Anda di halaman 1dari 25

P: Bayi dengan hiperbilirubinemia

I: Pemberian ASI dan Fototerapi

C: Perbandingan antara pemberian ASI dengan fototerapi pada bayi dengan hiperbilirubinemia

O: Bagaimana perbandingan antara pemberian ASI dengan fototerapi pada bayi dengan
hiperbilirubinemia?
A. ANALISIS VIA
JURNAL VALIDITY IMPORTANCY APPLICABILITY
Judul: Efektifitas V1: Hiperbilirubinemia Berdasarkan hasil
Pemberian ASI Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif adalah kadar bilirubin penelitian tersebut dapat
terhadap Penurunan dengan kuasi eksperimen pre-test dan post-test with yang dapat menimbulkan disimpulkan bahwa
Kadar Bilirubin control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah efek patologi, Untuk semakin sering frekuensi
Penulis: Indanah, Sri bayi cukup bulan yang mengalami hiperbilirubinemia mengendalikan kadar pemberian ASI maka
Karyati , Yusminah pada masa rawat September sampai Desember 2017 bilirubin pada bayi baru semakin besar penurunan
Jurnal : The 10th sejumlah 122 bayi. Responden dalam penelitian ini adalah lahir dapat dilakukan kadar biliirubin pada
University Research bayi hiperbilirubinemia yang dirawat di Ruang Peristi di pemberian ASI sedini bayi yang mengalami
Colloqium 2019 RS X Kabupaten Pati pada masa rawat September sampai mungkin. Dengan hiperbilirubinemia.
Sekolah Tinggi Ilmu Desember 2017 sejumlah 92. Dari 92 responden rata rata Pemberian ASI yang
Kesehatan berusia 4 hari, lahir dengan usia gestasi 39 minggu, lebih sering mencegah
Muhammadiyah dengan berat badan lahir 3123 gram, sebagian besar (57 Bayi mengalami
Gombong responden / 62%) berjenis kelamin Laki laki dan sebagian dehidrasi dan
besar (34/37%) merupakan anak pertama kekurangan asupan
V2: kalori
Teknik pengambilan sampel menggunakan Teknik
purposive Random Sampling dengan jumlah 92
responden, dengan 46 responden mendapatkan ASI tiap 2
jam dan sebagai kontrolnya adalah bayi
hiperbilirubinemia yang diberikan ASI tiap 3 jam.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
didapatkan dari rekam medis pasien.
V3:
Penelitian ini tidak dijelaskan faktor perancu
V4:
penelitian menunjukan bahwa rata rata penurunan kadar
bilirubin bayi yang diberikan ASI tiap 2 jam adalah 7,17
mg/dl. Pada bayi yang diberikan ASI tiap 3 jam, rata rata
penurunan kadar bilirubin bayi adalah 7,01 mg/dl, Hal
tersebut menunjukkan Pemberian ASI tiap 2 jam efektif
dalam menurunkan kadar bilirubin bayi dengan
hiperbilirubinemia dengan p value 0,000 ( α : 0,05)
V5:
Menurut Sunar dkk (2009) ASI merupakan nutrisi terbaik
bagi bayi karena dalam ASI mengandung antibody,
protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin. Sebagian bahan
yang terkandung dalam ASI yaitu beta glukoronidase akan
memecah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam
lemak sehingga bilirubin indirek akan meningkat dan
kemudian akan direabsorbsi oleh usus. Pemberian ASI ini
akan meningkatkan motilitas usus dan juga menyebabkan
bakteri introduksi ke usus.
Judul: Hubungan V1: Bayi baru lahir Frekuensi menyusui ASI
Pemberian Asi Penelitian ini adalah Case control. Jumlah sampel menderita ikterus yang dapat mempengaruhi
Dengan Kejadian penelitian ini sebanyak 86 berkas RM dengan kriteria dapat dideteksi secara terjadinya
Ikterus Bayi inklusi 1) Rekam Medis lengkap dan 2) diambil dari data klinis dalam minggu hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia Di RM dari bulan Januari sampai dengan Juni tahun 2020 pertama kehidupannya. termasuk juga lama
Rsia Puri Bunda pada neonatus yang mengalami kejadian ikterus bayi Pemberian ASI secara menyusui ASI.
Denpasar hiperbilirubinemia yang dirawat di Ruang Intensif RSIA dini pada neonatus dapat
Penulis: Nyoman Puri Bunda Denpasar. mengurangi terjadinya
Sulendri, Komang V2: ikterus fisiologis.
Yogi Triana, Desak Peneliti menggunakan data sekunder berupa data Rekam
Putu Risna Dewi, Medik RSIA Puri Bunda Denpasar tahun Januari – Juni
Sutresna 2020, dari data sekunder tersebut peneliti ingin
Jurnal : Jurnal mengetahui hubungan pemberian ASI terhadap kejadian
Keperawatan Priority, Ikterus dan hiperbilirubinemia. Dalam penelitian ini, data
4(2), 138-148 bayi yang mengalami ikterus dan hiperbilirubinemia
diidentifikasi pada saat ini kemudian dihubungkan dengan
faktor risiko pemberian ASI yang mengalami ikterus dan
hiperbilirubinemia
V3:
Penelitian ini tidak dijelaskan faktor perancu
V4:
Hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,023
berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
pemberian ASI dengan kejadian ikterus pada bayi
hiperbilirubinemia.
V5:
Penelitian yang dilakukan oleh Dasnur dan Sari (2018)
dimana pemberian ASI >8 kali sehari dapat mengurangi
bilirubin dalam darah dan dapat mengatasi kuning pada
bayi. Pada penelitian yang dilakukan Rana (2018)
pemberian ASI sedini mungkin pada bayi untuk
mendapatkan kolostrum sehingga memiliki kemampuan
untuk mengeluarkan bilirubin yang tinggi pada saat bayi
BAB
Judul: Pengaruh V1 Pada penelitian ini Pada penelitian ini
Pemberian Asi Awal Jurnal ini menggunakan sampel penelitian bayi baru lahir memiliki kontribusi dijelaskan mengenai
Terhadap Kejadian umur 0-7 hari di RSUD Cicalengka . Jumlah populasi dalam menurunkan kegunaan dari pemberian
Ikterus Pada Bayi pada 6 bulan terakhir adalah sebanyak 206 bayi, dalam ikterik pada bayi. Ikterus asi untuk menurunkan
Baru Lahir 0-7 Hari penelitian ini peneliti mengambil jumlah sampel sebanyak merupakan penyakit ikterik pada bayi
Penulis: Yanti 46 responden yaitu bayi baru lahir usia 1 sampai dengan 7 yang sangat rentang
Herawati , Maya hari . Untuk data pemberian ASI awal diambil pada bayi terjadi pada bayi baru
Indriati usia 1 ± 3 hari. Data ikterus pada bayi usia 1 ± 7 hari. lahir, terutama dalam 24
Jurnal : midwife V2 jam setelah kelahiran,
journal Volume 3 No. Pada penelitian ini menggunakan case control dengan pemberian ASI
01,Januari 2017 V3 yang sering, bilirubin
Penelitian ini tidak dijelaskan faktor perancu yang dapat menyebabkan
V4 terjadinya ikterus akan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa bayi yang dihancurkan dan
tidak diberi ASI awal dan mengalami ikterus adalah dikeluarkan melalui
sebanyak 10.80%, sedangkan yang tidak mengalami urine. Oleh sebab itu,
ikterus sebanyak 13.12%, kemudian bayi yang diberi ASI pemberian ASI sangat
awal dan mengalami ikterus yaitu sebanyak 8.76%, baik dan dianjurkan guna
sedangkan yang tidak ikterus sebanyak 67.32% yaitu mencegah terjadinya
terdapat pengaruh antara pemberian ASI awal terhadap ikterus pada bayi baru
kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari. lahir
V5
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di sampaikan
oleh Sunar yaitu salah satu manfaat pemberian ASI bagi
bayi adalah menjadikan bayi yang diberi ASI lebih
mampu menghadapi efek penyakit kuning (ikterus).
Jumlah bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang
seiring diberikannya kolostrum yang dapat mengatasi
kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering
mungkin dan tidak diberi pengganti ASI (Anderson
JW,1999)
Judul: Efektivitas V1 Pada penelitian ini Pada penelitian ini
Fototerapi Terhadap Jurnal ini menggunakan sampel penelitian dengan bayio memiliki kontribusi dijelaskan mengenai
Penurunan Kadar kuning di RSUP Sanglah Denpasar. Kriteria eksklusi dalam menurunkan kegunaan dari pemberian
Bilirubin Total pada adalah bayi dengan kadar hiperbilirubinemia yang ikterik pada bayi. Tujuan fototerapi untuk
Hiperbilirubinemia memerlukan tindakan tranfusi tukar, bayi dengan kelainan fototerapi adalah menurunkan ikterik pada
Neonatal di RSUP kongenital mayor, riwayat asfiksia saat lahir, bayi dengan mengonversi bilirubin bayi
Sanglah sepsis neonatorum, bayi dengan penyakit hemolitik menjadi photoisomers
Penulis: Ayu Ketut (diagnosis inkomptabilitas ABO, Rhesus). kuning dan produk
Surya Dewi, I Made V2 oksidasi tidak berwarna
Kardana, Ketut Suarta Desain penelitian kohort dilakukan di Sub-Bagian yang kurang lipofilik
Jurnal : Vol. 18, No. Neonatologi / SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unud/ dari bilirubin dan tidak
2, Agustus 2016 RSUP Sanglah pada bulan Februari sampai dengan memerlukan konjugasi
Oktober 2015. hepar untuk ekskresi.
V3 Photoisomers
Kriteria inklusi yaitu bayi dengan bayi kuning dan kriteria diekskresikan terutama
ekslusinya yaitu bayi dengan kadar hiperbilirubinemia dalam empedu dan
yang memerlukan tindakan tranfusi tukar, bayi dengan produk oksidasi terutama
kelainan kongenital mayor, riwayat asfiksia saat lahir, di urin
bayi dengan sepsis neonatorum, bayi dengan penyakit
hemolitik (diagnosis inkomptabilitas ABO, Rhesus).
V4
Penurunan kadar bilirubin total setelah dilakukan
fototerapi dalam 24 jam sebesar 2,5±0,8 mg/dL,
mengalami penurunan sebesar 16,3% dalam 24 jam
V5
makin efektif untuk menurunkan kadar bilirubin. Silva
dkk melaporkan penurunan kadar bilirubin total setelah
fototerapi 24 jam pada single fototerapi 4,3±2,1 mg/dL.
Penurunan kadar bilirubin ini lebih tinggi dibandingkan
dengan penelitian kami karena usia inklusi lebih lebar,
yaitu usia lebih dari 1 hari dan kurang dari 7 hari.
Berdasarkan kurva buthani, kadar bilirubin saat usia ≥5
hari bilirubin cenderung mengalami penurunan.

Judul: V1 Tatalaksana bilirubin Terdapat efek signifikan


Pengaruh Fototerapi Populasi pada penelitian ini adalah neonatus yang dirawat dapat dilakukan dengan pada pemberian
Terhadap Penurunan di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam sebanyak 54 pemberian fototerapi, fototerapi pada
Tanda Ikterus neonatus dan pada penelitian yang dilakukan pada 54 Fototerapi adalah penurunan tanda-tanda
Neonatorum Patologis neonatus mengenai pengaruh fototerapi terhadap pengobatan utama pada penyakit kuning neonatal
Di Rumah Sakit penurunan tanda inkterus neonatorum patologis di RS neonatus dengan patologis. Peneliti
Grandmed Lubuk Grandmed Lubuk Pakam bilirubin tinggi dan merekomendasikan agar
Pakam V2 digunakan pada bayi peneliti lebih lanjut
Penulis: Jenis pada penelitian ini adalah expermental kuantitatif baru lahir. menambahkan jumlah
Dian Anggiri Yanti, dengan One Group pre Test dan post-test, yaitu penelitian Semakin dekat bayi sampel dan waktu yang
Iskandar Markus menggunakan perbandingan (control) kelompok, dengan sinar fototerapi lebih lama sehingga hasil
Sembiring,Syatriawati pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pengobatan. maka akan semakin yang diperoleh lebih
, Junita Ika Susanti BR Penyediaan phototerapy bermanfaat dalam mengurangi efektif untuk optimal.
Ginting, Serliati tanda penyakit kuning neonatal patologis. menurunkan kadar
Yusdi. V3 bilirubin total pada nilai
Tahun: Pemilihan sampel pada penelitian ini berdasarkan kelompok IV
2021 sosiodemografi yang meliputi jenis kelamin dan berat ( p20mg/dL) yang
badan, dilakukan fototerapi
V4 selama 24 jam.
Pemberian fototeray untuk redukon pada tanda-tanda
penyakit kuning neonatal patologis menggunakan analisis
statistik yang dipasangkan t-test memperoleh nilai p 0.000
<c 0,05.
V5
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Puspita (2018) menyatakan bahwa fototerapi pada
rumah sakit merupakan suatu tindakan terapi yang efektif
untuk mencegah dan mengobati kadar Total Bilirubin
Serum (TSB) yang meningkat. Uji klinis telah dilakukan
validasi kemanjuran fototerapi untuk mengurangi
hiperbilirubinemia yang tidak terkonjugasi dan yang
berlebihan, dan implementasinya telah terbukti secara
drastis untuk membatasi penggunaan transfusi tukar.

Judul: V1 Fototerapi rumah Pemberian fototerapi


Hubungan Fototerapi Penelitian ini menggunakan metode penelitian cross- sakit merupakan untuk menurunkan
Dengan Penurunan sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tindakan yang efektif kadar billirubin pada
Kadar Billirubin Total bayi yang mendapatkan terapi sinar di ruang perinatologi untuk menurunkan kadar bayi baru lahir yang
Pada Bayi Baru Lahir RS Aulia pada bulan Januari Tahun 2019 sebanyak 30 Total Bilirubin mengalami
Di orang. Serum (TSB) dan hiperbillirubin sangat
RS Aulia Jagakarsa V2 mencegah kadar efektif,
Jakarta Selatan Tahun tehnik pengambilan bilirubin dengan mendapatkan
2019. sampel yang digunakan dalam Penelitian ini meningkat. Uji klinis fototerapi kadar
Penulis: menggunakam total sampling. telah divalidasi bilirubin pada bayi baru
Triana Indrayani, V3 kemanjuran fototerapi lahir akan turun dan
Amelia Riani Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: dalam mengurangi secara klinis bayi juga
Tahun: 1. Bayi yang di rawat dan mendapatkan hiperbilirubinemia tak tidak tampak kuning
2019 terapi sinar di Perinatologi RS Aulia terkonjugasi yang lagi, selain itu pemberian
2. Bayi dengan kadar bilirubin total > 10 berlebihan, dan fototerapi akan
mg/dl implementasinya telah mengurangi kebutuhan
3. Orang tua/ wali bersedia bayi diikut secara Drastis membatasi transfusi tukar,
sertakan dalam penelitian penggunaan tetapi harus diperhatikan
4. Bayi yang lahir secara sc maupun transfusi tukar. efek samping
pervaginam jangka pendek dari
5. Bayi yang tidak menggunakan alat bantu fototerapi seperti
nafas maupun pasang infus. dehidrasi, diare, dan lain-
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: lain. 1. Bayi yang di
1. Bayi yang lahir dengan berat lahir rawat dan mendapatkan
≤2500 gram. terapi sinar di
2. Bayi yang lahir dengan usia kehamilan Perinatologi RS Aulia
≤ 37 minggu. 2. Bayi dengan kadar
V4 bilirubin total > 10
Terdapat hubungan yang signifikan dari fototerapi dengan mg/dl
penurunan kadar 3. Orang tua/ wali
bilirubin total pada bayi baru lahir yang mengalami bersedia bayi diikut
hiperbillirubin dengan nilai p= 0,039 di RS Aulia sertakan dalam
Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2019. penelitian
V5 4. Bayi yang lahir secara
Hal serupa juga telah dibuktikan melalui sc maupun
penelitian yang telah dilakukan oleh Lasri pervaginam
2017 menunjukkan rata – rata kadar 5. Bayi yang tidak
bilirubin awal dan akhir fototerapi terjadi menggunakan alat bantu
penurunan antara nilai kadar bilirubin nafas maupun pasang
(Bilirubin Total, Direk, Indirek) awal infus.
dengan nilai kadar bilirubin (Bilirubin
Total,Direk,Indirek) akhir yang berbeda.
Penurunan terbesar dicapai sebesar 7,931
mg/dl.
B. MATRIKS

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3 Jurnal 4 Jurnal 5 Jurnal 6


Judul Efektifitas Hubungan Pengaruh Efektivitas Pengaruh Hubungan
Jurnal Pemberian Pemberian Asi Pemberian Fototerapi Fototerapi Fototerapi
ASI terhadap Dengan Asi Awal Terhadap Terhadap Dengan
Penurunan Kejadian Terhadap Penurunan Penurunan Penurunan
Kadar Ikterus Bayi Kejadian Kadar Tanda Ikterus Kadar
Bilirubin Hiperbilirubine Ikterus Pada Bilirubin Total Neonatorum Billirubin
mia Di Rsia Bayi Baru pada Patologis Di Total Pada
Puri Bunda Lahir 0-7 Hiperbilirubine Rumah Sakit Bayi Baru
Denpasar Hari mia Neonatal Grandmed Lahir Di
di RSUP Lubuk Pakam RS Aulia
Sanglah Jagakarsa
Jakarta
Selatan
Tahun 2019.
Nama Indanah, Sri Nyoman Yanti Ayu Ketut Dian Anggiri Triana
Penulis Karyati, Sulendri, Herawati , Surya Dewi, I Yanti, Iskandar Indrayani
Yusminah Komang Yogi Maya Indriati Made Kardana, Markus
Triana, Desak Ketut Suarta Sembiring,Sya
Putu Risna triawati, Junita
Dewi, Sutresna Ika Susanti BR
Ginting,
Serliati Yusdi.
Tahun 2019 2021 2017 2016 2021 2019
Keyword ASI; exclusive Asi, bayi, Fototerapi, fototerapi Fototerapi,
Hiperbilirubi breastfeeding, hiperbilirubin hiperbilirubin, penyakit Hiperbillirubi
nemia jaundice, bayi kuning n, Bayi Baru
hyperbilirubine neonatal Lahir
mia patologis.
Kriteria  Populasi kriteria inklusi seluruh bayi Bayi yang Jenis kelamin 1. Bayi yang
Inklusi dalam 1) Rekam baru lahir mengalami dan berat di rawat dan
penelitian Medis lengkap yang kuning badan mendapatkan
ini adalah dan 2) diambil dilahirkan terapi sinar di
bayi dari data RM secara normal Perinatologi
cukup dari bulan pada bulan RS Aulia
bulan Januari sampai Maret-Mei 2. Bayi
yang dengan Juni 2016 yang dengan kadar
mengala tahun 2020 persalinannya bilirubin total
mi pada neonatus ditolong oleh > 10
hiperbilir yang bidan di mg/dl
ubinemia mengalami RSUD 3. Orang tua/
pada kejadian Cicalengka. wali bersedia
masa ikterus bayi bayi diikut
rawat hiperbilirubine sertakan
Septembe mia yang dalam
r sampai dirawat di penelitian
Desember Ruang Intensif 4. Bayi yang
2017 RSIA Puri lahir secara
sejumlah Bunda sc maupun
122 bayi. Denpasar. pervaginam
 Responde 5. Bayi yang
n dalam tidak
penelitian menggunaka
ini adalah n alat bantu
bayi nafas maupun
hiperbilir pasang infus.
ubinemia
yang
dirawat di
Ruang
Peristi di
RS X
Kabupate
n Pati
pada
masa
rawat
Septembe
r sampai
Desember
2017
sejumlah
92.
 Dari 92
responde
n rata rata
berusia 4
hari, lahir
dengan
usia
gestasi 39
minggu,
dengan
berat
badan
lahir 3123
gram,
sebagian
besar (57
responde
n / 62%)
berjenis
kelamin
Laki laki
dan
sebagian
besar
(34/37%)
merupaka
n anak
pertama
Kriteria Tidak Tidak Tidak bayi dengan Tidak 1. Bayi yang
Eksklusi Dijelaskan Dijelaskan dijelaskan kadar dijelaskan lahir dengan
hiperbilirubine berat lahir
mia yang ≤2500 gram.
memerlukan 2. Bayi yang
tindakan lahir dengan
tranfusi tukar, usia
bayi dengan kehamilan
kelainan ≤ 37 minggu.
kongenital
mayor, riwayat
asfiksia saat
lahir, bayi
dengan sepsis
neonatorum,
bayi dengan
penyakit
hemolitik
(diagnosis
inkomptabilita
s ABO,
Rhesus).
Jumlah jumlah 92 Jumlah sampel 46 responden 44 responden 54 responden 30 responden
Respond responden penelitian ini
en sebanyak 86
berkas RM
Batasan usia gestasi Bayi baru lahir Usia 0-7 hari Usia 2-5 hari Neonatus bayi yang
usia 39 minggu cukup bulan mendapatkan
terapi sinar di
ruang
perinatologi
RS Aulia
Metode Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini Desain Jenis Penelitian ini
merupakan adalah Case adalah Case penelitian penelitian ini menggunaka
penelitian control control kohort adalah n metode
deskriptif expermental penelitian
komparatif kuantitatif cross-
dengan kuasi dengan One sectional.
eksperimen Group pre Test
pre-test dan dan post-test,
post-test with yaitu
control group penelitian
design. menggunakan
perbandingan
(control)
kelompok,
pengukuran
dilakukan
sebelum dan
sesudah
pengobatan.
Lama pemberian Penelitian ini Penelitian Diberikan Diberikan 24 Diberikan
Pemberia ASI tiap 2 dilaksanakan dilakukan selama 24 jam jam dengan selama 24
n jam (12 x / pada tanggal pada bulan jarak 10-20 cm jam
Intervens hari) dan 13 Oktober Maret-Mei
i pemberian sampai tanggal 2016
ASI tiap 3 13 November
jam (8 x/ 2020
hari)
Hasil Pemberian hasil uji Berdasarkan Penurunan Pemberian Terdapat
Ukur ASI efektif statistik chi hasil kadar bilirubin fototeray untuk hubungan
menurunkan square penelitian total setelah redukon pada yang
kadar diperoleh nilai didapatkan dilakukan tanda-tanda signifikan
bilirubin pada p = 0,023 bahwa bayi fototerapi penyakit dari
bayi dengan berarti terdapat yang tidak dalam 24 jam kuning fototerapi
hiperbilirubin hubungan yang diberi ASI sebesar neonatal dengan
emia (p signifikan awal dan 2,5±0,8 mg/dL patologis penurunan
value; 0,000; antara mengalami menggunakan kadar
α 0,05). pemberian ASI ikterus adalah analisis bilirubin total
Tidak ada dengan sebanyak statistik yang pada bayi
perbedaan kejadian 10.80%, dipasangkan t- baru lahir
yang ikterus pada sedangkan test yang
sifgnifikan bayi yang tidak memperoleh mengalami
rata rata hiperbilirubine mengalami nilai p 0.000 hiperbillirubi
penurunan mia. ikterus <c 0,05. n dengan
kadar sebanyak nilai p= 0,039
bilirubin 13.12%, di RS Aulia
antara bayi kemudian Jagakarsa
yang bayi yang Jakarta
diberikan diberi ASI Selatan
ASI tiap 2 awal dan Tahun 2019.
jam maupun mengalami
tiap 3 jam. (p ikterus yaitu
value; 0,786; sebanyak
α 0,05). 8.76%,
Pemberian sedangkan
ASI tiap 2 yang tidak
jam ikterus
menunjukkan sebanyak
penurunan 67.32%
kadar
bilirubin
yang lebih
besar (7,179
gr/dl)
dibandingkan
dengan
pemberian
ASI tiap 3
jam ( 7,019
gr/dl)
Alat Analisa data Analisis Tidak Analisis data Jenis pada Analisis
Ukur dilakukan statistik dijelaskan diolah dengan penelitian ini bivariat
secara dengan uji mengenai alat SPSS 22, adalah dengan
analisis korelasi Chi ukur karakteristik expermental menggunkan
univariat Square subjek kuantitatif uji
maupun menggunakan disajikan dengan One chi square
analisis taraf secara Group pre Test untuk
bivariat. signifikasi α = deskriptif dan post-test, mengetahui
Analisa 0,05, artinya dalam bentuk yaitu hubungan
bivariat jika uji statistik tabel dan penelitian fototerapi
menggunaka menunjukkan narasi. Uji menggunakan dengan
n uji Paired- nilai p ≤ 0,05 komparabilitas perbandingan penurunan
sample T bertujuan (control) kadar
Test dan untuk kelompok, billirubin
Independen membandingka pengukuran pada bayi
sample T n rerata kadar dilakukan baru lahir.
Test untuk bilirubin antar sebelum dan
membanding kelompok sesudah
kan metode 2 sebelum dan pengobatan.
jam dan 3 sesudah
jam. fototerapi
dengan uji T
Berpasangan.
Level of Ib Ib 1b 1b
evidence
BAB IV
PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan Indanah dkk (2019) pemberian ASI efektif


menurunkan kadar bilirubin pada bayi dengan hiperbilirubinemia (p value; 0,000; α
0,05). Tidak ada perbedaan yang sifgnifikan rata rata penurunan kadar bilirubin
antara bayi yang diberikan ASI tiap 2 jam maupun tiap 3 jam. (p value; 0,786; α
0,05). Pemberian ASI tiap 2 jam menunjukkan penurunan kadar bilirubin yang lebih
besar (7,179 gr/dl) dibandingkan dengan pemberian ASI tiap 3 jam ( 7,019 gr/dl).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif dengan kuasi eksperimen
pre-test dan post-test with control group design. Analisa data dilakukan secara
analisis univariat maupun analisis bivariat. Analisa bivariat menggunakan uji Paired-
sample T Test dan Independen sample T Test untuk membandingkan metode 2 jam
dan 3 jam.
Penelitian yang dilakukan Nyoman Sulendri dkk (2021), hasil uji statistik chi
square diperoleh nilai p = 0,023 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
pemberian ASI dengan kejadian ikterus pada bayi hiperbilirubinemia. Penelitian ini
adalah Case control dengan analisis statistik dengan uji korelasi Chi Square
menggunakan taraf signifikasi α = 0,05, artinya jika uji statistik menunjukkan nilai p
≤ 0,05.
Penelitian yang dilakukan Yanti Herawati dkk (2017), dari 11 responden
yang tidak melakukan pemberian ASI awal ternyata sebanyak 10,80% positif
mengalami ikterus. Sedangkan dari 46 responden yang diberikan ASI awal ternyata
sebagian besar 67,32% tidak mengalami ikterus. Hasil analisis statistik menyatakan
bahwa Ha diterima atau terdapat pengaruh antara pemberian ASI awal dengan
kejadian ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari. Penelitian ini merupakan penelitian
case control. Subjek penelitian yaitu seluruh bayi baru lahir yang dilahirkan secara
normal pada bulan Maret-Mei 2016 yang persalinannya ditolong oleh bidan di RSUD
Cicalengka. Jumlah populasi pada 6 bulan terakhir adalah sebanyak 206 bayi, dalam
penelitian ini peneliti mengambil jumlah sampel sebanyak 46 responden yaitu bayi
baru lahir usia 1 sampai dengan 7 hari . Untuk data pemberian ASI awal diambil pada
bayi usia 1 ± 3 hari. Data ikterus pada bayi usia 1 ± 7 hari.
Penelitian yang dilakukan Triana Indrayani dkk (2019), didapatkan rata-rata
nilai pre-test sebesar 15,103 mg/dl hal ini menujukan bahwa nilai rata-rata kadar
billirubin sebelum perlakuan fototerapi lebih besar dari nilai normal yaitu >10mg/dl
dan rata-rata nilai post-test sebesar 9,66 mg/dl hasil ini menunjukan nilai normal yaitu
< 10 mg/dl. Sehingga nilai pretest dan postest kadar billirubin mengalami penurunan
sebesar 5,443 mg/dl. Hasil ini mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,039 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pemberian fototerapi dengan
penurunan kadar bilirubin pada bayi baru lahir. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang
mendapatkan terapi sinar di ruang perinatologi RS Aulia pada bulan Januari Tahun
2019 sebanyak 30 orang.Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 bayi yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dan diambil dari hasil observasi langsung .
tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakam total
sampling.
Penelitian yang dilakukan Ayu Ketut Surya Dewi dkk (2016), Rerata usia
kuning 4,2 ± 0,88 hari dengan rerata berat badan 2784 ± 643 gram. Rerata kadar
bilirubin sebelum dilakukan fototerapi 15,3 ± 1,94 mg/dL, dan setelah dilakukan
fototerapi 24 jam 12,8 ± 1,88 mg/dL dengan p=0,001. Penurunan kadar bilirubin 2,5
± 0,8mg/dL dalam 24 jam (turun 16,3% dalam 24 jam). Komplikasi fototerapi yaitu
hipertermi (2,3%) dan eritema (27,3%). Desain penelitian kohort, Uji komparabilitas
bertujuan untuk membandingkan rerata kadar bilirubin antar kelompok sebelum dan
sesudah fototerapi dengan uji T Berpasangan.
Penelitian yang dilakukan Dian Anggri Yanti dkk (2021), didapatkan hasil
berdasarkan uji Paired Sampel T-Test artinya Ho ditolak sehingga ada pengaruh
fototerapi terhadap tanda ikterus neonatorum patologis di Rumah Sakit Grandmed
Lubuk Pakam. Interprestasi data yang lebih muda yaitu dengan melihat indeks P
Value sebesar = ,000<(0,05). Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho di
tolak. Sehingga terdapat pengaruh fototerapi terhadap penurunan tanda ikterus
neonatorum patologis di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam. Penelitian ini adalah
Kuantitatif bersifat eksperimen dengan rancangan One Group pre-post test. Pada
penelitian ini peneliti melakukan intervensi yaitu pengaruh fototerapi terhadap
penurunan tanda ikterus neonatorum. pemberian fototerapi ini diberikan dengan
sengaja terencana, kemudian dinilai pengaruhnya pada pengujian kedua.
ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan
oleh seorang ibu pada anak yang baru dilahirkannya. Komposisinya berubah sesuai
dengan kebutuhan bayi pada setiap saat yaitu kolostrum (ASI awal) pada hari ke
empat hingga ke tujuh dilanjutkan dengan ASI peralihan dari minggu ke tiga hingga
ke empat, selanjutnya ASI matur. ASI yang keluar pada permulaan menyusu
(foremilk =susu awal) berbeda dengan ASI yang keluar pada akhir penyusuan
(bindmilk =susu akhir). ASI yang diproduksi ibu yang melahirkan premature
komposisinya juga berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu melahirkan cukup
bulan. Selain itu, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi.
Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi dari
pada ASI sebenarnya, khususnya kandungan immunoglobulin A (IgA), yang
membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki
bayi. IgA juga membantu dalam mencegah bayi mengalami alergi makanan.
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara
(Long KZ, 2015). Manfaat dari kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk
membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang, lebih banyak
mengandung protein dari pada ASI yang matur, tetapi berbeda dari ASI yang matur.
Dalam kolostrum, protein yang utama adalah globulin (gamma globulin), lebih
banyak mengandung antibodi dari pada ASI yang matur. Selain itu, dapat
memberikan perlindungan bayi sampai umur 6 bulan. Terdapat tripsin inhibitor
sehingga hidroloisis protein yang ada di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna.
Hal ini akan lebih banyak menambah kadar antibodi pada bayi.
Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa kolostrum yang dihisap bayi sedini
mungkin akan membentuk antibodi bayi sehingga imunitas bayi lebih kuat terbentuk
sehingga bayi dapat terhindar dari berbagai pemaparan virus ataupun bakteri
mengingat bayi baru lahir sangat rentan karena harus beradaptasi dengan dunia luar.
Mengingat pada saat baru lahir bayi membutuhkan banyak cairan supaya dapat
menguras kadar ikterus sisa hasil metabolisme dalam darah keluar lewat urin dan
feses (Herawati et all, 2017).
Tatalaksana bilirubin dapat dilakukan dengan pemberian fototerapi
(Marnoto,2013). Fototerapi adalah pengobatan utama pada neonatus dengan bilirubin
tinggi dan digunakan pada bayi baru lahir (Judarwanto, 2012). Fototerapi dianggap
lebih mudah dan murah sebagai langkah awal penurunan Kadar bilirubin. Penurunan
kadar bilirubin setelah dilakukan fototerapi selama 24 jam. Fototerapi diberikan
dengan jarak 10 – 20 cm, semakin dekat bayi dengan sinar fototerapi maka akan
semakin efektif untuk menurunkan kadar bilirubin total pada nilai kelompok IV
( p20mg/dL) yang dilakukan fototerapi selama 24 jam.
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek
patologi, Untuk mengendalikan kadar bilirubin pada bayi baru lahir dapat dilakukan
pemberian ASI sedini mungkin. Dengan Pemberian ASI yang lebih sering mencegah
Bayi mengalami dehidrasi dan kekurangan asupan kalori. penurunan kadar bilirubin
bayi yang diberikan ASI tiap 2 jam adalah 7,17 mg/dl. Pada bayi yang diberikan ASI
tiap 3 jam, rata rata penurunan kadar bilirubin bayi adalah 7,01 mg/dl, Hal tersebut
menunjukkan Pemberian ASI tiap 2 jam efektif dalam menurunkan kadar bilirubin
bayi dengan hiperbilirubinemia.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, A. K. S., Kardana, I. M., & Suarta, K. (2016). Efektivitas Fototerapi terhadap Penurunan
Kadar Bilirubin Total pada Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUP Sanglah. Sari
Pediatri, 18(2), 81-6.
Dian A, dkk. 2021. Pengaruh Fototerapi Terhadap Penurunan Tanda Ikterus Neonatorum
Patologis Di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi
(JKF), e-ISSN 2655-0830.
Herawati, Y., & Indriati, M. (2017). Pengaruh Pemberian ASI Awal Terhadap Kejadian Ikterus
pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari. Jurnal Bidan, 3(1), 234035
Indanah, Dkk. 2019. Efektifitas Pemberian ASI Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin. The 10th
University Research Colloqium 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong
Nyoman, S., Komang Yogi Triana, Desak Putu Risna Dewi, & Nyoman Sutresna. (2021).
Hubungan Pemberian Asi Dengan Kejadian Ikterus Bayi Hiperbilirubinemia Di Rsia Puri
Bunda Denpasar. Jurnal Keperawatan Priority, 4(2), 138-148.
Https://Doi.Org/10.34012/Jukep.V4i2.1572
Triana I, Amelia R.2019. Hubungan Fototerapi Dengan Penurunan Kadar Billirubin Total Pada
Bayi Baru Lahir Di RS Aulia Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2019. Jurnal Kebidanan
dan Keperawatan Vol 10 No. 1 Juli 2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058)

Anda mungkin juga menyukai