Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEORI

KESEHATAN REPRODUKSI
CBE

Oleh:
NAMA : MADE INTAN WAHYUNINGRUM
NIM : 1610104207

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2016
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

I. IDENTITAS
1. Mata Kuliah : Phatologi Kebidanan
2. Program Studi : DIV Kebidanan
3. Kode/Bobot SKS : MW2105 /4 sks
4. Semester : VII (Tujuh)
5. Elemen Kompetensi : MKB
6. Jenis Kompetensi : Utama
7. Waktu Kuliah : 1 x 25 Menit
8. Pokok Bahasan : Atonia Uteri

II. STANDAR KOMPETENSI


Mahasiswa mampu mengaplikasikan keterampilan dalam kegiatan
asuhan kebidanan pada persalinan khususnya dalam melakukan
pertolongan persalinan patologi sesuai dengan standar kompetensi bidan
menurut KEPMENKES RI NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007 yaitu
pada kompetensi ke-4 asuhan selama persalinan dan kelahiran : bahwa
bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan
yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.

III. KOMPETENSI DASAR


IV. Mahasiswa mampu memahami teori-teori atonia uteri dan penanganannya dengan
tepat dan benar sesuai dengan teori.

V. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


Mahasiswa Dapat :
1. Menjelaskan Pengertian Atonia Uteri dengan benar
2. Menjelaskan penyebab Atonia Uteri dengan benar
3. Menjelaskan gejala klinis atonia uteri dengan benar
4. Menjelaskan pencegahan Atonia Uteri dengan benar
5. Mengerti langkah-langkah penanganan atonia uteri dengan benar

VI. TUJUAN PEMBELAJARAN


Melalui perkuliahan dikelas mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan Pengertian Atonia Uteri dengan benar
2. Menjelaskan penyebab Atonia Uteri dengan benar
3. Menjelaskan gejala klinis atonia uteri dengan benar
4. Mengetahui pencegahan atonia uteri dengan benar
5. Mengerti langkah-langkah penanganan atonia uteri dengan benar

VII. DESKRIPSI MATERI


1. Pengertian atonia uteri
2. Penyebab atonia uteri
3. Gejala klinis atonia uteri
4. Penyebab atonia uteri
5. Langkah-langkah penanganan atonia uteri

VIII. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN


1. Diskusi
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Interactive learning
5. Talking stik
6. Tebak kata
IX. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Slide Power Point
2. LCD
3. Proyektor
4. Laptop
5. Video penanganan atonia uteri
6. Gambar

X. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Komponen Strategi Estimasi
Uraian kegiatan
langkah Pembelajaran Waktu
Pendahuluan a. Menyiapkan fisik dan psikis Ceramah 4 Menit
b. Memperkenalkan diri dan mengucap salam diskusi
c. Melakukan apersepsi dan integrasi nilai-nilai
islam
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran
e. Menyampaikan cakupan materi
f. Mengkaitkan dengan realita kehidupan
sehari-hari
Inti 1. Menjelaskan Pengertian atonia uteri Interaktif 15 Menit
2. Menjelaskan penyebab atonia uteri learning
3. Menjelaskan gejala klinis atonia uteri tebak kata
4. Mengerti cara pencegahan atonia uteri talking stik
5. Mengerti langkah-langkah cara penanganan
atonia uteri
Penutup a. Mengevaluasi hasil pembelajaran dengan Tanya jawab 6 menit
Lisan/Tertulis
b. Refleksi terhadap kegiatan pembelajaran dan
integrasi nilai-nilai islam
c. Tindak lanjut pemberian tugas pada
pertemuan selanjutnya
d. Menutup dengan salam

XI. PENILAIAN
A. Jenis
Unjuk Kerja/Performance test
B. Bentuk
Vignette dan essay
C. Instrument
Terlampir

XII. SUMBER BELAJAR


Fitri siswi U, dkk .2016. Modul Phatologi Kebidanan Yogyakarta :
STIKES ‘aisyiyah yogyakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sukarni K, Icesmi dan Margaret ZH. 2013. Kehamilan, Persalinan dan
Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika

Yogyakarta, …………….2016

Dosen Pembimbing/
koordinator mata kuliah Praktikan

(……………..……………) (………………………….)
XIII. LAMPIRAN MATERI
XIV. SOAL
1. Vignete 3 soal
2. Essay 3dalam bentuk kasus!
Sekaligus dengan jawaban

KESEPAKATAN PEMBAGIAN MATERI;


Kelompok I  Kb dan Kespro
Kelompok II  KDPK
Kelompok III  Neonatus
Kelompok IV Hamil
Kelompok V Persalinan dan Patologi
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Atonia Uteri


Atonia uteri yaitu ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana
mestinya setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol
oleh kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh
darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri
terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi.
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum
dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan
keluarga berencana makin meningkat.
Atonia uteria adalah gagalnya uterus berkontraksi yang baik setelah
persalinan. Perdarahan postpartum adalah perdarahan ≥ 500 ml dalam masa 24
jam setelah anak lahir, termasuk adalah perdarahan karena retensio plasenta.
Frekuensi kejadian menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian :
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage)
Atonia merupakan penyebab tersering perdarahan postpartum, sekurang-
kurangnya 2/3 dari semua perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia uteri.
Upaya penanganan perdarahan postpartum disebabkan atonia uteri, harus dimulai
dengan mengenal ibu yang memiliki kondisi yang berisiko terjadinya atonia uteri.

B. Etiologi
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor
predisposisi (penunjang ) seperti :
a. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau
paritas tinggi.
b. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
c. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
d. Partus lama / partus terlantar
e. Malnutrisi.
f. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta
belum terlepas dari dinding uterus.

C. Tanda dan Gejala


a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia uteri dan yang
membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.

b. Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer).


Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan tidak
merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal ini
terjadi karena tromboplastin sudah tidak lagi sebagai anti beku darah.
c. Fundus uteri naik
Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan
menggumpal.
d. Terdapat tanda-tanda syok
Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin,
gelisah, mual, apatis, dll.
D. Pencegahan atonia uteri.
Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian
oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U
Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam. Pemberian
oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih
dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi.
E. Penatalaksanaan atonia uteri
a. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu
resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-
tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen.
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan
transfusi darah.
b. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang
akan menghentikan perdarahan.Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya
plasenta (max 15 detik), Jika uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika
uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah
perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera
c. Jika uterus tidak berkontraksi maka :
Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang
serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong, lakukan kompresi
bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
1) Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan
tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.
2) Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai
melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-
lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi);
Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml
RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin;
Ulangi KBI
3) Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat
4) Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera
d. Pemberian Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior
hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat
seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor
oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan
meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan
lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa
diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian
oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping
lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat
menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan
secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum
1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan
(IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan
vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan
vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.
Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil
prostaglandin F2alfa. Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal,
transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM
atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis
maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi
perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin ini merupakan
uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping
prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan
bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem
termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka
kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal
temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini
tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal,
dan disfungsi hepatik. Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan
dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus
penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang
disebabkan atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-96%. Perdarahan
pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu
dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan
masif yang terjadi.
e. Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka
keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang
berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika
dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim.
Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang
absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan
jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian
avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi
hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden
arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium.
Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi
perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria,
ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm
dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar
cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina
yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu
dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.
f. Ligasi arteri Iliaka Interna
Identiffikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk
melakukannya harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral paralel
dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial
kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan
eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan dengan menggunakan
benang non absobable dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari
trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan
femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi.Risiko ligasi arteri
iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan. Dalam
melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan kondisi
pasien.
Teknik B-Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh
Christopher B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk
mengatasi perdarahan pospartum akibat atonia uteri.
g. Histerektomi
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika
terjadi perdarahan pospartum masif yang jmembutuhkan tindakan operatif.
Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada
persalinan abdominal dibandingkan vaginal.
h. Kompresi bimanual atonia uteri
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi
tersebut. Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus,
tegak lurus dengan sumbu badan, sehingga mencapai kolumna vertebralis.
Penekanan yang tepat, akan mengehntikan atau mengurangi denyut arteri
pemoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang
terjadi.
Daftar Pustaka

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo
Sukarni K, Icesmi dan Margaret ZH. 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas.
Yogyakarta : Nuha Medika
Saadong, Djuhadiah. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal dan Patologi.
Makassar : Buku Ajar khusus Lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassar
Jurusan Kebidanan.
Sihotang, Corry. 2008. Asuhan Kebidanan Patologi. Makassar : Buku Ajar khusus
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai