Disusun oleh :
Lisna Nurwizy
18200100100
A. DEFINISI
Caring adalah kegiatan yang bisa dikerjakan setiap hari secara tulus ikhlas, serta sikap
peduli dengan persoalan yang dirasakan pasien (Watson, 2011). Caring dinyatakan
sebagai suatu cara berperilaku dan memperlakukan orang lain sebagai manusia, sikap
moral yang tinggi, interaksi interpersonal dan juga intervensi yang terapeutik.
B. INDIKASI
Secara umum sikap caring diberikan terhadap semua klien yang di rawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
C. TUJUAN TINDAKAN
1. Partisipasi klien dalam keperawatan meningkat
2. Kondisi kesehatan klien meningkat
D. RASIONALISASI TINDAKAN
Tindakan Rasional
E. PROSEDUR TINDAKAN
1. Perpiapan alat
Alat yang diperlukan terkait dengan tindakan keperawatan yang diberikan
2. Pelaksanaan
a. Berikan salam terapeutik
b. Siapkan alat sesuai kebutuhan prosedur dan dekatkan ke samping tempat tidur
klien
c. Cuci tangan
d. Siapkan klien (bina hubungan saling percaya, kontrak tindakan, jaga privacy
klien)
e. Panggil klien dengan nama yang disenanginya
f. Sebutkan kelebihan klien
g. Tunjukkan sikap mendahulukan kepentingan klien dari pada kepentingan
pribadi
h. Berikan waktu untuk klien sekalipun sedang sibuk
i. Tunjukkan sikap penuh perhatian dan dengarkan apa yang menjadi keluhan
dan kebutuhan
j. Tunjukkan sikap menghargai dan menghormati pendapat dan keputusan klien
terkait dengan perawatannya
k. Lakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan status
kesehatan klien dengan sikap yang menghargai
l. Rapihkan alat-alat
m. Cuci tangan
2. MENERAPKAN TINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION DISETIAP ASUHAN
KEPERAWATAN (CUCI TANGAN)
A. Definisi
Universal precautions adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang
dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
dengan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi
menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam,
2007).
Dasar universal precautions ini meliputi mencuci tangan guna mencegah
infeksi silang, pemakaian alat pelindung diri diantaranya sarung tangan untuk
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius lain, pengelolaan alat kesehatan,
pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan, serta pengelolaan
limbah (Depkes RI, 2009).
Tindakan mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting yang
harus dilakukan oleh petugas kesehatan dengan tujuan mencegah penularan penyakit
infeksi. Larson dalam Potter & Perry (2005), mencuci tangan adalah tindakan
menggosok tangan dengan sabun pada seluruh permukaan tangan secara kuat, ringkas,
dan dibilas dengan air mengalir. Cuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan memakai alat
pelindung diri lainnya. Tindakan ini penting untuk mengurangi mikroorganisme yang
ada di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi dan lingkungan kerja
terjaga dari infeksi. Tangan yang terkontaminasi dianggap merupakan penyebab
utama perpindahan infeksi (Kurniawati dan Nursalam, 2007).
B. Indikasi
Universal precautions diterapkan secara rutin oleh semua tenaga kesehatan
dalam merawat seluruh pasien di rumah sakit dan di fasilitas kesehatan lainnya, baik
pasien sudah terdiagnosa infeksi, diduga terinfeksi atau kolonisasi (Rekam Medik
Instalasi Keamanan dan Keselamatan Kerja RSUP dr. Sardjito, 2011). Universal
precautions juga diterapkan ketika petugas kesehatan kontak dengan cairan infeksius
seperti darah, cairan sekresi dan ekskresi (kecuali keringat), luka pada kulit, selaput
lendir, cairan semen, cairan vagina, cairan sendi, cairan amnion, cairan serebrospinal,
ASI, cairan pericardium (Nursalam dan Kurniawati, 2009).
Larson dalam Potter & Perry (2005) menganjurkan perawat untuk mencuci
tangan pada keadaan seperti tangan tampak kotor, sebelum dan setelah kontak dengan
pasien, setelah kontak dengan sumber mikroorganisme (darah, cairan tubuh, membran
mukosa, kulit yang tidak utuh, atau obyek mati yang terkontaminasi) dan sebelum
melakukan prosedur invasif (pemasangan kateter intra vaskuler atau kateter menetap).
C. Tujuan tindakan
Kurniawati dan Nursalam (2007), menyebutkan bahwa universal precautions perlu
diterapkan dengan tujuan :
a. Mengendalikan infeksi secara konsisten Universal precautions merupakan upaya
pengendalian infeksi yang harus diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada
semua pasien, setiap waktu untuk mengurangi resiko infeksi yang ditularkan
melalui darah.
b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak terlihat
seperti beresiko. Prinsip universal precautions diharapkan akan mendapat
perlindungan maksimal dari infeksi yang ditularkan melalui darah maupun cairan
tubuh yang lain baik infeksi yang telah didiagnosis maupun yang belum diketahui.
c. Mengurangi resiko bagi petugas kesehatan dan pasien Universal precautions
tersebut bertujuan tidak hanya melindungi petugas dari resiko terpajan oleh infeksi
HIV, HBV, HCV namun juga melindungi klien yang mempunyai kecenderungan
rentan terhadap segala infeksi yang mungkin terbawa oleh petugas.
d. Asumsi bahwa resiko atau infeksi berbahaya Universal precautions ini juga sangat
diperlukan untuk mencegah infeksi lain yang bersifat nosokomial terutama untuk
infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.
D. Masalah Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan pathogen
E. Rasionalisasi tindakan
F. Prosedur tindakan
G. Kesenjangan Teori
Pemahaman tenaga kesehatan mengenai Universal Precaution yang masih kurang
sehingga kepatuhan petugas kesehatan dalam melaksanakan protocol Universal
Precaution juga rendah.
3. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
A. Definisi
B. Indikasi
Semua klien
C. Tujuan tindakan
Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien memperjelas
penyakit yang dialami, juga mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar
tindakan guna mengubah ke dalam situasi yang lebih baik. Komunikasi terapeutik
diharapkan dapat mengurangi keraguan serta membantu dilakukannya tindakan efektif,
memperat interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara profesional
dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien.
D. Masalah Keperawatan
Semua Masalah keparawatn
E. Rasionalisasi tindakan
Komunikasi terapeutik dapat digunakan sebagai terapi untuk menurunkan tingkat
kecemasan pasien atau meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawatnya.
Dengan pemberian komunikasi terapeutik diharapkan dapat menurunkan tingkat
kecemasan pasien karena pasien merasa bahwa interaksinya dengan perawat
merupakan kesempatan untuk berbagi pengetahuan, perasaan dan informasi dalam
rangka mencapai tujuan perawatan yang optimal, sehingga proses penyembuhan akan
lebih cepat.
F. Prosedur
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), tahapan-tahapan dalam pelaksanaan
komunikasi terapeutik, adalah sebagai berikut:
1. Fase Prainteraksi
a. Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien. Tahap ini
merupakan tahap persiapan perawat sebelum bertemu dan berkomunikasi
dengan pasien. Perawat perlu mengevaluasi diri tentang kemampuan yang
dimiliki. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri
perawat akan dapat memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik ketika
bertemu dan berkomunikasi dengan pasien, jika dirasa dirinya belum siap
untuk bertemu dengan pasien makan perawat perlu belajar kembali dan
berdiskusi dengan teman kelompok yang lebih berkompeten. Perawat
mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutan diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien.
2. Fase Orientasi
a. Fase ini dimulai ketika perawat bertemu dengan klien untuk pertama kalinya.
Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan
mempengaruhi terbinanya hubungan perawat klien. Dalam memulai hubungan
tugas pertama adalah membina rasa percaya, penerimaan dan pengertian
komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien. Untuk dapat
membina hubungan saling percaya dengan pasien, perawat harus bersikap
terbuka, jujur, ikhlas, menerima pasien, menghargai pasien dan mampu
menepati janji kepada pasien. Selain itu perawat harus merumuskan suatu
kontrak bersama dengan pasien. Kontrak yang harus dirumuskan dan disetujui
bersama adalah tempat, waktu dan topik pertemuan.
b. Perawat juga bertugas untuk menggali perasaan dan pikiran pasien serta dapat
mengidentifikasi masalah pasien. Pada tahap ini perawat melakukan kegiatan
sebagai berikut: memberi salam dan senyum pada klien, melakukan validasi
(kognitif, psikomotor, afektif), memperkenalkan nama perawat, menanyakan
nama kesukaan klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, menjelaskan kerahasiaan.
Tujuan akhir pada fase ini ialah terbina hubungan saling percaya.
3. Fase Kerja
a. Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang dilakukan adalah
memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, menanyakan keluhan utama,
memulai kegiatan dengan cara yang baik, melakukan kegiatan sesuai rencana.
Perawat memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif klien.
Interaksi yang memuaskan akan menciptakan situasi/suasana yang
meningkatkan integritas klien dengan meminimalisasi ketakutan,
ketidakpercayaan, kecemasan dan tekanan pada klien.
4. Fase Terminasi
a. Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang dilakukan
oleh perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan
klien, melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik), mengakhiri wawancara
dengan cara yang baik. Tahap terminasi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Terminasi Sementara. Terminasi sementara merupakan akhir dari pertemuan
perawat dengan pasien, akan tetapi masih ada pertemuan lainnya yang akan
dilakukan pada waktu yang telah disepakati bersama.
b. Terminasi Akhir. Pada terminasi akhir perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan secara menyeluruh.
G. Kesenjangan teori
Tidak terdapat kesenjangan yang berarti antara teori dan kenyataan, hanya terkadang
ada pasien yaitu tidak fokus mendengarkan karena sedang merasakan keluhannya, jadi
perlu kesabaran bagi perawat untuk selalu melakukan komunikasi terapeutik.
4. KONSEP DIRI
A. DEFINISI
Konsep diri merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat
sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang
terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap
perkembangan psikososial seseorang.
B. INDIKASI
Secara umum tindakan konsep diri diberikan terhadap semua klien yang dirawat
dalam memberikan asuhan keperawatan dan meningkatkan kepercayaan diri.
C. TUJUAN TINDAKAN
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
c. Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
d. Klien dapat memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien
e. Klien dapat memilih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih
D. RASIONALISASI TINDAKAN
TINDAKAN RASIONAL
E. PROSEDUR TINDAKAN
1. Persiapan Alat
Alat yang diperlukan terkait dengan tindakan keperawatan yang diberikan.
2. Pelaksanaan
a. Berikan salam terapeutik
b. Cuci tangan
c. Bina hubungan saling percaya
d. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
e. Bantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat digunakan
f. Bantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
klien
g. Latih klien sesuai kemampuan yang dipilih
h. Berikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
i. Anjurkan klien memasukkan dalam kegiatan jadwal harian
j. Cuci tangan
k. Dokumentasi
5. MENGATASI KECEMASAN (STRES KOPING)
A. Definisi
Kecemasan / ansietas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan atau tegangan yang
cepat mengusahakan koping. Koping kemudian dapat dipandang sebagai suatu
transaksi antara orang dengan lingkungan. Keberhasilan transaksi menurunkan
tegangan dan meningkatkan rasa sejahtera. (Barbara, 1997).
Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan
fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi. (Jeffrey, 2005)
Kecemasan / ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. (Gail, 2006)
1. Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari – hari, ansietas ini
menyebabkan individumenjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.
Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreativitas.
2. Ansietas Sedang
Memungkinkan individuuntuk focus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi
individu. Dengan demikian individu mengalami perhatian yang selektif namun
dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
3. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada
sesuatu yang rinci dan spesifik serta berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak
arahan untuk berfokus pada area lain.
4. Tingkat Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Hal yang rinci terpecah
dari proposinya karena mengalami kehilangan kenadli, individu yang mengalami
panic tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panic mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motoric,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.
B. Indikasi
1. Penyakit Kronis progresif (Ex : Kanker, penyakit autoimun)
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana Operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit Neurologis
7. Tahap Tumbuh kembang
C. Tujuan Tindakan
1. Mampu menggambarkan kecemasan pasien
2. Menunjukkan peningkatan konsentrasi dan ketepatan pikiran
3. Menunujukkan kemampuan untuk menyakinkan diri sendiri
4. Dapat mempertahankan tingakat fungsi peran yang diinginkan beserta pemecahan
masalahnya
5. Dapat mengidentifikasi dan mengemukakan pemicu kecemasan, konflik dan
ancaman
6. Menunujukkan kembalinya keterampilan dasar dalam pemecahan masalah
7. Menunjukkan focus pikiran
8. Memiliki postur, ekspresi wajah, gerakan dan tingkat aktivitas yang
mencerminkan penurunan tekanan stress atau cemas.
9. Menunjukkan pengendalian diri terhadap kecemasan.
D. Masalah Keperawatan
1. Ketidakefektifan koping individu
2. Ketidakberdayaan
3. Dukacita
E. Rasionalisasi Tindakan
Diharapkan dapat menurunkan kecemasan dan pasien dapat beradapatasi dan
memecahkan masalah.
F. Prosedur Tindakan
1. Pantau perubahan tanda – tanda vital dan kondisi yang menunjukan peningkatan
kecemasan klien.
Rasional : perubahan tanda – tanda vital dapat digunakan sebagai indicator
terjadinya ansietas pada klien.
2. Berikan informasi serta bimbingan antisipasi tentang segala bentuk kemungkinan
yang akan terjadi dimasa yang akan dating.
Rasinoal : mempersiapkan pasien menghadapi segala kemungkinan, krisi
perkembangan atau situasional.
3. Ajarkan tehnik relaksasi diri dan pengendalian perasaan negative atas segala hal
yang dirasakan pasien.
Rasional : Tehnik menenangkan diri dapat digunakan untuk meredakan
kecemasan pada klien yang mengalami distress akut.
4. Instruksikan untuk melaporkan timbulnya gejala – gejala kecemasan yang muncul
tidak dapat lagi dikontrol
Rasional : Membantu memudahkan penyediaan layanan kesehatan untuk
menganalisis kondisi yang dialami oleh pasien.
5. Tingkatkan koping individu klien
Rasional : membantu klien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan
atau ancaman yang menghambar pemenuhan tuntunan dan peran hidup.
6. Berikan dukungan emosi selama ansietas
Rasional : Memberikan dukungan emosi untuk menenagkan klien dan
menciptakan penerimaan serta bantuan dukungan selama masa ansietas.
7. Kolaborasi pemberian obat jenis anti depresan apabila pasien benar – benar tidak
mampu mengendalikan dirinya.
Rasional : Agen farmakologi dapat digunakan sebagai satu pilihan untuk
meredakan kecemasan pada klien.
G. Kesenjangan Teori
Dalam beberapa teori yang sudah dibahas diatas dan saya ketahui tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek, serta pengalaman pasien yang dialami.
6. KEHILANGAN DAN BERDUKA (NILAI DAN KEYAKINAN)
A. DEFINISI
Melatih Mengenal Berduka dan kehilangan adalah tindakan mandiri perawat yang
mana dilakukan untuk mengajarkan klien mengenal tentang berduka dan kehilangan
serta cara cara untuk mengatasinya
B. INDIKASI
C. TUJUAN
1. membantu klien memahami kehilangan dan berduka yang dialaminya
2. membantu klien menyebutkan cara cara untuk mengatasinya
3. membantu klien dalan membatasi factor pendukung nya
D. RASIONAL TINDAKAN
TINDAKAN RASIONAL
h. Mencegah transmisi
mikroorganisme
E. PROSEDUR TINDAKAN
1. Persiapan alat