KANKER SERVIKS
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Segala puji bagi Allah S.W.T. atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami mampu
menyelesaikan pembuatan Materi dan Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Keperawatan
dengan Tema “Kanker Serviks” ini dengan tepat waktu. Penulis tentu menyadari bahwa
materi dan Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca, supaya materi dan Satuan
Acara Penyuluhan (SAP) ini dapat menjadi lebih baik dan sempurna sehingga lebih bisa
bermanfaat bagi tenaga kesehatan dan masyarakat pada umumnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Bapak/Ibu CI Puskesmas Arjuno dan Bapak/Ibu CI Akademik Keperawatan yang telah
membimbing kami dalam menulis materi dan Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ini.
Demikian, semoga Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ini dapat terlaksana dengan baik
tanpa ada halangan suatu apapun serta bermanfaat bagi para peserta penyuluhan. Terima
kasih.
Kelompok 4
LEMBAR PERSETUJUAN
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dengan tema “Kanker Serviks” di Poli KIA
Puskesmas Arjuno – Malang ini telah diperiksa dan disetujui pada:
Hari : ……………………………………….
Tanggal : ……………………………………….
Mahasiswa,
Profesi Ners Poltekes Kemenkes Malang,
(…………………………)
Oleh:
CI Akademik CI Poli KIA
Poltekes Kemenkes Malang, Puskesmas Arjuno – Malang,
(…………………………) (…………………………)
Mengetahui,
(…………………………)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Identifikasi Masalah
Di Indonesia lebih dari 98 ribu penderita kanker serviks di Indonesia, 21 ribu
diantaranya berada di Jawa Timur. Prevalensi kanker serviks di Indonesia yakni 50
orang per 100 wanita sedangkan kanker payudara yakni 26 orang per 100 wanita. Untuk
skala nasional, kanker tertinggi yang diderita wanita adalah kanker payudara dengan
angka kejadian 26 per 100 ribu orang perempuan, disusul kanker leher rahim yang
mencapai 16 per 100 ribu orang. Di dunia terdapat lebih dari 100 jenis kanker. Tiap
tahun kasus kanker terus meningkat, mulai kanker payudara, kanker leher rahim
(servicks), kanker paru, kanker usus besar, kanker prostat, kanker darah, kanker tulang,
kanker hati, kanker kulit, dan amsih ada lagi. Kanker merupakan penyebab kematian
nomor dua setelah penyakit Kardiovaskuler. WHO dan Bank Dunia memperkirakan
setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya
meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan diperkirakan 26 juta orang akan menderita
kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada 2030. Upaya penanggulangan kanker
ini dinilai sangat penting, karena para ahli memperkirakan 40% kanker dapat dicegah
dengan mengurangi dan menghindari faktor risiko kanker (Infodatin kemenkes 2018).
II. Tujuan
1. TUM: Setelah proses penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien mengerti
tentang kanker serviks
2. TUK: Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
a. Menyebutkan pengertian kanker serviks
b. Menyebutkan penyebab kanker serviks
c. Menyebutkan tanda dan gejala kanker serviks
d. Mengetahui deteksi dini kanker serviks
e. Mengetahui cara pencegahan kanker serviks
III. Materi
1. Pengertian kanker serviks
2. Penyebab kanker serviks
3. Tanda dan gejala kanker serviks
4. Cara deteksi dini (skrining) kanker serviks
5. Pencegahan kanker serviks
V. Media
1. LCD / Flipchart
2. Leaflet
3. Materi SAP
VI. Pengorganisasian
1. Moderator : Aldesiana Cahyaningrum
2. Penyaji : Widha Arlyka Duta
3. Fasilitator : Normalita Dwi Puspita S.
4. Observer : Anggita Kusuma Pertiwi
Job Description
1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab
pertanyaan
3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak
secara aktif dalam diskusi
4. Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya
penyuluhan, mengevaluasi jalannya penyuluhan
PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai
organ reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu infeksi menular
seksual, mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks
Kanker leher rahim ( kanker servik ) adalah kanker yang terjadi pada servik uterus,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yg merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara uterus ( rahim ) dengan liang vagina.
PENYEBAB
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetic yang
mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang
dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak tanpa control dan
mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor).
Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di
dalam tubuh (metastasis).
Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang
diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah infeksi virus Huma
Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV
ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir tak
berisiko menjadi Ca Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe
16 & 18) mengarah pada Ca Serviks (Hartono, 2000).
Faktor risiko kanker leher rahim :
1. Kontak seksual terlalu dini kurang dari umur 15 tahun.
2. Berhubungan seks dengan banyak pasangan atau mempunyai pasangan yg suka
berganti2 pasangan
3. Merokok
Dari berbagai penelitian di negara - negara maju telah di temukan bahan konstituen
rokok di dalam sel - sel epitel leher rahim.
4. Faktor Genetik ( Faktor Keturunan)
Faktor ini sangat memegang peranan seorang bisa mengalami kanker jenis ini atau
tidak. Jika ibu Anda atau saudara perempuan dari pihak ibu atau ayah menderita
kanker leher rahim, maka Anda mempunyai resiko 2x lebih banyak menderita
penyakit yang sama
5. Sistem imun yang menurun juga dapat meningkatkan terjadinya kanker karena
kebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker serviks. Namun, jika
seseorang tekena infeksi HPV dan sistem imunnya menurun akibat keadaan medis
lainnya, maka kecenderungan untuk berkembangnya kanker serviks semakin besar.
6. pencucian vagina dengan antiseptik atau deodoran yang terlalu sering
7. diet tinggi lemak
8. kekurangan vitamin C, asam folat, dan beta karoten
9. personal hygine yang kurang
10. grande multi para
DIAGNOSIS
Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks atau jika hasil pemeriksaan Pap
Smear memperlihatkan sel kanker, pasien dapat menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk
menegakkan diagnosis. Untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan :
1. Memeriksa serviks. Selama pemeriksaan yang disebut kolposkopi, dokter dapat
menggunakan mikroskop khusus (colposcope) untuk memeriksa serviks dari sel
abnormal. Jika terlihat area yang tidak biasanya, dapat diambil sample sel untuk
analisis (biopsy). Gambar 1. Colposcopy untuk mengambil jaringan yang abnormal
2. Mengambil sample sel serviks. Selama prosedur biopsy dokter mengambil sample
dari sel abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out
biopsy, dokter menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil
dari serviks. Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran
dari area yang abnormal.
STADIUM
Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani pemeriksaan lebih jauh
lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan sampai dimana penyebarannya
suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan faktor kunci yang
menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk menentukan stadium dapat berupa :
Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT) Scan
atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker telah menyebar disekitar
serviks.
Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapt menggunakan alat
khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung (cystoscopy) dan rektum
(proctoskopi).
Pembagian stadium kanker adalah
Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive, kanker dini ini
kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks
Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum
menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina..
Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke
dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti
kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain didalam tubuh, seperti
paru-paru, hati, atau tulang.
PENATALAKSANAAN
Kanker noninvasive, terbatas
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari serviks
memerlukan penangan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan wanita pada
situasi ini, tidak diperlukan penanganan tambahan. Prosedur untuk membuang kanker
noninvasif termasuk :
Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil selembar
Kanker invasif
Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada serviks disebut
sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyk penanganan. Penanganan untuk
kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker, permasalahan
medis lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri. Opsi penatalakasanaan terdiri
dari
1) Operasi.
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium dini
dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker,
serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang
dini – Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks. Hysterectomy radikal –
Membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut – merupakan
operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada
bukti adanya tumor pada dinding pelvis.Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks
stadium dini dan mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien
tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis,
dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi
2) Radiasi.
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terapi
radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan
menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi
radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita
dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan terbaik. Kedua
metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan
kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk
membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area
pelvis termasuk nyeri lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan
vagina, dimana akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita
premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
3) Kemoterapi.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan
metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah
ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah
menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang
paling konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen
tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16%
dari terapi ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip
dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker
serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya
yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk
carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-
fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine. Kombinasi paling aktif yang
digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut
paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate,
cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute Gynecologic
Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan kemampuan dari berbagai
kombinasi kemoterapi
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum
dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat
mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause.
4) Kemoradiasi.
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup lebih
tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks. Kombinasi
antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis – efek
terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2
modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi,
penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar 43% (
harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini,
cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari
rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh.
PENCEGAHAN
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari infeksi HPV. HPV
menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang terinfeksi, tidak hanya dengan
hubungan seks. Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat mengurangi
resiko terkena infeksi HPV.
Sebagai tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker serviks
yaitu :
Menghindari hubungan sex pada umur muda.
Memiliki partner seks tunggal
Menghindari merokok
Vaksniasi HPV. Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe
HPV yang paling berbahaya. The national Advisory Committee on Immunization Practices
merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimanapula pada
wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka belum menerima vaksin. Vaksin ini paling
efektif diberikan sebelum wanita aktif secara seksual. Vaksin ini diberikan selama tiga kali.
Penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin pertama diberikan dan vaksin ketiga
disuntikkan pada bulan keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular pada lengan
atas.
Walaupun vaksin dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker serviks, vaksin ini tidak dapat
mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan kanker serviks selain itu
membutuhkan biaya yang mahal Rp 4 juta untuk tiga dosis tersebut. Pap Smear secara rutin
untuk skrining kanker serviks lah yang paling penting.
Pemeriksaan Pap Rutin. Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling efektif
untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih dini. Panduan jadwal Pap rutin
adalah sebagai berikut :
Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan sex pertama atau
pada umur 21 tahun (lakukan yang mana terjadi duluan)
Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu atau 2 tahun
sekali.
Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien memiliki
Hartono, Poedjo (2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus pada
Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2
Mansyur, A., (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius
Neville, Hacker (2001). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta: Hipokrates
Rasjidi, Imam (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC
Sarwono (2002). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka
Sarwono (2008) Vaksin HPV Cegah Kanker Serviks Sejak Dini
Sarwono (2003). Vaksin HPV dengan Ajuvan Inovatif
ASO4.www.situs.kesrepro.info/aging.
Depkes. 2018. Info Datin - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kemenkes RI:
Jakarta.
LEMBAR OBSERVASI
membantu menyiapkan
perlengkapan penyuluhan
( )
Memotivasi audiens untuk
bertanya( )
Membantu penyaji dalam
menganggapi pertanyaan
audiens ( )
2. Peserta antusias terhadap
materi penyuluhan yang
diberikan, serta peserta yang
terlibat aktif dalam penyuluhan
50 % dari yang hadir.( )
3. Peserta Tidak ada yang
meninggalkan tempat sebelum
penyuluhan selesai ( )