Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan
radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding
alveoli dan rongga interstisium. (secara anatomis dapat timbul pneumonia
lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia. Pneumonia merupakan
inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli
dengan cairan. Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi, iritan irama dan
terapi radiasi.(Dongoes, Marilynn E. 1999)
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasidan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur , dan benda-benda asing. (Muttaqin.
2008)
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang mengakibatkan
pengisian alveolar oleh eksudat.(West, 2003).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. (Mansjoer,2000).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan
yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir
di seluruh dunia. Di Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah tangga
tahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong
dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan penyakit yang banyak
dijumpai.

B. Etiologi
Menurut Corwin (2001), Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme,
akan tetapi dapat juga oleh bahan-bahan lain, sehingga dikenal:
1. Lipid pneumonia : oleh karena aspirasi minyak mineral
2. Chemical pneumonitis : inhalasi bahan-bahan organic atau uap kimia

3
seperti berilium
3. Extrinsik Allergik Alveolitis : inhalasi bahan-bahan debu yang
mengandung allergen, seperti debu dare parik-pabrik gula yang
mengandung spora dare actynomicetes thermofilik.
4. Drug Reaction Pneumonitis : nitrofurantion, busulfan, methotrexate
5. Pneumonia karena radiasi sinar rontgen
6. Pneumonia yang sebabnya tidak jelas : desquamative interstitial
pneumonia, eosinofilik pneumonia
7. Microorganisme

GROUP PENYEBAB TYPE PNEUMONIA


Bacteri Streptococcos pneumonia Pneumonia bacteri
Streptococcus piogenes
Stafilococcus aureus
Klebsiella pneumonia
Eserikia koli
Yersinia pestis
Legionnaires bacillus Legionnaires disease

Aktinomyctes A. Israeli Aktinomikosis pulmonal


Nokardia asteroids Nokardiosis pulmonal

Fungi Kokidioides imitis Kokidioidomikosis


Histoplasma kapsulatum Histoplasmosis
Blastomises dermatitidis Blastomikosis
Aspergillus Aspergilosis
Fikomisetes Mukormikosis

Riketsia Koksiella Burnetty Q Fever

Klamidia Chlamidia psittaci Psitakosis,Ornitosis

4
Mikoplasma Mikoplasma pneumonia Pneumonia mikoplasmal

Virus Infulensa virus, adenovirus Pneumonia virus


respiratory syncytial
Pneumosistis karini
Protozoa Pneumonia pneumistis
(pneumonia plasma sel)

C. Patifisiologi
Faktor-faktor penyebab sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu factor
non-infeksi seperti alergi atau hipersensitivitas dan factor infeksi seperti virus,
mikroplasma dan bakteri melalui inhalasi droplet akan teraspirasi masuk ke
saluran napas atas kemudian masuk ke saluran nafas bawah dan selanjutnya
akan menginfeksi jaringan interstitial parenkim paru sehingga menyebabkan
peradangan pada bronkus yang menyebar ke parenkim paru, peradangan inilah
yang dinamakan pneumonia. Peradangan tersebut mengakibatkan penurunan
mekanisme tubuh dalam mendapatkan asupan nutrisi sehingga menyebabkan
mual, muntah dan anoreksia yang mengakibatkan munculnya masalah
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Adanya
infeksi jalan nafas akan timbul reaksi pembentukan jaringan berupa edema
alveolar dan pembentukan eksudat. Adanya pembantukan eksudat
menyebabkan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Odema alveolar dan pembentukan eksudat tersebut mempermudah proliferasi
dan penyebaran kuman ke bronkiolus dan alveoli. Terjadinya proliferasidan
mengakibatkan sumbatan dan daya konsolidasi pada jalan nafas sehingga
proses pertukaran O2 dan CO2 menjadi terhambat dan terjadilah gangguan
ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru menyebabkan terjadi
peningkatan CO2 dalam paru yang kemudian menyebabkan hiperventilasi. Hal
tersebut menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya

5
dalam pertukaran gas yang membuang CO2 sehingga menyebabkan
konsentrasi O2 dalam alveolus menurun yang menyebabkan munculnya
masalah keperawatan gangguan pertukarn gas, selain itu juga akan
menyebabkan gangguan difusi yang akan berlanjut menjadi gangguan perfusi
dimana oksigenasi ke jaringan tidak memadai. Jika gangguan ventilasi, difusi
dan perfusi tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan hipoksemia dan
hipoksia yang akan menimbulkan beberapa manifestasi klinis. (Linda S.
Williams & Paula D, 2007).

D. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis
pneumonia, tetapi terutama mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh
bakteri. Gejala-gejala mencakup :
1) Demam dan menggigil akibat proses peradangan
2) Batuk yang sering produktif dan purulen
3) Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae), merah
muda (untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas
(untuk pseudomonas aeruginosa)
4) Krekel (bunyi paru tambahan).
5) Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan edema.
6) Biasanya sering terjadi respons subyektif dispnu. Dispnu adalah peasaan
sesak atau kesulitan bernafas yang dapat disebabkan oleh penurunan
pertukaran gas-gas.
7) Mungkin timbul tanda-tanda sianosis
8) Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus, yang dapat
menyebabkan atelektasis absorpsi.
9) Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat cedera toksin langsung pada
kapiler atau akibat reaksi peradangan yang menyebabkan kerusakan
kapiler.

6
E. Komplikasi
Pada paru – paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi karena
adanya dahak yang kental maka akibatnya fungsi paru terganggu sehingga
penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak adanya ruang untuk
tempat oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel – sel tubuh tidak bisa
bekerja karena inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita
pneumonia juga bisa meninggal (Muttaqin, 2008).
Menurut Mansjoer (2000) komplikasi pneumonia yaitu :
1) Abses kulit
2) Abses jaringan lunak
3) Otitis media
4) Sinusitis
5) Meningitis purualenta
6) Perikarditis

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer,2000
1. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya didapatkan jumlah leukosit 15.000-40.000 mm3. Dalam keadaan
leucopenia, laju endap darah biasanya meningkat hingga 100 mm/ jam.
Saat dilakukan biakan sputum, darah, atau jika dimungkinkan cairan efusi
pleura, untuk biakan aerobic dan nonaerobik, untuk selanjutrnya dibuat
pewarnaan gram sebagai pegangan dalam pemberian antibiotic. Sebaiknya
diusahakan agar biakan dibuat dari sputum saluran pernafasan bagian
bawah. Selain contoh sputum yang diperoleh dari batuk,bahan dapat
diperoleh dari swap tenggorokan atau laring, pengisapan lewat trakea,
bronkhoskopi,atau pengisapan lewat dada bergantung pada indikasinya.
Pemeriksaan analisa gas darah (AGD/Astrup) menunjukkan hipoksemia
sebab menunjukkna ketidakseimbangan ventilasi-perfusi di daerah
pneumonia.

7
2. Pemeriksaan Radiologis
Sebaiknya dibuat foto thoraxs posterior-anterior dan lateral untuk melihat
keberadaan konsolidasi retrokardial sehingga lebih mudah untuk
menentukan lobus mana yang terkena karena setiap lobus memiliki
kemungkinan untuk terkena. Meskipun lobus inferior lebih sering terkena,
lobus atas dan lobus bawah juga bisa terkena. Yang khas adalah tampak
gambaran konsolidasi homogeny sesuai dengan letak anatomi lobus yang
terkena
Densitasnya tergantung pada intensitas eksudat dan hamper selalu ada
bronkhogram udara. Pada masa akut, biasanya tidak ada pengecilan
volume lobus yang terkena sedangkan pada masa resolusi mungkin ada
ateletaksis sebab eksudat dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan
obstruksi. Kebanyakan lesi terbatas pada satu lobus, tetapi juga dapat
mengenai lobus lain. Mungkin ada efusi pleura yang dapat lebih mudah
dilihat dengan foto dekubitus lateral.
Gambaran konsolidasi tidak selalu mengisi lobus karena mulai dari perifer
gambaran konsolidasi hamper selalu berbatasan dengan permukaan pleura
viseralis. Pada sisi yang berbatasan dengan pleura viseralis gambaran
batasnya tegas tapi ssi yang lainnya mungkin tidak berbatas tegas.
Gambaran radiologi yang tidak khas kadang-kadang bisa didapatkan pada
bronchitis menahun dan emfisema.

G. Penatalaksanaan
Menurut Meldawati (2009), Penatalaksanaan keperawatan pada pasien
dengan pneumonia adalah sebagai berikut :
1. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui pemberian kompres.
2. Latihan bentuk efektif dan fisiotheraphy paru.
3. Pemberian oksigenasi (oksigen 1-2 liter/menit).
4. mempertahankan kebutuhan cairan (IVFD dektrose 10% : NaCl 0,9%).
5. pemberian nutrisi, apabila ringan tidak perlu diberikan antibiotik, tetapi
apabila penyakit berat dapat dirawat inap, maka perlu pemberian antibiotik

8
berdasarkan usia, keadaan umum, kemungkinan penyebab, seperti
pemberian Ampisilin dan Kloramfenikol.
6. penatalaksanaan medis dengan cara pemberian pengobatan.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (Nursalam, 2001).
Data dasar pengkajian pasien :
1. Aktifitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Riwayat penyakit
Gejala : riwayat penyakit pnemunia
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3. Makana atau cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah
Tanda : distensi abdomen, kulit kering dan turgor buruk,
penampialan akeksia (malnutrisi)
4. Neurosensori
Gejala :sakit kepala daerah frontal atau influenza
Tanda : perusakan mental (bingung)
5. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meninggkat oleh batuk), imralgia,
arthralgia
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan)

9
6. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK (infeksi saluran kemih) kronis,
takipmea (sesak nafas), dyspnea.
Tanda :
a) sputum : merah muda, berkarat
b) perpusi : pekak datar area yang konsolidasi
c) bunyi nafas menurun
d) warna : pucat/ sianosis bibir dan kuku

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan Menurut Carpenito (2000), diagnosa


keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memeberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah.
NANDA mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah keputusan
klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah
kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenagan perawat.
Menurut NANDA (2012-2014), masalah keperawatan yang biasanya
muncul pasien dengan Pneumonia meliputi :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Kemungkinan berhubungan dengan :
 Perokok pasif
 Menghisap asap
 Merokok
 Spasme jalan napas
 Mokus dalam jumlah berlebihan

10
 Eksudat dalam alveoli
 Materi asing dalam napas
 Adanya jalan napas buatan
 Sekresi yang tertahan
 Sekresi dalam bronki
 Jalan napas alergik
 Asma
 Penyakit paru obstruksi kronis
 Hyperplasia dinding bronkial
 Infeksi
 Disfungsi neuromuscular
Dengan batasan karakteristik :
 Tidak ada batuk
 Suara napas tambahan
 Perubahan frekuensi napas
 Perubahan irama napas
 Sianosis
 Kesulitan berbicara / mengeluarkan suara
 Penurunan bunyi napas
 Dispnea
 Sputum dalam jumlah yang berlebihan
 Batuk yang tidak efektif
 Ortopnea
 Gelisah
 Mata terbuka lebar

b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


Kemungkinan berhubungan dengan :
 Faktor biologis
 Faktoer ekonomi

11
 Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
 Ketidakmampuan mencerna makanan
 Ketidak mampuan menelan makanan
 Factor psikologis
Dengan batasan karakteristik :
 Kram abdomen
 Nyeri abdomen
 Menghindari makan
 Berat badan 20% atau lebih di bawahberat badan ideal
 Kerapuhan kapiler
 Diare
 Kegilangan rambut berlebihan
 Bising usus hiperaktif
 Kurang makanan
 Kurang informasi
 Kurang minat pada makanan
 Penurunan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat
 Kesalahan konsepsi
 Kesalahan informasi
 Membrane mukosa pucat
 Ketidakmampuan memakan makanan
 Tonus otot menurun
 Mengeluh gangguan sensai rasa
 Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended
daily allowance)
 Cepat kenyang setelah makan
 Sariawan rongga mulut
 Steatroea
 Kelemahan otot pengunyah
 Kelemahan otot menelan.

12
c. Gangguan pertukaran gas
Kemungkinan berhubungan dengan :
 Perbahan membrane alveolar-kapiler
 Ventilasi perfusi
Dengan batasan karakteristik :
 pH darah arteri abnormal
 pH arteri abnormal
 Pernapasan abnormal (mis., kecepatan, irama, kedalaman)
 Warna kulit abnormal (mis., pucat, kehitaman)
 Konfusi
 Sianosis (pada neonatus saja)
 Penurunan karbon dioksida
 Diaphoresis
 Dyspnea
 Sakit kepala saat bangun
 Hiperkapnia
 Hipoksemia
 Hipoksia
 Iritabilitas
 Napas cuping hidung
 Gelisah
 Somnolen
 Takikardia
 Gangguan penglihatan

d. Ketidakefektifan pola nafas


Kemungkinan berhubungan dengan :
 Ansietas
 Posisi tubuh
 Deformitas tulang

13
 Deformitas dinding dada
 Keletihan
 Hiperventilasi
 Sindrom hipoventilasi
 Gangguan musculoskeletal
 Kerusakan neurologis
 Imaturitas neurologis
 Disfungsi neuromuscular
 Obesitas
 Nyeri
 Keletihan otot pernapasan
 Cidera medulla spinalis
Dengan batasan karakteristik :
 Perubahan kedalaman pernapasan
 Perubahan ekskursi dada
 Mengambil posisi tiga titik
 Bradipnea
 Penurunan tekanan ekspirasi
 Penurunan tekanan inspirasi
 Penurunan ventilasi semenit
 Penurunan kapasitas vital
 Dyspnea
 Peningkatan diameter anterior-posterior
 Pernapasan cuping hidung
 Ortopnea
 Faase ekspirasi memanjang
 Pernapasan bibir
 Takipnea
 Penggunaan otot aksesorius untuk bernapas.

14
e. Intoleransi aktivitas
Kemungkinan berhubungan dengan :
 Tirah baring
 Kelemahan umum
 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
 Imobilitas
 Gaya hidup monoton
Dengan batasan karakteristik :
 Respon tekanan darah normal terhadap beraktifitas
 Respon frekuensi jangtung abnormal terhadap aktifitas
 Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
 Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
 Ketidaknyamanan setelah beraktifitas
 Dyspnea setelah beraktifitas
 Menyatakan merasa letih
 Menyatakan merasa lemah

f. Nyeri
Kemungkinan berhubungan dengan :
 Agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik)
Dengan batasan karakteristik :
 Perubahan selera makan
 Perubahan tekanan darah
 Perubahan frekuensi jantung
 Perubahan frekuensi pernapasan
 Laporan isyarat
 Diaforesis
 Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar mandir, mencari orang
lain dan / aktifitas lain, aktifitas yang berulang)

15
 Mengeksperikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis,
waspada, iritabilitas, mendesah)
 Masker wajah (mis., mata kurang becahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap pada satu focus, meringis)
 Sikap melindungi area nyeri
 Fokus menyempit (mis,. Gangguan persepsi nyeri, hambatan
proses berpikir, penirunan interaksi denganorang dan
lingkungan)
 Indikasi nyeri yang dapat diamati
 Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
 Sikap tubuh melindungi
 Dilatasi pupil
 Melapor nyeri secara verbal
 Focus pada diri sendiri
 Gangguan tidur.

g. Ansietas
Kemungkinan berhubungan dengan :
 Perubahan dalam :
- Status ekonomi
- Lingkungan
- Status kesehatan
- Pola interaksi
- Fungsi peran
- Status peran
 Pemajanan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi/kontaminan interpersonal
 Penularan penyakit interpersonal

16
 Krisis materasi
 Krisis situasional
 Stress
 Penyalahgunaan zat
 Ancaman kematian
Dengan batasan karakteristik meliputi :
 Prilaku
 Afektif
 Fisiologis
 Simpatik
 Parasimpatik
 Kognitif

g. Risiko penyebaran infeksi


Dengan factor risiko :
 Penyakit kronis
 Pengetahuan yang tidak cukup
 Pertahanan tubuh primer tidak adekuat
 Ketidakmampuan pertahanan sekunder
 Vaksinansi tidak adekuat
 Pemajanan terhadap patugen lingkungan
 Malnutrisi.

3. Perencanaan
Menurut (Hidayat,2009), Perencanaan yang mungkin pada pasien dengan
Pneumonia ialah sebagai berikut:
a. Diagnosa I : Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Tujuan : Jalan nafas bersih dan efektif
Kriteria hasil :
1. secara verbal tidak ada keluhan sesak,

17
2. suara nafas normal (vasikular)
3. sianosis berkurang
4. batuk berkurang
5. jumlah pernafasan dalam batas normal sesuai usia

Rencana keperawatan :
No Intervensi Rasional
1 Kaji jumlah atau Evalusi awal untuk melihat
kedalaman pernafasan kemajuan dari hasil intervensi
dan pergerakan dada. yang telah dilakukan
2 Auskultasi daerah Penurunan aliran udara timbul
paru, catat area yang pada area yang terkonsolidasi
menurun atau tidak dengan cairan. Suara nafas
adanya aliran udara, bronchial juga dapat terdengar
dan adanya suara
nafas tambahan
seperti crakles (bunyi
yang berkelainan,
terputus-putus akibat
penundaan
pembukaan kembali
jalan nafas yang
menututup) dan
wheezes (mengi)
3 Elevasi kepala, sering Diagfragma yang lebih rendah
mengubah posisi akan membantu dalam
meningkatkan ekspansi dada,
pengisian udara, mobilisasi, dan
ekspetorasi dari sekresi
4 Bantu pasien Nafas dalam akan memfasilitasi

18
melakukan latihan ekspansi maksimum paru-paru
nafas dalam. tau saluran nafas kecil
Dokumentasikan atau
bantu pasien untuk
melakukan batuk.
5 Lakukan suction Stimulasi batuk untuk
sesuai indikasi pembersihan saluran nafas
secara mekanis pada pasien
yang tidak dpat melakukanya
dikarenakan ketidakefektifan
batuk atau penurunan kesadaran
6 Berikan cairan 2.500 Cairan (terutama cairan hngat)
ml/hari (jika ada akan membantu memobilisasi
kontraindikasi), dan mengekspetorasi lendir.
terutama berikan air
hangat.
7 Kaji efek dari Memfasilitasi pencairan dan
pemberian nebulizer pengeluaran secret
dan fisoterapi
pernafasan lainya.

b. Diagnosa II : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Menunjukan peningkatan/mempertahankan berat
badan dengan nilai laboratoriu yang normal
2. Tidak mengalami tanda malnutrisi
3. Menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan
yang sesuai.

19
Rencana keperawatan :
No Intervensi Rasional
1 Kaji riwayat nutris, Mengidentifikasi defisiensi,
termasuk makan yang menggunakan intervensi.
disukai.
2 Observasi dan catat Mengawasi masukkan kalori
masukkan makanan atau kualitas kekurangan
pasien. konsumsi makanan.
3 Timbang berat badan Mengawasi penurunan berat
setiap hari. badan atau efektivitas
intervensi nutrisi.
4 Berikan makan sedikit Menurunkan kelemahan,
dengan frekuensi meningkatkan pemasukan dan
sering dan atau makan mencegah distensi gaster.
diantara waktu
makan.
5 Observasi dan catat Gejala GI dapat menunjukan
kejadian efek anemia (hipoksia) pada
mual/muntah, flatus organ.
dan gejala lain yang
berhubungan.
6 Berikan dan bantu Meningkatkan nafsu makan dan
hygiene mulut yang pemasuukan oral. Menurunkan
baik : sebelum dan pertumbuhan bakteri,
sesudah makan, meminimalkan kemungkunan
gunakan sikat gigi infeksi. Teknik perawatan
yang halus untuk mulut khusus mungkin di
penyikatan yang perlukan bila jaringan
lembut. Berikan rapuh/luka/pendarahan dan
pencuci mulut yang nyeri berat.

20
diencerkan bila
mukosa oral luka.
7 Kolaborasi pada ahli Membantu dalam rencana diet
gizi untuk rencana untuk memenuhi kebutuhan
diet. individual.
8 Kolaborasi : pantau Meningkatkan efektifitas
hasil pemeriksaan program pengobatan, termasuk
laboratorium sumber diet nutrisi yang
dibutuhkan.
9 Kolaborasi : berikan Kebutuhan penggantian
obat sesuai indikasi tergantung pada tipe anemia
dan atau adanya masukan oral
yang buruk dan difisiensi yang
diidentifikasi.

c. Diagnosa III : Gangguan pertukaran gas


Tujuan : Pertukaran gas dapat teratasi
Kriteria hasil :
1. Keluhan dipsnea berkurang
2. denyut nadi dalam rentang normal dan irama regular
3. kesadaran penuh
4. hasil nilai AGD (arteri gas darah) dalam batas
normal

Rencana keperawatan :
No Intervensi Rasional
1 Observasi warna kulit, Sianosis pada kuku
membrane mukosa menggambarkan vasokontiksi
dan kuku, dan cacat atau respon tubuh terhadap
adanya sianosis demam.

21
perifer (kuku) atau
sianosis pusat
(sirkumonal)
2 Kaji status mental Kelemahan, mudah
tersinggung, bingung dan
keinginan kuat untuk tidur
terus, dapat merefleksikan
adanya hipoksemia, penurunan
oksigenisasi serebral.
3 Monitor denyut/irama Takikardia biasanya timbul
jantung sebagai alat hasil dari demam
atau dehidrasi, tetapi dapat juga
sebgai respon terhadap
hipoksemia.
4 Monitor suhu tubuh Demam tinggi (biasanya pada
atas indikasi. Lakukan pnemunia bakteri dan
tindakan-tindakan influenza) akanmeningkatkan
untuk mengurangi kebutuhan metabolic dan
demam dan menggigil konsumsi oksigen serta
mengubah oksigenisasi selular.
5 Pertahankan tirah Pilihan ini dapat mencegah
baring (badrest). kelelahan dan mengurangi
Anjurkan untuk konsumsi oksigen untuk
menggunakan teknik memfasilitaskan resolusi infeksi
relaksasi dan aktifitas
disversi (hiburan)
6 Elefasi kepala dan Tindakan ini akan
anjurkan perubahan meningkatkan inspirasi
posisi, naafas dalam maksimal, mempermudah
dan batuk efektif ekspektorasi lendir untuk

22
meningkatkan fentilasi
7 Kaji tingkat Kecemasan merupakan
kecemasan pasien. manifestaasi dari psikologis
Anjurkan kepadanya sebagai respon fsiologis
untuk mencerikan terhadap hipoksia
perasaanya secara
verbal

d. Diagnosa IV : ketidakefektifan pola napas


Tujuan : klien menunjukkan fungsi pernafasan normal
Kriteria hasil : pasien bernafas dengan mudah

Rencana keperawatan :
No Intervensi Rasional
1 Posisikan untuk Beri posisi yang nyaman
ventilasi yang (misalnya posisi tripod pada
maksimum (misalnya pasien dengan epiglottitis atau
jalan nafas terbuka pertahankan peninggian kepala
dan kemungkinan sedikit 30o)
ekspansi paru yang
maksimum)
2 Periksa posisi pasien Hindari pakaian atau bedung
dengan sering untuk yang ketat
memasikan bahwa
pasien tidak merosot
untuk menghindari
penekan diafragma.
3 Ajarkan pada pasien Untuk kebanyakan penyakit
keluarga tentang pernafasan gunakan cool mist
tindakan yang humidifler dalam ruangan

23
mempermudah upaya pasien
pernafasan (misalnya
pemberian posisi yang
tepat)

e. Diagnosa V : Intoleransi aktivitas


Tujuan : Aktifitas dapat terpenuhi selama perawatan
Kriteria hasil :
1. Mampu melaporkan kondisinya secara verbal,
kekuatan otot meningkat, dan tidak ada perasaan
kelelahan
2. tidak ada sesak nafas
3. denyut nadi dalam batas normal
4. tidak muncul sianosis

Rencana keperawatan :
No Intervensi Rasional
1 Evaluasi respon Memberikan kebutuhan pasien
pasien terhadap dan memfasilitasi dalam
aktifitas pemilihan intervensi
2 Berikan lingkungan Mengurangi stress dan
yang nyaman dan stimulasi yang berlebihan, serta
batasi pengunjung meningkatkan istirahat
selama fase akut atas
indikasi
3 Jelaskan pentingnya Tirah baring (bedrest) dapat
beristirhat dalma menjga kondisi pasien Selma
rencana terapi dan fase akut
keseimbngan
antaraaktifitas dengan

24
istirahat
4 Bantu pasien dalam Pasien mungkin merasakan
mengambil posisi lebih nyaman dikepalaa jika dia
yang nyaman untuk berada dalam keadaan elefasi.
beristirahat dan atau
untuk tidur
5 Bantu pasien dalam Meminimlakna kelelahan dan
memenuhi kebutuhan menolong menyeimbangkan
perawatan diri suplay oksigen dan kebutuhan
(selfcare) berikan
aktifitas yang dapat
meningkatkan
kesehatan diri selama
fase penyembuhan

f. Diagnosa VI : Nyeri
Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri atau penurunan/ketidak
nyamanan
Kriteria hasil :
2. Pasien tidak mengalami nyeri atau tingkat nyeri dapat diterima
dengan baik

Rencana keperawatan :
No Intervensi Rasional
1 Gunakan tindakan Anjurkan aktifitas pengalihan
local (berkumur, sesuai usia, kondisi dan
menghisap, kompres kemampuan
hangat atau dingin)
untuk mengurangi
sakit tenggorok.

25
2 Kaji respon terhadap Beri analgesic sesuai ketentuan
tindakan pengandalian
nyeri

g. Diagnosa VII : Ansietas


Tujuan : Pasien mengalami penurunan rasa takut/cemas
Kriteria hasil :
1. pasien tidak menunjukan tanda-tanda distress
pernafasan atau ketidak nyamanan fisik

Rencana keperawatan :
No Intervensi Rasional
1 Jelaskan prosedur dan Ciptakan hubungan pasien dan
peralatan yang tidak orang tua
dikenal pada pasien
dengan istilah yang
sesuai dengan tahap
perkembangan.
2 Anjurkan perawatan Berikan objek kedekatan
yang berpusat pada (misalnya keluarga dan orang
keluarga dengan terdekat)
peningkatan
kehadiran orang tua
dan bila mungkin,
keterlibatan orang tua
3 Kaji dan Cobalah untuk menghindari
implementasikan prosedur intrusive atau yang
terapi menimbulkan nyeri
penatalaksanaan nyeri
yang tepat (misalnya,

26
sedative dan
analgesic)
4 Beri aktifitas Beri obat-obatan yang
pengalihan yang tepat meningkatkan perbaikan
sesuai dengan ventilasi (misalnya :
kemampuan kognitif bronkodilator dan ekspektoran )
dan kondisi pasien

h. Diagnosa VIII : Risiko penyebaran infeksi


Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi Selma masa perawatan
Kriteria hasil :
1. Tidak muncul tanda-tanda infeksi sekunder
2. pasien dapat mendemonstrasikan kegiatan untuk
menghindarkan infeksi

Rencana keperawatan :
No Intervensi Rasional
1 Monitor tanda-tanda Selama periode ini penyakit
vital, teruama Selma berpotensi kembang menjadi
proses terapi komplikasi yang lebih fatal,
sehingga benar-benar dimonitor
.
2 Demonstrasi teknik Tindakan ini sangat efektif
mencuci yang benar untuk mengurangi penyebaran
infeksi
3 Rubah posisi dan Meningkatkan espektorasi
berikan pulmonary (pengeuaran lendir dan dahak)
toilet yang baik untuk membersihkan dari
infeksi
4 Batasi pengunjung Mengurangi paparan dengan

27
atas indikasi kuman pathogen yang lain
5 Lakukan isolasi sesuai Issolasi mungkin dapat
dengan kebutuhan mencegah penyebaran atau
individu memproteksi pasien dari proses
infeksi lainnya
6 Anjurkan pasien Memfasilitasi proses
untuk istirahat secara penyembuhan dan peningkatan
memmadai sebanding pertahanan tubuh alami
dengan katifitasnya
7 Monior keekfetifan Tanda-tanda perbaikan kondisi
terapi antimicrobial seharusnya muncul antara 24-
48

8 Berikan obat Obat-obat ini digunakan untuk


antimikroba atas membunuh mikroba pnemunia
indikasi sebagai hasil
dari pemeriksaan
kultur sputum/darah

4. Implemantasi
Merupakan langkah ke empat dalam proses keperawatan yang telah
dirrencanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dokumentasi
intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan ole
perawat.Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawatan,
pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri dan tindakan
kolaboratif. Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah
disusun (Hidayat,2009).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nlai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah

28
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat dalam tahap perencanaan (Hidayat, 2009)

29

Anda mungkin juga menyukai