OLEH
KELOMPOK 1 & 2
RUANGAN INTERNA
1. INDOMARYAM RUSDIN
2. JEISTIKA GIASI
3. PUTRI RIDWAN BAKARI
4. RIVALDI MOKODOMPIT
5. SRI WULANDARI
6. WINDRAWATI ISMAIL
7. FEBRI DWIYANTO ENGAHU
8. ANNISA A. EYATO
9. MANDA PAKAYA
10. MOH. YUSRAN BASRI
11. SRI DEVIYANINGSIH NABU
Telah disetujui oleh preseptor klinik dan preseptor akademik dan telah
diperbaiki sesuai saran dan masukan yang diberikan untuk dapat diseminarkan
pada:
Hari : Senin
Tanggal : 26 September 2022
Mengetahui
Kelompok
DAFTAR ISI
COVER
Kata pengantar
Lembar pengesahan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan penulisan
C. Manfaat
BAB II ANALISA SITUASI
A. Gambaran umum rumah sakit dan ruang praktek
1. Sejarah singkat
2. Nama, Visi,Misi,Mottp dan Tujuan
3. Kedudukan dan Tugas
4. Jenis-jenis pelayanan kesehatan
B. Pengumpulan data
1. Data umum ruangan praktek
a. Tenaga dan pasien (M1 –Man)
b. Manajemen Material (M2- Material)
c. Metode pemberian asuhan keperawatan (M3-Methode)
d. Pembiayaan (M4-Money)
e. Pemasaran (M5- Marketing)
2. Data Khusus Ruangan (Fungsi manajemen keperawatan
diruangan)
a. Fungsi perencanaan
1) Visi ruangan
2) Misi ruangan
3) Standar operasional prosedur
4) Standar asuhan keperawatan
5) Standar kinerja
b. Fungsi pengorganisasian
1) Struktur organisasi
2) Uraian tugas
3) Pengaturan jadwal dinas
4) Pengaturan daftar pasien
5) Pengorganisasian perawatan klien
6) Sistem penghitungan tenaga
c. Fungsi pengarahan
1) Operan
2) Pre dan post conferent
3) Motivasi kepada perawat
4) Pendelegasian
5) Supervisi
6) Ronde keperawatan
d. Pengendalian
1) Indikator mutu
2) Audit dokumentasi asuhan keperawatan
3) Survey kepuasaan dan survey masalah pasien
PENDAHULUAN
ANALISA SITUASI
4) Laboratorium
b. Waktu pelayanan
DIREKTUR
dr. H Elson Djakaria, Sp.OG
KEPALA RUANGAN
Ns. Junita Djojohikrat, S.Kep
KETUA TIM
Ns. Femmy Buoto, S.Kep
PERAWAT PELAKSANA
kontrak
Pegawai Tetap
100%
D4
NERS
86%
Berdasarkan diagram 2.2 distribusi berdasarkan pendidikan perawat
diruangan Interna RSIA Sitti Khadijah 2022, sebagian besar tenaga
keperawatan S1 Ners sebanyak 6 orang (86%), D4 Keperawatan
sebanyak 1 orang (14%).
4) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja di ruangan
Interna RSIA Sitti Khadidjah.
Diagram 2.3 Distribusi Berdasarkan Masa Kerja diruangan Interna
RSIA Sitti Khadijah
> 5 Tahun
43% < 5 Tahun
57%
100%
100%
A x BxC = F =H
(C-D)E G
Keterangan :
A : Rata- rata jumlah jam perawatan pasien/ hari
B : Rata – rata jumlah pasien/ hari (BOR X Jmlh TT)
C : Jumlah hari/ tahun
D : Hari libur masing – masing perawat
E : Jumlah jam kerja masing – masing perawat
F : Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan pertahun
G : Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat pertahun
H : Jumlah Perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
A x B x 365
(365- C) x Jam Kerja/hari
=
(Jumlah tenaga keperawatan + Loss Day) x 25
100
=
(Jumlah tenaga keperawatan + Loss Day) x 25
100
= (14 + 2 ) x 25 = 4 orang
100
Jumlah tenaga keperawatan + tenaga yang tersedia + faktor
koreksi = ( 14 + 4 + 4) = 22 orang. Jadi tenaga keperawatan yang
di butuhkan diruangan interna RSIA Sitti Khadijah adalah 22
orang.
Identifikasi masalah :
a. Observasi : dari hasil observasi, berdasarkan rumus Gillies
diperoleh jumlah tenaga yang dibutuhkan sejumlah 12 orang
dan berdaskan rumus Depkes 2013 tenaga keperawatan yang
dibutuhkan sebanyak 19 orang, berdasarkan rumus dauglas
tenaga keperawatan yang di butuhkan sebanyak 22 orang
b. Wawancara : dari hasil wawancara dengan 7 orang perawat.
Di dapatkan hasil wawancara dengan 6 perawat mengatakan
bahwa jumlah perawat di ruang interna sudah mencukupi.
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan jumlah
perawat di ruangan interna masih kurang.
c. Kuesioner : dari hasil kuesioner didapatkan data 86 %
mengatakan jumlah tenaga yang ada mencukupi kebutuhan
pelayanan keperawatan diruangan.
Masalah : jumlah tenaga berdasarkan rumus Gillies,
Depkes 2013 dan Dauglas tidak mencukupi kebutuhan
diruangan.
b. Manajemen Material (M2 – Material)
1) Bangunan
K
E
T
E
R
A
IPSRS
N KELAS 1 B KELAS 2 RENCANA
G TANGGA
R. BEDAH
A
GUDANG KELAS 3 ISOLASI
KAMAR
LIF
PERAWAT
VIP 2 VIP 1 AULA
Menurut permenkes no 24 tahun 2016 bangunan ruang perawatan intensif
strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh, dan stabil serta diperhitungkan
dapat menahan beban yang timbul akibat gempa dan angin. Untuk lantainya
menggunakan bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, warna terang dan mudah
dibersihkan. Lapisan penutup dinding harus bersifat nonporosif (tidak
mengandung pori-pori) sehingga dinding tidak menyimpan debu, mudah
dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur. Untuk komponen langit-langit
harus mudah dibersihkan tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak
mengandung unsur yang dapat membahyakan pasien, serta tidak berjamur.
Toilet pasien harus aksesibel, pintu toilet membuka keluar, pintu keluar/masuk
utama memiliki lebar minimal atau dapat dilalui brankar pasien dan di daerah
sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya perbedaan ketinggian
lantai, pintu darurat setiap bangunan rumah sakit yang bertingkat lebih dari tiga
lantai harus dilengkapi dengan pintu darurat, pintu khusus untuk kamar mandi
dirawat inap dan pintu toilet untuk aksesibel harus tebukakeluar.
Rumah sakit harus mampu secara structural stabil selama kebakaran, alat
pemadam api ringan atau (APAR) harus ditunjukkan untuk menyediakan sarana
bagi pemadam api tahap awal. Konstruksi APAR dapat dari jenis portable
(Jinjing atau Beroda), system deteksi dan alarm kebakaran berfungsi untuk
mendeteksi secara dini terjadinya kebakaran baik secara otomatis maupun
manual, system pencahayaan darurat diperlakukan khususnya pada keadaan
darurat misalnya tidak berfungsinya pencahayaan normal pada PLN atau tidak
dapat beroperasinya dengan siaga dari selgenerator.
Bedasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan tanggal 19
September 2022 didapatkan hasil bahwa bangunan Ruangan Interna baru
ditempati pada tahun 2018.
Berdasarkan Observasi terhadap situasi lingkungan Gedung Ruangan
Interna dapat disampaikan bahwa :
1. Pencahayaan : Cukup terang untuk melakukan observasi klinis dengan
jumlah lampu di ruangan 4 buah dan ada juga 6 buah lampu ditempatkan
dibagian atas berjejer memanjang berbentuk segi empat. Di bagian
nursestasion ada 5 lampu berjejer memanjang dan 6 buah lampu di Coridor.
Dan disetiap kamar mandi terdapat 1 buah lampu.
2. Ventilasi : terdapat ventilasi terbuka dan tertutup di Ruangan Interna
karena dalam ruangan terpasang AC
3. Lantai dan Atap : lantai keramik, bersih dan kering, serta bagian atap di
gedung Ruangan Interna tidak ada yang lubang.
4. Dinding : kondisi dinding di ruang Interna cukup kuat dan bersih
5. Sarana air bersih : terdapat satu wastafel dibagian nursestation dengan
sabun dan petunjuk cuci tangan enam langkah dan five moment, terdapat
wastafel untuk pasien atau keluarga pasien dan juga ada petunjuk cuci
tangan enam langkah. Pada bagian kamar pasien terdapat dua kamar mandi.
6. Pembuangan air limbah : pembuangan air limbah lancer di setiap kamar
mandi.
7. Tempat sampah : terdapat tempat sampah medis, pada tempat sampah
terdapat label penanda antara tempat sampah infeksius dan non – infeksius,
terdapat safety box.
8. Setiap Bed memiliki 1 colokan dan terpasang ± 1,2 meter di atas lantai.
Tiap bed memiliki label penanda nomorbed.
9. Gedung Ruangan Interna memiliki 16 tempat tidur pasien
10. Tidak Terdapat handcrub disetiap bed pasien
11. Di ruangan Interna terdapat satu meja nurse station, namun tidak terdapat
papan penanda.
12. Terdapat alat pemadam api ringan (APAR)
c. Alat kantor
Tabel 4. Fasilitas Alat Kantor Diruangan interna di Rsia Sitti
Khadidjah Aisyiyah Kota Gorontalo
No Nama barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1. Meja Biro 1 Baik 1
2. Nurse Postation 1 Baik 1
Papan Nurse Perlu di
3. - 1
Station adakan 1
4. Kursi Plastik -
5. Kursi Form Line 2 2
6. Kursi Citos 2 Baik
7. Loket perawat -
8. Ac 3 Baik
Sumber : Data Primer 2022
d. Sarana lain
Tabel 5. Fasilitas Sarana Lain Di Ruangan interna di Rsia Sitti
Khadidjah Aisyiyah Kota Gorontalo
No Nama barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
Tempat sampah
1. 1 Baik
infeksius
Tempat sampah
2. 1 Baik
non infeksius
Tempat sampah
3. 1 Baik
farmasi
4. Kamar mandi/WC 7 Baik
5. Wastafel perawat 1 Baik
6. Wastafel keluarga 6 Baik
Handrub/Antiseptik 16
7. 3
setiap Bed
Sumber : Data Primer 2022
2. Timbang terima
Metode timbang terima (Handover) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu laporan berkaitan dengan keadaan
pasien (Nursalam, 2016).
Disimpulkan bahwa timbang terima merupakan suatu cara
menyampaikan dan menerima informasi terkait keadaan pasien di
lakukan saat pergantian shift.
a) Dari hasil wawancara dari kepala ruangan interna mengatakan
bahwa timbang terima di lakukan belum optimal dikarenakan
proses tindakan keperawatan diruangan yang cukup banyak
sehingga timbang terima jarang terlaksana.
b) Dari hasil observasi pada tanggal 19 September 2022 timbang
terima di lakukan di nurse station oleh katim dan perawat
pelaksana
c) Dari hasil kuesioner perawat di ruang interna melakukan timbang
terima di nurse station.
3. Pre dan Post Confrence
Pre conference menurut (Sitorus,2016 ) merupakan pertemuan tim yang di
lakukan setiap dan merupakan langkah awal kegiatan shift perawat. Pre
conference di lakukan di awal jaga setelah melakukan operan dinas, baik
dinas pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawat pelaksana.
Post confrence adalah komunikasi katim dan perawat pelaksanatentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan pada shift berikut dan isi post
conference yaitu hasil asuhan keperawatan setiap perawatan dan
hasilpenting utnuk operan ( tindak lanjut).
a) Dari hasil wawancara dengan katim bahwa pre dan post confrence
tidak di lakukan secara optimal setiap timbang terima.
b) Dari hasil observasi pada tanggal 19 september 2022 pre dan post
conference tidak di lakukan di nurse station oleh katim dan
perawat pelaksana
c) Dari Hasil kuesioner perawat diruangan interna 83% melakukan
pre conference.
Masalah: Tidak ada masalah
4. Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru merupakan metode dalam menerima kedatangan
pasien baru di ruangan pelayanan keperawatan. Dalam penerimanan pasien
baru di sampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, pengenalan tata
tertib ruangan serta penyakit.
a) Hasil wawancara dengan kepala ruangan interna mengatakan
bahwa penerimaan pasien baru menggunakan lembar transfer
danada format penerimaan pasien baru.
b) Hasil observasi dalam penerimaan pasien baru sudah
menggunakan Format penerimaan pasien baru.
c) Hasil kuesioner pada penerimaan pasien baru didapatkan hasil
100% perawat menjawab ya untuk kategori penerimaan pasien
baru, salah satunya penerimaan pasien baru sudah dilakukan sesui
SOP
Masalah: tidak terdapat masalah. Dari hasil observasi penerimaan
pasien baru sudah maksimal dilakukan
5. Discharger Planning
Perencenaan pulang (Discharge Planning) adalah suatu proses yang
sistematis dari penilaian, persiapan, koordinasi yang di lakukan untuk
memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial sebelum dan sesudah pilang.
a) Berdasarakan hasil wawancara kepala ruangan interna
mengatakan bahwa discharge planing dilakukan pada saat pasien
pulang, dan perawat pelaksana memberikan edukasi kepada pasien
berdasarkan penyakit yang diderita.
b) Berdasarkan observasi didapatkan perawat pelaksana melakukan
edukasi pada pasien atau keluarga tentang penyakit yang diderita
oleh pasien, tindakan yang harus dilakukan selama dirumah dan
obat - obat yang akan di konsumsi. Kemudian perawat pelaksana
mendokumentasikan hasil discharge planning pada rekam medis
pasien
c) Berdasarkan kuesioner didapatkan hasil presentasi 100% perawat
diruangan interna menjawab ya untuk perencanaan pasien pulang
Masalah : Tidak Terdapat masalah pada discharge planing
6. Ronde keperawatan
a) Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan interna mengatakan
bahwa ronde keperawatan tidak pernah dilakukan karena tidak
pernah ada pasien yang kompleks
b) Berdasarkan hasil observasi ronde keprawatan tidak perna
dilakukan di ruangan interna
c) Berdasarkan hasil kuesioner perawat di ruang Interna tidak
melakukan ronde keperawatan
Masalah : Terdapat masalah pada ronde keperawatan
7. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
( Nursalam, 2015).
a) Tujuan pengelolaan obat
Tujuan pengelolaan obat merupakan obat secara bijaksana sehingga
kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi. Hal beberapa
alasan paling sering mengapa obat disentralisasi.
1. Memberikan bermacam – macam obat untuk satu pasien
2. Menggunakan obat yang mahal, bermerek, obat standar lebih
murah dengan mutu terjamin memiliki efektifitas dan
keamanan obat.
3. Meresapkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat.
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
5. Memesan obat lebih dari pada yang dibutuhkan sehingga
banyak yang tersisa sesudah batas kadaluwarsa
6. Tidak menyediakan lemari es sehingga vaksin dan obat
menjadi tidakaktif
7. Meletakkan obat ditempat yang lembab terkena cahaya
ataupanas
8. Mengeluarkan obat dari penyimpangan terlalu banyak pada
suatu waktu sehingga di pakai berlebihan atau dicuri.
b. Teknik Pengelolaan obat (Sentralisasi)
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya di lakukan oleh perawat:
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang
ditunjuk
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut mengontrol penggunaan
obat
c. Penerimaan obat
1. Obat telah di resepkan ditunjukan kepada perawat obat yang
diambil oleh keluarga di serahkan kepada perawat dengan
menerima lembar terima obat
2. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah
dan sediaan dalam kartu kontrol di ketahui oleh keluarga atau
pasien dan mendapat penjelasan kapan atau bila obat tersebut
akan habis. Dengan cara 6B yaitu jenis, dosis, waktu, pasien,
cara, pemberian dandokumentasi.
3. Pasien atau keluarga mendapatkan salinan obat yang di minum
beserta kartu sediaanobat
4. Obat yang telah diserahkan selanjutkan di simpan oleh perawat
dalam kontak obat (Nursalam,2015)
d. Pembagian obat
1. Obat yang diterima selanjutnya di salin ke buku daftar
pemberian obat
2. Obat telah di simpan untuk selanjutnya di berikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur tercantum dalam buku daftar
pemberian obat kemudian di cocokan dengan terapi dokter dan
kartu obat yang ada padapasien
3. Pada saat pemberian perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping, usahakan obat
tempat atau wadah obat kembali keperawatsetelah obat
dikonsumsi, pantau efek samping padapasien.
4. Sediaan obat yang ada selanjutnya di periksa setiap pagi oleh
kepala ruangan atau petugas yang di tujuk dan di
dokumentasikan dalam buku masukobat.
e. Penambah obat baru
1. Bila terdapat penambah obat atau perubahan jenis,dosis atau
perubahan alur pemberian obat,maka informasi ini akan
dimasukan dalam buku masuk obat sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaanobat.
2. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja)
maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya Diinformasikan kepada keluarga dengan kartu
khusus obat(Nursalam,2007).
f. Obat khusus
1. Obat di kategorikan khusus apabila memiliki harga yang
cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit,
memiliki efek sampingnya cukup besar atau hnaya diberikan
dalam waktu tertentu atausewaktu.
2. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus
obat di laksanakan oleh perawatruangan.
3. Informasikan yang diberikan kepada pasien atau keluarga :
nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping,
penganggung jawab pemberian. Seorang manejer keluarga
kesehatan dapat medidik staf mengenai obat dengan cara –
cara sebagai berikut:
a. Membuat catatan mengenai obat-obat yang sering di pakai
jelaskan penggunaan dan efek samping, kemudian berikan
salinan kepada semuastaf.
b. Tuliskan dosis yang tepat obat yang sering digunakan.
Hasil wawancara Pada tanggal 19 september 2022 kepala
ruangan mengatakan bahwa tidak ada sentralisasi obat
diruangan. Pasien secara langsung menjemput obat- obatan
sesuai resep dokter di instalasi farmasi, kemudian obat oral
diberikan kepada keluarga pasien, dan untuk obat injeksi
intravena di berikan kepada perawat di ruangan.
Hasil observasi berdasarkan hasil observasi tidak ada
sentralisasi obat di ruangan,resep diberikan kepada keluarga
pasien untuk diambil di instalasi farmasi. Obat oral diberikan
langsung kepada keluarga pasien dan obat injeksi diberikan
kepada perawat di nurse station.
Masalah : Tidak terdapat sentralisasi obat di ruangan interna
8. Dokumentasi Keperawatan
Menurut Nursalam, 2015 tujuan dokumentasi keperawatan merupakan
melakukan evaluasi dan perencanaan terhadap proses dokumentasi
keperawatan yang telah ada di ruangan agar terlaksana lebih optimal sesuai
standar yang berlaku.
a) Dari hasil wawancara kepala ruangan interna mengatakan bahwa
perawat pelaksana dalam melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan menggunakan format asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi dan evaluasi. Pendokumentasian dilakukan setiap
shift dan mengacu pada standar diagnosa keperawatan indonesia
(SDKI), standar luaran keperawatan indonesia (SLKI), dan Standar
intervensi keperawatan indonesia (SIKI).
b) Dari hasil observasi pada rekam medis pasien terdapat format
pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat pelaksana baik pada shift pagi, sore maupun malam yang
mengacu pada standar diagnoga keperawatan indonesia (SDKI),
standar luaran keperawatan indonesia (SLKI), dan Standar
intervensi keperawatan indonesia (SIKI).
13%
88%
ALOS
ALOS Menurut Depkes 2005 adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efesiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut,
secara umum nilai AlOS yang ideal antara 6-9 hari.
Distribusi ALOS pasien ruang Interna tahun 2022
Rumus = jumlah lama rawat dalam 3 bulan terakhir (Juni, Juli, Agustus 2022)
jumlah pasien (hidup+mati)
= 106 + 52 + 99
26+ 13 + 34
= 255
73 = 3,4 = di bulatkan 3 hari
Jadi, ALOS (rata-rata lama rawat pasien) ruang Interna RSIA Sitti
Khadijah dengan poin 3,4 untuk bulan Juni, Juli, Agustus terakhir atau rata-
rata 3 hari.
TOI
TOI (Turn Over Internal) Menurut Depkes RI adalah rata-rata hari
dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi kesaaat terisi berkutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari
(Depkes RI 2005).
TOI pasien ruang Interna
Rumus = (jumlah tempat tidur x periode 1 bulan) – hari perawatan
Jumlah pasien keluar
= (16 x 31) – 307
38
= 4,9 = 5 hari
Jadi, tingkat efesiensi penggunaan tempat tidur dalam bulan Desember
diruang Interna RSIA Sitti Khadijah adalah 5 hari (ideal 1-3 hari)
DIREKTUR
dr. H Elson Djakaria, Sp.OG
KEPALA RUANGAN
Ns. Junita Djojohikrat, S.Kep
DOKTER SPESIALIS
3. ADMINISTRASI
dr. Nurhayati K. Martam, Sp. PD -
4.
KETUA TIM
PERAWAT PELAKSANA
Klasifikasi Data :
1. M 1
Masalah : Jumlah tenaga berdasarkan rumus Gillies, Depkes 2013, dan
Dauglas belum mencukupi kebutuhan diruangan Interna.
2. M 2
Masalah :
Belum tersedia ruangan untuk kepala ruangan untuk kepala ruangan
Belum tersedia ruang kerja dan istirahat untuk dokter
Belum tersedia ruangan untuk penyimpanan alat medic
Tidak terdapat ruangan diskusi medis (diskusi antara RS)
Tidak terdapat pantry untuk perawat
Tidak terdapat papan penanda Nurse Station
Tidak terdapat Handrub/Antiseptik setiap Bed
Struktur organisasi harus di perbaruhi
Belum lengkap fasilitas dan alat kesehatan yang ada di ruangan
3. M 3
Masalah :
- Tidak pernah dilakukan ronde keperawatan
- Tidak terdapat sentralisasi obat di ruangan Interna
4. M 4
Masalah : Tidak ada Masalah
5. M 5
- Belum Optimalnya Penerapan Five Momet
Analisis SWOT
Tabel analisis SWOT MI-M5 DI ruang Interna
KELEMAHAN ANCAMAN
KEKUATAN (STRENGTH) PELUANG ( OPPORTUNITY
(WEAKNESS) (THREATENED)
M1 (Man) Jumlah tenaga yang tidak Adanya kemauan perawat untuk Adanya tuntutan dari
1. Ketenagaan diruangan seimbang dimana kekurangan melanjutkan pendidikan masyarakat tentang
perawat
Interna adalah pegawai tetap 7 pelayanan profesional
orang dengan presentasi 100%. Adanya kerja sama yang baik
2. Jenis ketenagaan S1 Ners antara mahasiswa keperawatan Persaingan antar rumah
sebanyak 6 orang (86%), D4 dengan perawat klinik sakit semakin kuat
Keperawatan sebanyak 1 orang
(14%).
3. Ketenagaan diruangan
memiliki masa kerja > 5 tahun
sebanyak 3 orang dengan
presentase (43%) dan < 5 tahun
sebanyak 4 orang dengan
presentase (57%).
4. Ketenagaan diruangan
mengikuti pelatihan BTCLS
sebanyak 7 orang (100%), dan
mengikuti pelatihan In House
Training (IHT) sebanyak 7
orang (100%)
M2 (Sarana – prasarana) 1. Kepala Ruangan tidak 1. Adanya kesempatan untuk 1. Adanya kesenjangan
1. Memiliki ruang ners memiliki ruang kerja penggantian alat-alat yang tidak antara jumlah obat
station tersendiri layak pakai serta perbaikan alat emergency dengan
2. Memiliki tempat tidur 2. Tidak terdapat ruang kerja yg rusak kebutuhanpasien
pasien yang dilengkapi dan istirahat dokter 2. Adanya kesempatan menambah 2. Adanya tuntutan pasien
tiang infus anggaran untuk pembelian alat dan keluarga pasien
3. Tidak terdapat ruangan
3. Disetiap ruangan kamar penyimpanan alat medis yang belum diadakan diruangan tentang ketidak
pasien sudah disediakan nyamanan karena
4. Tidak terdapat pantry untuk
hands crub sarana dan prasarana
perawat
4. Alat-alat medis cukup kurang lengkap
5. Tidak terdapat papan
memadai
penanda Nurse Station
6. Tidak terdapat troli
emergency
7. Struktur organisasi belum
diperbaruhi
8. Visi misi ruagan belum ada
9. Alur pelayanan ruangan
belum ada
M3 (metode ) 1. Ronde keperawatan tidak 1. Adanya kesempatan yang 1. Adanya
1. Asuhan keperawatan dilakukan diberikan kepada perawat untuk tuntutan akan
diruangan perawatan anak 2. Tidak terdapat mengadaakan ronde pelayanaan
Sudah menggunakan sentralisasi obat di keperawatan yang
metode TIM, Dimana ruangan profesional
terdiri dari 1 katim, dan 3. Ronde keperawata belum 2. Pemberian
perawat pelaksana pernah dilakukan pelayanan
2. Timbang Terima dilakukan kesehatan
3 kali Setiap pergantian kepadapasien
shift, shift pagi ke sore, tidakoptimal
sore Ke malam dan malam
kepagi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
5. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai
tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara
dari pengkoordanisasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun
horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan
organisasi.Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat dengan model
MAKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi
keperawatan tim primer secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim dan
perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap pasien.
Pengorganisasian di ruangan dengan model MAKP terdiri dari
Struktur organisasi.Struktur organisasi adalah susunan komponen dalam
suatu organisasi (Sutopo, 2013).Pada pengertian organisasi menunjukkan
adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan.Struktur
organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.
a. Daftar dinas ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung
jawab dinas/shift
b. Daftar pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter,
nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien dan alokasi
perawat saat menjalankan dinas ditiap shift.
MAKP Kasus
MAKP Kasus merupakan metode pengelolaan asuhan keperawatan dimana
setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Secara konsisten pasien dilayani oleh perawat yang sama dalam satu
periode/ setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya.
Pasien/
Staf Perawat
Klien
Keterangan :
- Jumlah hari perawatan adalah total pasien dalam satu hari dikali
jumlah hari dalam satuan waktu
- Jumlah hari per satuan waktu. Pada jumlah hari jika dihitung per
satu bulan, jumlahnya 28- 31 hari bergantung pada jumlah hari
dalam satu bulan tersebut.
3) Rata- rata lama rawat (Average Length Of Stay / ALOS)
ALOS adalah rata- rata lama hari seorang pasien dirawat. Indikator ini
selain memberikan gambaran mutu pelayanan jika diterapkan pada
diagnosis tertentu yang masih membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
Secara ALOS yang ideal antara 6-9 hari. Dalam pengukuran ALOS
dilakukan oleh kepala ruangan dan dibuat setiap bulan dengan rumus
dibawah ini.
Jumlah hari perawatan pasien keluar
ALOS = x 100%
Jumlah Ttpasien keluar hidup mati
Keterangan :
- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan
pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu
- Jumlah pasien keluar (hidup atau mati) adalah jumlah pasien yang
pulang atau meninggal dalam satu periode waktu.
4) Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (Turn Over Interval/ TOI)
TOI adalah rata- rata jumlah hari tempat tidur tidak ditempati dari saat
diisi hingga saat terisi berikutnya, indikator ini dapat memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya, tempat
tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari. Dalam pengkuran TOI
dilakukan oleh kepala rungan dan dibuat setiap bulan dengan rumus
berikut.
(Jumlah TTx hari)- hari perawatan
TOI =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Keterangan :
- Jumlah TT adalah jumlah total kapasitas tempat tidur yang
dimiliki.
- Hari perawatan adalah jumlah total hari perawatan pasien keluar
hidup dan mati
- Jumlah pasien keluar adalah jumlah pasien yang memutasikan
keluar, baik Pulang mutasi, lari atau meninggal.
5) Indikator Mutu Rumah Sakit
a) Angka kejadian dekubitus.
b) Angka kejadian kesalahan pada pemberian obat oleh perawat.
c) Angka kejadian pasien jatuh.
d) Angka kejadian cedera akibat restrain.
e) Angka kejadian plebitis.
f) Angka kejadian infeksi paska operasi.
g) Perawatan diri.
6) Kondisi pasien :
a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan.
b) Survei masalah baru.
c) Kepuasan pasien dan keluarga.