PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir
kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai
pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini
(Patrick, 2000:1).Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli.
Review yang dilakukan dari 56 literatur tentang strategi pengajaran ketrampilan berpikir
pada berbagai bidang studi pada siswa sekolah dasar dan menengah menyimpulkan bahwa
beberapa strategi pengajaran seperti strategi pengajaran kelas dengan diskusi yang
menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan terhadap materi, memberikan pertanyaan
yang memerlukan jawaban pada tingkat berpikir yang lebih tinggi, memberikan waktu siswa
berpikir sebelum memberikan jawaban dilaporkan membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan berpikir. Dari sejumlah strategi tersebut, yang paling baik adalah
mengkombinasikan berbagai strategi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang Critical Thinking dalam
Kesehatan Reproduksi.
1
2. Tujuan khusus
1. Menjelaskan Critical Thinking (Berfikir Kritis) dalam Asuhan Kebidanan
2. Menjelaskan permasalahan kesehatan reproduksi remaja serta menanganinya
3. Menjelaskan kasus yang terjadi dalam kesehatan reproduksi beserta berpikir kritis
C. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Agar masyarakat mengetahui tentang Critical Thinking (Berfikir Kritis) tentang
Kesehatan Reproduksi
2. Bagi peneliti
Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang Critical Thinking
dalam Kesehatan Reproduksi dan Kb
3. Bagi institusi
Memberikan penambahan informasi tentang Critical Thinking dalam Kesehatan
Reproduksi dan Kb
4.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan
oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi
atas intelektualitas mereka. Dapat juga diartikan sebagai proses berfikir secara aktif dalam
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dan
atau dihasilkan melalui observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai
acuan dalam meyakini suatu konsep dan atau dalam melakukan tindakan. Dalam
pelaksanaannya, hal ini didasarkan pada nilai-nilai universal intelektual yang melampaui
cabang suatu ilmu yang meliputi: kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti
suara, alasan yang baik, kedalaman, luasnya ilmu, dan keadilan.
Proses berfikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan
masalah serta komitmen untuk mengatasi sikap egois dan tertutup, dengan prosedur:
3
d. Mengenali asumsi yang tak tertulis dan nilai-nilai
e. Memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas, dan tajam
f. Menafsirkan data untuk menilai bukti dan mengevaluasi argument/ pendapat
g. Menyadari keberadaan hubungan logis antara proposisi
h. Menarik kesimpulan dan generalisasi yang dibenarkan
i. Menguji kesimpulan dan generalisasi masalah
j. Merekonstruksi pola yang telah diyakini atas dasar pengalaman yang lebih luas
k. Memberikan penilaian yang akurat tentang hal-hal tertentu dan kualitas dalam
kehidupan sehari-hari.
Singkatnya, tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize assumptions,
Evaluate arguments dan Draw conclusions) = mengenali masalah, menilai beberapa pendapat,
dan menarik kesimpulan. Dalam menyimpulkan hasil pemikiran kritis, diperlukan upaya
gigih untuk memeriksa setiap keyakinan atau pemahaman akan pengetahuan berdasarkan
dukungan bukti ilmiah (evidence based) yang mendukung kecenderungan pengambilan
kesimpulan tersebut.
Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan. Sehingga, apabila bidan memberikan
asuhan kebidanan kepada klien dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan
dengan sistematis dan terpola, maka bidan tersebut telah menerapkan proses berfikir kritis.
Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil adalah dengan melaksanakan antenatal care
sesuai dengan program yang telah disepakati sebagai upaya pencegahan dan penanganan
secara dini penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi pada saat kehamilan, dengan
menerapkan manajemen kebidanan, sehingga diharapkan proses kehamilan dapat berjalan
dengan baik, ibu dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan selamat.
4
Adapun masalah kesehatan reproduksi remaja yaitu sebagai berikut:
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu
belum stabil dan ibu mudah tegang.Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat
ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu
mengandung bayinya.
2. Masalah Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita.Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi tidak merasakan
apa-apa dan langsung boleh pulang.Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap
wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan
yang sudah terjadi.
Adapun solusi dan strategi yang ditawarkan dan kedepannya bisa diterapkan untuk
permasalahan kesehatan reproduksi remaja adalah sebagai berikut:
a) Menciptakan kebijakan yang melibatkan remaja baik sebagai partisipan aktif maupun
pasif. Tahap awal penentuan kebijakan dalam penanggulangan kesehatan reproduksi remaja
adalah mengerti dunia remaja itu sendiri.Pemerintah seharusnya mengadakan survei dan
penelitian tentang kondisi kesehatan reproduksi remaja di Indonesia. Penelitian sebaiknya
dilakukan menyeluruh di semua wilayah Indonesia dan tidak boleh hanya memilih beberapa
daerah sebagai cluster sampling. Setiap daerah memiliki pola hidup dan kebudayaan yang
berbeda serta tingkat perkembangan yang berbeda sehingga secara tidak langsung pengaruh
globalisasi dan arus informasi terhadap kesehatan reproduksi berbeda pula. Sebagai contoh
kota Jakarta mungkin masih lebih baik dibandingkan kota Malang karena informasi yang
diterima berbeda.
5
c) Pelayanan-pelayanan kesehatan bagi remaja sebaiknya tidak hanya mengenai aspek medis
kesehatan reproduksi, tetapi hendaknya juga menyangkut hubungan personal dan
menyangkut nilai-nilai moral melalui Pendidik sebaya (Peer Educator).
d) Menggalang kerja sama dengan semua stakeholder baik pemerintah, swasta, LSM,
organisasi profesi serta organisasi kemasyarakatan berdasarkan prinsip kemitraan dalam
penyelenggaraan program dan pembinaan remaja.
Tumbuh kembang remaja: perubahan fisik/psikis pada remaja, masa subur, anemi dan
kesehatan reproduksi
Kehamilan dan melahirkan: usia ideal untuk hamil, bahaya hamil pada usia muda,
berbagai aspek kehamilan tak diinginkan (KTD) dan abortus
Pendidikan seks bagi remaja: pengertian seks, perilaku seksual, akibat pendidikan seks
dan keragaman seks
g) Memperbaiki komunikasi antar orang tua dan anak. Empowering keluarga untuk
meningkatkan ketahanan non fisik menghadapi arus globalisasi dengan cara memperkuat
sistem agama, nilai dan norma di dalam keluarga merupakan alternatif utama. Keluarga
6
bertugas mempertebal iman remaja dan pemuda dengan meningkatkan pemahaman nilai-nilai
agama, norma, budi pekerti dan sopan santun
h) Dari pihak pemerintah juga diharapkan adanya kegiatan berwawasan nasional misalnya
memperketat sensor arus informasi dan budaya asing, menunjang pembentukan sarana bagi
pengembangan remaja dan lain-lain.
3. Kanker serviks
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim.Yaitu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara
rahim (uterus) dengan liang senggama wanita (vagina). Kanker ini 99,7% disebabkan oleh
human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada
leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ
lain di seluruh tubuh penderita.
Solusi/Pencegahannya:
Meski menempati peringkat tertinggi di antara berbagai jenis penyakit kanker yang
menyebabkan kematian, kanker serviks merupakan satu-satunya jenis kanker yang telah
diketahui penyebabnya.Karena itu, upaya pencegahannya pun sangat mungkin dilakukan.
Yaitu dengan cara :
4. Keputihan
7
Masalah yang perlu diwaspadai adalah apakah keputihan tersebut normal atau ada
status kelainan/penyakit.
Vaginitis atropik, timbal pada usia lanjut (menopause), biasanya disertai rasa nyeri
akibat kurangnya hormon estrogen.
Obat – obatan seperti : antibiótica, obat kontrasepsi yang mengandung estrogen.
Radiasi pada organ reprodukdi, penyinaran pada organ reproduksi dapat
menyebabkan rangsangan pengeluaran cairan keputihan.
Adanya benda asing seperti adanya benang, kas tampon atau benda lain yang secara
sengaja/tidak sengaja ada di jalan lahir (vagina).
Solusi :
8
C. Critical Thinking Dalam Kasus Kesehatan Reproduksi
Ny. S berumur 13 tahun datang ke Puskesmas untuk periksa hamil tanggal 7 Maret
2018. Hamil ini adalah kehamilan yang kedua dan belum pernah abortus, HPHT : 28 Mei
2017. Ibu mengatakan merasa gatal dan panas disekitar vagina, dorongan buang air kecil
lebih sering, nyeri saat hubungan seksual dan nyeri saat buang air kecil,
menggigil, nyeri perut atau kram, keluar cairan berbau. Dari hasil pemeriksaan ditemukan TD
: 110/70 mmhg, S : 36 C, M : 80 x / mnt, Rr “ 20 x / mnt, Hb : 8 gram%, kunjungtiva merah
muda dan DJJ 144 x / mnt teratur dan terdengar di perut ibu sebelah kiri.
a. Kata Kunci Masalah
1. Ny. S berusia 13 tahun,
2. Sudah 1 kali melahirkan,
3. Tes kehamilan hasil (+),
4. Merasa gatal dan panas disekitar vagina, dorongan buang air kecil sering, nyeri saat
hubungan seksual dan nyeri saat buang air kecil, menggigil, nyeri perut atau kram,
serta berbau tidak sedap.
5. DJJ terdengar di perut ibu sebelah kiri
b. Critical Thinking Masalah
1. Yang menjadi inti permasalahan kasus tersebut
Yang menjadi inti masalah dalam kasus diatas adalah keadaan Ny.S berusia 13
tahun yang cemas karena hamil ini adalah hamil kedua dan mengatakan merasa gatal
dan panas disekitar vagina, dorongan buang air kecil lebih sering, nyeri saat hubungan
seksual dan nyeri saat buang air kecil, menggigil, nyeri perut atau kram, dan berbau
tidak sedap. Pada keadaan ini Ny. S disebut Ibu hamil mengalami keputihan.Setelah
diperiksa terdapat cairan lendir berwarna kuning.Keputihan merupakan cairan yang
keluar dari dalam vagina.Munculnya keputihan bisa bersifat wajar apabila terjadi
dalam jumlah yang tidak berlebihan.Namun, sebaliknya bisa jadi gejala penyakit
datang dengan hal – hal aneh yang membuat diri sendiri tidak nyaman.Misalnya warna
yang mencolok, terasa gatal dan panas, bau tidak sedap, rasa sakit yang timbul di area
kulit organ kewanitaan.Jenis keputihan berwarna kuning biasanya disebabkan oleh
trikomoniasis, yaitu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasite
Trichomonas vaginalis.
9
2. Penyebab masalah tersebut dapat muncul
Keputihan patologis biasanya dikarenakan kuman.Keputihan bisa karena banyak
hal. Air tak bersih, kurangnya menjaga kebersihan daerah vagina, cara cebok yang
salah, luka pada vagina. Semua ini potensial membawa virus, jamur, bakteri, dan
parasite.Factor hygiene yang jelek dapat menimbulkan keputihan patologis, karena
kelembaban vagina yang meningkat sehingga bakteri pathogen penyebab infeksi
mudah menyebar.
10
2. Hipertensi dalam kehamilan.
Gangguan hipertensi dalam kehamilan dan preeklamsia sering terjadi
dikarenakan kurangnya kemampuan adaptasi rahim dalam menerima produk
konsepsi atau pembuahan.Dampaknya, janin tak diterima secara keseluruhan
sehingga menyebabkan kondisi yang sering disebut dengan keracunan dalam
kehamilan (preeklamsia).
3. Meningkatnya persalinan prematur dan berat badan lahir rendah.
Kondisi ini kerap diakibatkan kurang matangnya alat reproduksi ibu hamil dan
kurangnya kepedulian dalam menjaga kehamilan, selain juga dapat
diakibatkan berbagai kelainan, semisal, hipertensi dalam kehamilan.
4. Berat bayi lahir rendah (BBLR).
Meningkatnya persalinan prematur tentunya akan diikuti dengan kondisi bayi
dengan berat badan lahir rendah. Kedua hal ini tentunya dapat berdampak
terhadap bayi, baik dalam jangka dekat (mulai gangguan pencernaan hingga
pernapasan) maupun jangka panjang (semisal, cerebral palsy, yaitu kelainan
permanen pada otak yang memengaruhi perkembangan motorik dan postur
tubuh; retardasi mental;dan gangguan tumbuh kembang).
5. Ibu mengalami postpartum blues (baby blues).
Kurangnya kesiapan mental serta adaptasi bumil terhadap lingkungan baru dan
tanggung jawab baru di kesehariannya setelah melahirkan dapat memicu
terjadinya baby blues pada ibu. Pada kondisi ini sering terjadi usaha
penelantaran anak dan semacamnya.
6. Meningkatkan risiko kematian.
Dengan meningkatnya risiko-risiko yang sudah dijelaskan sebelumnya, tentu
pada akhirnya semua risiko tersebut dapat meningkatkan risiko kesakitan dan
kematian ibu maupun janin.
7. Meningkatkan resiko terkena kanker serviks
Hal ini berhubungan erat dengan hubungan seksual yang dilakukan oleh
wanita pada usia muda. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa semakin
muda seseorang melakukan hubungan seksual, maka hal ini dapat
meningkatkan resiko seseorang mengalami kanker leher rahim atau kanker
serviks. Kanker serviks merupakan silent killer, dimana akan sulit terdeteksi
dan terasa pada awal perkembangannya dan baru akan terasa setelah 10 – 20
tahun berkembang di dalam rahim.
11
8. Menyebabkan anemia saat kehamilan
Dampak lainnya dari bahaya hamil di usia muda adalah dapat menyebabkan
munculnya gangguan anemia. Terutama pada saat kelahiran, kondisi tubuh
yang masih terlalu kecil akan menyebabkan kemungkinan terjadinya
pendarahan. Si ibu yang akan melahirkan pun mengalami kemungkinan tidak
kuat menahan. Hal ini dapat meyebabkanya si ibu menjadi kekurangan darah,
sehingga menimbulkan gangguan anemia, terutama pada saat kelahiran.
12
memengaruhi pergerakan bayi dan risiko lahir prematur.Sebaliknya, ibu hamil
yang mengalami kelebihan berat badan berisiko lebih tinggi mengalami kondisi
tertentu seperti diabetes gestasional dan tekanan darah tinggi. Anda dapat menjaga
berat badan tetap normal dengan cara:
Menerapkan pola makan sehat berimbang
Pilih sayuran dan buah segar, kacang-kacangan, dan daging tanpa lemak.
Konsumsi juga makanan sumber kalsium dan asam folat untuk perkembangan
bayi.
Berolahraga secara teratur
Berolahraga teratur atau bergerak aktif tiap hari dapat meredakan stres dan
menguatkan tubuh ibu hamil. Tanyakan mengenai kesehatan dan jenis
olahraga yang akan dilakukan kepada dokter jika Anda mengidap kondisi
tertentu, seperti diabetes.
Menghentikan kebiasaan yang membahayakan janin
Merokok, mengonsumsi minuman keras, serta terlalu banyak mengonsumsi
minuman berkafein dapat meningkatkan risiko kelainan mental dan fisik pada
bayi dalam kandungan.Dengan menghindari ketiganya, Anda dapat
memperkecil risiko praeklamsia dan risiko melahirkan bayi dengan berat
badan yang rendah. Kondisi-kondisi ini umum dialami oleh wanita yang
melahirkan di atas usia 35 tahun.
Deteksi kelainan kromosom pada bayi
Pelajari dan jika perlu ambil tes-tes untuk mendeteksi kemungkinan kelainan
kromosom pada bayi dalam kandungan.
13
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang subjek, konten, atau masalah yang dilakukan
oleh pemikir secara aktif dan terampil secara konseptual dan memaksakan standar yang tinggi
atas intelektualitas mereka.Masalah kesehatan reproduksi pada remaja diantaranya yaitu
masalah kehamilan remaja, masalah aborsi, kanker servik dan keputihan dan juga berbagai
masalah keluarga berencana(KB).Dalam menangani berbagai masalah kesehatan reproduksi
dan kb perlu di lakukan critical thinkinng untuk menangani masalah masalah tersebut.
B. Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang
clinical thinking dalam kesehatan reproduksi dan kb sehingga dapat memberikan pelayanan
seoptimal mungkin.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://marlin4khaerunnisa.blogspot.co.id/2013/12/masalah-kesehatan-reproduksi-dan.html
https://marizaumami.wordpress.com/2010/06/15/makalah-berfikir-kritis/
Soepardan, Suryani . 2007. Konsep Kebidanan. Bandung :Hombar
Pakpahan Label: Manajemen kebidan
Pithers RT, Soden R., 2000.Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Dian Rakyat
Cotton K., 2005. Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : Medical Book
16