketelitian yang cukup baik. Ada dua cara yang dapat ditempuh
untuk mengukur kedalaman laut yaitu dengan menggunakan teknik bandul timah
hitam (dradloading)  dan teknik Gema duga
atau EchoSounder atau Echoloading (Waldopo, 2008).

20
Pada awalnya, echosounder lebih banyak digunakan untuk mengetahui
kedalaman perairan. Namun karena karakteristik dan prinsip dasarnya yang
mampu menentukan letak suatu benda di bawah air, maka echosounder juga
digunakan di bidang perikananuntuk menentkan lokasi ikan. Cara
kerja echosounder ini mirip dengan kelelawar, dimana echosounder memancarkan
gelombang suara dengan frekuensi tertentu dan menangkap gelombang pantulan
(echo) dari benda/medium.
2.3.1  Transmiter
Transmitter menghasilkan listrik dengan frekuensi tertentu, kemudian
disalurkan ke transduser. Tetapi suatu perintah dari kotak pemicu pulsa pada
recorder akan memberitahukan kapan pembentuk pulsa bekerja. Pulsa
dibangkitkan oleh oscillator kemudian diperkuat oleh power amplifier, sebelum
pulsa tersebut disalurkan ke transducer (Manik, 2009).
Transmitter berfungsi menghasilkan pulsa yang akan dipancarkan. Suatu
perintah dari kotak pemicu pulsa pada recorder akan memberitahukan kapan
pembentuk pulsa bekerja. Pulsa dibangkitkan oleh oscillator kemudian diperkuat
oleh power amplifier, sebelum pulsa tersebut disalurkan ke transducer (FAO,
1983).
Transmitter juga berfungsi untuk mentransmisikan sinyal dari alat ke
transducer, yang kemudian akan dipancarkan. Di dalam transmitter inilah energi
listrik diperkuat beberapa kali sebelum disalurkan ke transducer. Jadi selain
berperan sebagai penghubung, transmitter juga berperan sebagai penguat pulsa
listrik.
2.3.2  Transducer
Menurut Deo (2007), alat perum gema menggunakan prinsip pengukuran
jarak dengan memanfaatkan gelombang akustik yang dipancarkan
dari transduser. Transduser adalah bagian dari alat perum gema yang mengubah
energi listrik menjadi mekanik dan sebaliknya. Gelombang akustik tersebut
merambat pada medium air dengan cepat rambat yang relatif diketahui atau dapat
diprediksi hingga menyentuh dasar perairan dan dipantulkan kembali
ke transduser.
Alur perum gema menggunakan prinsip pengukuran jarak dengan
memanfaatkan gelombang akustik yang dipancarkan dari transduser. Transduser
adalah bagian dari alat perum gema yang mengubah energi listrik menjadi
mekanik (untuk membangkitkan gelombang suara) dan sebaliknya. Gelombang
akustik tersebut merambat pada medium air dengan cepat rampat yang relatif
diketahui atau dapat diprediksi hingga menyentuh dasar perairan dan dipantulkan

21
kembali ketransduser. Perum gema menghitung selang waktu sejak gelombang
dipancarkan dan diterima kembali (Poerbandono, 2005).
Dengan kata lain, transducer berperan sebagai penghasil sekaligus pemancar
gelombang suara ke dalam medium (air laut). Gelombang tersebut diperoleh
dengan mengubah energi listrik yang diperoleh dari transmitter. Pada kapal,
transducer ini dipasang di bagian lambung kapal secara tegak lurus dari
permukaan air dan menghadap ke arah dasar.
2.3.3  Receiver
Receiver adalah alat untuk menguatkan sinyal listrik yang lemah dari
transducer saat gema (echo) terjadi sebelum dialirkan ke recorder. Penguatan ini
dilakukan pada receiver dan jumlah penguatan dapat dibedakan oleh sensivitas
(kepekaan) atau volume control. Receiver berfungsi menerima pulsa dari objek
dan display atau recorder sebagai pencatat hasil echo. Sinyal listrik lemah yang
dihasilkan oleh transducer setelah echo diterima harus diperkuat beberapa ribu
kali sebelum disalurkan ke recorder. Selama penerimaan berlangsung keempat
bagian transducer menerima echo dari target, dimana target yang terdeteksi oleh
transducer terletak dari pusat beam suara dan echo dari target akan dikembalikan
dan diterima oleh keempat bagian transducer pada waktu yang bersamaan (Imron,
1997).
Split beam echosounder modern memiliki fungsi Time Varied Gain (TVG)
di dalam sistem perolehan data akustik. TVG berfungsi secara otomatis untuk
mengeliminir pengaruh attenuasi yang disebabkan oleh geometrical sphreading
dan absorpsi suara ketika merambat di dalam air (FAO,1983). Receiver
memisahkan dan mendeteksi dan memperkuat energy yang diterima dari sasaran.
Hasil deteksi sehubung getaran ini diperkuat kemidian disalurkan ke bagian
penguat gambar (Daulay, 2012).
Receiver digunakan untuk menangkap sinyal atau gelombang yang telah
dipantulkan oleh obyek (echo). Selain menangkap gelombang, receiver juga
memperkuat sinyal sebelum diteruskan ke recorder untuk diproses. Receiver juga
berfungsi memilih dan mengolah sinyal yang datang.
2.3.4  Recorder/Display Unit
Recorder berfungsi sebagai alat pencatat yang ditulis ke dalam kertas serta
menampilkan pada layar display CRT (Cathoda Ray Tube) berupa sinar osilasi
(untuk layar warna) ataupun berupa tampilan sorotan lampu neon (untuk echo
sounder tanpa rekaman), selain itu juga dapat berfungsi sebagai pemberi sinyal
untuk menguatkan pulsa transmisi dan penahanan awal penerimaan echo pada saat
yang sama (Imron, 1997).

22
Recorder berfungsi untuk merekam atau menampilkan sinyal echo dan juga
berperan sebagai pengatur kerja transmitter dan mengukur waktu antara
pemancaran pulsa suara dan penerimaan echo atau recorder memberikan sinyal
kepada transmitter untuk menghasilkan pulsa dan pada saat yang sama recorder
juga mengirimkan sinyal ke receiver untuk menurunkan sensitifitasnya (FAO,
1983). Recorder echosounder membuat gambar yang memperlihatkan kedalaman
ikan dan dasar laut. Gambar-gambar yang dibuat akan bergambar sehelai kertas
sehingga bias disimpulkan untuk dilihat kemudian (Varina et al.,2013).
Jadi, recorder  atau display digunakan sebagai penampil data hasil
tangkapan sinyal dari receiver. Data atau informasi sinyal yang ditangkap
kemudian diubah sehingga bisa ditampilkan dan dibaca secara langsung.
Tampilan digital dari recorder atau display inilah yang bisa disimpan dan diolah
untuk kepentingan yang lebih lanjut.

2.3.5 pengertian fish finder

Fish finder merupakan teknologi suatu teknologi pendeteksian


bawah air dengan menggunakan perangkat akustik (acoustic instrument).
Teknologi ini menggunakan suara atau bunyi untuk melakukan
pendeteksian. Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan suara di air
adalah 1.500 m/detik, sedangkan kecepatan suara di udara hanya 340
m/detik, sehingga teknologi ini sangat efektif untuk deteksi di bawah air.

23
Gambar Fish Finder

Echosounder atau fish finder sebagai alat bantu dalam operasi


penangkapan ikan merupakan alat pengindraan jarak jauh dengan prinsip
kerja menggunakan metode akustik yaitu sistem sinyal yang berupa
gelombang suara. Sinyal yang dipancarkan kedalam laut secara vertikal
setelah mengenai obyek, pantulan sinyal diterima kembali kemudian
diolah sehingga menghasilkan keterangan tentang kedalaman laut, kotur
dan tekstur dasar laut dan posisi dari gerombolan ikan (Dwinata dan
Prihatini, 1999).
Penggunaan metode hydroacoustic mempunyai beberapa
kelebihan (Arnaya, 1991), diantaranya :
a.      Berkecepatan tinggi.
b.      Estimasi stok ikan secara langsung dan wilayah yang luas dan
dapat memonitor pergerakan ikan.
c.      Akurasi tinggi.
d.      Tidak berbahaya dan merusak sumberdaya ikan dan
lingkungan, karena frekuensi suara yang digunakan tidak
membahayakan bagi si pemakai alat maupun obyek yang disurvey

2.3.6 Ecdis
ECDIS atau “Electronic Chart Display and Information System” adalah

suatu alat yang fungsi dan systemnya dapat memberikan informasi tentang

navigasi dan yang kegunannya adalah untuk memback-up peralatan yang

ada,sehingga dapat diterima dan dianggap memenuhi persyaratan yang ditentukan

sesuai aturan V/19 & V/27 dari konvensi SOLAS 1974 & amandemennya. Oleh

karena itu peralatan ECDIS ini harus memenuhi kriteria standart kinerja.

24
Gambar Ecdis

Peralatan lain yang digunakan bersamaan dengan ECDIS adalah ENC

(Electronic Navigational Charts). ENC ini sebenarnya merupakan suatu Data

Base yang distandardisasikan baik mengenai muatan,struktur dan formatnya

disesuaikan untuk digunakan bersama ECDIS namun harus ada persetujuan dari

IHO. Demikian juga halnya dengan RCDS ( Raster Chart Display System ),yang

fungsinya hampir sama dengan ECDIS dan bahkan juga telah disetujui oleh IMO

dan IHO, namun perbedaannya hanya sedikit,yaitu ECDIS dilengkapi dengan

alarm yang langsung berhubungan dengan peta yang digunakan apabila misalnya

posisi atau haluan yang digunakan tidak tepat. Sedangkan RCDS atau RNC

dilengkapi dengan kertas peta (Chart paper) yang tidak dipunyai oleh ECDIS,

dimana ECDIS sendiri hanya menggunakan tampilan yang hampir sama dengan

peta. Spesifikasi dan kegunaan dari kedua jenis tersebut diatas hampir sama.

A. Manfaat yang diperoleh dalam penggunaan ECDIS adalah sebagai

berkut:

1.    Lebih mudah menyusun perencanaan pelayaran ( voyage planning ).

2.    Lebih mudah dalam mengkoreksi peta.

25
3.    Dapat memantau terus menerus dalam laut serta lekuk-lekuk dasar

kedalaman laut.

4.    Tersedianya informasi yang cepat pada waktu mendekati pelabuhan

yang sibuk sekalipun demikian juga dengan daerah navigasi lainnya yang

baru.

B.       Kelemahannya yang perlu diwaspadai (termasuk kelemahan si pengguna):

1.    Banyaknya informasi di layar yang perlu dicermati yang kadang bisa

mengganggu,demikian juga sub-menu yang tersedia mungkin agak rumit.

2.    Ukuran peta yang ditampilkan di layer kemungkin lebih kecil dari

aslinya.

3.    Beberapa symbol yang ada kadang-kadang salah dinterpretasikan karena

belum dikuasai.

4.    Hasil dari plotting otomatis sering tidak memuaskan.

Karena penggunaan alat ini dalam waktu dekat mungkin akan

diberlakukan,hendaknya para Nakhoda, Perwira, Taruna dan bahkan Port State

Control Officer sudah harus mempersiapkan diri dengan pengetahuan tentang alat

ini dari sekarang, dan bukan itu saja karena hamper semua kapal-kapal milik

perusahaan–perusahaan terkenal di dunia sudah menggunakan alat ini,sehingga

nantinya jika para Nakhoda dan Perwira Indonesia jika di recruit atau ditempatkan

di kapal-kapal milik perusahaan tersebut sudah mampu mengoperasikan alat ini.

26

Anda mungkin juga menyukai