Anda di halaman 1dari 290

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Gillies, 1986; Nursalam, 2011). Untuk mewujudkan harapan tersebut dapat
dilakukan dengan penataan kembali sistem model keperawatan professional
(MAKP), mulai dari ketenagaan, penetapan MAKP dan perbaikan dokumentasi
keperawatan. Selain itu sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan
kesehatan yang terjadi di Indonesia maka model sistem asuhan keperawatan harus
berubah mengarah pada suatu praktik keperawatan professional sehingga peran
dan fungsi perawat sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugatnya.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan
mengalami perubahan mendasar mulai memasuki abad ke – 21. Perubahan
tersebut sebagai dampak dari perubahan sosial politik, kependudukan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga perubahan tersebut
membawa implikasi terhadap perubahan sistem pelayanan keperawatan dan hal
ini merupakan tantangan bagi perawat Indonesia untuk menuju proses
profesionalisme. Untuk menjawab tantangan tersebut manajemen keperawatan
harus diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata sehingga konsep yang harus
dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan bahan, konsep manajemen
keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui pendekatan:
pengumpulan data, analisis SWOT dan penyusunan langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan secara operasional,.
Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dilakukan
pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2011). Berdasarkan hasil pengkajian
pada tanggal 4 Februari-2 Maret 2019, didapatkan bahwa di ruang Melati
menggunakan metode MAKP tim yang terbagi menjadi TIM A dan TIM B.
MAKP TIM merupakan suatu metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 1 shift terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan keluar rumah sakit.
Keuntungan dari MAKP TIM antara lain memungkinkan pelayanan keperawatan
yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan. Selain itu

1
pembagian tugas yang jelas dan memungkinkan komunikasiantar tim, sehingga
konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Hal ini dapat
meningkatkan kepuasan bagi pasien, perawat dan tenaga kesehatan lainnya
sehingga tercapai suatu pelayanan yang berkualitas. 10 Kasus terbanyak diruang
Melati yaitu Anemia, Dangue High Fever, Diabetes, CHF, CKD, Sepsis, Heart
failure, dispepsia sindrom, ADHF, melena. Mengingat pentingnya fungsi
menejemen keperawatan perlu diwujudkan secara nyata dalam tatanan praktek
guna menjamin efisiensi, efektifitas dan kualitas pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada klien.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah manajemen atau pengelolaan Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo
Blitar ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan prinsip manajemen keperawatan dengan
menggunakan model asuhan keperawatan professional tim (MAKP tim).
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data di Ruang Melati RSUD
Mardi Waluyo Blitar.
2. Melakukan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.
3. Menentukan rumusan masalah berdasarkan analisa yang telah ditetapkan.
4. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian model asuhan keperawatan professional : timbang terima,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge
planning, dokumentasi keperawatan, dan penerimaan pasien baru.
5. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : timbang terima,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge
planning, dokumentasi keperawatan, dan penerimaan pasien baru.
6. Mengevaluasi rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : timbang terima,

2
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi keperawatan, discharge
planning, dokumentasi keperawatan, dan penerimaan pasien baru.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penguasaan yang akan dilaksanakan.
2. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP Tim di
Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar.
3. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP di Ruang
Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar.
4. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
5. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo
Blitar.
1.4.2 Bagi Perawat Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar
1. Melalui praktik manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-masalah
yang ada di Ruang Melati yang berkaitan dengan pelaksanaan MAKP.
2. Melalui praktik manajemen keperawatan perawat ruangan dapat
melaksanakan MAKP Tim dengan optimal.
3. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
4. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat denga
tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
5. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
1.4.3 Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
1. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang optimal.
2. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.
1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan memperoleh bahan masukan dengan bahan tentang
pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan MAKP Tim.

3
BAB 2

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARDI WALUYO BLITAR

2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Blitar Di
Ruang Melati

Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Blitar kondisi saat ini dalam
kurun lima tahun terakhir mengalami metamorfosis yang hebat. Hal tersebut tidak
berlebihan diungkapkan jika diruntut bagaimana sejarah keberadaaannya mulai
tahun 1942. Pada zaman revolusi tersebut, pelayanan hanya untuk pasien yang
operasi, yang dilayani dua dokter berkebangsaaan belanda yang datangnya tidak
menentu, dr.Shinko dan dr. Karl Boom.
Pasca kemerdekaaan 1949, baru memiliki dua dokter tetap, dr.Tedjo sebagai
Kepala Rumah Sakit dan dr.Trisula sebagai kepala Dinas Kesehatan. Saat TBC
mewabah di Blitar tahun 1958, dr. Trisula sebagai dokter spesialis paru
mendirikan pusat pendidikan “Ngrukti Nirmala” bagi pasien TBC. Di lembaga
ini, pasien TBC dikumpulkan dan diberi penyuluhan tenyang TBC dan gigi.
Tahun 1966, ada tambahan satu dokter, dr.AW Soehapto, yang dalam masa-
masa pengabdiannya melakukan empat pengembangan pelayanan: pertama,
kedua, melakukan operasi kecil dan caesar dengan perlatan seadanya, berhasil
baik dan dilaporkan ke kantor inspeksi kesehatan di Jakarta. Laporan itu direspon
baik dengan mengirimkan peralatan operasi seperti meja dan lampu operasi ke
kota Blitar. Ketiga dan keempat, membuka pelayanan poliklinik umum dan
poliklinik gigi.
Tahun 1975, menjalin hubungan dengan doker spesialis dari Surabaya dan
Malang, yang dua kali seminggu datang ke Blitar memberikan bimbingan kepada
dokter-dokter umum hingga tahun 1996, berhasil merangkul empat dokter
spesialis tetap di RS Mardi Waluyo yaitu sepesialis anak, dr. Ibnu Susanto, Sp.A,
spesialis bedah, dr.Andre Mannari, Sp.B, dan spesialis kandungan dr.Syaifullah,
Sp.OG.
Dekade 2000-an, pembangunan dan pengembangan di RS mardi Waluyo kota
Blitar menggeliat cepat. Pada awal periode pertama pemerintahan masa walikota
Blitar Djarot Saiful Hidayat, prihatin dengan kondisi RS mardi Waluyo Blitar

4
lama di jalan dokter Soetomo bangunannya sudah rapuh, kumuh, membuat tidak
nyaman petugas, apalagi pasien dan pengunjung.
Dari proses diskusi panjang anatara walikota dengan para dokter yang
memiliki komitmen tinggi, lahir keputusan fenomenal, pemerintah kota Blitar
membangungedung baru untuk RS Mardi Waluyo Blitar diaas lahan seluasn 5
hektar di Jalan Kalimantan. Milyaran rupiah dana negara dikucurkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi warga kota Blitar dan
sekitarnya. Proyek multiyears pembangunanRS Mardi Waluyo Blitar, mulai
dirasakana warga tahun 2007. Tepatnya setelah pembangunan tahap peratama
selesai, sebagai pelayanan per-13 Agustus 2007, boyong dari rumah sakit lama di
Jalan dr. Soetomo ke RS baru di Jalan Kalimantan meliputi layanan rawat inap
VIP dan VVIP, perkantoran dan administrasi, instalasi gawat darurat (IGD),
laboratorium, dan radiologi.
Sukses boyongan tahap pertama membuat pemerintah kota Blitar dan RS
Mardi Waluyo Blitar semakin commit untuk memberikan pelayanan yang
semakin baik kepada masyarakat, sehingga pembangunan tahap kedua pun
dikebut. Alhasil per-1 juli 2010 seluruh pelayanan pindah di RS baru di Jalan
Kalimantan.
Pembangunan fisik menuntut imbangan peningkatan kualitas pelayanan
kepada masyarakat. RS Mardi Waluyo Blitar menempatkan pasien atau pengguna
layanan sebagai pusat perhatian. Caranya dengan menetapkan Citizen Charter
atau CC melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dalam pengambilan kesepakatan
tentang pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, yang diselarasakan antara
kemaampuan sumber daya yang ada di RS dengan tuntutan masyarakat.
Selain CC, juga melakukan berbagai terobosan antara lain DDTK anak yang
mendapat penghargaan MURI, pembagunan instalasi hemodialisa,
penatalaksanaan keuangan yang profesional dan status RS Mardi Waluyo Blitar
sebagai Badan Pelayanaan Umum Daerah (BLUD) hingga menjadikan RS Mardi
Waluyo Blitar sebagai rumah sakit sayang ibu dan bayi (RSSIB). Sebagai RSSIB,
prestasi yang diraih membanggakan, terpilih sebagai Rumah sakit sayang ibu dan
bayi terbaik kedua tingkat nasional tahun 2010, dan mendapatkan penghargaan
langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

5
2.2 Fasilitas Dan Pelayanan Rumah Sakit Mardi Waluyo

Pelayanan Medis Pelayanan Penunjang

• Dokter Umum o Laboratorium Patologi


• Dokter Gigi Klinik
• Dokter Spesialis / Sub- o Radiologi
Spesialis o ECG
o Anak o Phungsi
o Bedah o Konsultasi Gizi
o Bedah Syaraf o Farmasi
o Bedah Orthopedi o Echocardiografi
o Kebidanan & Fasilitas
Kandungan o UGD 24 Jam
o Penyakit Dalam o Rawat Inap
o Syaraf o Rawat Jalan
o THT o Kamar Bedah
o Mata o ICU
o Paru o Ruang Jenazah
o Kulit & Kelamin o Ambulance
o Radiologi
o Anaesthesi

2.3 Denah Lokasi

6
2.4 Falsafah Keperawatan
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat harus berkeyakinan bahwa:
1. Manusia adalah inividu yang memiliki kebutuhan bio, psiko, sosio, spiritual
dan kultural yang unik harus di pertimbangkan dalam setiap pemberian asuhan
keperawatan.
2. Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal kepada semua yang
membutuhkan dengan tidak membedakan bangsa, suku, agama/kepercayaan
dan status sosial disetiap tempat pelayanan kesehatan.
3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama ari semua
anggota tim kesehatan.
4. Dalam memberikan auhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama
semua anggota tim kesehatan dan klien/keluarga.
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki wewenang
melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan standar asuhan
keperawatan.
6. Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan secara terus
menerus pertumbuhan dan perkembangan taf dalam pelayanan keperawatan.

2.5 Visi Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Mardi Blitar
Menuju Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo sebagai Rumah Sakit
pilihan utama yang terpercaya melalui semua masyarakat pada Tahun 2021.

2.6 Misi Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Blitar

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, berkualitas, dengan


mengutamakan keselamatan , membangun citra pelayanan kesehatan
partisipatif serta menyelenggarakan pendidikan pelatihan dan penelitian
2. Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang profesional, akuntabel, dan
transparan.

2.7 Motto Ruang Melati

Kesehatan dan kepuasan adalah kebahagiaan kami

7
2.8 Tujuan Keperawatan

1. Menjamin bahwa semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan klien


dan mengurangi/menghilangkan kesenjangan.
2. Mengembangkan standart asuhan keperawatan yang ada.
3. Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan profesionalnya.
4. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan.
5. Melibatkan klien dalam perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan.
6. Menciptakan iklim yang menunjang proses belajar mengajar dalam kegiatan
pendidikan bagi perkembangan kerja keperawatan.
7. Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pertumbuhan dan
perkembangan profesi tenaga keperawatan.

2.9 Tujuan Ruang Perawatan Penyakit Dalam (Ruang Melati)

1. Memberikan asuhan keperawatan bagi klien dengan penyakit dalam sesuai


dengan standart asuhan keperawatan yang berlaku.
2. Memberikan pelayanan yang optimal.
3. Mencegah terjadinya penularan

8
BAB III

HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA


PERMASALAHAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG MELATI

3.1 Man(M1)

3.1.1 Pengorganisasian

Struktur pengergonisasian tugas di ruang Melati menerapkan model


asuhan keperawatan Tim Adapun model asuhan keperawatan adalah sebagai
berikut :
STRUKTUR ORGANISASI RUANG MELATI
RSUD MARDI WALUYO BLITAR
Kerangka 3.1.1 Struktur Organisasi Ruang Melati

9
3.1.2 JumlahTenaga

a. Tenaga keperawatan

Tabel 3.1.1 Kualifikasi Tenaga Keperawatan


Kualifikasi Status Jumlah Jumlah Prosentase

Total
S1 PNS 7 7 35%
Non PNS 0
DIII PNS 7 13 65%
Non PNS 6
Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar


perawat di ruang Melati berpendidikan D3 Keperawatan yaitu 13 orang =
65% sedangkan yang berpendidikan S1 Keperawatan yaitu 7 orang = 35%,
sedangkan menurut Waesifer (1999) ideal kebutuhan perawat S1 dan D3
memiliki perbandingan 55% : 45% sehingga didapatkan untuk kebutuhan
ideal perawat S1 diruang Melati sebanyak 11 orang dan perawat D3 di
Melati sebanyak 9 orang. Sehingga hal tersebut menampakan kesenjangan
yang cukup jauh karena diruangan Melati ini hanya memiliki perawat S1
sebanyak 7 orang. Berkaitan dengan program rumah sakit yang
memfasilitasi studi lanjutan untuk perawat D3 yang ingin melanjutkan ke
jenjang S1 maka sangat diharapkan para perawat dapat menggunakan
kesempatan tersebut dengan baik mungkin sehingga kebutuhan tenaga
perawat S1 di Ruang Melati bisa terpenuhi

b. Tenaga Non Keperawatan

Tabel 3.1.2 Tenaga non keperawatan

No Kualifikasi Jumlah Prosentase


1 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 3 23%
2 Dokter Spesialis Jantung Paru 3 23%
3 Dokter Umum 1 8%

10
4 Tenaga Gizi 1 8%
5 Administrasi 2 8%
6 POS 2 30%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel di atas diinterprestasikan bahwa sebagian besar tenaga non


keperawatan di ruang Melati secara kuantitatif sudah mencukupi.

3.1.3 Pasien

a. Jumlah Pasien 3 Hari Terakhir Dengan Tingkat Ketergantungan dan Jumlah


Jam Perawatannya.
Pada hasil pengkajian diruang Melati dalam 3 hari terakhir mulai dari
hari Selasa 5 April sampai dengan hari Kamis 7 Februari 2019 disajikan
dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.1.3 Hasil Rekapitulasi Pasien di Melati Pada 3 Hari Terakhir.


Rata-Rata Tingkat Ketergantungan
No. Hari Pasien
Total Partial Minimal Jumlah
1 Selasa 1 34 1 36
2 Rabu 3 31 2 36
3 Kamis 1 27 7 35
Rata-Rata 1,6 30,6 3,3 35,6

11
3.1.4 Kualitas Tenaga

Berdasarkan dari data pola ketenagakerjaan diruang Melati didapatkan


kualifikasi tenaga perawat sebagai berikut :

Tabel 3.1.4 kualitas tenaga keperawatan ruang Melati


No Nama Pendidikan Masa Jenis Jenis Pelatihan Jenjang
Kerja Ketena- yang diikuti Karir
gaan
1 Eko SI PNS • MANAJEMENT PK III
31
Sugiono, BANGSAL
Keperawatan tahun
S.Kep,Ns • BLS
• PPI
• PMKP
• K3
• CI
• DIKLAT
PERAWAT
AHLI
2 S1 PNS • BLS PK III
Sri anah Puji L. 25
• PPI
S.kep,Ns Keperawatan tahun
• PMKP
• K3
• PRESEPTOR
SHIP
• DIKLAT
PERAWAT
AHLI
3 Siti S1 PNS • BLS PK III
31
Asiyah, • PPI
Keperawatan tahun
S.Kep,N • PMKP

s • K3
• DIKLAT
PERAWAT
AHLI

12
4 Widya Dwi S1 PNS • BLS PK III
16
Pratiwi, keperawatan • PPI
tahun • PMKP
S.kep,Ns
• K3
5 S1 PNS • BLS PK III
Mahfud 16
• PPI
Efendi, keperawatan
Tahun • PMKP
S.kep,Ns
• K3
• ENDOSCOPY
6 S1 PNS • BLS P II
Diyah Aji 16
• PPI
Wulandari, Keperawatan
Tahun • PMKP
S.Kep,Ns
• K3
7 Fitri Yuliani, D3 PNS • BLS PK III
18
Amd,Kep • PPI
Keperawatan
Tahun • PMKP
• K3

8 Susanto, S1 PNS • BLS PK II


16
S.kep,Ns • PPI
Keperawatan
Tahun • PMKP
•K 3
9 Devy D3 PNS • BLS PK II
16
Adidyasari • PPI
Keperawatn
Tahun • PMKP
Amd.Kep
•K 3
10 Anita D3 PNS • BLS PK II
9
Fitriani. • PPI
Keperawatan
Tahun • PMKP
Amd.Ke
p •K 3

11 Suparti D3 9 • BLS PK II
PNS
Setyowati, Tahun • PPI
Keperawatan
Amd.Kep • PMKP
•K 3

13
12 Yayuk Dwi D3 9 PNS • BLS PK II
K.Amd.Kep Tahun • PPI
Keperawatan
• PMKP
•K 3
• KEMOTERAPI
13 Handra D3 PNS • BLS PK II
9
Setiyawan. • PPI
Keperawatan
Tahun • PMKP
Amd.kep
•K 3
• BTCLS
14 Sari wuni, D3 PNS • BLS PK II
9
Amd.Kep • PPI
Keperawatan
Tahun • PMKP
•K 3
• ETIKA
PELAYANAN
15 Ulfa Farida, D3 Non • BLS Pra-PK
-
Amd.Kep • PPI
Keperawatan PNS
• PMKP
•K 3
• ETIKA
PELAYANAN
16 Yuyun D3 Non • BLS Pra-PK
4
Puspita PNS • PPI
Keperawatan Tahun
Sari.Amd.Ke • PMKP

p •K 3
• ETIKA
PELAYANAN
17 Riezta Aditya D3 3 Tahun Non • BLS Pra-PK
H. Amd.Kep Keperawatan PNS • PPI
• PMKP
•K 3
• ETIKA
PELAYANAN

14
18 Reny Eko P, D3 - Non • BLS Pra-PK
Amd.Kep Keperawatan PNS • PPI
• PMKP
•K 3
• ETIKA
PELAYANAN
19 Kartika Arum D3 - Non PPGD Pra-PK
Sari, Keperawatan PNS
Amd.Kep
20 Anggit D3 - Non PPGD Pra-PK
Aprilia. Keperawatan PNS
Amd.Kep

Berdasarkan uraian data di atas, telah dapat di ketahui bahwa kualitas


perawat yang ada di Ruangan Melati cukup baik dalam penanganan tangap
darurat karena hampir semua tenaga keperawatan pernah mengikuti pelatihan
BLS .

Jenjang karir PK III

1. Tugas pokok

Memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien diruang rawat


yang menjadi tanggung jawabnya dari pasien datang sampai dengan pasien
pulang dengan sesuai standart keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Uraian tugas

A. Tugas manajerial

B. Tugas umum
• Membina hubungan terapeutik dengan pasien / keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan DPJP
• Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format
orientasi pasien / keluarga jika DPJP tidak ada ditempat
• Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan
DPJP
• Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia

15
• Mendampingi visite dokter apabila DPJP tidak ada ditempat
• Menerapkan perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan
• Melaporkan kepada DPJP bila menemukan masalah yang
perludiselesaikan
• Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan, dantindakan
• Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien / keluarga
• Memelihara sarana, fasilitas keperawatan dan kebersihanruangan
• Mengikuti kegiatan ilmiah (refleksi diskusi kasus, ronde keperawatan,
klinik dan lain-lain)

C. Uraian tugas spesifik


• Memahami konsep biomedik medikal bedahlanjutan
• Melakukan pengkajian data keperawatan medical bedah dengan
resiko / komplikasi pada 12 sistem tubuh secara mandiri
• Menganalisa data dan menetapkan diagnosa keperawatan
• Menyusun rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan
intervensi pada klien bedah dengan resiko / komplikasi pada 12
sistem tubuh dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Melakukan observasi

2) melakukan pendidikan kesehatan

3) melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik

4) mengelola askep perioperatif mencangkup


keperawaran pra bedah, intra bedah, dan pasca bedah
sedang
5) melakukan tindakan kolaborasi

6) melakukan rujukan keperawatan

7) memberikan konseling

8) melakukan dokumentasi keperawatan


• menggunakan komunikasi terapeutik
• membimbing PK II dan peserta didik

16
• mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut

Jenjang karir PK II

1. Tugas pokok

Memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien diruang rawat


yang menjadi tanggung jawabnya dari pasien datang sampai dengan pasien
pulang dengan sesuai standart keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Uraian tugas

A. Tugas manejerial

B. Tugas umum
• Membina hubungan terapeutik dengan pasien / keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan DPJP
• Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format
orientasi pasien / keluarga jika DPJP tidak adaditempat
• Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan
DPJP
• Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia
• Mendampingi visite dokter apabila DPJP tidak ada ditempat
• Menerapkan perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan
• Melaporkan kepada DPJP bila menemukan masalah yang perlu
diselesaikan
• Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan, dan tindakan
• Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien / keluarga
• Memelihara sarana, fasilitas keperawatan dan kebersihan ruangan
• Mengikuti kegiatan ilmiah (refleksi diskusi kasus, ronde keperawatan,
klinik dan lain-lain)
• Membimbing PK I

17
C. Uraian tugas spesifik
• Memahami konsep biomedik medikal bedah lanjutan
• Melakukan pengkajian data keperawatan medical bedah dengan resiko
/ komplikasi pada 12 sistem tubuh secara mandiri
• Menganalisa data dan menetapkan diagnosakeperawatan
• Menyusun rencana asuhan keperawatan yang menggambarkan
intervensi pada klien bedah dengan resiko / komplikasi pada 12 sistem
tubuh dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Melakukan observasi

2) melakukan pendidikan kesehatan

3) melakukan persiapan pemeriksaan diagnostik

4) mengelola askep perioperatif mencangkup keperawaran pra bedah,


intra bedah, dan pasca bedah sedang
5) melakukan tindakan kolaborasi

6) melakukan rujukan keperawatan

7) memberikan konseling

8) melakukan dokumentasi keperawatan


• Menggunakan komunikasi terapeutik

Jenjang karir PK I

1. Tugas pokok

Memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien diruang rawat


yang menjadi tanggung jawabnya dari pasien datang sampai dengan
pasien pulang dengan sesuai standart keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Uraian tugas

A. Tugas manejerial

B. Tugas umum
• Membina hubungan terapeutik dengan pasien / keluarga, sebagai
lanjutan kontrak yang sudah dilakukan DPJP
• Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format
orientasi pasien / keluarga jika DPJP tidak adaditempat

18
• Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan
DPJP
• Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia
• Mendampingi visite dokter apabila DPJP tidak ada ditempat
• Menerapkan perilaku caring dalam pemberian asuhankeperawatan
• Melaporkan kepada DPJP bila menemukan masalah yang perlu
diselesaikan
• Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium,
pengobatan, dantindakan
• Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien / keluarga
• Memelihara sarana, fasilitas keperawatan dan kebersihan ruangan
• Mengikuti kegiatan ilmiah (refleksi diskusi kasus, ronde keperawatan,
klinik danlain-lain)

C. Uraian tugas spesifik


• Melakukan pengkajian dasar data keperawatan dasar
• Melaksanakan tindakan keperawatan dasar meliputi:

1) Pemenuhan kebutuhan bernafas (oksigendasar)

2) Pemenuhan kebutuhan makan minum seimbang

3) Pemenuhan kebutuhan eliminasi urin

4) Pemenuhan kebutuhan eliminasifecal

5) Melakukan komunikasi terapeutik

6) Pemenuhan kebutuhan spiritual

7) Pemenuhan kebutuhan untuk beraktifitas

8) Pemenuhan kebutuhan rekreasi

9) mmMelkukan pendidikan kesehatan / promosi kesehatan

10) Memberikan obat sederhana

11) Melakukan penanggulangan infeksi

19
• Menggunakan komunikasi terapeutik
• Melakukan evaluasi tindakan keperawatan
• Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
• Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain

3.1.5 Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Kebutuhan tenaga perawat di suatu unit RS dapat dihitung


menggunakan pedoman rumus dari Gillies (1990) dimana dihitung dengan
keadaan rata-rata jumlah jam perawatan pasien selama 3 hari terakhir, yaitu :
Tabel 3.1.5 Kebutuhan Tenaga Keperawatan tanggal 5 Februari 2019
Kualisifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
ketergantungan pasien
Minimal 1 1 x 0,17 = 1 x 0,14 = 1 x 0,07 =
0,17 0,14 0,07
Parsial 34 34 x 0,27 = 34 x 0,15 = 34 x 0,10 =
9,18 5,1 3,4
Total 1 1 x 0,36 = 1 x 0,3 = 1 x 0,20 =
0,36 0,3 0,20
Jumlah 36 9,71 5,54 3,67
10 6 4

Total tenaga perawat :


Pagi : 10 perawat Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari tak
Sore : 6 perawat kerja ddalam 1 tahun, sedangkan 279 adalah
jumlahhari kerja efektif dalam 1 tahun
Malam : 4 perawat
20 perawat
Jumlah tenaga lepas dinas perhari
86x20 = 6,16 = 6 perawat
279
Jadi perawat yang dibutuhkan untuk tugas perhari di ruang Melati adalah
20 perawat + 6 perawat lepas dinas + 2 perawat ; kepala ruang dan wakil = 28
orang

20
a. Perawatan langsung
Mandiri = 1 x 2 jam = 2 jam
Sebagian = 34 x 3 jam = 102 jam
Total = 1 x 6 jam = 6 jam
Total : 110 jam
b. Perawatan tidak langsung : 36 orang pasien x 1 jam = 36 jam
c. Penyuluhan kesehatan : 36 orang pasien x 0,25 jam = 9
Total jam secara keseluruhan adalah 155 jam
d. Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah 155 :
36 = 4 jam
e. Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan
4 jam/pasien/hari x 36 pasien/hari x 265 hari = 38160 = 19 orang
(365 hari – 76) x 7 jam 2023
20% x 36 = 7 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 19 + 7 = 26
orang / hari
f. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari
36 orang x 6 jam = 31 orang
7 jam
Di ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar pada hari selasa 5 februari
2019 terdapat perawat shift pagi sebanyak 10 orang, shift sore sebanyk 6
orang, shift malam sebanyak 4 orang.Sedangkan jumlah ideal yang dibutuhkan
adalah 20 orang perawat, 6 orang perawat dinas dan kepala ruang beserta wakil
kepala ruang. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah
perawat di Ruang Melati pada shift pagi, sore dan malam masih belum
memenuhi standar. Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan tenaga kerja di ruang
Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar masih belum terpenuhi dalam ketenaga
kerjaan.

21
Tabel 3.1.6 Kebutuhan Tenaga Keperawatan tanggal 6 Februari 2019
Kualisifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
ketergantungan pasien
Minimal 2 2 x 0,17 = 2 x 0,14 = 0,28 2x
0,34 0,07 =
0,14
Parsial 31 31 x 0,27 = 31 x 0,15 = 31 x
8,37 4,65 0,10 =
3,1
Total 3 3 x 0,36 = 3 x 0,3 = 0,9 3x
1,08 0,20 =
0,6
Jumlah 36 9,79 5,83 3,84
10 6 4

Total tenaga perawat :


Pagi : 10 perawat
Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari tak
Sore : 6 perawat
kerja ddalam 1 tahun, sedangkan 279 adalah
Malam : 4 perawat jumlahhari kerja efektif dalam 1 tahun
20 perawat
Jumlah tenaga lepas dinas perhari
86x20 = 6,16 = 6 perawat
279
Jadi perawat yang dibutuhkan untuk tugas perhari di ruang Melati adalah
20 perawat + 6 perawat lepas dinas + 2 perawat ; kepala ruang dan wakil = 28
orang
a. Perawatan langsung
Mandiri = 2 x 2 jam = 4 jam
Sebagian = 31 x 3 jam = 93 jam
Total = 3 x 6 jam = 9 jam
Total : 106 jam

22
b. Perawatan tidak langsung : 36 orang pasien x 1 jam = 36 jam
c. Penyuluhan kesehatan : 36 orang pasien x 0,25 jam = 9 jam
d. Total jam secara keseluruhan adalah 151
e. Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah 151 :
36 = 4 jam
f. Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan
4 jam/pasien/hari x 36 pasien/hari x 265 hari = 38160 = 19 orang
(365 hari – 76) x 7 jam 2023
20% x 36 = 7 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 19 + 7 = 26
orang / hari
g. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari
36 orang x 6 jam = 31 orang
7 jam
Di ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar pada hari rabu 6 februari
2019 terdapat perawat shift pagi sebanyak 10 orang, shift sore sebanyk 6
orang, shift malam sebanyak 4 orang. sedangkan jumlah kebutuhan perawat
yang ideal adalah 26 orang perawat/ hari. Berdasarkan data diatas dapat
disimpulkan bahwa jumlah perawat di Ruang Melati pada shift pagi, sore dan
malam masih belum memenuhi standar. Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
tenaga kerja di ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar masih belum
terpenuhi dalam ketenaga kerjaan.
Tabel 3.1.7 Kebutuhan Tenaga Keperawatan tanggal 7 Februari 2019
Kualisifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
ketergantungan pasien
Minimal 7 7 x 0,17 = 7 x 0,14 = 7 x 0,07
1,19 0,14 = 0,49
Parsial 27 27 x 0,27 = 27 x 0,15 = 27 x
7,29 5,1 0,10 =
2,7
Total 1 1 x 0,36 = 1 x 0,3 = 0,3 1 x 0,20
0,36 = 0,20

23
Jumlah 35 8,84 5,54 3,39
9 6 3
Total tenaga perawat :
Pagi : 9 perawat Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari tak
Sore : 6 perawat kerja ddalam 1 tahun, sedangkan 279 adalah
jumlahhari kerja efektif dalam 1 tahun
Malam : 3 perawat
18 perawat
Jumlah tenaga lepas dinas perhari
86x18 = 5,54 = 6 perawat
279
Jadi perawat yang dibutuhkan untuk tugas perhari di ruang Melati adalah
18 perawat + 6 perawat lepas dinas + 2 perawat ; kepala ruang dan wakil = 26
orang
a. Perawatan langsung
Mandiri = 7 x 2 jam = 14 jam
Sebagian = 27 x 3 jam = 81 jam
Total = 1 x 6 jam = 6 jam
Total : 101 jam
b. Perawatan tidak langsung : 35 orang pasien x 1 jam = 35 jam
c. Penyuluhan kesehatan : 35 orang pasien x 0,25 jam = 6,25
Total jam secara keseluruhan adalah 142,25
d. Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per hari adalah 142 :
35 = 4 jam
e. Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan
4 jam/pasien/hari x 35 pasien/hari x 265 hari = 37100 = 18 orang
(365 hari – 76) x 7 jam 2023
20% x 35 = 7 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan adalah 18 + 7 = 25
orang / hari
f. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari
35 orang x 6 jam = 30 orang
7 jam
Di ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar pada hari kamis 7 februari

24
2019 terdapat perawat shift pagi sebanyak 9 orang, shift sore sebanyak 6
orang, shift malam sebanyak 3 orang.Sedangkan jumlah kebutuhan perawat
yang ideal adalah 30 orang perawat/ hari. Berdasarkan data diatas dapat
disimpulkan bahwa jumlah perawat di Ruang Melati pada shift pagi, sore dan
malam masih belum memenuhi standar.

3.1.6 Diagnosis Penyakit Terbanyak


Data yang didapatkan pada bulan desember 2018, 10 diagnosis
terbanyak adalah sebagai berikut : Anemia sebanyak 21 pasien, Dengue Fever
(DF) sebanyak 21 pasien, Diabetus Milletus (DM) sebanyak 21 pasien, CHF
sebanyak 15 pasien, CKD (Chronic Kidney Disease) sebanyak 15 pasien,
sepsis sebanyak 8 pasien, Heart Failure (HF) sebanyak 7 pasien, Dyspepisa
Syndrome sebanyak 6 pasien, ADHF sebanyak 5 pasien, dan Melena sebanyak
5 pasien.

3.1.7 Kegiatan Intervensi Bedah


Dalam bulan desember 2018 jenis jenis kegiatan keperawatan yang sudah
dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1.8 jenis kegiatan intervensi bedah
No Jenis Kegiatan Frekuensi
1 Melakukan Cek GDA 1.167
2 Melakukan Pemeriksaan EKG 131
3 Memberikan Injeksi 6.014
4 Memberikan therapy neblizer 156
5 Melakukan pemasangan infus 204
6 Melakukan pemasangan NGT 21
7 Memasang set oksigen 97
8 Melakukan pemasangan shyring pump 223
9 Memberikan perawatan luka 137
10 Melakukan skin test 75
11 Melakukan suction 7

25
3.2 Material & Machine (M2)
3.2.1 Penataan Gedung / Lokasi dan Denah Ruangan
Gambar 3.2.1 Denah Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar

RUANG MELATI

RUANG DISKUSI 3

RUANG SHOLAT KM

U GUDANG
SPOEL HOCK
RUANG KELAS 3
TINDAKAN
KM
S petugas LINEN
KM
Kamar 3
C
KELAS 1

KELAS 3
Kamar 1A
NURSE STATION
KM
Kamar 3 B
KM
KELAS 1
petugas
KM
Kamar 1B
ADMINISTRASI R. KARU
MELATI KM
KM
KELAS 3

KM KELAS 1 KM KM KELAS 2
KELAS 2
Kamar 3 A
Kamar 2A Kamar 1C Kamar 2B

Ruang perawatan Melati merupakan instalasi rawat inap yang memberikan


pelayanan pada pasien dengan kasus penyakit dalam pada pasien kelas I, II, dan
III, dengan kapasitas 34 tempat tidur dengan bed extra 2 TT. Lokasi denah Ruang
Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar berada di lantai 2 gedung rawat inap RS Mardi

26
Waluyo Blitar. Ruang Melati berbentuk huruf “U”. Terdapat tempat petugas jaga,
tempat administrasi, dan tempat kepala ruang di Nurse Station.
3.2.2 Peralatan dan Fasilitas
a. Fasilitas Untuk Pasien
Berdasarkan hasil observasi dan data di ruang Melati tentang inventaris,
fasilitas yang tersedia dengan perincian kapasitas ruang Melati ada 34 tempat
tidur, terdiri dari:
1. Kamar kelas 1
Kamar kelas 1 terbagi menjadi 1A, 1B dan 1C. Setiap kamar terdiri dari
2 tempat tidur dan 2 almari pasien serta meja yang menjadi satu, 2 kursi sofa
penunggu, 1 kamar mandi, terdapat tv yang terletak di tengah ruangan dan
AC. Pada masing-masing kamar mandi terdapat pispot urine.
2. Kamar kelas II
Kamar kelas II terbagi menjadi 2A dan 2B. Setiap kamar terdiri dari 4
tempat tidur, 4 almari dan meja yang menjadi satu, 4 kursi penunggu, AC,
1 kamar mandi, pada setiap kamar mandi terdapat pispot urine.
3. Kamar kelas III
Kamar kelas III terbagi menjadi 3A, 3B dan 3C. Kamar 3A terdiri dari
8 tempat tidur, 8 almari dan meja yang menjadi satu, serta 8 kursi penunggu,
1 kamar mandi, dan pada setiap kamar mandi terdapat pispot urine. Kamar
3B terdiri dari 7 tempat tidur, 7 almari dan meja yang menjadi satu serta 7
kursi penunggu, 1 kamar mandi, pada setiap kamar mandi terdapat pispot
urine. Kamar 3C terdiri dari 7 tempat tidur, 7 almari dan meja yang menjadi
satu serta 7 kursi penunggu, 1 kamar mandi, pada setiap kamar mandi
terdapat pispot urine.
b. Fasilitas untuk Perawat (Nurse Station)
1. Ruang Kepala Ruangan menjadi satu dengan Nurse Station
2. Kamar mandi perawat/WC ada 1 di Nurse Station
3. Nurse Station berada dibagian tengah diantara ruangan kelas 1, kelas
2 dan kelas 3 untuk mempermudah perawat masuk ke ruangan

27
3.2.3 Fasilitas Alat-alat Keperawatan

Tabel 3.2.1 Alat-alat Pencatatan dan Pelaporan Ruang Melati RSUD


Mardi Waluyo Blitar Bulan Desember Tahun 2018
No Nama Alat Jumlah Kondisi
Baik Rusak Rusak Keterangan
ringan berat
1. Buku dokter visit 1 1 - - 100 %

2. Buku kematian 1 1 - - 100 %

3. Buku laporan 1 1 - - 100 %


kehilangan
4. Buku pasien 1 1 - - 100 %
pulang paksa
5. Buku permintaan 1 1 - - 100 %
laborat
6. Buku permintaan 1 1 - - 100 %
resep
7. Buku register 1 1 - - 100 %
pasien
8. Buku sensus 1 1 - - 100 %
harian
9. Buku TTV 1 1 - - 100 %

10. Pensil 1 1 - - 100 %

11. Perforator 3 3 - - 100%

12. Spidol permanent 3 3 - - 100 %

13. Spidol white 6 6 - - 100 %


board
14. Steples 2 2 - - 100 %

15. White board 2 2 - - 100 %

28
16. Buku sensus 1 1 - - 100 %
cairan
17. Pensil blue - red 0 0 - - 0

18. Buku catatan 1 1 - - 100 %


KTD
19. Buku komplain 1 1 - - 100 %
pasien
20. Buku pembayaran 2 2 - - 100 %
ke kasir
21. Buku setoran 1 1 - - 100 %
status
22. Buku agenda 1 1 - - 100 %
surat
23. Buku ekspedisi 1 1 - - 100 %

24. Buku timbang 1 1 - - 100 %


terima alat
Berdasarkan tabel 3.2.1 didapatkan bahwa hampir seluruhnya alat-alat
pencatatan dan pelaporan memenuhi standart (100%).

3.2.4 Fasilitas Alat-alat Rumah Tangga

Tabel 3.2.2 Alat-alat Rumah Tangga Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo
Blitar Bulan Desember Tahun 2018
No. Nama Alat Jumlah Kondisi
Baik Rusak Rusak Keterangan
ringan berat
1. Baki/nampan 2 2 - - 100 %

2. Lampu senter 2 2 - - 100 %

3. Lemari obat 1 1 - - 100 %


emergency
4. Light case 1 1 - - 100 %

29
5. Meja 35 35 - - 100 %
pasien/bedside
cabinet
6. Tempat sampah 8 8 - - 100 %
pasien
7. Tempat sampah 11 11 - - 100 %
tertutup
8. Tempat tidur 1 0 0 - - 0%
crank
9. Tempat tidur 2 26 10 16 - 38 %
crank
10. Tempat tidur 3 14 14 - - 100 %
crank
11. Printer laser jet 1 1 - - 100%

12. Waskom mandi 8 8 - - 100 %

13. TV 4 4 - - 100 %

14. Kursi penunggu 36 31 5 - 86 %


pasien
15. Keset karet 1 - 1 0%

16. Keset kain 10 - 10 0%

17. Kabel oler 3 2 - 1 67 %

18. Rak pispot 6 6 - - 100 %

19. Kain pel 0 0 - - 0

20. Plastik gulung 0 - - 0

21. Regulator LPG 1 1 - - 100 %

22. Rak handuk 8 8 - - 100 %

23. Lemar kaca besar 1 1 - - 100 %

24. Tempat handrub 22 22 - - 100 %

30
25. Almari status 0 0 - - 0%

26. Almari linen 1 1 - - 100 %

27. Printer 3 3 - - 100 %

28. Komputer (CPU 3 3 - - 100 %


& Monitor)
29. Kulkas obat 1 1 - - 100 %

30. Kulkas rumah 1 1 - - 100 %


tangga
31. Meja 4 4 - - 100 %

32. Kursi kayu 2 2 - - 100 %

33. AC 7 7 - - 100 %

34. Hand towel 5 5 - - 100 %

35. Kotak Plastik 2 2 - - 100%

36. Handuk Cuci 7 7 - - 100%


Tangan
37. Kursi beroda 7 - - 7 0%

38. Loker kayu 1 1 - - 100 %

39. Instrumen kabinet 1 1 - - 100 %

Berdasarkan tabel 3.2.2 didapatkan bahwa sebagian besar alat-alat rumah


tangga sudah memenuhi standart dan hampir seluruhnya yaitu 100%. Namun masih
ada beberapa alat yang kurang dari standart seperti: tempat tidur 2 crank (38%),
kursi penunggu pasien (86%), kabel olor (67%), dan keset karet, keset kain, kain
pel, plastik gulung, almari status, kursi beroda (0%).

31
3.2.5 Fasilitas Alat-alat Tenun

Tabel 3.2.3 Alat-alat Tenun Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar
Bulan Desember Tahun 2018
No. Nama Alat Jumlah Kondisi
Baik Rusak Rusak Keterangan
ringan berat
1. Bantal 39 16 4 19 41 %

2. Handuk cuci 25 20 - 5 80 %
tangan
3. Kasur 34 10 14 10 29 %

4. Manset dewasa 0 0 - - 0%

5. Mitella 10 10 - - 100 %

6. Perlak 45 45 - - 100 %

7. Sarung bantal 173 158 - 15 91 %

8. Sarung O2 4 4 - - 100 %

9. Selimut lorek 82 77 5 - 94 %

10. Selimut tebal 32 32 - - 100 %

11. Sprei 163 138 20 5 85 %

12. Steak laken 79 79 - - 100 %

13. Tututp alat 5 5 - - 100 %

14. Lurup 10 10 - - 100 %

15. Celemek plastik 12 10 - 2 83 %


tebal
16. Baju skort 22 22 - - 100 %
petugas
17. Baju operasi px 3 3 - - 100 %
anak

32
18. Baju operasi px 10 10 - - 100 %
dewasa
19. Tutup kulkas 1 1 - - 100 %

20. Handuk gantung 17 11 - 6 65 %

21. Handuk kecil 20 4 4 - - 100 %


cm X 20 cm
22. Restrain Tangan 20 20 - - 100 %

23. Celemek Kain 3 3 - - 100 %

24. Sarung Oksigen 5 5 - - 100 %

25. Bantal Bungkus 5 5 - - 100 %


Oscar
26. Kasur Spon 4 4 - - 100 %
Bungkus Oscar
27. Taplak 3 3 - - 100 %

28. APD tdk tembus 1 1 - - 100 %


air
Berdasarkan tabel 3.2.3 didapatkan bahwa sebagian besar alat-alat tenun
sudah memenuhi standart (100%), namun masih ada beberapa alat yang masih
kurang seperti: bantal (41%), Handuk cuci tangan (80%), kasur (29%), dan manset
dewasa tidak tersedia. Sarung bantal (91%). Selimut lorek (94%), sprei (85%),
celemek plastik tebal (83%), handuk gantung (65%).

33
3.2.6 Fasilitas Investaris Medik

Tabel 3.2.4 Investaris Medik Ruang Melati RSUD Mardi Waluyo Blitar Bulan Desember Tahun 2018
Bulan: Desember 2018
Kapasitas Tempat Tidur: 34
No Nama alat Jml Merk Type/model No. Seri Thn Kondisi Keterangan
Baik Rusak Rusak
ringan berat
1 Suction pump 1 Minic-S - 1009109U 2015 1 - - -
2 Syringe pump 1 Arcomed Syramed 45 P 817807 - 1 - - -
600000
3 Syringe pump 1 TERUMO TE 331 1110000345 2011 1 - - -
4 Syringe pump 1 TERUMO TE 331 1110000341 2011 1 - - -
5 Syringe pump 1 B-BRAUN 8713030 268071 2014 1 - - -
6 Syringe pump 1 B-BRAUN 8713030 268066 2014 1 - - -
7 Syringe pump 1 B-BRAUN 8713030 221487 2014 1 - - -
8 Syringe pump 1 B-BRAUN 8713030 221526 2014 1 - - -
9 Syringe pump 1 B-BRAUN 8713030 362524 2017 1 - - -
10 Syringe pump 1 B-BRAUN 8713030 268009 2014 1 - - -
11 Syringe pump 1 B-BRAUN 8713030 268004 2014 1 - - -
12 ECG 1 BIONED - EL1200200 2012 1 - - -
13 ECG 1 BTL BTL-08SD ECG 071D-B-04294 2014 1 - - -
14 ECG Dorong 1 BTL BTL-08 MT PLUS - 2018 1 - - -
ECG
15 Monitor 1 MITAR 01 RD - K14092390 2014 1 - - -
16 Monitor 1 MITAR 01 RD - K14092390 2014 1 - - -

34
17 Monitor 1 PHILIPS - - 2014 1 - - Dipinjam
OK Sentral
18 Troley obat 1 MAK 36602 41 2012 1 - - -
19 Tensi beroda 6 PUSTER NOVA 58465 2010 0 - 1 -
20 Brand car 1 MAK - - - 1 - - Dipinjam
Bougenvil
21 Brand car 1 - - - 1 - - -
22 Infus pump 1 TERUMO TE-172 - 2016 1 - - -
23 Infus pump 1 TEROMU TE-112 910000200 2010 1 - - -
24 Infus pump 1 B.BRAUN 8713070 230078 2014 1 - - -
25 Troley 1 MAK 36603 0262.12.11 2011 1 - - -
emergency
26 WSD 1 MEDICAL VACUMED 390 115400003 2011 1 - - -
27 Kasur Angin 1 APEX NO. AP 203000 - 2011 1 - - -
28 Kasur Angin 1 HICO - - 2011 1 - - -
DECUBIMAT
29 Kursi Roda 1 One Med - - 2007 1 - - -
30 Kursi Roda 1 K-SELLA - - 2009 1 - - -
31 Kursi Roda 1 One Med - - 2015 1 - - -
32 Kursi Roda 3 - - - - 3 - - -

33 Troley Injeksi 1 - - - 2012 0 1 - -


34 Troley Injeksi 1 - - - 2014 1 - - -
35 Troley Injeksi 2 - - - 2018 2 - - -
36 Medicine 1 - - - - 1 - - -
Troley
37 Troley Rawat 2 - - - 2011 2 - - -
Luka

35
38 Manometer 26 - - - - 16 0 10 -
oksigen
39 Flowmeter 39 - - - 2014/201 37 - 2 Diperbaiki
5 IPS
40 Troley 1 - - - 2018 1 - - -
Oksigen
41 Nebulizer and 1 Atom Medical SONICLIZER - 2005 1 - - Diperbaiki
stand B IPS
42 Nebulizer and 1 Comfort 2000 - 1404094 2014 1 - - Diperbaiki
stand B IPS
43 Nebulizer and 1 Comfort 2001 - 1404093 2014 1 - - -
stand B
44 Nebulizer 1 ABN - - 1 - - -
45 Sterilisator 1 MEMMERT - - 2007 1 - - -
kering C76
46 Oksigen 2 - - - 2015 2 - - -
Transport
47 Oksigen 1 - - - 2016 1 - - -
Transport
48 Oksigen 1 - - - 2007 1 - - -
Transport
49 Outlet 36 - - - - 36 - - -
Oksigen
50 Blood Warm 1 - - - 2018 1 - - -
Berdasarkan tabel 3.2.4 didapatkan bahwa sebagian besar sudah memenuhi standart (100%). Dan untuk manometer oksigen hanya ada 16
yang dalam keadaan baik dari 26 manometer oksigen

36
Tabel 3.2.5 Daftar Inventaris Ruangan Diskusi 3 Ruang Melati RSUD Mardi
Waluyo Blitar Bulan Desember Tahun 2018

No Nama Barang Jumlah Satuan Keadaan Ket


Baik Rusak
1 Kursi Putar 1 Buah Baik -
2 Meja 2 Buah Baik -
3 Sofa 1 Set Baik -
4 Telepon 1 Buah Baik -
5 Viewer 1 Buah Baik -
6 AC/ Kipas Angin 1 Buah Baik -
7 Handrup 1 Buah Baik -
8 Tempat Sampah 1 Buah Baik -
9 Kursi Hadap 8 Buah Baik -
10 Meja Telepon 1 Buah Baik -

Berdasarkan tabel 3.2.5 didapatkan bahwa sebagian besar sudah memenuhi


standart (100%).

37
3.3 Metode Asuhan Keperawatan (M3 Methode)

3.3.1 MAKP
Metode yang diterapkan di ruang penyakit dalam RSUD Mardi Waluyo
Blitar adalah tim modifikasi. Metode penguasaan yang diterapkan adalah
metode tim modifikasi yang terdiri atas perawat yang ada di ruangan yang dibagi
menjadi 2 tim, yaitu tim A (Kamar 1A, 1B, 3B, 3C) TIM B (Kamar 1C, 2A,
2B, 3A ) Untuk struktur organisasi gambarnya adalah sebagaiberikut:
Kerangka 3.3.1 Struktur organisasi ruang melati
KEPALA RUANGAN

Eko Sugiyono, S.Kep., Ns

WAKIL KEPALA RUANGAN

Sri Anah P.L , S.Kep., Ns

ADMINISTRASI POS
KETUA TIM KETUA TIM Sariyono
Ika Zulaikah
Siti Asiyah ,S.Kep.Ns Widya Dwi P ,S.Kep.Ns Siswanto
Wisma Wiji S

KETUA TIM KETUA TIM

Diyah Aji W, S.Kep.Ns Mahfud Efendi S.Kep.Ns

KETUA TIM KETUA TIM

Anita Fitriani, Amd.Kep Devy A, Amd.Kep

KETUA TIM KETUA TIM

Yayuk Dwi K Amd.Kep Fitri Yuliani Amd.Kep

PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT


PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

Susanto ,S.Kep.,Ns Handra S, AMd.Kep Ulfa F ,Amd.Kep Reni Eko Amd.Kep Anggit A K,
Amd.Kep

PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT


PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA

Sari Wuni, Amd.Kep Yuyun P ,Amd.Kep Riezta ,Amd.Kep Kartika A. B,


Suparti S ,Amd.Kep
Amd.Kep

38
Dalam proses pendelegasian tugas, wewenang dan tanggung jawab apabila ada
perawat yang tidak masuk maupun cuti sepenuhnya ditentukan oleh kepala ruangan
dengan mempertimbangkan kebutuhan dan ketersediaan tenaga keperawatan.

3.3.2 Fungsi Manajemen Keperawatan

A. Kepala Ruang

Tabel 3.3.1 Uraian Tugas Kepala Ruang

Uraian Tugas D TD
Melaksanakan fungsi perencanaan (p1) meliputi:
Menyusun rencana kerja harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. √

Menunjukkan ketua tim, perawat pelaksana dan tugasnya masing- √


masing.
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien dibantu ketua √
tim dan perawat pelaksana.
Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan
Berdasarkan aktivitas dan tingkat ketrgantungan pasien di bantu √
oleh ketua tim dan perawat pelaksana
Merencanakan strategi pelaksanaan perawatan √
Mengikuti visite dokter untuk mengikuti kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan terhadap klien √
Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah √
Sakit
Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah
maupun kualifikasi untuk ruang rawat, koordinasi dengan kepala √
keperawatan atau kepala instalasi
Menyusun rencana kebutuhan Fasilitas alat, Dan Dana √
keperawatan.
Menyusun jadwal dinas √
Menyusun jadwal cuti √
Menyusun rencana pengembangan staf √

39
Menyusun rencana kegiatan pengendalian mutu. √
Melaksanakan fungsi pergerakkan dan pelaksanaan (p2) meliputi:

Merumuskan metode penugasan yang digunakan √


Merumuskan tujuan metode penugasan √
Membuat rincian tugas ketua tim dan perawat pelaksaana √
secara jelas
Membuat rentang kendali √
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan √
Mengatur dan mengendalikan sistem ruangan √
Menyelenggarakan konferens √
Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan
diruang rawat, melalui kerja sama dengan petugas lain yang √
bertugas di ruang rawatnya.
Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawaatan baru √
atau tenaga lain yangakan kerja diruang rawat
Memberikan orientasi kepada siswaatau mahasiswa keperawatan
yang menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktek √

Memberi orientasi kepada pasien atau keluarganya meliputi:


Penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruang rawat, √
fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari
Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan asuhan √
keperawatan
Mengadakan pertemuan berkala atau sewaktu-waktu dengan staf
keperawatan dan petugas lain yang bertugas di ruang Rawatnya √

Memberikan kesempatan atau ijin kepada staf keperawatan


untuk mengikuti kegiatan ilmiah atau penataran dengan koordinasi √
kepala instalasi atau kasi perawatan

40
Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai √
Kebutuhan berdasarkan ketentuan atau kebijakan rumah sakit
Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu √
dalam keadaan siap di pakai
Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di
ruang rawat menurut tingkat kegawatannya infeksi atau non √
infeksi, untuk kelancaran pemberian askep
Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat √
Meneliti atau memeriksa ulang pada saat penyajian makananpasien
sesuai dengan program dietnya √
Menyimpan berkas catatan pasien dalam masa perawatan
dalam ruang rawatnya dan selanjutnya mengembalikan √
berkas tersebut kebagian medical record bila pasien pulang dari
rumah sakit tersebut
Membimbing mahasiswa keperawatan yang menggunakan √
ruang rawatnya sebagai lahan praktek
Memberikan penyuluhan kesehatan atau keluarga sesuai √
kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya
Melakukan serah terima pasien pergantian dinas √
Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat √
daftar , mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
Mengatur dan mengendalikan sistem ruangan √
Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendaliandan penilaian (p3) meliputi:

Mengawasi dan menilai mahasiswa keperawatan untuk memperoleh


pengalaman belajar sesuai tujuan program bimbingan yang telah √
ditentukan
Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada √
di bawah tanggung jawabnya dan mutu pelayanan
Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim √
dan perawat pelaksana.
Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas √

41
dengan baik

Memberikan motivasi dalam peningkatan, keterampilan, dan sikap. √

Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan √


Berhubungan dengan askep klien.
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam √
melaksanakan tugasnya.
Meningkatkan kolaborasi √
Melalui komunikasi, mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang √
diberikan kepada klien.
Mengobservasi pasien baru dan mengaudit dokumentasi √
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan √
rencana keperawatan yang telah disusun bersama
Total 33 3
Presentase 91,7% 8,3%

Berdasarkan tabel di atas pelaksanaan tugas dan fungsi Kepala Ruangan mulai
dari P1-P3 sudah baik, dapat dilihat dari prosentasinya yaitu (91,7%), meskipun
ada point point tertentu yang tidak dilakukan oleh Kepala Ruangan akan tetapi hal
tersebut tidak sampai dalam kategori kurang, dapat dilihat dari prosentasinya 8,3%.
Salah satu point yang tidak dilakukan oleh Kepala Ruangan seperti meneliti atau
memeriksa ulang pada saat penyajian makan pasien, hal tersebut sudah dijalankan
oleh ahli gizi yang melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diit. Hal
ini menunjukkan bahwa Kepala Ruangan menjalankan tugasnya dengan baik sesuai
dengan SPO.

42
B. Ketua Tim

Tabel 3.3.2 Uraian Tugas Ketua Tim

Uraian Tugas Katim 1 Katim 2 Katim 3 Katim 4 Katim 5 Katim 6 Katim 7 Katim 8
D TD D TD D TD D TD D TD D TD D TD D TD
Bersama penanggung jawab ruangan atau kepala √ √ √ √ √ √ √ √
ruangan atau perawat pelaksana atau anggota tim.
Mengadakan serah terima
tugas setiap pergantian dinas.
Melakukan pembagian tugas kepada perawat √ √ √ √ √ √ √ √
pelaksana dengan mempertimbangkan kemampuan
masing-masing anggota.
Menyusun rencana asuhan keperawatan mulai dari √ √ √ √ √ √ √ √
pengkajian sampai dengan evaluasi
Mengikuti visit dokter √ √ √ √ √ √ √ √
Menciptakan suasana harmonis √ √ √ √ √ √ √ √
Membuat laporan pasien √ √ √ √ √ √ √ √
Mengorientasikan pasien baru √ √ √ √ √ √ √ √
Membina hubungan saling percaya antara perawat, √ √ √ √ √ √ √ √

43
pasien dan Keluarga

Memberikan pertolongan segera pada pasien dengan √ √ √ √ √ √ √ √


kedauratan
Membuat laporan pasien dan mencatat kasus dari √ √ √ √ √ √ √ √
pasien, kejadian diluar dugaan yang tidak di inginkan.
Mengatur waktu istirahat √ √ √ √ √ √ √ √
Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruang √ √ √ √ √ √ √ √
dan perawat Pelaksana
Melaporkan tentang kondisi pasien, asuhan √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan yang dilakukan, kesulitan yang dialami
Bersama perawat pagi, sore, dan malam √ √ √ √ √ √ √ √
melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi
pelayanan keperawatan pasien yang sudah
diprogramkan dan membuat pembaharuan dengan
kebutuhan pasien
Mendelegasikan pelaksanaan asuhan keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √
pada anggota tim.
Membuat perincian tugas anggota tim √ √ √ √ √ √ √ √
Menerima konsultasi dari anggota tim dan √ √ √ √ √ √ √ √

44
memberikan instruksi keperawatan.
Memimpin pertemuan tim keperawatan untuk √ √ √ √ √ √ √ √
menerima laporan, sistem pengarahan tentang tugas
anggota tim, pelaksanaan asuhan keperawatan, serta
masalah yang dihadapi.
Memelihara komunikasi efektif baik secara vertical √ √ √ √ √ √ √ √
maupun horizontal
Melakukan penyuluhan kepada pasien atau keluarga √ √ √ √ √ √ √ √
atau kepada anggota tim
Memberi teguran dan pujian √ √ √ √ √ √ √ √
Melengkapi catatan yang telah dibuat oleh anggota √ √ √ √ √ √ √ √
tim
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan √ √ √ √ √ √ √ √
perawat pelaksana
Mengawasi proses asuhan keperawatan yang √ √ √ √ √ √ √ √
dilakukan oleh anggota tim
Membantu kepala ruangan membimbing peserta √ √ √ √ √ √ √ √
didik
Total 21 4 23 2 22 3 22 3 23 2 23 2 24 1 24 1

45
Prosentase 84 16% 92 8% 88 12% 88 12% 92 8% 92 8% 96 4 96 4
% % % % % % % %
Rata-rata total pencapaian 91%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi katim sudah baik,dapat dilihat dari prosentasi totalnya

yaitu 89,3%.

C. Perawat Pelaksana

Tabel 3.3.3 Uraian Tugas Perawat Pelaksanan

Uraian tugas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perawat pelaksana D T D T D T D T D T D T D T D T D T D T
Anggota Tim
a. Memberikan pelayanan
keperawatan secara langsung
berdasarkan proses keperawatan
dengan sentuhan kasih sayang : √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
a. Menyusun rencana perawatan
sesuai dengan masalah klien

46
b. Melaksanakan tindakan perawatan
sesuai dengan rencana
c. Mengevaluasi tindakan
keperawatan yang telah diberikan
d. Mencatat atau melaporkan semua
tindakan perawatan dan respon
klien pada catatan perawatan
b. Melaksanakan program medik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dengan penuh tanggung jawab :
a. Pemberian obat
b. Pemeriksaan laboratrium
c. Persiapan klien yang akan operasi
c. Memperhatikan keseimbangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kebutuhan fisik, mental, sosial, dan
spiritual klien :
a. Memelihara kebersihan klien dan
lingkungan

47
b. Mengurangi penderitaan klien
dengan memberi rasa aman,
nyaman
c. Pendekatan dan komunikasi
terapeutik
d. Mempersiapkan klien secara fisik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dan mental untuk menghadapi
tindakan perawatan, pengobatan
dan diagnosis
e. Melatih klien untuk menolong √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
f. Memberikan pertolongan segera √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pada klien gawat atau sakaratul
maut
g. Membantu kepala ruangan dalam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
ketatalaksanaan ruang secara
administratif :

48
a. Menyiapkan data klien baru,
pulang, atau meninggal
b. Sensus harian atau formulir
c. Rujukan dan penyuluhan PKRS
h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
di ruangan menurut fungsinya
supaya siap pakai
i. Menciptakan dan memelihara √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kebersihan, keamanan, kenyamanan
dan keindahan ruangan
j. Melaksanakan tugas dinas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pagi/sore/malam atau hari libur
secara bergantian sesuai dengan
jadwal dinas
k. Memberikan penyuluhan kesehatan √ √ √ √ √ √ √ √ √
sehubungan dengan penyakitnya
l. Melaporkan segala sesuatu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengenai keadaan klien baik secara
lisan maupun tulisan

49
m. Membuat laporan harian klien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
n. Operan dengan dinas berikutnya √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
o. Menerima bantuan bimbingan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
katim/ ka shift dan melaksanakan
pendelegasian dari kepala ruangan
Total 12 3 1 1 14 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 14 1 14 1
4 3 3 4 4 5
Presentasi (%) 9 7 1 0 93 7 93 7
8 9 8 1 8 1 9 3 % 0 % % % % %
0 20 3 93 7 7 3 7 3 3 7 % 0
% % % 7% % % % % % % % % %
Rata-rata prosentase
D : Dilakukan Dilakukan 91.2%
T : Tidak dilakukan Tidak dilakukan 8.8 %

Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa perawat pelaksana dalam menjalankan tugas dan fungsinya sudah
dilakukan dengan baik dengan prosentase 91.2%. Sehingga peran fungsi perlu dipertahankan sesuai dengan uraian tugasnya.

50
3.3.3. Timbang Terima

Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan


mengoptimalkan peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat
diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat,
maupun antar perawat dengan tim kesehatan lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan keefektifitasnya adalah saat pergantian
shift (Timbang Terima).Timbang Terima merupakan suatu teknik atau cara
untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan pasien
Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan manndiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah ada yang belum dilakukan serta
perkembangan pasien tersebut
Tabel 3.3.4 Hasil Penilaian Timbang Terima di Ruang Melati

Tanggal
27 Juni
25 Juni 2018 26 Juni 2018
2018
No. Langkah

MP PS MP PS MP PS
Persiapan :
1. Buku laporan shift
sebelumnya √ √ √ √ √ √
2. Membaca laporan
shift sebelumnya. √ √ √ √ √ √
3. Shift yang akan
mengoperkan,
menyiapkan hal-hal
yang akan di
sampaikan. √ √ √ √ √ √
4. Shift yang akan
menerima √ √ √ √ √ √

74
membawa buku
catatan operan
/catatan harian
5. Kedua kelompok
sudah siap. √ √ √ √ √ √

6. Kepala ruang /
Ketua Tim memberi
salam (selamat
pagi/
assalamu’alaikum)
dan menyampaikan
akan segera di
lakukan operan. √ √ √ √ √ √
7 Perkenalkan diri
dan perawat yang
akan
bertugas
selanjutnya. - - - - - -
8. Kegiatan di mulai
dengan menyebut /
mengidentifikasi
secara satu persatu
(berurutan tempat
tidur / kamar) :
a. Identifikasi
Klien:
nama,alamat, no
Register
b. Jelaskan
diagnose medis.
c. Jelaskan √ √ √ √ √ √

75
diagnose
keperawatan
sesuai data focus
9 Jelaskan kondisi
/keadaan umum
klien. √ √ √ √ √ √
10 Jelaskan tindakan
keperawatan yang
telah dan belum di
lakukan √ √ √ √ √ √
11 Jelaskan hasil
tindakan masalah
teratasi sebagian
belum atau muncul
masalah baru. - - - - - -
12 Jelaskan secara
singkat dan jelas
rencana kerja dan
tindak lanjut asuhan
(mandiri atau
kolaborasi) √ √ √ √ √ √
13 Memberikan
kesempatan anggota
shift yang
menerima operan
untuk melakukan
klarifikasi /
bertanya tentang
hal-hal atau
tindakan yang
kurang jelas. √ √ √ √ √ √

76
14 Perawat yang
menerima operan
mencatat hal-hal
penting pada buku
catatan harian √ √ √ √ √ √
15 Lakukan prosedur 1
– 7 untuk pasien
berikutnya sampai
seluruh pasien di
operkan. √ √ √ √ √ √
16 Perawat yang
mengoperkan
menyerahkan
semua berkas
catatan
perawatan kepada
timyang akan
menjalankan tugas
beiikutnya √ √ √ √ √ √

17 Kepala Ruang /
ketua tim (yang
memimpin) kembali
ke Nurse Station √ √ √ √ √ √
18 Berdoa bersama
yang dipimpin oleh
kepala ruang/ ketua
Tim. √ - √ - √ -
19 Mengucap salam. √ - √ - √ -
20 Mengucapkan
selamat istirahat
bagi anggota tim/ √ √ √ √ √ √

77
shift sebelumnya.

21 Mengucapkan
selamat bekerja
untuk tim / shift
berikutnya √ - √ - √ -
Total 19 16 19 16 19 19
Persentase 76
90,5 76,2 90,5 76,2 90,5 ,2
% % % % % %
Rata-Rata

Dari observasi yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut :


Keterangan :
√ = Dilakukan
- = Tidak dilakukan
MP = Operan Malam ke pagi
PS = Operan Pagi ke sore
Prosedur timbang terima selama ini sudah dilakukan pada setiap
pergantian shift jaga, cara penyampaian dilakukan secara lisan dengan
laporan timbang terima pasien sehingga rencana tindakan yang belum dan
sudah dilaksanakan dapat diketahui. Pelaksanaan timbang terima dilakukan
seluruh perawat. Katim shift pagi mengoperkan tugas ke perawat shift siang,
yang terlebih dahulu dengan membaca laporan timbang terima. Apabila
perawat shift siang sudah memahami pelimpahan tugas yang diberikan
maka akan segera dilanjutkan ke pasien, begitu juga dengan shift
berikutnya.
Untuk pelaporan timbang terima yang disampaikan mengenai
jumlah pasien, nama pasien, keadaan pasien, rencana pemeriksaan, terapi
yang sudah diberikan dan harus diberikan selanjutnya serta pesan khusus
lainnya untuk perawat di shift berikutnya
Evaluasi proses operan dan preconference pada Ruang Melati
menunjukkan data bahwa 90,5% proses operan dilakukan secara optimal.

78
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan agar operan efektif adalah
operan dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang telah
disepakati, operan dipimpin oleh katim, operan diikuti oleh semua perawat
yang akan dan telah selesai berdinas dan harus validasi ke pasien dan
bertemu pasien secara langsung.
3.3.4 Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengenai


masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat selain
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu dilakukan oleh perawat primer, dan atau konselor,
kepala ruangan, perawat pelaksana yang juga perlu melibatkan seluruh
anggota tim kesehatan.
Ronde keperawatan di Ruang Melati dilakukan apabila ada
Mahasiswa praktek Manajemen Keperawatan dan disesuaikan pula dengan
waktu dari tim ronde keperawatan tersebut.
3.3.5 Penerimaan Pasien baru

Dari pengkajian selama 3 hari yaitu tanggal 5 Februari 2019 sampai


dengan tanggal 7 Februari 2019 didapatkan data tentang tahapan prosedur
pelaksanaan orientasi pasien baru adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3.5 Hasil Penilaian Tindakan Orientasi Pasien Baru di Ruang

Melati

No Tahapan Prosedur Pelaksanaan P1 P2 P3 P4 P5


1. Berikan salam pada pasien dan √ √ √ √ √
keluarga
2. Perawat memperkenalkan diri - - - - -
kepada pasien
3. Perkenalkan perawat yang - - - - -
bertanggung jawab selama
perawatan

79
4. Perkenalkan dokter yang √ √ √ √ √
bertanggung jawab selama
perawatan
5. Perawat menjelaskan tentang √ √ √ √ √
ruangan / lingkungan
(kamar mandi, ruang perawat,
ruang sholat, depo obat dan
laboratorium).
6. Perawat menjelaskan cara √ √ √ √ √
memanggil perawat
7. Perawat menjelaskan aturan dan √ √ √ √ √
tata tertib rumah sakit
8. Perawat menjelaskan manajemen - - - - -
keselamatan jalur evakuasi
9 Perawat menjelaskan manajemen √ √ √ √ √
keselamatan pencegahan jatuh
10 Perawat menjelaskan manajemen √ √ √ √ √
keselamatan penggunaan gelang
identitas pasien
11 - - - - -
Perawat mengajarkan hand hygiene

12 Perawat menjelaskan pemilahan √ √ √ √ √


tempat sampah
13 Perawat menjelaskan penyimpanan √ √ √ √ √
barang-barang berharga pasien
maupun keluarga pasien
14 Perawat menanyakan kembali √ √ √ √ √
kejelasan akan informasi yang telah
disampaikan

80
15 Perawat mencatat pada √ √ √ √ √
checklist/lembar penerimaaan
pasien baru, dan lengkapi tanda
tangan oleh kedua belah pihak
Persentase 73,3 73,3 73, 73, 73,
% % 3% 3% 3%
Prasentase rata rata 69,33%
Evaluasi proses orientasi pasien baru pada Ruang Melati menunjukkan
data bahwa 69,33% proses orientasi dilakukan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa orientasi pasien baru yang dilakukan kurang sesuai dengan checklist yang
berlaku di RSUD Mardi Waluyo Blitar.
3.3.6 Discharge Planning
Discharge planning merupakan suatu bentuk kegiatan MAKP agar
klien dan keluarga yang masuk di ruang Melati, yang sedang dalam
perawatan dan yang akan pulang/ keluar RS mengerti tentang perawatan
selama pasien dirawat di ruang Melati sehingga klien dan keluarga dapat
mengikuti semua proses perawatannya dengan baik. Beberapa hal yang
terkandung didalamnya antara lain pemberian materi atau pengetahuan
yang umum mengenai penyakit.
Menurut pernyataan dari kepala ruang Melati, Discharge Planning
dilaksakan oleh kepala ruangan atau perawat yang sedang bertugas,
Discharge Planning telah direncanakan pada saat penerimaan pasien baru.
Pelaksanaaan Discharge Planning belum optimal diantaranya format
Discharge Planning yang tersedia tidak diaplikasikan secara optimal.
Penilaian discharge planning meliputi :
Tabel 3.3.6 penilaian discharge planning

No. Daftar Pertanyaan 5/2/19 6/2/19 7/2/19


1. Nomor Register √ √ √
2. Nama Pasien √ √ √
3. Alamat √ √ √
4. Diagnosa Medis √ √ √

81
5. Tanggal MRS √ √ √
6. Tanggal KRS √ √ √
7. Status Pulang √ √ √
8. Rencana Kontrol √ √ √
9. Rencana Keperawatan selama √ √ √
dirumah
10. Aturan diet/nutrisi √ √ √
11. Obat-obatan yang diminum √ √ √
dan jumlahnya
12. Aktifitas dan istirahat √ √ √
13. Hasil pemeriksaan yang √ √ √
dibawa pulang
14. Lain-Lain √ √ √
Jumlah 14 14 14
Prosentase 100% 100%% 100%%
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari, pelaksanaan discharge
planning 100% sudah dilakukan sesuai dengan juknis yang berlaku,
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan discharge planning
maksimal dan perlu dipertahankan untuk mencapai pelayanan keperawatan
yang berkualitas.
3.3.7 Supervisi Keperawatan
Dalam meningkatkan pelayanan yang berkualitas sesuai visi dan
misi RSUD Mardi Waluyo Blitar, maka dilakukan supervisi yang
berkelanjutan terhadap berbagai kinerja pegawai dalam melaksanakan
aktivitasnya sebagai karyawan untuk melayani konsumen (pasien).
Supervisi adalah kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktivas
bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya
dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari hari. Akan tetapi kegiatan
supervisi di Ruang Melati tidak pernah dilaksanakan.
3.3.8 Pengelolaan Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat di ruang Melati dilakukan secara merata dan tidak
membedakan antara BPJS dan umum. Alur sentralisasi obat menggunakan

82
pelayanan obat terpadu yaitu obat diresepkan oleh dokter dan diberikan
pada perawat kemudian perawat memberikan resep kepada petugas farmasi
di apotik. Kemudian petugas farmasi melayani resep yang diberikan oleh
perawat. Setelah itu, petugas farmasi menyerahkan barang yang telah
diresepkan (obat-obatan, cairan infus, alkes, dll) ke ruangan. Setelah itu
perawat di ruangan mengecek kembali barang yang sudah diresepkan. Obat-
obat injeksi, cairan infus, alkes dan obat oral masing-masing diletakkan di
laci obat pasien. Obat syrup langsung diberikan kepada pasien dan diedukasi
cara pemakaiannya. Perawat dalam mengelola obat menggunakan prinsip 5
Benar.
3.3.9 Dokumentasi Perawatan
Pendokumentasian yang berlaku di Ruang Melati adalah sistem
SOR (Sources Oriented Record) yaitu suatu sistem pendokumentasian yang
berorientasi pada lima komponen (lembar penilaian berisi biodata, lembar
order dokter, lembar riwayat medis atau penyakit, catatan perawat, catatan
dan laporan).
Adapun bagan uraian lembar dokumentasi yang ada di ruang Melati
antara lain:
Tabel 3.3.7 Daftar Lembar Dokumentasi di Ruang Melati Tahun 2018

No URAIAN BAGAN Ada Tidak


1 Lembar pengkajian awal pasien √
rawat inap
2 Lembar tindakan dan evaluasi √
perawat
3 Blanko kelengkapan status pasien √
4 Pengantar pasien masuk RS/ rawat √
inap
5 Lembar konsul √
7 Asuhan Keperawatan √
8 Pengkajian keperawatan √
9 Laporan proses keperawatan √

83
10 Ringkasan dokumen asuhan √
keperawatan
11 Tempat hasil pemeriksaan penunjang √
12 Lembar discharge planning √
13 Blanko Pasien Pulang √
14 Rincian pembayaran Perawatan √
Total 14
Presentase 100%

Berdasarkan tabel di atas evaluasi dokumentasi keperawatan di Ruang


Melati 100% lengkap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelengkapan dokumen
keperawatan yang ada sesuai dengan juknis yang berlaku.
Tabel 3.3.8 Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan

No Aspek Yang Dinilai P1 P2 P3 P4 P5 Total

A Pengkajian
1 Mencatat data yang dikaji dengan √ - √ √ √ 80%
pedoman pengkajian
2 Data dikaji sejak pasien masuk √ - √ - - 40%
sampai pulang
3 Masalah dirumuskan berdasarkan √ √ √ - - 60%
kesenjangan antara status kesehatan
dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
B Diagnosa keperawatan
1 Diagnosa keperawatan berdasarkan √ √ √ √ √ 100%
masalah yang telah dirumuskan
2 Merumuskan diagnosa keperawatan - √ √ √ √ 80%
actual/potensial
C Rencana tindakan
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan √ √ √ √ √ 100%
2 Disusun menurut urutan prioritas √ √ - - √ 60%

84
3 Rumusan tujuan mengandung √ - √ - √ 60%
komponen pasien/subjek
perubahan, perilaku, kondisi pasien
dan atau criteria
4 Rencana tindakan mengacu pada √ √ √ √ - 80%
tm9ujuan dengan kalimat perintah,
terinci dan jelas
5 Rencana tindakan menggambarkan √ √ - √ - 60%
keterlibatan pasien atau keluarga
6 Rencana tindakan menggambarkan - - - √ √ 40%
kerjasama tim kesehatan lain

D Tindakan
1 Tindakan dilaksanakan sesuai √ √ √ √ √ 100%
rencana
2 Perawat mengobservasi respon √ √ √ √ - 80%
pasien terhadap tindakan
keperawatan
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil √ √ √ - - 60%
evaluasi
4 Semua tindakan yang telah √ √ √ √ √ 100%
dilaksanakan dicatat ringkas dan
jelas
E Evaluasi
1 Perawat mengevaluasi respon √ √ √ - √ 80%
pasien sesuai dengan kriteria hasil
yang sudah ditentukan
2 Perawat mengevaluasi respon √ - √ - - 40%
pasien, analisa masalah
keperawatan dan rencana tindak
lanjut.

85
F Catatan asuhan keperawatan
1 Menulis pada format yang baku √ √ √ √ √ 100%
2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan - √ √ √ √ 80%
tindakan yang dilaksanakan
3 Setiap melakukan tindakan perawat √ √ √ √ √ 100%
mancantumka paraf/nama jelas dan
tanggal jam dilakukan tindakan
4 Berkas catatan keperawatan √ √ √ √ √ 100%
disimpan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
TOTAL 19 18 20 16 16 1.600
%
RATA-RATA 77, 39%

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendokumentasian


asuhan keperawatan pada pasien di ruang Melati didapatkan nilai rata-rata 77,39 %.
Hal ini termasuk dalam kategori cukup baik, namun tetap harus ditingkatkan lagi
khususnya dalam evaluasi respon pasien dan analisa masalah.

86
3.4 Money (M4)
3.4.1 Sistem Gaji dan Remunerisasi SDM
Sumber dana gaji pegawai golongan PNS di RSUD Mardi Waluyo
berasal dari pemerintah dan sumber dana gaji pegawai Non-PNS berasal
dari Rumah Sakit itu sendiri yang diatur sesuai dengan peraturan BULD
(Badan Layanan Umum Daerah). Sistem jasa pelayanan diberikan kepada
pegawai golongan PNS sesuai dengan pangkat atau golongan, jabatan,
pendidikan, dan masa kerja. Sedangkan untuk pegawai honorer pemberian
jasa pelayanan berdasarkan pendidikan dan masa kerja pegawai.Selain itu,
baik pegawai PNS atau non PNS mendapatkan bonus saat hari Raya Idul
Fitri.
3.4.2 Sumber Pendapatan Ruang Melati
Sumber pendapatan Ruang Melati berasal dari pembayaran pasien
umum dan pasien peserta jaminan kesehatan nasional (JKN) :
1) Pasien Umum
Pembayaran yang dilakukan sepenuhnya oleh pasien
2) Pasien peserta JKN
Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat
6(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi:
A. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir
miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan peserta
sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.
B. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI),
terdiri dari:
a. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya
• Pegawai Negeri Sipil
• Anggota TNI
• Anggota POLRI
• Pejabat negara
• Pegawai pemerintah non pegawai negeri
• Pegawai swasta
• Pekerja yang tidak termasuk pada huruf a sampai dengan

87
f yang menerima upah. Termasuk WNA yang bekerja di
Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya
• Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
• Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan
penerima upah. Termasuk WNA yang bekerja di
Indonesia palisingkat 6 (enam) bulan.

c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya


• Investor

• Pemberi kerja

• Penerima pensiun, terdiri dari:


• Pegawai Negri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun
• Anggota TNI dan anggota POLRI yang berhenti dengan hak
pensiun
• Pejabat negara yang berhenti dengan hak pensiun
• Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
yang mendapat hak pensiun
• Penerima pension lain
• Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
lain yang mendapat hak pension lain
d. Janda, duda atau anak yatim piatu dari veteran atau dari
perintis kemerdekaan.
e. Bukan pekerja yang tidak termasuk dengan huruf a sampai
dengan e yang mampu membayar iuran.

3.4.3 Tata Cara Pembayaran dan Penagihan

Pembayaran biaya pelayanan diselesaikan pada saat pasien akan


meninggalkan rumah sakit di loket pembayaran rumah sakit. Bagi pasien
umum yang tidak dapat memenuhi kewajibannya tepat waktu maka
dilakukan musyawarah untuk memperoleh kesepakatan pembayaran .

88
Sedangkan untuk pasien BPJS pembayaran dilakukan dengan
melengkapi persyaratan BPJS dan apabila sampai pasien pulang
keluarga belum dapat melengkapinya maka terpaksa pasien harus
membayar seperti pasien umum. Biasanya hal ini terjadi pada pasien
BPJS yang mengalami kecelakaan, karena harus melengkapi dengan
surat keterangan polisi dan jasa Raharja. Selama bulan Januari 2018 -
Maret 2018 tidak ada masalah dalam proses pembayaran atau klaim
BPJS sehingga pemasukan keuangan ruang Melati lancar.

Tabel 3.4.1 Analisa Pasien Ruang Melati Yang Menggunakan Jaminan


Kesehatan Dari Bulan Januari Sampai Bulan Maret 2018
Jenis Bulan Bulan Bulan Total Prosentasi(%)
Jaminan
januari Febuari Maret Pasien
Kesehatan
UMUM 1 2 4 2 8 100%
UMUM 2 5 9 4 18 100%
UMUM 3 11 13 15 39 100%
JKN 1 12 11 8 31 100%
JKN 2 24 19 17 60 100%
JKN 3 44 32 30 106 100%
ASKES 1 21 14 16 51 100%
ASKES 2 9 24 12 45 100%
JAMKESDA 11 7 8 26 100%
KOTA
JAMKEMAS 19 29 17 65 100%
KOTA
JAMKESMA 22 25 35 82 100%
S KAB
JAMKESMA 4 0 0 4 100%
S LUAR
TOTAL 184 187 164 535 ( 100% )

89
Di Ruang Melati menerima pasien BPJS kelas 1, 2 dan 3.Untuk
pasien pengguna BPJS yang ingin naik kelas, harus mengurus
keadministrasi ruangan .Sehingga klaim akan di rubah sesuai dengan
kelas BPJS. Untuk pembayaran klaim akan dibebankan di akhir ketika
pasien pulang.
Kebijakan pemerintah untuk melaksanakan program jaminan
kesehatan bagi masyarakat yaitu program BPJS dimana bertujuan
untuk mensejah terakan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih merata. Dari hasi lanalisa banyaknya pasien
ruang Melati yang menggunakan jaminan kesehatanya itu BPJS
menjadikan keuntungan bagi para tenaga kerja khususnya perawat
(PNS) yang mendapatkan tunjangan dari pasien BPJS tersebut,
sehingga kesejahteraan perawat di RSUD Mardi Waluyo di Ruang
Melati termasuk baik.

3.4.4 Tarif Rawat Inap


Tabel 3.4.2 Tarif Rawat Inap di Ruang Melati
NO NAMA/ JENIS JASA TARIF
TINDAKAN
SARANA PELAYANAN
1 2 3 4 5
I TARIF AKOMODASI PERAWAT
1 KELAS NON 24,000 6,000 30,000
PAVILIUN III
2 KELAS NON 32,000 8,000 40,000
PAVILIUN II
3 KELAS NON 48,000 12,000 60,000
PAVILIUN I
II TARIF VISITE DOKTER KELAS NON PAVILIUN
1 DOKTER UMUM 11,000 44,000 55,000
2 DOKTER SEPISIALIS 13,000 52,000 65,000

90
3 Konsultasi antar 13,000 52,000 65,000
sepesialis
4 Konsultasi antar 20,000 80,000 100,000
sepesialis diluar jam
kerja
III TARIF JASA PERAWATAN
1 KELAS NON 2,500 10,000 12,500
PAVILIUN
2 PAVILIUN 9,000 36,000 45,000

NO NAMA/ JENIS JASA TARIF


TINDAKAN
SARANA PELAYANAN
1 2 3 4 5
IV JENIS TINDAKAN PEMASANGAN O2
1 NASAL 3,600 2,400 6,000
2 MASKER 10,800 7,200 18,000
3 RESPIRATOR 30,000

NO NAMA/ JENIS JASA TARIF


TINDAKAN
SARANA PELAYANAN
1 2 3 4 5
V TARIF PELAYANAN PEMULASARAAN
/PERAWATAN JENAZAH
SEWA KAMAR JENAZAH/HARI
1 Pasien dari dalam RS 8,000 2,000 10,000
Mardi Waluyo
2 Pasien dari luar RS 12,000 3,000 15,000
Mardi Waluyo

91
Tabel 3.4.3 Tarif Pelayanan Rekam Medik,Gizi, Farmasi, Uji Kesehatan

NO NAMA/ JENIS JASA TARIF


TINDAKAN
SARANA PELAYANAN
1 2 3 4 5
VI PENGELOLAAN REKAM MEDIK
1 Rawat Inap/Rawat Inap 7,000 3,000 10,000
khusus per pasien
VII ASUHAN GIZI ER HARI
1 NON PAVILIUN 2,000 3,000 5,000
2 PAVILIUN 4,000 6,000 10,000
VIII KONSULTASI GIZI
4,000 6,000 10,000
IX PELAYANAN FARMASI KLINIK PER HARI
1 NON PAVILIUN 2,000 3,000 5,000
2 PAVILIUN 4,000 6,000 10,000
X KONSULTASI
FARMASI
1 4,000 6,000 10,000

Tabel 3.4.3 Tarif Tindakan Non Operatif Dan Diagnostik Elektromedik


Non Paviliun
NO NAMA/ JENIS JASA TARIF
TINDAKAN
SARANA PELAYANAN
1 2 3 4 5
1 AMBIL DARAH 18,150 14,850 33,000
ARTERI
2 AMBIL DARAH VENA 9,350 7,650 17,000
3 AMBIL SAMPEL 18,150 14,850 33,000
KULTUR
4 ANGKAT DRAIN 10,450 8,550 19,000

92
5 BALANCE CAIRAN 15,950 13,050 29,000
6 BLADDER TRENING 18,700 15,300 34,000
7 EKG 19,200 28,800 48,000
8 FOWLEY CATETER 15,950 13,050 29,000
9 GANTI CAIRAN 10,450 8,550 19,000
INFUS/HARI
10 GDA PAKAI STIK 13,200 10,800 24,000
11 INCISI ABSES (LA) 15,950 13,050 29,000
12 INFUS PUMP/HARI 41,800 34,200 76.000
13 INJECTIVE/HARI 15,950 13,050 29,000
14 INJECTIVE IM 5,500 4,500 10,000
15 INJECTIVE IV 7,700 6,300 14,000
16 INJECTIVE SC/IC 5,500 4,500 10,000
17 IRIGASI TREE 5,500 4,500 10,000
WAY/INFUS/FLES
18 KUMBAH 39,050 31,950 71,000
LAMBUNG/HARI
19 LEPAS WSD 94,050 76,950 171,000
20 LEPAS CATETER 7,700 6,300 14,000
21 LEPAS FOLLEY 9,350 7,650 17,000
CATHETER
22 LEPS INFUS 8,250 6,750 15,000
23 LEPAS NGT 7,700 6,300 14,000
24 MASUKAN OBAT PER 9,350 7,650 17,000
DRIP
25 MATRAS ANTI 13,200 10,800 24,000
DECUBITUS/HARI
26 NGT 20,350 16,650 37,000
27 NEBULIZER PER 25,300 20,700 46,000
KALI
28 NECROTOMI 30,250 24,750 55,000

93
29 ORAL HYGIENE 7,700 6,300 14,000
30 PASANG INFUS 14,300 11,700 26,000
DEWASA
31 PASANG LINGKAR 18,150 14,850 33,000
ABDOMEN
32 PASANG MAYO 15,950 13,050 29,000
33 PASANG NGT 17,600 14,400 32,000
34 PASANG O2 NASAL/ 7,700 6,300 14,000
MASKER
35 PEMBERIAN MAKAN 15,400 12,600 28,000
PERSONDE
36 PEMBERIAN 13,200 10,800 24,000
SUPERSUPORIA
37 PENGAMBILAN 18,700 15,300 34,000
SAMPEL KULTUR
38 PERWATAN LUKA / 18,700 15,300 34,000
LUKA JAHIAN
39 PERAWATAN LUKA 31,350 25,650 57,000
GANGREN
40 PUNGTIE PLEURAL 141,350 115,650 257,000
41 RAWAT LUKA BIASA 15,950 13,050 29,000
42 RAWAT LUKA 30,250 24,750 55,000
DENGAN PENYULIT
43 RAWAT LUKA LUAS 23,650 19,350 43,000
44 RAWAT LUKA WSD 18,700 15,300 34,000
PERKALI
45 SIRYNG PUMP/HARI 26,400 21,600 48,000
46 SKIN TEST PERKALI 9,350 7,650 17,000
47 TEST ALERGI 68,750 58,250 125,000
48 TEST GULA DARAH 15,950 13,050 29,000
49 TRANFUSI/HARI 26,950 22,050 49,000

94
3.4.5 Rancangan Anggaran Belanja Rumah Sakit
Rancangan anggaran belanja rumah sakit yang meliputi ;
1. operasional (kegiatan pelayanan)
2. Manajemen ( pembayaran pegawai, listrik, air, telepon,dll)
3. Pengembangan
RSUD Mardi Waluyo merupakan RS rujukan untuk daerah
Kabupaten Blitar yang pendanaan RS dari APBD pemerintah Kota
Blitar dan RS sendiri. Untuk pendanaan bahan habis (bahan untuk
kebutuhan sehari-hari memakai dana yang diambilkan dari pemasukan
RS, melalui bagian pengadaan barang RS.

95
3.5 Market (M5)
3.5.1 Efisiensi Ruang Rawat Inap
Indikator Efisiensi ruang (standar yang digunakan di ruang melati RSUD
Mardi Waluyo Blitar).

Tabel 3.5.1 indikator efisiensi ruang melati

No Indikator Standar
1 BOR 60-85%
2 ALOS 6-9 hari
3 TOI 1-3 hari
4 BTO 40-50 hari

3.5.2 ALOS (Jumlah lama rawat/ jumlah pasien keluar (Hidup & mati)
ALOS menunjukan rata-rata lamanya perawatan setiap klien, lama
waktu rawat yang baik maksimul 12 hari. Alos adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Secara umum ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes,
2005). Berikut data yang ditampilkan pada tabel waktu keluar dan masuk
pasien pada bulan oktober s/d desember 2018.
Tabel 3.5.2 tabel waktu keluar dan masuk pasien pada bulan
oktober s/d desember 2018

No Bulan Lama Jumlah ALOS


pasien pasien
dirawat keluar
1 Oktober 1.139 185 6.15
2 November 1.056 173 6.10
3 Desember 1.131 229 4.93
Rata-Rata 5,54

Berdasarkan data diatas didapatkan rata-rata ALOS dari 3 bulan terakhir


6 hari. Dengan demikian ALOS sesuai dengan standar

96
3.5.3 BTO
Menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada
satu periode, berapa kali tempat tidur digunakan dalam satu waktu tertentu.
Idealnya dalam 1 tahun, 1 tempat tidur rata-rata digunakan sebanyak 40-50
kali.
Tabel 3.5.3 tabel frekuensi pemakaian tempat tidur pada bulan
oktober s/d desember 2018

Ruang Melati
No Tanggal Jumlah pasien Jumlah tempat
keluar tidur
1 Oktober 185 36
2 November 173 36
3 Desember 229 36
Jumlah 587 36

BTO rata-rata selama 3 hari (5-7 januari 2019)


BTO = jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Jumlah tempat tidur

BTO = 587
36
= 16,30

Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata BOR selama 3 bulan terakhir


(oktober-desember 2019) adalah sebanyak 16,30. Idealnya dalam 1 tahun adalah
40-50 kali digunakan.

3.5.4 BOR
Menurut Depkes RI (2005) BOR adalah presentasi pemakaian tempat
tidur pada waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemamfaatan tempat tidur rumah sakit. Jumlah tempat tidur
adalah 36.

97
Tabel 3.5.4 Tabel pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu
pada bulan oktober s/d desember 2018

No Bulan Hari perawatan Hari BOR


cakupan perawatan
maksimal
1 Oktober 2019 1.065 (31 hari) 38 95,43%
2 November 2019 1.059 (30 hari) 36 98%
3 Desember 2019 1.062 (31 hari) 37 95,16%
96,19%
BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit x 100%

Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam 1 periode

Berdasarkan data diatas di dapatkan rata-rata Bor dalam 3 bulan


(oktober s/d desember 2018) adalah 96,19% dimana nilai parameter BOR yang
ideal adalah antara 60-85% (depkes RI, 2005). Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa BOR di ruangan melati belum sesuai atau memenuhi standar
yang ditetapkan

3.5.5 TOI (Turn Of Interval)


TOI menunjukan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu
antara tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai nanti di isi kembali.
Standar 1-3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun.
Tabel 3.5.5 Tabel waktu rata-rata tempat tidur kosong pada bulan
oktober s/d desember 2018
No Bulan Jumlah pasien Hari Hari TOI
keluar (Hidup perawatan perawatan
dan mati) cakupan maksimal
1 Oktober 2018 185 (31 hari) 1.065 (31 38 0,27 hari
hari)
2 November 173 (30 hari) 1.059 (30 36 0,21 hari
2018 hari)

98
3 Desember 229 (31 hari) 1.062 (31 37 0,23 hari
2018 hari)
Rata-rata 0,23 hari

TOI = (Jumlah TT x Periode) – Hari perawatan

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Berdasarkan data diatas didapatkan rata-rata TOI mulai bulan oktober s/d
desember 2018 adalah sebesar 0,23. Dengan demikian TOI di ruang melati kurang
dari standar

3.5.6 Keselamatan Pasien


A. Identifikasi pasien
Tabel 3.5.6 tabel identifikasi pasien menggunakan gelang pasien pada
bulan oktober s/d desember 2018

PEMASANGAN GELANG
PEMAKAIAN
NO NO BED GELANG
Ya Tidak
1 IA √
2 IA √
3 IB √
4 IB √
5 IC √
6 IC √
7 II A √
8 II A √
9 II A √
10 II A √

99
11 II B √
12 II B √
13 II B √
14 II B √
15 III A √
16 III A √
17 III A √
18 III A √
19 III A √
20 III A √
21 III A √
22 III B √
23 III B √
24 III B √
25 III B √
26 III B √
27 III B √
28 III B √
29 III C √
30 III C √
31 III C √
32 III C √
33 III C √
34 III C √
35 III C √
Jumlah 34 1

Berdasarkan data di atas 97,14 pasien menggunakan gelang.

100
Tabel 3.5.7 Tabel Identifikasi Pasien menggunakan SBAR pada
bulan oktober s/d desember 2018

No S. Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)


1 Perawat menyebutkan nama dan umur pasien Ya
2 Perawat menyebutkan masalah keperawatan pasien Ya
yang sudah dan belum teratasi
3 Perawat menyebutkan diagnosa medis pasien atau Ya
masalah yang di alami pasien
B. Background (Info penting yang berhubuan dengan kondisi
pasien)
4 Perawat menjelaskan tindakan dari setiap masalah Ya
keperawatan pasien
5 Perawat menyebutkan riwayar alergi dan riwayat Ya
pembedahan
6 Perawat menyebutkan pemasangan alat invasif (infus, Ya
kateter, dll), serta pemberian obat dan cairan infus
A. Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien terkini)
7 Perawat menjelaskan kondisi klinik yang mendukung Ya
seperti hasil lab, rongten, dll
R. Recommendation
8 Perawat menjelaskan tindakan yang sudah teratasi dan Ya
belum teratasi serta tindakan yang harus dihentikan,
dilanjutkan

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan 100% identifikasi pasien sudah


di lakukan petugas kesehatan
B. Kewaspadaan Obat
Tabel 3.5.8 tabel identifikasi kewaspadaan obat pada bulan oktober
s/d desember 2018
No Jenis Obat Penempatan Obat Presentase
1 High Alert Troly Emergency 100%
2 Lasa Troly Emergency 100%

101
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penyimpanan obat
sudah tepat dengan presentasi 100%

C. Resiko Infeksi
1. Kejadian Dekubitus
Tabel 3.5.9 tabel kejadian decubitus pasien pada bulan
oktober s/d desember 2018
No Variabel Tanggal Total
5/2/19 6/2/19 7/2/19
1 Jumlah Kejadian Dekubitus 2 3 2 7
2 Resiko decubitus 0 0 1 1

(Jumlah kejadian decubitus/ Jumlah hari pengkajian/ Jumlah pasien dirawat


x 100%)
Angka kejadian dekubitus = 7/ 3/ 35 x 100% = 6,66%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 5-6


Februari 2019 jumlah kejadian dekubitus adalah 6,66%

(Jumlah kejadian resiko decubitus/ Jumlah hari pengkajian/ jumlah pasien


dirawat x 100%)
Angka kejadian resiko dekubitus = 1/ 3/ 35 x 100% = 0,95%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 5-6


januari 2019 jumlah kejadian resiko dekubitus adalah 0,95%

2. Kejadian Plebitis
Tabel 3.5.10 tabel kejadian plebitis pasien pada bulan oktober
s/d desember 2018
No Variabel Tanggal Total
5/2/19 6/2/19 7/2/19
1 Jumlah Kejadian plebitis 5 1 2 8
2 Resiko plebitis 8 0 0 8

102
(Jumlah kejadian phlebitis/ Jumlah hari intervensi/ Jumlah pasien dirawat
x 100%)
Angka kejadian plebitis = 8/ 3/ 35 x 100% = 7,61%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 5-6


januari 2019 jumlah kejadian plebitis adalah 7,61%

(Jumlah kejadian resiko phlebitis/ jumlah hari intervensi/ jumlah pasien


dirawat x 100%)
Angka kejadian phlebitis = 8/ 3/ 35 x 100% = 7,61%
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 5-6
januari 2019 jumlah kejadian resiko plebitis adalah 7,61%
3. Cuci Tangan
• Five Moment Hand Hygiene
(5/01/2019)
Tabel 3.5.11 tabel five moment hand hygiene pada tanggal 5
februari 2019

Pertanyaan Px1 Px 1 Px 3 Px 4 Px 5 Prese-


Ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk ya Tdk ntase
Sebelum √ √ √ √ √ 40 %
kontak
langsung
dengan pasien
Sebelum √ √ √ √ √ 100%
tindakan invasif
(memberikan
injeksi, pasang
infus,
menyiapkan
obat-obatan,
menyiapkan
makan,
memberi makan

103
pasien, rawat
luka, dll)
Setelah √ √ √ √ √ 100%
beresiko
dengan cairan
tubuh (darah,
cairan tubuh,
urine, dll)
Setelah kontak √ √ √ √ √ 80%
dengan pasien
Setelah kontak √ √ √ √ √ 60%
dengan
lingkungan
pasien
Rata-rata 10 0 10 0 10 0 60 40 60 40 100%
0 0 0

Tabel 3.5.12 tabel five moment hand hygiene pada tanggal 6


februari 2019

Pertanyaan P1 P1 P3 Px 4 Px 5 Prese-
Ya tdk ya tdk Ya tdk ya tdk ya tdk ntase
Sebelum kontak √ √ √ √ √ 40%
langsung dengan
pasien
Sebelum tindakan √ √ √ √ √ 100%
invasif
(memberikan
injeksi, pasang
infus,
menyiapkan obat-
obatan,

104
menyiapkan
makan, memberi
makan pasien,
rawat luka, dll)
Setelah beresiko √ √ √ √ √ 100%
dengan cairan
tubuh (darah,
cairan tubuh,
urine, dll)
Setelah kontak √ √ √ √ √ 100%
dengan pasien
Setelah kontak √ √ √ √ √ 20%
dengan
lingkungan pasien
Rata-rata 100 0 80 40 60 40 60 40 80 40 40%

- Rata-rata observasi tgl 5 s/d 6 januari 2019


(100+40) : 2 = 70%
- Rata-rata perawat di ruang melati telah melakukan cuci tangan lima moment
sebelum kontak dengan pasien sebesar :
(40+40) : 2 = 40%
- Setelah kontak langsung dengan pasien sebesar 100%
- Setelah kontak dengan lingkungan pasien : (60+20) : 2 = 40

Pada kajian situasi yang dilakukan selama 2 hari, tanggal 5-6 januari 2019
sebesar 5 perawat di ruang melati telah melakukan cuci tangan lima moment
sebelum kontak langsung dengan pasien sebesar 40% setelah kontak langsung
dengan pasien sebesar 100%, setelah kontak dengan lingkungan pasien sebesar
40%. Hasil tersebut belum optimal sehingga perlu adanya peningkatan dalam
melakukan cuci tangan 5 moment terkait dengan pencegahan infeksi pada pasien.

105
• Cuci Tangan Menggunakan Hand Rub

(5/01/2019)

Tabel 3.5.13 tabel cuci tangan menggunakan hand rub pada


tanggal 5 februari 2019

Pertanyaan P1 P1 P3 Px 4 Px 5 Prese-
ya Tdk ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk ntase
Cara cuci √ √ √ √ √ 40%
tangan dengan
antiseptik
berbasis alcohol
Tuangkan 3-5 √ √ √ √ √ 100%
cc antiseptik
berbasis
alkohol ke
dalam tangan,
ratakan
keseluruh
telapak tangan
Gosok kedua √ √ √ √ √ 100%
telapak tangan
dengan merata
Gosok √ √ √ √ √ 100%
punggung dan
sela-sela jari
tangan kiri
dengan tangan
kanan dan
sebaiknya
Gosok kedua √ √ √ √ √ 60%
telapak tanga

106
dengan sela-
sela jari
Jari-jari sisi √ √ √ √ √ 60%
dalam kedua
tangan saling
menggunci
Gosok ibu jari √ √ √ √ √ 80%
berputar dalam
genggaman
tangan kanan
dan sebaliknya
Tangan anda √ √ √ √ √ 100%
sudah bersih
Rata-rata total 10 0 87,5 12,5 62,5 37,5 75 25 75 25 75%
0

(6/01/2019)

Tabel 3.5.14 tabel cuci tangan menggunakan hand rub pada


tanggal 6 februari 2019

Pertanyaan P1 P1 P3 Px 4 Px 5 Pres
Ya tdk ya tdk ya Td ya tdk ya tdk -
k enta
se
Cara cuci tangan √ √ √ √ √ 40%
dengan antiseptik
berbasis alkohol
Tuangkan 3-5 cc √ √ √ √ √ 100
antiseptik berbasis %
alkohol ke dalam
tangan, ratakan

107
keseluruh telapak
tangan
Gosok kedua telapak √ √ √ √ √ 100
tangan dengan merata %
Gosok punggung dan √ √ √ √ √ 100
sela-sela jari tangan %
kiri dengan tangan
kanan dan sebaiknya
Gosok kedua telapak √ √ √ √ √ 60%
tanga dengan sela-sela
jari
Jari-jari sisi dalam √ √ √ √ √ 80%
kedua tangan saling
menggunci
Gosok ibu jari √ √ √ √ √ 80%
berputar dalam
genggaman tangan
kanan dan sebaliknya
Tangan anda sudah √ √ √ √ √ 100
bersih %
Rata-rata total 10 0 87, 12, 75 25 62, 37, 75 25 75%
0 5 5 5 5
Rata-rata observasi tgl 5 s/d 6 januari 2019

(75+75) : 2 = 75%

Setelah dilakukan kajian situasi selama 2 hari dari tanggal 5-6 januari 2019
didapatkan hasil rata-rata sebesar 75%

108
• Cuci Tangan Menggunakan Sabun Dengan Air
(5/02/2019)
Tabel 3.5.15 tabel cuci tangan menggunakan sabun dengan air
pada tanggal 5 februari 2019

Pertanyaan P1 P1 P3 Px 4 Px 5 Pres-
Ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk ya tdk entas
e
Basahi tangan dengan √ √ √ √ √ 100
air %
Tuangkan sabun 3-5 √ √ √ √ √ 100
cc untuk menyabuni %
semua permukaan
tangan
Gosok kedua telapak √ √ √ √ √ 100
tangan dengan merata %
Gosok punggung dan √ √ √ √ √ 100
sela-sela jari tangan %
kiri dengan tangan
kanan dan sebaiknya
Gosok kedua telapak √ √ √ √ √ 100
tangan dengan sela- %
sela jari
Jari-jari sisi dalam √ √ √ √ √ 100
kedua tangan saling %
menggunci
Gosok ibu jari √ √ √ √ √ 100
berputar dalam %
genggaman tangan
kanan dan sebaliknya
Gosok dengan √ √ √ √ √ 100
memutar ujung jari- %
jari tangan kanan

109
ditelapak, tangan kiri
dan sebaliknya
Bilas kedua tangan √ √ √ √ √ 100
dengan air %
Keringkan dengan √ √ √ √ √ 100
handuk atau tissue %
toilet sekali pakai
sampai kering
Gunakan handuk atau √ √ √ √ √ 0
tissue toilet tersebut
untuk menutup keran
Tangan anda sudah √ √ √ √ √ 100
bersih %
Rata-rata total 91, 8,3 91, 8,3 91, 8,3 91, 8,3 91, 8,3 91,6
6% % 6% % 6% % 6% % 6% % %

(6/02/2019)

Tabel 3.5.16 tabel cuci tangan menggunakan sabun dengan air


pada tanggal 6 februari 2019

Pertanyaan P1 P1 P3 Px 4 Px 5 Pres-
Ya tdk ya tdk ya tdk Ya tdk ya tdk entas
e
Basahi tangan dengan √ √ √ √ √ 100
air %
Tuangkan sabun 3-5 √ √ √ √ √ 100
cc untuk menyabuni %
semua permukaan
tangan
Gosok kedua telapak √ √ √ √ √ 100
tangan dengan merata %
Gosok punggung dan √ √ √ √ √ 100
sela-sela jari tangan %

110
kiri dengan tangan
kanan dan sebaiknya
Gosok kedua telapak √ √ √ √ √ 100
tangan dengan sela- %
sela jari
Jari-jari sisi dalam √ √ √ √ √ 100
kedua tangan saling %
menggunci
Gosok ibu jari √ √ √ √ √ 100
berputar dalam %
genggaman tangan
kanan dan sebaliknya
Gosok dengan √ √ √ √ √ 100
memutar ujung jari- %
jari tangan kanan
ditelapak, tangan kiri
dan sebaliknya
Bilas kedua tangan √ √ √ √ √ 100
dengan air %
Keringkan dengan √ √ √ √ √ 100
handuk atau tissue %
toilet sekali pakai
sampai kering
Gunakan handuk atau √ √ √ √ √ 0
tissue toilet tersebut
untuk menutup keran
Tangan anda sudah √ √ √ √ √ 100
bersih %
Rata-rata total 91, 8,3 91, 8,3 91, 8,3 91, 8,3 91, 8,3 91,6
6% % 6% % 6% % 6% % 6% % %

111
Setelah dilakukan kajian situasi selama 2 hari pada tanggal 5-6 januari 2019 hasil
yang didapatkan yaitu sebesar 91,6% perawat di ruangan melati telah melakukan cuci
tangan sesuai dengan prosedur yang tepat.

D. Resiko Pasien Jatuh


Tabel 3.5.17 tabel resiko pasien jatuh pada tanggal 5 sampai 7
februari 2019
No Variabel Tanggal Total
5 6 7
1 Jumlah pasien Jatuh 0 0 0 0
2 Jumlah pasien resiko jatuh 15 19 9 43

(Jumlah pasien jatuh/ jumlah hari intervensi/ jumlah pasien yang dirawat
x 100%)

Angka kejadian Jatuh = 0/ 3/ 35 x 100% = 0 %

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 5-6


februari 2019 jumlah kejadian jatuh adalah 0 %

(Jumlah pasien resiko jatuh/ jumlah hari intervensi/ jumlah pasien


dirawat x 100%)

Angka kejadian resiko Jatuh = 43/ 3/ 35 x 100% = 40,95%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 5-6


februari 2019 jumlah kejadian jatuh adalah 40,95%

1. Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh (Pre)


Tabel 3.5.18 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada
Tanggal 5 Februari 2019

Nama
No Pasien Skor Keterangan
1 Tn. B 60% Resiko tinggi jatuh
2 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh
3 Tn. R 90% Resiko tinggi jatuh

112
4 Ny. N 45% Resiko rendah jatuh
5 Tn. U 20% Tidak Beresiko jatuh
6 Ny. S 65% Resiko tinggi jatuh
7 Tn. A 50% Resiko rendah jatuh
8 Tn. A 75% Resiko tinggi jatuh
9 Ny. S 60% Resiko tinggi jatuh
10 Ny. N 20% Tidak Beresiko jatuh
11 Ny. F 50% Resiko rendah jatuh
12 Ny. N 35% Resiko rendah jatuh
13 Ny. R 35% Resiko rendah jatuh
14 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh
15 Ny. A 60% Resiko tinggi jatuh

Tabel 3.5.19 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada


Tanggal 6 Februari 2019

Nama
No Pasien Skor Keterangan
1 Tn. B 60% Resiko tinggi jatuh
2 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh
3 Tn. R 90% Resiko tinggi jatuh
4 Ny. N 45% Resiko rendah jatuh
5 Tn. U 20% Tidak Beresiko jatuh
6 Ny. S 65% Resiko tinggi jatuh
7 Tn. A 50% Resiko rendah jatuh
8 Tn. A 75% Resiko tinggi jatuh
9 Ny. S 60% Resiko tinggi jatuh
10 Ny. N 20% Tidak Beresiko jatuh
11 Ny. F 50% Resiko rendah jatuh
12 Ny. N 35% Resiko rendah jatuh
13 Ny. R 35% Resiko rendah jatuh
14 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh

113
15 Ny. A 60% Resiko tinggi jatuh
16 Ny. N 50% Resiko rendah jatuh
17 Ny. M 35% Resiko rendah jatuh
18 Tn. B 50% Resiko rendah jatuh
19 Ny. S 50% Resiko rendah jatuh

Tabel 3.5.20 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh


Pada Tanggal 7 Februari 2019

Nama
No Pasien Skor Keterangan
1 Tn. B 60% Resiko tinggi jatuh
2 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh
3 Tn. R 90% Resiko tinggi jatuh
4 Ny. N 45% Resiko rendah jatuh
5 Tn. U 20% Tidak Beresiko jatuh
6 Ny. S 65% Resiko tinggi jatuh
7 Tn. A 50% Resiko rendah jatuh
8 Tn. A 75% Resiko tinggi jatuh
9 Ny. S 60% Resiko tinggi jatuh
Keterangan
Tidak Beresiko 0-24 %
Resiko rendah 25-50 %
Resiko tinggi >51 %

114
E. Kepuasan pasien dengan pelayanan yang diberikan
Tabel 3.5.21 kepuasan pasien dengan pelayanan yang diberikan

No pertanyaan Px 1 Px 2 Px 3 Px 4 Px 5
STP TP CP P SP STP TP CP P SP STP TP CP P SP STP TP CP P SP STP TP CP P SP
A Tangibles atau nyata
1 Bangunan √ √ √ √ √
rumah sakit
terlihat indah
dan bersih
2 Rumah sakit √ √ √ √ √
memiliki ruang
tunggu yang
cukup, nyaman,
wc dan air
3 Rumah sakit √ √ √ √ √
memiliki
peralatan yang
lengkap
4 Penampilan √ √ √ √ √
tenaga medis
rapi dan bersih
B Empati
5 Dokter √ √ √ √ √
memberikan
waktu
pelayanan yang
cukup pada
pasien
6 Perawat √ √ √ √ √
memberikan

115
pelayanan
sesuai dengan
keinginan dan
kebutuhan
pasien
7 Perawat √ √ √ √ √
memperhatikan
sungguh-
sungguh kepada
pasien
8 Dokter √ √ √ √ √
mendengarkan
keluhan
penyakit yang
diderita serta
memberikan
solusi dalam
konsultasi
9 Perawat √ √ √ √ √
bersikap sopan
dan ramah
C Reliability atau keandalan
10 Tenaga √ √ √ √ √
memberikan
pelayanan teliti
dan tepat waktu
11 Tenaga medis √ √ √ √ √
dan petugas
lainnya
membantu jika
ada
permasalahan
pasien
12 Perawat √ √ √ √ √
memberitahu

116
jenis penyakit
secara lengkap,
cara perawatan
dan cara minum
obat
13 Tenaga medis √ √ √ √ √
memberikan
informasi
kepada pasien
sebelum
pelayanan
diberikan
14 Tenaga medis √ √ √ √ √
bersedia
menanggapi
keluhan pasien
D Responsive √ √
atau
ketanggapan
15 Perawat √ √ √ √ √
tanggap
melayani pasien
16 Tenaga medis √ √ √ √ √
menerima dan
melayani
dengan baik
17 Tenaga medis √ √ √ √ √
melakukan
tindakan secara
cepat dan tepat
18 Tenaga medis √ √ √ √ √
melakukan
tindakan sesuai
prosedur
E Asurance atau kepastian

117
19 Dokter √ √ √ √ √
mempunyai
kemampuan
dan
pengetahuan
dalam
menentukan
diagnosa
penyakit
dengan cukup
baik sehingga
mampu
menjawab
pertanyaan
pasien secara
menyakinkan
20 Tenaga medis √ √ √ √ √
menyediakan
obat-obatan
atau alat medis
yang lengkap
21 Tenaga medis √ √ √ √ √
bersifat cekatan
serta
menghargai
pasien
22 Dokter √ √ √ √ √
melayani
dengan sikap
menyakinkan
sehingga pasien
merasa aman
23 Tenaga medis √ √ √ √ √
mempunyai

118
catatan medis
pasien

No pertanyaan Px 6 Px 7 Px 8 Px 9 Px 10
STP TP CP P SP STP TP CP P SP STP TP CP P SP STP TP CP P SP STP TP CP P SP
A Tangibles atau nyata
1 Bangunan √ √ √ √ √
rumah sakit
terlihat indah
dan bersih
2 Rumah sakit √ √ √ √ √
memiliki ruang
tunggu yang
cukup, nyaman,
wc dan air
3 Rumah sakit √ √ √ √ √
memiliki
peralatan yang
lengkap
4 Penampilan √ √ √ √ √
tenaga medis
rapi dan bersih
B Empati
5 Dokter √ √ √ √ √
memberikan
waktu pelayanan
yang cukup
pada pasien
6 Perawat √ √ √ √ √
memberikan
pelayanan sesuai
dengan
keinginan dan

119
kebutuhan
pasien
7 Perawat √ √ √ √ √
memperhatikan
sungguh-
sungguh kepada
pasien
8 Dokter √ √ √ √ √
mendengarkan
keluhan
penyakit yang
diderita serta
memberikan
solusi dalam
konsultasi
9 Perawat √ √ √ √ √
bersikap sopan
dan ramah
C Reliability atau keandalan
10 Tenaga √ √ √ √ √
memberikan
pelayanan teliti
dan tepat waktu
11 Tenaga medis √ √ √ √ √
dan petugas
lainnya
membantu jika
ada
permasalahan
pasien
12 Perawat √ √ √ √ √
memberitahu
jenis penyakit
secara lengkap,
cara perawatan

120
dan cara minum
obat
13 Tenaga medis √ √ √ √ √
memberikan
informasi
kepada pasien
sebelum
pelayanan
diberikan
14 Tenaga medis √ √ √ √ √
bersedia
menanggapi
keluhan pasien
D Responsive atau ketanggapan
15 Perawat tanggap √ √ √ √ √
melayani pasien
16 Tenaga medis √ √ √ √ √
menerima dan
melayani
dengan baik
17 Tenaga medis √ √ √ √ √
melakukan
tindakan secara
cepat dan tepat
18 Tenaga medis √ √ √ √ √
melakukan
tindakan sesuai
prosedur
E Asurance atau kepastian
19 Dokter √ √ √ √ √
mempunyai
kemampuan dan
pengetahuan
dalam
menentukan

121
diagnosa
penyakit dengan
cukup baik
sehingga
mampu
menjawab
pertanyaan
pasien secara
menyakinkan
20 Tenaga medis √ √ √ √ √
menyediakan
obat-obatan atau
alat medis yang
lengkap
21 Tenaga medis √ √ √ √ √
bersifat cekatan
serta
menghargai
pasien
22 Dokter melayani √ √ √ √ √
dengan sikap
menyakinkan
sehingga pasien
merasa aman
23 Tenaga medis √ √ √ √ √
mempunyai
catatan medis
pasien

No pertanyaan Px 11 Px 12 Px 13 Px 14 Px 15
STP TP CP P SP STP TP CP P SP STP TP CP P SP STP TP CP P SP STP TP CP P SP
A Tangibles atau nyata
1 Bangunan √ √ √ √ √
rumah sakit

122
terlihat indah
dan bersih
2 Rumah sakit √ √ √ √ √
memiliki ruang
tunggu yang
cukup, nyaman,
wc dan air
3 Rumah sakit √ √ √ √ √
memiliki
peralatan yang
lengkap
4 Penampilan √ √ √ √ √
tenaga medis
rapi dan bersih
B Empati
5 Dokter √ √ √ √ √
memberikan
waktu pelayanan
yang cukup
pada pasien
6 Perawat √ √ √ √ √
memberikan
pelayanan sesuai
dengan
keinginan dan
kebutuhan
pasien
7 Perawat √ √ √ √ √
memperhatikan
sungguh-
sungguh kepada
pasien
8 Dokter √ √ √ √ √
mendengarkan
keluhan

123
penyakit yang
diderita serta
memberikan
solusi dalam
konsultasi
9 Perawat √ √ √ √ √
bersikap sopan
dan ramah
C Reliability atau keandalan
10 Tenaga √ √ √ √ √
memberikan
pelayanan teliti
dan tepat waktu
11 Tenaga medis √ √ √ √ √
dan petugas
lainnya
membantu jika
ada
permasalahan
pasien
12 Perawat √ √ √ √ √
memberitahu
jenis penyakit
secara lengkap,
cara perawatan
dan cara minum
obat
13 Tenaga medis √ √ √ √ √
memberikan
informasi
kepada pasien
sebelum
pelayanan
diberikan

124
14 Tenaga medis √ √ √ √ √
bersedia
menanggapi
keluhan pasien
D Responsive atau ketanggapan
15 Perawat tanggap √ √ √ √ √
melayani pasien
16 Tenaga medis √ √ √ √ √
menerima dan
melayani
dengan baik
17 Tenaga medis √ √ √ √ √
melakukan
tindakan secara
cepat dan tepat
18 Tenaga medis √ √ √ √ √
melakukan
tindakan sesuai
prosedur
E Asurance atau kepastian
19 Dokter √ √ √ √ √
mempunyai
kemampuan dan
pengetahuan
dalam
menentukan
diagnosa
penyakit dengan
cukup baik
sehingga
mampu
menjawa
pertanyaan
pasien secara
menyakinkan

125
20 Tenaga medis √ √ √ √ √
menyediakan
obat-obatan atau
alat medis yang
lengkap
21 Tenaga medis √ √ √ √ √
bersifat cekatan
serta
menghargai
pasien
22 Dokter melayani √ √ √ √ √
dengan sikap
menyakinkan
sehingga pasien
merasa aman
23 Tenaga medis √ √ √ √ √
mempunyai
catatan medis
pasien

No pertanyaan Px 16 Px 17 Px 18 Px 19 Px 20
STP TP CP P SP STP TP CP P SP STP TP CP P SP STP TP CP P SP STP TP CP P SP
A Tangibles atau nyata
1 Bangunan √ √ √ √ √
rumah sakit
terlihat indah
dan bersih
2 Rumah sakit √ √ √ √ √
memiliki ruang
tunggu yang
cukup, nyaman,
wc dan air
3 Rumah sakit √ √ √ √ √
memiliki

126
peralatan yang
lengkap
4 Penampilan √ √ √ √ √
tenaga medis
rapi dan bersih
B Empati
5 Dokter √ √ √ √ √
memberikan
waktu pelayanan
yang cukup
pada pasien
6 Perawat √ √ √ √ √
memberikan
pelayanan sesuai
dengan
keinginan dan
kebutuhan
pasien
7 Perawat √ √ √ √ √
memperhatikan
sungguh-
sungguh kepada
pasien
8 Dokter √ √ √ √ √
mendengarkan
keluhan
penyakit yang
diderita serta
memberikan
solusi dalam
konsultasi
9 Perawat √ √ √ √ √
bersikap sopan
dan ramah

127
C Reliability atau keandalan
10 Tenaga √ √ √ √ √
memberikan
pelayanan teliti
dan tepat waktu
11 Tenaga medis √ √ √ √ √
dan petugas
lainnya
membantu jika
ada
permasalahan
pasien
12 Perawat √ √ √ √ √
memberitahu
jenis penyakit
secara lengkap,
cara perawatan
dan cara minum
obat
13 Tenaga medis √ √ √ √ √
memberikan
informasi
kepada pasien
sebelum
pelayanan
diberikan
14 Tenaga medis √ √ √ √ √
bersedia
menanggapi
keluhan pasien
D Responsive atau ketanggapan
15 Perawat tanggap √ √ √ √ √
melayani pasien
16 Tenaga medis √ √ √ √ √
menerima dan

128
melayani
dengan baik
17 Tenaga medis √ √ √ √ √
melakukan
tindakan secara
cepat dan tepat
18 Tenaga medis √ √ √ √ √
melakukan
tindakan sesuai
prosedur
E Asurance atau √ √ √
kepastian
19 Dokter √ √ √ √ √
mempunyai
kemampuan dan
pengetahuan
dalam
menentukan
diagnosa
penyakit dengan
cukup baik
sehingga
mampu
menjawa
pertanyaan
pasien secara
menyakinkan
20 Tenaga medis √ √ √ √ √
menyediakan
obat-obatan atau
alat medis yang
lengkap
21 Tenaga medis √ √ √ √ √
bersifat cekatan
serta

129
menghargai
pasien
22 Dokter melayani √ √ √ √ √
dengan sikap
menyakinkan
sehingga pasien
merasa aman
23 Tenaga medis √ √ √ √ √
mempunyai
catatan medis
pasien

Berdasarkan hasil kuesioner kepuasan pasien tanggal 5/01/2019 dapat di simpulkan bahwa sejumlah 20 kuesioner yang di sebar
menyatakan bahwa 8 pasien (40%) menyatakan puas dengan pelayanan keperawatan di Ruang melati. Sedangkan sejumlah 12 pasien (60%)
menyatakan tidak puas dengan pelayanan yang sudah diberikan.

130
BAB 4
ANALISA SWOT DAN PRIOTITAS MASALAH

4.1 Skor Analisis SWOT


Tabel 4.1 Analisa SWOT

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING

1 Sumber Daya Manusia ( Man )


a. Internal Faktor ( IFAS )
Strength
1. Adanya sistem pengembangan staf berupa pelatihan dan 0,3 3 0,9
sebanyak 98% telah mengikuti pelatihan (BLS,PPI,PMKP
,K3,BTCLS)
2. Jenis Ketenagaan: 0,3 3 0,9 S–W
a) S1 Keperawatan : 7 orang 3,4 – 2,42
b) D3 Keperawatan:13 orang = 0,98
c) Prakarya : 2 orang
d) Administrasi : 2 Orang
3. Masa kerja > 15 tahun sebanyak 9 orang, 5 sampai 15 tahun 0,2 4 0,8
sebanyak 5 orang, sedangkam <5tahun 6 tahun.
4. Adanya Pelatihan perawat 0,2 4 0,8

TOTAL 1 3,4

131
Weakness
1. Beban kerja perawat diruangan cukup tinggi karena jumlah 0,3 3 0,9
kebutuhan perawat tidak memenuhi standar.
2. Perawat belum mengikuti pelatihan penanggulangan bencana 0,12 3 0,36
3. Pemilahan pasien laki-laki dan perempuan menjadi satu 0,08 2 0,16
ruang.
4. Latar belakang pendidikan perawat sarjana dengan d3 0,3 2 0,6
keperawatan jumlahnya tidak seimbang.
5. Seluruh perawat sudah mengikuti pelatihan PPI namun dalam 0,1 1 0,1
praktik hand hygine masih belum dilaksanakan secara
maksimal.
6. Perawat yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih 0,1 3 0,3
tinggi tidak mendapatkan biaya dari rumah sakit

TOTAL 1 2,42

b. Eksternal Faktor ( EFAS )


Opportunity
1. Adanya program pelatihan/seminar khusus tentang 0,2 3 0,6
penanggulangan bencana.
2. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi 0,1 3 0,3
dengan difasilitasi dari rumah sakit dan mendapatkan
beasiswa dari departemen kesehatan.
3. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa keperawatan 0,2 3 0,6 O–T
dengan perawat klinik. 2,9 – 2,3
4. Adanya kebijakan pemerintah mengenai presionalisme 0,2 4 0,8 = 0,6
keperawatan.

132
5. Adanya program akreditasi RS dari pemerintah dimana 0,3 2 0,6
MAKP merupakan salah satu pelayanan.

TOTAL 1 2,9

Treathened
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakatuntuk pelayanan yang 0,1 3 0,3
lebih professional
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat mengenai hukum. 0,2 1 0,2
3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan. 0,2 2 0,4
4. Persaingan RS yang semakin meningkat. 0,4 3 1,2
5. Terbatasnya kuota tenaga keperawatan yang melanjutkan
pendidikan tiap tahun. 0,1 2 0,2

TOTAL 1 2,3

2 Sarana dan Prasarana ( M2 )


a. Internal Faktor ( IFAS )
Strength
1. Mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk pasien 0,2 2 0,4
,tenaga kesehatan, dan keluarga pasien termasuk sarana
prasarana universal precaution untuk perawat. S–W
2. Terdapat administrasi penunjang ( missal buku injeksi , buku 0,3 4 1,2 3,6 – 1,6
TTV, Buku visite , SOP, dan lain-lain ) yang memadai. =2
3. Tersedianya nurses station. 0,4 4 1,6
4. Pemeliharaan dan perawatan dari sarana dan prasarana
penunjang kesehatan sudah ada. 0,1 4 0,4
TOTAL 1 3,6

133
Weakness
1) Sarana dan Prasarana banyak yang rusak dan tidak terawat. 0,4 2 0,8
2) Penempatan sarana dan prasarana peralatan steril kurang
sesuai. 0,4 1 0,4
3) Penataan peralatan kurang memadai dan tidak teratur. 0,2 2 0,4

TOTAL 1 1,6

b. Eksternal Faktor ( EFAS )


Opportunity
1. Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak dari 0,1 1 0,1
bagian pengadaan barang.
2. Adanya perawatan peralatan secara berkala. 0,3 1 0,3
3. Adanya penataan peralatan alat steril dan non steril sesuai 0,4 2 0,8
standarnya. O–T
4. Adanya penataan peralatan yang teratur. 0,2 2 0,4 1,6 – 2,4
= -0,8
TOTAL 1 1,6
Treathened
1. Kesenjangan antara jumlah pasien dengan peralatan yang ada. 0,4 2 0,8
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan. 0,4 2 0,8
3. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk melengkapi
sarana dan prasarana. 0,2 4 0,8

TOTAL 1 2,4

134
3 Metode ( M3 )

I. MAKP
a. Internal Faktor ( IFAS )

Strength
1. RS memiliki visi,misi dan motto sebagai acuan melaksanakan 0,2 4 0,8 S–W
kegiatan pelayanan. 3 – 1,3
2. Sudah ada model MPKP yang digunakan yaitu MPKP Tim 0,1 3 0,3 = 1,7
3. Supervisi sudah dilakukan oleh kepala ruang. 0,05 3 0,15
4. Mempunyai standar asuhan keperawatan 0,1 3 0,3
5. Mempunyai protap setiap tindakan 0,1 2 0,2
6. Terlaksananya komunikasi yang adequate : perawat dan tim 0,35 3 1,05
kesehatan lain.
7. Ketenagaan keperawatan sudah memenuhi syarat untuk 0,1 2 0,2
MAKP ( s1 keperawatan 7 orang)

TOTAL 1 3

Weakness
1. Pelaksanaan model MPKP sudah dilaksanakan tetapi 0,3 2 0,6
sosialisasi semua tim masih kurang.
2. Beberapa tindakan tidak sesuai denga protap 0,7 1 0,7
3.
TOTAL 1 1,3
b. Eksternal Faktor ( EFAS )
Opportunity
1. Adanya mahasiswa S1 Keperawatan praktik managemen 0,1 3 0,3
keperawatan.

135
2. Ada kebijakan pemerintah tentang professional perawat. 0,4 2 0,8
3. Adanya kebijakan RS tentang pelaksaan MPKP 0,5 2 1

TOTAL 1 2,1
O–T
Treathened 2,1 – 2,1
1. Persaingan dengan rumah sakit swasta yang semkain ketat. 0,3 2 0,6 =0
2. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih professional 0,1 3 0,3
3. Makin tinggi kesadaan masyarakat akan hukum 0,2 1 0,2
4. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,2 2 0,4
kesehatan.
5. Bebasnya pers yang dapat langsung menyebarkan informasi 0,2 3 0,6
dengan cepat.
TOTAL 1 2,1

4 Sentralisasi obat
a. Internal Faktor ( IFAS )
Strength
1. Tersedia sarana dan prasarana untuk pengelolaan sentralisasi 0,2 3 0,6
obat
2. Kepala ruang mendukung kegaiatan sentralisasi obat 0,1 3 0,3
3. Sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi obat oleh perawat
berkolaborasi dengan depo farmasi. 0,1 3 0,3
4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi obat 0,1 3 0,3
5. Adanya buku injeksi dan obat oral bekerja sama dengan depo 0,3 4 1,2 S–W
farmasi 3,5 – 2
6. Adanya lembar perdokumentasian obat yang diterima disetiap 0,2 4 0,8 = 1,5
status pasien.

136
TOTAL 1 3,5

Weakness
1. Pelaksanaan sentralisasi obat diRumah sakit menggunakan 0,3 2 0,6
system Unit Dose Dispending ( UDD ) nampun pada
praktiknya masih menggunakan One Day Dose ( ODD ).
2. Belum ada inform consent kepada pasien tentang sentralisasi 0,3 2 0,6
obat.
3. Belum ada bukti pemberian obat pada pasien dan keluarga 0,4 2 0,8
bahwa obat dikelola oleh perawat yang bertugas diruangan.
TOTAL 1 2

b. Eksternal Faktor ( EFAS )


Opportunity
1. Adanya mahasiswa Ners yang praktik management 0,1 4 0,4
keperawata.
2. Kerjasama yang baik antara institusi dan bidang keperawatan. 0,5 3 1,5 O–T
3. Program ASKES, BPJS dan umum. 0,4 4 1,6 3,5 – 2,2
= 1,3
TOTAL 1 3,5
Threatened
1.Adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan yang 0,3 3 0,9
professional
2. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang pentingnya 0,3 3 0,9
system sentralisasi obat.
3. makin tinggi kesadaran masyarakat akan hukum 0,4 1 0,4

TOTAL 1 2,2

137
5 Supervisi
a. Internal Faktor ( IFAS )
Strength.
1. Supervisi telah dilakukan secara rutin 0,2 1 0,2
2. Telah ada program pelatihan dan sosialisai tentang supervisi 0,2 1 0,2
3. Kepala ruangan mendukung pelaksanaan supervisi 0,2 2 0,4
4. Adanya observasi kerja tidap shift pagi oleh karu dan 0,4 3 1,2
pengamat pada shift sore dan malam.

TOTAL 1 2
S–W
Weakness 2 – 2,4
1. Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan 0,5 3 1,5 = -0,4
supervisi.
2. Supervisi belum terstruktur dan tidak ada formulir penilaian 0,2 3 0,6
yang tetap
3. Belum adanya dokumentasi supervise yang jelas. 0,3 1 0,3

TOTAL 1 2,4
b. Eksternal Faktor ( EFAS )

Opporunity
1. Adanya mahasiswa ners yang praktik managemen
keperawatan 0,2 4 0,8
2. Adanya reward dalam bentuk pelatihan maupun jasa bagi
yang melaksanakan pekerjaan dengan baik. 0,2 3 0,6
3. Adanaya teguran dari kepala ruangan bagi perawat dan
mahasiswa yang tidak melaksanakan tugas dengan baik. 0,5 4 2

138
4. Hasil supervise dapat dilakukan sebagai pedoman untuk daftar 0,1 4 0,4
penilaian prestasi pegawai ( DP3). O–T
3,8 – 1
TOTAL 1 3,8 = 2,8

Threatened
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapat pelayanan 1 1 1
yang profesional
TOTAL 1 1

6 Timbang terima
a. Internal Faktor ( IFAS )
Strength
1. Kepala ruang memimpin kegiatan timbang terima setiap pagi. 0,1 3 0,3
2. Adanya laporan jaga setiap shift 0,2 4 0,8
3. Timbang terima sudah merupakan kegaiatan rutin yang telah 0,2 4 0,8
dilaksanakan
4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan timbang terima. 0,3 3 0,9
5. Adanya buku khusus untuk melakukan timbang terima. 0,2 4 0,8

TOTAL 1 3,6 S–W


3,6 – 3,4
Weakness = 0,2
1. Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PP melaporkan 0,6 4 2,4
identitas pasien, keluhan utama, DS,DO,MK,dan intervensi)
tetapi intervensi masih bersifat umum tidak berdasarkan MK
dan evaluasi tidak lengkap.
2. Format timbang sudah menyangkut nama dan paraf perawat 0,2 3 0,6
pada kedua shift.

139
3. Pelaksanaan timbang terima masih belum optimal , khsusnya 0,2 2 0,4
dari shift sore ke malam.

TOTAL 1 3,4

b. Eksternal Faktor ( EFAS )


Opportunity
1. Adanya mahasiswa ners yang praktik managemen 0,1 4 0,4
keperawatan.
2. Adanya kerjasama yang baik anatara mahasiswa ners dan 0,3 3 0,9
perawat ruangan.
3. Kebijakan RS ( Bidang keperawatan ) tentang timbang terima 0,6 4 2,4
O–T
TOTAL 1 3,7 3,7 – 2,4
= 1,3
Threatened
1. Adanya tuntutan lebih dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang profesional 0,4 3 1,2
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggungjawab
dan tanggung gugat perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan. 0,6 2 1,2

TOTAL 1 2,4

140
7 Discharge Planning
a. Internal Faktor ( IFAS )
Strength
1. Tersedianya sarana dan prasarana discharge planning 0,7 4 2,8
diruangan untuk pasien pulang ( format dan kartu DP ).
2. Adanya kartu kontrol berobat. 0,2 3 0,6
3. Perawat memberikan pendidikan kesehatan secara informal 0,1 4 0,4
kepada pasien dan keluarga selamat dirawat atau pulang. S–W
3,8 – 1,4
TOTAL 1 3,8 = 2,4

Weakness
1. Keterbatasan waktu dan tenaga perawat. 0,2 2 0,4
2. Kurangnya kemauan untuk memberikan pendidikan 0,2 2 0,4
kesehatan kepada pasien dan keluarga
3. Tidak tersedianya leaflet pasien pulang 0,3 1 0,3
4. Pendidikan kesehatan belum terdokumentasi. 0,3 1 0,3
1,4
TOTAL 1

Opportunity
1. Adanya mahasiswa ners yang praktik managemen 0,3 4 1,2
keperawatan.
2. Adanya kerjasama yang baik anatara mahasiswa ners dan 0,7 3 2,1 O–T
perawat ruangan. 3,3 – 2,2
= 1,1
TOTAL 1 3,3

141
Threatened 0,3 2 0,6
1. Persaingan RS yang sangat ketat 0,2 3 0,6
2. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang professional 0,5 2 1
3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pemtingnya
kesehatan.
TOTAL 1 2,2

8 Ronde Keperawatan
a. Internal Faktor ( IFAS )
Strength
1. Bidang keperawatan dan ruangan mendukung adanya ronde 0,5 2 1
keperawatan.
2. Banyaknya kasus yang memerlukan perhatian khusus. 0,3 2 0,6
3. SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang 0,1 4 0,4
keperawatan bedah medis.
4. Sertifikasi perawat sesuai dengan keahliannya. 0,1 4 0,4

TOTAL 1 2,4
Weakness
1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dilaksanakan 0,4 1 0,4
seacar teratur diruang melati S–W
2. Karakteritik tenaga yang memenuhi kualifikasi belum merata 0,1 4 0,4 2,4 – 1,8
3. Jumlah tenaga yang tidak seimbang dengan jumlah tingkat 0,5 2 1 = 0,4
ketergantungan pasien.

TOTAL 1 1,8

142
b. Eksternal Faktoe ( EFAS )
Opportunity 0,6 1 0,6
1. Adanya pelatihan dan seminar tentang management
keperawatan. 0,4 4 1,6
2. Adanya kesempatan dari kepala ruangan untuk mengadakan
ronde keperawatan pada perawat dan mahasiswa praktik
TOTAL 1 2,2
O–T
Threatened 2,2 – 3,5
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat dalam 0,5 3 1,5 = -1,3
mendapatkan pelayanan professional.
2. Persaingan antara ruang bedah semakin kuat dalam memberi 0,5 4 2
pelayanan.

TOTAL 1 3,5

9 Dokumentasi keperawatan.
a. Internal Faktor
Strength
1. Tersedianya sarana dan prasaran dokumentasi untuk tenaga 0,3 4 1,2
kesehatan ( sarana administrasi penunjang )
2. Sudah ada system pendokumentasian SOR 0,2 4 0,8
3. Format asuhan keperawatan sudah ada. 0,4 4 1,6 S–W
4. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung jawab dan 0,1 2 0,2 3,8 – 1,8
tanggung gugat. =2

TOTAL 1 3,8

143
Weakness
1. Proses dokumentasi tidak maksimal karena beban kerja 0,4 2 0,8
yang tinggi , padahal pendokumentasian merupakan aspek
yang legal.
2. Format pengkajian yang sudah tesedia tidak segera diisi 0,2 2 0,4
lengkap ketika pasien masuk.
3. SAK tidak segera diperbaharui ketika terjadi perubahan 0,2 1 0,2
pada diagnose keperawatan/ masala pasien.
4. Pengawasan terhadap sistematika pendokumentasian 0,2 2 0,4
belum dilaksanakan secara maksimal.

TOTAL 1 1,8
b. Ekternal Faktor ( EFAS )
Opportunity
1. Adanya program pelatihan 0,2 1 0,2
2. Peluang perawat untuk meningkatkan pendidikan ( 0,05 4 0,2
pengembangan SDM )
3. Mahasiswa ners praktik management untuk mengembangkan 0,05 4 0,2
system dokumentasi O–T
4. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa. 0,5 4 2 2,8 – 2
5. Sistem MPKP yang diterapkan mahasiswa ners. 0,2 2 0,4 = 0,8
TOTAL 1 2,8
Threatened
1. Tingkat kesadaran masyarakat ( pasien dan keluarga ) akan 0,5 2 1
tanggung jawab dan akan tanggung gugat.
2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan keperawatan 0,5 2 1

TOTAL 1 2

144
10 Keuangan (M4)
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. ada pendapatan dari jasa medik, untuk pasien dengan biaya 0,1 4 0,4
BPJS yang dapat diklaim setelah perawatan
2. ada pendapatan dari jasa pelayanan rumah sakit berupa 0,1 3 0,3
remunerasi
3. ada pendapatan dari jasa pelayanan IRNA medis 0,1 4 0,4
4. tiap perawat memperoleh pendapatan dari rumah sakit berupa 0,2 4 0,8
LP (lauk pauk)
5. pengelolaan RSUD Mardi Waluyo Blitar dikelola oleh 0,1 4 0,4
pemerintah daerah
6. pengadaan dana operasional ruangan didapatkan dari RSUD 0,1 4 0,4
Mardi Waluyo Blitar bekerja sama dengan asuransi
(ASTEK,ASKES,BPJS,dll)
7. daftar biaya perawatan dan tarif ruangan diruangan melati 0,3 3 0,9
sudah tertera
S–W
TOTAL 1 3,6 3,6 – 2,1
= 1,5

Weakness
1. jasa insentif untuk pelayanan dan jasa medik yang diberikan 0,1 3 0,3
sama untuk semua perawat
2. system administrasi belum terpusat 0,9 2 1,8

TOTAL 1 2,1

145
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya kerjasama dengan perusahaan asuransi 0,3 4 1,2
2. Tersedianya dana untuk operasional ruangan 0,2 2 0,4
3. Pengeluaran sebagian besar dibiayai institusi 0,1 4 0,4
4. Ada kesempatan untuk menggunakan instrument medis 0,1 4 0,4 O–T
dengan re-use sehingga menghemat pengeluran 2,3 – 3
5. Ada kesempatan untuk menambah penghasilan ruangan dari 0,3 1 0,3 = -0,7
usaha koperasi
TOTAL 1 2,3

Threatened
1. Adanya tuntutan dari pasien tentang administrasi yang 0,8 3 2,4
terperinci sesuai tindakan yang diberikan oleh perawat dan
dokter
2. Adanya tuntutan yang lebih maksimal dari masyarakat untuk 0,2 3 0,6
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih professional
sehingga membutuhkan pendanaan yang lebih besar untuk
mendanai sarana dan prasarana
TOTAL 1 3

11 M5 (Mutu)
a. Internal faktor (IFAS)
Strengrth
1. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di Rumah 0,4 2 0,8
Sakit S–W
2. Rata – rata BOR cukup baik 0,2 2 0,4 2,6 – 1
3. Adanya variasi karakteristik dari pasien 0,2 3 0,6 = 1,6
(BPJS,Umum,Asuransi suasta)

146
4. Sebagai tempat praktik mahasiswa keperawatan D3 dan S1 0,2 4 0,8

TOTAL 1 2,6
Weakness
LOS yang memanjang karena perawatan yang lama 1 1 1

TOTAL 1 1

b. Eksternal faktor (EFAS)


Opportunity
1. Mahasiwa S-1 Keperawatan Praktik Manajemen 0,3 4 1,2
2. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa 0,7 3 2,1

TOTAL 1 3,3
Threated O–T
1. Adanya peningkatan standar masyarakat yang harus 0,6 2 1,2 3,3 – 2
dipenuhi = 1,3
2. Adanya persaingan antara rumah sakit mengenai 0,4 2 0,8
peningkatan mutu pelayanan keperawatan

TOTAL 1 2

147
4.2 Diagram Layang

IFAS = S – W (x)
EFAS = O – T (y)

Gambar 4.1 Diagram Layang Analisa SWOT

Kesimpulan :
➢ Kuadran I Expansion (Menunjukkan adanya kekuatan untuk memanfaatkan
peluang). Pada kuadran ini terdapat 7 domain, diantaranya :
1. M1 (Man) = 0,98 : 0,6
2. M3 (Method) = 1,7 : 0
3. M5 (Mutu) = 1,6 : 1,3
4. Sentralisasi Obat = 1,5 : 1,3
5. Dokumen Kep. = 2 : 0,8

148
6. Dischard Planning = 2,4 : 1,1
7. Timbang Terima = 0,2 : 1,3
➢ Kuadran II Stability (Menunjukkan memanfaatkan peluang untuk mengatasi
kelemahan). Pada kuadran ini terdapat 1 domain, yaitu Supervisi = -0,4 :
2,8.
➢ Kuadran III Retrenchment (Menunjukkan adanya kelemahan dalam mengatasi
ancaman). Pada kuadran ini tidak terdapat domain didalamnya.
➢ Kuadran IV Combination (Menunjukkan adanya kekuatan untuk mengatasi
ancaman). Pada kuadran ini terdapat 3 domain, diantaranya :
1. M2 (Material) = 2 : 0,8
2. M4 (Money) = 1,5 : 0,7
3. Ronde Kep. = 0,4 : 1,3

4.3 Perumusan Masalah


a. M1 (Man)
1) Perbandingan jumlah tenaga perawat D3 dan S1 masih belum seuai dengan
standar ideal kebutuhan perawat yang dibutuhkan ruangan
2) Beban kerja perawat diruangan cukup tinggi karena jumlah kebutuhan
perawat tidak memenuhi standar.
b. M2 (Material)
1) Penempatan sarana dan prasarana peralatan steril kurang sesuai.
c. M3 (Method)
1) MAKP
Pelaksanaan model MPKP sudah dilaksanakan tetapi sosialisasi semua
tim masih kurang.’
2) Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan belum dilakukan secara teratur
3) Supervisi
Supervisi belum terstruktur dan tidak ada formulir penilaiaan yang tetap
4) Dokumentasi Keperawatan
Penerapan SBAR belum dilaksanakan secara optimal
5) Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru belum dilakukan secara optimal.

149
6) Operan
Operan Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PP melaporkan
identitas pasien, keluhan utama, DS,DO,MK,dan intervensi) tetapi
intervensi masih bersifat umum tidak berdasarkan MK dan evaluasi tidak
lengkap.
d. M5 (Mutu)
1) Five Moment Hand Hygiene belum diterapkan dengan baik

2) Jumlah angka kejadian pasien yang mengalami phlebitis sangat besar

3) Resiko jatuh pada pasien sangat mudah terjadi

4.4 Prioritas Masalah

Dalam menentukan prioritas masalah digunakan kriteria penilaian meliputi :

a. Mg / Magnitude (Kecenderungan besar dan seringnya kejadian)


b. Sv / Severity (besarnya kerugian yang ditimbulkan)
c. Mn / Managebility (berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur
perubahannya)
d. Nc / Nursing concern (perhatian terhadap bidang keperawatan)
e. Af / Affordability (ketersediaan sumber daya)

Dengan kriteria nilai :


5 : Sangat Sesuai
4 : Sesuai
3 : Cukup Sesuai
2 : Kurang Sesuai
1 : Sangat Kurang Sesuai

150
Tabel 4.2 Prioritas Masalah
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total priotitas
(Mg+S
v+Mn+
Nc+A)
1. Perbandingan
jumlah tenaga
perawat D3 dan S1 3 3 4 3 3 16 V
masih belum seuai
dengan standar ideal
kebutuhan perawat
yang dibutuhkan
ruangan
2. Beban kerja perawat
diruangan cukup 3 2 4 3 2 14 III
tinggi karena jumlah
kebutuhan perawat
tidak memenuhi
standar
3 Penempatan sarana 3 2 4 3 4 16 IV
dan prasarana
peralatan steril
kurang sesuai.

4. MAKP Tim sudah 3 4 5 3 3 18 VI


laksanakan tetapi
sosialisasi semua
tim masih kurang
5 Ronde Keperawatan 3 4 4 4 3 18 VI
belum dilakukan
secara teratur
6 Supervisi belum 3 3 4 3 3 16 IV
terstruktur dan tidak

151
ada formulir
penilaiaan yang
tetap
7 Penerimaan pasien 4 4 5 4 4 25 VII
baru belum
dilakukan secara
optimal.
8 Operan timbang 4 3 4 3 3 17 V
trima sudah
dilakukan dengan
baik, tetapi
intervensi masih
bersifat umum tidak
berdasarkan MK
dan evaluasi tidak
lengkap
9 Five Moment Hand 2 3 2 2 2 11 II
Hygiene belum
diterapkan dengan
baik.
10 Jumlah angka 2 3 1 2 2 10 I
kejadian pasein
yang mengalami
phlebitis sangat
besar
11 Resiko jatuh pada 2 2 2 2 2 10 I
pasien sangat
mudah terjadi

152
4.5 Penentuan Prioritas Cara Pemecahan Masalah

Prioritas cara pemecahan masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek


dengan menggunakan metode Reinke:

a. Besarnya masalah yang diselesaikan (Magnitude = M)


b. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I)
c. Sensitifitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V)
d. Biaya (Cost = C)

Nilai yang diberikan pada aspek 1 sampai 5 yaitu :

Nilai 1 = sangat kurang penting

Nilai 2 = kurang penting

Nilai 3 = cukup penting

Nilai 4 = penting

Nilai 5 = sangat penting

Tabel 4.3 Prioritas Cara Pemecahan Masalah

No Alternatif Efektivitas Efisiensi Total Prioritas


penyelesaian M I V C MxIxV
masalah /C
1. Perbandingan 3 3 3 4 6,75 VII
jumlah tenaga
perawat D3 dan
S1 masih belum
seuai dengan
standar ideal
kebutuhan
perawat yang
dibutuhkan
ruangan

153
2 Beban kerja 3 3 3 4 6,75 VII
perawat diruangan
cukup tinggi
karena jumlah
kebutuhan
perawat tidak
memenuhi standar
3 Penempatan 3 3 3 2 13,5 IV
sarana dan
prasarana
peralatan steril
kurang sesuai.

4 MAKP Tim sudah 3 3 4 3 12 V


laksanakan tetapi
sosialisasi semua
tim masih kurang
5 Ronde 3 3 4 3 12 V
Keperawatan
belum dilakukan
secara teratur
6 Supervisi belum 3 4 3 4 9 VI
terstruktur dan
tidak ada formulir
penilaiaan yang
tetap
7 Penerimaan 4 4 3 4 12 V
pasien baru belum
dilakukan secara
optimal.
8 Operan timbang 3 3 3 2 13,5 IV
trima sudah
dilakukan dengan

154
baik, tetapi
intervensi masih
bersifat umum
tidak berdasarkan
MK dan evaluasi
tidak lengkap
9 Five Moment 4 4 5 4 16 III
Hand Hygiene
belum diterapkan
dengan baik.
10 Jumlah angka 5 4 5 5 20 II
kejadian pasein
yang mengalami
phlebitis sangat
besar
11 Resiko jatuh pada 4 4 4 3 21,3 I
pasien sangat
mudah terjadi

155
4.6 POA (PLAN OF ACTIONS)

Tabel 4.4 POA Pelaksanaan Alur Supervisi

TUJUAN URAIAN KEGIATAN Indikator WAKTU dan PJ SASARAN METODE


Tempat
(Kriteria Hasil)

Pengoptimalan kegiatan 1. mngajukan proposal pelaksanaan 1. Supervisi Senin 18-02- Seluruh 1. Kepala ruang Diskusi &
supervise dan mempu alur supervisi dilakukan 2019 mahasiwa ceramah
menerapkan supervise 2. Melaksanakan supervise dengan praktekdi 2. Perawat
keperawatan dengan keperawatan bersama perawat dan optimal dan ruang melati pelaksana
benar kepala ruangan didokumenta 3. Keluarga pasien
3. Mendokumentasikan hasil sikan dengan
supervise baik dan
4. Membuat format supervise benar

Tabel 4.5 POA Pelaksanaan Ronde Keperawatan

TUJUAN URAIAN KEGIATAN Indikator WAKTU dan PJ SASARAN METODE


Tempat
(Kriteria Hasil)

Pengoptimalan 1. mngajukan proposal Ronde keperawatab Kamis 14-02-2019 Seluruh 1. Kepala Diskusi &
kegiatan Ronde pelaksanaan alur Ronde dilakukan dengan optimal mahasiwa ruang ceramah
keperawatan 2. Melaksanakan dan didokumentasikan praktekdi
3. Rondekeperawatan bersama dengan baik dan benar ruang melati 2. Perawat
perawat dan kepala ruangan pelaksana
serta tenaga kesehatan lainnya 3. Dokter
4. Mendokumentasikan hasil
ronde keperawatan 4. Ahli gizi
5. Membuat format Ronde
5. Keluarga
pasien

156
Tabel 4.6 POA Pelaksanaan Timbang Terima

TUJUAN URAIAN KEGIATAN Indikator WAKTU dan PJ SASARAN METODE


Tempat
(Kriteria Hasil)
Pengoptimalan 1. mngajukan proposal pelaksanaan Timbang dilakukan Senin 18-02-2019- Seluruh 1. Kepala Diskusi &
kegiatan Timbang alur timbang terima dengan optimal dan kamis 21-02-2018 mahasiwa ruang ceramah
terima dan mempu 2. Melaksanakan Timbang terima didokumentasikan dengan praktekdi
menerapkan bersama perawat dan kepala baik dan benar ruang melati 2. Perawat
Timbang terima ruangan serta preconference pelaksana
dengan benar 3. Mendokumentasikan hasil timbang 3 Mahasiswa
terima
4. Membuat format timbang terima

Tabel 4.7 POA Pelaksanaan Timbang Terima

TUJUAN URAIAN KEGIATAN Indikator WAKTU dan PJ SASARAN METODE


Tempat
(Kriteria Hasil)

Pengoptimalan 1. mengajukan proposal Penerimaan pasien Sabtu 16-02-2019 Seluruh 1. Kepala Diskusi &
kegiatan Penerimaan pelaksanaan alur penerimaan baru dilakukan mahasiwa ruang ceramah
pasien baru dan mempu pasien baru dengan optimal dan praktekdi
menerapkan 2. Melaksanakan penerimaan didokumentasikan ruang melati 2. Perawat
penerimaan pasien baru bersama perawat dengan baik dan pelaksana
pasienbarudengan dan kepala ruangan benar 3. Keluarga
benar 3. Mendokumentasikan hasil pasien
penerimaan pasien baru
4. Membuat format penerimaan
pasien baru

157
Tabel 4.8 POA Pelaksanaan Timbang Terima

TUJUAN URAIAN KEGIATAN Indikator WAKTU dan PJ SASARAN METODE


Tempat
(Kriteria Hasil)

1. Berkurangnya 1. Melaksanakan tindakan Kejadian phlebitis Senin 18-02-2019- Seluruh 1. Kepala Diskusi &
kejadian pemasangan infus sesuai dengan berkurang angka kamis tanggal 21-02- mahasiwa ruang ceramah
phlebitis SOP kejadiannya 2019 praktekdi
2. Perawat 2. Melaksanakan tindakan ruang melati 2. Perawat
mampu mengoplosan obat injeksi pelaksana
mencegah terutama obat NSAID yang 3. Keluarga
terjadinya mudah mengiritasi perifer pasien
phlebitis dengan cara di oplos dengan wfi
dan tidak dicampur dengan obat
lainnya
3. Melakukan perawatan infus
sekaligus mengcek secra berkala
kondisi infus
4. mengikut sertakan keluarga
dalam proses perawatan infus
5. evaluasi target pencapaian

158
Tabel 4.9 POA Pelaksanaan Timbang Terima

TUJUAN URAIAN KEGIATAN Indikator WAKTU dan PJ SASARAN METODE


Tempat
(Kriteria Hasil)
1. Berkurangn 1. Melaksanakan tindakan KIE Kejadian pasien jatuh dan Senin 18-02-2019- Seluruh 1. Kepala Diskusi &
ya kejadian keluarga pasien mengenai pasien berisiko jatuh kamis tanggal 21-02- mahasiwa ruang ceramah
pasien penggunaan alat pengamanan berkurang angka 2019 praktekdi
jatuh yang tersedia pada bed dan kejadiannya ruang melati 2. Perawat
2. Perawat kondisi pasien yang pelaksana
mampu memungkinkan jatuh 3. Keluarga
mencegah 2. Membuat tanda / label pasien pasien
terjadinya risiko jatuh sebagai pengingat dan
pasien jatug memberi informasi bahwa pasien
beresiko jatuh
3. mengikut sertakan keluarga dalam
kegiatan pasien safety
4. mengecek secara berkala kondisi
pasien dengan risiko jatuh
5. evaluasi target pencapaian

159
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Implementasi
5.1.1 Masalah
1. Tingginya angka risiko jatuh pada pasien di Ruang Melati
• Implementasi: Pemasangan tanda pasien berisiko jatuh beserta
himbauan pencegahan kejadian jatuh pada tanggal 25 februari 2019
sejumlah 10 orang di kelas 3 A,B dan C di ruang melati.
2. Tingginya angka terjadinya phlebisi di Ruang Melati
• Implementasi : Melakukan tindakan pemasangan infus sesuai SOP,
melaksanakan pengoplosan obat dengan tepat, dan melakukan
pengecekan dan perawatan infus secara berkala di Ruang Melati.
3. Belum optimalkan pelaksanaan Five Moment Hand Hygiene : Perawat
belum melakukan cuci tangan pada saat sebelum kontak langsung dengan
pasien serta sebelum tindakan invasive.
• Implementasi :Telah dilakukan demonstrasi cuci tangan 6 langkah
dan Five Moment Hand Higiene setiap pagi yang diikuti oleh kepala
ruang, wakil kepala ruang, katim dan perawat pelaksana di Ruang
Melati.
4. Belum optimal pelaksanaan Timbang Terima beserta validasi data ke
pasien dimana hal tersebut hanya dilakukan pada shift pagi saja.
• Implementasi : Telah dilakukan roleplay operan timbang terima
setiap pergantian shift di kamar 3C Ruang Melati
5. Supervisi di Ruang Melati tidak pernah dilakukan
• Implementasi : Tidak terlaksana dikarenakan penyusunan panduan
supervise membutuhkan waktu yang lama melebihi jadwal yang
sudah dilakukan.
6. Kurang optimalnya penerimaan pasien baru : pasien dan keluarga
diberikan KIE mengenai ruangan dan tentang pengelolaan sampah di RS.

160
• Implementasi : Telah dilakukan rollplay penerimaan pasien baru
pada 25 februari 2019 dan dilakukan penerimaan pasien baru pada
seluruh pasien baru di kamar 3C ruang melati.
7. Ronde keperawatan
• Implementasi : telah dilaksanakan ronde keperawatan pada tanggal
14 Februari 2018 pada pasien Ny S dengan diagnosa anemia dan
melena.

5.2 Hasil Implementasi


5.2.1 Resiko Infeksi
a. Kejadian Plebitis
Tabel 5.2.1 Resiko Infeksi Kejadian Plebitis
Tanggal
No Variabel Total
25/02 26/02 27/02
1 Jumlah Pasien Plebitis 3 1 1 5
2 Jumlah Resiko Plebitis 0 0 0 0

(Jumlah kejadian plebitis/ Jumlah hari yang dikaji/ jumlah pasien x


100)

5/ 3/ 35 x 100 = 4,76 = 5%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 25-27


februari2019 jumlah kejadian plebitis adalah 5%

(Jumlah kejadian resiko plebitis/ Jumlah hari yang di kaji/

jumlah pasien x100)

0/ 3/ 35 x100 = 0%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 25-27


februari 2019 jumlah kejadian resiko plebitis adalah 0%

161
5.2.2 Five Moment Hand Hygiene pre dan post
a. Five Moment Hand Hygiene pre
Tabel 5.2.2 Five Moment Hand Hygien pre

Pertanyaan Px1 Px 1 Px 3 Px 4 Px 5 Presen-


Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk tase
Sebelum √ √ √ √ √ 40 %
kontak
langsung
dengan pasien
Sebelum √ √ √ √ √ 100%
tindakan
invasif
(memberikan
injeksi, pasang
infus,
menyiapkan
obat-obatan,
menyiapkan
makan,
memberi
makan pasien,
rawat luka, dll)
Setelah √ √ √ √ √ 100%
beresiko
dengan cairan
tubuh (darah,
cairan tubuh,
urine, dll)
Setelah kontak √ √ √ √ √ 80%
dengan pasien
Setelah kontak √ √ √ √ √ 60%
dengan
lingkungan
pasien
Rata-rata 10 0 10 0 10 0 60 40 60 40 100%
0 0 0

162
b. Five Moment Hand Hygien post
Tabel 5.2.3 Five Moment Hand Hygien post
Pertanyaan Px1 Px 1 Px 3 Px 4 Px 5 Prese-
Ya tdk ya tdk ya Td ya tdk ya tdk ntase
k
Sebelum kontak √ √ √ √ √ 100 %
langsung dengan
pasien
Sebelum tindakan √ √ √ √ √ 100%
invasif (memberikan
injeksi, pasang infus,
menyiapkan obat-
obatan, menyiapkan
makan, memberi
makan pasien, rawat
luka, dll)
Setelah beresiko √ √ √ √ √ 100%
dengan cairan tubuh
(darah, cairan tubuh,
urine, dll)
Setelah kontak dengan √ √ √ √ √ 80%
pasien
Setelah kontak dengan √ √ √ √ √ 100%
lingkungan pasien
Rata-rata 10 0 10 0 10 0 10 0 80 20 100%
0 0 0 0

5.2.3 Kejadian Jatuh


1. Kejadian Jatuh
Tabel 5.2.4 Kejadian jatuh pasien dari tanggal 25 sampai 27 februari
2019
Tanggal
No Variabel Total
25/02/2019 26/02/2019 27/02/2019
1 Jumlah 0 0 0 0
Pasien Jatuh
2 Jumlah 9 8 6 23
Resiko Jatuh

(Jumlah pasien jatuh / jumlah hari pengkajian /

jumlah pasien x 100)

163
0 / 3 / 35 x 100 = 0%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 25-


27 februari 2019 jumlah kejadian jatuh adalah 0 %

(Jumlah pasien resiko jatuh / jumlah hari pengkajian /

jumlah pasien x 100)

23/ 3/ 35 x 100 = 21,9 = 22%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tanggal


25-27 februari 2019 jumlah kejadian resiko jatuh adalah 22%

2. Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh (Pre)


Tabel 5.2.5 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada
Tanggal 5 Februari 2019

Nama
No Pasien Skor Keterangan
1 Tn. B 60% Resiko tinggi jatuh
2 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh
3 Tn. R 90% Resiko tinggi jatuh
4 Ny. N 45% Resiko rendah jatuh
5 Tn. U 20% Tidak Beresiko jatuh
6 Ny. S 65% Resiko tinggi jatuh
7 Tn. A 50% Resiko rendah jatuh
8 Tn. A 75% Resiko tinggi jatuh
9 Ny. S 60% Resiko tinggi jatuh
10 Ny. N 20% Tidak Beresiko jatuh
11 Ny. F 50% Resiko rendah jatuh
12 Ny. N 35% Resiko rendah jatuh
13 Ny. R 35% Resiko rendah jatuh

164
14 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh
15 Ny. A 60% Resiko tinggi jatuh

Tabel 5.2.6 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada


Tanggal 6 Februari 2019

Nama
No Pasien Skor Keterangan
1 Tn. B 60% Resiko tinggi jatuh
2 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh
3 Tn. R 90% Resiko tinggi jatuh
4 Ny. N 45% Resiko rendah jatuh
5 Tn. U 20% Tidak Beresiko jatuh
6 Ny. S 65% Resiko tinggi jatuh
7 Tn. A 50% Resiko rendah jatuh
8 Tn. A 75% Resiko tinggi jatuh
9 Ny. S 60% Resiko tinggi jatuh
10 Ny. N 20% Tidak Beresiko jatuh
11 Ny. F 50% Resiko rendah jatuh
12 Ny. N 35% Resiko rendah jatuh
13 Ny. R 35% Resiko rendah jatuh
14 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh
15 Ny. A 60% Resiko tinggi jatuh
16 Ny. N 50% Resiko rendah jatuh
17 Ny. M 35% Resiko rendah jatuh
18 Tn. B 50% Resiko rendah jatuh
19 Ny. S 50% Resiko rendah jatuh

165
Tabel 5.2.7 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh
Pada Tanggal 7 Februari 2019

Nama
No Pasien Skor Keterangan
1 Tn. B 60% Resiko tinggi jatuh
2 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh
3 Tn. R 90% Resiko tinggi jatuh
4 Ny. N 45% Resiko rendah jatuh
5 Tn. U 20% Tidak Beresiko jatuh
6 Ny. S 65% Resiko tinggi jatuh
7 Tn. A 50% Resiko rendah jatuh
8 Tn. A 75% Resiko tinggi jatuh
9 Ny. S 60% Resiko tinggi jatuh
Keterangan
Tidak Beresiko 0-24 %
Resiko rendah 25-50 %
Resiko tinggi >51 %

3. Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh (Post)


Tabel 5.2.8 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada
Tanggal 25 Februari 2019

Nama
No Pasien Skor Keterangan
1 Tn. B 60% Resiko tinggi jatuh
2 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh
3 Tn. R 90% Resiko tinggi jatuh
4 Ny. N 45% Resiko rendah jatuh
5 Tn. U 20% Tidak Beresiko Jatuh

166
6 Ny. S 65% Resiko tinggi jatuh
7 Tn. A 50% Resiko rendah jatuh
8 Tn. A 75% Resiko tinggi jatuh
9 Ny. S 60% Resiko tinggi jatuh

Tabel 5.2.9 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada


Tanggal 26 Februari 2019

Nama
No Pasien Skor Keterangan
1 Tn. B 60% Resiko tinggi jatuh
2 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh
3 Tn. R 90% Resiko tinggi jatuh
4 Ny. N 45% Resiko rendah jatuh
5 Tn. U 20% Tidak Beresiko Jatuh
6 Ny. S 65% Resiko tinggi jatuh
7 Tn. A 50% Resiko rendah jatuh
8 Tn. A 75% Resiko tinggi jatuh

Tabel 5.2.10 Tabel Tabulasi Pemantauan Resiko Jatuh Pada


Tanggal 27 Februari 2019

Nama
No Pasien Skor Keterangan
1 Tn. B 60% Resiko tinggi jatuh
2 Tn. M 75% Resiko tinggi jatuh
3 Tn. R 90% Resiko tinggi jatuh
4 Ny. N 45% Resiko rendah jatuh

167
5 Tn. U 20% Tidak Beresiko Jatuh
6 Ny. S 65% Resiko tinggi jatuh

Keterangan
Tidak Beresiko 0-24 %
Resiko rendah 25-50 %
Resiko tinggi >51 %

4. Diagram Pre dan Post Kejadian Pasien Jatuh


Diagram 5.2.1 Kejadian Pasien Jatuh Pre dan Post
0.18

0.16

0.14

0.12

0.1 RESIKO TINGGI


RESIKO RENDAH
0.08
TIDAK BERESIKO
0.06

0.04

0.02

0
PRE POST

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk monitoring


resiko jatuh mengalami penurunan dari pre intervensi dengan nilai rata-rata
keseluruhan 42,59% menjadi 22,84% saat post-intervensi. Masing-masing
item resiko jatuh mengalami penurunan sebagai berikut yaitu resiko tinggi
dengan nilai pre-intervensi 20,95% menjadi 14,28% post-intervensi, resiko
rendah jatuh mengalami penurunan dengan nilai pre-intervensi 16,19%
menjadi 4,76% post-intervensi, yang tidak beresiko mengalami penurunan

168
dengan nilai pre-intervensi 4,76% menjadi 3,80% post-intervensi. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya penurunan yang signifikan selama dilakukan
evaluasi.

5.2.4 Handover (Timbang Terima)


Telah dilakukan timbang terima pada 7 pasien 3C selama 3 minggu yaitu
pada shift pagi, sore, malam
Tabel 5.2.11 Timbang Terima selama 3 minggu
No Pelaksanaan Pre Post
1 Kedua kelompok dinas sudah siap 100% 100%
2 Shif yang mau mempersiapkan hal-hal yang 100% 100%
akan disampaikan
3 Ketua tim yang mau menyampaikan: kondisi 100% 100%
atau keadaan umum klien, tindak lanjut
untuk dinas yang menerima laporan, rencana
kerja untuk dinas yang menerima operan
4 Penyampian kondisi pasien, tindak lanjut 100% 100%
untuk dinas dan rencana kerja dilakukan
dengan jelas, singkat, akurat, dan tidak
terburu-buru
5 Ketua tim dan semua anggota tim bersama- 100% 100%
sama langsung melihat keadaan pasien
6 Tim yang mengoperkan tugas diberi 100% 100%
kesempatan kepada tim yang menjalankan
tugas untuk bertanya
7 Tim yang mengoper tugas menyerahkan 100% 100%
semua berkas catatan perawatan kepada tim
yang akan menjalankan tugas untuk
menerima operan
Rata-rata 100% 100%

169
Diagram 5.2.2 Timbang Terima Pre dan Post

Timbang terima Pre dan Post


120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
Pre Post

Dari diagram tersebut didapatkan hasil bahwa pelaksanaan timbang terima pre
dan post pelaksanaan dengan hasil 100%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan timbang terima menunjukan dalam kategori baik.

5.2.5 Orientasi Pasien Baru


Hasil Penilaian tindakan orientasi pasien baru di ruang melati ;

Tabel 5.2.12 Orientasi Pasien Baru


No Tahapan Prosedur Pelaksanaan P1 P2 P3 P4 P5
1 Berikan salam pada pasien dan √ √ √ √ √
keluarga
2 Perawat memperkenalkan diri - √ - √ √
kepada pasien
3 Perkenalkan perawat yang - √ - √ √
bertanggung jawab selama
perawatan

170
4 Perkenalakan dokter yang √ √ √ √ √
bertanggung jawab selama
perawatan
5 Perawat menjelaskan tentang - - - - -
ruangan/ lingkungan (kamar mandi,
ruang perawat, ruang sholat, depo
obat dan laboratorium)
6 Perawat menjelaskan cara √ - √ - √
memanggil perawat
7 Perawat menjelaskan aturan dan tata √ √ √ √ -
tertib rumah sakit
8 Perawat menjelaskan manajement - - - - -
keselamatan jalur evakuasi
9 Perawat menjelaskan manajeman √ √ √ √ √
keselamatan pencegahan jatuh
10 Perawat menjelaskan manajemen √ √ √ √ √
keselamatan penggunaan gelang
identitas pasien
11 Perawat mengajarkan hand hygiene - - - - -
12 Perawat menjelaskan pemilahan - - - - -
tempat sampah
13 Perawat menjelaskan penyimpanan √ √ √ √ √
barang-barang berharga pasien
maupun keluarga pasien
14 Perawat menanyakan kembali √ √ - - -
kejelasan akan informasi yang telah
disampaikan
15 Perawat mencatat pada √ √ √ √ √
checklist/lembar penerimaan pasien
baru dan lengkapi tanda tangan oleh
kedua pihak
Presentase 60% 66,6% 53,3% 60% 60%

171
Presentase rata-rata 59,98%
Hasil Evaluasi Tindakan Orientasi Pasien Baru Di Ruang Melati

Tabel 5.2.13 hasil evaluasi tindakan pasien baru di Ruang Melati


No Tahapan Prosedur P1 P2 P3 P4 P5
Pelaksanaan
1 Berikan salam pada √ √ √ √ √
pasien dan keluarga
2 Perawat memperkenalkan - √ - √ √
diri kepada pasien
3 Perkenalkan perawat yang - √ - √ √
bertanggung jawab
selama perawatan
4 Perkenalakan dokter yang √ √ √ √ √
bertanggung jawab
selama perawatan
5 Perawat menjelaskan - - - - -
tentang ruangan/
lingkungan (kamar mandi,
ruang perawat, ruang
sholat, depo obat dan
laboratorium)
6 Perawat menjelaskan cara √ - √ - √
memanggil perawat
7 Perawat menjelaskan √ √ √ √ -
aturan dan tata tertib
rumah sakit
8 Perawat menjelaskan - - - - -
manajement keselamatan
jalur evakuasi

172
9 Perawat menjelaskan √ √ √ √ √
manajeman keselamatan
pencegahan jatuh
10 Perawat menjelaskan √ √ √ √ √
manajemen keselamatan
penggunaan gelang
identitas pasien
11 Perawat mengajarkan - - - - -
hand hygiene
12 Perawat menjelaskan √ - √ - √
pemilahan tempat sampah
13 Perawat menjelaskan √ √ √ √ √
penyimpanan barang-
barang berharga pasien
maupun keluarga pasien
14 Perawat menanyakan √ √ - - -
kembali kejelasan akan
informasi yang telah
disampaikan
15 Perawat mencatat pada √ √ √ √ √
checklist/lembar
penerimaan pasien baru
dan lengkapi tanda tangan
oleh kedua pihak
Presentase 66,67% 66,67% 60% 60% 66,67%
Presentase rata-rata 64,02%

173
Diagram 5.2.3 Perbandingan pelaksanaan orientasi pada pengkajian dan
evaluasi di Ruang Melati.

65%

64%

63%

62%

61%

60%

59%

58%
Pre Post

5.2.6 Supervisi
Berdasarkan pengkajian awal selama 1 minggu mulai tanggal 11-21
Februari 2019, hasil dari wawancara kepada kepala ruang bahwa supervise
dilakukan sewaktu-waktu namun tidak terstruktur karena belum
adanyapanduan dan jadwal supervise yangjelas. Setelah dilakukan
sosialisasi supervise pada hari senin 25 februari 2019 kemudian dilakukan
evaluasi oleh mahasiswa dengan waktu yang lama meleihi jadwal yang
sudah ditentukan.

5.2.7 Ronde keperawatan


Ronde keperawatan Ny S dengan Anemia+Melena di ruang 3C sudah
dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2019.

174
5.3 Pembahasan
5.3.1 Risiko Jatuh
Pada evaluasi monitoring pasien risiko jatuh terdapat penurunan nilai risiko
jatuh yaitu pada pre intervensi 41% dan pada post intervensi 22%.Terdapat
penurunan yang signifikan pada nilai risiko jatuh Penurunan ini dapat terjadi
dikarenakan pemberian monitoring sosialiasasi risiko jatuh. Monitoring
sosialisasi yang dibuat disini ada;ah untuk menghindari risiko jatuh pada
pasien dewasa dan geriatric , dengan demikian menghindaridan mengurangi
risiko jatuh.(Indah Puji, 2014).

Pada kebijakan dan tata tertib yang berada di rumah sakit tentang
penurunan skala risiko jatuh. Untuk mengantisipasi dan mencegah
terjadinya pasien jatuh dengan atau tanpa cidera perlu dilakukan
pengakajian diawal maupun kemudian pengkajian ulang secara berkala
mengenai risiko pasien jatuh, termasuk risiko potensial yang berhubungan
dengan pelayanan keperawatan yang diberikan merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, memiliki peran kunci dalam mewujudkan
keselamatan pasien ( Depkes RI 2006).

5.3.2 Kejadian phlebitis


Pada evaluasi monitoring pasien phlebitis didapatkan hasil pada pre
intervensi 7.61 % dan pada post intervensi 4.76%. terdapat penurunan
kejadian phlebitis kurang lebih 3% selama 3 hari evaluasi.Angka kejadian
phlebitis termasuk infeksi nosocomial yang merupakan salah satu indicator
mutu dalam standar pelayanan rumah sakit dimana angka standar yang
menjadi acuan adalah ≤1.5% (Kemenkes,2008) angka kejadian phlebitis
tidak boleh melebihi 5% (wayunah,2011)

Lama pemasangan catheter infus sering dikaitkan dengan insidensi


kejadian phlebitis. May dkk ( 2005) melaporkan hasil dimana mengganti
tempat ( rotasi ) kanula ke lengan kontralateral setiap hari pada 15 pasien
menyebabkan bebas flebitis.namun, dalam uji control acak yang dipublikasi

175
baru-baru ini oleh Webster disimpulkan bahwa kateter bisa dibiarkan aman
ditempatnya lebih dari 72jam. Jika tidak ada kontraindikasi.The Centers For
Disease Control dan Prevention menganjurkan penggantian kateter setiap
72-96jam untuk membatasi potensi infeksi ( Darmawan 2008 O)

5.3.3 Orientasi Pasien Baru

Dari evaluasi didapatkan hasil nilai rata-rata dari 59,98% meningkat


menjadi 64,02% yang mana sudah termasuk dalam kategori cukup baik. Hal
ini dapat disimpukan bahwa pelaksanaan orientasi pasien baru terjadi
peningkatan yagcukup signifikan. Tetapi dalam pelaksanaannya masih
banyak hal-hal yang tidak disampaikan oleh perawat seperti tidak
memberikan lembar tata tertib rumah sakit, hak dan kewajiban pasien.
Kemudian untuk management keselamatan pasien pun masih ada beberapa
yang terlewatkan. Untuk hand hygiene perawat sudah menyampaikan
kepada keluarga dan pasien.

Menurut Sofyandi (2008), orientasi adalah pengenalan dan adaptasi


terhadap situasi atau lingkungan. Pengenalan atau orientasi perlu
diprogramkan karena adanya sejumlah aspek khas yang muncul pada saat
seseorang memasuki lingkungan baru,antara lain : berupa kecemasan
apakah ia diterima dalam lingkungan yang baru dan harapan yang tidak
realistis karena tidak mempunyai gambaran atau informasi yang jelas dan
lengkap tentang lingkungan yang baru. Untuk itu diperlukan proses
sosialisasi supaya pasien dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungan
rumah sakit. seperti dinyatakan oleh Yahya (2009) bahwa seiring
meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya, maka hubungan
petugas rumah sakit (termasuk perawat ) dan pasien mengalami perubahan
yang sangat berarti dari hubungan yang dulunya lebih menyerupai
hubungan prangtua anak (paternalistic) bergeser menjadi hubungan yang
bersifat kemitraan (partnership).

176
Tahap kerjasama yang baik antara pasien dengan profesi kesehatan
yang ada dirumah sakit, harus ditingkatkan dengan baik.oleh karena itu agar
pelayanan dapat memuaskan pasien/ keluarga, maka petugas pelayanan
dapat memenuhi persyaratan pokok, pelayanan ini bisa berlaku pula untuk
pelayanan keperawatan khususnya dalam tindakan orientasi pasien baru
.Perawat harus mempunyai motivasi yang tinggi dalam menyampaikan
informasi yang harus disampaikan kepada keluarga/pasien. Diharapkan
untuk tahap-tahap dalam pelaksanaan orientasi baru tidak ada yang
terlewatan sehingga mampu didapatkan nilai pencapaian 100%

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan yang


berkesinambungan serta kepuasan pasien,perawat perlu untuk selalu
memberikan informasi kepada setiap pasien baru sesuai dengan tanggung
jawab dan tanggung gugat dengan mengacu pada protap yang ditetapkan
dari RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar.

5.3.4 Handover (Timbang Terima)

Dari hasil implementasi yang dilaksanakan, telah dilakukan timbang


terima di ruang 3c selama 2 minggu , yaitu dengan cara perawat yang
bertugas shift pagi melakukan timbang terima kepada shift sore pada saat
pergantian shift begitu pula dengan shift sore ke malam, shift malam ke shift
pagi.

Dari diagram diatas didapatkan hasil bahwa pelaksanaan timbang


terima pre dan post pelaksanaan dengan hasil yang sama dapat
dipresentasikan 100%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
timbang terima menunjukkan dalam kategori terbaik.

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan


menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien dengan
tujuan menyampaikan kondisiatau keadaan pasien secara umum pasien

177
menyampaikan hal-hal yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya,
tersusun renaca kerja berikutnya. ( Nursalam,2012)

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan


menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift.
Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang
berkaitan dengan rencana kegiaatn yang telah/ belum dilaksanakan.

5.3.5 Five Moment Cuci Tangan

Hasil yag didaptkan saat pengkajian situasi awal dirasa belum


optimal sehingga perlu adanya peningkatan perilaku perawat untuk
melakukan cuci tangan five moment terkait dengan upaya pencegahan
infeksi nosokomial pada pasien. Setelah dilakukan implementasi selama 2
minggu berupa sosialisasi, re-dukasi dan pemberian reward berupa perawat
terbaik didapatkan hasil evaluasi rata-rata sebanyak 90% perawat ruang
melati melakukan five moment cuci tangan dengan sebanyak 74% perawat
di ruang melati telah melakukan cuci tangan five moment sebelum kontak
langsung dengan pasien, setelah kontak dengan pasien sebesar 80% dan
sebesar 100% setelah kontak dengan lingkungan pasien. Setelah itu terdapat
peningkatan hasil rata-rata dari nilai 66% menjadi 88%.

Implementasi yang dilakukan cukup efektif dengan adanya


peningkatan sebesar 22% dengan diberikannya sosialisai, re-dukasi dan
pemberian reward, selain itu perawat juga diberikan saran saran sebagai
upaya kepatuhan dalam pelaksanaan fife moment cuci tangan. Menurut
Payle (1898,, dalam Wardani, 2011) membagi kepatuhan menjadi tiga yaitu
kepatuhan penuh, kepatuhan sebagian, dan ketidakpatuhan. Kepatuhan
merupakan kondisi dimana perawat secara konsisten dan penuh kesadaran
melakukan apa yang disarankan, kepatuhan sebagian adalah kondisi dimana

178
perawat terkadang mengikuti saran dan terkadang tidak dan ketidakpatuhan
adalah kondisi dimana perawat meninggalkan saran dan anjuran.

Kebersihan tangan ( Hand Hygiene) merupakan suatu prosedur


tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik
dibawah air mengalir atau dengan menggunakan handrub yang bertujuan
untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi
jumlah mikroorganisme sementara ( Perdalin, 2013). Berdasarkan jurnal
yang dikutip dalam Fauzia (2014) mengatakan bahwa, faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan hand hygiene. Faktor
individu yang mempengaruhi yaitu pengetahuan, sikap, bebean kerja, dan
motivasi. Faktor organisasi meliputi ada tidaknya prosedur tetap, sanksi,
penghargaan, dukungan, pelatihan dan ketersediaan fasilitas sara dan
prasarana yang menunjang pelaksanaan hand hygiene. Faktor lingkungan
meliputi air dan arsitektur bangunan.

Penerapan cuci tangan pada perawat juga harus oleh kesadaran


perawat itu sendiri dalam melindungi diri dan pasien dari bahan infeksius
serta kesadaran dalam menjalankan SOP yang benar. Kebiasaan mencuci
tangan perwat di rumah sakit, merupakan perilaku mendasar dalam upaya
pencegahan cross infection (infeksi silang). Pengetahuan merupakan
elemen yang sangat penting untuk terbentuknya tindakn seseorang. Perawat
juga harus memiliki pengetahuan tentang cuci tangan dengan benar sebagai
upaya pencegahan infeksi nosokomial dirumah sakit sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan ( Fauzia,2014)

Salah satu langkah dari pihak untuk meningkatkan pengetahuan


perawat adalah dengan mengadakan pelatihan atau sosialisasi secara
periodik terhadap pelaksanaan hand hygiene. Hal ini sesuai dengan teori
yang menjelaskan bahwa pelatihan merupakan upaya untuk melakukan
perubahan perilaku efektif yang meliputi perubahan sikap seseorang
terhadap sesuatu. Pendapat lain mengatakan bahwa pelatihan dapat

179
memberrikan informasi kepada perawat untuk membentuk sikap positif dan
meningkatkan ketrampilan dalam melaksanakan tugas-tugasnya (
Fauzia,2014).

5.3.6 Supervisi

Berdasarkan hasil evaluasi mahasiswa selama tanggal 4 Febuari


sampai 2 Maret 2019 diruang melati yaitu sudah dilakukan sipervisi dari
karu ke katim maupun ke perawat pelaksana. Hal ini dikarenakan
penyusunan panduan supervisi keperawatan yang alam sehingga membuat
waktu implementasi suoervisi keperawatan menjadi singkat, eblum adanya
jadwal yang terstruktur, dan tingginya beban kerja perawat ruangan.

Supervisi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka pemantauan


disertai dengan pemberian bimbingan, penggerakan atau motivasi dan
pengarahan ( Depkes, 2008). Supervisi berarti individu yang mempunyai
otoritas dalam dalam memperrhatikan pegawai mereka, untuk menyewa,
memindahkan, menangguhkan, memecat, memanggil kembali,
mempromosikan,membebas tugaskan, menandatangani, memberikan
hadiah atau mendisiplinkan pegawai lainnya atau bertaanggung jawab untuk
mengarahkan mereka atau mengani keluhan mereka atau secara efektif
menganjurkan suatu tindakan. Jika berkaitan dengan diatas, pelaksanaan
otoritas semacam itu tidak semat-mata rutinitas atau sifat administrasi tetapi
juga penggunaan penilaian yang independen. Menurut (Izzah, 2002) bahwa
supervisi dapat optimal ketika dilakukan satu kali dalam satu harinya akan
memilih peluang kinerja lebih baik dibandingkan perawat pelaksana yang
mendapatkan superrvisi dua kali atau lebih dalam satu hari.

Supervisi merupakan bagian yang penting dalam manajemen


keperawatan,salah satu fungsi manajemen ialah directing dimana didlamnya
terdapat kegiatan supervisi keperawatan. Implementasi supervisi diruang
melaati belum terlaksanakan optimal dikarenakan belum adanya jadwal

180
supervisi yang berkala, beban kerja yang lebih serta kurangnyamotivasi baik
kpala ruang maupun ketua tim terhadap pelaksana supervisi.

5.3.7 Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan diruang 3C telah dilaksanakan pada Ny. S


dengan diagnosa medis Anemia+Melena.

Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk


mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat,
disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat
katim dan atau konselor, kepala ruangan, perawat pelaksana, yang perlu
juga melibatkan seluruh anggota ( Kuntoro, 2010).

Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi maslah


keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan
pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan yang
diakukan oleh perawat primer, kepala ruang dan perawatan pelaksana serta
melibatkan seluruh anggota lain (Kuntono, 2010).

181
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengkajian di dapatkan bahwa untuk memonitoring
resiko jatuh mengalami penurun dari pre intervensi dengan nilai rata-rata
keseluruhan sebesar 41% menjadi 22% saat post intervensi
2. Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa pelaksanaan orientasi pasien
baru pre dan post pelaksanaan orintasi pasien baru dapat dipresentasikan
59.98% menjadi 64.02%
3. Dari hasil pengkajian di dapatkan bahwa pelaksanaan timbang terima pre
dan post pelaksanaan dengan hasil sama dapat dipresentasikan 100%
4. Dari hasil pengkajian Five Moment Hard Hygiene didapatkan hasil setelah
post intervensi adalah dari 40% menjadi 100%
5. Berdasarkan pengkajian awal selama 1 minggu mulai tgl 2019, hasil dari
wawancara kepada kepala ruangan bahwa supervisi dilakukan sewaktu-
waktu namun tidak terstruktur karena belum adanya panduan dan jadwal
supervisi yang jelas
6. Pada tanggal 14 februari 2019 dilaksanan ronde keperawatan di ruangan
melati pada pasien Ny S dengan anemia + melena di ruangan 3C yang
dihadiri oleh ahli gizi, kepala ruangan, perawat katim, perawat pelaksana
7. Berdasarkan hasil pengkajian di dapatkan bahwa untuk angka kejadian
plebitis mengalami penurunan dari pre intervensi dan pre intevensi dengan
nilai rata-rata keseluruhan sebesar7.61% menjadi 4.76% saat post intevensi

6.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Setelah dilakukan manajemen keperawatan diharapkan dapat
mengaplikasikan peran dan meningkatkan kemampuan terkait
manajemen keperawatan

182
2. Bagi Ruangan
Setelah dilakukan manajeman keperawatan diharapkan dapat
meningkatkan mutu dan usaha dalm pemberian pelayanan asuhan
keperawatan yang profesional dan kemprehensif sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pasien dan keluarga. Serta pemberian
pelayanan terhadap bio, psiko, sosial, spiritual dan kultir pasien dapat
terpenuhi dengan baik. Setelah dilakukan implementasi orientasi pasien
baru diharapkan perawat dapat meningkatkan pelaksanaan orientasi
pasien baru lebih optimal.
Setelah dilakukan implementasi pendokumentasian asuhan
keperawatan diharapkan dapat dilaksanankan secara terus menerus,
serta dalam pengisisan dokumentasi asuhan keperawatan disesuaikan
dengan standar asuhan yang telah ditetapkan di rumah sakit.
Setelah dilakukan implementasi supervisi keperawatan diharapkan
untuk kedepannya bisa lebih terjadwal dalam pelaksanaan supervisi dan
terdokumentasi pada setiap supervisi yang dilakukan sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan yang bermutu di Ruang Melati.

183
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan,I.2008.Flebitis,apa penyebabnya dan bagaimana cara


mengatasinya.Edisi 2 Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Depkes,I.2006.Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit.Depkes.Jakarta.
Depkes RI.2008.Modul Management dan Pemberian Asuhan Keperawatan di Unit
Ruang Rawat Rumah Sakit.Bandung: Depkes.
Fauzia,Ansyori dan Hariyanto.2014.Kepatuhan Standar Prosedur Operasional
Hand Hygiene Pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit.Bandung.
Hartatik, Indah Puji.2014 Buku Pintar Membuat SOP.Flash Books.Yogyakarta.
Izzah, Nur.2002. Hubungan Teknik dan Frekuensi Kepala Ruang Dengan Kinerja
Perawat Pelaksana diRuang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Batang
Jawa Tengah.Jawa Tengah.
Kuntoro,A.2010. Buku Ajar Managemen Keperawatan.Yogyakarta: Nuha Medika.
Nursalam, 2011.Managemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Professional. Edisi 3.Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam.2012.Management Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.3rd edn . Salemba Medika.Jakarta.
Sofiyandi,Herman.2008.Management Sumber Daya Manusia . Penerbit L:Graha
Ilmu.Yogyakarta.
Wadani,S.J.,2011.Hubungan Antara Praktik Personal Hygiene Ibu Dengan
Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu
Kelurahan Sugiwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Tebalang
Kota Semarang.Semarang.
Wahyunah.2011.Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Therapi Infus dengan
Kejadian flebitis dan kenyamanan pasien di ruang raawat inap RSUD
Indramayu. Thesis.Fakultas keperawatan ,Universitas Indonesia.
Yahya, IF.2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektifitas komunitas
terapeutik perawat pelaksanaan di ruang rawat inap RS SumberWaras
Jakarta. Skripsi.

184
LAMPIRAN

185
PROPOSAL DISCHARGE PLANNING PRAKTIK MANAJEMEN
KEPERAWATAN MAHASISWA PROFESI NERS STIKES
MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO
BLITAR

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2:

Laurentina Dos Reis Lopes 1814314901019


Lufi Yetur Romzi 1814314901005
Muhkhammad Agus Sholi 1814314901006
Melinda Fandasari 1814314901023
Nelci Elvina G B 1814314901007
Refi Andi Alamsyah 1814314901008
Ria Rosanti 1814314901009
Safitri 1814314901011
Sifra Parinussa 1814314901025
Siska Putri Utami 1814314901012
Vannessia Prasetya Cia 1814314901016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES MAHARANI MALANG
2019

186
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROPOSAL DISCHARGE PLANNING
PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA
PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR

Telah disetuji
Hari :
Tanggal :

Blitar, Maret 2019

Mengetahui,

Kepala Ruangan Melati


RSUD Mardi Waluyo Blitar

Eko Sugiyono S, Kep., Ns


NIP. 196702031988031010

Pembimbing Lahan Pembimbing Intitusi

Sri Anah Puji Lestari S.Kep., Ns Ns. Sih Ageng Lumadi., M.Kep
NIDK. 8812710016 NIDN. 0729018101

187
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN
Asuhan keperawatan merupakan kegiatan memberikan tindakan keperawatan
terhadap klien baik secara mandiri atau kolaboratif melalui pendekatan terminologi
keperawatan. Asuhan keperawatan diberikan secara berkesinambungan dan
komprehensif, mulai pasien datang, selama perawatan dan menjelang pulang.
Untuk menjamin pelayanan keperawatan secara optimal, diperlukan suatu metode
atau pendekatan orientasi yang terintegrasi. Setelah mendapatkan orientasi yang
cukup tentang pelayanan kesehatan (tempat pelayanan, peraturan rumah sakit, dan
administratif), diharapkan klien dapat menjalani perawatan dengan optimal. Setelah
mendapatkan pelayanan kesehatan, klien akan kembali beraktifitas seperti
sediakala. Demi menjamin kesehatan klien secara berkesinambungan dirumah,
diperlukan adanya suatu perencanaan pulang (discharge planning), yang bertujuan
untuk meningkatkan status kesehatan klien dan menurunkan biaya-biaya yang
diperlukan untuk rehabilitasi lanjut, dengan adanya discharge planning klien dapat
mempertahankan kesehatannya dan membantu klien untuk lebih bertanggung
jawab terhadap kesehatan mereka sendiri (Jane Erwin 1999).
Discharge Planning di ruang Melati sudah dilakukan tetapi belum optimal.
Di ruangan belum tersedia sarana discharge planning seperti: leaflet untuk 10 kasus
terbanyak. PKMRS dilakukan namun tidak terjadwal dan dilaksanakan oleh
mahasiswa keperawatan yang berdinas. Apabila tidak ada mahasiswa yang sedang
praktik, PKMRS dilakukan oleh perawat ruangan atau petugas kesehatan lain yang
berkepentingan
Program pendidikan profesi Ners stikes maharani malang diharapkan mampu
menjadi role model dalam pelaksanaan discharge planning di ruang melati Rumah
SaKIT Mardi Waluyo Blitar secara benar. Oleh karena itu dengan adanya
penerapan discharge planning , diharapkan dapat dijalankan secara berkelanjutan,

188
dengan demikian diharapkan tujuan peningkatan kualitas kesehatan pasien dapat
tercapai secara optimal.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan diharapkan
mahasiswa dan perawat di Ruang Melati mampu menerapkan discharge
planning dengan baik dan benar.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi kebutuhan klien terhadap discharge planning.
2. Mengidentifikasi masalah klien dalam discharge planning.
3. Mempersiapkan klien dalam menjaga status kesehatan selama di rumah.
4. Mengajarkan pada klien dan keluarga tentang perawatan klien di rumah
yang meliputi diet, aktivitas istirahat, waktu dan tempat kontrol.
5. Melakukan evaluasi kepada klien atau keluarga selama pelaksanaan
discharge planning.
6. Mendokumentasikan pelaksanaan discharge planning.

1.3 MANFAAT
1.3.1 Klien
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memperbaiki
serta mempertahankan status kesehatan klien.
2. Meningkatkan kemandirian klien dan keluarganya dalam kesiapan
perawatan di rumah.
3. Meningkatkan kemandirian klien dan keluarganya dalam melakukan
perawatan diri sendiri di rumah.

1.3.2 Bagi Mahasiswa


1. Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa sebagai perawat dan klien
sebagai penerima pelayanan.

189
2. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana dalam discharge
planning pada penyembuhan klien.
3. Meningkatkan kualitas perawatan secara berkelanjutan pada klien saat di
rumah.
4. Membantu mahasiswa dalam mengembangkan ilmu yang telah dimiliki
serta mengaplikasikannya.
5. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengkaji kebutuhan pasien
secara komprehensif untuk menentukan perencanaan pulang bagi pasien
secara tepat.

190
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN
Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses terintegrasi
yang terdiri dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan
yang berkesinambungan (Raden dan Traft, 1990).
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistimatis dari
penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan
sesudah pulang (Carpenito, 1999). Menurut Hurts (1990) yang dikutip Kristina
(2007) perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan
perawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi
di mana perawat profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan
dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien di mana
perencanaan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik,
rehabilitatif, serta perawatan rutin yang sebenarnya (Swenberg, 2000 dalam
Kristina, 2007).

2.2 BAGIAN DARI DISCHARGE PLANNING


Menurut Rich O’Boyle (1999) discharge planning terdiri dari :
1. Memastikan klien berada di lokasi yang aman setelah klien pulang
2. Memutuskan perawatan klien lanjut yang dibutuhkan, asisten yang
dibutuhkan atau peralatan spesial yang diperlukan kemudian.
3. Mengatur pelayanan keperawatan di rumah (home care).
4. Memilih tenaga kesehatan atau Puskesmas terdekat yang akan
memonitor kesehatan klien dan keperluan medis lainnya setelah tiba di
rumah.

191
5. Memberi pelajaran singkat kepada keluarga yang akan menjaga klien di
rumah tentang keterampilan yang diperlukan untuk merawat klien.
6. Melaksanakan rentang perawatan antara RS dengan masyarakat.

2.3 TUJUAN
Menurut Jipp dan Sirass (1998) discharge planning bertujuan untuk :
1. Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.
2. Menyiapkan kemandirian klien.
3. Meningkatkan kemandirian yang berkelanjutan pada klien.
4. Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain.
5. Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, keterampilan
dan sikap dalam mempertahankan status kesehatan klien.

2.4 JENIS PEMULANGAN PASIEN


1. Conditional discharge ( pulang sementara untuk cuti)
Keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat
komplikasi. Klien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada
pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat. Akan tetapi
di ruang Marwah 4 tidak terdapat pemulangan pasien yang cuti.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya).
Cara ini merupakan akhir dari hubungan klien dengan rumah sakit, namun
apabila klien perlu dirawat kembali maka prosedur perawatan dapat
dilakukan kembali
3. Judicial discharge (pulang paksa atau pindah RS lain)
Kondisi klien ini diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak
memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus tetap dipantau dengan
melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat. Pada ruang
Marwah 4 jika pasien menginginkan pulang paksa maka pasien atau
keluarga harus mengisi informed consent terlebih dahulu, agar pihak
rumah sakit tidak disalahkan jika ada risiko setelah di rumah.

192
4. Meneruskan dengan obat jalan (kontrol di poliklinik).
5. Meninggal.
6. Pasien melarikan diri.

2.5 KOMPONEN PERENCANAAN PULANG (KOMPONEN DISCHARGE


PLANNING)
A. Pada saat pasien masuk ruangan:
1. Menyambut kedatangan pasien
2. Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan dan denah ruangan
3. Memperkenalkan pasien pada teman sekamar, perawat, dokter dan
tenaga kesehatan lain
4. Melakukan pengkajian keperawatan
5. Menyampaikan kepada keluarga perkiraan lama masa perawatan.
B. Selama masa perawatan:
1. Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain
2. Melakukan asuhan keperawatan berdasarkan masalah yang muncul
sampai dengan evaluasi perkembangan pasien selama dirawat.
3. Penyuluhan kesehatan : penyakit, perawatan, pengobatan, diet,
aktivitas, kontrol
C. Persiapan pasien pulang:
1. Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health
education) mengenai aturan diet, aktivitas istirahat, waktu dan tempat
kontrol. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tingkat pemahaman
klien dan keluarga mengenai perawatan selama klien di rumah nanti.
2. Obat-obatan yang masih dikonsumsi klien dan dosisnya
Penjelasan mengenai obat-obatan klien yang masih harus diminum,
dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat untuk minum obat, efek
samping yang mungkin muncul.

193
3. Obat-obatan yang dihentikan
Pada pasien umum kalau ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh
klien, obat-obatan tersebut tetap dibawakan ke klien, tetapi pada pasien
JPS atau Askes obat yang tidak diberikan atau diminumkan lagi
dikembalikan ke Depo farmasi.
4. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan foto selama dirawat di RS dibawakan pulang pada
klien, tetapi untuk hasil pemeriksaan laboratorium asli menjadi milik
RS.
5. Surat-surat seperti: surat keterangan sakit, surat kontrol, surat rujukan
dll.

2.6 TINDAKAN KEPERAWATAN PADA WAKTU PERENCANAAN


PULANG
1. Pendidikan kesehatan :
Diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi dan
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga, meliputi :
a. Kontrol (waktu yang tepat)
b. Diet/nutrisi yang harus konssumsi
c. Aktivitas, istirahat dan kontrol
d. Perawatan diri (kebersihan dan mandi)
2. Program pulang bertahap :
Bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke lingkungan keluarga
dan masyarakat dan antara lain apa yang harus dilakukan pasien dirumah
sakit dan apa yang harus dilakukan oleh keluarga.
3. Rujukan :
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung
antara perawat komunitas atau praktek mandiri perawat dengan rumah
sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di rumah.

194
2.7 PERAN PERAWAT DALAM DISCHARGE PLANNING
1. Kepala Ruangan
a. Membuka acara discharge planning kepada pasien
b. Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
2. Perawat Primer
a. Membuat rencana discharge planning
b. Membuat leaflet dan kartu discharge planning
c. Memberikan konseling
d. Memberikan pendidikan kesehatan
e. Menyediakan format discharge planning
f. Mendokumentasikan discharge planning
g. Melaksanakan agenda discharge planning (pada awal perawatan
sampai dengan akhir perawatan)
3. Perawat Associate
Ikut membantu melaksanakan discharge planning yang telah
direncanakan oleh perawat primer

195
2.8 ALUR DISCHARGE PLANNING

Dokter dan tim kesehatan PP dibantu PA

Keadaan pasien :
1. Klinis dan pemeriksaan penunjang
2. Tingkat ketergantungan pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Program HE : Lain-lain


administrasi
- Kontrol dan obat/perawatan
- Kebutuhan nutrisi/Gizi
- Aktivitas dan istirahat
- Perawatan di rumah

Monitoring (sebagai program Service


safety ) oleh petugas kesehatan dan
keluarga

Keterangan:
: Yang diperagakan Nursalam, 2002
(di rule play).

196
BAB 3
RESUME KEGIATAN

3.1 PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Rencana Kegiatan
Topik : Discharge Planning Tahap I
Sasaran : Klien dan keluarga yang ada di ruang Melati kamar 3c
Hari/tanggal : Senin, 18 Februari 2019
Waktu : 09.00 WIB - Selesai
Tempat : Ruang melati Rumah Sakit Mardi Waluyo Blitar
2 . Presensi :
1. Pembimbing Akademik : Ns. Sih Ageng Lumadi., M.Kep
2. Pembimbing Ruangan : Sri Anah Puji Lestari S,Kep.Ns
3. Supervisor : Sri Anah Puji Lestari S,Kep.Ns
3. Susunan acara
1. Persiapan anggota dalam kegiatan Dischage Planning terutama yang
bertindak sebagai Kepala Ruangan, Perawat Primer 1, Perawat Assosiate 1.
2. Pelaksanaan role play yang diawasi oleh para supervisor.
3. Diskusi jalannya kegiatan DP bersama supervisor.
4. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Sifra Parinussa., S.Kep
PP 1 : Vannessia Prasetya Cia., S.Kep
PA 1 :Siska Putri Utami., S.Kep
(Yang tampil adalah Kepala Ruangan, PP1 dan PA1)
5. Metode
Metode yang digunakan dalam discharge planning adalah demonstrasi dan
tanya jawab (diskusi) setelah diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perawatan klien oleh keluarga setelah keluar dari rumah
sakit.

197
6. Media
Media yang digunakan dalam pelaksanaan discharge planning kepada klien dan
keluarganya diantaranya: status pasien (Medical Record), leaflet

198
BAB 4
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN LAPORAN KEGIATAN

4.1 Mekanisme Kegiatan

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana


Persipan 1. PP melaporkan ke karu 10 Nurse station PP
tentang perencanaan menit
discharge planning.
2. Karu menanyakan Karu
bagaimana persiapan PP
untuk pelaksanaan
discharge planning dan
kelengkapan dokumen
(status pasien, leaflet).
3. Karu menanyakan kepada
PP hal-hal yang akan
diajarkan pada klien dan
keluarga
5.Karu memeriksa dan
menyetujui format discharge
planning.
Pelaksanaan 1. Karu membuka acara 30 Bed pasien Karu
discharge planning menit
2. PP dan PA mengucapkan PP
salam pada klien dan
keluarga dengan ramah
3. PP, PA bersama PP & PA
menyampaikan pendidikan
kesehatan tentang :
a. Aturan diet yang
dibutuhkan, lalu
menanyakan kembali
aturan diet pasien pada
keluarga.
b. Kebutuhan keteraturan
minum obat, efek
samping obat, tanggal
dan tempat kontrol (jika
pasien yang pulang
membutuhkan kontrol
dan rawat jalan). Lalu

199
menanyakan kembali
pada pasien dan
keluarga.
4. Memberikan reward
kepada pasien dan
keluarga.
5. PP/ PA dan klien
melakukan
pendokumentasian kartu
discharge planning dan
arsip discharge planning

6. Karu menutup acara


discharge planning atau
terminasi dengan pasien
dan keluarga
Penutup Evaluasi pada PP dan PA Nurse station Karu

4.2 Laporan Kegiatan


FORMAT DISCHARGE PLANNING UNTUK RS

No Reg. 686838 Alamat : Jl.Natuna


Nama Ny.S Ruang Rawat : Melati ( Kamar 3C)
Jenis Perempuan
Kelamin

Tanggal MRS : 11-Februari 2019 Tanggal KRS : 19 Februari 2019

Diagnosa Keperawatan : Anemia+Melena

Aturan Diet

Makanan yang mengandung Zat Besi untuk meningkatkan kadar sel darah merah

200
Obat-obatan yang masih diminum, Dosis, Warna dan Efek samping
- Cefadrozil 2x1
- Captropil 3x1
- Omeprazol 1-0
- Nucral 3x1 (1c)

Aktifitas dan Istirahat: sering istirahat dan kurangi aktivitas.

Tanggal / Tempat Kontrol: Tidak Ada

Yang dibawa pulang (Hasil Lab, Foto, Ecg)


- USG 1 Lembar
- Rongten 1 Lembar

Dipulangkan dari RS dengan keadaan


√Sembuh  Pulang Paksa
 Meneruskan dengan obat jalan  Lari
 Pindah ke RS lain  Meninggal

Lain-lain : (Surat Keterangan Istirahat)

Blitar,.......................
Pasien/Keluarga Perawat

( ) ( )

201
FORMAT DISCHARGE PLANNING untuk Pasien

No Reg. : 686838 Alamat : Jl.Natuna


Nama : Ny.S Ruang Rawat : Melati ( Kamar 3C)
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa medis : Anemia+Melena

Tanggal MRS : 11-Februari 2019 Tanggal KRS : 19 Februari 2019

Kondisi saat dipulangkan:

- Keadaan Umum: Lemah TD: 140/90 N: 80x/m S: 36,5 O C

- Mobilisasi/ Transfer : Berjalan mandiri / kursi roda / Brankar / Tongkat / lain………….

- Diet / Nutrisi : Oral / NGT / Diet Khusus………

- Pembatasan Cairan : Tidak / ya, jmlah……..cc/hr

- BAK : Normal / kateter / kondom kateter, tgl. Pasang………..

- BAK : Normal / Kolostomi / Inkontinensia

- Nyeri : Tidak/ Ya, di………….. skala…… Luka / Luka Operasi: Tidak/Ya, di…….kondisi…

Drain…………..

Jadwal Pemberian Obat di Rumah

Nama obat Jumlah Dosis Cara Pemberian Jam Pemberian Petunjuk


Khusus
-
Cefadrozoil 12 kapsul 2x1 Oral Pagi dan Malam

-
Captropil 10 tablet 3x1 Oral Pagi, Siang, Malam
-
Omeprazol 10 tablet 1-0 Oral Pagi
-
Nucral 10 tablet 1C 3x1 Sirup Pagi, Siang Malam
Dokumen yang diserahkan:

1. Hasil Laboratorium :……..Lembar 3. ECG : ………Lembar

2. Foto Rongent :1 Lembar 4. Hasil Patologi Anatomi : Ya / Tidak

202
CT Scan :……...Lembar 5. Resume Medis : Ya / Tidak

MRI :………Lembar 6. Surat Ket. Sakit : Ya / Tidak

USG :1 .Lembar 7. Surat Ket. Kelahiran : Ya / Tidak

Lain-lain :……….Lembar 8. Lain-lain………………………………..

Rencana Pemeriksaan / Kontrol Selanjutnya:

Tanggal Hari Nama Dokter Poliklinik No. Telp.

Catatan Khusus Untuk Pasien

1. Selalu menjaga pola makan

2. Tepat waktu dalam meminum obat

Dipulangkan dari RS dengan keadaan


√Sembuh  Pulang Paksa
 Meneruskan dengan obat jalan  Lari
 Pindah ke RS lain  Meninggal

Blitar,......................
DiserahkaN

Perawat
Diterima Disetujui
Pasien/Keluarga Kepala Ruangan

( )
( ) ( )

203
BAB 5
EVALUASI
5.1 Struktur
Persiapan dimulai dengan pembuatan proposal 3 hari sebelum pelaksanaan,
konsultasi dan koordinasi dengan pembimbing klinik, setelah disetujui 1 hari
sebelum pelaksanaan ditentukan pasien yang akan dilakukan discharge
planning yaitu pasien dengan typoid dengan lama masa rawat hari, selanjutnya
membuat undangan dan mendistribusikan, berlatih role play dilanjutkan
dengan menyusun leaflet
5.2 Proses
No. Waktu Kegiatan
1. 09.00 – 09.10 Discharge Planning dimulai dengan Karu menanyakan tentang program
dan kemajuan pasien, dan PP melaporkan bahwa ada pasien yang KRS
dengan Dx. Typoid, PP meminta bantuan PA untuk membantu persipan
DP, dan PP melaporkan kembali ke Karu bahwa persiapan DP sudah
siap. Karu mengecek semua persiapan DP dan mengajak PP dan PA ke
bed pasien.
2. 09.10 – 09.30 Karu membuka salam dan memberikan kata pengantar kepada keluaga
Px bahwa akan dilakukan DP oleh PP dan PA, kemudian PP dan PA
melanjutkan dengan mengevalusi pengetahuan dan informasi anak
klien tentang Typoid (pengertian, penyebab, pencegahan dan
penaganan pertama), memberikan penjelasan singkat tentang DM
(dengan leaflet), diet, aktifitas selama dirumah. PP dan PA
mengevaluasi semua informasi yang telah diberikan dengan
menanyakan kembali tentang perawatan dirumah. Karu menutup dan
mengucapkan terimakasih dan selamat kepada keluarga Px.
3. 09.40 – 09.45 Karu mengevalusi semua pekerjaan PP dan PA (mengecek resume dan
DP) dan mengucapkan terima kasih kepada PP dan PA.

5.3 Hasil

204
- Kegiatan dihadiri undangan sebanyak 2 orang yaitu pembimbing ruangan
dan pembimbing akademik.
- Informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh klien dan
keluarga.
- Keluarga mampu menyebutkan ulang substansi tentang informasi yang
telah diberikan bahan tambahan pengetahuan keluarga dan klien
- Keluarga diberikan leaflet sesuai dengan kasus penyakitnya sebagai
- Keluarga dan klien nampak puas dan mengucapkan banyak terima kasih
atas perawatan dan informasi yang telah diberikan.
- Keluarga dan klien sangat senang dengan adanya penjelasan tentang
persiapan pulang dan perawatan lanjutan di rumah.
5.4 Hambatan
2. Secara umum mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan DP dengan
lancar dan sesuai standar.
3. Pembuatan kartu DP butuh sinkronisasi dengan kebutuhan ruangan dan
rumah sakit.
5.5 Dukungan
1. Pengorganisasian acara DP yang terstruktur.
2. Proses bimbingan pelaksanaan DP oleh pembimbing akademik.
3. Adanya kerjasama dan kesempatan yang seluas-luasnya antara pihak
perawat ruangan dengan mahasiswa sebagai pelaksana.
4. Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses DP yang baik
di ruang melati.

205
DAFTAR PUSTAKA

Chesca, (1990). Perencanaan Pulang Pasien. Makalah Kuliah untuk Perawat.


Yakarta.

Morison (2004). Manajemen Luka. Jakarta: EGC

Nickolaus (2007).Hydrocephalus Therapy. USA: Medtronic Neurologic


Technologies. Diunduh dari www.medtronic.com tangal akses 17 Mei 2008.

Nursalam (2007). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional-edisi 2. Jakarta: Salemba.

206
FORMAT DISCHARGE PLANNING UNTUK RS

No Reg. : Alamat : ..........................................


Nama : Ruang : ..........................................
Jenis Kelamin : Rawat

Tanggal : ............................................ Tanggal : ...........................................


MRS KRS

Diagnosa Keperawatan

Aturan Diet

Obat-obatan yang masih diminum, Dosis, Warna dan Efek samping

Aktifitas dan Istirahat

Tanggal / Tempat Kontrol

Yang dibawa pulang (Hasil Lab, Foto, Ecg)

Dipulangkan dari RS dengan keadaan


 Sembuh  Pulang Paksa
 Meneruskan dengan obat jalan  Lari
 Pindah ke RS lain  Meninggal

Lain-lain : (Surat Keterangan Istirahat)

Blitar,.......................
Pasien/Keluarga Perawat

( ) ( )

207
FORMAT DISCHARGE PLANNING UNTUK PASIEN

No Reg. : ............................................... Alamat : ..........................................


Nama : .............................................. Ruang : ..........................................
Jenis Kelamin : .............................................. Rawat
Diagnosa medis :

Tanggal MRS : ............................................ Tanggal : ...........................................


KRS

Kondisi saat dipulangkan:

- Keadaan Umum:…………. TD: N: S:

- Mobilisasi/ Transfer : Berjalan mandiri/kursi roda/Brankar/Tongkat/lain………….

- Diet / Nutrisi : Oral/NGT/Diet Khusus………

- Pembatasan Cairan : Tidak/ya, jmlah……..cc/hr

- BAK : Normal/kateter / kondom kateter, tgl. Pasang………..

- BAK : Normal/Kolostomi/Inkontinensia

- Nyeri : Tidak/ Ya, di………….. skala…… Luka/Luka Operasi: Tidak/Ya, di…….kondisi…

Drain…………..

Jadwal Pemberian Obat di Rumah

Nama obat jumlah Dosis Frekuensi Cara Jam Petunjuk


Pemberian Pemberian Khusus

Dokumen yang diserahkan:

1. Hasil Laboratorium :……..Lembar 3. ECG : ………Lembar

2. Foto Rongent :……...Lembar 4. Hasil Patologi Anatomi : Ya / Tidak

CT Scan :……...Lembar 5. Resume Medis : Ya / Tidak

208
MRI :………Lembar 6. Surat Ket. Sakit : Ya / Tidak

USG :……….Lembar 7. Surat Ket. Kelahiran : Ya / Tidak

Lain-lain :……….Lembar 8. Lain-lain………………………………..

Rencana Pemeriksaan / Kontrol Selanjutnya:

Tanggal Hari Nama Dokter Poliklinik No. Telp.

Catatan Khusus Untuk Pasien

1.

2.

3.

Dipulangkan dari RS dengan keadaan


 Sembuh  Pulang Paksa
 Meneruskan dengan obat jalan  Lari
 Pindah ke RS lain  Meninggal

Blitar,.......................

Diserahkan

Diterima Disetujui
Perawat
Pasien/Keluarga Kepala Ruangan

( ) ( )
( )

209
DISCHARGE PLANNING PADA KLIEN TYPOID

Tahap I
Hari/ Mengetahui (nama & ttd)
Pengetahuan
Tanggal/
Pasien/
Jam Obyektif Evaluasi Perawat
Kel Pasien
- Pengertian Typoid Apa itu penyakit Typoid?
- Penyebab Typoid

- Tanda & Gejala Apa penyebab penyakit Typoid?


Typoid Apa ada keluarga yang menderita
penyakit Typoid?
- Penatalak sanaan Kapan anda tahu anda menderita
penyakit Typoid?
- Komplikasi
Bagaimana penyakit typoid terjadi?
- Cara Penularan
- Pencegahan Apa anda tahu tanda-tanda penyakit
Typoid?
- Diagnosis typoid Apa yang terjadi jika anda tidak rajin
kontrol?atau cek gula darah?
Apa yang akan terjadi bila anda tidak
menuntaskan minum obat?

Bagaimana anda bisa terkena


penyakit ini ?
Apa saja yang dilakukan pda pasien
typoid di RS?
Apa pertolongan yang harus dilakukan
pada penderita typoid?

Apa yang anda lakukan agar penyakit


ini tidak menjadi lebih parah?
Apa penyulit yang bisa timbu lakibat
typoid?

Apa penyakit Typoid menular?

Apa bisa dicegah?


Apa anda tahu cara mencegah
penyakit typoid?

Bagaimana cara untuk memastikan


penyakit typoid?

210
Cek widal dan kultur darah setelah
panas hari ke-5 dan cek Igg
Salmonella

Tahap II
Hari/ Mengetahui (nama & ttd)
Tindakan
Tanggal/
Pasien/
Jam Obyektif Evaluasi Perawat
Kel Pasien
Diet Typoid Apa anda tahu diet typoid?

Obat Apa anda tahu obat-obat yang harus


diminum?
Bila ada keluarga yang sakit apa ada
PMOnya?

Tahap III
Hari/ Mengetahui (nama & ttd)
Pengobatan berkelanjutan
Tanggal/
Pasien/
Jam Obyektif Evaluasi Perawat
Kel Pasien
- Nutrisi Makanan apa yang sesuai untuk diet
- Obat typoid?
- Lingkungan
Apa yang anda lakukan bila lupa
minum obat ?

Bagaimana upaya anda untuk


menciptakan lingkungan yang sehat
untuk penderita Typoid

211
Tahap IV
Hari/ Mengetahui (nama & ttd)
Pertemuan Keluarga
Tanggal/
Pasien/
Jam Obyektif Evaluasi Perawat
Kel Pasien
- Pengawasan Obat Siapa yang akan menjadi PMO
pasien?(Bila yang sakit sudah lansia)

- Support system
Apa yang akan PMO lakukan bila
pasien malas minum obat?

Apa yang keluarga lakukan agar


mendapatkan dukungan untuk
pengobatan sampai tuntas ?

Tahap V
Hari/ Mengetahui (nama & ttd)
Rencana Tindak Lanjut
Tanggal/
Pasien/
Jam Obyektif Evaluasi Perawat
Kel Pasien
- Menentukan Puskesmas atau rumah sakit ?
sarana pelayanan
kesehatan yang
mudah dijangkau

- Menentukan Apa anda tahu kapan anda minum


jadwal minum obat?
obat

212
PROPOSAL PENERIMAAN PASIEN BARU PRAKTIK MANAJEMEN
KEPERAWATAN MAHASISWA PROFESI NERS STIKES
MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO
BLITAR

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2:

Laurentina Dos Reis Lopes 1814314901019


Lufi Yetur Romzi 1814314901005
Muhkhammad Agus Sholi 1814314901006
Melinda Fandasari 1814314901023
Nelci Elvina G B 1814314901007
Refi Andi Alamsyah 1814314901008
Ria Rosanti 1814314901009
Safitri 1814314901011
Sifra Parinussa 1814314901025
Siska Putri Utami 1814314901012
Vannessia Prasetya Cia 1814314901016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES MAHARANI MALANG
2019

213
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROPOSAL PENERIMAAN PASIEN BARU
PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA
PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR

Telah disetuji
Hari :
Tanggal :

Blitar, Maret 2019

Mengetahui,
Kepala Ruangan Melati
RSUD Mardi Waluyo Blitar

Eko Sugiyono S, Kep., Ns


NIP. 196702031988031010

Pembimbing Lahan Pembimbing Intitusi

Sri Anah Puji Lestari S.Kep., Ns Ns. Sih Ageng Lumadi., M.Kep
NIDK. 8812710016 NIDN. 0729018101

214
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
fenomena yang harus direspons oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat
kondusif dan belajar banyak langkah – langkah konkrit dalam pelaksanaannya
(Nursalam, 2002).
Salah satunya adalah pada saat penerimaan pasien baru. Di ruang Melati
RSUD Mardi Waluyo Blitar, penerapan dalam masalah penerimaan pasien baru
sudah dilakukan namun dalam pelaksanaannya belum optimal, misalnya
penerimaan pasien baru hanya diterima oleh PP di nurse station setelah itu
langsung diantar ke ruang rawat tanpa dijelaskan fasilitas, dokter yang
menangani, waktu jam kunjung dan lain-lain.
Penerimaan pasien baru merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan komprehensif yang melibatkan klien dan keluarga dimana sangat
mempengaruhi mutu kualitas pelayanan. Pemenuhan tingkat kepuasan pasien
dapat dimulai dengan adanya suatu upaya perencanan tentang kebutuhan asuhan
keperawatan sejak masuk sampai pasien pulang. Penerimaan pasien baru yang
belum dilakukan sesuai standart maka besar kemungkinan akan menurunkan
mutu suatu kualitas pelayanan yang baik, pada akhirnya dapat menurunkan
tingkat kepercayaan pasien terhadap pelayanan suatu Rumah Sakit.
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat
dalam pelayanan keperawatan adalah dengan melakukan proses penerimaan
pasien baru sesuai standart. Dengan harapan adanya faktor kelolaan yang optimal
sehingga mampu menjadi wahana bagi peningkatan keefektifan pelayanan
keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum:
Setelah dilakukan penerimaan pasien baru diharapkan pasien baru
diruang Melati mampu melakukan adaptasi ruangan dengan lebih baik,
sehingga tingkat kecemasan pasien dapat berkurang.

215
1.2.2 Tujuan khusus:
➢ Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik.
➢ Menjelaskan tentang orientasi ruangan .
➢ Menjelaskan tentang perawatan.
➢ Menjelaskan tentang tenaga medis (dokter dan perawat yang menangani
serta jadwal visite).
➢ Menjelaskan tentang tata tertib ruangan.
➢ Melakukan dan melengkapi pengkajian pasien baru.

1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Klien:
➢ Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan.
➢ Lama perawatan menurun sehingga biaya perawatan yang dikeluarkan
berkurang.
1.3.2 Bagi Perawat:
➢ Tercapainya kepuasan kerja yang optimal.
➢ Perawat, pasien dan keluarga dapat bekerja sama dengan baik.
➢ Meningkatkan kepercayaan klien/keluarga kepada perawat.
1.3.3 Bagi Institusi :
Tercapainya model asuhan keperawatan professional.

216
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan
pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan
beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib
ruangan (Nursalam, 2002).

2.2 TUJUAN PENERIMAAN PASIEN BARU


1. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik.
2. Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien.
3. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum.
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS.

2.3 TAHAPAN PENERIMAAN PASIEN BARU


1. Tahap Pra Penerimaan Pasien Baru:
a. Menyiapkan kelengkapan administrasi
b. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
c. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
d. Menyiapkan format pengkajian
e. Menyiapkan informed consent sentralisasi obat
f. Menyiapkan nursing kit
g. Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan.
2. Tahap Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru:
a. Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan, perawat primer,
perawat yang diberi delegasi atau perawat asosiate
b. Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya
c. Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan mengantar ke tempat
yang telah ditetapkan
d. Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur
(apabila pasien datang dengan branchard/ kursi roda) dan berikan posisi
yang nyaman bagi pasien
e. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format.

217
f. Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar
g. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi ruangan,
perawatan (termasuk perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi
obat), medis (dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata
tertib ruangan
h. Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan
i. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani inform concent sentralisasi obat
j. Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat kepuasan
pasien

2.4 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Pelaksanaan secara efektif dan efisien
2. Dilakukan oleh kepala tim, perawat primer dan prakarya yang telah diberi
wewenang / delegasi
3. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien
4. Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik.

2.5 PERAN PERAWAT DALAM PENERIMAAN PASIEN BARU


1. Kepala Ruangan
Menerima pasien baru
2. Kepala TIM
a. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru
b. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
c. Melakukan pengkajian pada pasien baru
d. Mengorientasi klien pada ruangan
e. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab
f. Mpenjelasan tentang sentralisasi obat pada pasien
g. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru.
3. Perawat Pelaksana (PP)
Membantu Kepala TIM dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru.

218
2.6 ALUR PENERIMAAN PASIEN BARU
Pra
Karu memberitahu Katim akan adanya pasien baru

Katim menyiapkan:

1. Menyampaikan PP untuk menyiapkan tempat tidur pasien baru


2. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
3. Menyiapkan format pengkajian
4. Menyiapkan informed consent sentralisasi obat
5. Menyiapkan nursing kit
6. Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan
7. Menyiapkan lembar hak dan kewajiban pasien
8. Menyiapkan kartu pengunjung
9. Menyiapkan kuesioner kepuasan pasien
Pelaksa-
naan PP menyiapkan:
1. Menyiapkan tempat tidur pasien baru
2. Membantu Katim

Karu, Katim dan PP menyambut pasien baru

Anamnesa pasien baru oleh Katim dan PP

Katim menjelaskan segala sesuatu yang tercantum


dalam lembar penerimaan pasien baru

Post Terminasi

BABEvaluasi
III

219
BAB 3
LAPORAN KEGIATAN

3.1 PELAKSANAAN KEGIATAN


Hari/tanggal : Sabtu, 16 Februari 2016
Pukul : 13.00
Pelaksana : Karu, Katim dan Perawat Pelaksana
Topik : Aplikasi peran, pelaksanaan penerimaan pasien baru
Tempat : Ruang Melati Kamar 3C RSUD. Mardi Waluyo Blitar
Sasaran : Pasien baru masuk di Ruang Melati (Ny.N)

3.2 PENGORGANISASIAN
Kepala Ruangan : Laurentina Dos Reis Lopes S.Kep
Katim : Siska Putri Utami S.Kep
PP 1 : Lufi Yetur Romzi S.Kep
PP 2 : Refi Andi Alamsyah S.Kep

3.3 METODE
3 Penjelasan
4 Diskusi / Tanya jawab
5 Observasi

3.4 MEDIA
1. Lembar pasien masuk RS
2. Lembar pengkajian
3. Nursing kit
4. Lembar inform consent sentralisasi obat
5. Lembar tata tertib pasien dan keluarga pasien
6. Lembar tingkat kepuasan pasien

220
3.5 MEKANISME PENERIMAAN PASIEN BARU

Tahap Kegiatan Tempat Waktu Pelaksana


Pra 1. Karu memberitahu Katim Nurse 5 menit Karu
penerimaan akan adanya pasien baru station Katim
pasien baru 2. Katim menyiapkan hal-hal PP
yang diperlukan dalam
penerimaan pasien baru
diantaranya: Lembar pasien
masuk RS, Lembar format
pengkajian pasien, Nursing
kit, Lembar inform consent
sentralisasi obat, Lembar
tata tertib pasien dan
keluarga pasien, Lembar
tingkat kepuasan pasien.
3. Katim meminta bantuan PP
untuk mempersiapkan
tempat tidur pasien baru
4. Karu menanyakan kembali
pada Katim tentang
kelengkapan untuk
penerimaan pasien baru
5. Katim menyebutkan hal –
hal yang telah dipersiapkan

Pelaksanaan 1. Karu, Katim dan PP Kamar 20 menit Karu


penerimaan menyambut pasien dan pasien Katim
pasien baru keluarga dengan memberi PP
salam serta Pasien dan
memperkenalkan diri pada keluarga
klien/keluarga

221
2. PP menunjukkan tempat
tidur pasien yang akan
ditempati
3. Di tempat tidur pasien,
Katim dan PP melakukan
anamnesa
4. Kemudian Katim mengisi
lembar pasien masuk serta
menjelaskan mengenai
beberapa hal yang
tercantum dalam lembar
penerimaan pasien baru
5. Ditanyakan kembali pada
pasien dan keluarga
mengenai hal-hal yang
belum dimengerti.
6. Katim, pasien dan keluarga
menandatangani
persetujuan sentralisasi obat
7. Katim memberikan lembar
kuesioner tingkat kepuasan
pasien.
8. Katim dan PP kembali ke
nurse station.

Post 1. Karu memberikan reward Nurse 5 menit Karu


penerimaan pada Katim dan PP station Katim
pasien baru 2. PP melaksanakan intervensi PP
keperawatan.

222
3.6 EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan
pasien baru , informed consent, dan format pengkajian, nursing kit,
status, lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien, dan lembar tata tertib
pasien dan pengunjung
b. Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh Karu, Katim dan
PP, sedangkan pada shift sore dan malam dilakukan oleh Katim dan PP.
2. Evaluasi Proses
a. Pasien baru disambut oleh Karu, Katim dan PP
b. Katim melakukan anamnesa dengan dibantu oleh PP.
c. Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan
(termasuk sentralisasi obat), medis, serta tata tertib ruangan
d. Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga.
3. Evaluasi Hasil
a. Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar
b. Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis, serta
tata tertib ruangan
c. Pasien sudah menandatangani persetujuan sentralisasi obat.

223
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh Karu, Katim dan
PP. Sedangkan pada shift sore dan malam hanya dilakukan oleh Katim dan PP
Saja.

4.2 Saran
Penerimaan pasien baru sudah dilaksanakan dengan baik namun kedepan
harus ditingkatkan lagi agar pasien tidak merasa kebingungan dikemudian hari
tentang alur perawatan.

224
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktek keperawatan


professional. Jakarta : Salemba Medika.
Gillies. (1989). Manajemen keperawatan suatu pendekatan system. Alih Bahasa :
Duka Sukmana. Jakarta.

225
FORMAT CHECK LIST OPB
Dilakukan
Dilakukan
Tahap tetapi Tidak
Kegiatan dan sudah
Kegiatan kurang dilakukan
benar
benar
Pra 1. Persiapan
Pelaksana a. Ceklist orientasi
pasien baru
b. Kartu penunggu
pasien
c. Lembar tentang tata
tertib rumah sakit
Total
Presentase
Pelaksanaan 2. Prosedur kerja
a. Memberi salam pada
pasien dan keluarga
b. Memperkenalkan
diri
c. Menjelaskan kepada
keluarga/ pasien
tentatng semua
fasilitas yang
tersedia diruang
perawatan dan
prosedur
penggunaanya
3. Menjelaskan tata tertib
rumah sakit
4. Menjelaskan hak-hak
dan kewajiban pasien
5. Memberikan
penjelasan dokter yang
merawat dan perawat
yang bertanggung
jawab
6. Memberikan kartu
tunggu
7. Setiap selesai
melaksanankan
orientasi harus tercatat
pada check list dan
ditandatangani oleh
kedua belah pihak
Post 1. Orientasi diberikan
Pelaksanan pada klien dan
didamping anggota
keluarga yang
dilakukan di kamar

226
klien dengan
menggunakan format
orientasi
2. Orientasi ini diulang
kembali minimal
setiap dua hari oleh
ketua tim atau yang
mewakili, sekaligus
menginformasikan
perkembangan,
kondisi keperawatan
klien dengan
mengidentifikasi
kebutuhan klien
Total
Presentasi

227
Nama :............................................
No RM :.......................................L/P
Tanggal Lahir :............................................

CHECK LIST ORIENTASI PASIEN BARU


Diberikan kepada □ Pasien □ Keluarga □ Lain-
lain.......................................
PETUGAS RUANGAN
□ Perkenalan terhadap staf perawat dan staf lainnya
FASILITAS FISIK
□ Nurse Station
□ Penggunaan TV, toilet
□ Penggunaan Telepon
□ Cara memanggil perawat
KEBIJAKAN TATA TERTIB MANAJEMEN KESELAMATAN
□ Aktifitas harian bangsal (arahlan pada □ Pencegahan jatuh
diagram alur) □ Orang tidak dikenal
□ Kebersihan kamar mandi □ Penggunaan gelang identitas pasien
□ Pengunjung dan jam kunjungan □ Pintu keluar bila terjadi kebakaran
□ Pemakaian pakaian dari rumah □Lokasi bahaya api, dilarang merokok di
□ Prosedur mengajukan keluhan lingkungan rumah sakit
□ Prosedur pre dan post operasi (Jika □ Bila akan meninggalkan bangsal harus
ada) sesuai peraturan rumah sakit
□ Pelayanan makan □ Hand Hygiene
□ Nomer telepon bangsal
□Jangan mengganggu pelayanan obat
oleh perawat
□Prosedur menggenai cara bertemu
dokter untuk menanyakan kondisi
medis terbaru
BARANG-BARANG BERHARGA/ PROTASE
a.Gigi Palsu □ Tidak □ Ya (Atas/Bawah/Disimpan oleh...........)
b. Alat bantu dengar □ Tidak □ Ya (Kiri/Kanan/Disimpan oleh..............)
c.Barang berharga □ Tidak ada □ Ada (Disimpan oleh pasien/keluarga,
sebutkan.............)

228
Pernyataan

Bahwa saya (pasien/keluarga) setuju untuk menyimpan barang-barang atau uang


selama dirawat, saya tidak akan meminta pertanggung jawaban rumah sakit jika terjadi
kerusakan atau kehilangan.

Blitar,............................................2019

Yang Memberikan Yang Menyatakan/ Saksi


Orientasi Menerima Orientasi

(.......................................) (.....................................) (....................................)

229
PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN PRAKTIK MANAJEMEN
KEPERAWATAN MAHASISWA PROFESI NERS STIKES
MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO
BLITAR

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2:

Laurentina Dos Reis Lopes 1814314901019


Lufi Yetur Romzi 1814314901005
Muhkhammad Agus Sholi 1814314901006
Melinda Fandasari 1814314901023
Nelci Elvina G B 1814314901007
Refi Andi Alamsyah 1814314901008
Ria Rosanti 1814314901009
Safitri 1814314901011
Sifra Parinussa 1814314901025
Siska Putri Utami 1814314901012
Vannessia Prasetya Cia 1814314901016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES MAHARANI MALANG
2019

230
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN
PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA
PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR

Telah disetuji
Hari :
Tanggal :

Blitar, Maret 2019


Mengetahui,

Kepala Ruangan Melati


RSUD Mardi Waluyo Blitar

Eko Sugiyono S, Kep., Ns


NIP. 196702031988031010

Pembimbing Lahan Pembimbing Intitusi

Sri Anah Puji Lestari S.Kep., Ns Ns. Sih Ageng Lumadi., M.Kep
NIDK. 8812710016 NIDN. 0729018101

231
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pengetahuan masyarakat yang meningkat menyebabkan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan termasuk
didalamnya pelayanan keperawatan. Melihat fenomena tersebut mendorong perawat
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan
langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut dapat
berupa penataan sistem model asuhan keperawatan professional (MAKP) mulai dari
ketenagaan/pasien, penetapan MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan.
Pemenuhan tingkat kepuasan pasien ini dapat dimulai dengan upaya menggali
kebutuhan pasien demi tercapainya keberhasilan asuhan keperawatan. Metode yang
dipilih untuk menggali secara mendalam tentang kebutuhan pasien adalah dengan
melaksanakan ronde keperawatan. Dengan melaksanakan ronde keperawatan
diharapkan dapat memecahkan masalah keperawatan pasien melalui cara berpikir
kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas
masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan,
konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi medik).
Selain menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde keperawatan juga
merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis
perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan
pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan
ronde keperawatan yang berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan perawat ruangan untuk berpikir secara kritis dalam peningkatan
perawatan secara professional. Dalam pelaksanaan ronde juga akan terlihat
kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain
guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien (Nursalam,2007).
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka kami mahasiswa Profesi Ners
STIKES Maharani Malang akan mengadakan kegiatan ronde keperawatan di Ruang
Melati selama Praktik Profesi Manajemen Keperawatan.

232
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir kritis.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu:
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validasi data klien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah klien.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

1.3 Manfaat
1. Bagi Pasien
1). Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
2). Mendapat perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
3). Memenuhi kebutuhan pasien
2. Bagi Perawat
1). Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.
2). Meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan.
3). Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
3. Bagi rumah sakit
1). Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
2). Menurunkan lama hari perawatan pasien.

233
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RONDE KEPERAWATAN


2.1.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu
harus dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat
assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011)

2.1.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.

2.1.3 Kriteria klien


Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Klien dengan kasus baru atau langka

2.1.4 Peran masing-masing anggota tim


1. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji

234
2. Perawat Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

235
2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

TAHAP PRA RONDE PP


2

Penetapan Pasien Pasien

Persiapan Pasien :

➢ Informed Concent
➢ Hasil Pengkajian/
Validasi data
3 ➢ Apa masalah & diagnosis
TAHAP
keperawatan?
4 PELAKSANAAN DI Penyajian ➢ Data apa yang mendukung?
5 NURSE STATION ➢ Bagaimana intervensi yang sudah
Masalah
dilakukan?
6 ➢ Apa hambatan yang ditemukan?

7 TAHAP RONDE DI
Validasi data
BED KLIEN
8

Diskusi PP, Konselor, KARU,


Dokter, Gizi,FisioThe

9 TAHAP PASCA
10 RONDE Lanjutan diskusi di
Nurse Station

Simpulan dan rekomendasi


solusi masalah

Aplikasi Hasil analisis

dan diskusi

Masalah teratasi

236
2.1.6 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Melati RSUD. Mardi
Waluyo, Blitar persyaratan administratif sudah lengkap (Informed
consent, alat, dan lainnya)
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan
3. Evaluasi Hasil :
a. Klien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah klien dapat teratasi.
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan

237
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ANEMIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER
2.2.1 Anemia
1 Pengertian
a. Anemia berarti kekurangan sel darah merah dapat disebabkan oleh
hilangnya darah terlalu cepatatau kerena terlalu lambatnya produksi sel
darah merah (Guyton, 1997:538)
b. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999:569 ).
c. Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006:256).
d. Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar HB
atau hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan sutu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh. (Smeltzer, 2002:935 ) .
e. Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin
yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh. (Bakta, 2003:12)
f. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002 : 935).

2 Epidemiologi
Prevalensi anemia aplastik yang tinggi terdapat di bagian tropik yang
dapat mencapai hingga 40 % di daerah tertentu. Prevalensi anemia aplastik
lebih rendah di dapat juga di daerah Mediteranian, Saudi Arabia dan beberapa
bagian di India. Anemia aplastik adalah anemia yang terjadi akibat rusaknya
sumsum tulang belakang yang paling banyak didapat. Pembawa sifat
diturunkan secara dominan. Insiden diantara orang Amerika berkulit hitam

238
adalah sekitar 8 % sedangkan status homozigot yang diturunkan secara resesif
berkisar antara 0,3 – 1,5 %. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535).

3 Penyebab
Penyebab dari anemia antara lain :
a. Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena;
• Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
• Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient
• Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
• Inflitrasi sum-sum tulang
b. Kehilangan darah
• Akut karena perdarahan
• Kronis karena perdarahan
• Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)
c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi karena;
• Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
• Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit
d. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada
Ini merupakan penyebab tersering dari anemia dimana terjadi kekurangan
zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin
B12 dan asam folat.

4 Tanda Dan Gejala


Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan
neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia
(badan kurus), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak.
Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L,
yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah).

239
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan
kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan
stroke atau serangan jantung.(Price ,2000:256-264).
Manifestasi klinis
Area Manifestasi klinis
Keadaan umum Pucat , penurunan kesadaran, keletihan berat ,
kelemahan, nyeri kepala, demam, dipsnea,
vertigo, sensitive terhadap dingin, BB turun.
Kulit Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit
pucat, sianosis, kulit kering, kuku rapuh,
koylonychia, clubbing finger, CRT > 2 detik,
elastisitas kulit munurun, perdarahan kulit atau
mukosa (anemia aplastik)
Mata Penglihatan kabur, jaundice sclera,
konjungtiva pucat.
Telinga Vertigo, tinnitus
Mulut Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis,
perdarahan gusi, atrofi papil lidah, glossitis,
lidah merah (anemia deficiency asam folat)
Paru – paru Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Kardiovaskuler Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak
waktu kerja, angina pectoris dan bunyi
jantung murmur, hipotensi, kardiomegali,
gagal jantung
Gastrointestinal Anoreksia, mual-muntah, hepatospleenomegali
(pada anemia hemolitik)
Muskuloskletal Nyeri pinggang, sendi
System persyarafan Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, irritable, lesu
perasaan dingin pada ekstremitas.
(Bakta, 2003:15)

240
5 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau
dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
(Smeltzer & Bare. 2002 : 935 ).

6 Pathway
(terlampir)

7 Klasifikasi
Klasifikasi anemia menurut faktor morfologi :
a. Anemia hipokromik mikrositer : MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg
Sel darah merah memiliki ukuran sel yang kecil dan pewarnaan
yang berkurang atau kadar hemoglobin yang kurang (penurunan MCV dan
penurunan MCH)
1) Anemia defisiensi besi
2) Thalasemia major
3) Anemia akibat penyakit kronik
4) Anemia sideroblastik
b. Anemia normokromik normositer : MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
Sel darah merah memiliki ukuran dan bentuk normal serta
mengandung jumlah hemoglobin dalam batas normal.
1. Anemia pasca perdarahan akut

241
2. Anemia aplastik
3. Anemia hemolitik didapat
4. Anemia akibat penyakit kronik
5. Anemia pada gagal ginjal kronik
6. Anemia pada sindrom mielodisplastik
7. Anemia leukemia akut
c. Anemia normokromik makrositer : MCV > 95 fl
Sel darah merah memiliki ukuran yang ukuran yang lebih besar
dari pada normal tetapi tetapi kandungan hemoglobin dalam batas normal
(MCH meningkat dan MCV normal).
1. Bentuk megaloblastik
a) Anemia defisiensi asam folat
b) Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
2. Bentuk non-megaloblastik
a) Anemia pada penyakit hati kronik
b) Anemia pada hipotiroidisme
c) Anemia pada sindrom mielodisplastik

Klasifikasi anemia menurut faktor etiologi :


a. Anemia karena produksi eritrosit menurun
1. kekurangan bahan unuk eritrosit (anemia defisiensi besi, dan anemia
deisiensi asam folat/ anemia megaloblastik)
2. gangguan utilisasi besi (anemia akibat penyakit kronik, anemia
sideroblastik)
3. kerusakan jaringan sumsum tulang (atrofi dengan penggantian oleh
jaringan lemak:anemia aplastik/hiplastik, penggantian oleh jaringan
fibrotic/tumor:anemia leukoeritoblastik/mielopstik)
4. Fungsi sumsum tulang kurang baik karena tidak diketahui. (anemia
diserotropoetik, anemia pada sindrom mielodiplastik)
b. Kehilangan eritrosit dari tubuh.
1. Anemia pasca perdarahan akut.
2. Anemia pasca perdarahan kronik
c. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)
1. Faktor ekstrakorpuskuler

242
- Antibody terhadap eritrosit: (Autoantibodi-AIHA, isoantibodi-
HDN)
- Hipersplenisme
- Pemaparan terhadap bahan kimia
- Akibat infeksi
- Kerusakan mekanik
2. FaKtor intrakorpuskuler
- Gangguan membrane (hereditary spherocytosis, hereditary
elliptocytosis)
- Gangguan enzim (defisiensi piruvat kinase, defisiensi G6PD)
- Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati structural,
thalasemia)
(Bakta, 2003:15,16)

Anemia yang terjadi akibat menurunnya produksi SDM antara lain :


• Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan
hipokromik (konsentrasi Hb kurang), mikrositik yang disebabkan oleh
suplai besi kurang dalam tubuh. kurangnya besi berpengaruh dalam
pembentukan Hb sehingga konsentrasinya dalam SDM berkurang, hal ini
akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen keseluruh
jaringan tubuh. Pada keadaan normal kebutuhan besi orang dewasa adalah
2- 4 gm. Pada laki-laki kebutuhan besi adalah 50 mg/kgBB dan pada wanita
35 mg/kgBB ( Lawrence M Tierney, 2003) dan hamper 2/3 terdapat dalam
Hb. Absorbsi besi terjadi dilambung, duodenum dan jejunum bagian atas
adanya erosi esofagitis, gaster, ulser duodenum, kanker dan adenoma kolon
akan mempengaruhi absobsi besi.
• Anemia megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena rusaknya sintesis DNA yang
mengakibatkan tidak sempurnanya SDM. Keadaan ini disebabkan karena
defisiensi vitamin B12 dan asam folat.karakteristik SDM ini adalah adanya
megaloblas abnormal, Prematur dengan fungsi yang tidak normal dan
dihancurkan semasa dalam sumsum tulang sehingga terjadinya

243
eritropoeisis dengan masa hidup eritrosit yang lebih pendek.yang akan
mengakibatkan leucopenia, trombositopenia .
• Anemia defisiensi vitamin B12
Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya faktor intrinsik
yang diproduksi di sel parietal lambung sehingga terjadi gangguan absobsi
vitamin B12 .
• Anemia defisiesi asam folat
Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang
kurang makan sayuran dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan,
alkolik dapat meningkatkan kebutuhan folat, wanita hamil, masa
pertumbuhan. Defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindrom
malabsobsi
• Anemia aplastik
Terjadi akibat ketidak sanggupan sumsum tulang untuk membentuk
sel – sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan oleh kerusakan primer atau
zat yang dapat merusak sumsum tulang (Mielotoksin).

Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan SDM


dapat terjadi karena hiperaktifnya RES.
Meningkatnya destruksi SDM dan tidak adekuatnya produksi SDM
biasanya karena faktor-faktor :
• Kemampuan respon sumsum tulang terhadap penurunan SDM kurang
karena meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah
• Meningkatnya SDM yang masih muda dalam sumsum tulang
dibandingkan yang matur atau matang .
• Ada atau tidaknya hasil destruksi SDM dalam sirkulasi (peningkatan kadar
bilirubin)

Anemia yang terjadi akibat meningkatnya destruksi/kerusakan SDM


antara lain:
• Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit
sehingga usia SDM lebih pendek yang disebabkan oleh : 5% dari jenis

244
anemia, herediter, Hb abnormal, membran eritrosit rusak, thalasemia,
anemia sel sabit, reaksi autoimun, toksik, kimia, pengobatan, infeksi,
kerusakan fisik .
• Anemia sel sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitk berat yang ditandai dengan
SDM kecil sabit, dan pembesaran limfa akibat kerusakan molekul Hb

8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999
:572)
• Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun
dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP).
Pansitopenia (aplastik).
Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt) : 3,9 juta per mikro liter pada
wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria
• Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
• Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
• Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
• LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
• Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
• Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
• SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000 – 10.000 permokro liter
• Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau
tinggi (hemolitik)

245
Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000 – 400.000 per mikro
liter darah
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin.
Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat
(AP, hemolitik).
• Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
• Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
• TBC serum : meningkat (DB)
• Feritin serum : meningkat (DB)
• Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
• LDH serum : menurun (DB)
• Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
• Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
• Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI
• Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
• Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (aplastik).

9. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-
pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung
juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu

246
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal
jantung kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat
beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu
dispnea, nafas pendek dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani
merupakan manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen (Price
&Wilson, 2006)

10. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari terapi anemia adalah untuk identifikasi dan
perawatan karena penyebab kehilangan darah,dekstruksi sel darah atau
penurunan produksi sel darah merah.pada pasien yang hipovelemik:
• pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena,
• resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin.
• tranfusi kompenen darah sesuai indikasi
(Catherino,2003:416)
Evaluasi Airway, Breathing, Circulation dan segera perlakukan
setiap kondisi yang mengancam jiwa. Kristaloid adalah cairan awal
pilihan.
(Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009)
Acute anemia akibat kehilangan darah:
1. Pantau pulse oksimetri, pemantau jantung, dan Sphygmomanometer.
2. Berikan glukokortikoid serta agen antiplatelet (aspirin) sesuai indikasi.
3. Berikan 2 botol besar cairan intravena dan berikan 1-2 liter cairan
kristaloid dan juga pantau tanda-tanda dan gejala gagal jantung
kongestif iatrogenik pada pasien..
4. Berikan plasma beku segar (FFP), faktor-faktor koagulasi dan platelet,
jika diindikasikan.
5. Pasien dengan hemofilia harus memiliki sampel terhadap faktor
deficiency yang dikirim untuk pengukuran.
6. Pasien hamil dengan trauma yang ada kecurigaan terhadap adanya
Feto-transfer darah ibu harus diberikan imunoglobulin Rh-(Rhogam)
jika mereka Rh negatif.

247
7. Setelah pasien stabil, mulailah langkah-langkah spesifik untuk
mengobati penyebab pendarahan.
(Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009)

Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat


berbeda-beda tergantung dari jenis anemia yang diderita oleh pasien.
Berikut ini beberapa terapi yang diberikan pada pasien sesuai dengan
jenis anemia yang diderita:
d. Anemia Deficiensi Besi
Setelah diagnosa ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi
berupa:
• Terapi kausal: tergantung pada penyebab anemia itu sendiri,
misalnya pengobatan menoragi, pengobatan hemoroid bila tidak
dilakukan terapi kausal anemia akan kambuh kembali.
• Pemberiian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi di
dalam tubuh. Besi per oral (ferrous sulphat dosis 3x200 mg, ferrous
gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, ferrous suuccinate).
Besi parentral, efek sampingnya lebih berbahaya besi parentral
diindikasikan untuk intoleransi oral berat, kepatuhan berobat
kurang, kolitis ulseratif, dan perlu peningkatan Hb secara cepat
seperti pada ibu hamil dan preoperasi. (preparat yang tersedia
antara iron dextran complex, iron sorbitol citric acid
complex)Pengobatan diberikan sampai 6 bulan setelah kadar
hemoglobin normal untuk cadangan besi tubuh.
• Pengobatan lain misalnya: diet, vitamin C dan transfusi darah.
Indikasi pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi
adalah pada pasien penyakit jantung anermik dengan ancaman
payah jantung, anemia yang sangat simtomatik, dan pada penderita
yang memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat.dan
jenis darah yang diberikan adalah PRC untuk mengurangi bahaya
overload. Sebagai premediasi dapat dipertimbangkan pemberian
furosemid intravena. (Bakta, 2003:36)
e. Anemia Akibat Penyakit Kronis

248
Dalam terapi anemia akibat penyakit kronik, beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian adalah:
• Jika penyakit dasar daat diobati dengan baik, anemia akan sembuh
dengan sendirinya.
• Anemia tidak memberi respon pada pemberian besi, asam folat,
atau vitamin B12.
• Transfusi jarang diperlukan karena derajaat anemia ringan.
• Sekarang pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikkan
hemoglobin, tetapi harus diberikan terus menerus.
• Jika anemia akibat penyakit kronik disertai defisiiensi besi
pemberian preparat besi akan meningkatkan hemoglobin, tetapi
kenaikan akan berhenti setelah hemoglobin mencapai kadar 9-10
g/dl. (Bakta, 2003:41)
f. Anemia Sideroblastik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan anemia
sideroblastik adalah:
• Terapi untuk anemia sideroblastik herediter bersifat simtomatik
dengan transfusi darah.
• Pemberian vittamin B6 dapat dicoba karena sebagian kecil
penderita responsif terhadap piridoxin. (Bakta, 2003:44)
g. Anemia Megaloblastik
Terapi utama anemia defisiensi vitamin B12 dan deficiensi asam
folat adalah terapi ganti dengan vitamin B12 atau asam folat meskipun
demikian terapi kausal dengan perbaikan gizi dan lain-lain tetap harus
dilakukan:
• Respon terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan
puncak pada hari 7-8. Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu.
Neuropati biasanya dapat membaik tetapi kerusakan medula
spinalis biasanya irreverrsible. (Bakta, 2003:48)
• Untuk deficiensi asam folat, berikan asam folat 5 mg/hari selama 4
bulan.

249
• Untuk deficiensi vitamin B12: hydroxycobalamin intramuskuler
200 mg/hari, atau 1000 mg diberikan tiap minggu selama 7 minggu.
Dosis pemeliharaan 200 mg tiap bulan atau 1000 mg tiap 3 bulan.
h. Anemia Perniciosa
Sama dengan terapi anemia megaloblastik pada umumnya maka
terapi utama untuk anemia pernisiosa adalah:
• Terapi ganti (replacement) dengan vitamin B12
• Terapi pemeliharaan
• Monitor kemungkinan karsinoma gaster. (Bakta, 2003: 49)
i. Anemia Hemolitik
Pengibatan anemia hemolitik sangat tergantung keadaan klinik
kasus tersebut serta penyebab hemolisisnya karena itu sangat bervariasi
dari kasus per kasus. Akan tetapi pada dasarnya terapi anemia
hemolitik dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu:
• Terapi gawat darurat
Pada hemolisis intravaskuler, dimana terjadi syok dan gagal
ginjal akut maka harus diambil tindakan darurat untuk mengatasi syok,
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, sertaa
memperbaiki fungsi ginjal. Jika terjadi anemia berat, pertimbangan
transfusi darah harus dilakukan secara sangat hati-hati, meskipun
dilakukan cross matchng, hemolisis tetap dapat terjadi sehingga
memberatkan fungsi organ lebih lanjut. Akan tetapi jika syok berat
telah teerjadi maka tidak ada pilihan lain selain transfusi.
• Terapi Kausal
Terapi kausal tentunya menjadi harapan untuk dapat
memberikan kesembuhan total. Tetapi sebagian kasus bersifat
idiopatik, atau disebabkan oleh penyebab herediter-familier yang
belum dapat dikoreksi. Tetapi bagi kasus yang penyebabnya telah jelas
maka terapi kausal dapt dilaksanakan. (Bakta, 2003:69)
• Terapi Suportif-Simtomatik
Terapi ini diberikan untuk menek proses hemolisis terutama di
limpa. Pada anemia hemolitik kronik familier-herediter sering
diperlukan transfusi darah teratur untuk mempertahankan kadar

250
hemoglobin. Bahkan pada thalasemia mayor dipakai teknik
supertransfusi atau hipertransfusi untuk mempertahankan keadaan
umum dan pertumbuhan pasien. Pada anemia hemolitik kronik
dianjurkan pemberian asam folat 0,15-0,3 mg/hari untuk mencegah
krisis megaloblastik.

251
PATHWAY

252
BAB 3
KEGIATAN DAN LAPORAN RONDE KEPERAWATAN

3.1 MEKANISME KEGIATAN


a. Topik : Ronde Keperawatan kelompok 2 di Ruang Melati
“Ny. S 53Th Anemia+Melena dengan diagnosa keperawatan
Ketidakefektfan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan
Hipoksia”
b. Hari/tanggal : Kamis, 14 Februari 2019
c. Waktu : 09.00 – 11.00
d. Materi :
1. Pemaparan hasil pengkajian keperawatan Ny. S
2. Analisa diagnosa keperawatan pada Ny. S
3. Intervensi dan implementasi yang telah dilakukan pada Ny. S
e. Metode :
1. Diskusi
2. Tanya jawab
f. Media :
• SAP Ronde Keperawatan
• Hasil pengkajian, diagnosa serta laporan intervensi dan implementasi
g. Denah :
Ahli Gizi

Kepala Ruang

Wakil Karu (ruang Melati)

Pembimbing Institusi

Karu (mahasiswa)
RUANG DISKUSI
Katim (mahasiswa)

PP (mahasiswa)

253
3.2 STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN
• Kepala Ruang : Melinda Fandasari S.Kep (Mahasiswa Profesi Ners)
• Katim : Nelcy Elvina G B. S.Kep (Mahasiswa Profesi Ners)
• Perawat Pelaksana :
1. Safitri S.Kep
2. Laurentina Dos Reis Lopes S.Kep
• Kepala Ruang Melati : Eko Sugiyono, S.Kep, Ns
• Wakil Kepala Ruang Melati: Sri Anah P L Skep. Ns
• Pembimbing Institusi : Ns.Sih Ageng Lumadi, Skep.MKep.

3.3 PELAKSANAAN KEGIATAN


Tahap Kegiatan Waktu Tempat
Pra-Ronde Pembukaan : 09:00 Ruang Diskusi di
1. Salam pembuka Ruang Melati
2. Memperkenalkan diri ronde
3. Menyampaikan identitas dan
masalah pasien
4. Menjelaskan tujuan ronde
Ronde Penyajian masalah : 09.10 Ruang Diskusi di
1. Memberi salam dan Ruang Melati)
memperkenalkan pasien dan
keluarga kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat penyakit
dan keperawatan pasien
3. Menjelaskan masalah pasien dan
rencana tindakan yang telah
dilaksanakan dan serta
menetapkan prioritas yang perlu
didiskusikan

Validasi data 09.25 Ruang Diskusi di


Ruang Melati

254
4. Mencocokkan dan menjelaskan
kembali data yang telah
disampaikan
5. Diskusikan antar anggota tim dan
pasien tentang masalah
keperawatan tersebut
6. Pemberian justifikasi oleh 09.35 Ruang Diskusi di
perawat primer atau konselor atau Ruang Melati
kepala ruang tentang masalah
pasien serta rencana tindakan
yang dilakukan
7. Menentukan tindakan
keperawatan pada masalah
prioritas yang telah ditetapkan
Post-Ronde 1. Evaluasi dan rekomendasi 11.00 Ruang Diskusi di
intervensi keperawatan Ruang Melati
2. Penutup

3.4 EVALUASI
a) Struktur
1. Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang diskusi Ruang Melati
2. Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
3. Persiapan (kontrak waktu dengan pasien dan keluarga pasien dilakukan 1
hari sebelumnya)
4. Acara berjalan tepat waktu hanya persiapan kurang matang
b) Proses
1. Undangan diberikan kepada ahli gizi, dokter, karu dan wakaru melati,
tetapi dokter berhalangan hadir karena ada kepentingan lainnya
2. Persiapan alat dan bahan materi masih kurang
3. Semua peserta aktif berperan, namun masih ada yang tidak sesuai dengan
peran masing-masing
4. Saran dan masukan dari hasil pelaksanaan ronde keperawatan :
• Pemahaman terkait proses ronde keperawatan masih kurang sehingga
proses ronde keperawatan belum berjalan secara optimal

255
• Diagnosa prioritas perlu di perbaiki dan disesuaikan dengan kondisi
pasien
• LP dan ASKEP perlu disertakan sebagai laporan dalam ronde
keperawatan dan di gandakan sejumlah peserta yang hadir
c) Hambatan
Selama pelaksanaan role play, semua kegiatan berjalan sesuai dengan
alur yang sudah direncanakan, waktu pelaksanaan tepat sesuai jadwal,
undangan yang datang juga sudah sesuai yang diharapkan yaitu ada
pembimbing klinik, pembimbing akademik dan juga supervisor, Ruangan
sangat mendukung dilakukannya ronde keperawatan, karena sampai saat ini
belum bisa dilakukan ronde keperawatan di ruangan. Dukungan diberikan
dalam bentuk pemberian fasilitas kepada mahasiswa untuk melakukan praktek
ronde keperawatan di ruang Melati. Selain itu dukungan juga diperoleh dari
tim kesehatan lain seperti ahli gizi
d) Hasil
1. Pasien senang dan antusias dalam kegiatan ronde keperawatan
2. Perawatan dan masalah pasien dapat ditingkatkan
3. Perawat dapat :
• Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
• Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan,
menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorietasi pada masalah pasien
• Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
• Meningkatkan kemampuan justifikasi

256
BAB 4
RESUME KEPERAWATAN

4.1 Data Umum


• Nama Pasien : Ny.S
• Usia : 50 Tahun
• No RM : 546xxx
• Alamat : JL. Natuna RT 01 RW 09 Sananwetan
• Tgl MRS : 11 Februari 2019
Keluhan Utama : Panas, Batuk, dan Pusing
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan sering mengalami pusing sejak
bulan Desember. Pada tanggal 11 februari 2019 tiba-tiba pasien mengeluh kepalanya
sangat pusing dan badan terasa lemas. Pada saat itu juga Pasien langsung dibawa
Puskesmas Kecamatan Sananwetan dan dilakukan pemeriksaan darah dan didapatkan
Hb 5,2 g/dl pasien langsung dirujuk ke IGD RSUD. Mardi Waluyo, Blitar. Di IGD
dilakukan tindakan pemasangan infus dan pemberian tranfusi darah PRC 1 labu
setelah itu pasien dibawa keruangan Melati untuk dilakukan tindakan selanjutnya.
Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga : tidak terdapat penyakit keluarga.
Perkembangan vital sign
Rata-rata tensi pasien dari tanggal 11 februari 2019 sampai 13 februari 2019, sistole
120 mmHg dan diastole 70 mmHg. Nadi antara 80-85 x/menit. Selama perawatan
suhu pasien rata rata (36°-37,5°C), dan respiratory rate rata-rata 20x/menit
Pemeriksaan Fisik
B1 : Tidak ada keluhan sesak nafas RR 20x/menit, Bentuk dada simetris,
pergerakan dinding dada simetris .Tidak terdapat retraksi otot bantu nafas intercostae.
Keluhan batuk kering dan sakit tenggorokan
rhonci - - wheezing - - perkusi sonor sonor
- - - - sonor sonor
- - sonor

257
B2 : Irama jantung reguler, CRT <3 detik, S1S2 tunggal, tidak terdapat keluhan
nyeri dada, akral hangat dan basah, terdapat konjungtiva anemia
B3 : GCS = 456, kesadaran composmentis, pupil isokor, tidak ada gangguan
penciuman, penglihatan, dan pendengaran.
B4 : BAK spontan warna kuning pekat tidak ada gangguan saat berkemih, tidak
terdapat pembesaran kandung kemih. pasien hanya makan pisang dan susu. Belum
BAB sudah 2 minggu dan sering pipis lebih dari 3x sehari
B5 : Mulut bersih, mukosa lembab, nafsu makan menurun, peristaltik usus
12x/menit nilai laboratorium albumin 2.12 g/dl, Hemoglobin 10,2 mg/dl.
B6 :Kemampuan pergerakan sendi bebas, kekuatan otot tidak terdapat kelainan
ekstremitas, pada integumen bersih tidak ada luka maupun bekas luka
Endokrin :
Sistem endokrin tidak terdapat hiperglikemia, hipoglikemia, pembesaran kelenjar
tiroid maupun pembesaran kelenjar getah bening.
Pengkajian Psikososial :
Ekspresi klien terhadap penyakitnya klien terlihat agak murung. Klien kurang
kooperatif ketika diajak berkomunikasi.
Personal Hygiene dan kebiasaan :
Klien mandi sehari 2x. Klien berganti pakaian setiap hari.
Daftar Masalah Keperawatan :
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
2. Resiko jatuh
Masalah keperawatan yang muncul
No Tanggal ditemukan Masalah Tanggal teratasi
1 12 Februari 2019 1. Ketidakefektifan perfusi Belum Teratasi
jaringan perifer
2 12 Februari 2019 Resiko jatuh Belum teratasi

Riwayat pemberian terapi

TERAPI
Ns PZ 1000 cc
Transfusi
1x1
ambumin
Drip
1x1
carbazochrome

258
sodium
sulfonate
Inj ranitidin 2x1
kalnex 3x1
Vit k 1x1
Riwayat Pemeriksaan Lab

TANGGAL
HEMATOLOGI NILAI NORMAL
11/2/2019 13/2/2019
Leukosit 4000-10.000 sel/mm 5.500 3.660
Limfosit L14-62%/3-5%/15-45% 77.5.18
L 4.4-5.6
Eritrosit 2.28 3.20
P 5.8-3.0 jt sel/mm
L 13.5-16.5
Hb 5.2 10.2
P 1-15, 1gr
L 40-50
PVC/ Hematokrit 10.4 32.3
P 37-44
35-36%/ 20-34 Pg/ 80-100
MCHC 27.23.85 11.4
pg
Trombosit 150.000-400.000 sel/mm 594.000 481.000
L 1-15
LED 594.000
P 1-20 mm/jam
Albumin General 3.8-5.5 g/dl 2.12
Faal Ginjal
Urea 17.43 mg/dl 18.75
Kreatinin 0.6-1.3 mg/dl 0.77

259
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H, et all. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press,
Surabaya.
Carpenito, L inda Jual (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis,
Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges et al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Doengoes, M, et all, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta.
Engram, B, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa
Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta
Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dokter
Soetomo, Surabaya
Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto.
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,
EGC, Jakarta
Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab. Ilmu
Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.
Tucker, M et all (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih, volume
4, edisi V, EGC, Jakarta.
Wilson, S and Thompson, J(1990), Respiratory Disorders, Mosby Year Book,
Toronto.

260
INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Alamat : …………………………………..
Menyatakan SETUJU/TIDAK SETUJU
Untuk dilakukan ronde keperawatan terhadap diri saya sendiri/ suami/ istri/ orang
tua/ anak/ ayah/ ibu/ nenek/ kakek, dengan :
Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Jenis Kelamin : ......................................................
Alamat : …………………………………..
Ruang : Melati RSUD Mardi Waluyo, Blitar
No. RM. : …………………………………..
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam ronde
keperawatan
2) Pasien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan
dilakukan ronde keperawatan
3) Pasien dan keluarga menerima untuk dilakukan ronde keperawatan
4) Pasien dan keluarga memberikan persetujuan untuk dilakukan ronde
keperawatan
Ketentuan ronde keperawatan tersebut diatas telah dijelaskan oleh perawat dan
saya telah mengerti dengan sepenuhnya.
Demikianlah persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Blitar, 14 Februari 2019
Yang membuat pernyataan
Perawat Primer Pasien

Saksi-saksi :

1. …………………………….. (……………………)

2. …………………………….. (..…………………..)

261
DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN

I. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien :
Umur :
Jenis Kelamin :
Ruangan / Bed :
Rekam Medis No. :
Diagnosa Medis :

II. MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN


1..................................................................................................
2.................................................................................................
3.................................................................................................
4.................................................................................................
5.................................................................................................
6.................................................................................................

III. SARAN
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
............
Blitar, 14 Februari 2019
Kepala Ruangan Perawat Primer

( ) ( )

262
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG
TAHUN 2018/2019

DAFTAR HADIR PEMBIMBING DALAM PELAKSANAAN RONDE


KEPERAWATAN

NO NAMA PEMBIMBING TTD

263
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG
TAHUN 2018/2019
DAFTAR HADIR MAHASISWA DALAM PELAKSANAAN RONDE
KEPERAWATAN

NO NAMA MAHASISWA TTD


1 Laurentina Dos Reis Lopes

2 Lufi Yetur Romzi

3 Muhkhammad Agus Sholi

4 Melinda Fandasari

5 Nelci Elvina G B

6 Refi Andi Alamsyah

7 Ria Rosanti

8 Safitri

9 Sifra Parinussa

10 Siska Putri Utami

11 Vannessia Prasetya Cia

264
DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN

265
PROPOSAL TIMBANG TERIMA PRAKTIK MANAJEMEN
KEPERAWATAN MAHASISWA PROFESI NERS STIKES
MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO
BLITAR

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2:

Laurentina Dos Reis Lopes 1814314901019


Lufi Yetur Romzi 1814314901005
Muhkhammad Agus Sholi 1814314901006
Melinda Fandasari 1814314901023
Nelci Elvina G B 1814314901007
Refi Andi Alamsyah 1814314901008
Ria Rosanti 1814314901009
Safitri 1814314901011
Sifra Parinussa 1814314901025
Siska Putri Utami 1814314901012
Vannessia Prasetya Cia 1814314901016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES MAHARANI MALANG
2019

266
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROPOSAL TIMBANG TERIMA
PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA
PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO BLITAR

Telah disetuji
Hari :
Tanggal :

Blitar, Maret 2019

Mengetahui,

Kepala Ruangan Melati


RSUD Mardi Waluyo Blitar

Eko Sugiyono S, Kep., Ns


NIP. 196702031988031010

Pembimbing Lahan Pembimbing Intitusi

Sri Anah Puji Lestari S.Kep., Ns Ns. Sih Ageng Lumadi., M.Kep
NIDK. 8812710016 NIDN. 0729018101

267
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manajemen keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang fektif
antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian shift
(timbang terima pasien) (Nursalam, 2008: 195).
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Disini dituntut tugas manajer keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia
untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi
individu keluarga dan masyarakat (Gillis,1996). Salah satu strategi untuk
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan dalam
pembenahan manejemen keperawatan, karena dengan adanya faktor kelola yang
optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan.
Salah satu upaya yang dapat di gunakan untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan klien adalah dengan melakukan timbang terima saat pergantian dinas.
Timbang terima merupakan teknik atau cara menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima dilakukan oleh Perawat primer
ke perawat asosiate yang bertanggung jawab pada dinas sore atau dinas malam.
Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Tujuan dari timbang terima adalah agar semua perawat dapat mengikuti
perkembangan klien secara paripurna, meningkatkan kemampuan komunikasi
antar perawat dan yang lebih penting adalah agar terjadi suatu hubungan kerjasama

268
antar perawat serta terlaksananya asuhan perawatan terhadap klien yang
berkesinambungan .
Ruang Melati sebagai satu unit pelayanan keperawatan yang merupakan
salah satu ruangan percontohan yang sudah mulai menerapkan sistem/metode
SP2KP, yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiat, untuk
itu diperlukan ilmu dan kiatnya secara optimal. Untuk itu diperlukan bentuk
kerjasama yang berkesinambungan dan saling mempunyai komitmen ynag tinggi
demi perkembangan pelayanan keperawatan dalam melaksanakan timbang terima
yang benar.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum
Meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan yang
komprehensif
1.1.2 Tujuan khusus
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
2. Meningkatkan hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar
anggota tim perawat serta terlaksana asuhan keperawatan terhadap
klien yang berkesinambungan.
1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Perawat
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
2. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang berkesinambungan.
4. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
1.3.2 Bagi Pasien
1. Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap.

269
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI TIMBANG TERIMA


Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerim
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien dengan tujuan
menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum klien menyampaikan
hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti olehdinas berikutnya, tersusun
rencana kerja untuk dinas berikutnya. (Nursalam, 2002). Timbang terima
adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang
harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat
disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan
yang telah atau belum dilaksanakan.

2.2 TUJUAN TIMBANG TERIMA


Tujuan timbang terima sebagai berikut;
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan klien
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan keperawatan
pada klien
3. Menyampaikan permasalahan keperawatan klien yang masih ada dan yang
sudah terselesaikan.
4. Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya
5. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
Timbang terima yang efektif dapat dilakukan secara lisan atau tulisan.
Timbang teima yang baik bila semua perawat dapat mengikuti perkembangan
klien secara kontinu dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
perawat, kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat.

2.3 KETENTUAN DALAM TIMBANG TERIMA


Ketentuan timbang terima adalah sebagai berikut :
1. Dilaksanakan pada setiap pergantian shift
2. Dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung jawab

270
3. Diikuti perawat, mahasiswa dinas yang telah maupun akan berdinas
4. Terdapat unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab
5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis,menggambarkan keadaan klien saat ini dan tetap menjaga
kerahasiaan klien
6. Timbang terima yang dilakukan harus berorientasi pada permasalahan
keperawatan, rencana, tindakan dan perkemabangan kesehatan klien.

klien

Diagnosa medis/masalah Diagnosa keperawatan


kolaboratif

Rencana tindakan

Yang telah dilakukan Yang akan dilakukan

Perkembangan keadaan
klien

Perencanaan : teraatasi keseluhan, sebagian, belum teratasi dan terdapat masalah


baru

271
Mekanisme Timbang Terima

Kepala Ruangan
Membimbing, mengarahkan dan menyelesaikan masalah/problem
solving

Diskusi di nurse station (Karu, PP,PA) kondisi klien bersifat rahasia

Timbang terima disamping klien, Karu, PP,PA dokumentasi

2.4 TIMBANG TERIMA DENGAN SABR


Komunikasi efektif saat timbang terima yang dilaksanakan dengan baik dapat
membantu mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi kesinambungan
perawatan pasien.Prinsip komunikasi efektif dalam timbang terima menurut.
Komunikasi yang tidak efektif dapat mengancam keselamatan pasien di rumah
sakit. Alvarado, et al (2006) mengatakan ketidakakuratan informasi dapat
menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hamper 70% kejadian sentinel
yaitu kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius di rumah
sakit disebabkan karena buruknya komunikasi. Sejalan dengan prinsip
komunikasi efektif di atas, Nursalam (2012)membagi kegiatan timbang terima
menjadi beberapa tahapan yaitu tahappersiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap post
timbang terima.
Menurut Jefferson (2012), dalam melakukan timbang terima ada
perkembangan alternatif komunikasi efektif yang dapat dilakukan yaitu metode
SBAR. Rekomendasi WHO2 pada tahun 2007, mewajibkan untuk anggota Negara
WHO dalam memperbaiki pola komunikasi pada saat melakukan operan jaga
harus menggunakan suatu standard yang strategis yaitu dengan mengunakan
metode komunikasi S-BAR. Proses komunikasi S-BAR terbukti telah menjadi alat
komunikasi yang efektif dalam pengaturan perawatan akut untuk tingkatan
komunikasi yang urgen, terutama antara dokter dan perawat.

272
2.5 DEFINISI SBAR
Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang dilaksanakan secara face to
face yang terdiri dari 4 komponen yaitu:
1. S (Situation): merupakan suatugambaran yang terjadi pada saat itu.
2. B (Background): merupakan sesuatuyang melatar belakangi situasi yang
terjadi.
3. A (Assessment): merupakansuatu pengkajian terhadap suatu masalah.
4. R (Recommendation):merupakan suatu tindakan dimana meminta saran untuk
tindakan yangbenar yang seharusnya dilakukan untuk masalah tersebut
(Jefferson,2012).
Penggunaan komunikasi yang tepat dengan read back telah menjadi salah
satu sasaran dari program keselamatan pasien yaitu peningkatan komunikasi yang
efektif. Selain itu dengan menggunakan komunikasi SBAR dapat menghemat
waktu sehingga perawat yang akan dinas dapat melakukan tindakan segera
terutama terhadap pasien kritis seperti di ruang intensif (Smith, et al, 2008;
Rushton, 2010; JCAHO, 2013).
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap
eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat
digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara
staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim
kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk
memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara
anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.

2.6 RUANG LINGKUP SBAR


Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,
Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga
kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah
sendiri-sendiri.Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien
terintegrasi dengan baik.sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui
perkembangan pasien.
1. Situation :
a. Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan

273
b. Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
c. Diagnosa medis
d. Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan
2. Background :
a. Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi
b. Obat saat ini dan alergi
c. Tanda-tanda vital terbaru
d. Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes
sebelumnya untuk perbandingan
e. Riwayat medis
f. Temuan klinis terbaru
3. Assessment:
a. berbagai hasil penilaian klinis perawat
b. Apa temuan klinis ?
c. Apa analisis dan pertimbangan perawat ?
d. Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
4. Recommendation :
a. Apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
b. Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?
c. Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter ?
d. Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?
e. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi ?
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :
1. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
2. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat
harian.
Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
1. Situation (S) :

274
Nama : Ny Sri Ainis umur 26 tahun, tanggal masuk 16 Februari 2019
sudah 3 hari perawatan, diagnosa medis : DBD
Masalah keperawatan:
a. Kelebihan Volume cairan
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Background (B) :
a. Keadaan umum cukup, kesadaran compos metis, GCS 4,5,6
b. Albumin: 2,17 g/dl
c. Pasien terpasang pluq
3. Assessment (A) :
a. Kesadaran composmentis, TD 100/80 mmHg, Nadi 85x/menit,
suhu 37 0C, RR 20 x/menit, tidak sesak napas, bab lancar, bak lancar
b. Hasil laboratorium terbaru : albumin 2,17 g/dl
4. Recommendation (R) :
a. Observasi tekanan darah
b. Batasi asupan cairan
c. Fungsi asites
d. Observasi albumin

275
BAB 3
PELAKSANAAN DAN LAPORAN KEGIATAN

3.1 PROSEDUR TIMBANG TERIMA


TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPA PELAKSANAA
T N
Persiapan 1. Timbang terima 5 menit Nurse PP dan PA
dilaksanakan setiap Station
pergantian shift/overan
2. Prinsif timbang terima,
semua pasien baru masuk
dan pasien yang
dilakukan timbang terima
khususnya pasien yang
memiliki permasalahan
yang belum dapat teratasi
serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PP menyampaikan
timbang terima pada PP
berikutnya, hal yang perlu
disampaikan dalam
timbang terima:
• Jumlah pasien
• Identitas klien dan
diagnose medis
• Data (keluhan/subjektif
dan objektif)
• Masalah keperawatan
yang masih muncul
• Intervensi keperawatan
yang sudah dan belum

276
dilaksanakan (secara
umum)
• Intervensi kolaboratif
dan dependen
• Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang dan lain-lain.
Pelaksanaa 1. Kedua kelompok dinas 20 menit Ners KARU, PP dan
n sudah siap (shift jaga) station PA
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
buku catatan
3. Kepala ruangan
membuka acara timbang
terima
4. Perawat yang melakukan
timbang terima dapat
melakukan klarifikasi
Tanya jawab dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang jelas
5. Kepala ruangan/PP
menanyakan kebutuhan
dasar pasien
6. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat

277
7. Perawat yang Ruang
melaksanakan timbang perawata
terima mengkaji secara n
penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan
dan tindakan yang
telah/belum dilaksanakan
serta hal-hal penting
lainnya selama masa
perawatan
8. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan memerlukan
perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada
petugas berikutnya
9. Lama timbang terima
untuk setiap pasien tidak
lebih dari 5 menit, kecuali
pada kondisi khusus dan
memerlukan keterangan
yang rumit.
1. Diskusi 5 menit Ners KARU, PP dan
2. Pelaporan untuk timbang Station PA
terima dituliskan secara
langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh PP
yang jaga saat itu dan PP
yang jaga berikutnya,
diketahui oleh kepala
ruangan

278
3. Ditutup oleh kepala
ruangan

3.2 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang
cukup, sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia
bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung didekat klien
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shjock sebaiknya
dibicarakan di ners station.

3.3 RENCANA STRATEGI TIMBANG TERIMA


1. Pelaksanaan Timbang Terima
Hari/tanggal : Rabu, 2O Februari 2O19
Pukul : 09.00 WIB
Topik : Penyampaian kondisi dan keadaan klien:
- Penyampaian hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan
keperawatan.
- Penyampaian permasalahan keperawatan klien yang masih
ada dan sudah terselesaikan.
- Penyampaian hal-hal yang penting yang harus
ditindaklanjuti.
Tempat : Ruang Melati KMR IIIC
2. Metode
a. Diskusi
b. Tanya Jawab
3. Media
a. Status Klien

279
b. Buku timbang terima
c. Alat tulis
d. Sarana dan prasarana keperawatan
4. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Nelci E.G Benamen S.Kep
Perawat Primer (pagi) : Siska Putri Utami S.Kep
Perawat Associate (pagi) : Vannessia Prasetya Cia S.Kep
Laurentina Dos Reis Lopes S.Kep
Perawat Associate (sore) : Refi Andi Alamsyah S.Kep
Lufi Yetur S.Kep
Sifra Parinussa S.Kep
Perawat Associate (malam) : Ria Rosanti S.Kep
M. Agus Sholi S.Kep
Perawat Associate (libur) : Saftri S.Kep
Pembimbing/Supervisior : Sri Anah Puji Lestari., S.Kep.Ns

5. Uraian Kegiatan
a. Prolog
Pada hari Rabu jan 14.00 seluruh perawat (PP dan PA), shift pagi dan sore
serta kepala ruangan berkumpul di ners station untuk melakukan timbang
terima
b. Sesi 1 di ners station
Kepala ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului dengan
doa dan kemudian mempersilahkan PP dinas pagi untuk melaporkan
keadaan dan perkembangan pasien selama bertugas kepada PP yang akan
berdinas selanjutnya (sore). PP dan PA shift sore memberikan klarifikasi
keluhan, intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum), intervensi kolaboratif dan dependen, rencana umum dan
persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan
penunjang dan lain-lain), hal yang belum jelas atas laporan yang telah
disampaikan. Setelah melakukan timbang terima di ners station berupa
laporan tertulis dan lisan, kemudian diteruskan di ruangan perawatan
pasien.

280
c. Sesi 2 si ruang perawatan pasien
Seluruh perawat dan kepala ruangan bersama-sama melihat ke tempat
pasien. PP dinas selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data
langsung kepada pasien atau keluarga yang nemngalami masalah khusus.
Untuk pasien yang tidak mengalami masalah khusus, kunjungan tetap
dilaksanakan. Lamanya kunjungan tidak lebih 5 menit per pasien. Bila
terdapat hal-hal yang bersifat rahasia bagi pasien dan keluarga perlu
diklarifikasi, maka dapar dilakukan di ners station setelah kunjungan ke
pasien.
d. Epilog
Kembali ke ners station. Diskusi tentang keadaan pasien yang bersifat
rahasia. Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka kedua PP
mendata laporan timbang terima dengan diketahui oleh kepala ruangan
e. Evaluasi
1) Struktur (input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang yang telah
tersedia antara lain: catatan timbang terima, status klien, dan kelompok
shift timbang terima. Kepala ruangan selalu memimpin kegiatan
timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift, yaitu malam
ke pagi dan pagi ke sore. Kegiatan timbang terima pada shift sore ke
malam dipimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu.
2) Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan
oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift.
Timbang terima pertama dilakukan di ners station kemudian ke ruang
perawatan pasien dan kemudian lagi ke ners station. Isi timbang terima
mencakup jumlah pasien, diagnosis keperawatan dan intervensi yang
belum/sudah dilakukan. Waktu untuk setiap pasien tidak lebih dari 5
menit saat klarifikasi ke pasien.
3) Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Stiap
perawat dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.

281
6. Laporan Kegiatan
Nama Pasien : Tn A Tanggal : 13 februari 2019
Umur : 23 tahun Dx medis : typoid
Asuhan Keperawaran Timbang terima
Shif Sore
Data DS : Pasien mengatakan deman turun
naik
DO : K/U cukup, kes CM, GCS 456,
infusi terpasang asering 20 tpm, TD:
100/90 mmHg, N: 72 x/m, S: 38,9 RR:
20 x/m, bab lancar, bak lancar, akral
panas
Masalah keperawatan Hipertermi
Intervesi yang sudah dilakukan - Observasi TTV
- Ajarkan keluarga berikan kompres
hangat
- Injeksi ceftriaxon 1 g 2x1
- Inf: paracetamol 3x1
Intervensi yang belum
dilakukan
Evaluasi S : pasien mengatakan masih panas
O : K/U cukup, GCS 456, Kes CM,
akral panas, terpasang asering 20 tpm,
TD: 100/70 mmHg, N: 80x/m, S: 38,4,
RR: 20 x/m
Hal yang perlu diperhatikan - Lab DL
(lab, obat, advis medis) - Injeksi novaldo 3x1
- Inf: paracetamol 2x1

282
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2002, Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profisional, Selemba Medika, Jakarta.
Gilles. 1989. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem, Edisi Terjemah.
Jakarta: Alih Bahasa Dika Sukmana Dkk.
PSIK. 2003. BukuPanduan Manajemen Keperawata: Program Pendidikan Ners.
Surabaya.
Supinganto, Agus, dkk. 2015. Identifikasi Komunikasi Evektif SBAR
(Situational,Background, Assessment, Recommendatin) di RSUD Kota
Mataram.

283
FORMAT TIMBANG TERIMA

Nama Pasien : Tanggal :


Umur : Dx medis :
Asuhan Keperawaran Timbang terima
Shif ...............
Data DS : ……………….
DO : .........................
Masalah keperawatan Hipertermi
Intervesi yang sudah dilakukan - ......
- …..
- …..
- …..
Intervensi yang belum dilakukan ………………………
Evaluasi S : ……………
O : ....................
Hal yang perlu diperhatikan (lab, - …………..
obat, advis medis) - …………..
- …………..

284
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DIABETES MILITUS DAN
SENAM KAKI DIABETES DI RUANG MELATI
RSUD. MARDI WALUYO KOTA BLITAR

OLEH
KELOMPOK 2
Laurentina Dos Reis Lopes 1814314901019
Lufi Yetur Romzi 1814314901005
Muhkhammad Agus Sholi 1814314901006
MelindaFandasari 1814314901023
Nelci Elvina G B 1814314901007
Refi Andi Alamsyah 1814314901008
Ria Rosanti 1814314901009
Safitri 1814314901011
Sifra Parinussa 1814314901025
Siska Putri Utami 1814314901012
Vannessia Prasetya Cia 1814314901016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
TAHUN 2019

285
LEMBAR PENGESAHAN DAN PERSETUJUAN SATUAN ACARA
PENYULUHAN (SAP) DIABETES MILITUS DAN SENAM KAKI
DIABETES DI RUANG MELATI RSUD. MARDI
WALUYO KOTA BLITAR

Disusun Oleh : Mahasiswa Profesi Ners Stikes Maharani Malang


Prodi : Profesi Ners
Program Studi : Profesi Ners

Blitar, 20 Febuari 2019

Mengetahui,
Kepala Ruangan Melati
RSUD Mardi Waluyo Blitar

Eko Sugiyono S, Kep., Ns


NIP. 196702031988031010

Pembimbing Lahan Pembimbing Intitusi

Sri Anah Puji Lestari S.Kep., Ns Ns. Sih Ageng Lumadi., M.Kep
NIDK. 8812710016 NIDN. 0729018101

286
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Diabetes Militus dan Senam Dm


Hari/Tanggal : Kamis, 21 Febuari 2019
Waktu/Jam : 09.00 - Selesai WIB
Tempat : Ruang Melati
Peserta : Keluarga & pasien Ruang Melati Kamar 3C
Alokasi Waktu : 30 menit
Penyuluh : Mahasiswa Stikes Maharani Malang

I.Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga klien mampu memahami
tentang Penyakit Diabetes Militus dan Cara Senam Diabetes Militus. Tujuan
Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit keluarga klien mampu
mengetahui :
a. Pengertian DM
b. Penyebab DM
c. Klasifikasi DM
d. Tanda dan gejala DM
e. Pengelolaan DM
f. Pemeriksaan penunjang
g. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan.
II. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Sebagai penerapan teori yang diperoleh dari kampus atau institusi, menambah
pengetahuan dan pengalaman serta merupakan kesempatan untuk mempelajari
lebih jauh permasalahan yang ada.
b. Bagi masyarakat atau keluarga pasien
Sebagai tambahan informasi kepada klien tentang Penyakit Diabetes Militus dan
Cara Senam Diabetes Militus.

287
III. Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian DM
2. Penyebab DM
3. Klasifikasi DM
4. Tanda dan gejala DM
5. Pengelolaan DM
6. Pemeriksaan penunjang
7. Makanan yang di pantang dan juga yang diperbolehkan
8. Cara senam DM
IV. Setting Tempat

V. Media
Leaflet, SAP, dan LCD

VI. Metode
Ceramah dan tanya jawab

VII. Pengorganisasian
1. Moderator : M.agus Sholli
2. Penyaji :
1) Safitri Suwarno
2) Vannessia Prasetya Cia
3. Fasilitator :
1) Refi Andi Alamsyah
2) Melinda Fandasari
3) Lufi Yetur Romzi

288
4) Siska Putri Utami
5) Nelci Elvina G B
4. Observer :
1) Ria Rosanti
2) Sifra Parinussa
3) Laurentina

VIII. Kegiatan Penyuluhan


Tahapan Metode Dan
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Waktu Media
1 Pembukaan Memberi salam a. Menjawab Ceramah dan
(5 menit) Memperkenalkan diri b. Mendengarkan dan tanya jawab
Kontrak waktu memperhatikan
Menjelaskan tujuan c. Menyetujui
pembelajaran

2 Kegiatan Inti Penyampaian materi Mendengarkan dan Media LCD


(15 menit) penyuluhan secara memperhatikan dan Leaflet
berurutan dan teratur:
a. Menjelaskan tentang
Penyakit DM
b. Menjelaskan makanan
yang dipantang dan
juga diperbolehkan
c. Memperagakan Cara
Senam DM

3 Tanya Jawab Memberikan kesempatan Mengajukan Tanya jawab


(5 menit) peserta untuk bertanya pertanyaan pada
penyaji

289
4 Penutupan a. mengevaluasi a. menjawab Ceramah dan
(5 menit) pengetahuan peserta b. mendengarkan tanya jawab
b. kesimpulan dari dan
pembelajaran memperhatikan
c. salam penutup c. mendengarkan

IX. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media promosi
kesehatan sesuai dengan yan dibutuhkan
2. Evaluasi proses
a. Tim promosi kesehatan mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan
b. Peserta bisa mendengarkan dan berpatisipasi aktif sampai akhir kegiatan
3. Evaluasi hasil
Prosedur: Peserta mampu menjawab pertanyaan secara lisan Butir-butir
pertanyaan.

290
Lampiran Materi
DIABETES MELITUS

A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam
darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin
secara efektif.
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pancreas, yang
bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal.
Insulin memasukkan gula kedalam sel sehingga bias menghasilkan energy atau
disimpan sebagai cadangan energi.

B. PENYEBAB
1. Keturunan
2. Usia
3. Kegemukan
4. Kurang gerak
5. Kehilangan insulin
6. Alkoholisme
7. Obat-obatan

C. TANDA DAN GEJALA


1. Sering merasa haus
2. Sering kencing terutama malam hari
3. Pandangan menjadi kabur
4. Sering merasa lelah tanpa sebab yang jelas dan mengantuk
5. Penurunan berat badan
6. Kulit terasa kering
7. Sering menderita sariawan atau infeksi (misalnya bisul) yang sulit sembuh
8. Mati rasa atau kesemutan di kaki dan tangan
9. Mual dan muntah

291
D. PENGELOLAAN DM
Perawatan DM dirumah saat ini sangat dianjurkan karena pengobatan
dan perawatan DM membutuhkan waktu yang lama.
Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :
1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur
4. Kontrol GD teratur
5. Pencegahan komplikasi

E. MAKANAN YANG DIPANTANG DAN DIPERBOLEHKAN


Proporsi diet/ makanan harian yang benar bagi penderita DM :
Berdasarkan anjuran dari PERKENI (perkumpulan Endokrinologi Indonesia )
diet harian penderita DM disusun sebagai berikut:
a. Karbohidrat : 60-70 %
b. Protein : 10-15%
c. Lemak : 20-25%
Jenis Makanan yang Harus diKonsumsi yang dikonsumsi oleh penderita DM
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Jenis Makanan yang TIDAK BOLEH dikonsumsi :
1. Manisan Buah
2. Gula pasir
3. Susu Kental Manis
4. Madu
5. Abon
6. Kecap
7. Sirup
8. Es Krim
b. Jenis makanan Yang BOLEH DIMAKAN TETAPI HARUS DIBATASI
:
1. Nasi
2. Singkong
3. Roti
4. Telur

292
5. Tempe
6. Tahu
7. Kacang Hijau
8. Kacang Tanah
9. Ikan

c. Jenis Makanan YANG DIANJURKAN UNTUK DIMAKAN :


1. Kol
2. Tomat
3. Kangkung
4. Bayam
5. Kacang Panjang
6. Pepaya
7. Jeruk
8. Pisang
9. Labu Siam

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi bila penderita DM tidak dirawat dengan
baik sehingga gula darah selalu tinggi adalah :
1. Ginjal : Gagal Ginjal, Infeksi
2. Jantung : Hipertensi, Gagal Jantung
3. Mata : Glaukoma, Katarak, Retinopati
4. Syaraf : Neuropati, mati rasa
5. Kulit : Luka lama, gangren
6. Hipoglikemi
7. Ketoasidosis
a. Untuk mencegah komplikasi sebaiknya yang dilakukan adalah :
1. Diet dengan benar
2. Minum obat teratur
3. Kontrol gula darah teratur
4. Olahraga ( jalan kaki, senam, sepeda santai, dsb)
5. Bila saat aktifitas kemudian PUSING,KERINGAT DINGIN maka cepat
MINUM TEH MANIS

293
6. Mencegah kulit terluka : pakai alas kaki, lingkungan rumah tidak licin,
tangga ( undak-undakan tidak tinggi)
7. Cegah Kegemukan

b. Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki pada
penderita DM :
1. Hindari terlalu sering merendam kaki
2. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik
3. Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau
menghilangkan kalus
4. hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit
5. Hindari Rokok

c. Mengapa pengidap DM beresiko terhadap Ulkus Diabetik


1. Sirkulasi darah kaki kurang baik
2. Indera rasa kedua kaki berkurang sehingga kaki mudah terluka
3. Daya Tahan tubuh terhadap infeksi menurun

d. Tindakan yang bisa dilakukan bila kaki terluka:


1. Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan kasa steril
dan bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera periksa ke dokter
2. Bila luka cukup besar / kaki mengalami kelainan segera pergi ke dokter.

e. Perawatan kaki Diabetik :


1. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung / sikat
halus
2. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari
3. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna ( pucat,kemerahan),
bentuk (pecah-pecah,lepuh,kalus,luka),Suhu (dingin,lebih panas)
4. Bila kaki kering,olesi dengan lotion
5. Potong kuku / kikir tiap 2 hari,jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu
keras kaki direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C ) selama 5 menit.
6. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun / wol

294
7. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada sesuatu
didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan pergelangan kaki
dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancar
8. Lakukan senam kaki
9. Jangan biarkan luka sekcil apapun

f. Cara Memilih Sepatu yang baik bagi penderita DM :


1. Ukuran : Jangan terlalu sempit/ longgar kurang lebih ½ inchi lebih
panjang dari kaki
2. Bentuk : Ujung sepatu jangan runcing,tinggi tumit < 2 inchi
3. Bahan sepatu terbuat dari bahan yang lembut
4. Insole terbuat dari bahan yang tidak licin

295
SENAM KAKI DIABETES MILITUS

A. Pengertian Senam Kaki Diabetes


Senam kaki diabetes adalah latihan gerakan-gerakan kaki yang dapat
meningkatkan aliran darah ke kaki. Pada area kaki yang kaku, atau area yang
ototnya ketat atau kram dapat merasa lebih baik. Latihan kaki merupakan gerakan
sederhana pada kedua kaki yang dilaksanakan dengan posisi duduk.

B. Manfaat Senam Kaki Diabetes


Manfaat dari senam kaki diabetes ini yaitu :
1. Memperbaiki sirkulasi darah
2. Memperkuat otot-otot kecil
3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
6. Mengurangi rasa nyeri, kram dan kaku

C. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Senam Kaki Diabetes


1. Senam kaki dapat dilaksanakan bila pasien memiliki gula darah dan tekanan
darah yang terkontrol.
2. Senam kaki hanya boleh dilaksanakan oleh pasien diabetes yang tidak
memiliki luka di kaki.
3. Pelaksanaan senam dapat dilaksanakan tiga kali sehari, pada pagi, siang, dan
sore hari, masing-masing selama 10-20 menit.
4. Latihan dilaksanakan 2 jam setelah makan

D. Cara Melakukan Senam Kaki Diabetes


1. Duduk dengan baik di atas kursi sambil meletakkan kaki ke lantai

296
2. Sambil meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke
atas dan dibengkokkan ke bawah sebanyak 10 kali.

3. Sambil meletakkan tumit di lantai, angkat telapak kaki ke atas. Kemudian,


jari-jari kaki diletakkan di lantai sambil tumit kaki diangkat ke atas. Langkah
ini diulangi sebanyak 10 kali

4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian depan kaki diangkat ke atas dan
putaran 360 º dibuat dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10
kali

5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan putaran 360º dibuat
dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

297
6. Kaki diangkat ke atas dengan meluruskan lutut. Putaran 360º dibuat dengan
pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

7. Lutut diluruskan dan dibengkokkan ke bawah sebanyak 10 kali. Ulangi


langkah ini untuk kaki yang sebelah lagi

8. Letakkan sehelai kertas koran di lantai. Remas kertas itu menjadi bola dengan
kedua kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi kertas yang lebar menggunakan
kedua belah kaki. Langkah ini dilakukan sekali saja.

298
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah M. Medikal bedah untuk mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press; 2012.


Ruben dkk. 2016. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Perubahan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Enemawira. eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1
Soeparman dkk, 1987, Ilmu Penyakit dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta.
Tarwanto, Wartonah, Taufiq I, et al. Keperawatan Gangguan Sistem Endokrin. Ed 1.
Jakarta; CV Trans Info Media.
Wahyuni A Dan Arisfa N. 2016. Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle
Brachial Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ipteks Terapan: Research
Of Applied Science And Education V9.I2 (155-164)

299
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG
TAHUN 2018/2019

DAFTAR HADIR SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


Materi Penyuluhan :
Sasaran :
Tempat :
Hari/ Tanggal :
Pemateri :
Metode :
Media :

NO NAMA ALAMAT TTD


1

10

11

12

13

14

15

300
16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

301
DOKUMENTASI PENYULUHAN

302
LEAFLET PENYULUHAN

303
304
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG
TAHUN 2018/2019

DAFTAR HADIR PEMBIMBING SEMINAR DESTIMINASI AWAL

NO NAMA PEMBIMBING TTD

305
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG
TAHUN 2018/2019
DAFTAR HADIR MAHASISWA SEMINAR DESTIMINASI AWAL

NO NAMA MAHASISWA TTD


1 Laurentina Dos Reis Lopes

2 Lufi Yetur Romzi

3 Muhkhammad Agus Sholi

4 Melinda Fandasari

5 Nelci Elvina G B

6 Refi Andi Alamsyah

7 Ria Rosanti

8 Safitri

9 Sifra Parinussa

10 Siska Putri Utami

11 Vannessia Prasetya Cia

306
DOKUMENTASI DESTIMINASI AWAL

307
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG
TAHUN 2018/2019

DAFTAR HADIR PEMBIMBING SEMINAR DESTIMINASI AKHIR

NO NAMA PEMBIMBING TTD

308
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES MAHARANI MALANG
TAHUN 2018/2019
DAFTAR HADIR MAHASISWA SEMINAR DESTIMINASI AKHIR

NO NAMA MAHASISWA TTD


1 Laurentina Dos Reis Lopes

2 Lufi Yetur Romzi

3 Muhkhammad Agus Sholi

4 Melinda Fandasari

5 Nelci Elvina G B

6 Refi Andi Alamsyah

7 Ria Rosanti

8 Safitri

9 Sifra Parinussa

10 Siska Putri Utami

11 Vannessia Prasetya Cia

309
DOKUMENTASI DESTIMINASI AKHIR

310
DOKUMENTASI IMPLEMENTASI KEGIATAN (POA)

311
TIME TABLE KEGIATAN PRAKTIK MANAGEMEN DI RUANG MELATI RSUD MARDI WALUYO

WAKTU

NO KEGIATAN
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2
1. Pengumpulan data DISPENSASI
TRY OUT
2. Pengkajian UKNI
3. Desiminasi awal

4. Revisi
5. Implementasi
6. Role Play
7. Timbang terima
8. Discharge
Planning
9. Penerimaan pasien
baru
10. Penyuluhan
11. Desiminasi akhir
12. Revisi

13. Pengumpulan
Laporan
Keterangan :
Merah : Hari Minggu Hitam : Pelaksanaan Kegiatan
Kuning : Dispensasi Try Out UKNI

312
JADWAL DINAS PERAWAT KAMAR 3C RUANG MELATI RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR

TANGGAL
NO NAMA 4- 5- 6- 7- 8- 9- 10- 11- 12- 13- 14- 15- 16- 17- 18- 19- 20- 21- 22- 23- 24- 25- 26- 27- 28- 1- 2-
Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Mar Mar
Laurentina
1
Dos reis L P P P P P P L S S P P M L P P S S P P P P P P P

DISPENSASI TRYOUT UKNI


Lufi Yetur
2
Romzi P P P P P P L P P S M L P P S S M L P P P P P P
Mukhammad
3
Agus Sholi P P P P P L S S S M L P P S S M L P P P P P P P
Melinda
4
Fandasari P P P P P P L M M L P P S S M L P P P P P P P P
Nelcy Elvina
5
G Benamen P P P P P L M S L P P S S M L P M L P P P P P P
Refi Andi
6
Alamsyah P P P P P P L P S S M L P P S M L P P P P P P P
7 Ria Rosanti P P P P P P L P P M L P P S M L P P P P P P P P
8 Safitri P P P P P P L M M L P P S M L P P P P P P P P P
Sifra
9
Parinnussa P P P P P L S P P S S S M L P P S P P P P P P P
Siska Putri
10
Utami P P P P P P L P P P S M L P P S S P P P P P P P
Vannessia
11
Prasetya Cia P P P P P L M S L P S S M L P P P P P P P P P P
Keterangan :
Kepala Ruang Perawat Pengganti Hari Libur Destiminasi Awal
Ketua Tim Perawat Pelaksana Dispensasi Destiminasi Akhir

313

Anda mungkin juga menyukai