Anda di halaman 1dari 8

Bella Pratiwi Anzani, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Diare Pada Anak Usia 2 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran

Keluarga

Penatalaksanaan Diare pada Anak Usia 2 Tahun dengan Pendekatan


Kedokteran Keluarga
Bella Pratiwi Anzani1, Fitria Saftarina2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Faktor
kebersihan menjadi risikotejadinya diare. Balita juga sangat rentan terkena diare dikarenakan sistem imun belum terbentuk
sempurna. Dibutuhkan partisipasi keluarga yang optimal dalam memperhatikan perilaku hidup sehat dalam
penatalaksanaan dan pencegahan penyakitnya. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan kedokteran keluarga secara
holistik, komprehensif dan kontinyu untuk mengidentifkasi faktor risiko yang ada pada pasien dan melakukan
penatalaksanaan yang tepat bagi pasien dan keluarga. Tujuan penelitian ini untuk menerapkan pelayanan dokter keluarga
berbasis evidence based medicine dengan mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis, sertapenatalaksanaan pasien
berdasarkan kerangka penyelesaian masalah pasien dengan pendekatan patient centred dan family approach. Studi ini
merupakan laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan ke rumah. Data
sekunder didapat dari rekam medis pasien. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara
kualitiatif dan kuantitatif.Diagnosa diare didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada pasien didapatkan risiko
internal yaitu pengetahuan yang kurang tentang perilaku hidup bersih dan sehat, usia balita dan tidak mengkonsumsi ASI
sejak lahir. Risiko eksternal pada pasien yaitu kurangnya pengawasan keluarga terhadap kebersihan makanan, perilaku
personal hygiene keluarga yang kurang baik, lingkungan rumah dekat dengan hewan ternak. Pada keluarga pasien dilakukan
intervensi mengenai pentingnya upaya pencegahan diare dan penerapan PHBS dalam 3 kali kunjungan rumah. Saat evaluasi
didapatkan pengetahuan yang cukup terhadap penyakit dan penerapan PHBS yang cukup baik.

Kata kunci: diare, prilaku hidup bersih dan sehat, family approach, patient centered

Management Of Diarrhea in Childern 2 Years with Family Medicine Approach


Abstract
Diarrhea is a public health problem in Indonesia because of its high morbidity and mortality. Hygiene issue is being risk
factorr of diarrhea. Toddlers are also susceptible to diarrhea because the immune system is not fully formed. Family
participation is needed to healthy living behavior in the management and prevention of the disease. Therefore, a holistic,
comprehensive and continuous approach to family medicine is needed to identify the risk factors andmake appropriate
treatment for patients and families. This study aims to implement evidence based medicine in family doctor services by
identifying risk factors, clinical problems, and patient management. Those implementation is based on the framework of
patient problem solving with a patient centered approach and family approach. This is a case report study. Primary data is
obtained through anamnesis, physical examination and home visits. Secondary data were obtained from the patient's
medical record. Assessment is based on a holistic diagnosis from the beginning, the process, and the end of study
quantitative and quatitatively. Diagnosis of diarrhea is based on anamnesis and physical examination. Internal risks in
patients are lack knowledge of hygiene and healthy living behavior, age in toodlers and unconsumed breast milk. External
risks to patients are lack of family supervision about food hygiene, bad family hygiene in living behavior, and house
environment that is tooclose with cattle pen. Intervention in patients family was done to carry out about the importance of
diarrhea prevention and and PHBS application in 3 times home visits. During the evaluation, knowledge about the disease
and PHBSapplication was sufficient.

Keywords: diarrhea, clean and healthy lifestyle, family approach, patient centered

Korespondensi: Bella Pratiwi Anzani, Alamat Perum Griya Asri, Segala Mider Bandar Lampung, HP 081271713693, email
bellapratiwi789@gmail.com

Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019|24


Bella Pratiwi Anzani, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Diare Pada Anak Usia 2 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga

Pendahuluan dapat dicegah dengan penatalaksanaan yang


Penyakit diare masih merupakan tepat.5
masalah kesehatan masyarakat di negara Diare merupakan masalah yang dapat
berkembang seperti di Indonesia, hal ini menggangu fungsi dasar dari keluarga
terjadi karena morbiditas dan mortalitasnya tersebut.Dibutuhkan partisipasi dari keluarga
yang masih tinggi.1 Secara global terjadi yang optimal dalam memperhatikan perilaku
peningkatan kejadian diare dan kematian hidup sehat dalam penatalaksanaan dan
akibat diare pada balita dari tahun 2015-2017. pencegahan penyakitnya.6
Berdasarkan data WHO, pada tahun 2015, Oleh karena itu, diperlukan pendekatan
diare menyebabkan sekitar 688 juta orang kedokteran keluarga secara holistik,
sakit dan 499.000 kematian di seluruh dunia komprehensif dan kontinyuuntuk
terjadi pada anak-anak dibawah 5 tahun. mengidentifkasi faktor risiko yang ada pada
Hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada pasien dan melakukan penatalaksanaan yang
anak dengan angka kematian sekitar 525.000 tepat bagi pasien dan keluarga.
pada anak balita tiap tahunnya.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, Kasus
prevalensi diare di Indonesia mengalami Pasien An N usia 2 tahun, datang ke
penurunan dari 18,5% menjadi 12,3%. Namun Puskesmas Tanjung Sari diantar oleh ibunya
di Provinsi Lampung, prevalensi diare untuk berobat dengan keluhan BAB cair lebih
mengalami peningkatan dari 7,5% pada tahun dari 5 kali dalam sehari. BAB cair dirasakan
2013 menjadi 10% pada tahun 2018.2 Diare sejak 1 hari sebelum datang ke puskesmas,
merupakan penyakit endemis di Indonesia dan BAB yang dialami sebanyak 1 gelas belimbing
juga merupakan penyakit potensial. Kejadian setiap BAB dan berwarna kekuningan.BAB cair
Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan juga disertai lendir dan sedikit ampas. Saat
kematian. Di Provinsi Lampung terjadi KLB BAB cair yang pertama kali, BAB cair juga
diare pada tahun 2017 dengan case fatility disertai darah, namun saat BAB cair
rate (CFR) 7,14%, sedangkan angka CFR diare berikutnya, BAB cair sudah tidak disertai
yang diharapkan <1%.Dapat disimpulkan darah. Selain itu pasien juga mengalami
bahwa risiko KLB diare di Provinsi Lampung demam 2 hari sebelum keluhan BAB cair
masih tinggi.1 dirasakan. Demam yang terjadi tidak terlalu
Diare biasanya dapat pulih sendiri tanpa tinggi dan tidak dipengaruhi oleh waktu.Ibu
terapi. Penatalaksanaan kasus diare pasien mengatakan pasien terkadang rewel
mempunyai tujuan mengembalikan cairan dan hanya sedikit makan dan minum.
yang hilang akibat diare. Kegagalan dalam Sebelum muncul keluhan BAB cair,
pengobatan diare dapat menyebabkan infeksi pasien mengkosumsi es kelapa mudamilik
berulang atau gejala berulang dan bahkan ibunya. Didalam keluarga, tidak ada yang
timbulnya resistensi. Untuk menanggulangi mengalami keluhan serupa, ibu pasien
masalah resistensi tersebut, WHO telah mengatakan bahwa pasien tidak diberikan ASI
merekomendasikan pengobatan diare sejak lahir karena ASI tidak keluar sehingga
berdasarkan penyebabnya.3 pasien mengkonsumsi susu formula sejak
Faktor risiko penyebab terjadinya diare lahir.Pasien sering mengkonsumsi makanan
akut pada balita antara lain faktor lingkungan, yang diberikan oleh tetangganya. Pasien juga
tingkat pengetahuan ibu, sosial ekonomi terlihat sering bermain bersama teman-teman
masyarakat, makanan atau minuman yang di sebaya di lingkungan rumahnya tanpa
konsumsi dan perilaku atau kebiasaan cuci memakai alas kaki.
tangan.4Kesehatan yang kurang baik dari Sejak mengalami BAB cair, ibu pasien
dalam diri anak maupun ibu dapat memicu belum mencoba mencari pengobatan. Ibu
timbulnya penyakit diare. Maka pentingnya pasien hanya memberikan susu dan makanan
mengedukasikan kepada pasien tentang yang lunak serta memberikan kompres hangat
kebersihan diri dan lingkungan untuk menjaga ketika badan pasien terasa demam.
kesehatan. Kekambuhan dan komplikasi diare
Hasil

Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019| 25


Bella Pratiwi Anzani, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Diare Pada Anak Usia 2 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga

Pasien An. N usia 2 tahun datang ke makan; kekhawatiran:BAB cair bertambah


Puskesmas Tanjung Sari dengan keluhan BAB parah dan pasien menjadi lebih lemas;
cair lebih dari 5 kali dalam sehari. BAB cair harapan:BAB cair dapat berhenti sehingga
yang dirasakan disertai lendir dan darah, dua dapat kembali beraktivitas dengan baik;
hari sebelumnya pasien juga mengalami persepsi: lemas yang dirasakan disebabkan
demam. Dari pemeriksaan fisik didapatkan karena BAB cair dan nafsu makan pasien yang
keadaaan umum tampak sakit sedang, suhu menurun. Aspek klinis awal yaitu diare akut
tubuh 36,7oC, frekuensi nadi 120x/menit, tanpa dehidrasi (ICD 10 A09). Aspek ketiga,
frekuensi nafas20x/menit, berat badan12 kg risiko internal yaitu pengetahuan yang kurang
dan panjang badan 90 cm, status gizi baik (-2 tentang perilaku hidup bersih dan sehat, usia
sd +2 SD). Pada pemeriksaan status generalis balita dan tidak mengkonsumsi ASI sejak lahir.
tidak didapatkan mata cekung, turgor kulit Aspek keempat, psikososial keluarga dan
kembali segera.Bising usus meningkat lingkungan eksternal yaitu kurangnya
14x/menit dan terdapat nyeri tekan pengawasan keluarga terhadap kebersihan
epigastrium. Hidung dan telinga tidak terdapat makanan, perilaku personal hygiene keluarga
hiperemis maupun sekret. Suara napas yang kurang baik, lingkungan rumah dekat
vesikuler pada kedua lapang paru dan bunyi dengan hewan ternak. Berdasarkan diagnosis
jantung I-II regular. holistic awal tersebut diketahui derajat
Bentuk keluarga pasien adalah keluarga fungsional 3 yaitu mau melakukan, namun
inti. Pasien tinggal bersama dengan ayah dan perlu penggalian sumber yang belum
ibu.Keluarga pasien baru pindah ke Tanjung dimanfaatkan penyelesaian masalah dilakukan
Sari sekitar 5 bulan yang lalu, sebelumnya sepenuhmya oleh provider.
keluarga pasien tinggal di Pringsewu. Jumlah Intervensi yang dilakukan terbagi atas
anggota keluarga yang tinggal di rumah adalah patient centered dan family approach.
3 orang.Kakak pasien tinggal bersama Intervensi patient centered berupa terapi
neneknya di Pringsewu. Luas rumah sekitar 6 x medika mentosa yaitu oralit sach (bila BAB
8 m2, Rumah pasien berdinding semen belum cair saja), zinc 1 x 20 mg (diteruskan selama 10
dicat, lantai semen dan beratap genteng hari), paracetamol syr 3 x 1 cth bila demam,
dengan 3 buah kamar tidur, kamar mandi 1, lacto B 3x1 sachet dan cotrimoxazole 2 x 1 cth.
dapur, 1 ruang keluarga dan ruang makan Intervensi family focused berupa edukasi
serta ruang tamu di bagian depan. Kamar kepada keluarga pasien bahwa dengan
pertama ditempati olehpasien dan orang penatalaksanaan yang tepat maka BAB cair
tuanya, kamar kedua dan ketiga tidak dirasakan dapat berkurang dan komplikasi
ditempati. Kondisi dalam rumah cukup lembab akibat diare dapat dicegah, edukasi kepada
karena jendela sering tidak dibuka sehingga anggota keluarga mengenai faktor risiko yang
pencahayaan sinar matahari kurang. ada pada keluarga dan pentingnya melakukan
Kebersihan didalam rumah cukup bersih perilaku hidup bersih dan sehat, edukasi
tetapi lantai dapur dan lantai kamar yang tidak kepada keluarga untuk melakukan tindakan
ditempati tidak dilapisi dengan tikar atau pencegahan penyakit diare dengan cara cuci
karpet sehingga masih berdebu. Kebersihan tangan setiap sebelum makan, setelah dari
diluar rumah masih kurang bersih, terdapat kamar mandi dan saat menyiapkan makanan.
feses ayam di lingkungan sekitar Diagnostik holistik akhir pada pasien ini
rumah.Fasilitas dapur, masak dengan yaitu aspek personal: kekhawatiran sudah
menggunakan kompor gas. Di belakang rumah tidak dirasakan, harapan sudah tercapai,
pasien terdapat sumur dan kandang ayam persepsi: keluhan yang dialami disebabkan
yang berdekatan. Sumur digunakan sebagai oleh kuman dan perilaku hidup yang kurang
sumber air untuk kehidupan sehari-hari. Air bersih dan sehat; aspek klinis yaitu diare akut
minum di masak dari air sumur. tanpa dehidrasi (ICD 10 A09); aspek risiko
Diagnostik holistik awal pada pasien internal: pengetahuan yang lebih baik tentang
terdiri dari empat aspek. Aspek personal yaitu penyakit diare dan pengobatan preventif,
alasan kedatangan: BAB cair 5x sehari yang tak pengetahuan yang baik mengenai perilaku
kunjung sembuh disertai turunnya nafsu hidup bersih dan sehat, perilaku personal

Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019| 26


Bella Pratiwi Anzani, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Diare Pada Anak Usia 2 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga

hygiene yang sudah lebih baik dari sebelum berobat ke Puskesmas Tanjung Sari.
sebelumnya; aspek psikososial dan lingkungan Kunjungan pertama kali dilakukan pada
eksternal yaitu keluarga lebih optimal dalam tanggal 15 Mei 2019. Kunjungan yang
mendukung tahapan pengobatan pasien, dilakukan tentang pendekatan dan
keluarga lebih optimal dalam mendukung perkenalan terhadap pasien serta
pasien untuk menerapkan pola hidup bersih menerangkan maksud dan tujuan kedatangan,
dan sehat, pencahayaan pada rumah sudah diawali dengan anamnesis tentang keluarga
cukup membaik karena sebagian ventilasi dan perihal penyakit yang telah diderita. Dari
telah dibuka, kandang ternak lebih sering hasil kunjungan tersebut, sesuai konsep
dibersihkan. Derajat fungsional akhir 1 Mandala of Health, dari segi perilaku
yaitumampu melakukan pekerjaan seperti kesehatan pasien dan keluarga masih
sebelum sakit (tidak ada kesulitan). mengutamakan upaya kuratif dari pada
preventif dan keluarga pasien memiliki
pengetahuan yang kurang tentang penyakit
yang dialami pasien.
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pasien mengalami BAB cair lebih dari 5 kali
dalam sehari. BAB yang dialami sebanyak 1
gelas belimbing setiap kali BAB dan berwarna
kekuningan. BAB cair juga disertai lendir dan
sedikit ampas. Saat BAB cair yang pertama
kali, BAB cair juga disertai darah, namun saat
BAB cair berikutnya, BAB cair sudah tidak
disertai darah. Selain itu pasien juga
Gambar 1. Genogram keluarga An. N mengalami demam 2 hari sebelum keluhan
BAB cair dirasakan. Demam yang terjadi tidak
Keterangan gambar: terlalu tinggi dan tidak dipengaruhi oleh
= perempuan waktu. Ibu pasien mengatakan pasien
= pasien terkadang rewel dan hanya sedikit makan dan
= laki-laki
minum. Ibu pasien belum memberikan
= perempuan yang meninggal
= laki-laki sudah meninggal
pengobatan kepada pasien.
= tinggal serumah Berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya
tanda-tanda dehidrasi pada pasien ini,keadaan
Tn. N
y. umum tampak sakit sedang; suhu dalam batas
S R
normal, frekuensi nadi dan frekuensi nafas
dalam batas normal, berat badan 12 kg,
panjang badan 90 cm, status gizi baik. Pada
pasien ini tidak terdapat mata cekung dan
turgor kulit kembali segera. Dari pemeriksaan
A
n. An. abdomen ditemukan bising usus meningkat.
R
Gambar 2. Family map
N Pada pasien ini didapatkan pula faktor
risiko yang mendukung terjadinya diare,
Keterangan gambar seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya
: Hubungan dekat kebersihan pada lingkungan pasien dimana
: Hubungan tidak dekat mencuci tangan dengan sabun sebelum
menyentuh makanan jarang sekali dilakukan
Pembahasan oleh pasien. Saat pasien bermain bersama
Masalah kesehatan yang dibahas pada teman-temannya di lingkungan rumah, pasien
kasus ini adalah seorang pasien dengan usia 2 juga jarang memakai alas kaki dan pasien pun
tahun yang mengalami diare sejak 1 hari sering mengkonsumsi makanan yang diberikan

Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019| 27


Bella Pratiwi Anzani, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Diare Pada Anak Usia 2 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga

tetangga maupun teman sebayanya yang dengan tujuan untuk merubah pola pikir
belum tentu terjamin kebersihannya. Sumber pasien terhadap penyakit yang diderita serta
air minum pasien berasal dari sumur yang mencegah penularan kepada anggota keluarga
berada di belakang rumah. Sumur seringkali lainnya.
tidak ditutup sehingga memungkinkan Pada pretest diajukan sepuluh
terjadinya kontaminasi pada air sumur. pertanyaan terkait penyakit diare yang
Pasien juga tidak mengkonsumsi ASI diderita pasien. Terdapat sepuluh pertanyaan
sejak lahir, hal ini dapat meningkatkan risiko yang diajukan. Pertanyaan terkait dengan
terjadinya diare. ASI mengandung antibodi penyebab, pencegahan, dan penanganan
yang dapatmelindungi dari berbagai macam penyakit. Setelah pasien mengerjakan pretest,
infeksi.7Rumah pasien juga berdekatan nilai yang didapat pasien adalahlima. Nilai ini
dengan kandang ayam. Ayam yang dimiliki menunjukkan bahwa pengetahuan pasien
pasien sering dilepas keluar kandang dan mengenai penyakitnya masih rendah.
meninggalkan banyak feses ayam di sekitar Sehingga perlu diintervensi dan diedukasi
rumah pasien. Feses ayam dapat untuk meningkatkan pengetahuannya.
mengandung Eschericia coli yang dapat Pada pada pasien dilakukan pengobatan
menyebabkan diare.8 Penularan E.coli dapat berupa pemberian oralit, tablet zinc, lacto b,
terjadi melalui penularan fecal oral. pemberian obat paracetamol bila demam dan
Diare akut merupakan penyakit yang pemberian antibiotik. Pemberian oralit kepada
sering terjadi pada anak yang berusia dibawah pasien diare dimaksudkan untuk mengganti
lima tahun. Diare akut adalah diare yang elektrolit yang hilang bersama BAB
berlangsung kurang dari 14 hari, sementara cair.Walaupun air sangat penting untuk
diare persisten atau diare kronis adalah diare mencegah dehidrasi, air minum tidak
yang berlangsung lebih dari 14 hari.6 Pada mengandung garam elektrolit yang diperlukan
pasien ini, diare yang berlangsung masih untuk mempertahankan keseimbangan
kurang dari 14 hari sehingga dapat dikatakan elektrolit dalam tubuh, sehingga lebih
pasien mengalami diare akut. Tiga hari setelah diutamakan oralit. Glukosa dan garam yang
kunjungan pertama, dilanjutkan dengan terkandung dalam orait dapat diserap dengan
kunjungan ke dua pada tanggal 18 Mei 2019 baik oleh usus penderita diare.Pemberian
untuk melakukan intervensi. Pada kunjungan oralit sesuai dengan banyak nya BAB cair, hal
kedua juga dilakukan pemeriksaan fisik dan ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah
diperoleh hasil keadaan umum tampak sakit supaya tidak terjadi dehidrasi yang lebih berat
ringan, kesadaran compos mentis, frekuensi pada pasien.9
nadi 110x/menit,frekuensi nafas 20x/menit, Pasien juga mendapatkan tabet zinc 20
suhu 36,7°C. mg yang dikonsumsi selama 10 hari.
Sebelum intervensi, dilakukan pretest Penggunaan zinc ini memang popular
untuk mengetahui sejauh mana ibu pasien beberapa tahun terakhir karena memilik
memahami penyakit pasien, kemudian evidence based yang baik. Beberapa penelitian
intervensi dilakukan dengan menggunakan telah membuktikannya. Pemberian zinc yang
media poster bergambar dan leaflet tentang dilakukan di awal masa diare selama 10 hari
penyakit diare dan cara pencegahannya. ke depan secara signifikan menurunkan
Selain itu pada kegiatan intervensi ini juga morbiditas dan mortalitas pasien. Zinc dapat
disertakan poster dan dipraktikkan bagaimana menigkatkan kekebalan tubuhsehingga dapat
cara mencuci tangan yang baik dan benar mencegah risiko terulangnya diare 2-3 bulan
sesuai anjuran WHO. Pasien dan keluarga juga setelah anak sembuh dari diare. Pemberian
diberikan pemahaman mengenai perilaku zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare
hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk
serta pentingnya peran anggota keluarga meningkatkan ketahanan tubuh terhadap
dalam pengobatan pasien. Ketika intervensi berulangnya diare pada 2-3 bulan kedepan.9
dilakukan, keluarga mendengarkan dan Pasien juga mendapatkan terapi
mempraktikkan materi yang diedukasikan simptomatik yaitu paracetamol sirup yang
untuk keluarga pasien. Intervensi ini dilakukan diminum hanya setiapkali pasien merasakan

Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019| 28


Bella Pratiwi Anzani, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Diare Pada Anak Usia 2 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga

demam. Pengobatan simptomatik diberikan 1) Pertolongan persalinan oleh tenaga


sebisa mungkin dengan dosis yang rendah. kesehatan, adalah persalinan yang ditolong
Dosis paracetamol anak adalah 10-15 oleh tenaga kesehatan seperti bidan, dokter,
mg/kgbb/kali pemberian. Paracetamol dapat dan tenaga para medis lainnya.
diberikan hingga 3 kali dalam sehari. Pada 2) Balita diberikan ASI, adalah bayi usia 0-6
pasien ini memiliki berat badan 12 kg, bulan hanya diberi ASI saja tanpa
sehingga dosis yang harus diberikan adalah memberikantambahan makanan atau
120 mg/kali pemberian. Dalam hal ini minuman lain.
pemberian dosis paracetamol sudah tepat. 3) Timbang balita, penimbangan bayi dan
Pada pasien ini juga diberikan antibiotik balita dimaksudkan untuk memantau
karena BAB cair disertai darah. Menurut pertumbuhannya setiap bulan.
anjuran WHO, setiap BAB cair dengan darah 4) Rumah bebas jentik, adalahrumah tangga
dapat diterapi dengan terapi shigellosis. yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik
Antibiotik pilihan untuk shigellosis adalah secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
ciprofloxacin. Obat ini baik terhadap bakteri 5) Cuci tangan dengan sabun.
pathogen invasif termasuk Campylobacter, Air yang tidak bersih banyak mengandung
Shigella, Salmonella, Yersinia, dan Aeromonas kuman dan bakteri penyebab penyakit.Bila
species. Namun ciprofloxacin masih digunakan, kuman berpindah ke tangan.Pada
kontroversial untuk diberikan pada anak saat makan, kuman dengan cepat masuk ke
karena banyaknya efek samping yang dalam tubuh, yang bisa menimbulkan
ditimbulkan.10,11 penyakit.
Sebagai alternatif dapat diberikan 6) Tersedia air bersih.
golongan cephalosforin atau cotrimoxazol. Air adalah kebutuhan dasar yang
Namun sediaan oral cephalosforin seperti dipergunakan sehari-hari untuk minum,
cefixime harganya lebih mahal dibandingkan memasak, mandi, berkumur, membersihkan
cotrimoxazol. Pada pasien ini lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci
diberikancotrimoxazol karena banyak tersedia pakaian, dan sebagainya, agar kita tidak
di layanan primer serta harga yang terjangkau. terkena penyakit atau terhindar dari sakit.
Pada pasien ini diberikan cotrimoxazol 2 x 1 7) Tersedia jamban.
cth selama 5 hari. Penggunaan probiotik Jamban adalah suatu ruangan yang
sebagai salah satu terapi diare akut telah mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
banyak dilakukan. Beberapa penelitian manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau
membuktikan bahwa probiotik bermanfaat tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa
pada diare akut, terbukti mengurangi durasi leher angsa (cemplung) yang dilengkap
dan frekuensi diare, serta tidak ada laporan dengan unit penampungan kotoran dan air
efek samping yang serius.14 Mekanisme kerja untuk membersihkannya.
probiotik belum dapat dijelaskan dengan 8) Makanlah dengan gizi seimbang
pasti, diduga mekanisme dampak probiotik (makansayur dan buah setiap hari).
dalam pencegahan diare melalui perubahan Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi
lingkungan mikro lumen usus (pH, oksigen) minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau
produksi bahan anti mikroba terhadap sebaliknya setiap hari.
beberapa patogen usus, kompetisi nutrien, 9) Aktivitas fisik setiap hari
mencegah adesi kuman patogen pada Anggota keluarga melakukan aktivitas fisik 30
enterosit, modifikasi toksin atau reseptor menit setiap hari.
toksin, peningkatan toleransi terhadap 10) Tidak merokok.
laktosa, meningkatkan sistem imun, efek anti- Dalam satu batang rokok yang diisap akan
alergi, pencegahan penyakit kardiovaskular, dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia
dan pencegahan kanker.12Pada pasien ini berbahaya, di antaranya yang paling
diberikan Lacto b 3 x 1 sachet. berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon
Terdapat sepuluh perilaku hidup bersih Monoksida (CO).13
dan sehat di rumah tangga menurut Depkes Kunjungan ketiga dilakukan pada
RI: tanggal 21 Mei 2019, dari hasil anamnesis

Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019| 29


Bella Pratiwi Anzani, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Diare Pada Anak Usia 2 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga

lebih lanjut dari ibu pasien didapatkan bahwa dapat menggangu fungsi dasar dari keluarga
kondisi pasien membaik dengan keluhan BAB sehingga dibutuhkan partisipasi optimal dari
cairsudah tidak dirasakan. Demam juga sudah keluarga dalam memperhatikan PHBS dalam
tidak dirasakan selain itu nafsu makan pasien penatalaksanaan dan pencegahan diare.
juga sudah mulai membaik. Pada kunjungan Masalah kesehatan yang dibahas pada
ketiga, dilakukan evaluasi terhadap intervensi kasus ini adalah pasien usia 2 tahun yang
yang telah dilakukan sebelumnya. mengalami diare sejak 1 hari sebelum berobat
Evaluasi dilakukan dengan melakukan ke Puskesmas Tanjung Sari. Kunjungan
post test kepada ibu pasien. Pertanyaan yang pertama kali dilakukan pada tanggal 15 Mei
diberikan sama dengan materi pretest dan 2019. Kunjungan yang dilakukan tentang
media intervensi. Post test dilakukan untuk pendekatan dan perkenalan terhadap pasien
menilai apakah telah terdapat perubahan dari serta menerangkan maksud dan tujuan
segi pengetahuan keluarga pasien megenai kedatangan, diawali dengan anamnesis
penyakitdiare. Setelah dilakukan penilaian, ibu tentang keluarga dan perihal penyakit yang
pasien mendapat nilai delapan dari 10 telah diderita.
pertanyaan yang diajukan. Hal tersebut Kunjungan ke dua pada tanggal 18 Mei
menunjukkan terdapat peningkatan 2019 untuk melakukan intervensi. Pada
pengetahuan keluarga pasien mengenai kunjungan kedua juga dilakukan pemeriksaan
penyakit yang diderita anaknya. fisik pada pasien.Sebelum intervensi,
dilakukan pretest untuk mengetahui sejauh
Tabel1. Hasil Pretest dan Post test mana ibu pasien memahami penyakit pasien,
PengetahuanPasien tentang Diare kemudian intervensi dilakukan dengan
Pretest Postest Δ Skor menggunakan media poster bergambar dan
leaflet tentang penyakit diare dan cara
50 80 30
pencegahannya. Selain itu pada kegiatan
intervensi ini juga disertakan poster dan
Tingkat kepatuhan pasien cukup baik,hal ini dipraktikkan bagaimana cara mencuci tangan
terlihat minum obat sesuai anjuran dokter, yang baik dan benar sesuai anjuran WHO.
serta mulai membiasakan pola hidup bersih Kunjungan ketiga dilakukan pada
dan sehat yaitu mencuci tangan setelah dari tanggal 21 Mei 2019, dari hasil anamnesis
kamar mandi dan sebelum makan, hal ini juga lebih lanjut dari ibu pasien didapatkan bahwa
didukung oleh perilaku ibu pasien yang kondisi pasien sudah membaik. Dilakukan
mendampingi dan mencontohkan cara evaluasi terhadap intervensi yang telah
mencuci tangan yang baik dan benar. dilakukan sebelumnya. Evaluasi dilakukan
Prognosis pada pasien ini dalam halquo ad dengan melakukan post test kepada ibu
vitam: dubia ad bonam dilihat dari kesehatan pasien. Post test dilakukan untuk menilai
dan tanda-tanda vitalnya yang sudah mulai apakah telah terdapat perubahan dari segi
baik; quo ad functionam: dubia ad bonam pengetahuan keluarga pasien megenai
karena pasien masih bisa beraktivitas sehari- penyakit diare.
hari secara mandiri; dan quo ad sanationam: Setelah dilakukan penilaian, ibu pasien
dubia ad bonam karena pasien masih bisa mendapat nilai delapan dari 10 pertanyaan
melakukan fungsi sosial dengan baik dan yang diajukan, yang sebelumnya mendapat
memiliki hubungan yang baik dengan teman- nilai lima saat pretest. Hal tersebut
teman seusianya. menunjukkan terdapat peningkatan
pengetahuan keluarga pasien mengenai
Ringkasan penyakit yang diderita anaknya.Tingkat
Penyakit diare masih merupakan kepatuhan pasien cukup baik,hal ini terlihat
masalah kesehatan masyarakat di negara minum obat sesuai anjuran dokter, serta
berkembang seperti di Indonesia. Secara mulai membiasakan PHBS dan didukung oleh
global terjadi peningkatan kejadian diare dan perilaku ibu pasien yang mendampingi dan
kematian akibat diare pada balita dari tahun mencontohkan cara mencuci tangan yang baik
2015-2017.Diare merupakan masalah yang dan benar.

Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019| 30


Bella Pratiwi Anzani, Fitria Saftarina | Penatalaksanaan Diare Pada Anak Usia 2 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga

10. Bruzzese E, Giannattasio A, Guarino A.


Simpulan Antibiotic treatment of acute
Pada kasus ini didapatkan faktor gastroenteritis in children.
internal berupa usia 2 tahun, tidak F1000Research. 2018;7:193.
mengkonsumsi ASI sejak lahir danfaktor 11. Raini M. Antibiotik golongan
eksternalyaitu pengetahuan dan perilaku fluorokuinolon: manfaat dan kerugian.
hidup bersih dan sehat keluarga yang Media Litbangkes. 2016;6(3):163–74.
kurang.Peran keluarga amat penting dalam 12. Rahmi D, Gayatri P. Manfaat pemberian
perawatan dan pengobatan anggota keluarga probiotik pada diare akut. Sari Pediatr.
yang sakit.Penerapan pelayanan dokter 2015;17(71):76–80.
keluarga berbasis evidence based medicine 13. Departemen Kesehatan RI. Panduan
dengan mengidentifikasi faktor risiko, masalah peningkatan perilaku hidup bersih dan
klinis, serta penatalaksanaan dengan sehat di rumah tangga. Jakarta:
pendekatan patient centered dan family Departemen Kesehatan RI; 2009.
approach efektif pada pasien anak dengan 14. Dinleyici et al., Lactobacillus reuteri DSM
diare. 17938 shortens acute infectious diarrhea
in a pediatric outpatient setting. J Pediatr
Daftar Pustaka (Rio J). 2015;91:392-6.
1. Kemenkes RI. Data dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI; 2018.
2. Kemenkes RI. Hasil utama riskesdas 2018.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2019.
3. Cakrawadi, Wahyudin E, Saruddin B. Pola
penggunaan antibiotik pada
gastroenteritis berdampak diare akut
pada pasien anak rawat inap di badan
pelayanan umum rumah sakit dokter
wahidin sudiro husodo makasar selama
tahun 2009. Majalah Farmasi dan
Farmakologi Vol 15 Nomor 2. 2011;69.
4. Hartati S, Nurazila N. Faktor yang
mempengaruhi kejadian diare pada balita
di wilayah kerja puskesmas Rejosari
Pekanbaru. J Endur. 2018;3(2):400.
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar
gastro-hepatologi. Jakarta: IDAI; 2011.
6. Kemenkes RI. Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2011.
7. Rahmadhani EP, Lubis G. Artikel
Penelitian Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare
Akut pada Bayi Usia 0-1 Tahun di
Puskesmas Kuranji Kota Padang. 2013;
2(2):62–6.
8. Zainudin. Identifikasi bakteri Eschericia
coli penghasil penisilinnase dari usus sapi,
kambing dan ayam broiler. J S Pertan.
2014;4(1):33–6.
9. Departemen Kesehatan RI. Buku saku
petugas kesehatan lintas diare. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2011.

Majority | Volume 8 | Nomor 2| Desember 2019| 31

Anda mungkin juga menyukai