PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional (Gillies, 1986; Nursalam, 2011). Untuk mewujudkan harapan
tersebut dapat dilakukan dengan penataan kembali sistem model keperawatan
professional (MAKP), mulai dari ketenagaan, penetapan MAKP dan
perbaikan dokumentasi keperawatan. Selain itu sejalan dengan perkembangan
dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia maka model
sistem asuhan keperawatan harus berubah mengarah pada suatu praktik
keperawatan professional sehingga peran dan fungsi perawat sesuai dengan
tanggung jawab dan tanggung gugatnya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan
mengalami perubahan mendasar mulai memasuki abad ke – 21. Perubahan
tersebut sebagai dampak dari perubahan sosial politik, kependudukan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga perubahan tersebut
membawa implikasi terhadap perubahan sistem pelayanan keperawatan dan
hal ini merupakan tantangan bagi perawat Indonesia untuk menuju proses
profesionalisme. Untuk menjawab tantangan tersebut manajemen
keperawatan harus diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata sehingga
konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan bahan, konsep
manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui
pendekatan: pengumpulan data, analisis SWOT dan penyusunan langkah-
langkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional,.
Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
dilakukan pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2011). Berdasarkan hasil
pengkajian pada tanggal 14 Oktober – 9 Nopember 2019, didapatkan bahwa
di ruang Melati menggunakan metode MAKP tim yang terbagi menjadi TIM
A dan TIM B. MAKP TIM merupakan suatu metode penugasan dimana satu
orang perawat bertanggung jawab penuh selama 1 shift terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan
1
keluar rumah sakit. Keuntungan dari MAKP TIM antara lain memungkinkan
pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses
keperawatan. Selain itu pembagian tugas yang jelas dan memungkinkan
komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan
kepada anggota tim. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan bagi pasien,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga tercapai suatu pelayanan yang
berkualitas. 10 Kasus terbanyak diruang Melati yaitu Anemia, Dangue High
Fever, Diabetes, CHF, CKD, Sepsis, Heart failure, dispepsia sindrom, ADHF,
melena. Mengingat pentingnya fungsi menejemen keperawatan perlu
diwujudkan secara nyata dalam tatanan praktek guna menjamin efisiensi,
efektifitas dan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien.
2
5. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : timbang terima,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge
planning, dokumentasi keperawatan, dan penerimaan pasien baru.
6. Mengevaluasi rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : timbang terima,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge
planning, dokumentasi keperawatan, dan penerimaan pasien baru.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penguasaan yang akan
dilaksanakan.
2. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP Tim di
Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar.
3. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP di
Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar.
4. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
5. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di Ruang Melati RSUD Mardi
Waluyo Blitar.
1.4.2 Bagi Perawat Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar
1. Melalui praktik manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang ada di Ruang Melati yang berkaitan dengan pelaksanaan
MAKP.
2. Melalui praktik manajemen keperawatan perawat ruangan dapat
melaksanakan MAKP Tim dengan optimal.
3. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
3
4. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat
denga tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
5. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
4
BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARDI WALUYO BLITAR
Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Blitar kondisi saat ini
dalam kurun lima tahun terakhir mengalami metamorfosis yang hebat. Hal
tersebut tidak berlebihan diungkapkan jika diruntut bagaimana sejarah
keberadaaannya mulai tahun 1942. Pada zaman revolusi tersebut, pelayanan
hanya untuk pasien yang operasi, yang dilayani dua dokter berkebangsaaan
belanda yang datangnya tidak menentu, dr. Shinko dan dr. Karl Boom.
Tahun 1966, ada tambahan satu dokter, dr. AW Soehapto, yang dalam
masa-masa pengabdiannya melakukan empat pengembangan pelayanan:
pertama, kedua, melakukan operasi kecil dan caesar dengan perlatan
seadanya, berhasil baik dan dilaporkan ke kantor inspeksi kesehatan di
Jakarta. Laporan itu direspon baik dengan mengirimkan peralatan operasi
seperti meja dan lampu operasi ke kota Blitar. Ketiga dan keempat, membuka
pelayanan poliklinik umum dan poliklinik gigi.
5
Dekade 2000-an, pembangunan dan pengembangan di RS Mardi
Waluyo kota Blitar menggeliat cepat. Pada awal periode pertama
pemerintahan masa Walikota Blitar Djarot Saiful Hidayat, prihatin dengan
kondisi RS Mardi Waluyo Blitar lama di jalan dokter Soetomo bangunannya
sudah rapuh, kumuh, membuat tidak nyaman petugas, apalagi pasien dan
pengunjung.
Dari proses diskusi panjang anatara walikota dengan para dokter yang
memiliki komitmen tinggi, lahir keputusan fenomenal, pemerintah kota Blitar
membangungedung baru untuk RS Mardi Waluyo Blitar diaas lahan seluasn
5 hektar di Jalan Kalimantan. Milyaran rupiah dana negara dikucurkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi warga kota Blitar dan
sekitarnya. Proyek multiyears pembangunan RS Mardi Waluyo Blitar, mulai
dirasakana warga tahun 2007. Tepatnya setelah pembangunan tahap pertama
selesai, sebagai pelayanan per-13 Agustus 2007, boyong dari rumah sakit
lama di Jalan dr. Soetomo ke RS baru di Jalan Kalimantan meliputi layanan
rawat inap VIP dan VVIP, perkantoran dan administrasi, instalasi gawat
darurat (IGD), laboratorium dan radiologi.
6
penatalaksanaan keuangan yang profesional dan status RS Mardi Waluyo
Blitar sebagai Badan Pelayanaan Umum Daerah (BLUD) hingga menjadikan
RS Mardi Waluyo Blitar sebagai rumah sakit sayang ibu dan bayi (RSSIB).
Sebagai RSSIB, prestasi yang diraih membanggakan, terpilih sebagai Rumah
sakit sayang ibu dan bayi terbaik kedua tingkat nasional tahun 2010, dan
mendapatkan penghargaan langsung dari Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.
2.2 FASILITAS DAN PELAYANAN RUMAH SAKIT MARDI WALUYO
7
2.3 DENAH LOKASI
8
2.4 FALSAFAH KEPERAWATAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat harus berkeyakinan bahwa:
1. Manusia adalah inividu yang memiliki kebutuhan bio, psiko, sosio,
spiritual dan kultural yang unik harus di pertimbangkan dalam setiap
pemberian asuhan keperawatan.
2. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal kepada semua yang
membutuhkan dengan tidak membedakan bangsa, suku,
agama/kepercayaan dan status sosial disetiap tempat pelayanan
kesehatan.
3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari
semua anggota tim kesehatan.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha
bersama semua anggota tim kesehatan dan klien/keluarga.
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki wewenang
melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan standar asuhan
keperawatan.
6. Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan secara terus
menerus pertumbuhan dan perkembangan staf dalam pelayanan
keperawatan.
Menuju Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo sebagai Rumah Sakit
pilihan utama yang terpercaya melalui semua masyarakat pada Tahun 2021.
9
2.7 MOTTO RUANG MELATI
10
BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA
KEPALA RUANGAN
EKO SUGIONO, S.Kep.Ns
PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA
SUSANTO, S.Kep, Ns HANDRA S,Amd.Kep ULFA F,Amd.Kep RENI EKO,Amd.Kep ANGGIT A.K,Amd.Kep
PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA
SARI WUNI,Amd.Kep YUYUN P,Amd.Kep RIEZTA,Amd.Kep KARTIKA A.B,Amd.Kep
SUPARTI S,Amd.Kep
PERAWAT PELAKSANA
NOVAN EKA R,Amd.Kep
11
3.1.2 Jumlah Tenaga
a. Tenaga Keperawatan
Tabel 3.1 Kualifikasi Tenaga Keperawatan
Kualifikasi Status Jumlah Jumlah Prosentase
Total
S1 PNS 7 7 33,33%
Non PNS 0
DIII PNS 7 14 66,66%
CPNS 1
Non PNS 6
Jumlah 21 100%
13
Jenis
Masa Pelatihan yang Jenjang
No Nama Pendidikan Ketena-
Kerja pernah diikuti karir
gaan
Manajemen
bangsal, BLS, PPI,
1. Eko Sugiono S1 Keperawatan 30 tahun PNS PK III
PMKP, K 3, CI,
Perawatan luka
BLS, PPI,
Sri Anah Puji PMKP, K 3,
2. S1 Keperawatan 24 tahun PNS PK III
Lestari Preseptor Ship,
Perawatan luka
BLS, PPI, PMKP,
3. Siti Asiyah S1 Keperawatan 30 tahun PNS K 3, Perawatan PK III
luka
Widya Dwi BLS, PPI, PMKP,
4. S1 Keperawatan 15 tahun PNS PK III
Pratiwi K 3, ECG
BLS, PPI, PMKP,
5. Mahfud Efendi S1 Keperawatan 15 tahun PNS K 3, Endoscopy, PK III
Perawatan luka
Diyah Aji BLS, PPI, PMKP,
6. S1 Keperawatan 5 tahun PNS PK II
Wulandari K 3,ECG
BLS, PPI, PMKP,
7 Susanto S1 Keperawatan 5 tahun PNS K 3, Perawatan PK II
luka
D3
BLS, PPI, PMKP,
8. Fitri Yuliani Keperawatan 5 tahun PNS PK III
K3
14
BLS, PPI, PMKP,
D3 K 3, Etika
14. Sari Wuni 5 Th PNS PK II
Keperawatan Pelayanan,
Perawatan luka
15
2. Uraian tugas
Tugas manajerial
a) Tugas umum
Membina hubungan terapeutik dengan pasien/keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan DPJP
Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan
format orientasi pasien/keluarga jika DPJP tidak ada ditempat
Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana
keperawatan DPJP
Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan
dan mendokumentasikannya pada format yang tersedia
Mendampingi visite dokter apabila DPJP tidak ada ditempat
Menerapkan perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan
Melaporkan kepada DPJP bila menemukan masalah yang perlu
diselesaikan
Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan, dan tindakan
Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien / keluarga
Memelihara sarana, fasilitas keperawatan dan kebersihan ruangan
Mengikuti kegiatan ilmiah (refleksi diskusi kasus, ronde
keperawatan, klinik dan lain-lain)
b) Uraian tugas spesifik
Memahami konsep biomedik medikal bedah lanjutan
Melakukan pengkajian data keperawatan medical bedah dengan
resiko/komplikasi pada 12 sistem tubuh secara mandiri
Menganalisa data dan menetapkan diagnosa keperawatan
Menyusun rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan
intervensi pada klien bedah dengan resiko/komplikasi pada 12
sistem tubuh dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Melakukan observasi
2) Melakukan pendidikan kesehatan
3) Melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik
16
4) Mengelola askep perioperatif mencangkup keperawatan pra
bedah, intra bedah, dan pasca bedah sedang
5) Melakukan tindakan kolaborasi
6) Melakukan rujukan keperawatan
7) Memberikan konseling
8) Melakukan dokumentasi keperawatan
Menggunakan komunikasi terapeutik
Membimbing PK II dan pesertadidik
Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut
Jenjang karir PK II
a. Tugas pokok
Memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien diruang rawat
yang menjadi tanggung jawabnya dari pasien datang sampai dengan
pasien pulang dengan sesuai standart keselamatan pasien di rumah sakit.
b. Uraian tugas
a) Tugas manejerial
b) Tugas umum
Membina hubungan terapeutik dengan pasien / keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan DPJP
Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan
format orientasi pasien / keluarga jika DPJP tidak ada ditempat
Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana
keperawatan DPJP
Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia
Mendampingi visite dokter apabila DPJP tidak adaditempat
Menerapkan perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan
Melaporkan kepada DPJP bila menemukan masalah yang perlu
diselesaikan
Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan, dan tindakan
Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien / keluarga
17
Memelihara sarana, fasilitas keperawatan dan kebersihan ruangan
Mengikuti kegiatan ilmiah (refleksi diskusi kasus, ronde
keperawatan, klinik dan lain-lain)
Membimbing PKI
c) Uraian tugas spesifik
Memahami konsep biomedik medikal bedah lanjutan
Melakukan pengkajian data keperawatan medikal bedah dengan
resiko / komplikasi pada 12 sistem tubuh secara mandiri
Menganalisa data dan menetapkan diagnose keperawatan
Menyusun rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan
intervensi pada klien bedah dengan resiko / komplikasi pada 12
sistem tubuh dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Melakukan observasi
2) Melakukan pendidikan kesehatan
3) Melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik
4) mengelola askep perioperatif mencangkup keperawaran pra
bedah, intra bedah, dan pasca bedah sedang
5) Melakukan tindakan kolaborasi
6) Melakukan rujukan keperawatan
7) Memberikan konseling
8) Melakukan dokumentasi keperawatan
Menggunakan komunikasi terapeutik
Jenjang karir PK I
1) Tugas pokok
Memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien diruang
rawat yang menjadi tanggung jawabnya dari pasien datang sampai
dengan pasien pulang dengan sesuai standart keselamatan pasien di
rumah sakit.
18
2) Uraian tugas
a) Tugas manejerial
b) Tugas umum
Membina hubungan terapeutik dengan pasien / keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan DPJP
Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan
format orientasi pasien / keluarga jika DPJP tidak ada ditempat
Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana
keperawatan DPJP
Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan
dan mendokumentasikannya pada format yang tersedia
Mendampingi visite dokter apabila DPJP tidak ada ditempat
Menerapkan perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan
Melaporkan kepada DPJP bila menemukan masalah yang perlu
diselesaikan
Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan, dan tindakan
Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien / keluarga
Memelihara sarana, fasilitas keperawatan dan kebersihan ruangan
Mengikuti kegiatan ilmiah (refleksi diskusi kasus, ronde
keperawatan, klinik dan lain-lain)
c) Uraian tugas spesifik
Melakukan pengkajian dasar data keperawatan dasar
Melaksanakan tindakan keperawatan dasar meliputi:
1) Pemenuhan kebutuhan bernafas (oksigen dasar)
2) Pemenuhan kebutuhan makan minum seimbang
3) Pemenuhan kebutuhan eliminasi urin
4) Pemenuhan kebutuhan eliminasi fecal
5) Melakukan komunikasi terapeutik
6) Pemenuhan kebutuhan spiritual
7) Pemenuhan kebutuhan untuk beraktifitas
8) Pemenuhan kebutuhan rekreasi
19
9) Melakukan pendidikan kesehatan / promosi kesehatan
10) Memberikan obat sederhana
11) Melakukan penanggulangan infeksi
Menggunakan komunikasi terapeutik
Melakukan evaluasi tindakankeperawatan
Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
Kolaborasi dengan profesi kesehatanlain
3.1.5 Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Kebutuhan tenaga perawat tiap shift berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien di Ruang Melati berdasarkan pengkajian tanggal 15 Oktober 2019:
1. BOR Ruang Melati
TT terpakai 36
= x 100=105 , 88
TT tersedia 34
2. Kebutuhan Perawat :
Keperawatan langsung :
Total Care = 6 x 6 jam = 36 jam
Partial Care = 5 x 3 jam = 15 jam
Minimal Care = 21 x 2 jam = 42 jam
= 92 jam
Keperawatan tidak langsung = 32 x 1 jam = 32 jam
KIE 32 x 15 menit = 480 menit ( 8 jam)
Jumlah jam yang dibutuhkan perawat = 133 jam
Jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari
adalah 133 jam : 32 pasien = 4,1 jam
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan:
Jumlah jam yang dibutuhkan perawat / hari x jumlah hari dalam 1 Tahun
jumlah hari kerja efektif x 7
133 x 365 48545
¿ = =24 ,8=25 orang
279 x 7 1953
Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari:
32 pasien x 4 ,1 jam
¿ =19 orang
7 Jam
20
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif :
a. Sif Pagi 0,47 x 19 = 8,9 = 9 orang
b. Sif Siang 0,36 x 19 = 6,8 = 7 orang
c. Sif Malam 0,17 x 19 = 3,2 = 3 orang
Jumlah = 19 orang
Jumlah tenaga yang lepas per hari : Keterangan : Angka 76 merupakan
jumlah hari tak kerja dalam 1 tahun,
76 x 19
¿ =5 orang sedangkan 279 adalah jumlah hari
279
kerja efektif dalam 1 tahun
21
3.2 Mateial & Machine (M2)
3.2.1 Penataan Gedung / Lokasi dan Denah Ruangan
RUANG MELATI
RUANG SHOLAT
BRANGKAR
KM KELAS 3
SPOEL petugas
GUDANG
HOCK Kmr 3 C
RUANG TINDAKAN
KM
LINEN
KELAS 1
NURSE STATION
KELAS 3
Kmr 1A
KM
Kmr 3 B
KELAS 1
R. KARU
ADMINISTRASI MELATI KM
Kmr 1B
KELAS 3
KM
22
disediakan lagi 2 tempat tidur. Lokasi denah Ruang Melati RSUD Mardi
Waluyo Blitar sebagai berikut:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Ruang Mawar
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan ruang KKg Dahlia
c. Berada di lantai 2
23
3.2.3 Fasilitas untuk Perawat (Nurse Station)
24
17. Nasal O2 2/ Ruang 5 250%
18. NGT 2/ Ruang 5 250%
19. Pispot 8
1:½
20. Urinal 15
21. Set rawat luka 2/ Ruang 4 200%
22. Standart infus stainless 1:1 34
23. Sterilisator 1 / Ruang 1 100%
24. Stetoscope 2/ Ruang 10 500%
25. Tabung oksigen + 2/ Ruang 4 200%
flowmeter (transpot)
26. Tensimeter 2/ Ruang 5 250%
27. Termometer 5/ Ruang 6 120%
28. Timbangan BB/TB 1/ Ruang 2 200%
29. WWZ 2/ Ruang 4 200%
30. Suction cateter 1/ Ruang 8 800%
31. Es kraag 1
32. Tourniquet dewasa 20
33. Kom rawat luka 3
34. Timbangan elektrik 1
35. Tromol kecil 1
36. Tromol sedang 1
37. Tromol besar 2
38. Skirent 1
39. Restrain 2
40. Senter 2
25
Tabel 3.2.2 Alat-alat Pencatatan dan Pelaporan Ruang Melati RSUD Mardi
Waluyo Blitar Bulan Oktober Tahun 2019
Standart Alat : Ruang Persenta-
Jumlah
No. Nama Alat Atau Pasien: alat se (%)
1. Buku dokter visit 1 / Ruang 4 400
2. Buku laporan kehilangan 1 / Ruang 1 100
3. Buku permintaan laborat 1 / Ruang 2 200
4. Buku register pasien 1 / Ruang 1 100
5. Buku sensus harian 1 / Ruang 1 100
6. Buku TTV 1 / Ruang 1 100
7. Pensil 5 / Ruang - 0
8. Perforator 1 / Ruang 5 500
9. Spidol permanent 6 / Ruang - 0
10. Spidol white board 6 / Ruang - 0
11. Steples 2 / Ruang 6 300
12. White board 1 / Ruang 3 300
13. Pensil blue - red 5 / Ruang 3 60
14. Buku catatan KTD 1 / Ruang 1 100
15. Buku komplain pasien 1 / Ruang 1 100
16. Buku pembayaran ke kasir 1 / Ruang 2 200
17. Buku setoran status 1 / Ruang 1 100
18. Buku agenda surat 1 / Ruang 1 100
19. Buku ekspedisi 1 / Ruang 1 100
20. Buku timbang terima alat 1 / Ruang 1 100
26
Tabel 3.2.3 Alat-alat Rumah Tangga Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo
Blitar Bulan Oktober Tahun 2019
Standart Alat :
No Nama Alat Ruang Atau Jumlah %
Pasien: alat
1. Baki/nampan 3 / Ruang 2 66,67
14. TV 4
27
25. Printer 3
29. Meja 4
31. AC 6
3. Masker 1: 1/ 2 0
4. Mitella 2/ Ruang 10
5. Perlak 1:1 40
6. Sarung bantal 1:3 100
7. Selimut lorek 70
1:3
8. Selimut tebal 25
28
9. Sprei 1:3 100
10. Steak laken 1:3 40
11. Tutup alat 1:2 5
12. Lurup 3/ Ruang 10
13. Celemek plastik tebal 6
14. Baju skort petugas 22
15. Baju operasi px anak -
16. Baju operasi px dewasa 10
17. Restren tangan 2
18. Bantal bungkus oscar 3
19. Taplak 3
20. APD tdk tembus air 1
29
12. Blood warm 1 100%
30
Waluyo Blitar adalah metode tim. Metode penguasaan yang diterapkan
adalah metode tim yang terdiri atas perawat yang ada di ruangan yang
dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim A (Kamar 1A, 1B, 3B, 3C) TIM B (Kamar
1C, 2A, 2B, 3A). Untuk struktur organisasi gambarnya adalah sebagai
berikut:
KEPALA RUANGAN
EKO SUGIONO, S.Kep.Ns
PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA
SUSANTO, S.Kep, Ns HANDRA S,Amd.Kep ULFA F,Amd.Kep RENI EKO,Amd.Kep ANGGIT A.K,Amd.Kep
PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA
SARI WUNI,Amd.Kep YUYUN P,Amd.Kep RIEZTA,Amd.Kep KARTIKA A.B,Amd.Kep
SUPARTI S,Amd.Kep
PERAWAT PELAKSANA
NOVAN EKA R,Amd.Kep
31
oleh kepala ruangan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
ketersediaan tenaga keperawatan.
32
Memberi kesempatan pada staf keperawatan untuk mengikuti kegiatan
ilmiah dengan koordinasi kepala bidang pelayanan keperawatan dan
kepala instansi
Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan ketentuan/ kebijakan rumah sakit
Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat keperawatan/
kebidanan agar selalu dalam keadaan siap pakai
Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya diruang rawat
menurut tingkat kegawatan, infeksi/ non infeksi, untuk kelancaran
pemberian asuhan keperawatan atau kebidanan
Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan/ kebidanan dan kegiatan lain secara tepat dan benar
Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan
lingkungan ruang rawat
Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien diruang rawat inap
Meneliti/ memeriksa pengisian daftar permintaan makanan pasien
berdasarkan macam dan jenis makan pasien
Meneliti dan memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien
sesuai dengan program dietnya
Membuat laporan harian, mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan
atau kebidanan serta kegiatan lainnya di ruang rawat disampaikan
kepada atasannya
Membimbing tenaga magang/ siswa/ mahasiswa keperawatan/
kebidanan yang menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktik
Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien/ keluarga sesuai
kebutuhan dasar dalam batas kewenangannya
Melakukan serah terima pasien dan lain lain saat pergantian dinas
33
Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan atau
kebidanan yang telah ditentukan
Mengawasi dan menilai tenaga magang/ siswa/ mahasiswa keperawatan
untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program
bimbingan yang telah ditentukan
Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya
Mengawasi, mengendalikan dan menilai penyalahgunaan tenaga
keperawatan, peralatan keperawatan atau kebidanan dan obat-obatan
Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan atau kebidanan
sesuai standart yang berlaku secara mandiri atau koordinasi dengan Tim
Pengendalian Mutu Asuhan Keperawatan
Total 24 5
Presentase 82,75 17,24
34
Uraian Tugas 15-10-2019 16-10-2019 17-10-2019
Katim 1 Katim 2 Katim 1 Katim 2 Katim 1 Katim 2
D TD D TD D TD D TD D TD D TD
Bersama penanggung jawab ruangan √ √ √ √ √ √
atau kepala ruangan atau perawat
pelaksana atau anggota tim.
Mengadakan serah terima
tugas setiap pergantian dinas.
Melakukan pembagian tugas kepada √ √ √ √ √ √
perawat pelaksana dengan
mempertimbangkan kemampuan
masing-masing anggota.
Menyusun rencana asuhan √ √ √ √ √ √
keperawatan mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi
Mengikuti visit dokter √ √ √ √ √ √
Menciptakan suasana harmonis √ √ √ √ √ √
Membuat laporan pasien √ √ √ √ √ √
Mengorientasikan pasien baru √ √ √ √ √ √
Membina hubungan saling percaya √ √ √ √ √ √
antara perawat, pasien dan Keluarga
Memberikan pertolongan segera pada √ √ √ √ √ √
pasien dengan kedaruratan
Membuat laporan pasien dan √ √ √ √ √ √
mencatat kasus dari pasien, kejadian
diluar dugaan yang tidak di inginkan.
Mengatur waktu istirahat √ √ √ √ √ √
Melakukan ronde keperawatan √ √ √ √ √ √
bersama kepala ruang dan perawat
Pelaksana
Melaporkan tentang kondisi pasien, √ √ √ √ √ √
asuhan keperawatan yang dilakukan,
35
kesulitan yang dialami
Bersama perawat pagi, sore, dan √ √ √ √ √ √
malam melaksanakan, mengawasi,
dan mengevaluasi pelayanan
keperawatan pasien yang sudah
diprogramkan dan membuat
pembaharuan dengan kebutuhan
pasien
Mendelegasikan pelaksanaan asuhan √ √ √ √ √ √
keperawatan pada anggota tim.
Membuat perincian tugas anggota tim √ √ √ √ √ √
Menerima konsultasi dari anggota tim √ √ √ √ √ √
dan memberikan instruksi
keperawatan.
Memimpin pertemuan tim √ √ √ √ √ √
keperawatan untuk menerima
laporan, sistem pengarahan tentang
tugas anggota tim, pelaksanaan
asuhan keperawatan, serta masalah
yang dihadapi.
Memelihara komunikasi efektif baik √ √ √ √ √ √
secara vertical maupun horizontal
Melakukan penyuluhan kepada pasien √ √ √ √ √ √
atau keluarga atau kepada anggota
tim
Memberi teguran dan pujian √ √ √ √ √ √
Melengkapi catatan yang telah √ √ √ √ √ √
dibuatoleh anggota tim
Mengawasi dan berkomunikasi √ √ √ √ √ √
langsung dengan perawat pelaksana
Mengawasi proses asuhan √ √ √ √ √ √
keperawatan yang dilakukan oleh
36
anggota tim
Membantu kepala ruangan √ √ √ √ √ √
membimbing peserta didik
Total 20 5 20 5 20 5 20 5 20 5 20 5
Prosentase 80 20 80 20 80 20 80 20 80 20 80 20
Rata-rata total pencapaian 80%
3. Perawat Pelaksana
Tabel 3.3.3 Uraian Tugas Perawat Pelaksanan
15-10-2019 16-10-2019 17-10-2019
Uraian tugas Tim 1 Tim 2 Tim 1 Tim 2 Tim 1 Tim 2
D T D T D T D T D T D T
1. Memberikan pelayanan
keperawatan secara langsung
berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan
kasih sayang :
a. Menyusun rencana perawatan √ √ √ √ √ √
sesuai dengan masalah klien
b. Melaksanakan tindakan pera- √ √ √ √ √ √
watan sesuai dengan rencana
c. Mengevaluasi tindakan √ √ √ √ √ √
keperawatan yang telah
diberikan
d. Mencatat atau melaporkan √ √ √ √ √ √
semua tindakan perawatan
dan respon klien pada catatan
37
perawatan
2 Melaksanakan program medik
dengan penuh tanggung jawab :
a. Pemberian obat √ √ √ √ √ √
b. Pemeriksaan laboratrium √ √ √ √ √ √
c. Persiapan klien yang akan √ √ √ √ √ √
operasi
3 Memperhatikan keseimbangan
kebutuhan fisik, mental, sosial,
dan spiritual klien :
a. Memelihara kebersihan klien √ √ √ √ √ √
dan lingkungan
b. Mengurangi penderitaan √ √ √ √ √ √
klien dengan memberi rasa
aman, nyaman
c. Pendekatan dan komunikasi √ √ √ √ √ √
terapeutik
4 Mempersiapkan klien secara √ √ √ √ √ √
fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan
perawatan, pengobatan dan
diagnosis
5 Melatih klien untukmenolong √ √ √ √ √ √
dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
6 Memberikan pertolongan √ √ √ √ √ √
segera pada klien gawat atau
sakaratul maut
7 Membantu kepala ruangan
dalam ketatalaksanaan ruang
secara administratif :
a. Menyiapkan data klien baru, √ √ √ √ √ √
pulang, atau meninggal
b. Sensus harian atau formulir √ √ √ √ √ √
c. Rujukan dan penyuluhan √ √ √ √ √ √
PKRS
38
kebersihan, keamanan,
kenyamanan dan keindahan
ruangan
10 Melaksanakan tugas dinas √ √ √ √ √ √
pagi/sore/malam atau hari libur
secara bergantian sesuai dengan
jadwal dinas
11 Memberikan penyuluhan √ √ √ √ √ √
kesehatan sehubungan dengan
penyakitnya
12 Melaporkan segala sesuatu √ √ √ √ √ √
mengenai keadaan klien baik
secara lisan maupun tulisan
13 Membuat laporan harian klien √ √ √ √ √ √
14 Operan dengan dinas √ √ √ √ √ √
berikutnya
39
diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat,
maupun antar perawat dengan tim kesehatan lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan keefektifitasnya adalah saat pergantian
shift (Timbang Terima).
Timbang Terima merupakan suatu teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
manndiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah ada yang belum
dilakukan serta perkembangan pasien tersebut.
Tabel 3.3.4 Hasil Penilaian Timbang Terima di Ruang Melati
Tanggal
No Langkah 15-10-19 16-10-19 17-10-19
MP PS MP PS MP PS
1. Buku laporan shift sebelumnya √ √ √ √ √ √
2. Membaca laporan shift sebelumnya. √ √ √ √ √ √
3. Shift yang akan mengoperkan, menyiapkan √ √ √ √ √ √
hal-hal yangakan di sampaikan.
4. Shift yang akan menerima membawa buku √ √ √ √ √ √
catatan operan/catatan harian
5. Kedua kelompok sudah siap. √ √ √ √ √ √
6. Kepala ruang/Ketua Tim memberi salam √ - √ - √ -
(selamat pagi/ assalamu’alaikum) dan
menyampaikan akan segera dilakukan operan.
7 Perkenalkan diri dan perawat yang akan - - - - - -
bertugas selanjutnya.
8. Kegiatan di mulai dengan menyebut/ - - √ √ √ √
mengidentifikasi pasien satu persatu,
menjelaskan diagnose pasien
9 Jelaskan kondisi/keadaan umum klien. √ √ √ √ √ √
10 Jelaskan tindakan keperawatan yang telah dan √ √ √ √ √ √
belum dilakukan
11 Jelaskan hasil tindakan masalah teratasi √ √ √ √ √ √
sebagian belum atau muncul masalah baru.
12 Jelaskan secara singkat dan jelas rencana kerja √ √ √ √ √ √
dan tindak lanjut asuhan (mandiri atau
kolaborasi)
13 √ √ √ √ √ √
Memberikan kesempatan anggota shift yang
40
menerima operan untuk melakukan
klarifikasi/bertanya tentang hal-hal atau
tindakan yang kurang jelas.
14 Perawat yang menerima operan mencatat hal- √ √ √ √ √ √
hal penting pada buku
catatan harian
15 Lakukan prosedur 1 – 7 untuk pasien √ √ √ √ √ √
berikutnya sampai seluruh pasien di
operkan.
16 Perawat yang mengoperkan menyerahkan √ √ √ √ √ √
semua berkas catatan
perawatan kepada tim yang akan menjalankan
tugas berikutnya
17 Kepala Ruang / ketua tim (yang memimpin) √ √ √ √ √ √
kembali ke Nurse Station
18 Berdoa bersama yang dipimpin oleh kepala √ - √ - √ -
ruang/ketua Tim.
19 Mengucap salam. √ √ √ √ √ √
20 Mengucapkan selama tistirahat bagi anggota √ √ √ √ √ √
tim/shift sebelumnya.
21 Mengucapkan selamat bekerja untuk tim/shift √ - √ - √ -
berikutnya
Total 19 17 20 17 20 17
Persentase 90,4 80,9 95,2 80,9 95,2 80,9
Rata-Rata 87,25
41
yang terlebih dahulu dengan membaca laporan timbang terima. Apabila
perawat shift siang sudah memahami pelimpahan tugas yang diberikan
maka akan segera dilanjutkan ke pasien, begitu juga dengan shift
berikutnya.
Untuk pelaporan timbang terima yang disampaikan mengenai jumlah
pasien, nama pasien, keadaan pasien, rencana pemeriksaan, terapi yang
sudah diberikan dan harus diberikan selanjutnya serta pesan khusus lainnya
untuk perawat di shift berikutnya
42
17-
No Tahapan Prosedur Pelaksanaan 15-10-2019 16-10-2019 10-
2019
P1 P2 P1 P2 P1
11 - - - - -
Perawat mengajarkan hand hygiene
43
akan informasi yang\telah disampaikan
44
mengikuti semua proses perawatannya dengan baik. Beberapa hal yang
terkandung didalamnya antara lain pemberian materi atau pengetahuan
yang umum mengenai penyakit.
Menurut pernyataan dari kepala ruang Melati, Discharge Planning
dilaksanakan oleh kepala ruangan atau perawat yang sedang bertugas,
Discharge Planning telah direncanakan pada saat penerimaan pasien baru.
Pelaksanaaan Discharge Planning belum optimal diantaranya format
Discharge Planning yang tersedia tidak diaplikasikan secara optimal.
Penilaian discharge planning meliputi :
Tabel 3.3.6 Hasil Penilaian discharge planning di Ruang Melati
No Daftar Pertanyaan 15-10-19 16-10-19 17-10-19
1. Nomor Register √ √
2. Nama Pasien √ √
3. Alamat √ √
4. Diagnosa Medis - - -
5. Tanggal MRS - - -
6. Tanggal KRS √ √
7. Status Pulang √ √
8. Rencana Kontrol √ √
9. Rencana Keperawatan selama - - -
dirumah
10. Aturan diet/nutrisi √ √
11. Obat-obatan yang diminum dan √ √
jumlahnya
12. Aktifitas dan istirahat √ √
13. Hasil pemeriksaan yang dibawa √ √
pulang
14. Lain-Lain √ √
Jumlah 11 11 11
Presentase 78,5% 78,5% 78,5%
45
planning sudah dilakukan sesuai dengan juknis yang berlaku, sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan discharge planning maksimal
dan perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi untuk mencapai pelayanan
keperawatan yang berkualitas. sesuai hasil data yang didapatkan ada
beberapa point yang ternyata tidak tertera pada discharge planning
diantaranya adalah diagnosa medis pasien, tanggal MRS, dan rencana
keperawatan selama dirumah yang mana point ini sangat penting untuk
bahan evaluasi selama pasien dirawat diruangan melati dan sebagai data
untuk menilai keefektifan tindakan yang diberikan selama perawatan agar
dapat dilakukan sebagai tindakan terapeutik saat pasien pulang.
46
cara pemakaiannya. Perawat dalam mengelola obat menggunakan prinsip 5
Benar.
3.3.9 Dokumentasi Perawatan
Pendokumentasian yang berlaku di Ruang Melati adalah sistem SOR
(Sources Oriented Record) yaitu suatu sistem pendokumentasian yang
berorientasi pada lima komponen (lembar penilaian berisi biodata, lembar
order dokter, lembar riwayat medis atau penyakit, catatan perawat, catatan
dan laporan). Adapun bagan uraian lembar dokumentasi yang ada di ruang
Melati antara lain:
Tabel 3.3.7 Daftar Lembar Dokumentasi di Ruang Melati Tahun 2019
No URAIAN BAGAN Ada Tidak
1 Lembar pengkajian awal pasien rawat inap √
2 Lembar tindakan dan evaluasi perawat √
3 Blanko kelengkapan status pasien √
4 Pengantar pasien masuk RS/ rawat inap √
5 Lembar konsul √
7 Asuhan Keperawatan √
8 Pengkajian keperawatan √
9 Laporan proses keperawatan √
10 Ringkasan dokumen asuhan keperawatan √
11 Tempat hasil pemeriksaan penunjang √
12 Lembar discharge planning √
13 Blanko Pasien Pulang √
14 Rincian pembayaran Perawatan √
Total 100
Presentase 100%
Berdasarkan tabel di atas evaluasi dokumentasi keperawatan di
Ruang Melati lengkap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelengkapan
dokumen keperawatan yang ada sesuai dengan juknis yang berlaku.
47
1
A Pengkajian
48
1 Menulis pada format yang baku √ √ √ √ √ √ 6
2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan √ √ √ √ √ √ 6
yang dilaksanakan
3 Setiap melakukan tindakan perawat √ √ √ √ √ √ 6
mancantumkaparaf/nama jelas dan tanggal
jam dilakukan tindakan
4 Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai √ √ √ √ √ √ 6
dengan ketentuan yang berlaku.
TOTAL 21 21 21 21 21 21
RATA-RATA 21
Keterangan :
*) : Belum adanya format perumusan diagnose keperawatan sesuai SDKI
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien di ruang Melati
didapatkan nilai rata-rata sebesar 21. Hal ini termasuk dalam kategori sangat
baik, karena pendokumentasian tindakan ataupun identisas pasien sudah
sangat sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
3.4 Money (M4)
3.4.1 Sistem Gaji dan Remunerisasi SDM
Sumber dana gaji pegawai golongan PNS di RSUD Mardi Waluyo
Blitar berasal dari pemerintah dan sumber dana gaji pegawai Non-PNS
berasal dari Rumah Sakit itu sendiri yang diatur sesuai dengan peraturan
BULD (Badan Layanan Umum Daerah). Sistem remunerisasi diberikan
kepada pegawai golongan PNS sesuai dengan pangkat atau golongan,
jabatan, pendidikan, dan masa kerja. Sedangkan untuk pegawai honorer
pemberian remunerisasi berdasarka pendidikan dan masa kerja pegawai.
Selain itu, baik pegawai PNS atau non PNS mendapatkan bonus saat hari
Raya Idul Fitri.
49
2. Pasien peserta JKN
Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)
bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi :
a. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin dan
orang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri
dari:
1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya
Pegawai Negeri Sipil
Anggota TNI
Anggota POLRI
Pejabat negara
Pegawai pemerintah non pegawai negeri
Pegawai swasta
Pekerja yang tidak termasuk pada huruf a sampai dengan f
yang menerima upah. Termasuk WNA yang bekerja di
Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya
Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima
upah. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling
singkat 6 (enam) bulan.
3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya
Investor
Pemberi kerja
Penerima pensiun, terdiri dari :
Pegawai Negri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun
Anggota TNI dan anggota POLRI yang berhenti dengan hak
pensiun
Pejabat negara yang berhenti dengan hak pensiun
Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
50
yang mendapat hak pensiun
Penerima pensiun lain
Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
lain yang mendapat hak pensiun lain
Janda, duda atau anak yatim piatu dari veteran atau dari
perintis kemerdekaan.
Bukan pekerja yang tidak termasuk dengan huruf a sampai
dengan e yang mampu membayar iuran.
3.4.3 Tata Cara Pembayaran dan Penagihan
Pembayaran biaya pelayanan diselesaikan pada saat pasien akan
meninggalkan rumah sakit di loket pembayaran rumah sakit. Bagi pasien
umum yang tidak dapat memenuhi kewajibannya tepat waktu maka
dilakukan musyawarah untuk memperoleh kesepakatan pembayaran.
Sedangkan untuk pasien BPJS pembayaran dilakukan dengan melengkapi
persyaratan BPJS dan apabila sampai pasien pulang keluarga belum dapat
melengkapinya maka terpaksa pasien harus membayar seperti pasien
umum. Biasanya hal ini terjadi pada pasien BPJS yang mengalami
kecelakaan, karena harus melengkapi dengan surat keterangan polisi dan
Jasa Raharja.
51
UMUM 2 7 2 14 23 3,97%
UMUM 3 19 6 14 39 6,73%
JKN 1 5 1 4 10 1,72%
JKN 2 25 31 26 82 14,16%
ASKES 1 24 15 14 53 9,15%
ASKES 2 11 14 9 34 5,87%
ASKES 3
JAMKESMAS
47 42 47 136 23,48%
KAB/BPJS PBI
JAM KESMAS
23 35 26 84 14,5%
KOTA/BPJS PBI
JAMKESMAS
1 2 2 5 0,86%
LUAR/BPJS PBI
JAMKESDA
- - - -
KOTA
52
I TARIF AKOMODASI PERAWAT
1 KELAS NON PAVILIUN III 24,000 6,000 30,000
2 KELAS NON PAVILIUN II 32,000 8,000 40,000
3 KELAS NON PAVILIUN I 48,000 12,000 60,000
II TARIF VISITE DOKTER KELAS NON PAVILIUN
1 DOKTER UMUM 11,000 44,000 55,000
2 DOKTER SEPISIALIS 13,000 52,000 65,000
3 Konsultasiantarsepesialis 13,000 52,000 65,000
4 konsultasiantarsepesialisdiluar 20,000 80,000 100,000
jam kerja
III TARIF JASA PERAWATAN
1 KELAS NON PAVILIUN 2,500 10,000 12,500
2 PAVILIUN 9,000 36,000 45,000
NO NAMA/ JENIS TINDAKAN JASA TARIF
SARANA PELAYANAN
1 2 3 4 5
IV JENIS TINDAKAN PEMASANGAN O2
1 NASAL 3,600 2,400 6,000
2 MASKER 10,800 7,200 18,000
3 RESPIRATOR 30,000
JASA
NO NAMA/ JENIS TINDAKAN TARIF
SARANA PELAYANAN
1 2 3 4 5
V TARIF PELAYANAN PEMULASARAAN /PERAWATAN
JENAZAH
SEWA KAMAR JENAZAH/HARI
1 Pasien dari dalam RS Mardi 8,000 2,000 10,000
53
Waluyo
2 Pasien dari luar RS Mardi 12,000 3,000 15,000
Waluyo
Tabel 3.4.3 Tarif Pelayanan Rekam Medik, Gizi, Farmasi, Uji Kesehatan
JASA
NO NAMA/ JENIS TINDAKAN TARIF
SARANA PELAYANAN
1 2 3 4 5
VI PENGELOLAAN REKAM MEDIK
1 Rawat Inap/Rawat Inap khusus 7,000 3,000 10,000
per pasien
VII ASUHAN GIZI ER HARI
1 NON PAVILIUN 2,000 3,000 5,000
2 PAVILIUN 4,000 6,000 10,000
VIII KONSULTASI GIZI
4,000 6,000 10,000
IX PELAYANAN FARMASI KLINIK PER HARI
1 NON PAVILIUN 2,000 3,000 5,000
2 PAVILIUN 4,000 6,000 10,000
X KONSULTASI FARMASI
1 4,000 6,000 10,000
54
2 AMBIL DARAH VENA 9,350 7,650 17,000
3 AMBIL SAMPEL KULTUR 18,150 14,850 33,000
4 ANGKAT DRAIN 10,450 8,550 19,000
5 BALANCE CAIRAN 15,950 13,050 29,000
6 BLADDER TRENING 18,700 15,300 34,000
7 EKG 19,200 28,800 48,000
8 FOWLEY CATETER 15,950 13,050 29,000
9 GANTI CAIRAN INFUS/HARI 10,450 8,550 19,000
10 GDA PAKAI STIK 13,200 10,800 24,000
11 INCISI ABSES (LA) 15,950 13,050 29,000
12 INFUS PUMP/HARI 41,800 34,200 76.000
13 INJECTIVE/HARI 15,950 13,050 29,000
14 INJECTIVE IM 5,500 4,500 10,000
15 INJECTIVE IV 7,700 6,300 14,000
16 INJECTIVE SC/IC 5,500 4,500 10,000
17 IRIGASI TREE WAY/INFUS/FLES 5,500 4,500 10,000
18 KUMBAH LAMBUNG/HARI 39,050 31,950 71,000
19 LEPAS WSD 94,050 76,950 171,000
20 LEPAS CATETER 7,700 6,300 14,000
21 LEPAS FOLLEY CATHETER 9,350 7,650 17,000
22 LEPAS INFUS 8,250 6,750 15,000
23 LEPAS NGT 7,700 6,300 14,000
24 MASUKAN OBAT PER DRIP 9,350 7,650 17,000
25 MATRAS ANTI DECUBITUS/HARI 13,200 10,800 24,000
26 NGT 20,350 16,650 37,000
27 NEBULIZER PER KALI 25,300 20,700 46,000
28 NECROTOMI 30,250 24,750 55,000
29 ORAL HYGIENE 7,700 6,300 14,000
30 PASANG INFUS DEWASA 14,300 11,700 26,000
31 PASANG LINGKAR ABDOMEN 18,150 14,850 33,000
32 PASANG MAYO 15,950 13,050 29,000
33 PASANG NGT 17,600 14,400 32,000
34 PASANG O2 NASAL/ MASKER 7,700 6,300 14,000
35 PEMBERIAN MAKAN PERSONDE 15,400 12,600 28,000
55
36 PEMBERIAN SUPERSUPORIA 13,200 10,800 24,000
37 PENGAMBILAN SAMPEL KULTUR 18,700 15,300 34,000
38 PERWATAN LUKA / LUKA JAHIAN 18,700 15,300 34,000
39 PERAWATAN LUKA GANGREN 31,350 25,650 57,000
40 PUNGTIE PLEURAL 141,350 115,650 257,000
41 RAWAT LUKA BIASA 15,950 13,050 29,000
42 RAWAT LUKA DENGAN PENYULIT 30,250 24,750 55,000
43 RAWAT LUKA LUAS 23,650 19,350 43,000
44 RAWAT LUKA WSD PERKALI 18,700 15,300 34,000
45 SIRYNG PUMP/HARI 26,400 21,600 48,000
46 SKIN TEST PERKALI 9,350 7,650 17,000
47 TEST ALERGI 68,750 58,250 125,000
48 TEST GULA DARAH 15,950 13,050 29,000
49 TRANFUSI/HARI 26,950 22,050 49,000
56
3.5 MUTU (M5)
3.5.1 Efisiensi Ruang Rawat Inap
Indikator Efisiensi Ruang (Standar yang digunakan di Ruang Melati RSUD
Mardi Waluyo Blitar).
Tabel 3.5.1 Indikator Efisiensi Ruang
No Indikator Standar
1 BOR 60%-85%
2 ALOS 6-9 hari
3 TOI 1-3 hari
4 BTO 40-50 hari
5 NDR < 25 %
6 GDR < 45 %
3.5.1.1 BOR
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah presentasi pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Jumlah tempat tidur adalah 34.
Tabel 3.5.1 BOR Periode Bulan Juli s/d September 2019 di Ruang Melati
RSUD Mardi Waluyo Blitar
No Bulan BOR
1 Juli 2019 100,09 %
2 Agustus 2019 98,01 %
3 September 2019 101,96 %
Rata-rata 100,02 %
57
Berdasarkan data diatas didapatkan rata-rata BOR dalam 3 bulan
mulai bulan Juli s/d September 2019 adalah 100,02 % Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI,2005). Dari data diatas
dapat disimpulkan bahwa BOR diruangan Melati melebihi standar yang
ditetapkan Depkes RI.
3.5.1.2 TOI (Turn Of Interval)
TOI menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu
antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh klien sampai dengan diisi lagi.
Standar 1-3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun (menurut Barber
Johndon)
Tabel 3.5.4 TOI (Turn Of Interval) Periode bulan Juli s/d September 2019
di Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar
Jumlah pasien Turn Of
No Bulan
keluar (hidup/mati) Interval
1 Juli 2019 202 0,01
2 Agustus 2019 182 0,12
3 September 2019 195 0,11
Rata-rata 193 0,08
Berdasarkan data diatas didapatkan rata-rata TOI mulai bulan Juli s/d
September 2019 adalah sebesar 0,08. Dengan demikian TOI di ruang
Melati melebihi dari standar.
58
tertentu dapat di jadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.
Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Berikut ini ditampilkan tabel waktu keluar dan masuknya pasien pada
bulan Juli s/d September 2019.
Tabel 3.5.5 ALOS (Length Of Stay) Periode Bulan Juli s/d September 2019
di Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar
Lama pasien Jumlah
No Bulan ALOS
dirawat pasien keluar
1 Juli 2019 1034 202 5,28
2 Agustus 2019 1088 182 6,01
3 September 2019 1040 195 5,47
Rata-rata 1054 193 5,58
59
Tabel 3.5.6 BTO (Bed Turn Over ) Periode Bulan Oktober 2018 s/d
September 2019 di Raung Melati RSUD Mardi Waluyo
Jumlah tempat
No Bulan Jumlah pasien keluar
tidur
1 Oktober 2018 185 34
2 Nopember 2018 173 34
Jumlah 2.396 34
Berdasarkan data diatas didapatkan BTO mulai bulan Oktober 2018 sampai
September 2019 adalah 2396 : 34 =70,47. Idealnya dalam 1 tahun adalah
40-50 kali digunakan. Sehingga ruang Melati termasuk baik.
60
dilakukan diruang Melati pada tanggal 15 Oktober s/d 17 Oktober 2019
didapatkan data:
Tabel 3.5.7 Instrumen Evaluasi Pemasangan dan Pelepasan Gelang
Identitas dan Gelang Resiko
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 % Ket
61
Rata-rata (%) 66,7 66,7 66,7 66,7 66,7 66,7
62
Aspek yang dinilai Kode Perawat
P1 P2 P3 P4 P
Pengkajian
m memberikan transfusi darah, perawat melakukan ceklist pada daftar tilik pemberian darah √ √ √ √ √
s pasien pada formulir pemeriksaan lab/penunjang ditulis nama lengkap, tanggal lahir dan √ √ √ √ √
RM tambahan identitas lain bila diperlukan
dengan identitas, pada labu darah minimal memuat nama lengkap, tanggal lahir dan no √ √ √ √ √
sien
63
a. Perawat menyebutkan riwayat alergi √ √ √
b. Perawat menyebutkan obat-obatan √ √ √
c. Perawat menyebutkan cairan infus √ √ √
d. Perawat menyebutkan hasil laboratorium √ √ √
e. Perawat menyampaikan hasil foto rontgen √ √ √
f. Perawat menyebutkan kondisi terkini pasien √ √ √
A (Assessment) sampaikan hasil pengkajian terkini
a. Perawat menyebutkan vital sign √ √ √
b. Perawat menyebutkan kesadaran pasien √ √ √
c. Perawat menyebutkan saturasi oksigen √ √ √
d. Perawat menyebutkan kondisi akral dll √ √ √
R (Recommendation) sampaikan rekomendasinya dapat meliputi:
a. Perawat menyampaikan apa yang dilakukan untuk √ √ √
mengatasi masalah
b. Perawat menyampaikan usulan ke dokter untuk √ √ √
melihat kondisi pasien
c. Perawat memastikan jam kedatangan dokter √ √ √
d. Perawat menanyakan apa yang harus dilakukan √ √ √
Total 17 3 14 6 13 7
Persent 85 15 70 30 65 35
Keterangan : D (Dilakukan)
TD (Tidak dilakukan)
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai rata- rata komunikasi
SBAR antar Perawat dengan Dokter sebesar 74% hal ini menunjukkan bahwa
komunikasi efektif diruang Melati sudah berjalan optimal.
64
3.5.2.3 Keamanan Obat
Obat- obatan high alert di ruangan Melatimeliputi Amiodaron,
Arixtra, Dopamin, Vascon, Epineprin, Ca Glukonase, Actarapid, Dobutamin
dan Nicardipin. Pemberian stiker high alert dilakukan di Depo Farmasi dan di
cek ulang oleh perawat di ruang perawat. Obat- obatan high alert dan cairan
pekat disimpan di ruangan apabila diperlukan saja. Emergency box yang ada
diruangan dan terdapat obat high alert hanya dibuka jika ada keadaan
emergency.
Insulin pen di ruangan Melati ada dua dan di tempatkan di tempat
biasa, tidak di lemari es. Setiap pasien di ruang Melati yang memiliki d(x)
medis Diabetes Melitus masing-masing memiliki Insulin pen dan disimpan
sendiri-sendiri. Untuk obat LASA di ruang Melati ada Mentronidazol(tidak
terdapat stiker LASA yang terpasang), Dopamin (tidak terdapat stiker LASA
yang terpasang), Diphenhydramine (tidak terdapat stiker LASA yang
terpasang), Cefotaxime (tidak terdapat stiker LASA yang terpasang),
Ceftriaxone (tidak terdapat stiker LASA yang terpasang), Pantoprazole
(terdapat stiker LASA yang terpasang), Ephedrin (tidak terdapat stiker LASA
yang terpasang), Ciprofloxacin (tidak terdapat stiker LASA yang terpasang).
Penempatan obat di ruangan Melati ditempatkan pada tempat obat pasien
masing- masing.
65
3.5.2.4 Pengurangan Resiko Infeksi Nasokomial
Table 3.5.9 Five Moment Hand Hyigien
P1 P2 P3 P4 P5
PERTANYAAAN Td Td Td %
YA k YA k YA Tdk YA Tdk YA k
a. Sebelum kontak langsung dengan pasien √ √ √ √ √ 20
b. Sebelum tindakan invasif (memberikan injeksi, pasang infus, menyiapkan obat-
obatan, menyiapkan makan, memberi makan pasien, rawat luka, dll) √ √ √ √ √ 40
c. Setelah beresiko kontak dengan cairan tubuh (darah, cairan tubuh, sekresi, ekresi,
eksudat, bedpan, urina) √ √ √ √ √ 100
d. Setelah kontak dengan pasien √ √ √ √ √ 100
Setelah kontak dengan lingkungan pasien √ √ √ √ √ 0
RATA- RATA TOTAL 40 60 40 60 80 20 80 20 40 60 56
Pada kajian situasi yang dilakukan selama 3 hari, tanggal 15 Oktober s/d 17 Oktober 2019 sebesar 5 perawat di ruang Melati telah
melakukan cuci tangan lima moment sebelum kontak langsung dengan pasien sebesar 20% setelah kontak langsung dengan pasien sebesar
100% setelah kontak dengan lingkungan pasien 0 %. Hasil tersebut belum optimal sehingga perlu adanya peningkatan perilaku perawat
untuk melakukan cuci tangan five moment terkait dengan upaya pencegahan infeksi nasokomial pada pasien.
66
Cuci Tangan Menggunakan Hand Rub
Evaluasi Cuci Tangan dengan Hand Rub
P1 P2 P3 P4 P5
PERTANYAAAN %
YA Tdk YA Tdk YA Tdk YA Tdk YA Tdk
Cara cuci tangan dengan Antiseptik berbasis alkohol: √ √ √ √ √ 100
a. Tuangkan 3- 5 cc antisepetik berbasis alkohol ke dalam tangan.
Ratakan keseluruh telapak tangan √ √ √ √ √ 100
b. Gosok kedua telapak tangan dengan merata √ √ √ √ √ 100
c. Gosok punggung dan sela- sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya √ √ √ √ √ 100
d. Gosok kedua telapak tangan dengan sela- sela jari √ √ √ √ √ 100
e. Jari- jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci √ √ √ √ √ 60
f. Gosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya √ √ √ √ √ 40
g. Tangan anda sudah bersih √ √ √ √ √ 100
12, 87,
Rata- rata total (%) 75 25 87,5 12,5 87,5 12,5 100 87,5 5 5
67
Setelah dilakukan kajian situasi selama 3 hari mulai dari tanggal 15 Oktober s/d 17 Oktober 2019 di dapatkan hasil rata- rata sebesar
87,5%.
68
Cuci Tangan Menggunakan Sabun dengan Air
Evaluasi Cuci Tangan Menggunakan Sabun dan Air
P1 P2 P3 P4 P5 P6
LANGKAH-LANGKAH Td Y Td Y Td Y Td Y Td Y Td %
YA
k A k A k A k A k A k
1. Basahi tangan dengan air √ √ √ √ √ √ 100
83,3
5. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari √ √ √ √ √ √
3
33,3
6. Jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci √ √ √ √ √ √
3
69
10. Keringkan dengan tissue /handuk sekali pakai sampai
√ √ √ √ √ √ 100
benar-benar kering
10
Rata- rata total 0 70 30 70 30 90 10 80 20 70 30 80
0
Setelah dilakukan kajian situasi selama 3 hari pada tanggal 15 Oktober 2019 s/d 17 Oktober 2019 langkah yang sering
terlewati saat mencuci tangan antara lain: Jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci (33,33%), Gosok punggung dan sela-sela
jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya (66,67%), Gosokan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak
tangan kiri dan sebaliknya (66,67%) dan Gosok kedua telapak dan sela-sela jari (83,33%). Walaupun secara keseluruhan hasil
evaluasi yang dicapai saat mencuci tangan menggunakan sabun dan air mencapai 80%, namun itu belum bisa dianggap optimal.
Karena mencuci tangan yang sesuai standard WHO mutlak 100% harus melewati semua langkah yang telah ditetapkan, untuk
mengurangi resiko infeksi nosokomial.
70
3 Penjegahan resiko jatuh secara umum:
a. Mengorientasi pasien dan keluarga terhadap kondisi lingkungan dan penggunaan √
lampu
b. Mengedukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan jatuh √
c. Harus ada keluarga penunggu pasien kecuali pada unit khusus seperti IPI, √
Edelweis dan unit lain dimana pasien tidak boleh di tunggu
d. Memastikan alas kaki pasien layak (tidak licin) √
e. Mengatur tempat tidur pasien dengan kedua bedsiderail terangkat √
f. Mengunci roda pada tempat tidur,kursi roda, lemari pasien dan brancard √
g. Memastikan alat itu berjalan dalam jangkauan pasien √
h. Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar √
i. Segera membersihkan lantai bila ada cairan √
j. Memastikan penerangan ruangan cukup √
k. Memastikan perlengkapan bel terjangkau dan berfungsi bila ada fasilitasnya √ 1
l. Memastikan ruangan dalam keadaan rapi √
m. Monitor efek dari obat yang menimbulkan resiko jatuh √
n. Barang barang pribadi di pastikan didalam jangkauan (telpon air minum kacamata, √
dll)
4 Pencegahan resiko jatuh tinggi
Penatalaksaan pada pencegahan resiko jatuh secara umum di tambah:
a. Menawarkan bantuan ke kamar mandi bila tidak ada kontra indikasi √
71
b. Memasang stiker atau tanda pasien jatuh pada trmpat tidur pasien √
c. Menilai kebutuhan akan:
Fisioterapi latihan gerak √
Alarm tempat tidur bila memungkinkan √
Tempat tidur diposisikan paling rendah √
Usahakan lokasi kamar tidur berdekatan dengan ruang perawat √
5 Assesmen ulang sesuai kondisi pasien setiap 2 jam untuk resiko jatuh tinggi dan 4 jam untuk √
resiko jatuh rendah sehingga mengetshui perubahan tingkat resiko jatuh di butuhakan 2 kali
asesmen berturut turut
Total 14 9
Present 60,87% 39,13%
Evaluasi apakah terjadi insiden jatuh.? Tidak ada pasien jatuh
Berdasarkan observasi di ruang melati pada hasil intervensi resiko jatuh yang di lakukan pada tanggal 15 Oktober 2019 s/d 17
Oktober 2019 didapatkan hasil sebagian besar (60,87%) telah di inplementasikan diruangan. Namun, masih ditemukan poin yang belum
dilaksanakan seperti pemberian stiker penanda pada pasien resiko jatuh.
72
3.5.3 Skor Mutu Pelayanan
Tingkat Kepuasan Pasien
Tingkat kepuasan dilakukan dengan metode wawancara dan observasi.
1) Langkah pertama adalah mengetahui berapa pasien yang dapat dimasukkan
dalam penilaian tingkat kepuasan. Syaratnya antara lain dirawat selama 3
hari, tidak pulang paksa, dan pulang hidup. Data jumlah pasien didapatkan
dari rekam medis.
2) Langkah kedua dilakukan penilaian tingkat kepuasan pada pasien yang masuk
kriteria penilaian. Dilakukan wawancara secara langsung kepada pasien untuk
menjawab indikator-indikator kepuasan seperti tangibility (bukti fisik yaitu
ruangan dan fasilitasnya), reliability (terkait kehandalan dari tenaga
kesehatan), responsiveness (tanggap), assurance (jaminan), empathy
(perhatian). Setiap indikator tersebut terdiri dari 16 pertanyaan, dengan skor
jawaban 1 sampai 5. Scoring dimulai dari sangat puas, tidak puas.
3) Langkah ketiga melakukan wawancara kepada pasien yang telah menjawab
pertanyaan untuk penilaian elemen indikator kepuasan. Pertanyaannya yaitu,
"kesimpulannya, apakah Anda sudah puas dengan pelayanan ruangan ini?”.
Jawaban pasien akan divalidasi dengan melihat elemen indikator yang sudah
dijawab.
73
KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG MELATI
RSUD MARDI WALUYO BLITAR TAHUN 2019
Px1 Px2 Px3 Px4 Px5 Total
PERTANYAAAN
Ya Tdk Ya Tdk YaTdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
1. Perawat bersikap sopan dan ramah ketika melayani anda √ √ √ √ √ 5 -
2. Perawat memperkenalkan diri kepada anda √ √ √ √ √ 5 -
3. Perawat menjelaskan peraturan rumah sakit saat anda masuk rumah sakit √ √ √ √ √ 5
4. Perawat menjelaskan tempat-tempat penting (KM, ruang perawat, tata usaha, dll)
√ √ √ √ √ 3 2
untuk kelancaran perawatan
5. Perawat menjelaskan tujuan perawatan pada anda √ √ √ √ √ 2 3
6. Kepala ruangan/perawat menunjukan tentang perawat yang bertanggung jawab pada
√ √ √ √ √ 5 -
anda
7. Perawat memperhatikan keluhan anda √ √ √ √ √ 4 1
8. Perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi anda √ √ √ √ 3 2
9. Perawat memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan √ √ √ √ √ 5 -
Perawat menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan sebelum melakukan tindakan √ √ √ √ √ 5 -
74
Perawat memantau keadaan anda secara rutin √ √ √ √ √ 3 2
Total 66 14
Berdasarkan hasil evaluasi kuesioner tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat di ruang Melati RSUD Mardi
Waluyo Blitar, hampir seluruhnya pasien merasa puas terhadap pelayanan perawat di ruang Melati (82,5). Pasien merasa puas karena
pelayanan perawat mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam melayani pasien dengan cukup baik, sehingga mampu melayani
setiap kebutuhan pasien secara meyakinkan. Selain itu, menurut pasien perawat melayani dengan sikap sopan dan ramah sehingga
pasien merasa aman.
BAB IV
ANALISA SWOT DAN PRIORITAS MASALAH
75
NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT + RATING
1 Sumber Daya Manusia (MAN)
a. Internal Factor (IFAS)
Strength.
1. Ruangan memiliki perawat dengan pendidikan S1 keperawatan : 7 (35%) 0,2 3 0,6
2. Sebagian besar perawat berlatar pendidikan D3 keperawatan : 13 (65%) 0,3 3 0,9 S-W
3. Sebagian besar perawat sudah mengikuti pelatihan (BLS, PPI PMKP) : (90%) 0,4 4 1,6 3,3-2,8=
4. Adanya motivasi perawat untuk menempuh pendidikan lebih tinggi. 0,1 2 0,2 0,5
TOTAL 1 3,3
Weakness.
1. Pembagian tugas masih kurang optimal 0,2 2 0,4
2. Beban kerja perawat tinggi 0,3 3 0,9
3. Jumlah perawat kurang dari kebutuhan 0,5 3 1,5
TOTAL 1 2,8
b. Eksternal Factor (EFAS)
Opportunity.
1. Sebagian besar perawat mempunyai kemauan untuk melanjutkan pendidikan 0,1 3 0,3
ke jenjang yang lebih tinggi
2. Rumah sakit memberikan kesempatan perawat untuk meningkatkan 0,2 2 0,4
pendidikan berdasarkan jenjang karir
3. Adanya kerjasama yang baik antar mahasiswa fakultas keperawatan dengan 0,3 2 0,6
perawat klinik
4. Peningkatan jumlah yang sesuai kebutuhan 0,2 3 0,6
5. Adanya program pelatihan atau seminar khusus manajemen dari diklat 0,2 3 0,6 O-T
76
TOTAL 1 2,5 2,5-2,2=
Threatened. 0,3
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih professional 0,2 2 0,4
2. Meningkatkan taraf pendidikan masyarakat pengguna layanan kesehatan 0,1 2 0,1
3. Kebijakan pemerintah tentang asuransi kesehatan 0,3 3 0,9
4. Adanya pertanggung jawaban legalitas bagi pasien 0,2 2 0,4
5. Persaingan antar RS yang semakin kuat 0,2 2 0,4
TOTAL 1 2,2
2 Material (M2)
a. Internal Factor (IFAS)
Strength.
1. Mempunyai sarana dan prasarana untuk pasien dan tenaga kesehatan 0,2 3 0,6
2. Tersediannya nurse station 0,2 4 0,8 S-W
3. Letak nurse station strategis (dekat dengan kamar pasien) 0,2 3 0,6 3,1 - 2,7 =
4. Terdapat ruangan administrasi di dalam ruangan 0,1 2 0,2 0,4
5. Terdapat penyimpanan alat tenun bersih 0,2 3 0,6
6. Kejelasan tanda arah jalur evakuasi yang terdapat dilihat pada ruangan 0,1 3 0,3
tersebut
TOTAL 1 3,1
Weakness.
1. Ruang tindakan yang lebih difungsikan sebagai gudang 0,2 3 0,6
2. Tidak tersedianya ruang dokter / ruang untuk memberikan KIE 0,3 2 0,6
3. Tersediannya lembar observasi cairan namun tidak difungsikan 0,2 3 0,6
4. Tidak tersedianya papan identitas pada bed pasien 0,3 3 0,9
77
TOTAL 1 2,7
b. Eksternal Factor (EFAS)
Opportunity.
1. Adanya pengusulan penambahan sarana dan prasarana untuk menyesuaikan 0,4 3 1,2
dengan standard
2. Adanya koordinator alat medis, koordinator inventaris dan nama dalam 0,3 3 0,9
struktur organisasi ruanagan O-T
3. Adanya permenkes yang mengatur standar alat kesehatan sesuai dengan type 0,3 3 0,9 3-2,3=
RS 0,7
TOTAL 1 3
Treathened.
1. Kesenjangan antara jumlah pasien dengan peralatan yang ada 0,3 3 0,9
2. Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan 0,2 2 0,4
prasarana
3. Adanya persaingan antar rumah sakit yang lainnya 0,3 2 0,6
4. Adanya tuntutan akan pelayanan yang profesional dan alat yang memadai 0,2 2 0,4
TOTAL 1 2,3
3 Methode (M3)
MAKP
78
a. Internal Factor (IFAS)
Strength.
1. RS memiliki visi, misi dan motto sebagai acuan melaksanakan kegiatan 0,2 3 0,6
pelayanan.
2. Mempunyai Standar Asuhan Keperawatan. 0,2 3 0,6 S-W
3. Mempunyai Protap setiap tindakan. 0,3 4 1,2 3,2-2,5 =
4. Terlaksananya komunikasi yang adekuat : Perawat dan tim kesehatan lain 0,1 2 0,2 0,7
5. MAKP metode tim 0,2 3 0,6
TOTAL 1 3,2
Weakness
1. Pelaksanaan model MAKP tim sudah diterapkan tetapi dalam pelaksanannya 0,5 3 1,5
masih belum optimal.
2. Tidak adanya pembagian tim kerja pada mahasiswa yang praktek di ruangan 0,5 2 1,0
TOTAL 1 2,5
b. Eksternal Factor (EFAS)
Opportunity.
1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan praktik manajemen keperawatan 0,3 3 0,9
2. Ada kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat 0,3 2 0,6
3. Adanya kebijakan RS tentang pelaksanaan MAKP 0,4 3 1,2 O-T
TOTAL 1 2,7 2,7-2,3 =
0,4
Treathened.
1. Persaingan dengan Rumah Sakit swasta yang semakin ketat 0,4 2 0,8
2. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap peningkatan
79
pelayanan keperawatan yang lebih profesional. 0,3 3 0,9
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
TOTAL 03 2 0,6
1 2,3
4 Timbang Terima
a. Internal Factor (IFAS)
Strength.
1. Ketua tim dalam menyampaikan kondisi pasien tindak lanjut dan rencana 0,4 4 1,6
kerja secara jelas dan akurat. S-W
2. Di ikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas 0,2 3 0,6 3,4 – 2,4 =
3. Adanya klarifikasi, tanya jawab dan validasi terhadap apa yang akan 0,15 3 0,45 1,0
dilaporkan
4. Adanya pendokumentasian khusus untuk pelaporan timbang terima 0,25 3 0,75
TOTAL 1 3,4
Weakness
1. Operan timbang terima pasien masih dilakukan pada shif pagi 0,4 3 1,2
2. Operan dilakukan tanpa memperkenalkan perawat penanggung jawab masing- 0,3 2 0,6
masing pasien
3. Operan kadang dilakukan tidak tepat waktu. 0,3 2 0,6
TOTAL 1 2,4
80
1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang praktek manejemen keperawatan 0,4 3 1,2 O–T
2. Kebijakan bidang keperawatan rumah sakit untuk melaksanakan timbang 0,35 3 1,05 3–2=
terima 1
3. adanya teguran dari kepala ruangan bagi perawat yang tidak melaksanakan 0,25 3 0,75
tugas dengan baik
TOTAL 1 3
Treathened.
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang 1 2 2
professional
TOTAL 1 2
5 Penerimaan Pasien Baru
a. Internal Factor (IFAS)
Strengtth
1. Petugas menjelaskan letak nurse station, dan ruang perawatan 0,2 3 0,6 S–W
2. Menjelaskan cara penggunaan jaminan kesehatan 0,3 3 0,9 2,7 – 2,6 =
3. Menjelaskan prosedur bertemu dokter untuk menanyakan kondisi medis terbaru. 0,2 2 0,4 0,1
4. Perawat menjelaskan pentingnya barang-barang berharga. 0,1 2 0,2
5. Adanya legalitas pemberian dan penerimaan pelayanan 0,2 3 0,6
TOTAL 1 2,7
Weakness
1. Perkenalan staf keperawatan dengan staf lainnya belum dilakukan dengan baik. 0,4 2 0,8
2. Penjelasan jam kunjungan, pelayanan makan, pencegahan jatuh, gelang 0,6 3 1,8
identitas, penjelasan hand hygine dan pembuangan sampah belum optimal.
TOTAL 1 2,6
81
b. Eksternal Factor (EFAS)
Opportunity.
1. Adanya mahasiswa yang praktik manajemen keperawatan. 0,5 3 1,5 O–T
2. Adanya kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa. 0,5 2 1 2,5 – 2 =
TOTAL 1 2,5 0,5
Treathened.
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang 0,6 2 1,2
professional
2. Makin tinggi kesadaran pasien akan pentingnya kesehatan. 0,4 2 0,8
TOTAL 1 2
6 DISCHARGE PLANNING
a. Internal Factor (IFAS)
Strengtth
1. Tersediannya sarana dan prasarana discharge planning (format) 0,3 4 1,2 S–W
2. Adanya kemauan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan 0,2 3 0,6 3,1 – 2,6 =
keluarga pasien 0,5
3. Perawat menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien dan 0,3 3 0,9
kelurgannya
4. Perawat memberikan pendidikan kesehatan secara informal kepada pasien atau 0,2 2 0,4
keluarga selama dirawat atau pulang
TOTAL 1 3,1
Weakness
82
1. Keterbatasan waktu dan tenaga petugas (perawat, DPJP, Ahli gizi, Apoteker) 0,3 3 0,9
2. Pendokumentasian discharge planning masih belum optimal 0,3 3 0,9
3. Tidak adanya brosur/leaflet tentang perencanaaan pasien mau pulang mengenai 0,2 2 0,4
diet, obat dan perawat selama dirumah
4. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan secara lisan kepada pasien yang 0,2 2 0,4
akan pulang secara sendiri sendiri.
TOTAL 1 2,6
b. Eksternal Factor (EFAS)
Opportunity. O–T
1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang melaksanakan manajemen 0,5 2 1,0 2,5 – 2 =
keperawatan 0,5
2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa S-1 keperawatan dengan 0,5 3 1,5
perawat klinik
TOTAL 1 2,5
Treathened.
1. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan 0,5 2 1,0
2. Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang 0,5 2 1,0
professional
TOTAL 1 2,0
7RONDE KEPERAWATAN
83
a. Internal Factor (IFAS)
Strength.
1. Bidang perawatan dan ruangan mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan 0,3 3 0,9 S–W
2. Banyaknya kasus yang memerlukan perhatian khusus 0,3 2 0,6 2,7 – 2,4 =
3. SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang keperawatan 0,4 3 1,2 0,3
TOTAL 1 2,7
Weakness.
1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang tidak dilaksanakan di ruang Melati 0,3 2 0,6
2. Beban kerja perawat tinggi sehingga pelaksanaan ronde tidak dilakukan 0,4 3 1,2
3. Belum pernah ada pelatihan tetang ronde perawatan 0,3 2 0,6
TOTAL 1 2,4
b. Eksternal Factor (EFAS)
Opportunity.
1. Adanya mahasiswa yang melaksanakan menejemen keperawatan 0,5 2 1,0 O–T
2. Adanya kesempatan dari Karu untuk mengadakan ronde keperawatan pada 0,5 3 1,5 2,5 – 2 =
mahasiswa Praktik 0,5
TOTAL 1 2,5
Treathened
1. Persaingan antar ruang penyakit dalam semakin kuat dalam pemberian 1 2 2
pelayanan.
TOTAL 1 2
8 SENTRALISASI OBAT
a. Internal Factor (IFAS)
Strength.
1. Di ruangan melati terdapat ruang sentralisasi obat yaitu adanya tempat khusus 0,25 3 0,75 S–W
84
obat 3,5 – 2,4 =
2. Sebagian besar perawat pernah berwenang mengurusi sentralisasi obat 0,25 3 0,75 1,1
3. Adanya lembar pendokumentasian obat yang diterima di setiap status pasien 0,5 4 2,0
TOTAL 1 3,5
Weakness.
1. Ruang sentralisasi obat belum terstandart 0,6 2 1,2
2. Selama ini belum ada format yang jelas tentang sentralisasi obat 0,4 3 1,2
TOTAL 1 2,4
b. Eksternal Factor (EFAS)
Opportunity.
1. Ada kerja yang baik antara perawat dan mahasiswa 0,5 3 1,5 O–T
2. Adanya mahasiswa Profesi keperawatan yang praktik manajemen 0,5 3 1,5 3 – 2,5 =
TOTAL 1 3 0,5
Treathened.
1. Adanya tuntutan akan pelayan dan professional 1 2,5 2,5
TOTAL 1 2,5
9 SUPERVISI
a. Internal Factor (IFAS)
Strength.
1. SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang keperawatan 0,5 2,5 1,25 S–W
85
2. Kepala ruangan mendukung untuk pelaksanaan supervisi 0,5 3 1,5 2,75 – 3 =
TOTAL 1 2,75 -0,25
Weakness
1. Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervise 0,5 3 1,5
2. Supervisi belum terstruktur dan tidak ada formulir penilaian yang tetap 0,5 3 1,5
TOTAL 1 3
b. Eksternal Factor (EFAS)
Opportunity.
1. Adanya mahasiswa S-1 keperawatan yang praktik manajemen keperawatan 0,3 3 0,9 O–T
2. Adanya teguran dari kepala ruangan bagi perawat yang tidak melaksanakan 0,3 3 0,9 3,0 – 2,5 =
tugas dengan baik 0,5
3. Hasil supervise dapat dilakukan sebagai pedoman untuk Daftar Penilaian 0,4 3 1,2
Prestasi Pegawai (DP3)
TOTAL 1 3
Treathened.
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang 1 2,5 2,5
professional
TOTAL 1 2,5
10 DOKUMENTASI KEPERAWATAN
a. Internal Factor (IFAS)
Strength
1. Tersedianya sarana dan prasarana dokumentasi untuk tenaga kesehatan (sarana 0,4 3 1,2 S–W
administrasi penunjang) 3,0 – 2,7 =
86
2. Format asuhan keperawatan sudah ada 0,3
3. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat 0,25 3 0,75
TOTAL 0,35 3 1,05
Weakness 1 3
1. Pendekomentasian keperawatan di ruangan masih belum optimal khususnya
dalam pencantuman nama perawat yang bertanggung jawab di setiap tindakan 0,3 2 0,6
asuhan keperawatan
2. Dalam pengisian assesment awal (pemeriksaan head to toe) dan analisa data
masih kurang dan banyak yang kosong 0,35 3 1,05
3. Dalam perumusan diagnosa keperawatan belum sesuai SDKI
TOTAL 0,35 3 1,05
b. Eksternal Factor (EFAS) 1 2,7
Opportunity.
1. Adanya mahasiswa yang praktek manajemen O–T
TOTAL 1 3 3 3 – 2,75 =
Treathened. 1 3 0,25
1. Adanya tuntunan terkait kelengkapan dalam dokumentasi keperawatan
TOTAL 1 2,75 2,75
1 2,75
11 KEUANGAN/MONEY (M4)
a. Internal Factor (IFAS)
Strength.
1. Ruang Melati menerima pasien umum dan BPJS 0,25 3 0,75 S –W
2. Jumlah pasien umum dan BPJS 0,25 3 0,75 3,3 – 2,5 =
3. Perawat PNS maupun non PNS mendapatkan remunerasi dan bonus hari raya
87
selain gaji 0,2 3 0,6 0,8
4. Proses pembayaran baik klien BPJS maupun pasien umum lancar tidak ada
masalah 0,3 4 1,2
TOTAL
Weakness 1 3,3
1. Pasien BPJS yang tidak dapat melengkapi persyaratan BPJS saat membayar
maka harus membayar seperti pasien umum 1 2,5 2,5
TOTAL
b. Eksternal Factor (EFAS) 1 2,5
Opportunity.
1. RSUD Mardi Waluyo merupakan RS rujukan untuk daerah kota Blitar
2. Pendanaan RS berasal dari APBD Pemerintah Kabupaten Blitar 0,4 2 0,6 O–T
TOTAL 0,6 3 1,8 2,4 – 2 =
Treathened. 1 2,4 0,4
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih profesional sehingga membutuhkan pendanaan 1 2 2
yang lebih besar untuk mendanai sarana prasarana.
TOTAL
1 2
12 MUTU (M5)
a. Internal Factor (IFAS)
Strength
1. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di ruang melati baik 0,45 4 1,8 S–W
2. Rata-rata BOR memenuhi standard 0,3 3 0,9 3,45 – 3 =
88
3. Sebagai tempat praktik mahasiswa keperawatan D-3 maupun S-1 0,25 3 0,75 0,45
TOTAL 1 3,45
Weakness.
1. LOS yang memanjang karena perawatan yang lama 1 3 3
TOTAL 1 3
b. Eksternal Factor (EFAS)
Opportunity.
1. Adanya mahasiswa S-1 Keperawatan yang praktik manajemen 0,5 3 1,5 O–T
2. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa 0,5 3 1,5 3 – 2,5=
TOTAL 1 3 0,5
Treathened.
1. Adanya peningkatan standard masyarakat yang harus dipenuhi 0,5 2 1
2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan kesehatan 0,5 3 1,5
TOTAL 1 2,5
13 RESIKO JATUH
a. Internal Factor (IFAS)
Strength.
1. Perawat memahami tentang langkah-langkah penanganan resiko jatuh 0,6 3 1,8 S–W
2. Adanya sticker fall risk di ruang melati 0,4 3 1,2 3 – 3,2 =
89
TOTAL 1 3,00 -0,2
Weakness.
1. Perawat belum maksimal melaksanakan penilaian resiko jatuh pada pasien 0,35 3 1,05
2. Kurangnya jumlah tenaga perawat dibandingkan jumlah pasien 0,25 3 0,75
3. Banyak safety rail yang tidak berfungsi dengan baik 0,2 4 0,8
4. Assesmen ulang sesuai kondisi pasien yang resiko jatuh belum maksimal 0,2 3 0,6
dilaksanakan
TOTAL 1 3,2
b. Eksternal Factor (EFAS)
Opportunity.
1. Adanya mahasiswa S-1 keperawatan yang praktik manajemen keperawatan 0,45 3 1,35 O–T
2. Adanya perbaikan fasilitas dari sarana dan prasarana 0,55 3,5 1,92 3,27 – 2,87
TOTAL 1 3,27 = 0,4
Threatened
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang 0,5 3 1,5
professional
2. Meningkatknya kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab dan tanggung 0,5 2,75 1,37
gugat perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
TOTAL 2,87
14 FIVE MOMENT HAND HYGIENE
a. Internal Factor (IFAS)
Strength.
1. Tersedianya sarana dan prasarana untuk hand hygiene 0,55 3 1,65 S–W
2. Perawat memahami pentingnya Five Moment Hand Hygiene untuk pencegahan 0,45 2,75 1,24 2,89 – 3,34
infeksi nosocomial
90
TOTAL = - 0,45
Weakness. 1 2,89
1. Masih rendahnya kemauan perawat dalam melaksanakan Five Moment Hand
Hygiene. 0,45 3,5 1,57
2. Terbatasnya hand soap di tempat cuci tangan
3. Terbatasnya waktu perawat dalam melaksanakan Five Moment Hand Hygiene 0,3 3 0,9
TOTAL 0,25 3,5 0,87
b. Eksternal Factor (EFAS) 1 3,34
Opportunity.
1. Adanya mahasiswa S-1 keperawatan praktik manajemen keperawatan
2. Kebijakan RS tentang penerapan Five Moment Hand Hygiene 0,4 2,5 1 O–T
TOTAL 0,6 3 1,8 2,8 – 3 =
Threatened 1 2,8 -0,2
1. Adanya tuntutan masyarakat yang lebih tinggi untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang professional 0,3 3 0,9
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
3. Persaingan antar RS yang semakin ketat. 0,3 3 0,9
TOTAL 0,4 3 1,2
1 3
91
Diagram layang Analisa SWOT
O
1.2
Chart Title
1 D
0.8
B
0.6
E G L F H
M 0.4 C K
A
J
0.2
W 1.11022302462516E-16
2
2
1
.6
.4
.2
16
0.
0.
0.
0.
1.
-0
-0
-0
E-
16
25
-0.2
46
N
02
23
02
11
1.
-0.4
-0.6
T
KETERANGAN : S
92A : M1/Man (0,5- 0,3)
B : M2/Material (0,4 – 0,7)
C : MAKP (0,7 – 0,4)
D : Timbang Terima (1,0 – 1,0)
E : Orientasi penerimaan pasien baru (0,1 – 0,5)
Berdasarkan posisi diagram layang analisa SWOT dapat diketahui :
b) Posisi supervisi dan Pencegahan Resiko Jatuh berada di area diverifikasi dimana
meskipun menghadapi berbagai ancaman tetapi masih memiliki kekuatan dari segi
internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang dengan cara strategi diverifikasi.
Perumusan Masalah
a) M1 (Man)
Perbandingan jumlah tenaga perawat D3 dan S1 masih belum sesuai dengan standar ideal
kebutuhan perawat yang dibutuhkan ruangan
b) M3 (Method)
1) MAKP
MAKP Tim belum diterapkan pada mahasiswa praktek.
2) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan belum dilakukan dengan maksimal
3) Supervisi
Supervisi keperawatan belum dilakukan
4) Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru belum dilakukan secara optimal
93
5) Operan
6) Operan dilakukan tanpa memperkenalkan perawat penanggung jawab pasien
7) Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan belum diterapkan secara optimal
c) M5 (Mutu)
1) Pemberian tanda high alert dan fall risk belum diterapkan secara optimal
2) Five Moment Hand Hygiene belum diterapkan dengan baik
94
PRIORITAS MASALAH
Dalam menentukan prioritas masalah digunakan kriteria penilaian meliputi : Dengan kriteria nilai :
a. Mg / Magnitude (Kecenderungan besar dan seringnya kejadian) 5 : Sangat Sesuai
b. Sv / Severity (besarnya kerugian yang ditimbulkan) 4 : Sesuai
c. Mn / Managebility (berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur perubahannya) 3 : Cukup Sesuai
d. Nc / Nursing concern (perhatian terhadap bidang keperawatan) 2 : Kurang Sesuai
e. Af / Affordability (ketersediaan sumber daya) 1 : Sangat Kurang Sesuai
95
Prioritas How
No Why What Where Who When How POA
Masalah Much
1. Orientasi pasien Belum Mengoptimalkan Ruang Karu Minggu 1. Merevisi panduan SPO 100%
baru belum optimalnya kegiatan orientasi Melati Katim II-III orientasi pasien baru
optimal pelaksanaan pasien baru Perawat (21-10- 2. Membuat lembar balik
dilaksanakan Orientasi pelaksana 2019 s/d orientasi pasien baru
pasien baru Mahasiswa 02-11- 3. Mensosialisasikan tentang
praktek 2019) SPO orientasi pasien baru
4. Implementasi dan supervisi
PJ : tindakan orientasi pasien
Bambang baru
Purwanto 5. Evaluasi tindakan orientasi
Anggota : pasien baru
Sintauli
Susilo
96
2. Kepatuhan Belum optimalnya Memaksimalkan Ruang Karu Minggu 1. Merevisi SOP dan buku 100%
perawat dalam pelaksanaan cuci kegiatan cuci Melati Katim II-III panduan five moment.
five moment cuci tangan five tangan dengan Perawat (21-10- 2. Mensosialisasikan SOP
tangan moment. benar (6 langkah) pelaksana 2019 s/d dan buku panduan five
five moment. Mahasiswa 02-11- moment.
praktek 2019) 3. Penyampaian tentang
langkah cuci tangan dan
transfer bakteri melalui
PJ : cuci tangan
Elezabeth 4. Mengingatkan kembali
Anggota : pentingnya cuci tangan
Normila five moment.
Sugianto 5. Supervisi pelaksanaan cuci
tangan five moment
6. Memberikan rewards pada
perawat.
97
3. Pencegahan Resiko Belum Mengoptima Ruang Karu Minggu 1. Mengikuti SOP penanganan 100%
Jatuh pada pasien optimalnya lkan kegiatan Melati Katim II-III resiko jatuh
belum optimal pencegahan pencegahan Perawat (21-10- 2. Membuat jadwal pengkajian
resiko jatuh resiko jatuh pelaksana 2019 s/d pada pasien dengan resiko
pada pasien pada pasien Mahasiswa 02-11- jatuh
praktek 2019) 3. Pelaksanaan pencegahan
pasien resiko jatuh
PJ : 4. Evaluasi pelaksanaan
Iswadi pencegahan resiko jatuh
Anggota :
Muslimah
Yuli Herliani
98
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Implementasi
5.1.1. Masalah
1. Orientasi pasien baru belum dilakukan secara optimal.
- Implementasi : Telah dilakukan roleplay orientasi pasien baru pada
hari selasa tanggal 29 Oktober 2019 dan dilakukan orientasi pasien
baru pada seluruh pasien baru dikamar 3C ruang melati RSUD Mardi
Waluyo Blitar.
2. Five Moment Hand Hygiene belum diterapkan dengan baik.
- Implementasi: Telah dilakukan demonstrasi cuci tangan 6 langkah
dan Five Moment Hand Hygiene pada tanggal 28 Oktober 2019 oleh
mahasiswa management keperawatan dan diikuti oleh wakil kepala
ruang, katim, dan perawat pelaksana di ruang melati.
3. Pemberian tanda fall risk
- Implementasi: Penilaian pasien resiko jatuh dan Pemasangan tanda
fall risk mulai tanggal 25 Oktober 2019 sampai tanggal 2 Nopember
2019.
4. Ronde Keperawatan belum dilakukan
- Implementasi : Telah dilaksanakan ronde keperawatan pada hari
Sabtu, tanggal 2 Nopember 2019 pada pasien Ny. S dengan diagnosa
Cronic Kidney Disease.
5. Supervisi belum dilakukan
- Implementasi: Telah dilakukan role play supervisi pelaksanaan
perawatan infus pada hari Sabtu, tanggal 2 Nopember 2019 di kamar
3C ruang Melati RSUD Mardi Waluyo, Blitar.
98
5.2 Hasil Implementasi
5.2.1. Orientasi Pasien Baru
Hasil penilaian tindakan orientasi pasien baru diruang melati:
Tabel Orientasi Pasien Baru Pre
99
Prasentase rata rata 41,32%
100
Diagram perbandingan pelaksanaan orientasi pasien baru:
100 100
93.3 93.3 94.67
100
86.6
90
80
66.6
70
60
50 40 40 41.32 pre
33.3 post
40
26.7
30
20
10
0
P1 P2 P3 P4 P5 RATA-RATA
101
5.2.2. Five Moment Hand Hygiene
Tabel 5.2.2.1 Five Moment Hand Hygiene (Pre)
PERTANYAAAN P1 P2 P3 P4 P5 %
e. Sebelum kontak langsung dengan pasien - - √ √ - 40
f. Sebelum tindakan invasif (memberikan injeksi, pasang infus, menyiapkan obat- obatan, menyiapkan
- - √ √ - 40
makan, memberi makan pasien, rawat luka, dll)
g. Setelah beresiko kontak dengan cairan tubuh (darah, cairan tubuh, sekresi, ekresi, eksudat, bedpan,
√ √ √ √ √ 100
urina)
h. Setelah kontak dengan pasien √ √ √ √ √ 100
Setelah kontak dengan lingkungan pasien - - - - - 0
RATA- RATA TOTAL (%) 40 40 80 80 40 56
102
Diagram Pelaksanaan Five Moment Hand Hygiene
100 100 100
100 92
90 80 80 80 80
80
70
56
60
50 pre
40 40 40
post
40
30
20
10
0
P1 P2 P3 P4 P5 RATA-RATA
Berdasarkan diagram diatas dapat dievaluasi pre implementasi five moment hand
hygiene yaitu sebesar 56% dan post implementasi sebesar 92%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa Implementasi yang dilakukan cukup efektif dengan adanya peningkatan sebesar
36%. Dalam pelaksanaannya perawat diberikan sosialisasi, edukasi dan pemberian reward.
Selain itu perawat juga diberikan saran-saran sebagai upaya kepatuhan dalam pelaksanaan
five moment hand hygiene.
103
5.2.3. Pemberian tanda fall risk
5.2.3.1 Tabulasi pemantauan resiko jatuh (pre)
Tabel 5.2.1 Tabel tabulasi pemantauan resiko jatuh pada tanggal 15 Oktober 2019
NO NAMA PASIEN SKOR KETERANGAN
1 Tn. J 80 Risiko Tinggi Jatuh
2 Ny. T 45 Risiko Rendah Jatuh
3 Tn. H.P 60 Risiko Tinggi Jatuh
4 Ny. S 75 Risiko Tinggi Jatuh
5 Tn. E.Y 75 Risiko Tinggi Jatuh
6 Tn. Sj 20 Tidak Berisiko
7 Tn. B.P 25 Risiko Rendah Jatuh
8 Ny. Sh 45 Risiko Rendah Jatuh
9 Ny. A 80 Risiko Tinggi Jatuh
10 Ny. I 45 Risiko Rendah Jatuh
11 Ny. S.H 45 Risiko Rendah Jatuh
12 Ny. D.M 80 Risiko Tinggi Jatuh
13 Tn. Sl 45 Risiko Rendah Jatuh
14 Ny. M 65 Risiko Tinggi Jatuh
15 Tn. Mc 35 Risiko Rendah Jatuh
16 Ny.Ms 35 Risiko Rendah Jatuh
17 Ny. J 20 Tidak Berisiko
18 Ny. Sp 20 Tidak Berisiko
19 Ny. Mn 80 Risiko Tinggi Jatuh
20 Tn. C 20 Tidak Berisiko
21 Tn. K 60 Risiko Tinggi Jatuh
Keterangan :
Tidak berisiko : 4 pasien
Risiko rendah jatuh : 8 pasien
Risiko tinggi jatuh : 9 pasien
104
Tabel 5.2.2 tabel tabulasi pemantauan resiko jatuh pada tanggal 16 Oktober 2019
NO NAMA PASIEN SKOR KETERANGAN
1 Tn. J 80 Risiko Tinggi Jatuh
2 Ny. T 45 Risiko Rendah Jatuh
3 Tn. Hr 20 Tidak Berisiko
4 Ny. S 75 Risiko Tinggi Jatuh
5 Tn. E.Y 75 Risiko Tinggi Jatuh
6 Tn. Sj 20 Tidak Berisiko
7 Tn. B.P 25 Risiko Rendah Jatuh
8 Ny. Sh 45 Risiko Rendah Jatuh
9 Ny. A 80 Risiko Tinggi Jatuh
10 Ny. I 45 Risiko Rendah Jatuh
11 Ny. S.H 45 Risiko Rendah Jatuh
12 Ny. D.M 80 Risiko Tinggi Jatuh
13 Tn. Sl 45 Risiko Rendah Jatuh
14 Ny. M 65 Risiko Tinggi Jatuh
15 Tn. Mc 35 Risiko Rendah Jatuh
16 Ny.Ms 35 Risiko Rendah Jatuh
17 Ny. J 20 Tidak Berisiko
18 Ny. St 20 Tidak Berisiko
19 Ny. Sl 35 Risiko Rendah Jatuh
20 Tn. C 20 Tidak Berisiko
21 Ny. S.K 35 Risiko Rendah Jatuh
22 Tn. Ag 20 Tidak Berisiko
23 Ny. S.A 35 Risiko Rendah Jatuh
24 Ny. S.K 45 Risiko Rendah Jatuh
25 Tn. W 20 Tidak Berisiko
Keterangan :
Tidak berisiko : 7 pasien
Risiko rendah jatuh : 12 pasien
Risiko tinggi jatuh : 6 pasien
105
Tabel 5.2.3 tabel tabulasi pemantauan resiko jatuh pada tanggal 17 Oktober 2019
NO NAMA PASIEN SKOR KETERANGAN
1 Ny. Um 30 Risiko Rendah Jatuh
2 Ny. Su 30 Risiko Rendah Jatuh
3 Ny. Sh 20 Tidak Berisiko
4 Ny. Ag 70 Risiko Tinggi Jatuh
5 Ny. Is 30 Risiko Rendah Jatuh
6 Tn. Ha 70 Risiko Tinggi Jatuh
7 Tn. Su 30 Risiko Rendah Jatuh
8 Ny. St 30 Risiko Rendah Jatuh
9 Ny. Mn 70 Risiko Tinggi Jatuh
10 Ny. Tu 70 Risiko Tinggi Jatuh
11 Ny. Sl 30 Risiko Rendah Jatuh
12 Ny. S.K 30 Risiko Rendah Jatuh
13 Tn. Ju 70 Risiko Tinggi Jatuh
14 Tn. Cr 20 Tidak Berisiko
15 Tn. Wh 20 Tidak Berisiko
16 Ny. S.A 70 Risiko Tinggi Jatuh
17 Tn. Mc 30 Risiko Rendah Jatuh
18 Ny. Ji 30 Risiko Rendah Jatuh
19 Tn. S.W 20 Tidak Berisiko
20 Ny. D.M 70 Risiko Tinggi Jatuh
21 Tn. S 20 Tidak Berisiko
22 Tn. Im 20 Tidak Berisiko
23 Ny. Ms 20 Tidak Berisiko
24 Ny. Sy 20 Tidak Berisiko
25 Ny. Ms 20 Tidak Berisiko
26 Tn. Ag 20 Tidak Berisiko
27 Tn. B 30 Risiko Rendah Jatuh
28 Ny. H 30 Risiko Rendah Jatuh
29 Ny. Sh 20 Tidak Berisiko
Keterangan :
Tidak berisiko : 11 pasien
Risiko rendah jatuh : 11 pasien
Risiko tinggi jatuh : 7 pasien
106
5.2.3.2Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh (Post)
Tabel 5.2.4 tabel tabulasi pemantauan resiko jatuh pada tanggal 28 Oktober 2019
107
Tabel 5.2.5 Tabel tabulasi pemantauan resiko jatuh pada tanggal 29 Oktober 2019
Keterangan :
Tidak berisiko : 5 pasien
Risiko rendah jatuh : 18 pasien
Risiko tinggi jatuh : 7 pasien
108
Tabel 5.2.6 Tabel tabulasi pemantauan resiko jatuh pada tanggal 30 Oktober 2019
109
Tabel 5.2.7 Penilaian pasien resiko jatuh
50 41.33 Pre
40 29.33 29.33 Post
25.58
30 16.28
20
10 0
0
Tdk Resiko Resiko Resiko Tinggi Dipasang
Rendah stiker fall risk
110
25,58%, dan dari jumlah pasien resiko tinggi jatuh tersebut telah dipasang
stiker fall risk (100%).
111
1. Salam pembuka -
2. Memperkenalkan tim ronde -
3. Menyampaikan identitas dan masalah pasien -
4. Menjelaskan tujuan ronde
Penyajian masalah : -
1. Memberi salam dan memperkenalkan pasien
dan keluarga kepada tim ronde. -
2. Menjelaskan riwayat penyakit dan
keperawatan pasien. -
3. Menjelaskan masalah pasien dan rencana
tingkatan yang telah dilaksanakan dan serta
menetapkan prioritas yang perlu didiskusikan.
Validasi data : -
1. Mencocokkan dan menjelaskan kembali data
yang telah disampaikan. -
2. Diskusi antar anggota tim dan pasien tentang
masalah keperawatan tersebut. -
3. Pemberian justivikasi oleh perawat primer atau
konselor atau kepala ruang tentang masalah
pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan
112
100%
90% Pre Post
80%
70%
60%
50% Series1
40%
30%
20%
10%
0%
113
Perawat Pelaksana : Meto, Sugianto dan Yuli Herliani H.
Observer : Muji Endhra S.
Persiapan role play supervisi pemasangan infus dilaksanakan pada hari
Jumat tanggal 1 Nopember 2019 jam 10.00 di Ruang Melati RSUD Mardi
Waluyo Blitar. Persiapan yang dilakukan antara lain :
1. Menyiapkan proposal supervisi
2. Menyiapkan SOP supervisi
3. Menyiapkan cekhlist supervisi
4. Menyiapkan berita acara supervisi
5. Menyiapkan pasien yang akan disupervisi yaitu Ny.S dengan diagnosa
Cronic Kidney Disease
114
2. Mencuci tangan 0 1 1 0
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar 0 1 1 0
Interaksi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 0 1 1 0
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada 0 1 1 0
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan 0 1 1 0
dilakukan
Pelaksa- Tindakan :
naan 1. Mengatur posisi pasien (tempat tusukan infus 0 1 1 0
terlihat jelas)
2. Memakai sarung tangan 0 1 1 0
3. Membasahi plester dengan kapas alkohol dan buka 0 1 1 0
balutan dengan menggunakan pinset
4. Membersihkan bekas plester 0 1 1 0
5. Membersihkan daerah tusukan & sekitarnya dengan 0 1 1 0
NaCl
6. Mengolesi tempat tusukan dengan salep 0 1 1 0
7. Menutup dengan kassa steril dengan rapi 0 1 1 0
8. Memasang plester penutup 0 1 1 0
9. Mengatur tetesan infus sesuai program 0 1 1 0
Termina-si 1. Evaluasi 0 1 1 0
2. Dokumentasi 0 1 1 0
TOTAL 0 27 26 1
115
100
96.3
100
90
80
70
60 Pre
50 Post
40
30
20 3.7
10 0
0
Dilakukan tidak dilakukan
116
wawancara dan memvalidasi data sekunder.
5. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang √ √
ada.
6. Supervisor melakukan tanya jawab dengan √ √
perawat.
Total 0 11 10 1
Rata-rata (%) 0 100 90,9 9,1
Keterangan
D : Dilakukan
TD : Tidak Dilakukan
120
100 100
90.9
80
60 Pre
Post
40
20
9.1
0 0
Dilakukan tidak dilakukan
117
peningkatan sebesar 90,9%, hal ini disebabkan karena kelompok
(supervisor) sudah memahami proses pelaksanaan supervisi keperawatan.
Bimbingan dari CI institusi maupun CI lahan serta dukungan dari perawat
ruangan juga berperan besar bagi kelompok dalam pelaksanaan proses role
play supervisi keperawatan. Dalam hal ini hasil yang didapatkan masuk
dalam kategori baik.
118
5.3 Pembahasan
5.3.1. Orientasi Pasien Baru
Berdasarkan hasil implementasi orientasi pasien baru terjadi peningkatan
sebesar 53,35% dari 41,32% menjadi 94,67%. Menurut Sofiandi (2008),
orientasi adalah pengenalan dan adaptasi terhadap situasi atau lingkungan.
Pengenalan atau orientasi perlu diprogamkan karena adanya sejumlah aspek
khas yang muncul pada saat seseorang memasuki lingkungan baru, antara
lain: berupa kecemasan apakah ia diterima dalam lingkungan yang baru dan
harapan yang tidak realistis karena tidak mempunyai gambaran atau
informasi yang jelas dan lengkap tentang lingkungan yang baru. untuk itu
diperlukan proses sosialisasi supaya pasien dapat segera menyesuaikan
dengan lingkungan rumah sakit. Seperti yang dinyatakan oleh Yahya (2009)
bahwa seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya, maka
hubungan petugas rumah sakit (termasuk perawat) dan pasien mengalami
perubahan yang sangat berarti dari hubungan yang dulunya lebih
menyerupai hubungan orang tua dan anak (paternalistik) bergeser menjadi
hubungan yang bersifat kemitraan (patnership).
Tahap kerjasama yang baik antara pasien dan profesi kesehatan yang ada
dirumah sakit, harus ditingkatkan dengan baik. Oleh karena itu agar
pelayanan dapat memuaskan pasien atau keluarga, maka petugas pelayanan
dapat memenuhi persyaratan pokok, pelayanan ini dapat berlaku pula untuk
pelayanan keperawatan kususnya dalam tindakan orientasi pasien baru.
Perawat harus mempunyai motivasi yang tinggi dalam menyampaikan
informasi yang harus disampaikan pada keluarga atau pasien. Diharapkan
untuk tahap-tahap dalam pelaksanaan orientasi pasien baru tidak ada yang
terlewatkan sehingga mampu di dapatkan nilai pencapaian 100%.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan yang berkesinambungan
serta kepuasan pasien, perawat perlu untuk selalu memberikan informasi
kepada setiap pasien baru sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung
gugat dengan mengacu pada protap yang ditetapkan dari RSUD Mardi
Waluyo kota Blitar.
119
5.3.2. Five Moment Hand Hygiene
Implementasi five moment hand hygiene yang dilakukan di ruang
melati cukup efektif dengan adanya peningkatan sebesar 36% dari 56%
menjadi 92% dengan diberikannya sosialisasi, redukasi dan pemberian
reward, selain itu perawat juga diberikan saran-saran sebagai upaya
kepatuhan dalam pelaksanaan five moment cuci tangan. Menurut palye
(1898, dalam Wadani, 2011) membagi kepatuhan menjadi tiga yaitu
kepatuhan penuh, kepatuhan sebagian, dan ketidakpatuhan. Kepatuhan
merupakan kondisi dimana perawat secara konsisten dan penuh kesadaran
melakukan apa yang disarankan, kepatuhan sebagian adalah kondisi dimana
perawat terkadang mengikuti saran dan terkadang tidak , ketidakpatuhan
adalah kondisi dimana perawat meninggalkan saran dan anjuran.
Kebersihan tangan (hand hygiene) merupakan suatu prosedur tindakan
membersihkan tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air
mengalir atau dengan menggunakan handrub yang bertujuan untuk
menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah
mikroogarnisme sementara (Perdalin, 2013). Berdasarkan jurnal yang
dikutip dalam Fauzia (2014) mengatakan bahwa, faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan hand hygiene. Faktor
individu yang mempengaruhi yaitu pengetahuan, sikap, beban kerja, dan
motivasi. Faktor organisasi meliputi ada tidaknya prosedur tetap, sanksi,
pengharapan, dukungan, pelatihan dan ketersediaan fasilitas sarana dan
prasarana yang menunjang pelaksanaan hand hygiene. faktor lingkungan
meliputi air dan arsitektur bangunan.
Penerapan cuci tangan pada perawat juga harus oleh kesadaran
perawat itu sendiri dalam melindungi diri dan psien dari bahan infeksius
serta kesadaran dalam menjalankan SOP yang benar. Kebiasaan mencuci
tangan perawat di rumah sakit, merupakan perilaku mendasar dalam upaya
pencegahan cross infection (infeksi silang). Pengetahuan merupakan elemen
yang sangat penting umtuk terbentuknya tindakn seseorang. Perawat juga
harus memiliki pengetahuan tentang cuci tangan dengan benar sebagai
120
upaya pencegahan infeksi nosokomial dirumah sakit sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan (Fauzia,2014).
Salah satu langkah dari pihak untuk meningkatkan pengetahuan
perawat adalah dengan mengadakan pelatihan atau sosialisasi secara
periodik terhadap pelaksanaan hand hygiene. Hal ini sesuai dengan teori
yang menjelaskan bahwa pelatihan merupakan upaya untuk melakukan
perubahan perilaku efektif yang meliputi perubahan sikap seseorang
terhadap sesuatu. Pendapat lainmmengatakan bahwa pelatihan dapat
memberikan informasi kepada perawat untuk membentuk sikap positif dan
meningkatkan keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugasnya
(Fauzia,2014).
5.3.3. Pemberian tanda fall risk
Pada evaluasi monitoring pasien resiko, nilai resiko tinggi jatuh pada
pre intervensi 29,33% dan dan tepasang tanda fall risk tidak ada (0%). Pada
post intervensi ada 25,58% pasien resiko tinggi jatuh semua telah dipasang
tanda fall risk (100%). Hal ini dapat disimpulkan ada perubahan yang positif
dalam penilaian dan penangan pada pasien resiko jatuh, sehingga kejadian
pasien jatuh tidak terjadi. Penurunan ini dapat terjadi dikarenakan pemberian
monitoring sosialisasi pasien resiko jatuh. Monitoring sosialisasi yang
dibuat disini adalah untuk menghindari resiko jatuh pada pasien dewasa,
dengan demikian menghindari dan mengurangi resiko jatuh (Indah Puji,
2014).
Pada kebijakan dan tata tertib dirumah sakit tentang penurunan skala
resiko jatuh. Untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya pasien jatuh
dengan atau tanpa cidera perlu dilakukan pengkajian diawal maupun
pengkajian ulang secara berkala mengenai resiko pasien jatuh, termsuk
resiko potensial yang berhubungan dengan pelayanaan keperawatan yang
diberikan maupun bagian intregral dari pelayanaan kesehatan, memiliki
peran kunci dalam mewujudkan keselamataan pasien (Depkes RI, 2006).
121
5.3.4. Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil evaluasi penilaian pelaksanaan ronde keperawatan
diruang melati terdapat peningkatan sebesar 100% dari yang semula 0% atau
tidak dilaksanakan menjadi 100% poin proses ronde keperawatan terlaksana.
Hal ini disebabkan karena kelompok sudah memahami proses pelaksanaan
ronde keperawatan. Bimbingan dari CI Institusi maupun CI lahan serta
dukungan dari perawat ruangan jaga berperan besar bagi kelompok dalam
pelaksanaan proses role play ronde keperawatan. Ronde keperawatan adalah
kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang
dilaksanakan oleh perawat selain melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu dilakukan oleh
perawat primer, dan atau konselor, kepala ruang, perawat pelaksana yang
juga perlu melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.
Berdasarkan hasil dari pengkajian mulai dari hari pertama belum
dilakukan ronde keperawatan. Tetapi dari hasil wawancara didapatkan
bahwa ronde keperawatan yang dilakukan di ruang melati dilakukan saat ada
mahasiswa yang sedang praktik management di ruang melati. Dalam ronde
keperawatan biasanya dilakukan dengan mendatangkan semua staf yang
bersangkutan dalam ruang melati (dokter, perawat, ahli gizi dll).
Berdasarkan hasil roleplay Ronde Keperawatan yang dilakukan pada
tanggal 2 Nopember 2019 oleh kelompok bersama petugas di ruang melati
bersama ahli gizi, apoteker, dan perawat kegiatan ronde bisa dilakukan
dengan lancar. Ronde keperawatan dilaksanakan untuk mengatasi salah satu
pasien kelolaan di kelas tiga dengan diagnose CKD + DM. Klien telah
berada di rumah sakit sejak tanggal 29 Oktober 2019. Hasil dari ronde
didapatkan beberapa masalah dan akhirnya masalah tersebut didiskusikan
bersama sehingga dapat diatasi segera. Dalam ronde tersebut banyak
masukan yang diberikan oleh apoteker dan ahli gizi rumah sakit demi
peningkatan kesehatan pasien dan masalah yang dihadapi pasien dapat
segera diatasi.
122
5.3.5. Supervisi Keperawatan
Dari tabel 5.2.6.1 diatas didapatkan rata-rata hasil rekapitulasi pre
pelaksanaan supervisi Perawatan infus di ruang melati yaitu 0% karena
belum pernah diadakan supervisi keperawatan diruang Melati RSUD Mardi
Waluyo Blitar. Rata-rata hasil rekapitulasi post pelaksanaan supervisi
perawatan infus adalah 96,3%, hal ini disebabkan karena kelompok sudah
memahami proses pelaksanaan supervisi tentang perawatan infus.
Bimbingan dari CI Institusi dan CI Lahan serta perawat ruangan juga
berperan penting dalam proses role play supervisi perawatan infus.
Walaupun saat pelaksanaan role play supervisi perawatan infus ada satu
point yang belum dilakukan yaitu verifikasi data, namun dalam hal ini hasil
yang didapatkan masuk dalam kategori baik.
123
BAB 6
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa pelaksanaan orientasi
pasien baru pre dan post pelaksanaan orientasi pasien baru dapat
dipersentasikan 41,32% menjadi 91,96%.
2. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa five moment hand hygiene
didapatkan hasil pre dan post intervensi adalah dari 56% menjadi 92%
3. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa jumlah kejadian pasien
jatuh beresiko tinggi sebanyak 29,33%, beresiko rendah 41,33% dan tidak
beresiko 29,33%. Selama dilakukan implementasi dari tanggal 28 sampai
30 Oktobeer 2019 didapatkan jumlah pasien resiko tinggi jatuh 25,58%,
beresiko rendah 58,14%, dan tidak beresiko sebanyak 16,28%. Dan dari
jumlah pasien resiko tinggi jatuh (25,58%) semua mendapat stiker tanda
fall risk (100%).
4. Pada tanggal 2 Oktober 2019 dilaksanakan ronde keperawatan diruangan
Melati pada pasien Ny. S dengan diagnosa medis CKD dengan Diabetes
Miletus dikamar 3C yang dihadiri oleh ahli gizi, apoteker, dan wakil
kepala ruangan.
5. Pada tanggal 2 Oktober 2019 dilaksanakan supervisi keperawatan
perawatan infus pada pasien Ny. S di kamar 3C Ruang Melati RSUD
Mardi Waluyo Blitar
124
6.2. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Setelah dilakukan manajemen keperawatan diharapkan dapat
mengaplikasikan peran dan meningkatkan kemampuan terkait manajamen
keperawatan
2. Bagi Ruangan
1) Setelah dilakukan manajemen keperawatan diharapkan untuk dapat lebih
meningkatkan mutu dan usaha dalam pemberian pelayanan asuhan
keperawatan yang profesional dan komprehensif sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pasien dan keluarganya. Serta pemberian
pelayanan terhadap bio-psiko-sosio-spritual dan kultural pasien dapat
terpenuhi secara baik.
2) Setelah dilakukan implementasi orientasi pasien baru diharapkan perawat
dapat meningkatkan pelaksanaan orientasi pasien baru lebih optimal
dengan salah satu cara yaitu perawat dapat menggunakan lembar balik
yang sudah menjadi produk mahasiswa manajemen keperawatan FIK
UNIK.
3) Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan perawat dapat
meningkatkan pelaksanaan ronde keperawatan, menemukan kasus sulit
yang dibahas bersama dengan tenaga kesehatan lain seperti DPJP pasien,
apoteker, tim gizi untuk mengulas kesulitan dan menemukan pemecahan
masalah dari pasien. Kemudian untuk pelaksanaan five moment hand
hygiene diharapkan ditingkatkan lagi mengingat five moment merupakan
menejemen keselamatan bagi pasien.
4) Setelah dilakukan implementasi supervisi keperawatan diharapkan untuk
kedepannya bisa meningkatkan pelaksanaan supervisi keperawatan
dengan membuat jadwal supervisi dan mendokumentasikan pelaksanaan
supervisi sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan di ruang
melati.
125