Disusun Oleh:
Kelompok 5
I. LATAR BELAKANG
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol, dan
akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan
menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,
memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan
yang diberikan.
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan
salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena
hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi
tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain
untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat
koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan
kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di
rumah sakit (Wong, 2009).
Bermain PADA ANAK DAPAT MENINGKATKAN
KECERDASAN DALAM BERFIKIR DAN MENGEMBANGKAN
IMAJINASI SERTA MELATIH DAYA MOTORIK HALUS DAN
KASAR PADA ANAK. PADA ANAK PRA SEKOLAH UMUMNYA
PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN
MOTORIK HALUSNYA SUDAH BAIK (HASANAH, 2016). PADA
TAHAP INI MEREKA BERMINAT UNTUK MENDAPATKAN
PENGETAHUAN DAN MULAI MENGALAMI PENINGKATAN
KOMPETENSI. DENGAN MENGERTI TENTANG DUNIA ANAK
TERUTAMA USIA ANAK PRA SEKOLAH, MAKA DENGAN INI
KAMI BERMAKSUD UNTUK MELAKSANAKAN PROGRAM
TERAPI BERMAIN KARENA DENGAN BERMAIN MEMBUAT
ANAK MENJADI LEBIH RILEKS.
DENGAN BERMAIN ANAK DAPAT MENSTIMULASI
PERTUMBUHAN OTOT-OTOTNYA, KOGNITIFNYA DAN JUGA
EMOSINYA KARENA MEREKA BERMAIN DENGAN SELURUH
EMOSINYA, PERASAANNYA DAN PIKIRANNYA. ELEMEN
POKOK DALAM BERMAIN ADALAH KESENANGAN DIMANA
DENGAN KESENANGAN INI MEREKA MENGENAL SEGALA
SESUATU YANG ADA DISEKITARNYA SEHINGGA ANAK YANG
MENDAPAT KESEMPATAN CUKUP UNTUK BERMAIN JUGA
AKAN MENDAPATKAN KESEMPATAN YANG CUKUP UNTUK
MENGENAL SEKITARNYA SEHINGGA IA AKAN MENJADI
ORANG DEWASA YANG LEBIH MUDAH BERTEMAN, KREATIF
DAN CERDAS, BILA DIBANDINGKAN DENGAN MEREKA YANG
MASA KECILNYA KURANG MENDAPAT KESEMPATAN
BERMAIN.
TERAPI BERMAIN YANG AKAN DILAKSANAKAN YAITU
BERMAIN MENYUSUN PUZZLE. ALASAN MEMILIH TERAPI
BERMAIN MENYUSUN PUZZLE ADALAH UNTUK
MENGEMBANGKAN MOTORIK HALUS DAN KETERAMPILAN
KOGNITIF. Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang
membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita
harus berkonstrasi ketika meyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut
hingga menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Sehingga puzzle
merupakan jenis permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif.
II. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti terapi bermain menyusun puzzle diharapkan dapat
mengurangi dampak stress hospitalisasi pada anak
2. Tujuan Instruksional Khusus
Dengan mengikuti terapi bermain menyusun puzzle, diharapkan dapat:
a. Melatih kemampuan kognitif anak.
b. Melatih kemampuan motorik halus anak.
c. Melatih kemampuan sosial personal anak.
III. SASARAN
1. Anak usia prasekolah (3-6 tahun)
2. Anak yang dirawat di ruang Cempaka III RSUP Sanglah
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat
menghalangi proses terapi bermain.
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.
5. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyusun puzzle.
V. MEDIA
1. Puzzle Sederhana
2. Karpet
VI. METODE
1. Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain
yang meliputi waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang
terkait dengan program terapi bermain.
2. Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan puzzle, lalu diberikan
penjelasan mengenai cara bermain puzzle.
3. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati
terlebih dahulu gambar yang ada di dalam puzzle, memencar kepingan
puzzle, menyusun kembali kepingan puzzle sesuai gambar semula
dengan benar.
4. Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain puzzle
berlangsung.
5. Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat
dalam kegiatan membentuk mainan.
6. Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak
dipersilahkan untuk berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan
anak selama terapi bermain berlangsung.
7. Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap
perilaku anak dan proses jalannya terapi bermain.
8. Setelah anak selesai menyusun puzzle, anak diharapkan untuk bercerita
tentang gambar yang ada di dalam puzzle sesuai dengan imajinasi anak.
9. Pada akhir kegiatan diberikan pengumuman hasil bangun terbaik dan
memberikan bangun tersebut sebagai reward.
10. Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan
memberikan pujian kepada semua peserta sebagai reward.
VIII. PENGORGANISASIAN
Pembimbing Pendidikan : Ns. Ni Kadek Parsi Kasmini, S. Kep.
Pembimbing Klinik :
Leader : Ni Ketut Desy Prisma Dewi
Co Leader : 1. Komang Triani
2. I Wayan Beni Setiawan
Observer : Putu Yoga Anjas Mara
Fasilitator : 1. Yolanda Sigit Rahmawati
2. Luh Gede Ichi Westiari
3. Ida Ayu Dewi Dharmika Putri
4. Ni Kadek Mia Audina Agustina
5. Ayu Ratih Puspawangi
X. SETTING TEMPAT
Terapi bermain ini dilakukan di Ruang Anak Cempaka III RSUP Sanglah
Denpasar dengan setting tempat sebagai berikut :
XI. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Kesiapan media dan tempat
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di Ruang Anak
Cempaka III RSUP Sanglah Denpasar
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi bermain dilakukan
sebelum terapi bermain dilaksanakan.
2. Evaluasi proses
a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan
tertib dan teratur
b. Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
c. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam
permainan
d. Anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai
akhir
3. Evaluasi hasil
a. Anak memahami permainan yang telah dimainkan.
b. Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat
mainannya
c. Anak dapat mengembangkan hubungan soSial, komunikasi dan
belajar untuk sabar dan saling menghargai.
d. Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama
hospitalisasi, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi dan relaksasi)
e. Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat.
f. Jumlah peserta 3 orang.
LAMPIRAN MATERI KONSEP BERMAIN
I. Pengertian Bermain
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling
universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan
bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat
mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Bermain dipandang
sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang
penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional
dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal
waktu, jarak, serta suara (Wong, 2010).
b. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan
melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah
bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan
dan keletihannya.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai
keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti
dibawah ini :
1) Kesehatan anak menurun.
2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4) Tidak mempunyai teman bermain.
3. Evaluasi : observer
a. Memberikan Check list pada lembar evaluasi
kemajuan peserta
b. Memberikan penilaian kemampuan anak berdasarkan
kriteria di lembar evaluasi kemajuan.
4. Terminasi :
a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh
leader, dan fasilitator
b. Memberikan trik penyelesaian tugas dalam
permainan puzzle
c. Leader mengucapkan terima kasih
III Hasil Terapi Bermain
1. Peserta Terapi Bermain :
a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan
terapi bermain
b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan
selesai.
c. Anak mampu menyelesaikan setidaknya menyusun
semua kepingan pada tahap sulit, dan mampu
menyusun setidak separo kepingan ringan dan sedang
dalam waktu yang telah ditentukan
Lembar Evaluasi Kemajuan
Kategori kemampuan anak Penilaian An... An... An... An... An... An... An... An...
Kognitif
- Anak mampu mengerti dan menjelaskan pesan
yang terkandung dalam permainan
- Anak mampu menyelesaikan tugas dalam
permainan dalam berbagai tahapan: Total
a) Tahap ringan Kriteria
b) Tahap sedang
c) Tahap sulit
Sosial
- Anak mau memperkenalkan diri di depan teman
sepermainan
- Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman Total
sepermainan Kriteria
- Anak dapat berkomunikasi baik dengan perawat
Afektif
- Anak dapat mematuhi peraturan permainan
Total
Kriteria
Jumlah akhir
Keterangan skor: Kriteria tiap kategori:
0 : Tidak dapat melakukan Baik : jumlah skor 17-24
1 : Dapat melakukan dengan bantuan Cukup : jumlah skor 9-16
2 : Dapat melakukan dengan motivasi Kurang : jumlah skor 0-8
3 : Melakukan dengan mandiri