Anda di halaman 1dari 41

BAYI BARU LAHIR NORMAL

DOSEN PENGAMPU:YUBLINA ROHI

KELOMPOK 15:

Di susun oleh:olmes Djata

Tingkat 2C

Nim:PO5303203221331

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU

1
TAHUN AJARAN 2023/2024

KATA PENGANTAR
Pujih Shukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Atas Rahmat dan Hidayat nya,penulis dapat
menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “PERAWATAN BAYI BARU LAHIR NORMAL”.Dengan
tepat waktu.

Makalah di susun untuk memenuhi tugas mata kulia “MARTERNITAS”.

Ucapan terima kasih juga di sampai kan kepada semua pihak yang telah membantu di selesaikan
makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh sebab itu saran
dan kritik yang membangun

Diharap kan demi kesempurnaan makalah ini.

WAINGAPU,JUMAD,15-2023

OlLMES DJATA

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................4

1.1. Latar Belakang ........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................5

2.1. Bayi Baru Lahir Normal..........................................................................5

2.1.1. Definisi Bayi Baru Lahir Normal ....................................................5

2.1.2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal ....................................................5

2.1.3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir ...............................................6

2.2. Perawatan Bayi Baru Lahir Normla pada saat Lahir ............................10

2.2.1. Penilaian Awal ...............................................................................10

2.2.2. Evaluasi Bayi .................................................................................12

2.2.3. Asuhan Bayi Baru Lahir ................................................................14

2.2.3.1. Pencegahan Kehilangan Panas ...................................................14

2.2.3.2. Pembersihan Jalan Napas ...........................................................16

2.2.3.3. Pemantauan Tanda Bahaya ........................................................17

2.2.3.4. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat ......................................17

2.2.3.5. Inisiasi Menyusui Dini ...............................................................19

2.2.3.6. Pemberian Vitamin K .................................................................22

2.2.3.7. Pencegahan Infeksi Mata ............................................................22

2.2.3.8. Pemeriksaan Fisik .......................................................................23

2.2.3.9. Imunisasi .....................................................................................30

2.3. Perawatan Bayi Baru Lahir di Ruang Rawat ........................................30

2.3.1. Perkiraan Usia Gestasi ...................................................................31

2.3.2. Identifikasi Bayi Permanen ...........................................................31

3
2.3.3. Perawatan Kulit ............................................................................31

2.3.4. Feses dan Urin ...............................................................................33

2.3.5. Ikterus Neonatorum .......................................................................33

2.3.6. Penurunan Berat Badan Awal ........................................................34

2.3.7. Pemberian Makanan ......................................................................34

2.3.8. Rawat Gabung ..............................................................................34

2.3.9. Pemulangan Bayi Lahir Normal ...................................................34

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................37

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) berhasil diturunkan secara signifikan dari 68 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 1900-an menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup. Penurunan
kematian neonatal berlangsung lambat yaitu dari 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
1990-an menjadi 19 per 1.000 kelahiran hidup, dimana 55,8% dari kematian bayi terjadi pada
periode neonatal, sekitar 78,5%-nya terjadi pada umur 0-6 hari.1

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, AKB masih tergolong tinggi,


yaitu tercatat 31 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2008. 2 Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2007. Angka kematian BBL sebesar 25 per 1000
kelahiran hidup.3

Kematian neonatal digolongkan menjadi 2 yaitu, kematian neonatal (0 – 28 hari) dan


kematian post natal (29 hari – 1 tahun). Penyebab kematian neonatal tertinggi adalah bayi
berat lahir rendah (BBLR), asfiksia, infeksi, dan feeding problem. 4 Sebagian besar penyebab
kematian tersebut dapat dicegah dengan perawatan neonatal yang adekuat.3

Lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan. Hal ini disebabkan karena kurang baiknya penanganan bayi baru lahir
sehat sehingga menyebabkan kelainan-kelainan seperti cacat seumur hidup atau bahkan
kematian.3

Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama tenaga kesehatan


dengan melibatkan dukun bayi, keluarga, dan masyarakat dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan BBL. Untuk mengukur keberhasilan penerapan
intervensi yang efektif dan efisien, dapat dimonitor melalui indikator cakupan pelayanan
yang mencerminkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan BBL. Penurunan angka

5
kematian neonatal dapat dicapai dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
dan berkesinambungan sejak bayi dalam kandungan, saat lahir, hingga masa neonatal.1

Sehubungan dengan hal diatas, makalah ini akan membahas lebih jauh mengenai
perawatan bayi baru lahir normal yang dimulai segera setelah bayi dilahirkan hingga bayi
dapat dipulangkan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bayi Baru Lahir Normal

2.1.1. Definisi Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, nilai APGAR ≥ 7 dan
tanpa cacat bawaan.1

2.1.2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal


Seorang bayi baru lahir dikatakan normal apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut
adalah :
1. Berat badan 2500-4000 gram.
2. Panjang badan 48-52 cm.
3. Lingkar dada 30-38 cm.
4. Lingkar kepala 33-35 cm.
5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama 180 kali/menit, kemudian menurun
sampai 120-140 kali/menit.
6. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit, kemudian
menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan
diliputi verniks kaseosa.
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
9. Kuku telah agak panjang dan lemas.
10. Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora pada anak perempuan,
testis sudah turun pada anak laki-laki.
11. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.

7
13. Palmar refleks sudah baik, apabila di letakkan sesuatu benda di atas telapak
tangan, bayi akan menggenggam / adanya gerakan reflex.
14. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan.

2.1.3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

Segera setelah lahir, Bayi Baru Lahir (BBL) akan beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami
oleh bayi yang berawal dalam lingkungan interauterin yang hangat dan segala kebutuhan
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan ekstrauterin yang dingin dan segala kebutuhannya
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.5

Neonatus merupakan waktu yang sangat rentan pada masa bayi, karena masih
menyempurnakan banyak penyesuaian fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan
ekstrauteri. Transisi bayi dari intrauteri ke ekstrauteri memerlukan banyak perubahan
biokimia dan fisiologi. Bayi tidak tergantung lagi pada sirkulasi ibu melalui plasenta. Fungsi
paru neonatus diaktifkan untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan karbon dioksida melalui
pernapasannya sendiri.1

BBL juga dapat tergantung pada sistem saluran cerna untuk mengabsorpsi manakan.
Fungsi ginjal berfungsi mengeluarkan bahan yang harus dibuang (waste) serta
mempertahankan homeostatis kimia. Fungsi hati menetralisir dan mengsekresikan bahan-
bahan toksik, dan fungsi sistem imunologi untuk melindunginya terhadap infeksi. Karena
tidak didukung oleh plasenta ibu, sistem kardiovaskular dan endokrin neonatus juga
beradaptasi agar mencakupi dirinya.6

Terdapat periode transisional, yaitu 4-6 jam pertama kehidupan bayi setelah lahir.
Selama periode ini terjadi penurunan resistensi vaskular pulmoner, peningkatan airan darah
ke paru, peningkatan perfusi dan oksigenasi, serta mulainya penutupan duktus arteriosus.6

Perubahan-perubahan yang akan terjadi pada bayi di bagi menurut karakteristik,


antara lain:

1. Karakteristik Biologis
Perubahan metabolisme karbohidrat

8
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah, untuk
menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir di ambil dari hasil metabolisme
asam lemak, bila oleh karena sesuatu hal perubahan glukosa menjadi glikogen misalnya
bayi mengalami hipothermi, metabolisme asam lemak tidak dapat memenuhi kebutuhan
pada neonatus maka kemungkinan bayi akan menderita hipoglikemia, misalnya pada
bayi BBLR, bayi dari ibu yang menderita DM dan lain-lainnya.5
Perubahan suhu tubuh
Ketika bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu didalam
rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar dua puluh lima derajat celcius maka
bayi akan kehilagan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi sebanyak 200 kal / kg
berat badan / menit. Sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10
nya. Keadaan ini menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2 0C dalam waktu 5
menit, akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan oksigen
pun meningkat.5

Perubahan pernafasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah
kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan
perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor carotid
yang sangat peka terhadap kekurangan oksigen, rangsangan hipoksemia, sentuhan dan
perubahan suhu didalam uterus dan diluar uterus. Semua ini menyebabkan perangsangan
pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan
diafragma serta otot-otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada waktu
melalui jalan lahir pervaginanam mengakibatkan bahwa paru-paru, yang pada janin
normal cukup-bulan mengandung 80-100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini.
Sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang,
sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula.5

Perubahan sirkulasi
Seiring dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen didalam alveoli
meningkat. Sebaiknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan
turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran darah kealat tersebut
meningkat. Ini menyebabkan darah arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus
arteriosus menutup. Setelah tali pusat dipotong, maka aliran darah dari plasenta melalui

9
vena kava inferior dan foramen ovale ke atrium kiri terhenti. Serta diterimanya darah
oleh atrium kiri dari paru- paru, tekanan diatrium kiri menjadi lebih tinggi dari pada
tekanan diatrium kanan, ini menyebabkan foramen ovale menutup. Sirkulasi bayi yang
hidup diluar badan ibu.5

Perubahan lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi.5

2. Karakteristik Prilaku

Setiap bayi merupakan suatu individu, bayi akan berada dengan yang lain dalam
hal: cara melihat, merasakan, gerakan, reaksi, serta merespon terhadap lingkungannya.
Setiap orang tua, dokter, atau perawat serta setiap orang yang merawat bayi seharusnya
mengetahui atau memahami tentang perilaku BBL, agar selain dapat menjalin hubungan
komunikasi dengan bayi, juga dapat mengetahui kebutuhan bayi serta kondisi yang
dialaminya.7

Perilaku Bayi Normal

Dengan mengetahui perilaku bayi lebih dini, maka dapat dinilai apakah bayi
mempunyai perilaku normal atau abnormal. Bila terjadi kelainan perilaku maka dapat
segera diintervensi lebih awal.7

Langkah-langkah yang dapat dijadikan petanda perilaku bayi normal adalah7:

1. Bayi mempunyai 2 cara utama untuk berkomunikasi yaitu tersenyum dan


menangis.
2. Bayi akan tanggap dengan suara tertentu misalnya denting jam, suara mesin
cuci, dan dia menyukai suara musik atau nada lembut suara manusia.
3. Sebelum lahir bayi dapat melihat dan mendengar
4. Mata bayi akan terbuka lebar apabila sebuah benda atau sebuah sinar terang
didekatkan ke wajahnya.
5. Indera pengecap bayi sudah mulai bekerja.
6. Banyak orang tua baru yang mungkin tidak tahu tentang perilaku normal
BBL.

10
Seorang bayi kurang bulan dibandingkan perkembangan dengan bayi cukup bulan,
karena sering perkembangannya lebih lambat dibandingkan dengan bayi cukup bulan.
Bila bayi lahir 2 bulan lebih awal maka ia akan mengalami keterlambatan perkembangan
± 2 bulan lebih lambat dibandingkan bayi cukup bulan. Namun harus tetap diwaspadai
apabila terjadi keterlambatan yang tidak normal (berkepanjangan).7

a. Tidur
BBL biasanya tidur selama 2-4 jam dalam sekali tidur dalam waktu sampai
20 jam setiap harinya. Lambung bayi terlalu kecil untuk menahan minuman agar
senantiasa penuh dilambung, sehingga bayi perlu untuk diberi minum beberapa
jam sekali. Masing-masing mempunyai kebiasaan tidur berbeda, tetapi pada umur
3 bulan nayi harus tidur selama 6-8 jam pada malam hari.7
Dalam minggu pertama kehidupan bayi, dia akan tidur secara teratur dan
hanya akan bangun bila lapar. Setelah beberapa minggu, bayi secara perlahan akan
terjaga lebih lama. Bayi tidak punya pola yang tetap tentang waktu tidurnya akan
tetapi bisa diprediksi bila sudah bertambah umurnya. Babarapa bayi tidur
sepanjang malam pada umur 6 minggu, ini akan terjadi secara alamiah dan tidak
perlu memaksa bayi untuk mengikuti pola tertentu meskipun dapat ditentkan waktu
tidurnya. Dengan memberikan porsi minum malam harinya dengan tenang dan
pelan-pelan, maka bayi diajar untuk membedaan siang dan malam hari.7
b. Menangis
Bayi akan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan non-verbal atau
isyarat yang sebagian besar akan melibatkan menangis. Bayi juga kadang dapat
diam dan tenang sendiri tanpa bantuan, berikan cukup waktu pada bayi untuk
tenang sebelum kita mengganggunya. Bila bayi menangis berlebihan ini dapat
berarti bayi sakit atau mengalami nyeri.7
c. Refleks
Dalam beberapa minggu pertama kehidupan bayi akan mempertahankan
posisi tubuhnya sepertinya posisi didalam kandungan (posisi janin) yaitu fleksi
penuh pada sendi lengan, siku, panggul dan lutut dan memposisikan anggota gerak
untuk dekat dengan bagian depan tubuh bayi. Posisi ini akan berubah bila bayi
sudah dapat mengontrol gerakannya. BBL memiliki berbagai macam refleks
alamiah. Memakai refleks ini akan sangat membantu untuk mengetahui penyebab
beberapa perilaku bayi.7

11
d. Bernapas
Tidak jarang bayi mengalami napas ireguler atau tidak teratur. Bayi dapat
berhenti bernapas selama 5-10 detik dan kemudian segera bernapas lagi. Ini adalah
suatu keadaan normal. Bila henti napas lebih dari 10 detik, ini merupakan keadaan
gawat darurat, karena bayi akan sianosis dan harus segera menghubungi dokter.

e. Penglihatan
BBL sebenarnya dapat melihat, namun matanya masih tertutup karena masih
terlalu berat untuk memusatkan penglihatannya untuk pertama kali. Bayi dapat
melihat gerakan dan membedakan objek berwarna hitam atau putih.7
Bayi belum dapat memfokuskan dan memandang objek yang dekat dengan
jelas. Sinar yang terang tidak akan membahayakan pandangan bayi, tetapi
membuat tidak nyaman. Bayi akan lebih menyukai objek yang padat dan tertarik
pada wajah manusia. Objek berwarna hitam dan putih lebih menarik perhatiannya.7
f. Mendengar
Bayi dapat membedakan berbagai suara. Mereka dapat mengenal suara
keluarganya, oleh karena itu orang tua harus sering mengajak bayinya berbicara.
Bayi dapat menoleh ke suara yang dikenali. Bayi dilahirkan dalam keadaan
mendengar. Sesungguhnya bayi lebih memilih suara tertentu dibanding suara
umum. Mereka akan mealingkan kepalanya untuk mencari sumber suara dan akan
merespon suara manusia.7

2.2. Perawatan Bayi Baru Lahir Normal pada saat Lahir

2.2.1. Penilaian Awal

Penilaian awal BBL dapat dilakukan dengan menggunakan skor APGAR. Skor
APGAR adalah suatu alat bantu yang berguna untuk mengevaluasi perlu tidaknya bayi
mendapat resusitasi. Skor APGAR diterapkan pada 1 menit dan 5 menit setelah lahir. Usia
gestasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi skor APGAR. Elemen skor seperti
tonus, warna, dan iritabilitas refleks sebagian bergantung pada maturitas fisiologi bayi.10, 7

Setelah lahir, letakan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut
bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan yaitu:7, 8
 Apakah kehamilan cukup bulan?
 Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
12
 Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
 Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Keadaan umum bayi juga dapat dinilai satu menit setelah lahir dengan menggunakan
skor APGAR.7, 9

Skor APGAR terdiri dari lima komponen. Masing-masing komponen diberi skor 0, 1,
atau 2. Skor APGAR 1 menit digunakan untuk mengidentifikasi perlu-tidaknya resusitasi
segera. Sebagian besar bayi saat lahir berada dalam kondisi sempurna, seperti ditunjukan oleh
skor APGAR 7 hingga 10, dan mereka tidak memerlukan bantuan kecuali mungkin
pengisapan nasofaring. Bayi dengan skor 4 sampai 6 pada 1 menit memperlihatkan depresi
pernapasan, flaksiditas, dan warna pucat hingga biru. Namun, denyut jantung dan iribilitas
reflek baik. Bayi dengan skor 0 sampai 3 biasanya memerlukan resusitasi.10
Skor APGAR 5 menit, dan terutapa peruahan skor 1 dan 5 menit merupakan indeks
yang bermanfaat untuk menilai efektivitas upaya resusitasi.

Tabel 1. Evaluasi APGAR pada BBL9, 7

Keterangan : 60 detik sesudah persalinan bayi selesai (tanpa memperhitungkan talipusat dan
plasenta), bayi dengan skor 0-3 memerlukan resusitasi segera.

Perlu disadari keterbatasan dari penilaian APGAR adalah suatu ekspresi keadaan
fisiologis BBL dan dibatasi oleh waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai

13
APGAR, antara lain obat-obatan, trauma lahir, kelainan bawaan, infeksi, hipoksia,
hipovolemia, dan kelahiran prematur.7

2.2.2. Evaluasi Bayi

Dalam manajemen BBL dapat dilaksanakan penatalaksannan mulai dari persiapan,


penilaian, dan keputusan secara alternatif tidakan yang sesuai dengan hasil penilian keadaan
BBL. Untuk BBL cukup bulan yang lahir dengan air ketuban jernih dan langsung menangis
atau bernapas spontan serta bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL normal yang
akan diperlihatkan pada Bagan 2.1

Bagan 1. Manajemen Bayi Baru Lahir1

14
Bagan 2. Manajemen Bayi Baru Lahir Normal1

15
2.2.3. Asuhan Bayi Baru Lahir

16
2.2.3.1. Pencegahan Kehilangan Panas

Suhu bayi turun dengan cepat segera setelah lahir. Oleh karena itu, bayi harus dirawat
di tempat tidur bayi yang hangat dengan suu dapat diukur. Selama beberapa hari pertama
kehidupan, suhu bayi tidak stabil, berespon terhadap rangsangan ringan dengan fluktuasi
yang cukup besar diatas atau di bawah suhu normal.5

Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi sempurna. Oleh
karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL
dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit
berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam
keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam
ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk
mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia
(temperatur tubuh lebih dari 37,5 C).1
Angka kehilangan panas yang diperkirakan pada BBL sekitar 4 kali angka orang
dewasa. Pada kamar persalinan biasa (20-25 C), suhu kulit bayi turun sekitar 0.3 C/menit, dan
suhu tubuh bagian dalam sekitar 0.1 C/menit pada masa segera setelah persalinan, yang
biasanya mengakibatkan kehilangan suhu tubuh bagian dalam (secara akumulatif) sebesar 2-3
C).1

Bayi kehilangan panas dapat melalui 4 cara, yaitu1, 7 :

Cara Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.1

Cara Konveksi adalah kehilangan panas melalui tubuh saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran
udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui ventilasi/ pendingin ruangan. 5
Sehingga, suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan sebaiknya tidak
berangin, tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka, kipas angin dan AC yang kuat
harus jauh dari area bayi atau area resusitasi.7

17
Cara Evaporasi adalah kehilangan panas melalui penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri.1 BBL yang dalam keadaan basah kehilangan
panas dengan cepat melalui cara ini.7, 1
Karena itu, bayi harus dikeringkan seluruhnya,
termasuk kepala dan rambut, segera mungkin setelah dilahirkan. Lebih baik jika
menggunakan handuk hangan untuk mencegah hilangnya panas secara konduktif. 7
Kehilangan panas juga terjadi jika bayi terlalu cepat dimandikan.1

Cara Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan
panas

Harus diingat bahwa bayi pada saat lahir mempunyai suhu 0,5 – 1C lebih tinggi
dibanding suhu ibunya. Sayangnya, tidak jarang bayi mengalami penuruna suhu tubuh
menjadi 35 – 35.5 C dalam 15 – 30 menit karena kecerobohan perawatan di ruang bersalin.
Ruang bersalin kadang sekali tidak cukup hangat, dengan aliran udara yang dingin di dekat
bayi, atau petugas tidak mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan baik segera setelah
dilahirkan.7

Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5OC – 37,5OC yang diukur dengan
menggunakan termometer. apabila suhu < 36OC atau kedua tangan atau kaki teraba dingin
maka ini merupakan gejala awal dari hipotermi. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka
bayi sudah mengalami hipotermia. Tanda-tanda bayi hipotermia adalah sebagai berikut :
 Bayi tidak mau minum atau menetek
 Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
 Tubuh bayi teraba dingin
 Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :1


 Ruang bersalin yang hangat
 Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
 Letakan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
 Inisiasi menyusui dini
 Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

18
 Rawat gabung
 Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
 Transportasi hangat
 Pelatihan untuk petugas kesehatan dan konseling untuk keluarga

2.2.3.2. Membersihkan Jalan Nafas

1. Bayi normal akan segera menangis spontan segera sesudah lahir, apabila bayi
tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan
cara:
A. Meletakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
B. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi
lurus dan kepala tidak menekuk, posisi kepala diatur lurus sedikit
tengadah ke belakang
C. Bersihkan hidung, mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus dengan kassa steril.
D. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar, dengan rangsangan ini biasanya bayi
akan segera menangis.

Pada bayi baru lahir normal kepala bayi harus ditempatkan mengarah ke
bawah segera sesudah persalinan supaya mulut, faring, dan hidungnya bersih
dari cairan, mukus, darah, dan puing- puing amnion melalui gaya gravitasi.
Penghisapan secara halus dengan balon penghisap atau kateter karet yang
lunak juga dapat membantu dalam mengeluarkan barang – barang ini.
Tindakan mengusap palatum dan faring dengan kain kasa dapat menyebabkan
abrasi dan timbulnya sariawan, ulkus pterigoid (Bednar apthae), atau yang
jarang, infeksi tunas gigi disertai osteomielitis maksilaris dan pembentukan
abses retrobulbar.

 Sangat penting membersihkan jalan nafas, sehingga upaya bernafas tidak


akan menyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru-paru).

19
 Alat penghisap lendir mulut atau penghisap lainnya yang steril, tabung
oksigen dengan selangnya haris selalu siap di tempat.
 Segera lakukan usaha penghisap mulut dan hidung.
 Petugas harus memantau dan mencatat usaha nafas yang pertama.
 Warna kulit, adanya cairan atau mekanium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.

2.2.3.3. Pemantauan Tanda Bahaya

Sebelum dan selama pelahiran, faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi


kesejahteraan neonatus seperti diperlihatkan di Tabel 2 harus benar-benar diperhatikan. Bayi
diinspeksi untuk melihat ada tidaknya kelainan. Petugas yang bertanggung jawab merawat
neonatus harus mengamati pernapasan dengan cermat dan memeriksa denyut jantung. Denyut
jantung dapat ditentukan dengan auskultasi di dada atau palpasi pangkal tali pusat. Denyut
jantung 100 kali per menit atau lebih yang teraba jelas dianggap normal.5

Tabel 2. Informasi Penting dalam Evaluasi Neonatus10

Kemudian, mulut, lubang hidung, dan faring diisap secara hati-hati. Sebagian besar
bayi normal menarik napas dalam beberapa detik setelah lahir dan menangis dalam waktu
setengah menit. Jika pernapasan jarang, penghisapan mulut dan faring, diikuti oleh tepukan
ringan pada telapak kaki dan gosokan di punggung, biasanya bersamaan, akan dapat
merangsang pernapasan. Jika bayi terus tidak bernapas maka diperlukan resusitasi.5

2.2.3.4. Pemotongan dan Perawatan Tali Pusat

1. Memotong dan Mengikat Tali Pusat

20
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu pertama secara
bermakna menurangi insiden infeksi pada neonatus. Yang terpenting dalam perawatan tali
pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. 8 Sebelum melakukan perawatan
tali pusat, petugas yang terlibat secara rutin harus menjaga higenitas tangannya, 1, 7, 8, 10 dengan
menggunakan klorheksidin atau sabun antiseptik yang mengandung-idofor, petugas dapat
menjaga kebersihan tangannya sebelum merawat setiap bayi.1, 8, 10

Cara memotong dan mengikat tali pusat diantaranya :1

 Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan
oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat di potong.
 Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding
perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari
kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada
saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak
2 cm dari tempat jempitan ke-1 arah ibu.
 Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan
tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat
diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
 Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan
klorin 0,5%
 Letakan bayi tengkurap di dada ibu untuk IMD

21
Gambar 1 : Proses pelepasan tali pusat15

2. Nasihat untuk Merawat Tali Pusat1


 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat
 Jangan membungkus putung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan
apapun ke putung tali pusat.
 Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila
terdapat tanda infeksi, tetapi tidak di kompreskan karena menyebabkan tali
pusat basah atau lembab.
 Berikan nasihat pada ibu dan keluarga :
- Lipat popok di bawah tali pusat.
- Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali
pusat mengering dan terlepas sendiri.
- Jika putung tali pusat kotor, bersihkan hati-hati dengan air DTT dan
sabun, kemudian keringkan secara seksama dengan menggunakan kain
bersih.
- Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit sekitar
tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi, nasihati
ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.

2.2.3.5. Inisiasi Menyusui Dini

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan dan
diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian
ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang (asih) dan memberian nutrisi terbaik (asah) dan
melatih refleks dan motorik bayi (asuh).1

Segera setelah dilahirkan, bayi diletakan di dada atau perut atas ibu selama paling
sedikit 1 jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting
ibunya.11

Manfaat IMD bagi bayi, adalah11 :

22
 Membantu stabilisasi pernapasan.
 Mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator.
 Menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi.
 Mencegah infeksi nosokomial.
 Menurunkan insidens iktrus BBL
 Pola tidur yang lebih baik karena kontak kulit ibu dengan kulit anak membuat
bayi lebih tenang.
 Berat badan bayi lebih cepat naik

Setelah dilahirkan, BBL normal hanya perlu dibersihkan secukupnya dan tidak perlu
membersihkan vernik atau mengeringkan tangan bayi karena bau cairan amnion pada tangan
bayi akan membantu bayi mencari puting ibu. Dengan waktu yang diberikan, bayi akan mulai
menendang dan bergerak menuju puting. Bayi yang siap menyusu akan menunjukan gejala
refleks menghisap seperti membuka mulut dan mulai mengulum mulut. Refleks menghisap
ini timbul 20 – 30 menit setelah lahir dan menghilang cepat. Dengan proses ini, bayi dapat
langsung menyusu dan mendapat kolostrum yang kadarnya maksimal pada 12 jam pasca
persalinan.11

Berikut ini langkah-langkah melakukan IMD yang di anjurkan, yaitu8 :

 Dianjurkan suami dan keluarga mendampingi ibu saat persalinan.


 Disarankan juga tidak menggunakan bahan kimia saat persalinan, karena akan
menggangu dan mengurangi kepekaan bayi untuk mencari puting susu ibu.
 Begitu lahir, bayi diletakan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
 Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangan.
 Tali pusat di potong lalu diikat.
 Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan karena zat ini akan membuat nyaman kulit bayi.
 Tanpa dibedong, bayi langsung di tengkurapkan di dada atau diperut ibu
sehingga terjadi kontak kulit bayi dan kulit ibu.
 Ibu dan bayi di selimuti bersama-sama. Jika perlu diberi topi untuk
mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

Kontak kulit dan menyusu sendiri penting bagi ibu karena8 :

23
 Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi mencari payudara. Ini
akan menurunkan kematian karena kedinginan/hipotermi.
 Saat bayi mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya, dan
bayi akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit ibu. Bakteri
baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi,
menyaingi bakteri jahat dari lingkungannya.
 Ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam
pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu biasanya bayi tidur dalam
waktu lama.
 Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih
stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian
energi.
 Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan
sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran
hormon oksitosin.

Tabel 3. Lima Urutan Perilaku Bayi Saat Menyusui Pertama Kali1

Tabel 4. Pedoman Menyusui1

24
2.2.3.6. Pemberian Vitamin K

Pemasalahan pada Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK) adalah terjadi


perdarahan otak dengan angka kematian 10-50% yang umumnya terjadi pada bayi dalam
rentang umur 2 minggu sampai 6 minggu bulan, dengan akibat angka kecacatan 30-50%.8

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya PDVK antara lain ibu yang selama
kehamilan mengkonsumsi obat-obatan yang menggangu metabolisme vitamin K seperti, obat
anti koagulan oral (warfarin), obat antikonvulsan (fenobarbital, fenitoin, karbamazepin),
obat-obat antiuberkulosis (INH, rifampisin), sintesis vitamin K yang kurang oleh bakteri usus
(pemakaian antibiotik, khususnya pada bayi kurang bulan), gangguan fungsi hati (kolestasis),
kurangnya asupan vitamin K dapat terjadi pada bayi yang mendepatkan ASI eksklusif, karena
ASI memiliki kandungan vitamin K yang rendah <20 ug/L bila dibandingkan dengan susu
sapi yang memiliki kandungan vitamin K tiga kali lipat lebih banyak (60 ug/L). Selain itu
asupan vitamin K yang kurang juga disebabkan sindrom malabsobsi dan diare kronik. 8, 13

Semua BBL harus diberi penyuntikan Vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di


paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami
oleh sebagian BBL.12, 13 Efikasi profilaksis oral meningkat dengan pemberian berulang 3 kali
dari pada dosis tunggal, dan efekasi lebih tinggi bila diberikan dalam dosis 2 mg daripada 1
mg.8

2.2.3.7. Pencegahan Infeksi Mata


25
Konjungtivitis pada BBL sering terutama pada ibu yang menderita penyakit menular
seksual seperti gonore dan klamidiasis. Sebagian konjungtivitis muncul pada 2 minggu
pertama setelah kelahiran.5, 11 Manifestasi klinis berupa eritema dan edema pada kelopak mata
dan konjungtiva palpebra.

Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya


konjungtivitis. Proflaksis mata yang sering digunakan yaitu salep mata eritromisin, dan salep
mata tetrasiklin (Oxytetrasiklin 1%).11 Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata
diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah
lahir.1

Gambar 2. Cara Memberikan Salem Mata Antibiotik (WHO 2006)1

Cara pemberian salep mata antibiotik:1

 Cuci tangan (gnakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian keringkan.
 Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujun pemberian obat
tersebut.
 Tarik kelopak mata bagian bawah ke arah bawah
 Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling
dekat menuju ke bagian luar mata atau tetes mata.
 Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi.
 Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjuran keluarga untuk tidak
menghapus obat-obatan tersebut.

26
2.2.3.8. Pemeriksaan Fisik

Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika
bayi lahir di fasilitasi kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan
selama 24 jam pertama.4 Pemeriksaan BBL dilakukan sedini mungkin pada untuk mendeteksi
kelainan-kelainan dan menegakkan dasar untuk pemeriksaan selanjutnya. Pemeriksaan
dilakukan dengan penuh kesabaran, dan prosedur yang fleksibel.6

Pemeriksaan BBL dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh


dokter/bidan/perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat
mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.12

Waktu Pemeriksaan BBL12 :

Tabel 1. Waktu Pemeriksaan BBL8, 12

Langkah-langkah pemeriksaan7, 12 :

 Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis).


 Pemeriksaan perlu dilakukan dalam keadaan telanjang dibawah lampu terang yang
berfungsi juga sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas.
 Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelu dan sesudah
memegang bayi.
 Tangan serta alat yang digunakan untuk pemeriksaan fisik harus hangat.

Sebelum melakukan pemeriksaan BBL perlu diketahui riwayat keluarga, riwayat


kehamilan sekarang dan sebelumnya, dan riwayat persalinan. Pemeriksaan fisik BBL

27
dilakukan paling kurang tiga kali, yakni (1) pada saat lahir, (2) pemeriksaan yang dilakukan
dalam 24 jam di ruang perawatan, dan (3) pemeriksaan pada waktu pulang.7

Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan dikamar bersalin. Tujuannya


adalah:7

1. Menilai gangguan adaptasi BBL dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin yang


memerkukan resusitasi.
2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera (misal:
atresia ani, atresia esofagus, trauma lahir)
3. Menentukan apakah BBL tersebut dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau di
tempat perawatan khusus untuk diawasi, atau di ruang intensif, atau segera dioperasi.

Pemeriksaan ke dua harus dilakukan kembali dalam waktu 24 jam, yaitu sesudah bayi
berada di tempat perawatan. Tujuannya adalah agar kelainan yang luput dari pemeriksaan
pertama akan ditemukan pada pemeriksaan ini. Pemeriksaan di kamar bersalin dan ruang
rawat sebaiknya di bawah lampu pemanas untuk mencegah hipotermi. Pemeriksaan bayi di
ruang rawat harus dilakukan di depan ibunya; kelainan yang ditemukan harus diterangkan
kepada ibunya dan harus dijelaskan apakah kelainan tersebut bahaya atau tidak agar si ibu
dapat memahaminya dan merasa lebih tenang.7

Bayi tidak boeh dipulangkan sebelum diperiksa kembali pada pemeriksaan terakhir.
Hal ini disebabkan oleh adanya kelainan pada BBL yang belum menghilang saat dipulangkan
(hematoma sefal, giekomastia, ikterus), atau mungkin pula adanya bising yang hilang timbul
pada masa BBL, atau bayi menderita penyakit yang didapat dirumah sakit seperti aspirasi
pneumoni, infeksi nosokomial, dan lain-lain. Yang harus dicatat pada pemeriksaan fisik
adalah lingkar kepala, berat, panjang, kelaianan fisis yang ditemukan, frekuensi napas dan
nadi, serta keadaan tali pusat.7

Pemeriksaan BBL memerlukan kesabaran, keluwesan, dan ketelitian. Bila bayi tenang
sebelum diperiksa maka yang harus diperiksa terlebih dahulu adalah auskultasi bunyi jantung
dan paru dan palpasi abdomen. Sesudah itu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan lainnya.7

a. Pemeriksaan di kamar bersalin


1. Menilai adaptasi
Perlu diperiksa segera di kamar bersalin apakah bayi beradaptasi
dengan baik atau memerlukan resusitasi.7

28
2. Mencari kelainan kongenital
Pemeriksaan di kamar bersalin juga dapat menentukan adanya
kelainan kongenital pada bayi terutama yang memerlukan penanganan
segera. Pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-
obatan teratogenik, terkena radiasi, atau infeksi virus pada trimester
pertama. Juga ditanyakan apakah ada kelainan bawaan pada keluarga.
Disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat
menggangu pertumbuhan janin, seperti diabetes melitus, asma bronkial dan
sebagainya. Sebelum memeriksa bayi perlu diperiksa cairan amnion, tali
pusat, dan plasenta.7
Setelah pemeriksaan cairan amnion, plasenta, dan tali pusat
kemudian dilakukan pemeriksaan bayi secara cepat tetapi menyeluruh.7

Berat Lahir dan masa Kehamilan


Kejadian kelainan kongenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih
banyak dibanding bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa
kehamilan kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar.7

Mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-gnato-
palatoskisis, hipersaliva, hipoplasia otot depresor anguli oris.7

Anus
Perhatikan adanya anus imperforatus dengan memasukan
termometer ke dalam anus. Walaupun seringkali atresia yang tidak dapat
dideteksi dengan cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistla
rekto-vaginal.7

Kelainan pada Garis Tengah


Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bifida,
meningomielokel, sinus pilonidalis, ambigus genitalia, eksomfalos, dan
lain-lain.7

29
Jenis Kelamin
Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya.
Bila terdapat keraguan, misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan
atau terdapatnya hipospadia atau epispadia pada bayi laki-laki, sebaiknya
pemberitahuan jenis kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain
seperti pemeriksaan kromosom.7

Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dapat juga dilihat pada tabel dibawah
ini1, 12 :

Tabel . Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir1

30
31
32
b. Pemeriksaan di ruang rawat7

Anamnesis :

 Keluhan tentang bayinya.


 Masalah kesehatan pada ibu yang mungkin berdampak pada bay (TBC,
demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C, sifilis,
HIV/AIDS, penggunaan obat).
 Cara, waktu, tempat bersalin, dan tindakkan yang diberikan pada bayi jika
ada.
 Warna air ketuban.
 Riwayat bayi buang air kecil dan besar
 Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap.

Pemeriksaan Fisik :

Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam waktu 24 jam untuk mendeteksi


kelainan yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan dikamar bersalin.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Aktifitas fisik
Kaktifan BBL dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan.
Pada BBL cukup bulan yang sehat, ekstremitas berada dalam keadaan fleksi,
dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris. Gerakan kasar atau
halus (tremor) yang disertai dengan klonus pergelangan kaki atau rahang
sering ditemukan pada BBL, namun keadaan ini tidak berarti apa-apa.
2. Tangisan Bayi
Tangisan melengking ditemukan pada bayi dengan kelainan neurologis,
sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan
kesulitan pernapasan.
3. Wajah BBL
Wajah BBL menunjukan kelainan yang khas, misalnya sindeom Down,
sindrom Pierre-Robin, sindrom de Lange, dan sebagainya.
4. Keadaan gizi
Dinilai dari berat dan panjang badan, disesuaikan dengan masa kehamilan,
tebal tipisnya subkutis serta kerutan pada kulit.

33
5. Pemeriksaan suhu
Suhu tubuh BBL normal antara 36,5-37,5 C.
6. dan, Pemeriksaan secara rinci lainnya.

c. Pemeriksaan pada waktu memulangkan


Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk meyakinkan
bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewatkan.
Perlu diperhatikan :
 Susunan saraf pusat : aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun
 Kulit : adanya ikterus, piodermia
 Jantung : adanya bisisng yang baru timbul kemudian
 Abdomen : adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya
 Tali pusat : adanya infeksi
 Disamping itu perlu diperhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan
ibu sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar

2.2.3.9. Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan Vitamin
K1 yang bertujan untuk penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati.12

Penderita hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus hepatitis B
didalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis. Risiko penderita hepatitis B untuk
menjadi carrier tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir,
maka risiko menjadi carrier 90%. Sedangkan yang terinfeksi pada umur dewasa risiko
menjadi carrier 5-10%.1

Ibu dengan Hepatitis B


Ibu yang menderita Hepatitis akut selama hamil atau tes serologis HBsAg positif,
dapat menularkan hepatitis B pada bayinya :
 Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 mL IM segera setelah lahir
(sebaiknya dalam 12 jam sesudah lahir) dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 sesuai
dengan jadwal imunisasi hepatitis

34
 Bila tersedia, berikan imunoglobulin Hepatitis B 200 IU (0,5 mL) IM disuntikkan
padap aha sisi yang lainnya, dalam waktu 24 jam setelah lahir atau paling lambat
48 jam setelah lahir.
 Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.

Imunisasi polio oral 2 tetes dapat diberikan saat bayi akan pulang dari rumah sakit.

2.3. Perawatan Bayi Baru Lahir Setelah Lahir

2.3.1. Perkiraan Usia Gestasi

Segera setelah lahir, usia gestasi bayi dapat dengan cepat diperkirakan dengan
memeriksa beberapa neonatus (Tabel 2). Perkiraan yang lebih definitif dapat dilakukan dalam
beberapa hari dengan bantuan pemeriksaan fisik dan neurologis.

Tabel 5. Identifikasi Cepat Usia Gestasi Neonatus10

2.3.2. Identifikasi Bayi Permanen

Sistem identifikasi bayi yang aman dan mudah harus terseda setiap saat, dan ibu serta
bayinya jangan dipisahkan sampai identifikasi tuntas. Sistem ini harus meliputi rekaman yang
mudah dikenal, seperti pita identitas. Catatan permanen juga harus disimpan sebagai berkas
di rumah sakit. Sebagian besar rumah sakit saat ini menggunakan sidik kaki, bukan sidik jari
atau sidik telapak tangan, untuk mengidentifikasi bayi karena alur-alur di telapak kali lebih
menonjol dan sidik lebih mudah di peroleh.5

35
2.3.3. Perawatan Kulit

Bayi harus segera dikeringkan untuk menguranggi pengeluaran panas akibat evaporasi.
Kelebihan verniks, serta darah dan mekonium, dengan lembut dibersihkan. Verniks yang
tersisa cepat diserap oleh kulit dan lenyap seluruhnya dalam 24 jam. Neonatus jangan
dimandikan sampai suhu mereka stabil, dan selama masa ini ia jangan sering dipegang.5

Memandikan Bayi

Memandikan bayi merupakan hal sering dilakukan, tetapi masih banyak kebiasaan
yang salah dalam memandikan bayi, seperti memandikan bayi segera setelah lahir dapat
mengakibatkan hipotermia. Pada beberapa kondisi seperti bayi kurang sehat, bayi belum
lepas dari tali pusat atau dalam perjalanan, tidak perlu dipaksakan untuk mandi berendam.
Bayi cukup diseka dengan sabun dan air hangat untuk memastikan bayi tetap segar dan
besih.11 Saat mandi bayi dalam keadaan telanjang dan basah sehingga mudah kehilangan
panas. Karena itu, harus dilakukan upaya untuk mengurangi terjadinya kekurangan panas.
Suhu ruang saat memandikan bayi harus hangat (>25 C) dan suhu air yang optimal adalah
40 C untuk bayi kurang dari 2 bulan dan dapat berangsur turun sampai 30 C untuk bayi
diatas 2 bulan.11

Urutan memandikan bayi yang benar adalah11 :


1. Mata dibersihkan dengan kapas yang telah direndam air matang.
2. Lubang hidung dibersihkan perlahan dan terlalu dalam dengan cotton buds yang
dicelupkan ke dalam air bersih.
3. Bagian luar telinga dibersihkan dengan menggunakan cotton buds yang telah diberi
baby oil.
4. Wajah bayi diusap dengan waslap yang telah direndam air hangat.
5. Buka baju bayi lalu bersihkan alat kelamin dan bokong bayi dengan kapas basah.
6. Usap seluruh permukaan dan lipatan tubuh bayi dengan waslap yang di rendam
dengan air hangat yang di beri sabun khusus bayi.
7. Bayi dapat dimasukan ke bak air hangat. Tangan kiri ibu menyangga kepala dan
memegang erat ketiak bayi, sedangkan tangan kanan ibu membersihkan sabun di
tubuh bayi.
8. Untuk membersihkan punggung bayi, balikkan badan bayi perlahan dengan tangan
kanan ibu, sedanagkan tangan kiri ibu tetap menopang badan bayi dan memegang erat
ketiaknya.

36
9. Pencucian rambut hanya dilakukan bila rambut kelihatan kotor atau ada kerak dikulit
kepalanya dengan mengoleskan beberapa tetes baby oil atau sampo bayi di kulit
kepala bayi lalu disisr dengan sikat rambut halus untuk memudahkan lepasnya kerak
di kulit kapala bayi.
10. Usap rambut dan kepala bayi, dengan waslap yang di rendam air hangat sampai besih.
11. Segera bungkus bayi dengan handuk kering dan letakkan diatas handuk kering.
12. Pemakaian lotion setelah mandi tidak umum dibutuhkan bayi karena justru pori-pori
kulit menutup.

2.3.4. Feses dan Urine

Selama 2 hingga 3 hari pertama setelah lahir, isi kolon terdiri atas mekonium lunak
berwarna hijau kecokelatan, yang mengandung sel epitel yang terkelupas dari saluran cerna,
lendir, sel epidermis, dan lanugo (rambut janin) yang tertelan bersama dengan air ketuban.
Warna khas disebabkan oleh adanya pigmen empedu. Keluarnya mekonium dan urine dalam
beberapa jam setelah lahir menunjukan kepatenan saluran cerna dan kemih. Pengeluaran
mekonium dijumpai pada 90% neonatus dalam 24 jam pertama, dan pada hampir sebagian
besar sisanya dalam 36 jam. Berkemih juga bisasanya terjadi segera setelah lahir meskipun
dapat juga pada hari kedua.5

Mekonium diganti oleh feses kuning muda homogen dengan bau khas setelah hari
ketiga atau ke empat. Selama beberapa hari selanjutnya feses belum berbentuk, tetapi segera
setelah itu feses mulai berbentuk silindris.5

2.3.5. Ikterus Neonatorim

Sekitar sepertiga bayi, antara hari kedua dan kelima kehidupan mengalami yang
disebut ikterus fisiologis pada neonatus. Kadar bilirubin serum saat lahir adalah 1,8 hingga
2,8 mg/dL. Kadar ini meningkat selama beberapa hari berikutnya dengan variasi individual
yang luas. Antara hari ketiga dan keempat, bilirubin pada bayi matur seing mencapai kadar 5
hingga 10 mg/dL. Pada konsentrasi ini, ikterus biasanya terlihat. Sebagian besar bilirubin
berada dalam bentuk bebas atau tidak terkonjugasi. Salah satu penyebabnya adalah imaturitas
sel hati sehingga konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat berkurang dan ekskresi dalam
empedu menurun. Reabsorbsi bilirunin bebas akibat pemecahan enzimatik bilirubin

37
glukurnida oleh aktivitas konjugasi usus pada usus neonatus juga tampaknya sangat berperan
menyebabkan hiperbilirubinemia.5

2.3.6. Penurunan Berat Badan Awal

Karena sebagian besar bayi tidak banyak mendapatkan nutrisi selama 3 sampai 4 hari
pertama, mereka akan secara progresif kehilangan berat badan sampai mendapat ASI atau
makan lain secara lancar.5

Jika bayi normal mendapatkan makanan dengan benar, berat lahir biasanya dicapai
kembali pada akhir hari ke-10. Kemudian, berat biasanya terus meningkat dengan kecepatan
sekitar 25 g/hari selama beberapa bulan pertama. Berat lahir berlipat dua pada usia 5 bulan
dan meningkat tiga kali lipat pada akhir tahun pertama.5

2.3.7. Pemberian Makan

Dalam 12 jam pertama dianjurkan bayi sudah menyusu secara teratur. Di banyak rumah
sakit, bayi mulai menyusu di kamar bersalin. Sebagian besar bayi aterm tumbuh pesat jika
diberi makan dengan interval setiap 2 hingga 4 jam. Lama pemberian makan yang sesuai
makan yang sesuai setiap kali makan bergantung pada beberapa faktor, misalnya, jumlah
ASI, mudah tidaknya ASI keluar, dan napsu makan bayi. Selama 4 hari pertama, menyusu
selama 5 menit di masing-masing payudara, atau sampai ibu memiliki suplai ASI telah dapat
memuaskan bayi. Setelah hari keempat, bayi menyusu hingga 10 menit di masing-masing
payudara.5

2.3.8. Rawat Gabung

Rawat gabung dianjurkan agar proses melahirkan sealamiah mungkin dan untuk
meningkatkan hubungan ibu-anak secara dini. Setelah 24 jam pertama, ibu biasanya sudah
ambulasi penuh, dan dengan rawat gabung, ia dapat merawat dirinya sendiri dan semua
perawatan rutin bayinya. Peningkatan kemampuan ibu merawat secara penuh bayinya saat ia
tiba di rumah merupakan manfaat nyata dari rawat gabung.5

2.3.10. Pemulangan Bayi Lahir Normal

38
Secara tradisional, neonatus dipulangkan bersama ibunya. Pada sebagian besar kasus,
lawat rawat inap ibu menentukan perawatan bayinya. Dalam dekade terakhir, lama tiggal
untuk ibu setelah persalinan per vaginam tanpa komplikasi semakin singkat. Saat ini, ibu
biasanya dirawat selama 24 jam atau kurang. Meskipun jelas bahwa sebagian besar neonatus
dapat dengan aman dipulangkan dalam 24 jam, namun hal ini tidak selalu berlaku. Seiiring
dengan berkurangnya lama tinggal di rumah sakit, angka rawat-inap ulangan meningkat.
Dehidrasi dan ikterus merapakan penyebab utama rawat-ulang.

Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan minimal 24 jam setelah
lahir apabila selama pengawasan tidak dijumpai kelainan. Sedangkan pada bayi baru lahir di
rumah bayi dianggap dipulangkan pada saat petugas kesehatan meninggalkan tempat
persalinan. Pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah petugas kesehatan meninggalkan
tempat persalinan paling cepat 2 jam setelah lahir.1

Petugas melakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan bayi dalam keadaan baik,
dan harus memberikan konseling tanda bahaya dan perawatan bayi baru lahir serta memberi
tahu jadwal kunjungan neonatus 1, 2, dan 3.1

Tanda bahaya yang harus diperhatikan :1

 Tidak mau minum atau memuntahkan semua ATAU


 Kejang ATAU
 Bergerak hanya jika dirangsang ATAU
 Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit) ATAU
 Napas lambat (< 30 kali / menit) ATAU
 Tarikan dinding dada kedalaman yang sangat kuat ATAU
 Merintih ATAU
 Teraba demam (suhu aksila > 37.5 C) ATAU
 Teraba dingin (suhu aksila < 36 C) ATAU
 Nanah yang banyak di mata ATAU
 Pusar kemerahan meluas ke dinding perut ATAU
 Diare ATAU
 Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki

39
Daftar Pustaka :

 Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Kementrian Kesehatan RI. 2010.
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Angka Kematian Ibu dan Anak. 2008.
 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Survei Dinas Kesehatan.
Indonesia. 2007.
 Sarimawar, Djaja. Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir dan Sistem Pelayanan
Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia. 2003.
 Saifuddin, Abdul. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.
 Cloherty, Jhon P, etc. Manual of Neonatal Care. 6th ed. 2008
 Sholeh, M. Kosim, dkk. Buku Ajar Neonatologi. Edisi I. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Badan Penerbit IDAI. 2010.
 Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit. Direktorat Jendral Bina
Pelayanan Medik. Kementrian Kesehatan RI. 2010.
 Trialsight Medical Media. 2008.
 Lenovo, Kenneth J. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC 2009.
 Prawirohardjo, Sarwono, dkk. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2010.
 Standar Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir. Kementrian Kesehatan Repulik
Indonesia. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan
Anak. 2010.
 Subekti, Nike Budhi et al. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. EGC.
2008.
 Behrman, Kliegman. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 1. Edisi 15. EGC. 2000.
 www.medscape.com

40
41

Anda mungkin juga menyukai