BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan langkah pengembangan senior perawat anestesi dari Bandung Dosen dan
tokoh pengembangan profesionalisme perawat Anestesi di Indonesia.
Perawat Anestesi di Indonesia, tidak ada catatan yang otentik tentang sejarah namun
dari ceritera yang disampaikan oleh para orang tua generasi abad ke-19 akhir dan awal
abad ke-20 dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Belanda sewaktu masih berkuasa di
negeri ini mulai mendidik orang pribumi untuk menjadi tenaga kesehatan yang disebut
“Juru Rawat” dan “Mantri Verpleiger” ini yang dianggap sebagai “Perawat Anestesi”
yang mendapat “Training” secara individual, tanpa sertifikat, namun bekerja sebagai
“Anesthetist” di bawah supervise dari Ahli Bedah. Perkembangan dari tenaga jenis ini
tidak terlalu pesat jika dilihat dari segi jumlahnya, namun cukup banyak untuk ukuran
orang pribumi yang tidak mudah untuk menempuh pendidikan di bidang pelayanan
kesehatan.
Pada tahun 1954, dr. Mohamad Kelan, adalah dokter Indonesia pertama yang terjun ke
dalam bidang anestesi dan merupakan dokter ahli anestesi yang pertama di Indonesia,
setelah belajar di USA. Pada tahun 1962, beliau mencetuskan untuk mengadakan
program pendidikan Penata Anestesi di bawah naungan Departemen Kesehatan RI,
meniru Program Pendidikan Perawat Anestesi di Amerika Serikat. Sejak saat itu,
berkembanglah dan bertambahlah jumlah tenaga perawat yang menjadi perawat
anestesi, yang semula dalam bentuk program pendidikan peñata anestesi yang lama
pendidikannya adalah mula-mula selama 1 tahun, kemudian berubah menjadi 2 tahun
dan kemudian ditingkatkan menjadi Akademi Anestesi yang lama pendidikannya
adalah selama 3 tahun.
Setelah program ini sempat ditutup selama satu tahun (kurang jelas alasannya). Apa
yang beliau katakan saat itu, adalah sebagi berikut:
“Yang membedakan antara saudara dan saya barangkali adalah nasib. Mungkin orang
tua saudara kurang mampu sehingga tidak sanggup menyekolahkan saudara ke fakultas
kedokteran dan hanya ke sekolah perawat, sedangkan orang tua saya cukup mampu
sehingga saya bisa masuk ke fakultas kedokteran dan menjadi dokter.
Tetapi kapasitas otak saya dan saudara tidak berbeda, bahkan mungkin saudara
memiliki kapasitas yang lebih unggul dari saya. Oleh karena itu, saya yakin sekali
bahwa saudara akan mampu untuk menerima ilmu kedokteran yang akan diajarkan
kepada Saudara dalam pendidikan Akademi Anestesi ini, bahkan ilmu spesialis
anestesi, meskipun mungkin kedalamannya sedikit berbeda. Saudara akan di didik
menjadi seorang pembius, guna memenuhi kebutuhan pelayanan anestesi yang saat ini
bahkan untuk jangka panjang yang tidak tahu berapa lama, masih sangat kurang.
Jadi pesan saya, belajarlah dengan tekun, baik teori maupun praktek, agar Saudara tidak
terhambat untuk lulus ujian dan menjadi perawat anestesi yang handal. Tenaga Saudara
sangat dibutuhkan dalam pelayanan anestesi di Indonesia. Pendidikan seperti ini juga
diterapkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, dan disana perawatnya
hebat-hebat, sama seperti dokter anestesi, dan Saudara jangan kalah dengan mereka.
Selamat belajar.”
Tepuk tangan gemuruh di seluruh ruangan, kemudian hari Profesor dr. Mohamad Kelan
tak pernah merasa bersalah karena telah mendidik perawat menjadi pembius. Beliau
melihat sendiri di negara maju seperti USA saja dididik tenaga seperti itu, apalagi
Indonesia, sebagai negara berkembang, negeri ini seribu kali lebih membutuhkan
adanya “Nurse Anesthetist” yang handal ketimbang USA.
Program pendidikan seperti ini berlangsung sampai tahun 1989. Namun perkembangan
selanjutnya tidak serupa dengan perkembangan yang terjadi di negeri orang, tetapi
sebaliknya, bukannya bertambah maju tetapi semakin mundur, dan cenderung
ditiadakan.
Sejak tahun 1989, kemunduran ini dimulai, dengan merubah nama pendidikan sekaligus
merubah kurikulumnya. Ironisnya, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
pelayanan anestesi secara keseluruhan di negeri ini sebagian besar masih dilakukan oleh
perawat anestesi, terutama di rumah sakit daerah-daerah luar Pulau Jawa, bahkan di
kota-kota di Pulau Jawa juga masih banyak perawat anestesi yang bekerja dan
melakukan pelayanan anestesi di rumah sakit pemerintah maupun swasta.
4
f. Tahun 2001 Akademi Perawatan (Program Anestesi) masuk dalam jajaran jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Jakarta III dengan SK
No. 298/MenKes/Kesos/SK/IV/200
2. Dengan keprihatinan dan kekuatan dalam Organisasi PPNI dalam rangka melindungi
potensi perawat anestesi yang keluar dari ketentuan perundang – undangan di Indonesia
maka wadah yang tepat untuk perawat anestesi adalah rumpun keperawatan yaitu PPNI.
3. Lahirnya Wadah untuk mengabdi sebagai Perawat Anestesi dalam Himpunan Perawat
Anestesi Indonesia ( HIPANI ) karena :
Perawat yang bekerja di Unit atau Instalasi anestesi mempunyai keanggotaan di PPNI,
sehingga bergabung menjadi wadah seminat dengan PPNI. PPNI dalam mengisi
kelengkapan Organisasi melalui bandan kelengkapan organisasi :
5
Awal berdirinya himpunan perawat anestesi indonesia (HIPANI) dipelopori oleh kebulatan
tekat para perawat anestesi yang menginginkan legalitas sebagai seorang perawat di akui oleh
persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) serta lahirnya wadah untuk mengabadi sebagai
Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) dengan hasil kongres I di Bandung Jawa Barat pada hari
Sabtu, 3 Desember 2016. Profesi Perawat Anestesi Indonesia yang berkompeten dibidangnya
dalam berkarya,mengabdikan diri untuk pemerintah dalam mencukupi ketenagaan Perawat
Anestesi dan Intensif dalam fasilitas pelayanan kesehatan yang memerulkan keberadaannya.
Organisasi HIPANI direncanakan dan didirikan oleh para anggota untuk mencari tujuan
bersama yang dapat memenuhi kebutuhan dan bermanfaat bagi diri mereka sendiri. Organisasi
HIPANI akan membantu dan menjalankan mandat dari para anggota, oleh karena itu, tujuan
organisasi harus didasarkan pada prinsip-prinsip dasar, filosofi, dan nilai-nilai keanggotaan.
Organisasi HIPANI, tidak terpisah dari struktur pokok dari norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat, seperti dinyatakan oleh para ahli, bahwa profesi itu ada hanya karena
ada pengakuan dari masyarakat, artinya hak-hak untuk berpraktek dan hak-hak istimewa yang
diberikan kepada profesi itu karena masyarakat masih mengakuinya. Maka dalam
melaksanakan tugasnya organisasi HIPANI harus mencerminkan keseimbangan antara
kepentingan anggota dan kepentingan masyarakat. Untuk kedua hal inilah organisasi profesi
HIPANI bekerja dengan rasa percaya diri yang kuat.
Himpunan Perawat Anestesi Indonesia jelas adalah perawat yang lulus dari pendididkan
keperawatan dengan sertifikasi keahlian bidang keperawatan Anestesi, sedangkan Penata
Anestesi Indonesia adalah memberikan pelayanan dalam kelompok ketehnisan medis,dalam
pelayanan Anestesi dan terapi intensif berpedoman permenkes no 18 tahun 2016 tentang
Praktek Penata Anestesi. Pengelolahan tenaga perawat di Rumah Sakit di pertegas oleh Undang
– Undang no 36 yang menegaskan,bahwa bidan bukan tenaga keperawatan, Refraksi Optisi dan
Penata Anestesi juga bukan tenaga Keperawatan. Mereka punya kelompok sendiri yang
disebut tenaga kebidanan dan Tenaga ketehnisan medis.
1. Pertemuan pertama kali di bandung tanggal 13 Agustus 2016 di hotel Zest Bandung
yang dihadiri berjumlah 23 perawat Anestesi yang memberikan pencerahan dari wakil
DPW PPNI Bandung Bapak Wawan Arif mengenai undang – undang no 36 pelayanan
kesehatan.
2. Dukungan penuh kami dapatkan dari 20 Agustus 2016 dihadiri 8 orang termasuk dr
anestesi Rs Islam Jakarta diadakan diruang pertemuan Anestesi RS Islam Jakarta kami
dapat pencerahan dari Bapak Harif mengenai undang - undang keperawatan no 38 tahun
2014 undangan – undang keperawatan dan no 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan.
3. Prakonas Pertama pada tanggal 20 September 2016 hadir 34 perawat anestesi dari
berbagai daerah dan 2 orang Pengurus Pusat PPNI.Pra konas I Pengarahan tentang
Aspek legalitas perawat anestesi dari Ketua Umum DPP PPNI Pak Harif Fadillah Skp.,
SH dan Ibu Atih Skep, Ners.
4. Tanggal 20 September 2016 dalam pelaksanaan Deklarasi berdirinya HIPANI diman
saat itu ada kesepakatan bersama dengan HIPARI dari Yogyakarta. Pada acara tersebut
hadir 34 perawat anestesi dari berbagai daerah dan 2 orang Pengurus Pusat PPNI yaitu
Ketua Umum DPP PPNI Pak Harif Fadillah Skp., SH dan Ibu Atih Skep, Ners.
6. Pra konas ke 2 dilaksanakan tanggal 9 oktober 2016 dihadiri 29 perawat anestesi dari
berbagai daerah dan Pengurus Pusat PPNI ketua organisasi bapak Wawan arief.
Presentasi dan Pembahasan mengenai semua draft yang telah disusun.
Hasil Pra konas ke 2 adalah sebagai berikut:
a) Perbaikan semua draft dan konsulkan semua draft ke PP PPNI bagian Organisasi
b) Kesepakatan konas 1 HIPANI di Bandung tanggal 03 Desember 2016 sebagai ketua
Panitya Bapak Sartono
7. Tanggal 03 Desember 2016 dilaksanakan Konas dan seminar Pertama (1) Himpunan
Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) diHotel Karang Sentra Bandung di hadiri 200
Perawat Anestesi dari berbagai daerah seluruh Profinsi yang ada di Indonesia.Ketuai
oleh Bapak Sartono dan wakil ketua Bapak Tajudin.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terbentuknya himpunan perawat anestesi Indonesia sehingga keberadaannya diterima
oleh masyarakat dan profesi lain.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat memperkenalkan perawat anestesi sebagai salah satu jenis perawat kepada
masyarakat umum
b. Dapat memperkenalkan Keberadaan perawat anestesi pada profesi lain dan sejawat
perawatan baik yang ada di pendidikan dan pelayanan
9
I. VISI
a. Menjalankan pekerjaan dan pendidikan perawat anestesi
1) Tenaga perawat anestesi berizin.
2) Lingkup pekerjaan bidang kesehatan khususnya bidang keperawatan anestesi
dan post anestesi care unit.
3) Perlindungan kepada pasien secara kejelasan hal dan kewajiban
II. MISI
BAB.II
PEMBAHASAN
A. Dasar Hukumnya
Legalitas Himpunan Perawat Anestesi Indonesia ( HIPANI) secara hukum didasari
oleh:
1. Undang Undang Dasar 1945;
2. Undang Undang Praktek Kedokteran No. 29 tahun 2004
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentangRumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5072);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
5. Undang Undang Republik Indonesia No 12 Tahun 2012; tentang Sistem Pendidikan
Nasional
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentangTenaga Kesehatan ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
7. Undang – undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
8. Peraturan Pemerintah nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
9. Permenkes 519 tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif
10. Permenkes 18 Tahun 2016 tentang Ijin Praktek Penata Anestesi.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 977);
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013tentang Komite Keperawatan Rumah
Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 105.
13. Peraturan Menteri Kesehatan HK.02.02/Menkes/148/1/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
473);.
14. Permenpan RB RI Nomor 25 Tahun 2014 TentangJabatan Fungsional Perawat Dan Angka
Kreditnya.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 1508).
16. AD/ART Himpunan Perawat Anestesi Indonesia.
17. Surat Keputusan DPP PPNI untuk kepengurusan DPP HIPANI.
18. Surat Keputusan DPP PPNI tentang Kompetensi Perawat Anestesi
19. Surat Keputusan DPP PPNI tentan Rincian Kewenangan Klinik Perawat Anestesi.
11
20. Hasil audiensi dengan PPSDM Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 24
Januari 2017 dan tanggal Maret 2017
21. Rapat Pimpinan Pusat HIPANI bersama DPP PPNI di Jakarta dalam Konsolidasi
langkah dalam kelengkapan Organisasi HIPANI, tanggal 6 januari 2017 dan tanggal
Febuari 2017 dikantor Sekretariat PPNI Pusat.
22. Hasil Audiensi Perdatin Pusat di Hotel Santika Yogyakarta tanggal 6 Juni 2017.
Perencanaan program kerja ini dibuat oleh semua divisi pengurus pusat yang
dirumuskan bersama pada saat Rapim I di Audiotorium Rs Islam Jakarta Pusat pada tanggal 20
Desember 2016.Program kerja ini dipresentasikan oleh masing – masing divisi serta
13
dimusyawarakan dan disepakati bersama dengan para pengurus pusat yang hadir.Pada Program
kerja ini menjadi acuan dalam semua kegiatan yang dilakukan pengurus pusat dan pengurus
daerah demi tercapainya visi, misi dan tujuan Himpunan Perawat Anestesi Indonesia.
a. Sosialisasi organisasi
TUJUAN : Mengenalkan keberadaan organisasi HIPANI di seluruh indonesia
SASARAN : perawat, mahasiswa perawat & tenaga kesehatan lain
KEGIATAN : sosialisasi keberadaan HIPANI secara langsung (seminar/talkshow) &
tidak langsung (medsos/poster)
Indikator : HIPANI di kenal pada tatanan tenaga kesehatan RS seluruh indonesia
i. Menyusun kurikulum dan modul pelatihan trining of triner (TOT) perawat anestesi
Tujuan : Tersusunya kurikulum dan modul TOT perawat anestesi
j. Menyusun kurikulum dan modul pelatihan master of triner (MOT) perawat anestesi
Tujuan : Tersusunya kurikulum dan modul MOT perawat anestesi
b. Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin dan etika profesi tenaga keperawatan
Anestesi, organisasi HIPANI memiliki tugas sebagai berikut:
Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan anestesi.
Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan anestesi
Merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah etik
dalam kehidupan profesi dan pelayanan asuhan keperawatan anestesi oleh komite
etik.
Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis perawat anestesi
Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan.
TUGAS :
a. Berkat bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas pengabdian untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan tanah air, Himpunan Perawat Anestesi Indonesia
(HIPANI) menyadari bahwa perawat anestesi Indonesia yang berjiwa pancasila dan
UUD 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan
anestesi dengan penuh tanggung jawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti tertera
di bawah ini:
16
Tujuan :
Sasaran :
Semua anggota HIPANI yang belum bekerja baik yang sudah bekerja
Kegiatan :
Indikator :
5. PPNI
a. Program Kerja dalam jangka menengah / 5 tahun mencakup :
1) Melakukan penyempurnaan dan sosialisasi standar Profesi Keperawatan
2) Mengembangkan pedoman komite keperawatan dan pedoman patient safety
melalui
b. penyusunan pedoman komite keperawatan dan patient safety
c. Memfasilitasi tersedianya model pelayanan / asuhan keperawatan yang
professional.
d. Mengembangkan struktur organisasi keperawatan yang memfasilitasi proses
pengambilan
e. keputusan dalam mendukung pelayanan/asuhan keperawatan professional.
f. Mengembangkan pedoman manajemen pelayanan keperawatan professional
termasuk ketenagaan.
19
6. Divisi Pelayanan
Tujuan:
Sasaran
Kegiatan:
1) Melakukan analisa dan menetapkan standart kebutuhan tenaga yang ada di pelayanan
2) Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk menertibkan lisensi perawat yang
bekerja di pelayanan
3) Menetapkan standart perlindungan perawat bagi yang bekerja di tempat beresiko.
4) Mensosialisasikan Standart Kompetensi Perawat Anestesi di semua instansi
pelayanan.
5) Menggalang tenaga perawat Anestesi untuk berperan aktif dalam penanggulangan
masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan bersaing dalam menuju pasar MEA.
Indikator:
4) Terkumpulnya data instansi pelayanan yang melanggar Kep Menkes 1239 pasal 39 (
Mempekerjakan Perawat Illegal )
5) Tahun 2008 semua perawat yang bekerja di instansi pelayan sudah memiliki STR
dan SIK.
6) Tersusunnya standart perlindungan perawat anestesi yang bekerja di tempat beresiko.
7) Terbentuknya pengurus daerah dan cabang penanggulangan masalah perawat
anestesi .
8) Pendataan Struktur Organisasi Komponen di Rumah Sakit setempat
Tujuan:
Sasaran:
Kegiatan:
Bekerja sama dengan Rumah Sakit dan Komite Keperawatan di tiap tiap Rumah Sakit
Indikator:
Tujuan:
Sasaran:
Kegiatan:
21
Indikator:
BAB III
Konsolidasi dilakukan secara tidak formal dan formal untuk mendapatkan arahan
Dan petunjuk menjalankan semua kegiatan yang akan dilakukan untuk kemajuan
program Hipani.Konsolidasi dilakukan hipani ke PPNI lebih sering ditujukan ke pengurus
pusat Ppni :Ketua umum ,Sekjen,ketua organisasi,ketua diklat,hukor,ketua pengembangan
2) Hasil audiensi :
a) PMK 18 2016 cacat hukum
b) Hipani harus membuat naskah akademi dan telaaah yang menguatkan tentang
hipani.
c) Kompetensi perawat anestesi harus jelas (Hipani)
d) Membuat ketegasan pada penata (ipai) tidak boleh memakai nama perawat.
e) Penata Anestesi termasuk ketehnisan
f) Pemerintah akan membuat ketegasan akan kewenanangan penata
g) Pemerintah akan mengatur regulasi perawat
h) Akan diadakan rapat bareng dengan PERDATIN,PPSDM ,HIPANI DAN IPAI
a. Konsolidasi dan bimbingan dengan komisariat dan sekretariat perdatin dilakukan secara
tidak formal.Konsolidasi dilakukan 2x pertemuan.
b. Konsolidasi dengan Wakil ketua Perdatin Pusat secara tidak formal
c. Konsolidasi dengan Ketua umum Perdatin Pusat secara tidak formal
d. Hasil Pembahasannya:
Pada intinya dokter anestesi akan bekerja sama dengan Perawat Anestesi
Tidak diizinkan untuk memakai logo perdatin dalam berbagai acara baik perawat
anestesi ( Hipani) atau pun penata (IPAI)
Buat kompetensi dan kewenangan klinis perawat anestesi konsultasikan dengan
dokter anestesi
Buat surat audiensi kepada Ketua perdatin yang menjembati adalah PPNI Pusat
Buat kewenangan klinis perawat anestesi mengacu dengan ASKEP
Draft yang sudah dibuat untuk mendukung dan melengkapi semua program
kegiatan hipani adalah sebagai berikut:
2. Formulir
PROPINSI ACEH
PROPINSI BALI
30
PROPINSI KALTARA
PROPINSI BANTEN
32
D. Rapat Pimpinan Nasional Pertama Sabtu, Tanggal 8 April 2017 di Hotel Neo Yogyaka