Dosen Pengampu
Dr. Rika Nurhasanah, M.Keb
Di Susun Oleh:
1. 2350347107 Ika Rahayu 11. 2350347142 Ade Haebah Ulul Azmi
2. 2350347109 Gita Sanseviera Nurbuat 12. 2350347144 Rismawati
3. 2350347111 Putri Valeri 13. 2350347151 Merrythiani Nourtriana Putri
4. 2350347112 Herawati Cahaya Putri 14. 2350347154 Sheyma Maharani Putri
5. 2350347113 Viona Listya Putri Widodo 15. 2350347158 Vivta Haniifah Sadiyyah
6. 2350347119 Siti Karmilah 16. 2350347164 Dina Rosalina
7. 2350347131 Sharon Abigail 17. 2350347165 Salwa Suci Trigitha
8. 2350347137 Meilin 18. 2350347175 Reni Antika
9. 2350347138 Dinda Nur Fadhila 19. 2350347178 Nabila Husna
10.2350347140 Nia Sunianingsih
Bismillahirrahmanirahim
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatu
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayah, serta kenikmatan iman dan islam
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan makalah ‘Asuhan Kebidanan
Nifas’ dengan kemampuan terbaik. Tidak lupa penyusun ucapkan terimakasih
kepada Ibu Dr. Rika Nurhasanah, M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah
asuhan kebidanan nifas yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini.
Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas pada
program studi Sarjana Kebidanan Non Reguler, FITKES Universitas Jenderal
Acmad Yani Cimahi. Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya.
Harapan penyusun semoga makalah laporan ini bermanfaat bagi pembaca
sehingga pembaca dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari juga
menjadi pengalaman bagi penyusun untuk menambah pengalaman dan wawasan
sehingga kedepannya penyusun dapat menyusun makalah dengan jauh lebih baik
dari pada bentuk dan isinya.
Penyusun akui, isi dari materi yang ada di makalah laporan ini masih
banyak kekurangan yang disebabkan pengetahuan dan pengalaman yang saya
miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, penyusun berharap kepada pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi terciptanya
kesempurnaan dalam makalah laporan ini.
Wassalamualaikum Warrahmatulahi Wabarakatu
22 Desember 2023
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2009).
Masa nifas adalah masa pulih kembali , mulai dari persalinan selesai
sampai alat alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas (puerperium)
berasal dari kata latin . puerperium berasal dari dua suku kata yakni puer dan
parous. Puer bearti bayi dan parous berarti melahirkan . jadi dapat disimpulkan
bahwa puerperium merupakan masa setelah melahirkan (Asih & Risneni,
2016).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil) jadi, Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai pemulihan kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan semula
sebelum hamil yang berlangsung 6 minggu (40 hari) (Nurliana dan
Kasrida,2014:3).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumusakan masalah
pada ibu nifas antara lain : perdarahan pascapersalinan, infeksi, inkontinensia
urine, payudara bengkak, masalah menyusui, baby blues syndrome dan depresi
pasca melahirkan. Masalah-masalah tersebut dapat dikurangi dan ditangani
dengan pendekatan farmakologi dan non farmakologi.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
menggunakan studi literatur dari beberapa sumber yang berkaitan dengan
permasalahan tersebut.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pemberian Obat
1. Definisi Obat
Obat yaitu zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi pada
organ tubuh manusia (Batubara, 2008). Definisi lain menjelaskan obat
merupakan sejenis subtansi yang digunakan dalam proses diagnosis,
pengobatan, penyembuhan dan perbaikan maupun pencegahan terhadap
gangguan kesehatan tubuh. Obat adalah sejenis terapi primer yang memiliki
hubungan erat dengan proses penyembuhan sebuah penyakit (Potter &
Perry, 2009).
Jadi definisi obat merupakan sebuah terapi primer tersusun atas
substansi zat kimia yan digunakan dalam proses diagnosis, penyembuhan
atau perbaikan dan pencegahan terhadap proses penyakit serta berpengaruh
terhadap organ tubuh secara biologis.
2. Ibuprofen
Obat-obatan yang bisa dikonsumsi ibu menyusui dan ibu hamil
memang terbatas. Namun, ketika demam, radang, dan nyeri menyerang dan
rasanya tidak tertahankan, konsumsi ibuprofen untuk ibu menyusui
tergolong aman dilakukan. Penggunaan ibuprofen aman untuk ibu menyusui
asalkan Anda tidak sedang sakit maag atau menderita asma. Konsumsi
ibuprofen untuk ibu menyusui saat maag atau menderita asma dapat
memperburuk kedua kondisi ini.
Ibuprofen adalah golongan obat antiinflamasi nonsteroid atau
OAINS. Umumnya, obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter ini
digunakan untuk mengurangi demam dan nyeri ringan hingga berat. Pada
sebagian orang, ibuprofen menjadi pilihan untuk mengatasi sakit gigi, sakit
kepala, demam, flu, pilek, hingga radang sendi. Ibuprofen sendiri sudah
masuk dalam daftar obat-obatan American Academy of Pediatrics yang
aman digunakan oleh ibu menyusui.
Selain itu, sebuah studi yang diterbitkan pada NIH menyebutkan
bahwa kemungkinan efek samping ibuprofen untuk ibu menyusui sangat
sedikit dirasakan oleh bayi. Pasalnya, jenis obat ini hanya masuk ke dalam
air susu ibu (ASI) dalam jumlah yang relatif sedikit.
Biasanya dosis ibuprofen untuk menyusui yang obatnya dibeli bebas
di apotek adalah sebanyak 200 mg per tablet. Anda bisa meminumnya
maksimal 2 tablet 200 mg setiap 4-6 jam. Apabila Anda meminum 2 tablet
ibuprofen dalam satu waktu, sebaiknya harus ada jeda selama 6 jam untuk
kembali mengonsumsinya. Batas maksimum konsumsi ibuprofen untuk
orang dewasa adalah 1200 mg dalam 24 jam. Ini artinya, Anda tidak boleh
mengonsumsinya lebih dari 6 tablet 200 mg dalam sehari. Membatasi dosis
ibuprofen hingga 1200 mg dalam sehari dapat melepaskan ibuprofen kurang
dari 1 mg ke dalam ASI. Ini berarti tidak dapat menimbulkan efek samping
yang membahayakan pada bayi.
Jumlah dosis ibuprofen ini tergantung pada anjuran dokter. Obat
ibuprofen yang diresepkan oleh dokter kemungkinan besar mengandung 200
mg hingga 800 mg. Namun, biasanya batas maksimal ibuprofen yang aman
untuk ibu menyusui dari resep dokter adalah 3200 mg per hari. Dosis
maksimum tersebut setara dengan 4 tablet 800 mg dalam sehari. Umumnya,
dokter tidak meresepkan ibuprofen untuk busui dengan dosis yang tinggi
dan tetap menggunakan dosis maksimum 1600-2400 mg dalam sehari. Jika
kondisi yang Anda alami tak kunjung membaik setelah mengonsumsi
ibuprofen sesuai dosis yang diresepkan oleh dokter, sebaiknya konsultasikan
dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
3. Asam Mefenamat
Asam mefenamat aman digunakan pada ibu menyusui karena secara
teoritis tidak menunjukkan adanya kontraindikasi saat digunakan. Menurut
American Academy of Pediatrics (AAP) 2001, asam mefenamat tergolong
aman digunakan pada responden tanpa menunjukkan tanda atau gejala yang
dilaporkan pada bayi dan efek saat menyusui. Hal ini serupa dengan Chaves
(2004) bahwa asam mefenamat merupakan obat yang biasanya aman
digunakan saat menyusui. dosis asam mefenamat 500 mg efektif untuk
pengobatan nyeri sedang hingga berat.
Asam mefenamat dipilih karena selain sebagai analgesik juga
mempunyai kemampuan sebagai antiradang (Katzung, 2014). Respon
peradangan digunakan untuk memastikan penyembuhan luka
perineum, sehingga mencegah masuknya mikroorganisme penyebab
infeksi (Rukiyah et al., 2010). Banyak yang menyarankan ibu menyusui
untuk tidak mengonsumsi asam mefenamat karena ada kekhawatiran
sejumlah asam mefenamat masuk ke dalam air susu ibu (ASI) sehingga
membawa efek samping pada bayi.
Namun, kekhawatiran ini perlu ditelaah kembali. Pasalnya, ada
pendapat lain yang menerangkan bahwa konsumsi asam mefenamat saat
menyusui masih tergolong aman jika sesuai aturan dan saran dari dokter.
Selain itu, sejumlah penelitian menemukan bahwa obat ini memiliki risiko
yang kecil terhadap bayi. Pemberian asam mefenamat untuk ibu menyusui
memang mampu membantu meredakan rasa sakit, nyeri, dan peradangan
yang mereka alami. Namun, perlu dipertimbangkan pula efek sampingnya.
Jadi, sebaiknya konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu agar keamanan
ibu menyusui tetap terjaga dosis asam mefenamat 500 mg efektif untuk
pengobatan nyeri sedang hingga berat.
Asam mefenamat adalah salah satu jenis obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAIDs). Obat ini berfungsi meredakan rasa sakit tingkat
ringan hingga menengah, serta mengurangi peradangan (ISO, 2013).
Sebagai analgetik, obat ini adalah satu-satunya yang mempunyai kerja yang
baik pada pusat sakit dan saraf perifer. Asam mefenamat cepat diserap dan
konsentrasi puncak dalam darah dicapai dalam 2 jam setelah pemberian, dan
diekskresikan melalui urin.
Indikasi: untuk mengatasi rasa sakit dan nyeri yang ditimbulkan dari
rematik akut dan kronis, luka pada jaringan lunak, nyeri setelah melahirkan,
nyeri setelah operasi, pegal pada otot dan sendi, dismonore, sakit kepala,
sakit gigi (ISO, 2013) dengan aturan pemberian sebagai berikut : 1) Dosis :
Dosis awal 500 mg, kemudian 500 mg setiap 8 jam. Sebaiknya pemakaian
obat diberikan sewaktu makan dan tidak lebih dari 7 hari karena dapat
menghambat produksi ASI pada ibu nifas dan terekresikan dalam air susu.
Kontraindikasi : Sensitifitas terhadap asam mefenamat dapat
menyebabkan radang atau tukak pada saluran pencernaan.
Efek samping : Dapat mengiritasi sistem pencernaan dan
mengakibatkan konstipasi atau diare.
4. Natrium Diklopenak
Natrium diklofenak juga menekan fungsi sumsum tulang yang
berperan dalam proses pembuatan darah (Psaty dan Furberg, 2005).
Penurunan angka hemoglobin dan leukosit secara signifikan pada kelompok
diklofenak menunjukan efek penekanan pada sumsum tulang, sedangkan
pada angka trombosit terjadi kenaikan yang tidak bermakna. Pemberian
kasul uji menyebabkan penurunan angka hemoglobin, menaikkan angka
leukosit dan menurunkan angka trombosit secara tidak bermakna. Nilai
hemoglobin dalam darah sangat menentukan fungsinya sebagai pembawa
oksigen dalam jumlah cukup ke jaringan perifer (Bakta, 2009)
Pemberian diklofenak menurunkan angka leukosit secara signifikan
Diklofenak merupakan anti inflamasi non steroid yang menghambat
prostaglandin sehingga dapat menurunkan angka leukosit. Pemberian kapsul
uji menaikkan angka leukosit secara tidak signifikan.
menurut Derry et al. (2015), dosis kalium diklofenak yang baik
untuk mengatasi nyeri yaitu 50 mg.
Tetapi obat ini memiliki waktu paruh yang pendek dan pembentukan
metabolit glukuronida yang sedikit. Kebanyakan pengulas menganggap
diklofenak dapat diterima selama menyusui. Agen lain yang memiliki lebih
banyak informasi yang dipublikasikan mungkin lebih disukai, terutama saat
menyusui bayi baru lahir atau bayi prematur.
Penggunaan gel topikal atau obat tetes mata diklofenak oleh ibu
diperkirakan tidak menimbulkan efek buruk pada bayi yang disusui. Untuk
mengurangi secara signifikan jumlah obat yang masuk ke dalam ASI setelah
menggunakan obat tetes mata, berikan tekanan pada saluran air mata di
sudut mata selama 1 menit atau lebih, kemudian hilangkan kelebihan larutan
dengan jaringan penyerap.
Diklofenak tidak terdeteksi (<100 mcg/L) dalam ASI selama periode
6 jam setelah injeksi intramuskular 50 mg pada 6 wanita. Enam ibu diberi
diklofenak oral 100 mg setiap hari secara oral selama satu minggu
pascapersalinan. Obat tersebut tidak terdeteksi (<10 mcg/L) dalam susu dari
59 sampel susu yang dikumpulkan (waktu pengumpulan tidak
ditentukan).Seorang wanita yang diobati dengan diklofenak 150 mg setiap
hari memiliki tingkat diklofenak ASI sebesar 100 mcg/L, setara dengan
sekitar 0,03 mg/kg setiap hari untuk bayi.
Dalam sebuah penelitian, 30 ibu yang menjalani operasi caesar
elektif diizinkan untuk menggunakan supositoria diklofenak 25 mg bersama
dengan anestesi tulang belakang atau tulang belakang dan epidural dengan
anestesi lokal setelah melahirkan. Kelompok anestesi tulang belakang
menggunakan rata-rata 56 mg diklofenak pada hari persalinan dan 33 mg
pada hari berikutnya sedangkan wanita yang menerima anestesi tulang
belakang dan epidural menggunakan 21 dan 18 mg. Tidak disebutkan
dampak buruknya pada bayi yang disusui.
Seorang bayi yang disusui mengalami urtikaria pada hari ke 15
kehidupannya. Ibunya telah mengonsumsi diklofenak (dosis tidak
ditentukan) untuk mengatasi nyeri sejak melahirkan melalui operasi
caesar. Diklofenak kemungkinan merupakan penyebab urtikaria; namun,
bayi tersebut juga telah menerima vaksinasi hepatitis B 7 hari sebelumnya
dan penulis berpendapat bahwa kemungkinan besar hal tersebut adalah
penyebab reaksi tersebut.
2. ANTIBIOTIK
1. Pengertian Obat Antibiotika
Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi,
yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain.
Antibiotika (latin : anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang
dihasilkan miro organisme hidup tertuam fungi dan bakteri ranah. Yang
memiliki khasiat mematikan atau mengahambat pertumbuhan banyak
bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia
relative kecil.
E. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotik dengan spectrum luas,
namun bersifat toksik. Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi
berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis dan
abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya,
obat ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
F. Makrolid
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama
dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternative
penisilin.
G. Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (=
kolistin), basi-trasin dan gramisidin, dan berciri struktur polipeptida
siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan dengan
antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika
ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif
terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan
gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
H. Golongan antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetka ini aktif te rhadap
kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC
dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol
dan lain-lain.
4. Indikasi/Kontraindikasi
a. Penisilin
1) Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
- Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
- Kontraindikasi : hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.
2) Penisilin tahan penisilinase
- Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi
pensilinase.
- Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
3) Penisilin spectrum luas
- Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
- Kontraindikasi : hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.
4) Penisilin anti pseudomona
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.
b. Sefalosforin
1) Sefadroksil
- Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
- Kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
2) Sefrozil
- Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis
media.
3) Sefotakzim
- Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus,
meningitis.
4) Sefuroksim
- Indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H.
influenzae dan N gonorrhoeae.
5) Sefamandol
- Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.
6) Sefpodoksim
- Indikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan
tonsillitis, hanya yang kambuhan, infeksi kronis atau resisten
terhadap antbiotika lain.
c. Tetrasklin
1) Tetrasklin
- Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan
diatas) klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena
keganasan atau sirosis, akne vulganis.
2) Demeklosiklin Hidroklorida
- Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone
antidiuretik
- kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering
terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
3) Doksisiklin
- Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis
kronis, pretatitis kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)
4) Oksitetrasiklin
- Indikasi: peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin;
hindari pada porfiria.
d. Aminoglikosida
1) Amikasin
- Indikasi: infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
2) Gentamisin
- Indikasi: septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi
SSP lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis
karena Str viridans. Atau str farcalis (bersama penisilin, pneumonia
nosokomial, terapi tambahan pad meningitis karena listeria.
e. Kloramfenikol
- Indikasi: Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat
haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses otak,
bakteremia dan infeksi berat.
- Kontraindikasi: wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria.
f. Makrolid
Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit
gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
6. Efek Samping
a. Penisilin
Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
b. Sefalosforin Efek samping: diare dan colitis yang disebabkan oleh
antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak
pada saluran cerna sakit kepala, Dll.
c. Tetrasklin
Efek samping: Mual, muntah, diare, eritema (hentikan pengobatan),
sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat merupakan petunjuk
peningkatan intrakranial, hepatotoksisitas, pankreatitis dan kolitis.
d. Aminoglikosida
Efek samping: nefrotoksisitas yang biasanya terjadi pada orang tua atau
pasien gangguan fungsi ginjal. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal maka
interval pemberian harus diperpanjang.
e. Kloramfenikol
Efek samping: kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti
anemia anemia aplastik (dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis
perifer, neuritis optic, eritem multiforme, mual, muntah, diare,
stomatitis, glositits, hemoglobinuria nocturnal.
f. Makrolid
Efek samping: Mual, muntah, dan diare.Untuk infeksi ringan efek
samping ini dapat dihindarkan dengan pemberian dosis rendah.