PENDAHULUAN
ditemukan pada neonatus, terjadi pada minggu pertama kehidupan. Secara teori
pertama kelahiran ataupun setelah usia 14 hari pada umumnya merupakan kondisi
abnormal yang harus mendapatkan evaluasi medis dan tatalaksana segera (dr.
mencapai suatu nilai yang memiliki potensi menimbulkan kern ikterik bila tidak
ditanggulangi dengan baik (Prawirahardjo, 2005). Oleh karena itu ikterik neonatus
dapat menjadi diagnosa prioritas karena muncul sebagai keluhan atau masalah
tahun 2021 terdapat sebanyak 4,5 juta (75%) dari semua kematian bayi dan balita
terjadi pada tahun pertama kehidupan. Data kematian bayi terbanyak dalam tahun
1
2
ditemukan pada bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan, hiperbilirubinemia terjadi
sekitar 25-50% bayi cukup bulan dan lebih tinggi pada bayi kurang bulan (Depkes
2022). Berdasarkan data Riset kesehatan dasar (Riskesdas 2020) pada tahun 2020
51%, BBLR 42,9%, Sectio Cesarea 18,9%, Prematur 33,3%, Kelainan Congenital
2,8%, Sepsis 12. Menurut data Dinkes Jawa Timur pada tahun 2020 dilaporkan
banyaknya kelahiran tercatat 420 bayi lahir dan menderita ikterik neonatus
(Dinkes Jawa Timur 2020). Penelitian oleh (Puspita 2021) di RSUD Sidoarjo di
ketahui angka kejadian hiperbilirubin pada tahun 2021 terdapat 129 bayi baru
sklera dan kulit akibat penumpukan bilirubin indirek dalam darah pada neonatus
atau bayi baru lahir. Hampir setiap kasus ikterus yang dilaporkan saat ini
bilirubin yang beredar dalam darah. Oleh karena itu adanya gangguan hati atau
kondisi hati yang belum berkembang sempurna sehingga bayi yang mengalami
mencapai usus tidak terikat oleh makanan dan tidak dikeluarkan melalui anus
bersama makanan. Didalam usus bilirubin direk ini diubah menjadi bilirubin
terjadinya ikterus pada bayi baru lahir. Dampak yang dapat terjadi pada neonatus
kejang kemudian dalam jangka panjangnya akan mengalami cacat pada neurologis
ASI. Pemberian ASI pada bayi dianjurkan 8-12 kali dalam sehari dengan durasi
waktu setiap 2 jam (Khotimah & Subagio, 2021). ASI merupakan nutrisi yang
terbaik dibandingkan susu formula bagi bayi karena kandungan yang terdapat
dalam ASI seperti karbohidrat, protein, lemak, karnitin, vitamin dan kandungan
dalam ASI eksklusif beta glukoronidase akan memecah bilirubin menjadi bentuk
yang larut dalam lemak sehingga bilirubin indirek akan meningkat dan kemudian
akan direabsorbsi oleh usus. Tidak hanya itu kandungan ASI juga mengandung
zat antibodi pembentuk kekebalan tubuh yang bisa membantu melawan bakteri
dan virus. Bayi yang diberikan ASI dapat menurunkan kadar bilirubin dalam
darah dan beresiko lebih kecil terserang penyakit pada bayi (Indanah, karyati &
Yusminah, 2019). Selain itu ada upaya lain untuk mengatasi hiperbirilubin yaitu
dengan cara penjemuran sinar mata hari pagi, fototerapi, dan tranfusi tukar.