Anda di halaman 1dari 34

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Sejarah khusus perawat anestesi di Indonesia

Sesuai dengan langkah pengembangan senior perawat anestesi dari Bandung Dosen dan
tokoh pengembangan profesionalisme perawat Anestesi di Indonesia.

( Drs. Yuswana, B.Sc. An, MBA ( Alm )

Perawat Anestesi di Indonesia, tidak ada catatan yang otentik tentang sejarah namun
dari ceritera yang disampaikan oleh para orang tua generasi abad ke-19 akhir dan awal
abad ke-20 dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Belanda sewaktu masih berkuasa di
negeri ini mulai mendidik orang pribumi untuk menjadi tenaga kesehatan yang disebut
“Juru Rawat” dan “Mantri Verpleiger” ini yang dianggap sebagai “Perawat Anestesi”
yang mendapat “Training” secara individual, tanpa sertifikat, namun bekerja sebagai
“Anesthetist” di bawah supervise dari Ahli Bedah. Perkembangan dari tenaga jenis ini
tidak terlalu pesat jika dilihat dari segi jumlahnya, namun cukup banyak untuk ukuran
orang pribumi yang tidak mudah untuk menempuh pendidikan di bidang pelayanan
kesehatan.
Pada tahun 1954, dr. Mohamad Kelan, adalah dokter Indonesia pertama yang terjun ke
dalam bidang anestesi dan merupakan dokter ahli anestesi yang pertama di Indonesia,
setelah belajar di USA. Pada tahun 1962, beliau mencetuskan untuk mengadakan
program pendidikan Penata Anestesi di bawah naungan Departemen Kesehatan RI,
meniru Program Pendidikan Perawat Anestesi di Amerika Serikat. Sejak saat itu,
berkembanglah dan bertambahlah jumlah tenaga perawat yang menjadi perawat
anestesi, yang semula dalam bentuk program pendidikan peñata anestesi yang lama
pendidikannya adalah mula-mula selama 1 tahun, kemudian berubah menjadi 2 tahun
dan kemudian ditingkatkan menjadi Akademi Anestesi yang lama pendidikannya
adalah selama 3 tahun.

Program pendidikan ini menggunakan kurikulum yang menyerupai program pendidikan


Perawat Anestesi di Amerika Serikat dan kompetensi dari para lulusannya
menunjukkan kualitas yang tinggi, mampu bekerja selayaknya seorang anesthetist yang
professional. Memang inilah tujuan dari program pendidikan yang dikehendaki oleh dr.
Mohammad Kelan, sebagaimana beliau katakan dalam suatu ceramah yang diberikan
kepada para calon mahasiswa Akademi Anestesi pada tahun 1976 (saya adalah calon
mahasiswa pada saat itu),
3

Setelah program ini sempat ditutup selama satu tahun (kurang jelas alasannya). Apa
yang beliau katakan saat itu, adalah sebagi berikut:

“Yang membedakan antara saudara dan saya barangkali adalah nasib. Mungkin orang
tua saudara kurang mampu sehingga tidak sanggup menyekolahkan saudara ke fakultas
kedokteran dan hanya ke sekolah perawat, sedangkan orang tua saya cukup mampu
sehingga saya bisa masuk ke fakultas kedokteran dan menjadi dokter.

Tetapi kapasitas otak saya dan saudara tidak berbeda, bahkan mungkin saudara
memiliki kapasitas yang lebih unggul dari saya. Oleh karena itu, saya yakin sekali
bahwa saudara akan mampu untuk menerima ilmu kedokteran yang akan diajarkan
kepada Saudara dalam pendidikan Akademi Anestesi ini, bahkan ilmu spesialis
anestesi, meskipun mungkin kedalamannya sedikit berbeda. Saudara akan di didik
menjadi seorang pembius, guna memenuhi kebutuhan pelayanan anestesi yang saat ini
bahkan untuk jangka panjang yang tidak tahu berapa lama, masih sangat kurang.

Jadi pesan saya, belajarlah dengan tekun, baik teori maupun praktek, agar Saudara tidak
terhambat untuk lulus ujian dan menjadi perawat anestesi yang handal. Tenaga Saudara
sangat dibutuhkan dalam pelayanan anestesi di Indonesia. Pendidikan seperti ini juga
diterapkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, dan disana perawatnya
hebat-hebat, sama seperti dokter anestesi, dan Saudara jangan kalah dengan mereka.
Selamat belajar.”

Tepuk tangan gemuruh di seluruh ruangan, kemudian hari Profesor dr. Mohamad Kelan
tak pernah merasa bersalah karena telah mendidik perawat menjadi pembius. Beliau
melihat sendiri di negara maju seperti USA saja dididik tenaga seperti itu, apalagi
Indonesia, sebagai negara berkembang, negeri ini seribu kali lebih membutuhkan
adanya “Nurse Anesthetist” yang handal ketimbang USA.

Program pendidikan seperti ini berlangsung sampai tahun 1989. Namun perkembangan
selanjutnya tidak serupa dengan perkembangan yang terjadi di negeri orang, tetapi
sebaliknya, bukannya bertambah maju tetapi semakin mundur, dan cenderung
ditiadakan.
Sejak tahun 1989, kemunduran ini dimulai, dengan merubah nama pendidikan sekaligus
merubah kurikulumnya. Ironisnya, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
pelayanan anestesi secara keseluruhan di negeri ini sebagian besar masih dilakukan oleh
perawat anestesi, terutama di rumah sakit daerah-daerah luar Pulau Jawa, bahkan di
kota-kota di Pulau Jawa juga masih banyak perawat anestesi yang bekerja dan
melakukan pelayanan anestesi di rumah sakit pemerintah maupun swasta.
4

1. Sejarah awal perkembangan perawat anestesi di Indonesia di Kementrian kesehatan


Republik Indonesia :

a. Sekolah Penata Anestesi dengan SK Men .Kes. Nomor 107/Pend/1962, tertanggal


11 September 1962.

b. Akademi Anestesi, sesuai SK Men Kes Nomor 92/Pend/1966, tertanggal 5


Nopember 1966.

c. SK Menkes Nomor 148/Diknakes/Kep/VIII/1988 memberlakukan kurikulum


Program Pendidikan Diploma III Keperawatan (Anestesiologi) dengan beban studi
102 SKS kurikulum yang digunakan adalah kurikulum D III Keperawatan tahun
1984, 8 SKS pengetahuan dasar anestesiologi.

d. Ahli Madya, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 14/MENKES/SK/I/1992,


Akademi Anestesi resmi berubah menjadi PAM Keperawatan (Program Anestesi),

e. Tahun 1997, terjadi perubahan nomenklatur dari PAM Keperawatan (Program


Anestesi) menjadi Akademi Keperawatan (Program Anestesi) dengan SK No.
233/MenKes/SK/IV/ 1997 tertanggal 10 April 1997.

f. Tahun 2001 Akademi Perawatan (Program Anestesi) masuk dalam jajaran jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Jakarta III dengan SK
No. 298/MenKes/Kesos/SK/IV/200

g. Keputusan Menteri Kesehatan R I Nomor. OT.01.01.1.4.2.00636.1 tentang


Pembentukan Program Diploma IV Keperawatan Anestesi Reanimasi Pada
Jurusan Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Yogyakarta.

h. Munaslub IPAI dibali dengan IKATAN PENATA ANESTESI INDONESIA


berpedoman pada Permenkes 18 tahun 2016, sehingga tidak ada lagi Perawat
Anestesi dan menjadi Penata Anestesi Indonesia.

i. Pendidikan yang dilakukan di Yogyakarta mohon dapat dikaji kembali karena


bertentangan dengan izin yang diberikan oleh pemerintah, yaitu D IV Keperawatan
tetapi lulusannya dinyatakan Penata Anestesi.

2. Dengan keprihatinan dan kekuatan dalam Organisasi PPNI dalam rangka melindungi
potensi perawat anestesi yang keluar dari ketentuan perundang – undangan di Indonesia
maka wadah yang tepat untuk perawat anestesi adalah rumpun keperawatan yaitu PPNI.

3. Lahirnya Wadah untuk mengabdi sebagai Perawat Anestesi dalam Himpunan Perawat
Anestesi Indonesia ( HIPANI ) karena :

Perawat yang bekerja di Unit atau Instalasi anestesi mempunyai keanggotaan di PPNI,
sehingga bergabung menjadi wadah seminat dengan PPNI. PPNI dalam mengisi
kelengkapan Organisasi melalui bandan kelengkapan organisasi :
5

a. Menerima deklarasi bersama untuk menjadikan PPNI induk dari HIPANI.

b. Menerima konsolidasi dan arahan untuk melengkapi organisasi seminat sesuai


dengan ketentuan dari PPNI

c. Mengadakan kongres I di Bandung untuk lahirnya HIPANI, dalam kesempatan


hadir dari narasumber dokter spesialist anestesi dan Ketua Umum PPNI.

d. Melakukan pembentukan wadah yaitu HIPANI dengan pelantikan pengurus oleh


DPP PPNI, dan menjadi lampiran dalam telaah ini.

Awal berdirinya himpunan perawat anestesi indonesia (HIPANI) dipelopori oleh kebulatan
tekat para perawat anestesi yang menginginkan legalitas sebagai seorang perawat di akui oleh
persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) serta lahirnya wadah untuk mengabadi sebagai
Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) dengan hasil kongres I di Bandung Jawa Barat pada hari
Sabtu, 3 Desember 2016. Profesi Perawat Anestesi Indonesia yang berkompeten dibidangnya
dalam berkarya,mengabdikan diri untuk pemerintah dalam mencukupi ketenagaan Perawat
Anestesi dan Intensif dalam fasilitas pelayanan kesehatan yang memerulkan keberadaannya.

Organisasi HIPANI direncanakan dan didirikan oleh para anggota untuk mencari tujuan
bersama yang dapat memenuhi kebutuhan dan bermanfaat bagi diri mereka sendiri. Organisasi
HIPANI akan membantu dan menjalankan mandat dari para anggota, oleh karena itu, tujuan
organisasi harus didasarkan pada prinsip-prinsip dasar, filosofi, dan nilai-nilai keanggotaan.

Organisasi Himpunan Perawat Anestesi Indonesia disingkat (HIPANI) merupakan


organisasi profesi Perawat Anestesi yang profesional sebagai sarana untuk mengembangkan
kepentingan anngotanya, bergaul dengan masyarakat, menjaga hubungan dengan bagian-bagian
di luar pelayanan kesehatan.

Organisasi HIPANI, tidak terpisah dari struktur pokok dari norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat, seperti dinyatakan oleh para ahli, bahwa profesi itu ada hanya karena
ada pengakuan dari masyarakat, artinya hak-hak untuk berpraktek dan hak-hak istimewa yang
diberikan kepada profesi itu karena masyarakat masih mengakuinya. Maka dalam
melaksanakan tugasnya organisasi HIPANI harus mencerminkan keseimbangan antara
kepentingan anggota dan kepentingan masyarakat. Untuk kedua hal inilah organisasi profesi
HIPANI bekerja dengan rasa percaya diri yang kuat.

Himpunan Perawat Anestesi Indonesia dalam pengabdiaannya bersama Dokter spesialis


Anestesi Indonesia sebagai mitra atau membantu dalam memberikan pelayanan Asuhan
Keperawatan Anestesi baik di ruang anestesi maupun di ruang intensif sesuai dengan standar
kompetensi organisasi Perdatin dan Hipani. Perawat Anestesi Indonesia dalam memberikan
Pelayanan Asuhan Keperawatan Anestesi sesuai ketentuan Undang –undang kesehatan dan
keperawatan serta mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku.
6

Himpunan Perawat Anestesi Indonesia jelas adalah perawat yang lulus dari pendididkan
keperawatan dengan sertifikasi keahlian bidang keperawatan Anestesi, sedangkan Penata
Anestesi Indonesia adalah memberikan pelayanan dalam kelompok ketehnisan medis,dalam
pelayanan Anestesi dan terapi intensif berpedoman permenkes no 18 tahun 2016 tentang
Praktek Penata Anestesi. Pengelolahan tenaga perawat di Rumah Sakit di pertegas oleh Undang
– Undang no 36 yang menegaskan,bahwa bidan bukan tenaga keperawatan, Refraksi Optisi dan
Penata Anestesi juga bukan tenaga Keperawatan. Mereka punya kelompok sendiri yang
disebut tenaga kebidanan dan Tenaga ketehnisan medis.

B. Perjalanan lahir nya Hipani

1. Pertemuan pertama kali di bandung tanggal 13 Agustus 2016 di hotel Zest Bandung
yang dihadiri berjumlah 23 perawat Anestesi yang memberikan pencerahan dari wakil
DPW PPNI Bandung Bapak Wawan Arif mengenai undang – undang no 36 pelayanan
kesehatan.
2. Dukungan penuh kami dapatkan dari 20 Agustus 2016 dihadiri 8 orang termasuk dr
anestesi Rs Islam Jakarta diadakan diruang pertemuan Anestesi RS Islam Jakarta kami
dapat pencerahan dari Bapak Harif mengenai undang - undang keperawatan no 38 tahun
2014 undangan – undang keperawatan dan no 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan.
3. Prakonas Pertama pada tanggal 20 September 2016 hadir 34 perawat anestesi dari
berbagai daerah dan 2 orang Pengurus Pusat PPNI.Pra konas I Pengarahan tentang
Aspek legalitas perawat anestesi dari Ketua Umum DPP PPNI Pak Harif Fadillah Skp.,
SH dan Ibu Atih Skep, Ners.
4. Tanggal 20 September 2016 dalam pelaksanaan Deklarasi berdirinya HIPANI diman
saat itu ada kesepakatan bersama dengan HIPARI dari Yogyakarta. Pada acara tersebut
hadir 34 perawat anestesi dari berbagai daerah dan 2 orang Pengurus Pusat PPNI yaitu
Ketua Umum DPP PPNI Pak Harif Fadillah Skp., SH dan Ibu Atih Skep, Ners.

5. Hasil Pra konas Pertama


a. Membentuk nama himpunan perawat anestesi Indonesia (HIPANI)
b. Lambang dan atribut HIPANI
c. Logo Bendera
d. Mars HIPANI
e. Membuat Tim penyusun Naskah Akademik, draft AD/ART, Standar kompetensi
perawat anestesi dan program kerja Hipani dengan ketentuan sebagai berikut:
Susunan Tim
1) Pembentukan tim panitia pra konas
a) Euis Farida sebagai ketua meranggkap anggota
b) Halipah sebagai Sekretaris merangkap anggota
7

1. Pembentukan tim penyusun naskah akademi


2. Pembentukan tim penyusun Draft AD/ART
3. Pembentukan tim penyusun kompetensi perawat anestesi
4. Pembentukan tim penyusun program kerja hipani

6. Pra konas ke 2 dilaksanakan tanggal 9 oktober 2016 dihadiri 29 perawat anestesi dari
berbagai daerah dan Pengurus Pusat PPNI ketua organisasi bapak Wawan arief.
Presentasi dan Pembahasan mengenai semua draft yang telah disusun.
Hasil Pra konas ke 2 adalah sebagai berikut:
a) Perbaikan semua draft dan konsulkan semua draft ke PP PPNI bagian Organisasi
b) Kesepakatan konas 1 HIPANI di Bandung tanggal 03 Desember 2016 sebagai ketua
Panitya Bapak Sartono
7. Tanggal 03 Desember 2016 dilaksanakan Konas dan seminar Pertama (1) Himpunan
Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) diHotel Karang Sentra Bandung di hadiri 200
Perawat Anestesi dari berbagai daerah seluruh Profinsi yang ada di Indonesia.Ketuai
oleh Bapak Sartono dan wakil ketua Bapak Tajudin.

Hasil Konas melaui sidang pleno 1 s/d 5 disepakati :

 Tatib konas dan AD/ART HIPANI


 Pemilihan Ketua melalui pemungutan suara
 Ketua Umum HIPANI terpilih Bapak Waryono,Skep, S.I.P, Mkes
 Sekretaris umum H. Tajjudin, Skep, M.Kes, AAAK
8

Acara Pelantikan Ketua Umum DPP HIPANI oleh DPP PPNI

Jajaran Personil Pengurus DPP HIPANI hasil Kongres 03 Desember 2016

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Terbentuknya himpunan perawat anestesi Indonesia sehingga keberadaannya diterima
oleh masyarakat dan profesi lain.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat memperkenalkan perawat anestesi sebagai salah satu jenis perawat kepada
masyarakat umum
b. Dapat memperkenalkan Keberadaan perawat anestesi pada profesi lain dan sejawat
perawatan baik yang ada di pendidikan dan pelayanan
9

c. Dapat menyelenggarakan praktik keperawatan anestesi dan reanimasi yang aman,


kompeten, dan professional bagi masyarakat Indonesia.
d. Dapat mengembangkan keilmuan bidang keperawatan anestesi dan reanimasi

D. VISI dan MISI

I. VISI
a. Menjalankan pekerjaan dan pendidikan perawat anestesi
1) Tenaga perawat anestesi berizin.
2) Lingkup pekerjaan bidang kesehatan khususnya bidang keperawatan anestesi
dan post anestesi care unit.
3) Perlindungan kepada pasien secara kejelasan hal dan kewajiban

b. Optimalisasi Pekerja Perawat Anestesi


1) Peningkatan skill, knowledge dan attitude dalam menjalankan tugas/tindakan
keperawatan anestesi.
2) Tanggung jawab untuk menjalankan penyelenggaraan tindakan keperawatan
anestesi dengan tepat dan benar.
3) Peran kunci dalam membantu melaksanakan pra anestesi,intra anestesi dan pasca
anestesi hingga post anestesi care unit.

II. MISI

1. Menguatkan manajemen dan kepemimpinan HIPANI untuk mencapai organisasi yang


berwibawa dengan jejaring yang kuat dan luas.
2. Mendukung perawat anestesi Indonesia untuk melakukan praktik keperawatan yang
aman, kompeten dan professional bagi masyarakat Indonesia.
3. Menjadi pintu gerbang standar keperawatan anestesi regional dan internasional.
10

BAB.II
PEMBAHASAN

A. Dasar Hukumnya
Legalitas Himpunan Perawat Anestesi Indonesia ( HIPANI) secara hukum didasari
oleh:
1. Undang Undang Dasar 1945;
2. Undang Undang Praktek Kedokteran No. 29 tahun 2004
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentangRumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5072);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
5. Undang Undang Republik Indonesia No 12 Tahun 2012; tentang Sistem Pendidikan
Nasional
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentangTenaga Kesehatan ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
7. Undang – undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
8. Peraturan Pemerintah nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
9. Permenkes 519 tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Anestesi dan Terapi Intensif
10. Permenkes 18 Tahun 2016 tentang Ijin Praktek Penata Anestesi.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 977);
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013tentang Komite Keperawatan Rumah
Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 105.
13. Peraturan Menteri Kesehatan HK.02.02/Menkes/148/1/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
473);.
14. Permenpan RB RI Nomor 25 Tahun 2014 TentangJabatan Fungsional Perawat Dan Angka
Kreditnya.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 1508).
16. AD/ART Himpunan Perawat Anestesi Indonesia.
17. Surat Keputusan DPP PPNI untuk kepengurusan DPP HIPANI.
18. Surat Keputusan DPP PPNI tentang Kompetensi Perawat Anestesi
19. Surat Keputusan DPP PPNI tentan Rincian Kewenangan Klinik Perawat Anestesi.
11

20. Hasil audiensi dengan PPSDM Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 24
Januari 2017 dan tanggal Maret 2017
21. Rapat Pimpinan Pusat HIPANI bersama DPP PPNI di Jakarta dalam Konsolidasi
langkah dalam kelengkapan Organisasi HIPANI, tanggal 6 januari 2017 dan tanggal
Febuari 2017 dikantor Sekretariat PPNI Pusat.
22. Hasil Audiensi Perdatin Pusat di Hotel Santika Yogyakarta tanggal 6 Juni 2017.

B. Sturuktur Dewan Pengurus Pusat

Berdasarkan Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)


Nomor:073/DPP.PPNI/SK/K.S/XII/2016 tentang Pengesahan Pengurus Pusat Himpunan
Perawat Anestesi Indonesia (HIPANI) Periode 2016 – 2021.Susunan Pengurus Pusat
Himpunan Perawat Anestesi Indonesia adalah sebagai berikut:

Ketua : Waryono, S.IP., S.Kep, M.Kes


Wakil Ketua I : Sartono Setiawan, S.Kep.
Wakil Ketua II : Euis Faridah, S.Kep.
Wakil Ketua III : Ari Priyono, S.Kep.Ners
Sekretaris : Ahmad Tajudin, S.Kep., MM.Kes., AAAK.
Wakil Sekretaris I : Halipah, S.Kep
Wakil Sekretaris II : Destyana Wahyuwantari, AMK
Bendahara : Retno Renggo Lestari, S.Kep., Ners.
Bendahara I : Rangga Aditya Setiawan, AMd.Kep, SKM
Bendahara II : Mundakir, S.Kep.Ners
Bidang Organisasi
Ketua : Rusman Wahyu Setiawan, AMK.
Anggota : 1. Cyrillus Arya Seta, S.Kep., Ners.
2. Toto Rudianto, Amd.Kep
3. Nurul Ainnia, S.Kep, Ners
4. Agus Mulyana, AMK

Bidang Pendidikan dan Pelatihan


Ketua : Isnaeni, S.Kep., SKM., M.Kes.
Anggota 1. Rozi Afriza, S.Kep., Ners..
2.Deri Gustiar, S.Kep, Ners
3.Joko Nugroho, Skep. Ners
4.Miftakhul Huda Ali, AMd.Kep
12

Bidang Etik dan Krendensial


Ketua : Muhali, S.Kep, Ners
Anggota : 1.Ns. Sadar Sihombing, S.Kep
2.M Haris Suryana, AMd.Kep.
3.Kapten CKM Muryadi, AMK
4.Ns. Joni Faisal, S.Kep

Bidang Pelayanan dan Pengembangan


Ketua : H. Samsudin, AMK., SKM., M.Kes
Anggota : 1.Aji Imam Muhammad, S.Kep., Ners.
2.Okta Ari Sukmajaya, AMK.
3.Widhiatma Kris Nugroho, Amd.Kep
4.Dedi Taufik Hidayat, Amd.Kep

Bidang Usaha dan Kesejahteraan


Ketua : Mustakim, S.Kep.,Ners., MMKes.
Anggota :1.Ns. Dani Pribadi , S.Kep
2.Sariyanto, S.Kep
3.Argho Waluyo, Amd. Kep
4.Indra Apri Qodria, Amd.Kep.

Personil kepengurusan DPP HIPANI


C. Program Kerja

Perencanaan program kerja ini dibuat oleh semua divisi pengurus pusat yang
dirumuskan bersama pada saat Rapim I di Audiotorium Rs Islam Jakarta Pusat pada tanggal 20
Desember 2016.Program kerja ini dipresentasikan oleh masing – masing divisi serta
13

dimusyawarakan dan disepakati bersama dengan para pengurus pusat yang hadir.Pada Program
kerja ini menjadi acuan dalam semua kegiatan yang dilakukan pengurus pusat dan pengurus
daerah demi tercapainya visi, misi dan tujuan Himpunan Perawat Anestesi Indonesia.

1. Program Kerja Hipani Divisi Organisasi

a. Sosialisasi organisasi
 TUJUAN : Mengenalkan keberadaan organisasi HIPANI di seluruh indonesia
 SASARAN : perawat, mahasiswa perawat & tenaga kesehatan lain
 KEGIATAN : sosialisasi keberadaan HIPANI secara langsung (seminar/talkshow) &
tidak langsung (medsos/poster)
 Indikator : HIPANI di kenal pada tatanan tenaga kesehatan RS seluruh indonesia

b. Pendataan, Registrasi & Pembentukan Pengurus DPD


 TUJUAN : Tertatanya sistem organisasi HIPANI, meningkatkan kredibilitas
organisasi HIPANI
 SASARAN : calon anggota HIPANI.
 KEGIATAN : pengumpulan data, menghadiri /mengayomi pembentukan DPD
 INDIKATOR : terbentuknya pengurus DPD HIPANI setiap profinsi
c. Centralisasi pembuatan No. KTA
 TUJUAN : bukti anggota HIPANI terdaftar secara resmi
 SASARAN : DPD Setiap profinsi
 KEGIATAN : Input data pada setiap DPD & coding
 INDIKATOR : semua anggota HIPANI sudah memiliki No. KTA / Kartu HIPANI

d. Membuat sistem Database Organisasi


 TUJUAN : anggota HIPANI terorganisir jelas.
 SASARAN : DPD tiap profinsi
 KEGIATAN : Input data pada tiap DPD
 INDIKATOR : semua anggota HIPANI terdaftar dalam satu sistem

2. Program Kerja Bidang Pendidikan Dan Pelatihan Hipani

a. Audiensi dan konsultasi dengan bidang Diklat DPP PPNI


Tujuan : Mendapatkan pengarahan program diklat

b. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah minimal satu tahun sekali berupa; seminar,


workshop, symposium, study banding, dan penelitian, serta kegiatan ilmiah perawat
anestesi lain
14

Tujuan : Update peningkatan ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi perawat


anestesi

c. Inventarisir penyelenggara pelatihan perawat anestesi di seluruh Indonesia yang


bernaung di wadah PPNI dan atau berafiliasi dengan Perdatin.
Tujuan : Mendapatkan informasi jumlah, kebutuhan, dan frekuensi pelatihan

d. Mengakomodir dan melanjutkan penyelenggara pelatihan perawat anestesi yang telah


dan sedang berjalan di seluruh Indonesia yang bernaung di wadah PPNI dan atau
berafiliasi dengan Perdatin
Tujuan : Menjamin keberlangsungan penyelenggaran pelatihan anestesi yang
ada
e. Menyelenggarakan pelatihan dasar perawat anestesi bagi perawat yang telah bekerja di
bagian anestesi minimal dalam waktu 3 tahun terakhir secara berturut-turut
(dibuktikan dengan SK Direktur dan atau dokter anestesi penanggung jawab)
Tujuan : Sertifikasi pelatihan bagi perawat anestesi yang telah lama mengabdi di
bagian anestesi

f. Menyusun standar kompetensi perawat anestesi


Tujuan : Tersusunya standar kompetensi perawat anestesi yang baku

g. Menyusun kurikulum dan modul pelatihan perawat anestesi berbasis kompetensi


Tujuan : Tersusunya kurikulum dan modul pelatihan perawat anestesi yang baku

h. Menyelenggarakan pelatihan perawat anestesi berbasis kompetensi


Tujuan : Terselenggaranya pelatihan perawat anestesi sesuai standar kompetensi

i. Menyusun kurikulum dan modul pelatihan trining of triner (TOT) perawat anestesi
Tujuan : Tersusunya kurikulum dan modul TOT perawat anestesi

j. Menyusun kurikulum dan modul pelatihan master of triner (MOT) perawat anestesi
Tujuan : Tersusunya kurikulum dan modul MOT perawat anestesi

k. Menyelenggarakan pelatihan TOT dan MOT perawat anestesi


Tujuan : Terselenggaranya pelatihan TOT dan MOT perawat anestesi

l. Akreditasi pelatihan perawat anestesi


Tujuan : Menjamin akuntabilitas dan profesionalitas peserta pelatihan
15

3. Program Kerja Divisi Etik & Kredensial Hipani

a. Dalam melaksanakan fungsi Kredensial, HIPANI memiliki tugas sebagai berikut:


 Menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis dan Buku Putih (logbook) Perawat
Anestesi
 Melakukan verifikasi persyaratan Kredensial Perawat Anestesi oleh LSP (Lembaga
Sertifikasi Pegawai)
 Merekomendasikan Kewenangan Klinis tenaga keperawatan Anestesi kepada
Instansi kerja bersangkutan
 Merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis, oleh LSP
 Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan.
 Melaporkan seluruh proses Kredensial kepada Ketua DPP Hipani
 Melakukan kredensial kepada instansi pelaksana pelatihan / diklat anestesi.

b. Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin dan etika profesi tenaga keperawatan
Anestesi, organisasi HIPANI memiliki tugas sebagai berikut:
 Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan anestesi.
 Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan anestesi
 Merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah etik
dalam kehidupan profesi dan pelayanan asuhan keperawatan anestesi oleh komite
etik.
 Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis perawat anestesi
 Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan.

TUGAS :

1. Kod etik (sudah)


2. LSP ( Lembaga sertifikasi Profesi )
3. Pengusulan pembentukan Majelis Etik Perawat Anestesi Indonesia (MEPAI) (dibahas
saat mukernas)
Terdiri dari :Ketuadan 6 anggota dari daerah berbeda

4. Kode Etik Perawat Anestesi

a. Berkat bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas pengabdian untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan tanah air, Himpunan Perawat Anestesi Indonesia
(HIPANI) menyadari bahwa perawat anestesi Indonesia yang berjiwa pancasila dan
UUD 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan
anestesi dengan penuh tanggung jawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti tertera
di bawah ini:
16

1) Perawat dan Klien

a) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan Anestesi menghargai harkat


dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan
agama yang dianut serta kedudukan social.
b) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan Anestesi senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai
c) nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.
d) Tanggung jawab utama perawat anestesi adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan anestesi Perawat anestesi wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahuI.
e) Sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan
oleh berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

2) Perawat dan Praktik

a) Perawat anestesi memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan


anestesi melalui belajar terus menerus
b) Perawat anestesi senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan anestesi
yang tinggi disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan anestesi sesuai dengan kebutuhan klien.
c) Perawat anestesi dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang
akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada
orang lain
d) Perawat anestesi senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
anestesi dengan selalu menunjukkan perilaku professional

3) Perawat dan Teman Sejawat

a. Perawat anestesi senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat


maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh.
b. Perawat anestesi bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.

4) Perawat dan Profesi


17

a. Perawat anestesi mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan


dan pelayanan keperawatan anestesi serta menerapkannya dalam kegiatan
pelayanan dan pendidikan keperawatan anestesi
b. Perawat anestesi berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan anestesi.
c. Perawat anestesi berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan
anestesi yang bermutu tinggi.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 tahun 2013 tentang Komite


Keperawatan Rumah Sakit memiliki fungsi, tugas dan kewenangan. Tentang
fungsi, tugas dan kewenangan Komite Keperawatan tersebut tertuang pada Bagian
ketiga, pasal 11 dan pasal 12.

Komite Keperawatan mempunyai fungsi meningkatkan profesionalisme tenaga


keperawatan yang bekerja di Rumah Sakit dengan cara:

a. Melakukan Kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan yang akan melakukan


pelayanan keperawatan dan kebidanan di Rumah Sakit.
b. Memelihara mutu profesi tenaga keperawatan.
c. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi perawat dan bidan.

Dalam melaksanakan fungsi memelihara mutu profesi, Komite Keperawatan


memiliki tugas sebagai berikut:

a. menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik.


b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan
tenaga keperawatan.
c. Melakukan audit keperawatan dan kebidanan.
d. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.

5) Perawat dan Masyarakat


Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat.

4. Divisi Pelayanan dan Pengembangan

Penyaluran perawat Anestesi bersertifikasi yang belum bekerja di dalam Negeri


18

Tujuan :

1) Memfasilitasi, Menyediakan sarana bagi perawat yang belum bekerja


2) Memfasilitasi dan memperkuat jaringan bagi perawat yang akan bekerja serta
memperkuat hubungan antar pengurus HIPANI se - INDONESIA

Sasaran :

Semua anggota HIPANI yang belum bekerja baik yang sudah bekerja

Kegiatan :

1) Pendataan anggota yang belum bekerja


2) Bekerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja dan instansi instansi
pelayanan kesehatan
3) Senantiasa berhubungan aktif dengan Pengurus PPNI Propinsi untuk informasi
lapangan pekerjaan dalam maupun di Luar Negeri

Indikator :

1) Tersusunnya data anggota yang belum bekerja


2) Tersusunnya data instansi baik pemerintah maupun swasta yang memerlukan
tenaga perawat
3) Terciptanya hubungan dengan Pengurus Propinsi HIPANI dalam naungan
PPNI secara berkala

5. PPNI
a. Program Kerja dalam jangka menengah / 5 tahun mencakup :
1) Melakukan penyempurnaan dan sosialisasi standar Profesi Keperawatan
2) Mengembangkan pedoman komite keperawatan dan pedoman patient safety
melalui
b. penyusunan pedoman komite keperawatan dan patient safety
c. Memfasilitasi tersedianya model pelayanan / asuhan keperawatan yang
professional.
d. Mengembangkan struktur organisasi keperawatan yang memfasilitasi proses
pengambilan
e. keputusan dalam mendukung pelayanan/asuhan keperawatan professional.
f. Mengembangkan pedoman manajemen pelayanan keperawatan professional
termasuk ketenagaan.
19

6. Divisi Pelayanan

Pendataan tenaga Perawat Anestesi

Tujuan:

a. Meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga perawat Anestesi di pelayanan sesuai


dengan standart Departemen Kesehatan
b. Meningkatkan jumlah perawat yang berlisensi bersertifikat dan mempunyai ( STR
SIK )
c. Memperjuangkan perlindungan perawat Anestesi yang bekerja di tempat tempat
beresiko tinggi
d. Meningkatkan peran dan fungsi perawat Anestesi di semua tatanan pelayanan
kesehatan terutama di ruang kamar operasi dan unit khusus
e. Meningkatkan peran perawat Anestesi dalam menanggulangi masalah kesehatan di
masyarakat yang berhubungan dengan keperawatan anestesi

Sasaran

Semua Perawat Anestesi di sarana pelayanan kesehatan

Kegiatan:

Bekerjasama dengan instansi pendididkan dan pelayanan untuk meningkatkan jenjang


pendidikan dan pelayanan untuk meningkatkan jenjang pendididkan [perawat dari SPK
ke D III dan dari D III ke S 1Keperawatan].

1) Melakukan analisa dan menetapkan standart kebutuhan tenaga yang ada di pelayanan
2) Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk menertibkan lisensi perawat yang
bekerja di pelayanan
3) Menetapkan standart perlindungan perawat bagi yang bekerja di tempat beresiko.
4) Mensosialisasikan Standart Kompetensi Perawat Anestesi di semua instansi
pelayanan.
5) Menggalang tenaga perawat Anestesi untuk berperan aktif dalam penanggulangan
masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan bersaing dalam menuju pasar MEA.

Indikator:

1) Tahun 2010 Perawat di setiap Provinsi pendidikan minimal D III dan 25 %


Pendidikan S 1 Keperawatan
2) Terkumpulnya data jumlah perawat yang bekerja di instansi pelayanan Kesehatan
3) Tersususnnya standart kebutuhan perawat di instansi pelayanan
20

4) Terkumpulnya data instansi pelayanan yang melanggar Kep Menkes 1239 pasal 39 (
Mempekerjakan Perawat Illegal )
5) Tahun 2008 semua perawat yang bekerja di instansi pelayan sudah memiliki STR
dan SIK.
6) Tersusunnya standart perlindungan perawat anestesi yang bekerja di tempat beresiko.
7) Terbentuknya pengurus daerah dan cabang penanggulangan masalah perawat
anestesi .
8) Pendataan Struktur Organisasi Komponen di Rumah Sakit setempat

Tujuan:

a) Memfasilitasi kader HIPANI perwakilan di Komite Keperawatan di semua Rumah


Sakit.
b) Memfasilitasi struktur organisasi keperawatan Anestesi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Sasaran:

Semua Rumah Sakit se Indonesia

Kegiatan:

Bekerja sama dengan Rumah Sakit dan Komite Keperawatan di tiap tiap Rumah Sakit

Indikator:

a) Semua Rumah Sakit memiliki / membentuk Komite Keperawatan sesuai dengan SK


Mendagri no. 1 Tahun 2002
b) Semua Komite Keperawatan yang terbentuk di tiap Rumah Sakit dapat berperan aktif
dalam menjalankan fungsinya

Tujuan:

Tersusunnya Standar Asuhan Keperawatan Anestesi ( SAKA ) dan Standar Operasional


Perawat Anestesi ( SOPA ).

Sasaran:

1. Semua Instansi Pelayanan Keperawatan Anestesi di rumah sakit


2. Semua Perawat Anestesi

Kegiatan:
21

1. Bekerjasama dengan instansi pelayanan dan pendidikan untuk aplikasi metode


khusus pelayanan keperawatan anestesi
2. Bekerjasama dengan instansi pendidikan dan pelayanan untuk menyusun SAKA (
Standar Asuhan Keperawatan Anestesi ) dan SOP ( Standar Operasional Prosedur
Keperawatan Anestesi )

Indikator:

1. Penerapan metode khusus keperawatan Anestesi di seluruh Instansi Pelayanan


Keperawatan Anestesi
2. Terlaksananya pelatihan bagi perawat yang berkerja di ruang lingkup kamar
operasi( Minimal 60 % )
3. Tersusunnya SAKA dan SOPA di seluruh pelayanan keperawatan Anestesi

7. Program Kerja Departemen Usaha Dan Kesejahteraan :


a. Iuran Awal (PENDAFTARAN) :
 Rp.150.000 (masuk DPP HIPANI),Termasuk Untuk pembuatan Rp 48.000 KTA
+ ongkir.
 Iuran langsung dibayarkan ke Bendahara DPP HIPANI melalui Rekening
Bendahara .
b. Iuran :Rp 21.000/bulan,terdiri dari :

1) HIPANI PUSAT= Rp 10.000,00

2) HIPANI DPD = Rp 11.000,00

a. Iuran mulai dibayarkan sejak perawat tercatat sebagai anggota HIPANI


b. Iuran Minimal Mulai Bulan Januari 2017
c. Iuran bulanan PPNI tetap dibayarkan seperti sebelumnya {tidak berubah}
d. Iuran langsung disetorkan ke Bendahara DPP HIPANI melalui Rekening
Bendahara setahun sekali dibayarkan di awal.
c. Sumbangan untuk anggota yang sakit/meninggal :Rp.300.000,00
d. Mengadakan Koperasi Anggota HIPANI,untuk usaha termasuk simpan pinjam:
Rp.2.500/Bulan
e. Pemasukan dan pengeluaran keuangan organisasi wajib didokumentasikan sesuai
dengan system yang berlaku untuk organisasi nirlaba
22

BAB III

KEGIATAN YANG SUDAH DILAKUKAN

A. Konsolidasi dengan elemen terkait untuk kemajuan HIPANI

1. Dewan Pengurus Pusat PPNI

Konsolidasi dilakukan secara tidak formal dan formal untuk mendapatkan arahan

Dan petunjuk menjalankan semua kegiatan yang akan dilakukan untuk kemajuan
program Hipani.Konsolidasi dilakukan hipani ke PPNI lebih sering ditujukan ke pengurus
pusat Ppni :Ketua umum ,Sekjen,ketua organisasi,ketua diklat,hukor,ketua pengembangan

dan pelayanan dan Pengurus lainnya .

Hasil konsolidasi dan arahan Hipani dengan PP PPNI antara lain:

a. Memberikan arahan dan pembinaan dalam mengembangkan hipani


b. Mensosialiasasikan hipani ke DPW sampai DPK
c. Menjembatani dan memfasilitasi untuk pembentukan DPD HIPANI
d. Memfasilitasi progran sertifikasi keahlian
e. Menjembatani untuk pertemuan dengan perdatin atau PPSDM
f. Mensosialisasikan hipani ke Persi,Arsada,MUKISI sampai ke BKD
g. Memfasilitasi dan pengarahan terhadap semua kegiatan agenda acara hipani
h. ( Pelatihan perawat anestesi,TOT,MOT dan lain –lain).

2. Audiensi dengan PPSDM

a. Audiensi dengan Ppsdm pertama


1) Pertama dilakukan pada tanggal 25 Januari 2017 bertempat di ppsdm yang
menghadiri dari ppsdm: kepala mutu,kepala organisasi,ketua diklat,kepala
Mtki,kepala pengembangan dan kepala pelayanan kesejahteraan .
23

2) Hasil audiensi :
a) PMK 18 2016 cacat hukum
b) Hipani harus membuat naskah akademi dan telaaah yang menguatkan tentang
hipani.
c) Kompetensi perawat anestesi harus jelas (Hipani)
d) Membuat ketegasan pada penata (ipai) tidak boleh memakai nama perawat.
e) Penata Anestesi termasuk ketehnisan
f) Pemerintah akan membuat ketegasan akan kewenanangan penata
g) Pemerintah akan mengatur regulasi perawat
h) Akan diadakan rapat bareng dengan PERDATIN,PPSDM ,HIPANI DAN IPAI

b. Audiensi dengan PPSDM yang Kedua


a. Kedua dilakukan pada tanggal 4 April 2017 bertempat di Depkes Kuningan yang
menghadiri dari Ppsdm: kepala mutu,kepala organisasi,kepala Mtki,kepala
pengembangan dan kepala pelayanan kesejahteraan .
b. Notulen Pertemuan dengan mutu PPSDM yg ke 2 tgl 5 April 2017
a) Buat kelengkapan laporan ditujukan ke Ibu menkes
b) Akan dibuat ketegasan Penata dan Perawat anestesi dari ppsdm
c) Regulasi kejelasan Mtki ttg STR dan SIP Penata dan perawat anestesi (HIPANI)
d) Mengeluarkan kemenkes pasal 46 makna sik tdk dikeluarkan lagi sama dengan
SIP
e) Permenkes 18 2016 yang mengeluarkan SIP bukan adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten Kota.
f) Menfasalitasi dengan pertemuan IPAI dan HIPANI dengan PERDATIN
g) Buat kewenangan klinis perawat anestesi dalam HIPANI - PPNI
24

Saat berudiensi di Kementrian Kesehatan

3. Audiensi dengan PERDATIN

a. Konsolidasi dan bimbingan dengan komisariat dan sekretariat perdatin dilakukan secara
tidak formal.Konsolidasi dilakukan 2x pertemuan.
b. Konsolidasi dengan Wakil ketua Perdatin Pusat secara tidak formal
c. Konsolidasi dengan Ketua umum Perdatin Pusat secara tidak formal
d. Hasil Pembahasannya:
 Pada intinya dokter anestesi akan bekerja sama dengan Perawat Anestesi
 Tidak diizinkan untuk memakai logo perdatin dalam berbagai acara baik perawat
anestesi ( Hipani) atau pun penata (IPAI)
 Buat kompetensi dan kewenangan klinis perawat anestesi konsultasikan dengan
dokter anestesi
 Buat surat audiensi kepada Ketua perdatin yang menjembati adalah PPNI Pusat
 Buat kewenangan klinis perawat anestesi mengacu dengan ASKEP

B. Pembuatan Dokumen Perlengkapan

1. Draft Kelengkapan /Pendukung Hipani


25

Draft yang sudah dibuat untuk mendukung dan melengkapi semua program
kegiatan hipani adalah sebagai berikut:

a. Hasil Komngres Nasioanal Pertama Himpunan Perawat Anestesi Indonesia.


b. Anggaran Dasara /Anggaran Rumah Tangga Himpunan Perawat Anestesi
Indonesia.
c. Naskah akademik Himpunan Perawat Anestesi Indonesia.
d. Kompetensi Perawat Anestesi Indonesia
e. Standar Profesi Perawat Anestesi Indonesia
f. Kurikulum Pelatihan Pendidikan Perawat Anestesi
g. Majelis Etik Himpunan Perawat Anestesi Indonesia.
h. Kolegium Himpunan Perawat Anestesi Indonesia.
i. Clinical Privalage (kewengan klinis) Himpunan Perawat Anestesi Indonesia.
j. Pedoman Sertifikasi Keahlian Keperawatan Anestesi
k. Rancangan Kewenangan Klink ( RKK ) Perawat Anestesi Indonesia.
l. Asuhan keperawatan Anestesi oleh Himpunan Perawat Anestesi Indonesia.
m. Kajian/Telaah Himpunan Perawat Anestesi Indonesia kepada Kemntrian Kesehatan
n. Memorandum Off Understandanding untuk pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
Himpunan Perawat Anestesi Indonesia dengan Instutusi pendidikan dan atau
Rumah Sakit
o. Modul Trainer Off Training untuk Himpunan Perawat Anestesi Indonesia.

2. Formulir

a. Formulir Pernyataan menjadi anggota HIPANI


b. Formulir Pernyataan bersedia menjadi pengurus HIPANI
c. Formulir Berita acara Pelantikan Pengurus
d. Formulir Berita acara Sidang Pleno 1 s/d 5
e. Formulir Naskah Pelantikan

3. Juknis yang sudah dikeluarkan

a. Juknis no 1 tidak berlaku sudah direvisi no 5


b. Juknis no 2 tentang Pembentukan Pengurus Daerah (DPD Propinsi)
c. Juknis no 3 tentang Sertifikasi Kompetensi Perawat Anestesi HIPANI
d. Juknis no 4 tentang penggunaan LOGO DPD,KOP dan NIPA HIPANI
e. Juknis no 5 tentang Perubahan Nomer Rekening DPP HIPANI dan Pembayaran
anggota
26

C. Pembentukan DPD HIPANI se Indonesia DPD HIPANI terbentuk ada :

1) DPD Jatim Pada tanggal 20 Januari 2017di Malang


Jumlah:Anggota 250 sudah memiliki KTA HIPANI, dan dapat dipastikan semua
anggotanya adalah Perawat yang Ber NIRA.

PROPINSI JAWA TIMUR

2) PD Jateng Pada tanggal 05 Maret 2017 di Semarang


Jumlah :Anggota 40 perawat sudah memiliki KTA HIPANI, dan dapat dipastikan
semua anggotanya adalah Perawat yang Ber NIRA
27

3) DPD Aceh Pada tanggal 25 Maret 2017 di banda aceh


Jumlah : Anggota 35 Anggota perawat sudah memiliki KTA HIPANI, dan dapat
dipastikan semua anggotanya adalah Perawat yang Ber NIRA

PROPINSI ACEH

4) DPD Jawa Barat Pada bulan Maret 2017


Jumlah Anggota : 40 anggota perawat sudah memiliki KTA HIPANI, dan dapat
dipastikan semua anggotanya adalah Perawat yang Ber NIRA

PROPINSI JAWA BARAT


28

5) DPD Yogyakarta Pada tanggal 8 April 2017


Jumlah 28 anggota perawat sudah memiliki KTA HIPANI, dan dapat dipastikan semua
anggotanya adalah Perawat yang Ber NIRA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

6) DPD Kalimantan Pada tanggal 8 April 2017


Jumlah anggota 8 anggota perawat sudah memiliki KTA HIPANI, dan dapat dipastikan
semua anggotanya adalah Perawat yang Ber NIRA

PROPINSI JAWA BARAT


29

7) DPD Kalimantan Timur Pada tanggal 8 April 2017


Jumlah 6 anggota perawat sudah memiliki KTA HIPANI, dan dapat dipastikan semua
anggotanya adalah Perawat yang Ber NIRA

PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

8) DPD Bali Pada Tanggal 8 April 2017


Jumlah 113 anggota perawat sudah memiliki KTA HIPANI, dan dapat dipastikan semua
anggotanya adalah Perawat yang Ber NIRA

PROPINSI BALI
30

9) DPD DKI Jakarta 23 April 2017


Jumlah anggota 78 anggota perawat sudah memiliki KTA HIPANI, dan dapat
dipastikan semua anggotanya adalah Perawat yang Ber NIRA

DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

10) DPD Sulawasi Selatan 26 Nopember 2017


Jumlah anggota 17 anggota perawat sudah memiliki KTA HIPANI, dan dapat
dipastikan semua anggotanya adalah Perawat yang Ber NIRA

PROPINSI SULAWESI SELATAN


31

11) DPD Kalimantan Kaltara , 17 Februari 2017


Jumlah 6 anggota perawat sudah memiliki KTA HIPANI, dan dapat dipastikan semua
anggotanya adalah Perawat yang Ber NIRA

PROPINSI KALTARA

12) DPD Banten


Jumlah anggota 17 anggota perawat sudah memiliki KTA HIPANI, dan dapat
dipastikan semua anggotanya adalah Perawat yang Ber NIRA

PROPINSI BANTEN
32

D. Rapat Pimpinan Nasional Pertama Sabtu, Tanggal 8 April 2017 di Hotel Neo Yogyaka

E. Rapat Pimpinan Nasional Kedua Sabtu, Tanggal 26 Nopember 2017 di Surabaya

F. Rakernas Pertama di Semarang Jawa Tengah


33

G. Diklat Perawat Anestesi di RSUP Dr. Sardjito Komplikasi pasca Anestesi

H. Workshop perawat Anestesi di RSUP Dr Sarjito

I. Sumpah Perawat bersama DPW PPNI DI Jogjakarta.


34

Anda mungkin juga menyukai