Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK III

HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN CRITICAL THINKING


DALAM KEBIDANAN

DOSEN: DR. Dini Indo Virawati, S.SiT., MPH


Disusun Oleh Kelompok III:

1. Syintami Rahim 8. Emilia Riska


2. Yeni Puji Lestari 9. Dewi Ariyanti
3. Hasbriani 10. Ratnawati
4. Triyati 11. Lidya Ikhviana Putri
5. Suryanti 12. Muhibatul Awaliyah
6. Selina 13. Jumidsa Anshari
7. Jumiyati 14. Endang Ekawati

POLTEKKES KEMENKES KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN BALIKPAPAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bahasan ini, kita akan mempelajari tentang Berfikir Kritis
dalam Kebidanan. Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan
dapat melaksanakan praktik kebidanan berdasarkan prinsip Berfikir
Kritis (critical thinking). Setelah mempelajari materi ini, secara umum
Anda diharapkan dapat menerapkan berfikir kritis dalam pelaksanaan
asuhan kebidanan.
Penerapan Critical Thinking dalam Kebidanan yaitu
memperkenalkan bidan dengan hal-hal yang baru terbukti sangat
penting dalam upaya meningkatkan kapabilitas bidan, termasuk upaya
berfikir kritis. Mengubah cara pandang bidan yang dituntut mengikuti
perkembangan zaman membutuhkan upaya yang kuat dari para
pemimpin di dalam organisasi profesi bidan, institusi Pendidikan,
maupun pengguana (dalam hal ini adalah institusi Kesehatan dari
tingkat dasar sampai rujukan serta pasien/ klien).
Berfikir kritis kadang-kadang dapat menjadi proses yang rumit
dan membutuhkan sumber ilmiah yang sistematik dan pemikiran kritis
yang kadang membingungkan. Namun, dalam pelayanan asuhan
kebidanan, proses berfikir kritis merupakan dasar dalam penerapan
manajemen asuhan kebidanan, sehingga sangat penting dikuasai sebagai
landasan dalam pengambilan keputusan klinis.

B. Tujuan
Untuk mengetahui hambatan-hambatan penerapan critical thinking
dalam kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hambatan-hambatan Penerapan Critical Thinking dalam


Kebidanan
Dalam pelayanan atau intervensi yang diberikan kepada pasien
saat ini menuntut adanya pendekatan berbasis bukti terbaik/ evidence
best practice (EBP). Tuntutan tersebut memberi penekanan bagi semua
klinisi yang berada pada tatanan system Kesehatan untuk membuat
keputusan berbasis bukti ilmiah terbaik yang tersedia. Kurangnya hasil
penelitian dalam skala besar, khususnya di bidang kebidanan,
menyebabkan terbatasnya pertumbuhan dan perkembangan baru bagi
profesi bidan. Hal ini tentunya mengurangi kualitas pelayanan sampai
outcome atau dampak dari hasil layanan, sperti komplikasi maupun
angka kesakitan dan kematian yang lebih tinggi (Lestari, 2021).
Terdapat beberapa kelemahan dari bidan selaku pemberi asuhan
kebidanan. Kelemahan tersebut terkait dengan kemampuan menggali
data secara terfokus, termasuk kurangnya kemampuan bertanya atau
berkomunikasi dengan pasien. Hal tersebut berkaitan juga dengan
rendahnya kemampuan untuk memetakan data-data yang digunakan
dalam penelitian, khususnya strategi mengkomunikasikan pertnyaan
penelitian pada saat Menyusun atau mengembangkan protocol
penelitian (Lestari, 2021).
Terdapat empat komponen yang terjadi rujukan dalam rangka
membantu bidan memberikan asuhan yang holistic, yaitu:
1. Identifikasi klien secara jelas/ kelompok atau kondisinya
Dalam asuhan kebidanan, identifikasi masalah merupakan
diagnosis kasus. Diagnosis dapat ditegakkan dengan baik apabila
pengumpulan data subjektif dan objektif dilakukan secara benar
dan menyeluruh.
2. Intervensi atau isu berupa uji diagnostic serta pilihan perawatan
Memilah berbagai data-rencana Tindakan yang sesuai
dengan kondisi atau prioritas masalah pasien yang mengalami
komplikasi atau mengarah kepada kondisi kegawatdaruratan.
3. Garis dasar atau titik pembanding
Data dan fakta tentang kondisi klien yang mana dapat
mengarahkan pada satu kondisi tertentu, apakah kondisi normal
atau tidak dan mengarah pada kondisi kegawatdaruratan atau tidak.
4. Luaran atau hasil asuhan.
Melakukan evaluasi hasil. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui keefektifan metode yang digunakan, sehingga dapat
diaplikasikan pada banyak kasus (Lestari, 2021)

B. Langkah-langkah berfikir kritis yang disarankan


Dalam menerapkan berfikir kritis, diperlukan pengetahuan yang
cukup akan kasus yang dihadapai, pengalaman di lapangan (clinical
experience), dan lakukan penilaian akhir dengan menggunakan akal
sehat. Adapun langkah-langkah berfikir kritis yang disarankan dalam
Elmansy (2016) adalah sebagai berikut:
1. Knowledge.
Langkah pertama adalah mengelola sumber informasi yang
sesuai sebagai dasar pengetahuan dalam pengambilan keputusan
dalam berfikir kritis.
2. Comprehension.
Pada langkah ini disampaikan alasan ilmiah yang terstruktur
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, dengan memahami
apa yang dibaca, didengar atau dilihat secara komprehensif.
3. Aplication.
Mengetahui penerapan yang akan dilaksanakan secara
komprehensif, dengan mempertimbangkan bukti-bukti ilmiah yang
telah didapat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
4. Analize.
Menganalisis masalah dengan membaginya menjadi sub-sub
masalah dan mempelajarinya per bagian. Hal ini dilakukan dengan
mengidentifikasi asumsi-asumsi yang mungkin muncul dari bukti-
bukti ilmiah yang telah didapat untuk dilakukan analisis kritis.
5. Synthesis.
Melakukan sintesis dengan mengkombinasikan analisis-
analisis yang telah dibuat ke dalam bentuk teori baru, dilakukan
dengan mengevaluasi pendapat-pendapat yang tersedia dalam bukti-
bukti ilmiah yang didapat.
6. Take action.
Menyimpulkan beberapa pendapat-pendapat yang telah
dievaluasi (langkah 5) dengan mempertimbangkan beberapa hal
prinsip yang berkaitan dengan masalah yang tengah dibahas dengan
menggunakan kalimat sendiri yang mudah dipahami. Pada langkah
terakhir ini, membangun evaluasi tentang masalah yang dapat
diterapkan.
BAB III
KESIMPULAN

Metode berpikir kritis dapat diadopsi untuk menggantikan emosi dan


bias teliti ketika mencoba berpikir tentang suatu situasi atau masalah. Waktu
untuk mengadopsi pemikiran kritis bervariasi berdasarkan masalah,
mungkin perlu beberapa menit hingga beberapa hari. Keuntungan
menggunakan metode berfikir kritis adalah memberikan kontribusi untuk
memperluas perspektif kita tentang situasi dan memperluas kemungkinan
pemikiran kita. Namun, langkah-langkah ini harus diterjemahkan ke dalam
rencana tindakan yang memastikan bahwa resolusi yang diputuskan dicapai
dengan baik dan terintegrasi antara semua cabang ilmu yang terkait dan
sistem yang terlibat (Kostania, 2020)
DAFTAR PUSTAKA

Kostania, G. (2020, Juni 23). Oshigita's. Retrieved from Berfikir Kritis


(Critical Thinking) dalam Kebidanan: https://oshigita.id/berfikir-
kritis-critical-thinking-dalam-kebidanan/
Lestari, G. A. (2021, Jul 14). id.scribd.com. Retrieved from Critical
Thinking: https://id.scribd.com/document/515681215/critical-
thinking

Anda mungkin juga menyukai