Anda di halaman 1dari 85

EFEKTIFITAS PEMBERIAN NUTRISI TINGGI PROTEIN TE

RHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI S


ECTIO CAESAREA DI RUANG ALAMANDA
RSUD CIMACAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana K


eperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur

ARIF RAHMANUDIN
NIM. C0105.18.139

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
CIMAHI
2020
EFEKTIFITAS PEMBERIAN NUTRISI TINGGI PROTEIN TE
RHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI S
ECTIO CAESAREA DI RUANG ALAMANDA
RSUD CIMACAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana K


eperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur

ARIF RAHMANUDIN
NIM. C0105.18.139

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
CIMAHI
2020
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

ii
Nama : Arif Rahmanudin
NIM : C0105.18.139
Jurusan : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya susun dengan judul:
Efektifitas Pemberian Nutrisi Tinggi Protein terhadap Proses Penyembuhan Luka
Post Operasi Sectio Caesarea di Ruang Alamanda RSUD Cimacan
adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari
Skripsi orang lain. Apabila kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar kesarjanaannya).
Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Cimahi, …………………. 2020


Pembuat Pernyataan

Arif Rahmanudin
C0105.18.139

LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI

oleh
iii
ARIF RAHMANUDIN
NIM. C0105.18.139

EFEKTIFITAS PEMBERIAN NUTRISI TINGGI PROTEIN TERHADAP P


ROSES PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI
RUANG ALAMANDA
RSUD CIMACAN

telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Cimahi, …………………………

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Rudi Karmi, M.Kep Ryka Juaeriah, SST., MM., M.Keb.

LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI

iv
EFEKTIFITAS PEMBERIAN NUTRISI TINGGI PROTEIN TERHADAP P
ROSES PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI
RUANG ALAMANDA
RSUD CIMACAN

oleh
ARIF RAHMANUDIN
NIM. C0105.18.139
telah diujikan di depan dewan penguji pada tanggal 28 September 2020

Ketua Penguji Anggota Penguji

Ns. Rudi Karmi, M.Kep Ryka Juaeriah. SST.,MM.,M.Keb

NIP. 196301092010031127 NIP. 197903232007081081

Anggota Penguji Anggota Penguji

Dedeh Sri Rahayu, S.Pd S.Kep., Ners., MAN Ns. Toto Hermawan, S.Kep

NIP. 197005211995091018 NIP. 197511261997031001

Mengetahui
STIKes Budi Luhur Cimahi Program Studi Pendidikan Ners
Ketua Ketua

Sri Wahyuni, S.Pd. M.Kes., Ph.D Aan Somana, S.Kp., M.Pd.,MNS

NIP. 197102142002011034 NIP. 196802202006011067

KATA PENGANTAR

v
Puji syukur kepada Allah SWT. berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kepada
kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Efektifitas Pemberian Nutrisi Tinggi Protein terhadap Proses Penyembuhan Luka
Post Operasi Sectio Caesarea di Ruang Alamanda RSUD Cimacan”.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Sri Wahyu, S.Pd., M.Kes., Ph.D., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Budi Luhur Cimahi yang telah memberikan izin dan kesempatan
untuk penulis menimba ilmu dan pengetahuan.
2. dr. H. Dharmawan S.D., MARS. selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Cimacan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
3. Aan Somana, S.Kp., M.Pd., MNS., selaku Ka Prodi Pendidikan Ners STIkes
Budi Luhur Cimahi
4. Ns. Rudi Karmi, M.Kep., selaku Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan motivasi, bimbingan serta saran kepada
peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ryka Juaeriah, SST., MM., M.Keb., selaku Pembimbing II atas waktu,
bimbingan, saran serta motivasi kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ns. Dedeh Sri Rahayu, MAN., selaku Penguji I atas saran, masukan serta bim
bingan untuk perbaikan skripsi ini.
7. Ns. Toto Hermawan, S.Kep., selaku penguji II atas saran, masukan serta bimb
ingan untuk perbaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar serta Seluruh Staff Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Budi Luhur Cimahi yang telah memberi motivasi dan membantu
dalam menyelesaikan seluruh administrasi terkait.

vi
9. Bapak, Ibu, istri dan saudaraku di rumah, atas do’a dan dukungan tiada henti
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan yang sama-sama menyelesaikan skripsi saat ini.
Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan
penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Amiin.

Cimahi, ………………. 2020


Hormat Saya,

Arif Rahmanudin
NIM. C0105.18.139

vii
EFEKTIFITAS PEMBERIAN NUTRISI TINGGI PROTEIN TERHADAP
PROSES PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RUANG ALAMANDA RSUD CIMACAN

1)
Arif Rahmanudin, 2) Rudi Karmi, 3) Ryka Juaeriah
1)
Mahasiswa STIKes Budi Luhur Cimahi
2)
Dosen Program Pendidikan Ners STIKes Budi Luhur Cimahi
3)
Dosen Program Pendidikan Ners STIKes Budi Luhur Cimahi

Abstrak

Luka operasi caesar memiliki resiko untuk terjadinya infeksi yang bisa
saja muncul selama berada dalam masa penyembuhan sehingga diperlukan asupan
protein untuk proses penyembuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas pemberian nutrisi tinggi protein terhadap percepatan
penyembuhan luka post operasi sectio caesarea di Ruang Alamanda RSUD
Cimacan, Kota Cianjur, Jawa Barat. Dari 120 Pasien Post Operasi Sectio Caesare
a di Ruang Alamanda RSUD Cimacan pada bulan Januari – Desember 2019, diam
bil sampel sebanyak 12 responden untuk kelompok perlakuan dan 12 responden u
ntuk kelompok control. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik
consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan skala REEDA,
observasi dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik
analisis Mann Whitney Test. Hasil penelitian didapatkan nilai P sebesar 0,291 di
mana P > 0,005 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan keadaan luk
a ibu post operasi sectio caesarea pada kelompok perlakuan dan kelompok kontr
ol. Saran dari penelitian ini adalah diharapakn tim gizi rumah sakit memberikan as
upan tinggi protein dalam pemberian nutrisi bagi pasien post operasi sectio caesar
ea.

Kata Kunci : Nutrisi Tinggi Protein, Luka Post Operasi Sectio Caesarea
Kepustakaan : 22 buku dan 17 jurnal, 5 website

THE EFFECTIVNESS OF HIGH PROTEIN NUTRIENT ON POSTSECTI


O CAESAREA WOUND HEALING PROCESS

viii
IN ALAMANDA ROOM CIMACAN HOSPITAL

1)
Arif Rahmanudin, 2) Rudi Karmi, 3) Ryka Juaeriah
1)
Mahasiswa STIKes Budi Luhur Cimahi
2)
Dosen Program Pendidikan Ners STIKes Budi Luhur Cimahi
3)
Dosen Program Pendidikan Ners STIKes Budi Luhur Cimahi

Abstract

Sectio caesarea wound has infection risk that can be occured during recovery
time, so it needs protein to recover. The research aim is to find out the
effectiveness of high protein nutrient on post sectio caesarea wound healing
process in Alamanda Room of Cimacan Hospital, Cianjur, West Java. From 120 s
ectio caerarea’s patients in Alamanda Room of Cimacan Hospital during Januari –
December 2019, there were taken as many as 12 respondents as treatment group’s
sample and 12 respondents as control group’s sample. The sampling method uses
consecutive sampling technic. Data collecting ueses REEDA scale, observation an
d literature study. Data analysis technic uses Mann Whitney Test. The result is P
value as many as 0,291, P > 0,005, so it can be concluded that there is no
difference between treatment and control group of post section caesarea’ wound
condition. The suggestion is nutrition team in the hospital gives high protein
nutrient for post section caesarea patients.

Kata Kunci : High Protein Nutrient, Sectio Caesarea, Post Operation Wound
Literature : 22 books and 17 journals, 5 websites

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................ii1

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................1v

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

ABSTRAK.............................................................................................................vii

ABSTRACT.........................................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii

DAFTAR TABEL................................................................................................xiii

BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang Penelitian..................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................8

C. Tujuan Penelitian...............................................................................9

D. Manfaat Penelitian.............................................................................9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................11

A. Nutrisi...............................................................................................11

1. Pengertian Nutrisi......................................................................11

2. Nutrisi pada Telur.....................................................................12

3. Kebutuhan Nutrisi pada Klien Post Operasi.............................14

B. Luka Post Operasi Sectio Caesarea.................................................16

1. Pengertian Luka Sectio Caesarea.............................................16


2. Klasifikasi Jenis Luka Sectio Caesarea....................................17

3. Penyulit yang Biasa Terjadi pada Tindakan Operasi

Sectio Caesarea..........................................................................19

4. Komplikasi Luka.......................................................................20

5. Proses Penyembuhan Luka........................................................21

6. Tipe Penyembuhan Luka...........................................................22

7. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Sectio Caesarea.........................................................................22

8. Skala Penyembuhan Luka .........................................................34

C. Teori Keperawatan Jean Watson......................................................35

D. Penelitian Terdahulu........................................................................38

E. Kerangka Teori................................................................................40

F. Hipotesis..........................................................................................41

BAB III : METODE PENELITIAN......................................................................42

A. Rancangan Penelitian.......................................................................42

B. Variabel Penelitian...........................................................................43

C. Definisi Operasional Variabel..........................................................43

D. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................44

1. Populasi.......................................................................................44

2. Sampel.........................................................................................44

E. Alat Pengumpulan Data...................................................................45

F. Prosedur Pengumpulan Data............................................................46

G. Pengolahan Data..............................................................................49

xi
H. Analisis Data....................................................................................50

I. Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................51

J. Etika Penelitian................................................................................51

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................53

A. Hasil Penelitian................................................................................53

B. Pembahasan......................................................................................56

C. Keterbatasan Penelitian....................................................................59

BAB V : PENUTUP..............................................................................................61

A. Kesimpulan .....................................................................................61

B. Saran.................................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Modifikasi Teori Keperawatan Jean Wats

on (Potter, 2011), Hasdianah (2014), Craven dan Hiernie

(2010) .................................................................................. 40

Gambar 3.1 Alur Penelitian...................................................................... 48

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Gizi pada Telur Ayam....................................... 13

Tabel 2.2. Skala Penyembuhan Luka.................................................... 32

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu............................................................. 37

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel.............................................. 43

Tabel 4.1 Hasil Diskripsi Statistik Keadaan Luka Ibu Post Operasi S

ectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kel

ompok Perlakuan.................................................................. 53

Tabel 4.2 Hasil Diskripsi Statistik Keadaan Luka Ibu Post Operasi S

ectio Caesarea Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kel

ompok Kontrol .................................................................... 54

Tabel 4.3 Perbedaan Keadaan Luka Ibu Post Operasi Sectio Caesare

a pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol.......... 55

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Persalinan merupakan merupakan proses akhir dari kehamilan setelah m

elewati masa kehamilan selama 38-40 minggu. Persalinan bagi sebagian besar

wanita merupakan pengalaman yang unik, menyenangkan dan menakjubkan

karena calon ibu akan segera melihat dan menyentuh langsung bayi yang

selama sembilan bulan bertumbuh, berkembang dan dijaga dalam kandungan.

Dalam menjalani persalinan, setiap calon Ibu pastinya mengharapkan dapat m

enjalani persalinan secara normal, namun karena beberapa indikasi persalinan

terpaksa harus ditempuh cara lain demi menjaga keselamatan ibu dan bayi, sa

lah satunya dengan jalan sectio caesarea.

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan

sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram[1].

Operasi sectio caesarea ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang terbagi

atas indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan sectio caesaria atau

bedah caesar harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika dilakukan

persalinan secara normal tidak bisa lagi [2]. Meskipun 90% persalinan

termasuk kategori normal atau tanpa komplikasi persalinan, namun apabila

terjadi komplikasi maka penanganan selalu berpegang teguh pada prioritas

keselamatan ibu dan bayi. Operasi sectio caesarea ini merupakan pilihan

1
2

persalinan yang terakhir setelah dipertimbangkan cara-cara persalinan

pervaginam tidak layak untuk dikerjakan[3].

Jumlah operasi sectio caesarea di dunia telah meningkat tajam dari ta

hun ke tahun. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2018,

rata-rata tindakan sectio caesarea adalah 5-15% per 1000 kelahiran didunia,

angka kejadian dirumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara dirumah

sakit swasta bisa lebih tinggi dari 30%. Permintaan sectio caesarea

disejumlah negara berkembang melonjak pesat setiap tahunnya. Selain itu kll

lmenurut WHO prevalensi sectio caesarea meningkat 46% di Cina dan 25%

di Asia, Eropa, dan Amerika Latin[4].

Angka kejadian sectio caesarea di Indonesia menurut data survey

nasional pada tahun 2018 adalah ± 1.200.000 dari ± 5.690.000 persalinan atau

sekitar 24.8% dari seluruh persalinan. Sementara angka persalinan dengan tin

dakan sectio caesarea di Jawa Barat pada tahun 2018: adalah sekitar 8,7%.

[5]. Angka persalinan sectio caesarea di Kabupaten Cianjur sepanjang tahun

2019 adalah 2567 kasus.[6] Berdasarkan data yang didapatkan dari bagian

rekam medik di RSUD Cimacan didapatkan angka kejadian sectio caesarea

selama tahun 2019 adalah 120 kasus dari 1462 kelahiran.

Beberapa indikasi dilakukan tindakan sectio caesarea yaitu antara

lain kondisi janin tidak memungkinkan untuk dilakukan persalinan normal,

letak janin sungsang, letak lintang atau miring (oblique), ancaman gawat

janin (fetal distress), bayi kembar, ketuban pecah dini, serta faktor dari ibu.

Yang dimaksud faktor dari ibu ini adalah Chepalo Pelvik Disproportion
3

(CPD) atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara

alami, dan PEB (Pre-Eklamsi Berat).[7]

Kemajuan di bidang teknologi kedokteran khususnya dalam metode

persalinan ini jelas membawa manfaat besar bagi keselamatan ibu dan bayi

serta mempermudah proses persalinan sehingga banyak ibu hamil yang lebih

senang memilih jalan ini walaupun sebenarnya mereka bisa melahirkan secara

normal. Sectio Caesarea merupakan metode operasi modern di abad 20 yang

berperan dalam menurunkan morbidity rate dan mortality rate pada ibu

bersalin.[8]

Pembedahan caesar (sectio caesarea) adalah pembedahan untuk

melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus yang

masih utuh.[4] Menjalani pembedahan caesar adalah peristiwa penting dalam

hidup seseorang. Klien yang akan menjalani pembedahan caesar

menginginkan ada seseorang yang menemani dan melindunginya selama

mereka tidak bisa mengontrol dan melindungi dirinya sendiri. Pelayanan

keperawatan perioperatif berlangsung sebelum, saat, dan segera sesudah

prosedur pembedahan. Tujuan dari perawatan perioperatif adalah membantu

klien dan keluarganya dalam menghadapi sectio caesarea, membantu memf

asilitasi pencapaian hasil yang di harapkan, serta membantu pasien

memperoleh fungsi yang optimal setelah pembedahan. Setiap klien memiliki

respons yang berbeda terhadap pembedahan caesar. Oleh karena itu, rencana

keperawatan untuk setiap klien bedah caesar di susun berdasarkan proses


4

keperawatan. Selain itu, rencana asuhan keperawatan melalui pengkajian

mengidentifikasi masalah keperawatan di rumah atau di rumah sakit setelah

pembedahan caesar[9].

Luka operasi caesar memiliki resiko untuk terjadinya infeksi yang bisa

saja muncul selama berada dalam masa penyembuhan dari operasi caesar

yang telah lakukan[10]. Penelitian yang dilakukan oleh Sheri dan tahun 2012

di Inggris menemukan terdapat satu dari sepuluh wanita yang melahirkan

dengan operasi caesar mengalami infeksi. Dampak dari infeksi setelah

melahirkan adalah membuat para wanita cenderung kurang bisa merawat bayi

mereka dan akan membutuhkan penyembuhan yang lebih lama dari proses

melahirkan[11].

Infeksi pada luka operasi caesar dapat terjadi karena beberapa sebab, s

alah satunya adalah kurangnya asupan nutrisi, terutama protein pada pasien.

Protein dibutuhkan untuk membangun dan memelihara seluruh sel di dalam

tubuh dan selama pertumbuhan begitu banyak sel baru dibuat dan protein

ekstra diperlukan untuk ini. Jika protein cukup maka daya tahan tubuh

terhadap infeksi akan meningkat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sari,

dkk. bahwa ada hubungan antara faktor internal seperti usia, status gizi dan

kadar hemoglobin serta faktor eksternal seperti tipe prosedur operasi dan

perawatan luka terhadap kejadian infeksi luka post sectio caesarea.[12]

Tingginya angka sectio caesarea diikuti pula dengan tingginya angka

kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO). Data dari World Health Organization

(WHO) melaporkan bahwa angka kejadian infeksi luka operasi di dunia pada
5

tahun 2018 berkisar 5%-34%.[4] Sedangkan di Indonesia, infeksi luka sectio

caesarea mencapai sekitar 2,3-18,3% dari keseluruhan prosedur pembedahan.

[13]

Salah satu penyebab tingginya angka kejadian infeksi luka sectio caes

area adalah kurangnya kesadaran ibu post sectio caesarea untuk mengkonsu

msi makanan yang bergizi. Menurut Puspitasari dalam penelitiannya, pasien

yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gombong yang mengkonsumsi

makanan kurang nutrisi berpotensi menimbulkan infeksi, pada luka post

operasi yaitu 3 orang (7,89%). [14]

Sahara dan Lestari dalam penelitinnya menyatakan bahwa proses

penyembuhan luka post Sectio Caesarea pada pasien dengan status nutrisi

normal mengalami proses penyembuhan sekunder yaitu luka menutup pada

hari ke empat dengan kondisi luka kering, tidak ada kemerahan, tidak ada

rasa panas dan tidak terjadi bengkak pada daerah luka dan sekitarnya. Proses

penyembuhan luka post Sectio Caesarea pada pasien dengan status nutrisi

gemuk mengalami proses penyembuhan tersier yaituluka menutup lebih dari

4 – 7 hari dengan kondisi luka pada hari ke empat ada bengkak, kemerahan

dan basah. Proses penyembuhan luka post Sectio Caesarea pada pasien

dengan status nutrisi kurus tidak ditemukan oleh peneliti dalam penelitian.

Pengaruh nutrisi terhadap penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea

dari hasil uji Regresi Linier didapatkan nilai signifikansi p = 0,000 dengan

demikian p < 0,05 maka Ha diterima berarti dapat diketahui bahwa ada

pengaruh status nutrisi terhadap lama proses penyembuhan luka post operasi
6

Sectio Caesarea pada hari ke empat di ruang Dahlia RSUD dr. R. Soedjati

Purwodadi.[15]

Nutrisi adalah aspek yang paling penting dalam pencegahan dan

pengobatan pada luka. Oleh karena itu pengkajian asupan nutrisi pada klien

dalam perawatan luka adalah kunci untuk intervensi. Protein, zat besi, zinc,

dan vitamin A dan C adalah unsur penting dalam proses struktural seperti

sintesis kolagen dan penguatan revitalisasi. Katabolisme protein diperlukan

untuk meningkatkan kebutuhan energi, protein yang hilang dalam eksudat

luka, konsusmsi untuk protein sebanyak 100 gram perhari. Kekurangan serum

albumin, lebih dari 50% total protein serum menyebabkan kerusakan perfusi

pada luka, menurunkan tekanan osmotik dalam rongga intravascular, dan

rentan akan tekanan dan akan menyebabkan luka baru. Albumin menyediakan

sumber asam amino. Bila selama penyembuhan luka dan tubuh tidak dapat

memenuhi kebutuhan energi, kekurangan albumin mengganggu tahap

inflamasi dan proliferasi[16].

Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma darah mencapai

kadar 60%. Manfaatnya untuk membantu jaringan sel baru. Dalam ilmu

kedokteran, albumin ini digunakan untuk mempercepat pemulihan jaringan

sel tubuh yang terbelah atau rusak. Albumin juga berperan mengikat obat-

obatan serta logam berat yang tidak mudah larut dalam darah[17].

Telur ayam adalah satu bahan pangan yang mempunyai kandungan

protein tinggi. Jenis telur yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah

telur ayam ras dan telur itik. Konsumsi telur ayam ras lebih tinggi karena
7

harganya relatif murah dan tingkat juga ketersediaannya tinggi di pasaran.

Diketahui albumin pada telur (ovalbumin) paling banyak terdapat pada putih

telurnya dari pada kuningnya. Putih telur ayam ras dalam setiap 100

gramnya mengandung rata-rata 10,5 gram protein yang 95% adalah albumin

(9,83 gram), sedang putih telur itik setiap 100 gram mengandung rata-rata 11

gram protein[18].

Hampir semua jenis lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi jenis

makanan ini sebagai sumber protein hewani. Hal ini disebabkan telur

merupakan salah satu bentuk makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula

cara pengolahannya. Hal ini menjadikan telur merupakan jenis bahan

makanan yang selalu dibutuhkan dan dikonsumsi secara luas oleh

masyarakat. Pada gilirannya kebutuhan telur juga akan terus meningkat. Telur

sebagai salah satu produk ternak unggas memiliki protein yang sangat

berperan dalam tubuh manusia karena protein berfungsi sebagai zat

pembangunnya itu bahan pembentuk jaringan baru di dalam tubuh.

Berbagai kandungan dalam sebutir telur dari berbagai sumber dapat di

uji bahwa telur lebih baik untuk fokus membantu proses penyembuhan luka

post operasi karena terdapat kandungan albumin. Serta kemudahan

memperoleh putih telur dengan harga yang terjangkau dan bisa di peroleh

oleh semua lapisan masyarakat. Menjadi alasan utama kenapa telur dapat di

jadikan salah satu alternatif untuk membantu proses penyembuhan luka post

operasi di bandingkan jika harus membeli extrak albumin yang harganya

lumayan mahal. [18]


8

Menurut Fitriany dan Deviarny. kandungan albumin dalam Ikan gabus

(Channa striata), memiliki senyawa yang penting seperti protein dan

beberapa mineral. Ikan gabus adalah sumber albumin yang baik bagi

penderita hipoalbumin (rendah albumin) dan penyembuhan luka pasca

operasi maupun luka bakar. Selain itu, albumin juga sangat baik untuk

kesehatan dalam pembentukan jaringan sel baru, mempercepat pemulihan

jaringan sel tubuh yang rusak serta memelihara keseimbangan cairan di dalam

pembuluh darah.[19]

Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti Efektifitas Pem

berian Nutrisi Tinggi Protein terhadap Proses Penyembuhan Luka Post Opera

si Sectio Caesarea di Ruang Alamanda RSUD Cimacan, Kota Cianjur, Jawa

Barat dengan Menggunakan Modifikasi Teori Keperawatan Jean Watson.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah “Apakah efektif pemberian nutrisi tinggi protein terhadap

percepatan penyembuhan luka post operasi sectio caesarea di Ruang

Alamanda RSUD Cimacan, Kota Cianjur, Jawa Barat?”

C. Tujuan
9

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas pemberian nutrisi tinggi protein terhadap

percepatan penyembuhan luka post operasi sectio caesarea di Ruang

Alamanda RSUD Cimacan, Kota Cianjur, Jawa Barat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui penyembuhan luka post operasi sectio caesarea tanpa asu

pan tinggi protein pada pasien post operasi sectio caesarea di Ruang

Alamanda RSUD Cimacan, Kota Cianjur, Jawa Barat.

b. Mengetahui penyembuhan luka penyembuhan luka post operasi sectio

caesarea dengan asupan tinggi protein pada pasien post operasi sectio

caesarea di Ruang Alamanda RSUD Cimacan, Kota Cianjur, Jawa

Barat.

c. Mengetahui efektifitas asupan tinggi protein terhadap penyembuhan lu

ka pasien post operasi sectio caesarea di Ruang Alamanda RSUD

Cimacan, Kota Cianjur, Jawa Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan khususnya dibidang

ilmu keperawatan perioperatif tentang fungsi, kegunaan dan manfaat nutri

si tinggi protein sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka

post operasi sectio caesarea dan membantu proses penyembuhan luka

post operasi sectio caesarea.

2. Manfaat Praktik
10

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan yang b

erhubungan dengan pengaruh nutrisi tinggi protein terhadap percepatan

kesembuhan luka post operasi sectio caesarea yang dapat di praktekkan

secara langsung pada pasien post operasi sectio caesarea.

b. Rumah Sakit Umum Daerah Cimacan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk tim gizi rumah sakit

dalam pemberian nutrisi bagi pasien post operasi sectio caesarea.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan di rumah sakit tempat p

eneliti bekerja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nutrisi

1. Pengertian Nutrisi

Nutrisi merupakan zat-zat penting yang berasal dari makanan yang

telah dicerna dan diolah oleh tubuh kita menjadi zat yang berguna untuk

membentuk serta memelihara jaringan tubuh, memperoleh tenaga, mengatur

sistem fisiologi organ di dalam tubuh dan melindungi tubuh terhadap

serangan penyakit[20].

Menurut Susianto, dkk. nutrisi adalah sejumlah zat gizi yang

diperlukan oleh tubuh supaya organ-organnya dapat berfungsi dengan

baik[21]. Sedangkan menurut Soenardi (nutrisi berarti sesuatu yang

mempengaruhi proses perubahan semua jenis makanan yang masuk ke

dalam tubuh yang dapat mempertahankan kehidupan[22].

Sebagai unsur penting dalam tubuh, gizi atau nutrisi memainkan peran

penting dalam kehidupan makhluk hidup. Kebutuhan nutrisi dapat

membantu dalam aktivitas sehari-hari karena nutrisi juga merupakan sumber

tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh serta sumber zat

pembangun dan pengatur dalam tubuh. Gizi atau nutrisi menjadi sumber

energi, didapatkan melalui proses metabolisme yang begitu kompleks yang

mampu memberikan tenaga bagi manusia untuk beraktivitas[23].

11
12

2. Nutrisi pada Telur

Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap

gizinya. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Komposisinya terdiri dari 11%

kulit telur, 58% putih telur, dan 31% kuning telur. Kandungan gizi terdiri

dari protein 6,3 gram, karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan

mineral di dalam 50 gram telur.

a. Protein

Protein disusun dari asam-asam amino yang terikat satu dengan lainnya.

Mutu protein ditentukan oleh asam-asam amino dan jumlah masing-

masing asam amino tadi. Telur merupakan satu bahan pangan hewani

yang mempunyai kandungan protein tinggi. Jenis telur yang biasa

dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah telur ayam ras, telur yam

kampung dan telur itik. Tingkat konsumsi telur ayam ras lebih tinggi

karena harganya relatif murah dan tingkat ketersediaannya tinggi di

pasaran. Telur merupakan sumber albumin dari hewani. Diketahui

albumin pada telur (ovalbumin) paling banyak terdapat pada putih

telurnya daripada kuningnya. Putih telur ayam ras dalam setiap 100

gramnya mengandung rata-rata 10,5 g protein yang 95% nya adalah

albumin (9,83 g)
13

b. Lemak

Kandungan lemak pada telur sekitar 5 gram. Lemak pada telur terdapat

pada kuning telur, sekitar 32%, sedangkan lemak yang lain terdapat

pada putih telur . Zat gizi ini mudah dicerna oleh manusia. Lemak pada

telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida dan kolesterol.

Fungsi trigliserida dan fosfolipida umumnya menyediakan energi yang

diperlukan untuk aktivitas sehari-hari

c. Vitamin dan Mineral

Telur mengandung semua vitamin. Selain sebagai sumber vitamin, telur

juga merupakan bahan pangan sumber mineral. Beberapa mineral yang

terkandung dalam telur di antaranya besi, fosfor, kalsium, tembaga,

yodium, magnesium, mangan, potasium, sodium, zink, klorida dan

sulfur[24].

Kandungan gizi telur ayam menurut standard direktorat gizi departemen ke

sehatan, dapat dilihat pada tabel berikut[25]:

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Telur Ayam Ras Menurut standar Direktorat
Gizi Departemen Kesehatan

Komposisi Kimia Telur Ayam


Utuh Kuning Telur Putih Telur
Kalori (kal) 162 361 50
Air (gram) 74 49,4 87,8
Protein (gram) 12,8 16,3 10,8
Lemak (gram) 11,5 31,9 0
Karbohidrat (gram) 0,7 0,7 0,7
Kalsium (mg) 54 147 6
Phospor (mg) 180 586 17
Vitamin A (SI) 900 2000 0
14

3. Kebutuhan Nutrisi pada Klien Post Operasi

Tujuan pemberian nutrisi pasca operasi adalah untuk

mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk

mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh

pasien, dengan cara sebagai berikut:

a. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)

b. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain

c. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

d. Mencegah dan menghentikan perdarahan Kebutuhan untuk sebagian

vitamin dan mineral meningkat setelah terjadi trauma.[26]

Berikut peran nutrisi dalam penyembuhan luka post operasi:

a. Peran Energi

Tujuan utama dari nutrisi suportif adalah untuk memenuhi

kebutuhan energi untuk proses metabolisme, pemeliharaan suhu basal,

dan perbaikan jaringan. Kegagalan untuk menyediakan sumber energi

nonprotein yang memadai akan menyebabkan penggunaan cadangan

jaringan tubuh. Tujuan kedua dari nutrisi suportif adalah untuk

memenuhi kebutuhan substrat untuk sintesis protein. Kalori nonprotein

yang sesuai: rasio nitrogen 150:1 (misalnya, 1 g N = 6,25 g protein),

harus dipertahankan, yang merupakan kebutuhan kalori basal yang

diberikan untuk mencegah penggunaan protein sebagai sumber energi.

Kebutuhan energi harus dirinci. Karbohidrat sebagai sumber kalori

diberikan tidak lebih dari 6 g/kgBB/hari, bila berlebihan, terjadi


15

hipermetabolisme. Oleh karena pembatasan penggunaan karbohidrat

seperti di atas, lemak digunakan juga sebagai sumber kalori, sekaligus

sebagai sumber asam lemak esensial. Penderita dengan katabolisme

berat, seperti trauma ganda dan luka bakar, memerlukan nutrisi tinggi

protein dan asam amino untuk mengatasi keseimbangan nitrogen yang

negatif.

b. Peran Protein

Dukungan gizi dapat diberikan dengan pemberian tambahan

sumber protein terhadap pasien bedah. Contoh sumber protein yang

dapat diberikan sebagai makanan ekstra terhadap pasien bedah antara

lain putih telur, susu, tempe, dan sumber protein lain. Telur merupakan

sumber protein yang mudah dan murah untuk didapatkan. Dalam sebuti

r telur, kandungan protein yang di dalamnya terdapat kandungan asam

aminonya yang lengkap, telur menjadi makanan yang sangat baik untuk

luka jahitan. Fungsi protein yaitu membantu tubuh membuat jaringan

baru pada luka. Tentu saja, jika asupan protein seseorang tercukupi

dengan baik, maka proses penyembuhan luka pun akan semakin cepat.

Umumnya diperlukan 1,2-1,5 g protein/kgBB/hari.

c. Peran Mineral Mikro

Kebutuhan untuk sebagian vitamin dan mineral meningkat setelah

terjadi trauma. Namun dengan kenaikan kalori yang masuk, maka

kebutuhan ini biasanya dapat terpenuhi. Perkecualian pada 2 zat gizi

mikro yang sangat penting pada penyembuhan yaitu mineral Zn dan


16

vitamin C. Mineral Zn akan meningkatkan kekuatan tegangan (gaya

yang diperlukan untuk memisahkan tepi-tepi) penyembuhan luka

sedangkan vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen bagi

penyembuhan luka yang optimal. Pembentukan jaringan akan sangat

optimal bila kebutuhan nutrisi terutama vitamin C dan zinc terpenuhi.[2

7]

Sejalan dengan penelitian Hidayati, dkk. bahwa Faktor yang

mempengaruhi penyembuhan luka post op Sectio Caesarea (SC) yaitu

nutrisi, obat-obatan, keturunan, mobilisasi, sarana prasarana, budaya

dan keyakinan, usia, pantang makan. Hasil penelitian ini menunjukkan

terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan pola makan dengan

penyembuhan luka post op Sectio Caesarea (SC). Diharapkan ibu nifas

untuk bisa mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yang mengandun

g protein, energy dan mineral, dengan takaran cukup serta tidak

melakukan pantang makan, kecuali apabila ada alergi terhadap

makanan tertentu, supaya proses penyembuhan luka post op Sectio

Caesarea (SC) berlangsung cepat dan normal.[28]

B. Luka Post Operasi Sectio Caesarea

1. Pengertian Luka Sectio Caesaria

Sectio Caesaria secara umum adalah operasi yang dilakukan untuk

mengeluarkan janin dan plasenta dengan membuka dinding perut dan

uterus[29]. Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
17

dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500

gram[1]. Operasi sectio caesarea ditujukan untuk indikasi medis

tertentu, yang terbagi atas indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi.

Persalinan sectio caesaria atau bedah caesar harus dipahami sebagai

alternatif persalinan ketika dilakukan persalinan secara normal tidak bisa

lagi [2]. Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa

komplikasi persalinan, namun apabila terjadi komplikasi maka

penanganan selalu berpegang teguh pada prioritas keselamatan ibu dan

bayi. Operasi sectio caesarea ini merupakan pilihan persalinan yang

terakhir setelah dipertimbangkan cara-cara persalinan pervaginam tidak

layak untuk dikerjakan[3].

Luka adalah gangguan dalam kontinuitas sel-sel kemudian diikuti

dengan penyembuhan luka yang merupakan pemulihan kontinuitas

tersebut[30]. Pengertian luka sectio caesaria adalah gangguan dalam

kontinuitas sel akibat dari pembedahan yang dilakukan untuk

mengeluarkan janin dan plasenta, dengan membuka dinding perut dengan

indikasi tertentu.

2. Klasifikasi Jenis Luka Sectio Caesaria

Luka Sectio Caesaria dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis

yaitu[29]:

a. Sectio Caesaria Transperitonealis Profunda

Merupakan pembedahan yang paling banyak dilakukan dengan insisi

di segmen bawah uterus. Keunggulan pembedahan ini adalah


18

perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak. Bahaya peritonitis tidak

besar. Parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri

dikemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas segmen bawah

uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus

uteri, sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

b. Sectio Caesaria Klasik atau Sectio Caesaria Corporal

Merupakan pembuatan insisi pada bagian tengah korpus uteri

sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di atas batas plika vesiko

uterine. Insisi ini dibuat hanya diselenggarakan apabila ada halangan

untuk melakukan sectio caesaria transperitonealis profunda (misalnya

melekat eratnya uterus pada dinding perut karena Sectio Caesaria

yang dahulu, insisi di segmen bawah uterus mengandung bahaya

perdarahan banyak berhubungan dengan letaknya plasenta pada

plasenta previa). Kekurangan pembedahan ini disebabkan oleh lebih

besarnya bahaya peritonitis, dan kira-kira 4 kali lebih bahaya rupture

uteri pada kehamilan yang akan datang. Sesudah Sectio Caesaria

klasik sebaiknya dilakukan sterilisasi atau histerektomi.

c. Sectio Caesaria Ekstraperitoneal

Sectio Caesaria ini dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi

puerperal, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi,

pembedahan Sectio Caesaria ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan.

Pembedahan tersebut sulit dalam tehniknya.


19

3. Penyulit yang Biasa Terjadi pada Tindakan Operasi Sectio Caesaria

Penyulit yang biasa terjadi pada tindakan Operasi Sectio Caesaria

antara lain[29] :

a. Pada Ibu

1) Infeksi Purperalis

Pasien yang mengalami sectio caesaria karena plasenta previa

karena perdarahan dan karena ketuban pecah dini resikonya lebih

besar dari pada pasien yang mengalami sectio caesaria elektif.

2) Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika

cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena uterina uteri.

3) Komplikasi-komplikasi lain, seperti luka kandung kemih,

embolisme paru, komplikasi ini jarang terjadi.

4) Suatu komplikasi baru yang tampak kemudian, ialah kurang

kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan

berikutnya terjadi rupture uteri.

b. Pada Anak

Nasib anak yang dilahirkan dengan Sectio Caesaria banyak

tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk medan sering

kali terjadi peritoneum tidak dapat dihindarkan.


20

4. Komplikasi Luka

a. Hematoma

Balutan dilihat terhadap perdarahan (hemoragi) pada interval yang

sering selama 24 jam setelah pembedahan. Setiap perdarahan

dalam jumlah yang tidak semestinya dilaporkan. Pada waktunya,

sedikit perdarahan terjadi pada bawah kulit. Hemoragi ini biasanya

berhenti secara spontan tetapi mengakibatkan pembentukan bekuan

didalam luka. Jika bekuan kecil, maka akan terserap dan tidak

harus ditangani. Ketika lukanya besar dan luka biasanya menonjol

dan penyembuhan akan terhambat kecuali bekuan ini dibuang.

Proses penyembuhan biasanya dengan granulasi atau penutupan

sekunder dapat dilakukan.

b. Infeksi

Stapihylococcuss Aureus menyebabkan banyak infeksi luka pasca

operatif. Infeksi lainnya dapat terjadi akibat escherichia coli,

proteus vulgaris. Bila terjadi proses inflamatori, hal ini biasanya

menyebabkan gejala dalam 36 sampai 48 jam. Frekwensi nadi dan

suhu tubuh meningkat, dan luka biasanya membengkak, hangat dan

nyeri tekan, tanda-tanda lokal mungkin tidak terdapat ketika infeksi

sudah mendalam.

c. Dehiscene dan Eviserasi

Dehicence adalah gangguan insisi atau luka bedah dan eviserasi

adalah penonjolan isi luka. Komplikasi ini sering terjadi pada


21

jahitan yang lepas, infeksi dan yang lebih sering lagi karena batuk

keras dan mengejan.

5. Proses Penyembuhan Luka

Proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 3 fase

utama, yaitu[27]:

a. Fase Inflamasi (durasi 0-3 hari)

Jaringan yang rusak dan sel mati melepaskan histamine dan

mediator lain, sehingga dapat menyebabkan vasodilatasi dari

pembuluh darah sekeliling yang masih utuh serta meningkatnya

penyediaan darah ke daerah tersebut, sehingga menyebabkan merah

dan hangat. Permeabilitas kapiler darah meningkat dan cairan yang

kaya akan protein mengalir ke interstitial menyebabkan oedema

lokal.

b. Fase destruksi (1-6 hari)

Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang mengalami

devitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan makrofag. Polimorf

menelan dan menghancurkan bakteri. Tingkat aktivitas polimorf

yang tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan

terus tanpa keberadaan sel tersebut.

c. Fase Proliferasi (durasi 3-24 hari)

Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk

sel-sel yang bermigrasi. Fibroblas melakukan sintesis kolagen dan

mukopolisakarida.
22

d. Fase Maturasi (durasi 24-365 hari)

Dalam setiap cedera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel

pada pinggir luka dan sisa- sisa folikel membelah dan mulai

berimigrasi di atas jaringan granulasi baru.

6. Tipe Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka akan melalui beberapa intensi

penyembuhan, antara lain[27]:

a. Penyembuhan Melalui Intensi Pertama (Primary Intention)

Luka terjadi dengan pengrusakan jaringan yang minimum, dibuat

secara aseptic, penutupan terjadi dengan baik, jaringan granulasi

tidak tampak, dan pembentukan jaringan parut minimal.

b. Penyembuhan Melalui Intensi Kedua (Granulasi )

Pada luka terjadi pembentukan pus atau tepi luka tidak saling

merapat, proses penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama.

c. Penyembuhan Melalui Intensi Ketiga (Secondary Suture)

Terjadi pada luka yang dalam yang belum dijahit atau terlepas dan

kemudian dijahit kembali, dua permukaan granulasi yang

berlawanan disambungkan sehingga akan membentuk jaringan

parut yang lebih dalam dan luas.

7. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Sectio Caesaria

Menurut yang mempengaruhi penyembuhan luka dapat

digolongkan menjadi dua yaitu[31]:


23

a. Faktor Lokal

Faktor lokal yang dapat mendukung atau justru menghambat proses

penyembuhan luka adalah:

1) Hidrasi luka

Hidrasi luka atau pengairan pada luka adalah kondisi

kelembapan pada luka yang seimbang yang sangat mendukung

penyembuhan luka. Luka yang terlalu kering atau terlalu basah

kurang mendukung penyembuhan luka. Luka yang terlalu

kering menyebabkan luka membentuk fibrin yang mengeras,

terbentuk scab (keropeng), atau nekrosis kering. Luka yang

terlalu basah menyebabkan luka cenderung rusak dan merusak

sekitar luka. Perawatan luka tradisional menekankan

perawatan luka dengan prinsip kering atau basah. Sejak tahun

1962 Winter membuktikan luka lebih baik dan lebih cepat

sembuh pada kondisi lembab. Perawatan modern atau dikenal

juga istilah evidence - based wound care adalah perawatan

terkini yang mempertahankan prinsip lembab yang seimbang

pada luka.

2) Infeksi

Luka selalu rentan terhadap risiko infeksi. Sebagian besar luka

kronis mengalami kontaminasi; dan kolonisasi bakteri juga

hampir pasti terjadi. Walaupun demikian, kontaminasi dan


24

kolonisasi bakteri tidak selalu menghalangi proses

penyembuhan luka, kecuali jumlah bakteri menjadi sangat

tinggi dan menyebabkan infeksi.

3) Penatalaksanaan luka

Suatu manajemen atau tindakan yang diterapkan atau

dilakukan dalam merawat luka. Dalam prinsip perawatan luka

akut (pasca pembedahan) dengan penanganan luka secara

steril. Penatalaksanaan luka akut pasca pembedahan steril yang

tidak tepat dapat menghambat penyembuhan luka. Tenaga

kesehatan harus memahami proses penyembuhan luka dan

kebutuhan pada setiap fasenya. Kebersihan luka dan sekitar

luka harus diperhatikan, kumpulan lemak dan kotoran pada

sekitar luka harus dibersihkan. Saat pencucian luka, pilih

cairan pencuci yang tidak korosif terhadap jaringan granulasi

yang sehat. Pemilihan balutan (topical therapy) harus

disesuaikan dengan fungsi dan manfaat balutan terhadap luka.

4) Tekanan dan gesekan

Gesekan dan tekanan penting diperhatikan untuk mencegah

terjadinya hipoksia jaringan yang mengakibatkan kematian

jaringan. Pembuluh darah sangat mudah rusak karena sangat

tipis, resistensi tekanan pada pembuluh darah arteri mencapai

30mmHg dengan variasi tekanan hingga pembuluh darah vena.

Tekanan dan gesekan dapat ditimbulkan akibat penggunaan


25

balutan elastis yang yang kurang tepat atau luka yang tidak

ditutup dengan baik. Tekanan dan gesekan sering muncul

akibat aktivitas atau tidak beraktivitas, pakaian dan balutan

yang terlalu kencang, dan kompresi bandaging. Ini dapat

menekan pembuluh darah sehingga tersumbat dan jaringan

luka tidak mendapatkan temperatur normal. Perlindungan awal

terhadap luka yang paling tepat harus diperhatikan[32].

5) Hipoksia atau iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan

suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran

darah. Iskemia jaringan adalah musuh terbesar bagi

penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka tidak dapat

berjalan sebagaimana mestinya jika jaringan luka mengalami

iskemia, yang biasanya diakibatkan oleh suplai darah dari

arteri yang jumlahnya tidak adekuat atau terganggu karena

hambatan aliran balik darah dari jaringan perifer. Kondisi ini

menyebabkan apoptosis sel endotel yang kemudian

mengganggu kerja sistem mikrovaskular dalam memberikan

supai nutrisi dan oksigen. Keadaan miskin oksigen

menciptakan kondisi anaerob, dan selanjutnya metabolisme

anaerob akan menghasilkan ATP (adenosine-tri-phosphate)

dalam jumlah yang kecil atau bahkan tidak menghasilkan ATP


26

sama sekali yang kemudian mengakibatkan jaringan

mengalami iskemia dan nekrosis[26].

6) Insufisiensi vena

Sistem vaskular yang terdiri dari komponen arteri dan vena

bertanggung jawab mencukupi kebutuhan perfusi jaringan.

Aliran balik vena sama pentingnya dengan aliran arteri dalam

menjaga jaringan agar tetap tercukupi kebutuhan perfusinya.

Ketika aliran vena mengalami gangguan, metabolisme jaringan

dan seluler akan mengalami kekacauan dan tidak dapat

berfungsi secara baik akibat terkumpulnya hasil sisa

metabolisme secara in situ. Secara klinis darah yang terkumpul

tersebut pada akhirnya akan menimbulkan hambatan aliran

darah. Aliran darah lokal menjadi tidak mampu memenuhi

asupan nutrisi dan oksigen yang merupakan kebutuhan

metabolisme jaringan. Secara keseluruhan gangguan pada

sistem vaskularisasi yang lebih sering melibatkan ekstremitas

bawah akan mengurangi perfusi jaringan yang kemudian

berujung pada kerusakan jaringan yang lanjut; proses

penyembuhan luka tidak dapat berlanjut[26].

7) Benda asing

Benda asing pada luka dapat menghalangi proses granulasi dan

epitelisasi bahkan dapat menyebabkan infeksi. Benda asing

pada luka di antaranya adalah sisa proses debris pada luka


27

(scab), sisa jahitan, kotoran, rambut, sisa kasa, kapas yang

tertinggal, dan adanya bakteri. Benda asing harus dibersihkan

dari luka sehingga luka dapat menutup[32].

8) Toksin lokal

Akumulasi toksin infeksi bakteri serta sisa metabolisme akan

menginduksi proses nekrosis jaringan dan meningkatkan beban

metabolik karena terjadi pengalihan penggunaan energi demi

mengeliminasi toksin yang ada. Dengan demikian akumulasi

toksin dapat mengakibatkan terhambatnya proses

penyembuhan luka[26].

9) Jaringan parut atau riwayat trauma sebelumnya

Riwayat trauma, terutama crush injury, dapat meninggalkan

bekas luka atau jaringan parut yang tampak buruk, kehilangan

elastisitas, dan teraba lebih padat daripada kulit normal, dan

kurang baik kualitas jaringannya. Proses penyembuhan luka

pada jaringan parut akan berjalan lambat atau bahkan tidak

dapat berlanjut. Jaringan parut memiliki parfusi jaringan yang

buruk walaupun pendarahan (vaskularisasi) yang terdapat pada

jaringan parut yang mengalami trauma lebih banyak daripada

pendarahan pada jaringan kulit yang normal. Walaupun

jaringan parut memiliki banyak jaringan vaskular, respons

penyembuhan terhadap pengobatannya tidak adekuat[26].


28

10) Kerusakan akibat radiasi

Radiasi memengaruhi proliferasi sel dan menginduksi

kerusakan jaringan dan apoptosis sel karena radiasi

menimbulkan panas yang berpenetrasi ke dalam sel. Hasil

akhir proses penyembuhan luka pada luka akibat radiasi yang

berat dapat berupa jaringan parut, yang sama buruknya dengan

jaringan parut akibat crush injury[26].

11) Mobilisasi

Mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk

bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan

kesehatan. Mobilisasi yang dilakukan post operasi sangat

bermanfaat dalam mendukung kesembuhan pasien. Mobilisasi

merupakan suatu aspek penting pada fungsi fisiologis karena

merupakan komponen esensial guna mempertahankan

kemandirian. Mobilisasi berfungsi untuk melatih otot, sistem

saraf, tulang, maupun sirkulasi darah sehingga diharapkan

mampu mempercepat proses penyembuhan luka

b. Faktor Umum

Faktor umum yang dapat memengaruhi proses penyembuhan

luka adalah:
29

1) Faktor Usia

Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh sehingga dapat

memperlambat waktu penyembuhan luka. Jumlah dan ukuran

fibroblas menurun, begitu pula kemampuan proliferasi

sehingga terjadi penurunan respons terhadap growth factor dan

hormon-hormon yang dihasilkan selama penyembuhan luka.

Jumlah dan ukuran sel masa juga menurun. Kondisi kulit

cenderung kering, keriput, dan tipis sangat mudah mengalami

luka karena gesekan dan tekanan. Hal ini menyebabkan luka

pada usia lanjut akan lebih lama sembuhnya[32].

2) Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering memengaruhi penyembuhan

luka adalah penyakit diabetes, jantung, ginjal, dan gangguan

pembuluh darah (penyempitan atau penyumbatan pada

pembuluh darah arteri dan vena). Kondisi penyakit tersebut

memperberat kerja sel dalam memperbaiki luka sehingga

penting sekali melakukan tindakan kolaborasi untuk mengatasi

penyebabnya dan penyulit penyembuhan.

3) Vaskularisasi

Vaskularisasi yang baik dapat menghantarkan oksigen dan

nutrisi ke bagian sel terujung. Pembuluh darah arteri yang

terhambat dapat menurunkan asupan nutrisi dan oksigen ke sel

untuk mendukung penyembuhan luka sehingga luka cenderung


30

nekrosis. Gangguan pembuluh darah vena dapat menghambat

pengembalian darah ke jantung sehingga terjadi

pembengkakan atau penumpukan cairan yang berlebihan dan

mengganggu proses penyembuhan luka[32].

4) Nutrisi

Nutrisi atau asupan makanan sangat memengaruhi

penyembuhan luka. Nutrisi yang buruk akan menghambat

proses penyembuhan bahkan menyebabkan infeksi luka.

Nutrisi yang dibutuhkan dan penting adalah asam amino

(protein), lemak, energi sel (karbohidrat), vitamin (C, A, B

kompleks, D, K, E), Zink, trace element (besi, magnesium),

dan air[32].

5) Kegemukan

Obesitas atau kegemukan dapat menghambat penyembuhan

luka terutama luka dengan tipe penyembuhan primer (dengan

jahitan) karena lemak tidak tidak memiliki banyak pembuluh

darah. Lemak yang berlebih dapat memengaruhi aliran darah

ke sel. Obesitas memiliki keterkaitan dengan pemyembuhan

jaringan yang buruk dan tingkat komplikasi yang tinggi pada

tindakan operasi. Dari hipotesis yang ada, dikatakan bahwa

jarak antarsel pada pasien dengan obesitas jauh lebih besar

daripada jarak antarsel pada individu dengan berat badan


31

normal, yang pada gilirannya akan menurunkan jumlah perfusi

oksigen ke dalam sel[32].

6) Gangguan sensasi dan pergerakan

Gangguan sensasi dapat memperburuk kondisi luka karena

tidak ada rasa sakit atau terganggu terhadap luka tersebut,

begitu pula gangguan pergerakan dapat menghambat aliran

darah dari dan ke perifer. Sering sekali pemilik luka tidak

menyadari bahwa luka memburuk[32].

7) Alkoholisme

Beberapa studi menyebutkan bahwa konsumsi alkohol dan

paparan etanol dapat menghambat proses penyembuhan luka.

Disebutkan juga bahwa konsumsi alkohol secara kronis dapat

meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Terlebih lagi, paparan

terhadap alkohol dapat memengaruhi proliferasi sel,

menghambat angiogenesis, menurunkan baik oksigenasi

jaringan maupun produksi kolagen, serta memengaruhi

keseimbangan protein pada jaringan luka.

8) Merokok

Kebiasaan buruk berupa konsumsi rokok memiliki efek yang

signifikan pada proses penyembuhan luka. Substansi kimia

yang terkandung pada rokok, seperti nikotin, hydrogen sianida,

dan CO akan memicu terjadinya vasokontriksi. Dengan

demikian, pasien yang perokok berisiko tinggi mengalami


32

kegagalan penerimaan graft maupun flap. Segala substansi

kimia yang terdapat pada rokok juga mengakibatkan

peningkatan agregasi platelet, penurunan deposisi kolagen,

serta penurunan pembentukkan prostasiklin.

9) Status psikologis

Stres, cemas, dan depresi menurunkan efisiensi kerja sistem

imum tubuh sehingga penyembuhan luka terhambat[32].

10) Obat

a) Steroid

Obat-obatan yang menghambat penyembuhan luka adalah

nonsteroidal anti-inflammatory drug/NSAID

(menghambat sintesis prostaglandin), obat sitotoksik

(merusak sel yang sehat), kortikosteroid (menekan

produksi makrofag, kolagen, menghambat angiogenesis

dan epitelisasi), imunosupresan (menurunkan kinerja sel

darah putih), dan penisilin/penisilamin (menghambat

kolagen untuk berikatan/resistensi bakteri pada luka)

b) Antibiotik

Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat

seseorang rentan terhadap infeksi luka. Antibiotik akan

efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk

bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika


33

diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan

efektif akibat koagulasi intravaskular.

c) Kemoterapi

Obat yang digunakan dalam kemoterapi memiliki sifat

sitotoksik, dengan demikian proses regenerasi sel dan

penyembuhan luka tentu akan terganggu.

Selain zat gizi seimbang penyembuhan luka juga dipengaruhi

beberapa faktor lain seperti penerapan tehnik aseptik saat

perawatan luka dan mobilisasi dini. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Salamah S.M. (2015) yang

membuktikan bahwa ada hubungan mobilisasi dini dengan

pemulihan luka Post Op Sectio Caesarea. Dapat disimpulkan

bahwa bahwa mobilisasi dini pada ibu Post Partum efektif terhadap

percepatan penyembuhan luka Sectio Caesarea. Dari hasil

penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penting bagi ibu Post Op

SC untuk memperhatikan asupan nutrisi terutama makanan kaya

protein, karbohidrat, lemak, vitamin Adan C serta mineral yang

sangat berperan dalam pembentukan jaringan baru pada

penyembuhan luka, meningkatkan mobilisasi dini serta bagi tenaga

medis untuk memperhatikan tehnik aseptik dan mencuci tangan

sebelum melakukan perawatan luka sehingga tidak terjadi

kegagalan dalam penyembuhan luka atau luka terinfeksi yang

ditandai luka menjadi nyeri,merah atau kebiruan dan bengkak


34

akhirnya luka terbuka serta mengeluarkan getah bernanah. Karena

normalnya penyembuhan luka dan pengangkatan jahitan dilakukan

pada hari ke-7 untuk sebagian dan diselesaikan padahari ke-10.[33]

8. Skala Penyembuhan Luka

Kriteria penyembuhan skala REEDA pada luka post section

caesarea adalah sebagai berikut[16]:

Tabel 2.2 Skala Penyembuhan Luka

Perubahan
Skor Kemerahan Bengkak Cairan Lu Pembentukan
Warna Ku
ka Jaringan
lit
0 Tidak ada Tidak ad Tidak ada Tidak ada Tertutup
a
1 Sekitar 0,25 Kurang Sekitar Serum Jarak kulit 3
cm pada dari 1 cm 0,25 cm mm atau
kedua sisi dari bilateral kurang
insisi insisi /0,5 cm
unirateral
2 Sekitar 0,5 Sekitar Sekitar 0,5- Serosangui- Terdapat jarak
cm pada 1-2 cm 1 cm nous antara kulit
kedua sisi dari bilateral dan lemak
insisi insisi /0,5 -2 cm subkutan
unirateral
3 Lebih dari Lebih Lebih dari Darah, Terdapat jarak
0,5 cm pada dari 2 cm 1 cm Purulent antara kulit,
kedua sisi dari insis bilateral/2 lemak
insisi i cm subkutan dan
unirateral fasia
Skor T
otal

Sejalan dengan penelitian Lahal, dkk. yang menyatakan bahwa

Luka merupakan gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit, Gizi

(nutrisi) adalah keseluruhan dari berbagai proses dalam tubuh makhluk

hidup untuk menerima makanan bahan-bahan dari lingkungan hidupnya


35

dan menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan pelbagai

aktivitas penting dalam tubuhnya sendiri. Bahan-bahan tersebut dikenal

dengan istila nutrien, Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam

mempercepat pemulihan pasca bedah, Kebersihan luka merupakan suatu

kondisi dimana luka bebas dari kotoran, bahan kimia berbahaya, debu dan

lain-lain yang bisa menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan luka

atau bisa menyebabkan infeksi. Dari hasil penelitian di dapatkan hasil uji

Pearson Chi-Square spss versi 16,0, di dapatkan nilai p=0.001 untuk

nutrisi, nilai p=0.001 untuk mobilisasi, nilai p=0.004 dengan untuk

kebersihan luka. Disimpulkan bahwa ternyata ada ada hubungan antara

nutrisi, mobilisasi dan kebersihan luka responden dengan penyembuhan

luka. [34]

C. Teori Keperawatan Jean Watson

Watson merekomendasikan suatu pendekatan penelitian keperawatan

yang lebih dalam, agar menghasilkan suatu hubungan keperawatan yang baik

dengan kebutuhan manusia. Agar hasilnya sempurna, maka perawat perlu

melakukan metode pemecahan masalah secara ilmiah. Watson juga

menyatakan proses keperawatan  terdiri atas langkah-langkah yang sama

dengan proses ilmiah.[35]

Beberapa penerapan model konseptual Jean Watson dalam

keperawatan:
36

1.  Pembuatan Asuhan keperawatan

a. Pengkajian

1)  Tindakan   pengamatan, melakukan identifikasi, dan menelaah

masalah yang muncul melalui pengaplikasian dari hasil studi

literatur.

2) Untuk  dapat  menelaah dan  memprediksi suatu  masalah dengan 

baik sesuai  kerangka kerja yang telah dibuat, maka  perlu

menggali  lebih dalam  pengetahuan yang terkait secara konseptual.

3) Dalam  pengkajian  juga  mencakup  formulasi  hipotesis  mengena

ihubungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah.

4) Selain itu juga dalam menilai situasi perlu mencantumkan definisi

dari   variabel-variabel yang akan diperiksa dalam pemecahan

masalah ini.

b. Perencanaan

1) Dengan perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam

menentukan bagaimana variabel-variabel dapat diuji atau diukur.

2) Dalam merancang suatu pemecahan masalah yang mengacu pada 

rencana  asuhan keperawatan tetap melalui pendekatan konseptual.

3) Selain itu juga dalam perencanaan tercantum data-data yang telah

dikumpulkan & sesuai.

c. Intervensi (Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang

ditemukan)
37

d.  Evaluasi

1) Evaluasi merupakan sebuah  metoda dan  proses untuk menganalisa

hasil pelaksanaan inter-vensi dari setiap masalah yang ada.

2) Disamping itu menurut Watson, evaluasi juga harus mampu

memberikan generalisasi terhadap hipotesa-hipotesa tambahan atau

kejadian yang  mungkin akan terjadi untuk mendorong teori

keperawatan secara umum didasarkan pada studi pemecahan

masalah.

2.   Perawat di tuntut untuk mampu memberikan keperawatan kepada klien,

berupa :

a.  Kebutuhan psikologis (nutrisi)

b. Kebutuhan psikofisikal (memberi dan mengatur waktu istirahat

pasien)

c.  Kebutuhan psikososial (memberikan motivasi sosial untuk kembali

beraktifitas normal di masyarakat misalnya memberikan saran untuk

berorganisasi.

d. Kebutuhan intrapersonal dan interpersonal (perawat di tuntut tetap

menjaga privasi pasien dalam rangka mencapai aktualisasi diri )

e.  Kebutuhan spiritual (memberikan semangat hidup bagi pasien yang

mungkin hidupnya sudah di prediksi untuk mendekatkan dirinya

kepada tuhan atau membantu pasien bagaimana pasien memaknai

hidup.
38

3.  Memandang pasien sebagai kerabat dekat, dengan kata lain dalam

memberikan perawatan dengan penuh kasih sayang, serta kesadaran.

4.    Perawat harus mampu mengahagai privasi pasien.

5.    Perawat merawat tidak hanya merawat pada sakit saja namun pada saat

pasien telah kembali pulih.

6.    Jika mengacu kepada konsep keperawatan  Jean Watson maka Perawat

dituntut mampu mempromosikan kesehatan dalam upaya pencegahan

penyakit.

7.    Perawat harus mampu memberikan rasa percaya dan harapan kepada

pasien.

8.    Perawat mampu menjalin kerjasama terhadap pasien agar dapat

mempercepat proses penyembuhan.

9.    Perawat tetap harus memanusiakan pasien walaupun yang sudah

meninggal.

10.  Dalam memberikan pelayanan perawat tetap memperhatikan moment

waktu yang tepat dalam berinteraksi human to human.[35]

Dari aplikasi tersebut semua didasarkan pada konsep caring dan kemanusian

perawat terhadap pasien.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan acuan

dalam penulisan peneliti saat ini. Penelitian terdahulu berisi tentang hasil

penelitian yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang

dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung,


39

pelengkap, serta pembanding yang memadai sehingga penulisan skripsi ini

lebih memadai.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Penelitian Tahun Judul Hasil


1 Feriyanto 2014 Pengaruh Diet Dari 30 responden, 15 ibu p
Tinggi Protein asien post operasi sectio ses
Terhadap Peny area menjadi kelompok
embuhan Luka kontrol. Responden kelompo
pada Pasien Po k control mengkonsumsi
st Operasi Sect telur 3 kali sehari selama 3
io Sesarea di R hari. Sebagian besar
uang Nifas RS responden yang mendapat
D Balung Jem pemberian telur memiliki
ber Jakarta) proses penyebuhan luka
yang baik.[36]

2 Madiyanti 2016 Hubungan Asu Responden yang luka jahitan


pan Protein de SC sembuh sebanyak 22
ngan Penyemb responden (48.9%).
uhan Luka pad Sebagian besar responden
a Pasien Post yang asupan protein cukup
Op Sectio Cae (≥0.75g/BB/hari) sebanyak
sarea (SC) di 35 responden (66.7%). Ada
Rumah Sakit hubungan antara asupan
Umum Daerah protein dengan
Pringsewu La penyembuhan luka Post Op
mpung Tahun SC Di RSUD Pringsewu
2016 tahun 2016dengan P-Value=
0.015[33].

3. Dharmayanti 2019 Pengaruh Kons Ibu post sectio caesarea


umsi Putih Tel yang mengkonsumsi putih
ur Kukus terha telur kukus memiliki kriteria
dap Penyembu penyembuhan luka jahitan
han Luka Jahit baik sebanyak 9 responden,
an Post Sectio sedangkan yang memiliki
Caesarea di kriteria penyembuhan luka
Rumah jahitan sedang hanya 1
Bersalin Ibu responden, serta tidak ada
Bertha Kota responden yang memiliki
Pasuruan Tahu kriteria penyembuhan luka
n 2019 buruk. Total seluruh
responden yang
40

mengkonsumsi putih telur


kukus sebanyak 10 orang.
Hal ini disebabkan 9 ibu
post sectio caesarea yang
mengkonsumsi putih telur
kukus memenuhi kecukupan
nutrisi terutama protein[37].

E. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pasien Post Oper


asi SC

Faktor yang Mempengaru


Luka Operasi hi Luka Sectio Caesarea

Telur Ayam

Faktor Lokal: Faktor Umum:


Hidrasi luka Usia
Infeksi Penyakit peserta Protein
Penatalaksanaan luka Vaskularisasi
Tekanan dan Gesekan 4. Nutrisi Lemak
Hipoksia Vitamin
Kegemukan Mineral
Insufisiensi vena Gangguan sensasi
Benda asing Alkoholisme
Toksin lokal Merokok Pembentukan
Jaringan parut Status psikologis Jaringan pada
Radiasi
Obat luka Post SC
Mobilisasi
Keterangan:
: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori Modifikasi Teori Keperawatan Jean Watson (Potte

r, 2011), Hasdianah (2014), Craven dan Hiernie (2010).


41

F. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

H1: Pemberian nutrisi tinggi protein terbukti efektif terhadap percepatan

penyembuhan luka post operasi sectio caesarea di Ruang Alamanda

RSUD Cimacan, Kota Cianjur, Jawa Barat.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat quasi eksperiment dengan rancangan pre-test

post-test control groups design (rancangan tes awal tes akhir kelompok

kontrol dengan sampel acak), yang digambarkan sebagai berikut[38]:

P X1 OA X2

K X3 OB X4

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Ket :

P : kelompok perlakuan

K : kelompok kontrol

X1 : Kondisi luka sebelum pemberian nutrisi tinggi protein

X2 : Kondisi luka setelah pemberian nutrisi tinggi protein

X3 : Kondisi luka sebelum perlakuan pada kelompok kontrol.

X4 : Kondisi luka setelah perlakuan pada kelompok kontrol.

OA : Pemberian nutrisi tinggi protein berupa telur ayam ras

OB : Pemberian nutrisi tinggi protein berupa tahu putih

42
43

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, obyek,

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini

ditetapkan variable penelitian sebagai berikut[39]:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Nutrisi Tinggi Protein

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Proses Penyembuhan Luka Po

st Operasi Sectio Caesarea

C. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional Efektifitas Pemberian Nutrisi Tinggi P


rotein terhadap Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Sec
tio Caesarea di Ruang Alamanda RSUD Cimacan

Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor


Oprasional Ukur

Nutrisi Ting zat-zat Diet telur ayam ras se Jumlah ko Ordinal 1= Diberikan
gi Protein penting yang banyak 2 x 3 butir per nsumsi pu diet putih telu
berasal dari hari. tih telur a r
makanan ((1,2 gram x BB) : 12, yam seba 0= Tidak dibe
yang mengan 8 gr kandungan protein nyak 2x3 rikan diet puti
dung protein pada sebutir telur ayam butir seha h telulr
tinggi yang ras) ri selama
berguna 4 hari
untuk
membentuk
serta
memelihara
jaringan
tubuh.

Proses Penye Proses penye a. Redness Skala RE Rasio Skor 0-3


mbuhan Luk mbuhan luka b. Odema EDA Semakin
a Post Opera akibat dari c. Ecchymosis rendah hasil
si Sectio Cae pembedahan d. Discharge skor maka
44

Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor


Oprasional Ukur

sarea yang e. Approximation keadaan luka


dilakukan semakin
untuk membaik.
mengeluarka
n janin dan
plasenta,
dengan
membuka
dinding perut
dengan
indikasi
tertentu.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah Pasien Post Operasi Sectio Caes

area di Ruang Alamanda RSUD Cimacan pada bulan Januari – Desember

2019, yaitu sebanyak 120 pasien.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Pasien Post Operasi Sectio Caes

area di Ruang Alamanda RSUD Cimacan. Untuk menentukan ukuran sam

pel (sample size) minimal, dengan merujuk pada pendapat Arikunto yang

mengatakan bahwa apabila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil

seluruhnya. Namun jika populasinya lebih dari 100 orang, maka sampel bi

sa diambil sebesar 10%-15%, 20%-25% atau lebih.[40]

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 10% karena jumlah popul

asi lebih dari 100, yaitu 120. Hingga total sampel yang digunakan dalam p
45

enelitian ini adalah 12 orang untuk kelompok perlakuan dan 12 orang untu

k kelompok control yang berasal dari 120 dikalikan 10%.

Sampling pada penelitian ini menggunakan teknik Non Random

Sampling yaitu consecutive sampling dengan perbandingan 1:1 antara

kelompok kontrol dan kelompok . cara pengambilan sampel yang


intervensi

dilakukan dengan cara memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian

sampai kurun waktu tertentu sehingga jumah sampel terpenuhi[41]. Pada p

enelitian ini jumlah sampel kelompok perlakuan sebanyak 12 orang dan ju

mlah sampel kelompok kontrol sebanyak 12 orang. 

Adapun kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:

a. Pasien post operasi section caesarea hari ke-1.

b. Mempunyai status nutrisi normal berdasarkan IMT pada saat sesudah

operasi.

c. Bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah:

a. Mempunyai riwayat penyakit DM.

b. Mempunyai status nutrisi kurang atau lebih dari normal

c. Ibu post operasi sectio caesarea dengan riwayat penyakit penyerta

d. Ibu post operasi sectio caesarea dengan PEB atau eklamsia

E. Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Alat ukur timbangan berat badan jenis manual.

b. Alat ukur tinggi badan jenis manual.


46

c. Tabel klasifikasi IMT menurut WHO tahun 2000. Dimana

interpretasinya akan dikatakan berat badan berlebih jika nilai IMT ≥23.

Sedangkan jika nilai IMT < 23 akan dikategorikan berat badan tidak

berlebih.

d. Skala Reeda. Dengan indikator terdiri dari redness, odema, ecchymosis,

discharge, approximation yang masing-masing memiliki rentang skor 0-

3.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan[42].

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Menyusun proposal penelitian

b. Melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah populasi

subyek ibu post operasi sectio caesaria.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengajukan surat ijin melakukan penelitian ke RSUD Cimacan

b. Melakukan screening kepada populasi terjangkau yaitu ibu post section

caesaria hari ke 1.

c. Peneliti menjelaskan mekanisme penelitian yang akan di lakukan kepada

populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.


47

d. Kemudian sampel mengisi lembar pernyataan kesediaan sebagai sampel

penelitian apabila setuju untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

e. Melakukan survei keadaan luka pada ibu post operasi sectio caesaria

hari ke 1 yang telah bersedia menjadi sampel.

f. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok:

1) Kelompok yang diberikan protein putih telur

2) Kelompok yang diberikan protein tahu putih

g. Pemberian nutrisi putih telur sebanyak sebanyak 2x3 butir sehari selama

4 hari pada kelompok perlakuan, dan nutrisi tahu putih sebanyak 2x3 bu

ah selama 4 hari pada kelompok control.

h. Pemeriksanaan keadaan luka dilakukan setelah intervensi pada hari ke 3

dan hari ke 5.

3. Pengamatan Keadaan Luka

a. Siapkan lembar observasi skala REEDA untuk mencatat keadaan luka.

b. Indikator skala REEDA terdiri dari redness, odema, ecchymosis,

discharge, approximation yang masing-masing memiliki rentang skor

0-3.

Untuk lebih memudahkan dalam melakukan penelitian, maka

dibuatlah alur penelitian sebagai berikut:


48

Penyusunan Proposal

Survai Pendahuluan

Mengajukan surat ijin penelitian ke RSUD Cimacan

Populasi : Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di Ruang Alamanda RSUD Cimacan pada b
ulan Januari – Desember 2019, yaitu sebanyak 120 pasien
Sampel: 12 responden kelompok perlakuan dan 12 responden kelompok kontrol

Melakukan screening kepada ibu post section caesaria hari ke 1

Peneliti menjelaskan mekanisme penelitian kepada populasi

Sampel mengisi lembar pernyataan kesediaan sebagai sampel


penelitian

Survei keadaan luka pada sampel

Kelompok Perlakuan: Kelompok Kontrol:


Pemberian nutrisi tinggi protein berupa Pemberian nutrisi tinggi protein beru
putih telur ayam 2x3 butir sehari selam pa tahu putih 2x3 buah sehari selama
a 4 hari 4 hari

Pengamatan Luka: Skala REEDA

Pengolahan Data : Editing, Coding, Scoring dan Tabulating

Analisa Data: Menggunakan Uji Statistik Mann Whitney Test

Hasil Penelitian

Penarikan Kesimpulan
Gambar 3.1 Alur Penelitian
49

G. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Editing

Penyempurnaan data yang kurang atau tidak sesuai, belum lengkap,

tentang kejelasan data, konsistensi data, dan kesesuaian respondensi

(mengkoreksi data yang telah diperoleh).

2. Coding

Setelah dilakukan editing, peneliti memberikan kode variabel untuk

memudahkan dalam tahap analisis data.

3. Transfering

Pada tahapan ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan

dengan teliti dan teratur, kemudian dimasukkan ke dalam program

komputer untuk selanjutnya dapat dianalisis menggunakan software

statistik.

4. Tabulating

Tabulasi merupakan langkah lanjut setelah pemeriksaan dan pemberian

kode. Dalam tahap ini data disusun dalam bentuk tabel agar lebih

mempermudah dalam menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

Tabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel frekuensi yang

dinyatakan dalam persen.


50

H. Analisis Data

Saat semua data penelitian sudah terkumpul, kemudian dilakukan

analisis data dengan uji statistik dengan cara sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti[40]. Deskripsi meliputi usia serta

keadaan luka ibu post operasi sectio caesaria.

Distribusi frekuensi diukur dengan rumus sebagai berikut:

n
X= x 100 %
N

Keterangan:

X= nilai presentase

n = nilai yang diperoleh dari tiap kelompok

N= Nilai maksimum

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel untuk mengetahui

adanya perbedaan.

Perbedaan proses penyembuhan luka sebelum pemberian nutrisi

tinggi protein antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diukur

dengan menggunakan uji Mann Whitney Test. Uji ini dilakukan untuk

mengetahui perbedaan proses penyembuhan luka antara kelompok perlaku

an dan kelompok control setelah diberikan nutrisi protein tinggi. Bila pada

hasil uji hipotesis terdapat perbedaan, menunjukkan bahwa pemberian nutr

isi tinggi protein berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka post Ope
51

rasi sectio caesarea. Uji pada penelitian ini menggunakan program SPSS 2

1.0. Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

H1: Ada pengaruh pemberian nutrisi tinggi protein terhadap

percepatan penyembuhan luka post operasi sectio caesarea di

Ruang Alamanda RSUD Cimacan, Kota Cianjur, Jawa Barat.

I. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Cimacan, Kota Cianjur, Provinsi Ja

wa Barat. Adapun penelitian dilaksanakan dari tanggan 31 Agustus hingga 11

September 2020

J. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi sampel

penelitian adalah manusia, maka penelitian harus memahami hak dasar

manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan[41].

Masalah etika yang harus diperhatikan sebagai berikut:

1. Izin etik (Ethical Clearence)

Peneliti mengajukan izin etik (ethical clearance) kepada komite etik dan

ijin penelitian RSUD Cimacan.

2. Penjelasan dan persetujuan (Informed Consent)

Responden mengetahui maksud dan tujuan penilaian serta dampak yang

diteliti selama pengumpulan data. Jika sampel bersedia menjadi sampel

maka harus mendatangani lembar persetujuan menjadi sampel. Jika sampel


52

menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

haknya.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset. Pada penelitian ini nama dan alamat sampel tidak dicantumkan

untuk menjamin kerahasiaan sampel.

4. Manfaat (Benefit)

Keharusan secara etik untuk mengusahakan manfaat yang sebesar-

besarnya dan memperkecil kerugian atau risiko bagi subjek dan

memperkecil kesalahan penelitian. Peneliti akan menjelaskan kepada

responden mengenai manfaat penelitian, yaitu dapat mengetahui efektifitas

nutrisi tinggi protein terhadap percepatan kesembuhan luka post operasi

sectio caesarea.

5. Keadilan (Justice)

Peneliti berlaku adil pada semua responden tanpa memandang suku, ras,

agama, dan status sosial. Seluruh sampel mendapat perlakuan yang sama

selama pengambilan data. Peneliti tidak akan mengambil sampel sesuai

suku, ras, agama, ataupun adat yang dianut oleh responden. Setiap ibu

yang berstatus bekerja sesuai dengan kriteria inklusi akan dijadikan

responden tanpa membeda-bedakan perlakuan yang diberikan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Keadaan Luka Ibu Post Operasi Sectio Caesarea Sebelum


dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Perlakuan

Gambaran keadaan luka ibu post operasi sectio caesarea sebelum d

an sesudah perlakuan dengan diberikan nutrisi tinggi protein berupa telur a

yam ras adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Diskripsi Statistik Keadaan Luka Ibu Post Operasi Sectio
Caesarea Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Per
lakuan
Keterangan Sebelum Sesudah Selisih
Jumlah Responden 12 12 0
Skor minimum 5 0 -5
Skor Maksimum 12 6 6
Rata-rata 8,83 3,00 5,83
Standar Deviasi 2,290 2,132 0,158
Sumber: Hasil Olah SPSS, 2020

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa keadaan luka Ibu post operasi sect

io caesarea pada kelompok perlakuan sebelum diberikan perlakuan yang

berupa pemberian nutrisi telur ayam ras adalah dalam keadaan kurang baik

yang dibuktikan dengan nilai rata-rata sebesar 8,93 dengan standard devias

i 2,290. Keadaan luka Ibu post operasi sectio caesarea pada kelompok perl

akuan sesudah diberikan perlakuan yang berupa pemberian nutrisi telur ay

am ras adalah dalam keadaan baik yang dibuktikan dengan nilai rata-rata s

ebesar 3,00 dengan standard deviasi 2,132.

53
54

2. Gambaran Keadaan Luka Ibu Post Operasi Sectio Caesarea Sebelum


dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol

Gambaran keadaan luka ibu post operasi sectio caesarea sebelum d

an sesudah perlakuan dengan diberikan nutrisi tinggi protein berupa tahu p

utih kukus adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Diskripsi Statistik Keadaan Luka Ibu Post Operasi Sectio
Caesarea Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Ko
ntrol
Keterangan Sebelum Sesudah Selisih
Jumlah Responden 12 12 0
Skor minimum 5 0 -5
Skor Maksimum 12 8 4
Rata-rata 9,42 4,92 4,5
Standar Deviasi 2,234 2,644 -0,41
Sumber: Hasil Olah SPSS, 2020

Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa keadaan luka Ibu post operasi sect

io caesarea pada kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan yang ber

upa pemberian nutrisi tahu putih kukus adalah dalam keadaan kurang baik

yang dibuktikan dengan nilai rata-rata sebesar 9,42 dengan standard devias

i 2,234. Keadaan luka Ibu post operasi sectio caesarea pada kelompok kon

trol sesudah diberikan perlakuan yang berupa pemberian nutrisi tahu putih

kukus adalah dalam keadaan baik yang dibuktikan dengan nilai rata-rata se

besar 4,92 dengan standard deviasi 2,644.

3. Hasil Uji Hipotesis

Efektifitas pemberian nutrisi tinggi protein pada ibu post operasi se

ctio caesarea dengan pemberian nutrisi telur pada kelompok perlakuan da

n pemberian tahu putih kukus pada kelompok kontrol diuji dengan menggu

nakan uji Mann Whitney Test, dapat dilihat pada tabel berikut:
55

Tabel 4.3 Perbedaan Keadaan Luka Ibu Post Operasi Sectio Caesarea pa
da Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Keterangan Telur Tahu Selisih P


Jumlah Responden 12 12 0 0,291
Skor minimum 0 0 0
Skor Maksimum 11 9 3
Rata-rata 5,83 4,50 1,33
Standar Deviasi 2,823 2,600 223
Sumber: Hasil Olah SPSS, 2020

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa keadaan luka ibu post operasi secti

o caesarea pada kelompok perlakuan yang mendapatkan nutrisi telur dala

m keadaan baik yang dibuktikan dengan nilai rata-rata sebesar 5,83 dengan

standard deviasi 2,823. Sedangkan keadaan luka ibu post operasi sectio ca

esarea pada kelompok kontrol yang mendapatkan nutrisi tahu putih kukus

juga dalam keadaan baik yang dibuktikan dengan nilai rata-rata sebesar 4,5

0 dengan standard deviasi sebesar 2,680. Nilai P sebesar 0,291 dimana P >

0,005 yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan keadaan luka ibu post o

perasi sectio caesarea pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, se

hingga hipotesis “Pemberian nutrisi tinggi protein terbukti efektif terhadap

percepatan penyembuhan luka post operasi sectio caesarea di Ruang

Alamanda RSUD Cimacan, Kota Cianjur, Jawa Barat” tidak terbukti.

B. Pembahasan

1. Perbedaan Kondisi Luka Ibu Post Operasi Sectio Caesarea Sebelum d


an Sesudah Pemberian Nutrisi Tinggi Protein Telur Ayam Ras Pada
Kelompok Perlakuan
56

Keadaan luka Ibu post operasi sectio caesarea pada kelompok perl

akuan sebelum diberikan perlakuan yang berupa pemberian nutrisi telur a

yam ras adalah dalam keadaan kurang baik yang dibuktikan dengan nilai

rata-rata sebesar 8,93 dengan standard deviasi 2,290. Keadaan luka Ibu p

ost operasi sectio caesarea pada kelompok perlakuan sesudah diberikan p

erlakuan yang berupa pemberian nutrisi telur ayam ras adalah dalam kead

aan baik yang dibuktikan dengan nilai rata-rata sebesar 3,00 dengan stand

ard deviasi 2,132.

Pemberian nutrisi tinggi protein berupa telur ayam ras dapat menin

gkatkan kecepatan penyembuhan luka pada ibu post operasi sectio caesar

ea karena protein yang terkandung di dalamnya terdapat kandungan asam

aminonya yang lengkap, sehingga telur menjadi makanan yang sangat

baik untuk luka jahitan. Fungsi protein yaitu membantu tubuh membuat

jaringan baru pada luka. Tentu saja, jika asupan protein seseorang

tercukupi dengan baik, maka proses penyembuhan luka pun akan

semakin cepat.[28]

Hal ini sejalan dengan penelitian Novita (2017) dengan judul “Peng

aruh Konsumsi Telur Rebus terhadap Percepatan Penyembuhan Luka.” H

asil penelitian menyebutkan bahwa Penyembuhan luka perineum pada

ibu nifas di Puskesmas Wilayah Tangerang Selatan yang

mengkonsumsi telur rebus ayam negeri lebih cepat dibandingkan

dengan yang tidak mengkonsumsi telur rebus. Terdapat pengaruh


57

konsumsi telur rebus ayam negeri terhadap penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas di Puskesmas Wilayah Tangerang Selatan.

2. Perbedaan Kondisi Luka Ibu Post Operasi Sectio Caesarea Sebelum d


an Sesudah Pemberian Nutrisi Tinggi Protein Tahu Putih Kukus Pa
da Kelompok Kontrol

Keadaan luka Ibu post operasi sectio caesarea pada kelompok kon

trol sebelum diberikan perlakuan yang berupa pemberian nutrisi tahu puti

h kukus adalah dalam keadaan kurang baik yang dibuktikan dengan nilai

rata-rata sebesar 9,42 dengan standard deviasi 2,234. Keadaan luka Ibu p

ost operasi sectio caesarea pada kelompok kontrol sesudah diberikan perl

akuan yang berupa pemberian nutrisi tahu putih kukus adalah dalam kead

aan baik yang dibuktikan dengan nilai rata-rata sebesar 4,92 dengan stand

ard deviasi 2,644.

Hal ini kemungkinan kondisi luka post operasi sectio caesaria yang

mendapat perlakuan pemberian nutrisi protein berupa tahu kukus putih

dalam keadaan baik, dikarenakan luka section caesaria merupakan luka

bersih post operasi dengan infeksi ringan. Infeksi ringan pada luka

section caesaria sulit didiagnosis karena banyak tanda infeksi tersebut

sulit dibedakan dengan penyembuhan luka normal. Kejadian infeksi luka

operasi pasca section caesaria berkisar 3-15% dengan rata-rata 6%. [1]

Proses penyembuhan luka post operasi sectio caesaria terdiri dari 3

fase, yaitu fase proliferasi, fase maturasi, dan fase inflamasi. Pada fase

inflamsi sangat memerlukan sirkulasi darah yang baik guna membantu

memenuhi nutrisi sel darah dan mempercepat pertumbuhan jaringan.


58

Luka sudah tidak menunjukkan tanda-tanda klinis fase inflamasi (rubor,

dolor, color dan tumor) 4-5 hari pasca pembedahan.[35]

3. Kondisi Luka Setelah Pemberian Telur Ayam Ras pada Kelompok


Perlakuan dan Pemberian Tahu Putih Kukus pada Kelompok
Kontrol

Hasil uji Mann Whitney Test membuktikan bahwa keadaan luka ibu

post operasi sectio caesarea pada kelompok perlakuan yang mendapatka

n nutrisi telur dalam keadaan baik yang dibuktikan dengan nilai rata-rata

sebesar 5,83 dengan standard deviasi 2,823. Sedangkan keadaan luka ibu

post operasi sectio caesarea pada kelompok kontrol yang mendapatkan n

utrisi tahu putih kukus juga dalam keadaan baik yang dibuktikan dengan

nilai rata-rata sebesar 4,50 dengan standard deviasi sebesar 2,680. Nilai P

sebesar 0,291 dimana P > 0,005 yang berarti bahwa tidak terdapat perbed

aan keadaan luka ibu post operasi sectio caesarea pada kelompok perlak

uan dan kelompok kontrol, sehingga hipotesis “Pemberian nutrisi tinggi

protein terbukti efektif terhadap percepatan penyembuhan luka post

operasi sectio caesarea di Ruang Alamanda RSUD Cimacan, Kota

Cianjur, Jawa Barat” tidak terbukti.

Telur dan tahu merupakan sama-sama sumber protein. Perbedaanny

a adalah telur merupakan sumber protein hewani dan tahu merupakan su

mber protein nabati. Kandungan protein pada sebutir telur sebesar 12,8 gr

am dan pada 100 gram tahu kandungan proteinnya sebanyak 9 gram.[43]

Menurut Almatsier kebutuhan protein pada ibu pasca melahirkan mening

kat karena berguna untuk proses kesembuhan sehabis melahirkan dan me


59

mproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Sumber protein

dapat diperoleh dari protein hewani (ikan, udang kerang, kepiting, daging

ayam, hati, telur, susu dan keju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang

merah, kacang hijau , kedelai, tahu dan tempe).[44]

Lebih lanjut, menurut Damayanti sumber protein bisa diperoleh

dari bahan makanan hewani dan bahan makanan nabati yang berasal dari

tumbuhan. Protein yang bersumber dari hewani merupakan protein

lengkap atau protein dengan nilai biologi tinggi karena mengandung

semua jenis asam amino esensial dengan jumlah yang sesuai untuk

pertumbuhan. Sedangkan protein nabati kecuali kacang kedelai dan

kacang kacangan lain merupakan protein tidak lengkap atau protein

bermutu rendah tidak mengandung semua jenis asam amino esensial

yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan.[45] Dengan demikian kan

dunga protein pada telur dan kedelai yang ada pada tahu memiliki manfa

at yang sama, sehingga sama-sama dapat mendukung proses kesembuhan

luka post operasi sectio caesarea.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian menggunakan pemberian telur ayam r

as pada kelompok perlakuan dan pemberian tahu putih kukus pada kelompok k

ontrol pasien post section caesaria ini mempunyai banyak kelemahan dan

keterbatasan. Kelemahan dan keterbatasan adalah pada proses penyembuhan

luka tentunya ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi contohnya dokter

yang memberikan terapi antibiotik pada pasien sehingga bisa mencegah


60

inflamasi dan mempercepat penyembuhan luka post section caesaria serta

tidak mengontrol faktor asupan zat gizi yang dapat mempercepat penyembuhan

luka.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Ada perbedaan keadaan luka pada kelompok perlakuan sebelum dan sesud

ah pemberian nutrisi tinggi protein pada ibu post sectio caesaria di RSUD

Cimacan dengan nilai rata-rata sebesar 8,93 dengan standard deviasi 2,290

pada kondisi luka sebelum dan nilai rata-rata sebesar 3,00 dengan standard

deviasi 2,132 pada kondisi luka sesudah pemberian perlakuan.

2. Ada perbedaan keadaan luka pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah

pemberian nutrisi tinggi protein pada ibu post sectio caesaria di RSUD Ci

macan dengan nilai rata-rata sebesar 9,42 dengan standard deviasi 2,234 pa

da kondisi luka sebelum dan nilai rata-rata sebesar 4,92 dengan standard d

eviasi 2,644 pada kondisi luka sesudah pemberian perlakuan.

3. Hasil uji Mann Whitney Test membuktikan bahwa keadaan luka ibu post o

perasi sectio caesarea pada kelompok perlakuan dalam keadaan baik yang

dibuktikan dengan nilai rata-rata sebesar 5,83 dengan standard deviasi 2,82

3. Sedangkan pada kelompok kontrol juga dalam keadaan baik yang dibukt

ikan dengan nilai rata-rata sebesar 4,50 dengan standard deviasi sebesar 2,

680.

4. Nilai P sebesar 0,291 dimana P > 0,005 yang berarti bahwa tidak terdapat

perbedaan keadaan luka ibu post operasi sectio caesarea pada kelompok p

61
62

erlakuan dan kelompok kontrol, sehingga hipotesis “Pemberian nutrisi ting

gi protein terbukti efektif terhadap percepatan penyembuhan luka post ope

rasi sectio caesarea di Ruang Alamanda RSUD Cimacan, Kota Cianjur, Ja

wa Barat” tidak terbukti.

B. Saran

Saran dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan yang berhubungan dengan

pengaruh nutrisi tinggi protein terhadap percepatan kesembuhan luka post

operasi sectio caesarea yang dapat di praktekkan secara langsung pada pasien

post operasi sectio caesarea.

b. Rumah Sakit Umum Daerah Cimacan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk tim gizi rumah

sakit dalam pemberian nutrisi bagi pasien post operasi sectio caesarea.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan di rumah sakit tempat penelit

i bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

[1] S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka, 2014.


[2] J. Lang and K. J. Rothman, “J. Lang & K.J. Rothman,” F. Test Results
Mother. Method to Meas. Matern. Mortal., vol. Indian J M, pp. 64–69,
2011.
[3] Asamoah et.al., “Distribution of Causes of Maternal Mortality among
Different Socio-demographic Groups in Ghana; A Descriptive Study,”
BMC Public Health, vol. 11, p. 159, 2011.
[4] WHO, “Sectio Caesarea,” Sectio Caesarea, 2018.
www.who.int/sectiocaesarea (accessed Jun. 21, 2020).
[5] Kemenkes RI, “RIKESDAS 2018,” Jakarta, 2018.
[6] D. P. Jabar, “Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2018,”
2019.
[7] I. Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC,
2012.
[8] L. Salawati, “Profil Sectio Caesarea di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh Tahun 2011,” J. Kedokt. Syah Kuala, vol. 13 No. 3, p. 140, 2013.
[9] A. Maryuani, Asuhan Keperatawan pada Ibu dalam Masa Nifas
(Pospartum). Jakarta: TIM, 2014.
[10] M. Hardianti, Tanda Infeksi Jahitan Operasi Caesar. Jakarta: EGC, 2014.
[11] S. M. Salamah, “Hubungan Mobilisasi Dini dengan Pemulihan Luka Post
Sectio Caesarea di Rumah Sakit Penembahan Senopati Bantul,” Ilmu
Kebidanan Stikes Aisyiyah Yogyakarta, vol. 6, p. 2, 2015.
[12] D. A. Sari, W. Lismidiati, and Y. B. Foju, “Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Terjadinya Infeksi Luka Post Operasi Sectio Cesarea
di RSUD Panembahan Senopati Bantul,” in Prosiding Seminar Hasil-Hasil
Penelitian Pengabdian Masyarakat, 2015, p. 127.
[13] Himatusujanah and F. B. Rahayuningsih, “Hubungan Tingkat Kepatuhan
Pelaksanaan Protap Perawatan Luka dengan Kejadian Infeksi Luka Post
Sectio Caesarea (SC) di Ruang RSUD dr. Moewardi Surakarta,” Ber. Ilmu
Keperawatan, vol. 1 No. 4, pp. 175–176, 2018.
[14] P. Sumarningsih, N. M. Yasin, and R. H. Asdie, “Pengaruh Faktor Resiko
Terhadap Kejadian ILO pada Pasien Bedah Obstetri dan Ginekologi di
RSIP dr. Sardjito Yogyakarta,” Farmaseutik, vol. 16, No. 1, p. 44, 2020.
[15] R. Sahara and D. Lestari, “Pengaruh Status Nutrisi Terhadap Lama Proses
Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Caesarea di Ruang Dahlia RSUD
dr. R. Soedjati Purwodadi,” An-Nur STIKES Purwodadi, vol. 2 No. 2, p.
40, 2017.
[16] Suryadi dkk., “Proses Penyembuhan dan Penanganan Luka,” 2013.
http://download.portalgaruda.org/article/php?article=14468&val=970
(accessed Jun. 21, 2019).
[17] Sumarno, “Albumin Ikan Gabus dan Kesehatan,” J. Ilm. Agri Bios, vol. I,
pp. 60–63, 2012.
[18] A. Prastowo, “Keefektifan ekstra putih telur terhadap peningkatan albumin
dan penurunan IL-1β pada pasien tuberkulosis dengan hipoalbuminemia,”
J. Gizi Klin. Indones., vol. 10, p. 3, 2014.
[19] E. Fitriyani and I. M. Deviarni, “Pemanfaatan Ekstrak Albumin Ikan Gabus
(Channa Striata) Sebagai Bahan Dasar Cream Penyembuh Luka,” Vokasi,
vol. IX, No. 3, p. 166, 2013.
[20] B. Chandra, Nutrisi. Jakarta: EGC, 2013.
[21] dkk. Susianto, Vegan Itu Mudah (Hidup Sehat Ala Vegetarian Murni).
Jakarta: Naura Books, 2014.
[22] T. Soenardi, Gizi Seimbang Untuk Bayi Dan Balita Dalam Hidup Sehat.
Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: Gramedia
Pustaka, 2011.
[23] HR. Hasdianah, Gizi, Pemanfaatan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta:
Nuha Medika, 2014.
[24] Sudaryani, Kualitas Telur, Penebar Sw. Jakarta, 2013.
[25] Direktorat Gizi, Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2012.
[26] Prasetyono, “General Concept of Wouond Healing,” Med. J. Indones., vol.
18 (3), pp. 208–216, 2011.
[27] J. Morison, Manajemen Luka. Jakarta: EGC, 2013.
[28] S. Nurhidayati, Y. P. Widiastuti, and Sri Rejeki, “Hubungan Pola Makan
dengan Penyembuhan Luka Post Op Sectio Caesarea di RSUD Soewondo
Kendal,” in Muswil IPEMI Jateng, 2016, p. 242.
[29] H. Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2013.
[30] Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 8th ed. Jakarta: EGC,
2014.
[31] R. . Craven and C. J. Hirnie, Fundamental of Nursing. Philadelphia:
Lippincott, 2010.
[32] I. P. Arisanty, Manajemen Perawatan Luka :Konsep Dasar. Jakarta: EGC,
2013.
[33] dkk. Desi Ari Madiyanti, “Hubungan Asupan Protein dengan
Penyembuhan Luka pada Pasien Post Op Sectio Caesarea (SC) di Rumah
Sakit Umum Daerah Pringsewu Lampung Tahun 2016,” J. Asuhan Ibu
Anak, vol. 3 (2), pp. 1–9, 2016.
[34] D. S. L. M. Lahal, M. H, and A. MUhtar, “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyembuhan Luka Post Operasi Setio Caesarea di Ruang
PNC Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar,” J. Ilm.
Kesehat. Diagnosis, vol. 12 No. 4, p. 430, 2018.
[35] P. Potter, Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC, 2011.
[36] F. R. Feriyanto, “Pengaruh Diet Tinggi Protein Terhadap Penyembuhan
Luka pada Pasien Post Operasi Sectio Sesarea di Ruang Nifas RSD Balung
Jember,” Keperawatan Univ. Muhammadiyah Jember, vol. 5, p. 7, 2014.
[37] L. Dharmayanti, “Pengaruh Konsumsi Putih Telur Kukus terhadap
Penyembuhan Luka Jahitan Post Sectio Caesarea,” Keperawatan dan
Kebidanan Akad. Kebidanan Sakinah Pasuruan, vol. 2, p. 8, 2019.
[38] H. Riwikdikto, Statistik Kesehatan dengan Aplikasi SPSS dalam Prosedur
Penelitian, Pertama. Yogyakarta: CV. Rihama-Rohima, 2012.
[39] Sugiyono, Metode Penelitian Kesehatan. Bandung: Alfabeta, 2012.
[40] S. Arikunto, Prosedur Penelitian. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
[41] A. A. Hidayat, Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis.
Jakarta: Salemba Medika, 2011.
[42] Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2014.
[43] D. F. Rosida, Murtiningsih, and Q. Hardiyanti, “Kajian Dampak Substitusi
Kacang Tunggak pada Kualitas Fisik dan Kimia Tahu,” J. Teknol. Pangan,
vol. 3, no. 1, p. 139, 2013.
[44] N. B. Ratnasari and T. W. Pujiastuti, “Hubungan Pola Konsumsi Protein
dengan Proses Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di RSUD
Panembahan Senopati Bantul,” J. Kebidanan Univ. Aisyiyah Yogyakarta,
vol. 1, no. 2, p. 8, 2018.
[45] S. Hardiansyah, Ilmu Gizi dan Aplikasi. Jakarta: EGC, 2017.
[46] S. Ainunita, “Hubungan Usia dengan Penyembuhan Luka POst Sectio
Caesarea (SC) pada Ibu Nifas di RS PKU Muhammadiyah Gamping,” Ilmu
Kesehat. Univ. Aisyiah, vol. 2, No.1, p. 2, 2018.
Lampiran 1. Lembar Informed Consent

INFORMED CONSENT

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Perkenalkan nama Saya Arif Rahmanudin mahasiswa Fakultas


Keperawatan STIkes Budi Luhur. Saya bermaksud melakukan penelitian
mengenai “Efektifitas Pemberian Nutrisi Tinggi Protein terhadap Pro
ses Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Caesarea di Ruang Alama
nda RSUD Cimacan”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam
penyelesaian studi di STIkes Budi Luhur Cimahi.
Saya berharap Ibu bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini
dimana akan dilakukan pengamatan penyembuhan luka sesar Ibu pada
hari ke-2 dan 5 setelah Ibu menjalani operasi sesar. Semua informasi yang
Ibu berikan terjamin kerahasiaannya.
Setelah Ibu membaca maksud dan kegiatan penelitian diatas, maka saya
mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini.
Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Nama : ……………………………………….

Tanda Tangan : ……………………………………….

Terima kasih atas kesediaan Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Lampiran 1. Lembar observasi penelitian

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN


EFEKTIFITAS PEMBERIAN NUTRISI TINGGI PROTEIN TERHADAP P
ROSES PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RUANG ALAMANDA RSUD CIMACAN

Nama :
Usia :
Alamat :
Operasi SC pada tanggal :

DATA SEBELUM SC

a. Usia kehamilan : minggu hari


b. Tekanan darah : mmHg
c. Denyut nadi : kali/menit

DATA PENYEMBUHAN LUKA


Kemerahan Bengkak Perubahan Cairan Pembentukan J
Warna Kulit Luka aringan
Hari ke-2
Hari ke-5
Total Skor
LAMPIRAN 2

HASIL UJI SPSS

1. Hasil Uji Deskriptif Statistik

a. Kelompok Perlakuan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum_Perlakuan 12 5 12 8.83 2.290


Seduah_Perlakuan 12 0 6 3.00 2.132
Valid N (listwise) 12

b. Kelompok Kontrol

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum_Perlakuan 12 5 12 9.42 2.234


Sesudah_Perlakuan 12 0 8 4.92 2.644
Valid N (listwise) 12

c. Perbandingan Perlakuan

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Telur 12 0 11 5.83 2.823


Tahu 12 0 9 4.50 2.680
Valid N (listwise) 12

2. Hasil Mann Whitney Test


Test Statisticsa

Skor

Mann-Whitney U 53.000
Wilcoxon W 131.000
Z -1.110
Asymp. Sig. (2-tailed) .267
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .291b
a. Grouping Variable: Perlakuan
b. Not corrected for ties.
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Arif Rahmanudin


NIM : C0105.18.139
Jurusan : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul :

Efektifitas Pemberian Nutrisi TInggi Protein Terhadap Proses Penyembuhan


Luka Post Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Alamanda RSUD Cimacan.

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari
Skripsi orang lain.
Apabila berlaku kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademis yang berlaku ( dicabut predika kelulusan dan gelar
kesarjanaannya )

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Cimahi,……………….2020
Pembuat Pernyataan

Arif Rahmanudin
C0105.18.139

Anda mungkin juga menyukai