Dasar Kebidanan
PENYUSUSUN
Lely agustina sinaga (p07524415019)
Sugiharti br ginting (p07524415 037)
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES RI
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
MODUL 1
KETERAMPILAN DASAR PRINSIP KEBIDANAN
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Tujuan, dan Petujuk Belajar
DESKRIPSI SINGKAT
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
RELEVANSI
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETUJUK BELAJAR
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Kegiatan Belajar 1
PENGANTAR
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
tentang efek dari obat yang diharapkan sehingga mampu mengevaluasi efek
pengobatan.
alergi dan shock bahkan kematian oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan
INDIKATOR PEMBELAJARAN
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
URAIAN MATERI
ORAL,
SUBLINGUAL
Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara di
antiaranya: oral, parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung,
dengan menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat nama pasien, tepat
nama obat, tepat dosis obat, tepat cara pemberian dan tepat waktu
pemberian.
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat
waktu dan tepat tempat.
4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol,
maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan
ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa
kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk
dan campur dengan minuman.
Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap
obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
6. Cuci tangan.
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai
karena merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi
pasien. Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet,
sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral
dapat disertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain (Gbr. 40-
2).
Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat
sehingga cara ini tidak dapat dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikan
per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum
diabsorbsi dan efek puncaknya dicapai setelah 1 sampai 1 jam. Rasa dan bau
obat yang tidak enak sering menganggu pasien. Cara per oral tidak dapat dipakai
pada pasien yang mengalami mual- mual, muntah, semi koma, pasien yang akan
menjalani pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai
gangguan menelan.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan
menyebabkan muntah (missal garam besi dan salisilat). Untuk mencegah hal ini,
obat dipersiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana
asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus.
Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh dibuka, obat tidak
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
boleh dikunyah dan pasien diberi tahu untuk tidak minum antacid atau susu
sekurang- kurangnya satu jam setelah minum obat.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus
dilakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau
rasanya tidak enak. Pasien dapat diberi minuman sirup pasien (es) sebelum
minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat diberi minum, pencuci
mulut atau kembang gula.
Persiapan obat per oral dan cara lainnya merupakan hal yang penting. A,
Kartu pesanan obat harus diperiksa secara hati- hati tentang pesanan obatnya.
Sebelum mengambil/ mengeluarkan obat, perawat harus mencocokkan kartu
pesanan obat dengan label pada botol kemasan obat. Setiap label harus dibaca
tiga kali untuk menyakinkan obat yang diberi (1) Pada saat botol obat diambil dari
almari, (2) Pada saat mencocokkan dengan kartu pesanan obat, (3) Pada saat
dikembalikan. B, Obat dalam bentuk cair dituangkan menjauhi sisi label, sejajar
dengan mata pada permukaan yang datar. Sebelum mengembalikan obat ke
dalam almari atau lemari es, perawat harus mengusap bibir botol sehingga obat
tidak lengket atau merusak label. C, Tablet dan kapsul dikeluarkan dari botolnya
pada tutupnya kemudian pada mangkok yang dialasi kertas untuk diberikan pada
pasien. Kapsul dan tablet tidak boleh dipegang. (Diadaptasikan dari :Pagliaro,
1986, Pharmacologic Aspects of Nursing, The CV Mosby co, St Louis).
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien berapa butir es batu untuk
diisap sebelumnya, atau berikan obat dengan menggunakan lumatan apael atau
pisang.
Tetap bersama pasien sampai obat ditelan.
7. Catat tindakkan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat yang diberikan,
setiap keluhan dan hasil pengkajian pada pasien. Bila obat tidak dapat masuk,
catat secara jelas dan tulis tanda tangan anda dengan jelas.
8. Kemudian semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar kemudian cuci
tangan.
9. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien kurang lebih 30 menit sewaktu
pemberian.
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
PARENTERAL
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Vial dibuka dengan cara membuka logam tipis penyegel bagian atas vial
sehingga bagian karet akan kelihatan. Cairan obat diambil dengan cara
menusuk jarum spuit pada karet penutup vial. Untuk lebih jelasnya bacalah
cara kerja menyiapkan obat dari ampul dan vial.
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
putar- putar vial sampai obat menjadi larutan. Bila obat merupakan
multidosis, beri label pada vial tersebut tentang tanggal dicampur,
banyaknya obat dalam vial dan tanda tangan anda. Bila perlu
disimpan, baca cara penyimpanannya sesuai yang dianjurkan oleh
pabrik farmasi.
d. Bila obat perlu dicampur dari beberapa vial misalnya dua vial, maka
perawat harus berupaya mencegah tercampurnya obat pada kedua
vial tersebut. Cara mencampur obat dari dua vial adalah : masukkan
udara secukupnya pada vial A dan jaga jarum tidak menyentuh
cairan. Lalu cabut jarum kemudian hisap udara secukupnya lalu
masukkan pada vial B. Hisap cairan obat B sesuai yang diperlukan
kemudian cabut spuit tersebut. Ganti jarum kemudian tusukkan pada
vial A dan hisap cairan obat dari vial A sesuai yang diperlukan
berikutnya cabut spuit dari vial A.
Melalui supositoria
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
Organ-organ yang dapat diberi obat suppositoria adalah rectum dan vagina.
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada
daerah feses dan merangsang buang air besar.
Persiapan Alat
a. Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
b. Aplikator untuk krim vagina
c. Pelumas untuk supositoria
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Pembalut
f. Handuk bersih
g. Gorden / sampiran
Fase Kerja
1. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3. Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.
4. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.
5. Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu,
jumlah dan dosis obat.
6. Siapkan klien
Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas fleksi ke
depan
Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja
7. Kenakan sarung tangan
8. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatan
dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dan tangan
dominan anda.
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
9. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk
merelaksasikan sfingterani. Mendorong supositoria melalui spinter yang
kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
10. Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk yang
tersarungi, masukan supusitoria ke dalam anus melalui sfingterani dan
mengenai dinding rektal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan
anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada
kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik
11. Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.
12. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
untuk mencegah keluarnya suppositoria
13. Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan tombol
pemanggil dalam jangkauan klien agar klien dapat mencari bantuan untuk
mengambil pispot atau ke kamar mandi
14. Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
15. Cuci tangan
16. Kaji respon klien
17. Dokumentasikan seluruh tindakan.
IM
Pemberian obat intramskular dilakukan dengan cara memasukan obat
kedalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan adalah pada daerah paha (vastus
lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi
tengkurap), atau lengan atas (deltoid). Tujuan pemberian obat dengan cara
ini adalah agar absorpsi obat lebih cepat.
Persiapa alat dan bahan :
a. Daftar buku obat / catat, jadwal pemberian obat
b. Obat dalam tempatnaya
c. Spuit dan jarum sesuai dengan ukurannya : untuk orang dewasa, panjang
nya 2,5-3,7 cm; sedangkan untuk anak , panjangnya 1,25-2,5 cm
d. Kapas alcohol dalam tempatnya
e. Cairan pelarut
f. Bak injeksi
g. Bengkok
Perosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis. Setelah
itu letakkan pada bak injeksi
4. periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
5. Disinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
penyuntikan
6. Dilakukan penyuntikan
7. Lakukan penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus
8. Setelah jarum masuk , lakukan aspirasi spuit.bila tidak ada darah,
semperotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
9. Setelah selesai, ambil spuit dengan menariknya, tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alcohol, kemudian letekkan spuit yang telah digunakan pada
bengkok
10. Catat reaksi pemberian , jumlah dosis obat, dan waktu pemberian
11. Cuci tangan
IV
Memberikan obat secara langsung, diantaranya vena mediana cubitus /
cephalika (daerah lengan), vena frontalis / temporalis di daerah frontalis dan
temporal dari kepala. Tujuanya agar reaksi berlangsung cepat dan langsung
masuk pada pembuluh darah.
Alat dan Bahan
a. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
b. Obat dalam tempatnya
c. Selang intravena
d. Kapas alcohol
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukan ke dalam spuit
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5. Lakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga menembus
bagian tengah dan masukan obat perlahan lahan ke dalam selang intravena
7. Setelah selesai tarik spuit
8. Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat
9. Cuci tangan
10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya
IC
Memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan kulit dilakukan
sebagai tes reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan .
pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis
atau epidermis secara umum, dilakukan pada daaerah lengan , tangan bagian
venteral.
Persiapan alat dan bahan :
a. Daftar buku obat /catatan, jadwal pemberian obat.
b. Obat dalam tempatnya.
c. Spuit 1cc /spuit insulin
d. Kapas alkhol dalam tempatnya.
e. Cairan pelarut
f. Bak seteril dilapisi kas steril
g. Bengkok
h. Perlak dan alasanya
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Melalui sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah.• Tujuannya
adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah
di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.• Kelebihan dari cara pemberian
obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan
kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati
dapat dihindari.
Persiapan Alat :
a. Obat yang telah ditentukan dalam tempatnya.
Cara kerja
1. Beri obat kepada pasien
2. Beritahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah hingga larut
seluruhnya.
3. Anjurkan pasien agar tetap menutup mulutnya, tidak minum dan tidak
berbicara selama obat belum larut seluruhnya.
Melalui mata
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau salep mata
digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan
mendilatasi pupil, pengukuran refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa,
serta penghilangan iritasi mata.
Persiapan alat dan bahan:
b. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
c. Pipet
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
i. Balutan
j. Sarung tangan
k. Air hangat / kapas pelembat.
Prosedur keja:
1. Cuci tangan
2. Jelskan pada pasien, mengenai prosedur yang dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di
samping kanan
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembat dari sudut
mata k arahhidung apabila sangat kotor, basuh dengan air hangat.
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu
jari,jari telunjuk di atas tulang orbita.
7. Teteskan obat mata di atas sakus konjugtiva. Setelah tetesan selesai sesuai
dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan-lahan,
apabila menggunakan obat tetes mata.
8. Apabila obat mata jenis salep pengang aflikator salep di atas pinggir
kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat
pada kelopak mata bawah.setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke
bawah , secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian
atas.biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak
mata
9. Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10. Cuci tangan
11. Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian .
Melalui telinga
Memberiakan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes pada telinga
atau salep. Pada umumnya, obat tetes telinga yang dapat berupa obat
antibiotik diberiakan pada gangauan infeksi telinga. Khususnya otitis media
pada telinga tengah.
Persiapan alat dan bahan :
a. Obat dalam tempatnya
b. Penetes
c. Spekulum telinga
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien , mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan
daerah yang akan diobati , usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4. Lurusakan lubang telinga denger menarik daun telinga ke atas atau ke
belekang pada orng dewasa dan k bawah pada anak
5. Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan
sesuai dosisi pada dinding saluaran untuk mencegah terhalang oleh
gelembung udara
6. Aoabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukkan atau oleskan
salep pada liang telinga
7. Pertahankan posisi kepala 2-3m
8. Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu
9. Cuci tangan
10. Catat jumalah, tanggal,dan dosis pemberian.
Melalui hidung
Pemberian obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan
keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Persiapan alat dan bahan
a. Obat dalam tempatnya
b. Pipet
c. Spekulum hidung
d. Pinset anatomi pada tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan cara :
4. Berikan tetesan obat sesuai dengan dosis pada tiap lubang hidung
5. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 m
6. Cuci tangan
7. Catat cara tanggal, dan dosis pemberian obat
Melalui Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan cara
meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi
Prosedur kerja
Secara umum persiapan dan langkah pemberian sama dengan pemberian
obat secara oral. Yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberikan
penjelasan untuk meletakkan obat diantara gusi dan selaput mukosa pipi
sampai habis diabsorbsi seluruhnya.
Melalui topical
Pemberian obat dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau
membran mukosa, dapat pula dilakukan melalui lubang yang terdapat pada
tubuh (anus).
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topical pada kulit adalah
obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep.
INHALASI
- INHALASI adalah cara pemberian obat dengan cara disemprotkan kedalam mulut.
Kelebihannya adalah absorbsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat terkontrol.
Untuk obat yang diberikan dengan cara ini obat yang dalam keadaan gas atau uap yang
akan diabsorbsi akan sangat cepat bergerak melalui alveoli paru-paru serta membran
mukosa pada saluran pernapasan.
Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk segera bekerja.
Dengan demikian, efek samping dapat dikurangi dan jumlah obat yang perlu diberikan
adalah lebih sedikit dibanding cara pemberian lainnya. Sayangnya pada cara
pemberian ini diperlukan alat dan metoda khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar
mengatur dosis, dan sering obatnya mengiritasi epitel paru.
Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya terjadi secara
cepat dibanding cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat
pada keadaan serangan yang membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari
efek samping sistemik yang ditimbulkannya. Seperti untuk mengatasi bronkospasme,
meng-encerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti bronkus, serta mengatasi infeksi.
Penggunaannya terbatas hanya untuk obat-obat yang berbentuk gas atau cairan yang
mudah menguap dan obat lain yang berbentuk aerosol. Kontra indikasi mutlak pada
terapi inhalasi tidak ada. Kontra indikasi relatif pada pasien dengan alergi terhadap
bahan atau obat yang digunakan
Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu (1) inhaler dosis terukur (MDI, metered
dose inhaler), (2) penguapan (gas powered hand held nebulizer), (3) inhalasi dengan
intermitten positive pressure breathing (IPPB), serta (4) pemberian melalui intubasi
pada pasien yang menggunakan ventilator.
Setelah penggunaan inhaler, basuh dan kumur dengan menggunakan air. Ini untuk
mengurangi/menghilangkan obat yang tertinggal di dalam rongga mulut dan
tenggorokan, juga untuk mencegah timbulnya penyakit di mulut akibat efek obat (terutama
kortikosteroid). Berhasil atau tidaknya pengobatan aerosol ini tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
ukuran partikel, gaya gravitasi, inersia partikel, aktivitas kinetik, sifat alamiah partikel, dan sifat dari
pernapasan pasien.
Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya adalah beta 2 simpatomimetik,
4 kortikosteroid, antikolinergik, dan antihistamin. Bahaya iritasi saluran napas dan terjadinya
bronkospasme serta reaksi hipersensitivitas (obat atau vehikulum) dapat terjadi pada penggu
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Minggu ke-16 / Panjang janin 10-17 cm. Berat janin 100 gram. Tinggi
bulan ke 4 rahim setengah atas simpisis – pubis. System
musculoskeletal matang, system saraf mulai terkontrol,
pembuluh darah berkembang cepat, denyut jantung
janin terdengar lewat Doppler, pancreas memproduksi
Minggu ke-20 / Panjang
insulin.janin 18-27 janin
Tangan cm. Berat
dapatjanin 300 gram. Tinggi
menggenggam. Kaki
bulan ke 5 rahim setinggi pusat.
menendang Verniks
aktif.. melindungi
Kelamin luar tubuh,
sudahlanugol
dapat
menutupi
ditentukantubuh, dan menjaga minyak pada kulit.
jenisnya.
Terbentuk alis, bulu mata, dan rambut. Janin membuat
jadwal teratur tidur, menelan dan menendang.
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Minggu ke-28 /
bulan ke 7
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Minggu ke-40 /
Bulan ke-10
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Sirkulasi
Struktur temporer sirkulasi janin harus menutup agar terjadi sirkulasi Yang efektif bagi
kehidupan bayi di luar rahim. Penutupan struktur tersebut bergantung pada onset
respirasi.
kanan dan meningkatkan tekanan pada sisi yang kiri. Sekarang tekanan dalam jantung
sudah sama besarnya sehingga foramen relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat
4
tersebut ketika janin bergerak-gerak.
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
SIRKULASI JANIN
LATIHAN
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
RANGKUMAN
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
KONSEP DASAR
KEHAMILAN
PENYUSUSUN
Andita sahasrani (p07524414003)
Annisa al faiq agma(p07524414004)
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES RI
T.A. 2014/2015
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Kegiatan Belajar 2
G
R
A
N
A
N
E
P
T
Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada
seorang wanita di mana dalam masa kehamilan terjadi perubahan fisiologi
yang meliputi perubahan fisik, psikologis dan social. Mulai dari ovulasi
sampai partus. Lamanya sekitar 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari
300 hari (43 minggu). Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal
dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir
namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menentukan
kehamilan yang sudah lanjut memang tidak sukar, tetapi menentukan
kehamilan awal sering kali tidaklah mudah terutama bila ibu mengeluh
terlambat haid beberapa bulan saja. Secara klinis tanda – tanda kehamilan
dapat dibagi menjadi tiga yaitu tanda pasti kehamilan, tanda kemungkinan
hamil dan tanda pasti kehamilan.
Pelayanan asuhan antenatal merupakan cara penting untuk
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu
dengan kehamilan normal. Ibu hamil dianjurkan mengunjungi dokter atau
bidan sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan atau asuhan antenatal.
INDIKATOR PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu maguraikan defenisi kehamilan
2. Mahasiswa mampu mendeteksi tanda-tanda kehamilan
3. Mahasiswa mampu mendeteksi tanda pasti hamil
4. Mahasiswa mampu mendeteksi tanda kemungkinan hamil
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
URAIAN MATERI
Definisi Kehamilan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Tanda Kehamilan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
LATIHAN
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
RANGKUMAN
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
KONSEP DASAR
KEHAMILAN
PENYUSUSUN
Arni anjuita (p07524414003)
Asnita vera sianturi(p07524414004)
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES RI
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
T.A. 2014/2015
Kegiatan Belajar 3
PENGANTAR
Seberapapun majunya ilmu kedokteran, jika berhubungan dengan
diagnosis kehamilan, kadang-kadang kalah dengan instuisi wanita. Akurasi
berbagai tes kehamilan juga bervariasi dan banyak yang tidak mengindikasi
kehamilan secepat instuiti, sebagian wanita yang “merasa” mereka sedang
hamil-yang kadang muncul setelah beberapa hari pembuahan.
Ada beberapa cara untuk mendiagnosis kehamilan yaitu dengan
meliah tanda-tanda kehamilan dan lainnya.
INDIKATOR PEMBELAJARAN
1. Menetapkan diagnose kehamilan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
URAIAN MATERI
MENDIAGNOSA KEHAMILAN
GRAVIDA
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
2. Multigravida
Multigravida adalah wanita yang sudah beberapa kali hamil.
Pada multigravida dilakukan pernyataan tentang persalinan
yang lampau, sebagai gambaran kerjasama antara, 3P yaitu :
power (kekuatan HIS dan mengejan)
passenger (besar dan beratnya janin dan plasenta)
passage (jalan lahir tulang dan lunak).
Primigravida Multigravida
1. buah dada tegang 1. lembek menggantung
2. putting susu runcing 2. putting susu tumpul
3. perut menonjol dan edepan 3. perut lembek dan tergantun
4. striae lividae 4. striae lifidae dan strie
5. perineum utuh aldicans
6. vulva tertutup 5. perineum berparut
hymen perforates: 6. vulva menganga
1. vagina sempit dan teraba 7. carunculae myrtiformis
rugae 8. vagin longgar, selaput lender
2. portio runcing, ost.ext. licin
tertutup 9. portio tumpul dan terbagi
dalam bibir depan dan bibir
belakang
USIA KEHAMILAN
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Contoh;
1. Jika HPHT adalah 16 Nov 2008 maka:
16-11-08
+ - +
7 3 1
23 – 8-09 ( ini tanggal HPL/TP)
Jadi taksiran waktu kelahiran adalah 23 Agustus 2009,
sedangkan untuk usia kehamilan tinggal menghitungnya
setiap tanggal 23, jadi pada saat 23 Desember berarti usia
kehamilan menginjak 1 bulan, 23 Januari usia kehamilan 2
bulan.
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
LEOPOLD
Palpasi Leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu
bayi untuk menetukan posisi dan letak janin engan menggunakan
palpasi abdomen, palpasi leopld terdiri dari 4 langkah yaitu:
1. LEOPOLD 1
Bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain
yang terdapat pada bagian fundus uteri.
2. LEOPOLD II
Bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian kecil janin
di sepanjang sisi maternal
3. LEOPOLD III
Bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari janin dan
sudah masuk bagian pintu panggul.
4. LEOPOLD IV
Bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada
pemeriksaan Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana
bagian presentasi sudh masuk pintu atas panggul, memberikan
onformasi tentang bagian preentasi :
Bokong (kepala)
Sikap/attitude (fleksi/ekstensi)
Station (penurunan bagian presentasi)
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
USG (Ultrasonografi)
Selain dengan kemajuan teknologi,
ultrasonografi(USG) usia kehamilan dapat di tentukan
dengan lebih tepat. Sehingga doketer seyogyanya selalu
mentukan usia kehamilan menurut rumus dari hasil
pemeriksaan USG.
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
LATIHAN
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
RANGKUMAN
Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak dibawah (di
atas symfisis) sementara tangan lainnya menahan fundus untuk
difiksasi
d. Leopold IV
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
Kedua tangan menekan bagian bawah uterus dari kiri kanan jari ke
arah kaki pasien, untuk informasi bagian terbawah janin dan menetukan
apakah bagian tersebut sudah masuk/ melewati pintu panggul.
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
TES
FORMATIF
Kasus I
Ny. Edi datang ke BPS ingin memeriksakan diri untuk yang
pertamakalinya karena selama 6 bulan tidak haid. Ny. Edi juga
mengeluh sering sakit punggung bagian atas dan bawah. Dari hasil
pemeriksaan diperoleh data : perut membesar, teraba gerakan janin, pada
auskultasi terdengar denyut jantung janin diperut ibu bagian kiri.
SOAL
1. Tinggi fundus uteri yang diharapkan pada Ny. Edi sesuai usia
kehamilannya adalah…
a. Pertangahan simphisis pusat
b. 3 jari di bawah pusat
c. Setinggi pusat
d. 3 jari di atas pusat
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
KASUS II
Ny. Z datang memeriksakan kehamilannya diantar suaminya tanggal 26
November 2011. Kehamilan ini adalah yang pertama, belum pernah
abortus. HPHT 14 Mei 2011. Ny. Z mengeluh mengalami rasa nyeri dan
pegal pada daerah lipat paha akhir-akhir ini. Hasil palpasi leopold I
didapatkan fundus uteri teraba satu bagian keras, bulat, melenting;
leopold II perut sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil terputus-putus;
sebelah kanan teraba bagian keras, memanjang seperti papan dan
tahanan leopold III teraba satu bagian lunak, kurang bulat masih dapat
digoyangkan. DJJ: 136 x/menit teratur, PM tunggal disebelah kanan
bawah pusat.
SOAL
6. Berdasarkan usia kehamilan Ny. Z tinggi fundus uterus
adalah…
a. Setinggi pusat
b. 3 jari di bawah px
c. 2 jari bawah pusat
d. 2 jari diatas pusat
e. Pertengahan pusat-Px
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
A. Mual muntah
B. Nyeri epigastrium
C. Eklamsia
D. Sakit kepala dan mata rabun
E. Pusing dan mata berkunang-kunang
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
C. Pemeriksaan USG
D. Pemeriksaan protein urine
E. Pemeriksaan glukosa urine
KASUS III
NY. F umur 25 tahun hamil ke 2 datang ke BPM dengan
keluhan anorea 3 bulan, Ny.F merasa sering mual kadang-
kadang muntah. Hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri 3 jari
dibawah pusat tidak teraba balotemen, hasil pemeriksaan PPF
darah kecoklatan.
SOAL
21. Tujuan utama dari palpasi abdomen adalah
a. Menetukan umur kehamilan
b. Menetukan fundus uteri
c. Menganalisis taksiran berat janin
d. Memastikan bagian-bagian janin
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
KASUS IV
Ny. K umur 23 tahun G1P0A0, pada tanggal 28 Maret 2011
datang kebidan dan mengeluh lemas, mual, muntah, serta
sering kencing. Menstruasi terakhir tanggal 29 Desember
2010
SOAL
23. Berdasarkan data diatas maka usia kehamilan Ny. K adalah
a. 8 minggu
b. 10 minggu
c. 12 minggu
d. 14 minggu
e. 16 minggu
KASUS V
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
SOAL
25. Usia kehamilan pada Ny.L adalah..
a. 12 minggu
b. 16 minggu
c. 20 minggu
d. 24 minggu
e. 26 minggu
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
KASUS VI
Ny. S umur 22 tahun tanggal 10 Februari 2012 datang ke
RB Mulia untuk memeriksakan kehamilannya, HPHT 25
November 2011 menyatakan hamil pertama kali dan
mengeluh payudara membesar terasa penuh, tegang, dan
sensitive bila di sentuh
SOAL
28. Umur kehamilan pada Ny. S adalah
a. 8 minggu
b. 9 minggu
c. 10 minggu
d. 11 inggu
e. 12 minggu
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
23. C
24. D
25. D
26. B
27. A
28. D
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
GLOSARIUM
A K
Amenorrhoe konsepsi
B M
blastosit Menopause
blastula Multigravida
D Morning sickness
ductus arteriosus botalli, O
ductus venosus arantii ovum pick up mechanism
E
Embrio P
F Primigravida
Foramen ovale, prosessus xifodeus
folikel de graaf pulmonary capillarybed
G
Gravida T
H Triplet
hiperemesis gravidarum
hipertrofi papilla ginggivae U
I ultrasonografi (USG)
implantasi
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
DAFTAR
PUSTAKA
Ai Yeyeh Rukiyah S.Si.T, MKM, dkk.2013.Asuhan Kebidanan
1.Jakarta:TIM.
Dr. Sofian, Amru Sp.OG(k).onk.MWALS.2013.Sinopsis
Obstetri.Jakarta:EGC.
Dwi Mira W., S.Si.T. 2010. Buku Ajar Biologi Reproduksi.
Jakarta:EGC.
Marimbi, Hanum. 2011. Biologi Reproduksi. Yogyakarta:Nuha
Medika.
Sapartiah, Titik, S.SiT., S.Kep., M.Kes. dan Ida Aryanti, S.SiT.,
M.Kes. 2012. Kumpulan Soal Pengetahuan Dalam Ujian Metode
OSCA. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP
Yuni Kusmiyati, SST,dkk.2010.Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu
Hamil).Yogyakarta:Fitramaya
Murkof Heidi.2010.hamilkah saya.Jakarta,Diglosia
Thompson June.2010.kehamilan dari pembuahan hingga kelahiran.
Dian Rakyat
Kusmiyati Yuni dkk.2010.perwatan ibu hamil.Yogyakarta .
fitramaya
Rukiah Ai Yeyeh dkk,2013.asuhan kebidanan
1kehamilan.Purwakarta.TIM
Yulianti Lia dkk,2011.asuhan kebidanan 1
kehamilan.Purwakarta.TIM
Sulistya Ari.2011.asuhan kebidananpada masa kehamilan. Jakarta.
Salemba Medika
4
Mata kuliah : Keterampilan
Dasar Kebidanan
RIWAYAT PENULIS