Anda di halaman 1dari 31

1.

Definisi

Sirosis hati adalah penyakit hati yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat

disertai nodul, biasanya di mulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas.

Pembentukan jaringan ikat dan usaha generasi nodul. (suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare,

2001)

Sirosis hati adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difusi dan menahun

pada hati. Diikuti dengan poliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel hati sehingga

timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. (Arief Manjoer, FKUI,1999)

Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya

dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati

kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H, 2002).

2. Etiologi

Menurut FKUI 1999, penyebab sirosis hepatis antara lain:

a. Malnutrisi

b. Alkohol

c. Virus hepatis

d. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)

e. Zat toksik

3. Anatomi dan Fungsi Hati

a. Anatomi hati

Hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah

diafragma. Beratnya sekitar 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa normal. Pada

kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah.
Hati terbagi menjadi dua lobus kiri dan kanan yang dipisahkan oleh ligamentum falciforme.

Lobus kanan hati enam kali lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu :

lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus quadrates. Hati dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang

dinamakan kapsul glisson dan dibungkus peritonium pada sebagian besar keseluruhan

permukaannya.

Hati disuplai oleh 2 pembuluh darah yaitu : vena porta hepatica yang berasal dari lambung

dan usus yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam

air, dan mineral. Dan arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen. Untuk

lebih jelasnya dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini:

b. Fungsi Hati

Hati selain salah satu organ di badan kita yang terbesar, juga mempunyai fungsi terbanyak.

Fungsi dari hati dapat dilihat sebagai organ keseluruhannya dapat dilihat dari sel-sel dalam hati.

1. Fungsi hati sebagai organ keseluruhan diantaranya adalah :

 Ikut mengatur keseimbangan cairan dan elektolit, karena semua cairan dan garam akan melewati

hati sebelum ke jaringan ekstraseluler lainya.

 Hati bersifat sebagai spons akan ikut mengatur volume darah, misalnya pada dekompensasio

kordis kanan maka hati akan membesar

 Sebagai alat saring (filter), semua makanan dan berbagai macam substansia yang telah diserap

oleh intestine akan dialirkan ke organ melalui sistema portal.

2. Fungsi dari sel-sel hati dapat dibagi :

a. Fungsi sel epitel diantaranya :

 Sebagai pusat metabolisme diantaranya metabolisme hidrat, arang, protein, lemak, empedu,

proses metabolisme akan diuraikan sendiri.


 Sebagai alat penyimpanan vitamin dan bahan makanan hasil metabolisme. Hati menyimpan

makanan tersebut tidak hanya untuk kepentingannya sendiri tetapi untuk organ lainnya juga

 Sebagai alat sekskresi untuk keperluan badan kita, diantaranya akan mengeluarkan glukosa,

protein, faktor koagulasi, enzim, dan empedu.

 Proses detoksifikasi dimana berbagai macam toksik baik eksogen maupun endogen yang masuk

kedalam badan kita akan mengalami detoksifikasi dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisa atau

konjugasi.

b. Fungsi sel kupfer sebagai sel endotel mempunyai fungsi sebagai sistem retikulo endothelial:

 Sel akan menguraikan Hb menjadi bilirubin

 Membentuk a-globulin dan immune bodies

 Sebagai alat fagositosis terhadap bakteri dan elemen puskuler atau makromolekuler

4. Manifestasi Klinis

a. Gejala

Gejala sirosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver yang mulai rusak

fungsinya, yaitu : kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan lemah, kehilangan berat

badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip laba-laba di kulit (spider angiomas).

Pada sirosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus dan terjadi regenerasi noduler serta

ploriferasi jaringan ikat yang difus.

b. Tanda klinis

 Adanya ikterus (penguningan) pada penderita sirosis

Timbulnya ikterus pada seseorang merupakan tanda bahwa ia sedang menderita penyakit hati.

Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin.
Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60%

penderita selama perjalanan penyakit.

 Timbulnya asites dan edema pada penderita sirosis

Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk pada kaki

(edema) dan abdomen (asites). Faktor utama asites adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada

kapiler usus. Edema umumnya timbul setelah asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan

resistensi garam dan air.

 Hati yang membesar

Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma. Hati membesar sekitar 2-3 cm dengan

konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.

 Hipertensi portal

Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang menetap di atas nilai

normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui

hati.

5. Klasifikasi Penyakit

Secara klinis sirosis hati dapat dibagi menjadi:

1. Sirosis hati kompensata : yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata

2. Sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang jelas. Sirosis hati

kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pasa satu tingkat tidak terlihat

perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi hati

Secara morfologis Sherrlock membagi sirosis hati berdasarkan besar kecilnya nodul, yaitu:

1. Makronoduler (Ireguler, multilobuler)

2. Mikronoduler (reguler, monolobuler)


3. Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler

Menurut Gall, seorang ahli penyakit hati, membagi penyakit sirosis hati atas:

1. Sirosis postnekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler atau sirosis toksik atau

subcute yellow, atrophy chirrosis yang terbentuk karena banyak terjadi jaringan nekrose

2. Nutrisional chirrosis terjadi sebagai akibat kekurangan gizi, terutama faktor lipotropik.

Shiff dan Tumen secara morfologi membagi atas:

1. Chirrosis portal laenec (alkoholik nutrisional) dimana jaringan parut secara khas mengelilingi

daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis

2. Chirrosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari

hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya

3. Chirrosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran

empedu, terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis)

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium pada sirosis hati meliputi hal-hal berikut.

a. Kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia), dan

trombositopenia

b. Kenaikan SGOT, SGPT dan gamma GT akibat kebocoran dari sel-sel yang rusak. Namun, tidak

meningkat pada sirosis inaktif.

c. Kadar albumin rendah. Terjadi bil kemampuan sel hati menurun.


d. Kadar kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi kerusakan sel hati

e. Masa protrombin yang memanjang menandakan penurunan fungsi hati

f. Pada sirosis fase lanjut, glukosa darah yang tinggi menandakan ketidakmampuan sel hati

membentuk glikogen.

g. Pemeriksaan marker serologi pertanda virus untuk menentukan penyebab sirosis hati seperti

HbsAg, HbeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya

h. Pemeriksaan alfa feto protein (AFP).

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain ultrasonografi (USG).

Pemeriksaan radiologi dengan menelan bubur barium untuk melihat varises esofagus,

pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat besar dan panjang varises serta sumber perdarahan,

pemeriksaan sidikan hati dengan penyuntikan zat kontras, CT scan, dan endoscopic retrograde

chlangiopancreatography (ERCP)

8. Penatalaksanaan

a. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam

b. Diet rendah protein (diet hati III protein 1 gr/kg BB, 55 gr protein, 2000 kalori). Bila ada asites

diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1000-2000 mg). Bila proses tidak aktif

diperlukan diet tinggi kalori (2000-3000 kalori) dan tinggi protein (80-125 gr/hari). Bila ada

tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein dalam makanan dihentikan (diet hati

II) untuk kemudian diberikan kembali sedikit-demi sedikit sesuai toleransi dan kebutuhan tubuh.

Pemberian protein yang melebihi kemampuan pasien atau meningginya hasil metabolisme

protein, dalam darah viseral dapat mengakibatkan timbulnya koma hepatikum. Diet yang baik

dengan protein yang cukup perlu diperhatikan.


c. Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan yang jelas tidak

hepatotoksik.

d. Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai cabang

dengan glukosa.

e. Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang makan dan minum bahan yang mengandung alkohol.

Penatalaksanaan asites dan edema adalah :

Istirahat dan diet rendah garam. Dengan istirahat dan diet rendah garam (200-500 mg

perhari), kadang-kadang asitesis dan edema telah dapat diatasi. Adakalanya harus dibantu

dengan membatasi jumlah pemasukan cairan selama 24 jam, hanya sampai 1 liter atau kurang.

Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan diuretik berupa

spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300 mg/hari bila setelah 3 –

4 hari tidak terdapat perubahan.

Bila terjadi asites refrakter (asites yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi

medikamentosa yang intensif), dilakukan terapi parasentesis. Walupun merupakan cara

pengobatan asites yang tergolong kuno dan sempat ditinggalkan karena berbagai komplikasinya,

parasentesis banyak kembali dicoba untuk digunakan. Pada umunya parasentesis aman apabila

disertai dengan infus albumin sebanyak 6 – 8 gr untuk setiap liter cairan asites. Selain albumin

dapat pula digunakan dekstran 70 % Walaupun demikian untuk mencegah pembentukan asites

setelah parasentesis, pengaturan diet rendah garam dan diuretik biasanya tetap diperlukan.

Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1 kg/hari. Hati-hati

bila cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam suatu saat, dapat mencetuskan ensefalopati hepatik

9. Komplikasi

Komplikasi chirrosis hati yang dapat terjadi antara lain:


1. Perdarahan

Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya pada chirrosis hati adalah

perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah

darah atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri. Darah yang keluar

berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku karena sudah bercampur dengan asam

lambung. Penyebab lain adalah tukak lambung dan tukak duodeni.

2. Koma hepatikum

Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak

dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum mempunyai gejala karakteristik yaitu

hilangnya kesadaran penderita. Koma hepatikum dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama koma

hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis hati yang meluas dan fungsi vital terganggu

seluruhnya, maka metabolism tidak dapat berjalan dengan sempurna. Kedua koma hepatikum

sekunder, yaitu koma hepatikum yang timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung,

tetapi oleh sebab lain, antara lain karena perdarahan, akibat terapi terhadap asites, karena obat-

obatan dan pengaruh substansia nitrogen.

3. Ulkus Peptikum

Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih besar bila dibandingkan dengan

penderita normal. Beberapa kemungkinan disebutkan diantaranya ialah timbulnya hiperemi pada

mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang menurun pada mukosa, dan kemungkinan lain

ialah timbulnya defisiensi makanan

4. Karsinoma Hepatoselular
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama pada bentuk postnekrotik

ialah karena adanya hiperplasi noduler yang akan berubah menjadi adenomata multiple

kemudian berubah menjadi karsinoma yang multiple

5. Infeksi

Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk juga penderita sirosis,

kondisi badannya menurun. Infeksi yang sering timbul pada penderita sirosis, diantaranya adalah

: peritonitis, bronchopneumonia, pneumonia, tbc paru-paru, glomeluronefritis kronik,

pielonefritis, sistitis, perikarditis, endokarditis, erysipelas maupun septikemi.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien, Edisi : 3.Jakarta : ECG.

Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : ECG

Dorland, W. A. Newman. (2011). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : ECG

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2002) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : ECG

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001) . Keperawatan Medikal Bedah2, Edisi 8. Jakarta : EGC
PENGKAJIAN

I. Informasi Umum

Tanggal MRS : 6 Juli 2014

Jam MRS : 15.50 wib

Ruang : Shofa

No. Registrasi : 668.439

Dx. Medis : Sirosis Hepatis

Tanggal Pengkajian : 8 Juli 2014

Jam Pengkajian : 08.00 wib

A. Data Pasien

Nama : Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 50 th

Status Perkawinan : Kawin

Pekerjaan : Karyawan swasta

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Alamat : Ds. Sukamaju - Pasuruan

Penanggung Jawab : Musdalifah

Alamat Penanggung Jawab : Ds. Sukamaju - Pasuruan

B. Riwayat Kesehatan Pasien

a. Keluhan Utama

Pasien mengatakan bahwa dia lemas dan tidak nafsu makan


b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan bahwa dia merasakan lemas tak bertenaga dan tidak nafsu makan, bengkak

pada seluruh tubuh, kulitnya terasa gatal dan berwarna kekuningan, BAK sedikit dan berbusa

selama 1 minggu yang lalu kemudian pasien memeriksakan diri di puskesmas kecamatan asri

dan kemudian dirujuk ke rs sakinah pada tanggal 6 Juli 2014 jam 15.50 wib

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan pernah menderita penyakit Hepatitis B satu tahun yang lalu, namun setelah

dinyatakan sembuh pasien mengulangi kebiasaanyya mengkonsumsi alkohol.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang pernah menderita penyakit hepatitis

maupun penyakit menular lainnya.

II. Pola Aktivitas


A. Aktivitas/Istirahat
Gejala: Pasien mengatakan dia merasa lemas dan lelah
Tanda: pasien terlihat mengalami letargi, dan terjadi penurunan tonus otot
B. Sirkulasi
Gejala: pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menderita penyakit seperti penyakit
jantung dan penyakit sirkulasi lain
C. Eliminasi
Gejala : pasien mengatakan bahwa dia sering buang gas
Tanda : terjadi distensi abdomen karena hepatomegali, splenomegali, dan asites, penurunan
bising usus, feses berwarna tanah liat / melena, urine berwarna gelap/ pekat
D. Makanan/cairan
Gejala: pasien mengatakan dirinya tidak nafsu makan, mual, dan muntah
Tanda : pasien tampak lemas, dan pucat, napas berbau
E. Neurosensori
Gejala : keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mngalami penurunan mental sejak
mengalami sakit
Tanda : pasien terlihat seperti orang bingung, berbicara lambat
F. Nyeri/kenyamanan
Gejala : pasien mengatakan bahwa perut sebelah kanan atasnnya terasa sakit, dengan skala 4
(skala bourbanis), dan nyeri timbul setiap saat apalagi bila dipakai bergerak
Tanda : pasien terlihat berhati-hati bila bergerak
G. Pernapasan
Gejala : pasien mengatakan bahwa ia mrasakan sedikit sesak napas / dispnea
Tanda : pernapasan pasien dangkal, ekspansi paru terhambat karena asites
H. Keamanan
Gejala : pasien mengatakan dirinya merasa gatal disekujur tubunhya / pruritus
Tanda : ikterik pada kulit, angioma spider, eritema palmar
I. Seksualitas
Gejala : pasien mangatakan dirinya mengalami disfungsi seksual yaitu impoten
III. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tampak lemah (sakit sedang)
Kesadaran : GCS : 456
Kualitas : composmentis
2. Tanda Tanda Vital
TD: 150/100 mmHg S: 39 °C
N :86 x / menit RR: 22 x / menit
BB : 54 kg TB : 168 cm
3. Pemeriksaan Kepala dan Leher
a) Kepala : inspeksi : bentuk kepala : oval
Lesi : -
Edema : -
Warna : sawo matang
palpasi : nyeri tekan : -
massa : -
b) Rambut : inspeksi : penyebaran rambut : merata
Warna : hitam beruban
Kebersihan : bersih
c) Mata : inspeksi : kesimetrisan : simetris
Palpebra : edema
Konjungtiva : anemis
Sklera : ikterik
d) Hidung : inspeksi : kesimetrisan : simetris
Kebersihan : bersih
Pernapasan cuping hidung : tidak ada
Perdarahan hidung : tidak ada
Palpasi : deformitas : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
e) Mulut : inspeksi : kelembaban : kering
Warna : coklat
f) Telinga : inspeksi : bentuk telinga : normal
kesimetrisan : simetris
kebersihan : bersih
perdarahan : tidak ada
alat bantu prndengaran : tidak ada
palpasi : nyeri tekan : tidak ada
g) Leher : inspeksi : posisi trakea : lurus
palpasi : nyeri tekan : tidak ada
massa : tidak ada
4. Pemeriksaan Integumen
Inspeksi : kebersihan : bersih
Warna : coklat
Lesi: tidak ada
Edema : tidak ada
Spider nevi : +
Eritema palmar : +
Edema ansarka : +
Palpasi : tekstur : kasar
Turgor : buruk (saat dicubit kembali lebih dari 2 detik
Kelembaban : kurang (kulit cenderung kering)
5. Pemeriksaan Thoraks dan Jantung
Inspeksi : thorax : bentuk : barrel chest
Lesi : tidak ada
Jantung : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : thorax : ekspansi paru : menurun karena asites
Traktil fremitus : sama
Jantung : ictus cordis ics V
Perkusi : thorax : sonor
Auskultasi : thorax : ronkhi
Jantung : s1-s1 (lup dup)
6. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas : inspeksi : deformitas : -
Fraktur : -
Lesi : -
Eritema palmar : +
Palpasi: tekstur : halus
Kelembaban : kurang
Nyeri tekan : -
Ekstremitas bawah : inspeksi : deformitas : -
Lesi : -
Kelainan : -
Palpasi : tekstur : halus
Kelembaban : kurang
Nyeri tekan : -
Tonus otot : 4 4
4 4
7. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : asites : +
Pelebaran vena : -
Lesi : -
Auskultasi : bising usus 5 x / menit tiap kuadran
Palpasi : nyeri tekan : kwadran kanan atas, p= saat bergerak, q= seperti
ditusuk, r= kwadran kanan atas, s= 4 (sedang, skala bourbanis), t=
setiap saat.
Hepatoegali = +
Massa : -
Perkusi : pekak
8. Pemeriksaan Genitalia
Tidak terkaji
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Faal Hati
Ukuran Satuan Hasil Nilai Rujukan
ALT (SGPT) U/L 35 <23 span="">
<30 span="">
AST (SGOT) U/L 35 <21 span="">
<25 span="">
Alkalin Fosfatase U/L 100 15-69
GGT (Gamma GT) U/L 50 5-38
Bilirubin Total mg/dL 3 0,25-1,0
Bilirubin Langsung mg/dL 1 0,0-0,25
Protein Total g/L 40 61-82
Albumin g/dL 2 3,4-5,4

Terapi :
IFN (Interferon) 3 juta unit 3 x seminggu / sc
RIB (Ribavirin) 3 x 200 mg / hari / oral
Furosemid 2x 20 mg / hari / oral
ANALISA DATA
Nama : Tn. A Umur : 50 th
No. Reg : 668.439 Tanggal : 8 Juli 2014
Jam : 08.00
DATA ETIOLOGI PROBLEM
Ds : Sirosis hati Ketidakseimbangan nutrisi :
Pasien mengatakan : kurang dari kebutuhan tubuh
-tidak nafsu makan Gangguan fungsi hati
-cepat merasa kenyang
-merasa tidak bertenaga Gangguan pembentukan
-merasa mual, muntah empedu
Do :
Pasien nampak : Lemak tidak dapat
-lemas diemulsikan & tidak dapat
-pucat diserap usus
-tonus otot buruk
Napas berbau Ketidakseimbangan nutrisi :
TTV : kurang dari kebutuhan tubuh
-TD : 150/100 mmHg
-N : 86 x/min
-RR : 22 x/min
-S : 39 °C
Ds : Sirosis hati Kelebihan volume cairan
Pasien mengatakan :
-badanya terasa bengkak Fungsi hati terganggu
semua
-jumlah dan frekuensi BAK Gangguan metabolisme
berkurang protein
Do :
Pasien nampak : Asam amino relatif
-edema anasarka (globulin, albumin)↓
-peningkatan BB (51 kg
sebelum sakit menjadi 54 kg Hipoalbuminemia
setelah sakit)
-oliguria Edema anasarka
TTV :
-TD : 150/100 mmHg Kelebihan volume cairan
-N : 86 x/min
-RR : 22 x/min
-S : 39 °C
Ds : Sirosis hati Resti kerusakan integritas
Pasien mengatakan : kulit
-pasien mengatakan badanya Gangguan fungsi hati
terasa gatal
Do : Gangguan metabolisme
Pasien nampak bilirubin
-pruritus
Ikterik Bilirubin tak terkonjugasi
TTV :
-TD : 150/100 mmHg Ikterik
-N : 86 x/min
-RR : 22 x/min Penumpukan garam empedu
-S : 39 °C dibawah kulit

Pruritus

Resti kerusakan integritas


kulit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. A Umur : 50 th
No. Reg : 668.439 Tanggal : 8 Juli 2014
Jam : 08.00
No Tanggal Diagnosa

1 8 Juli 2014 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan fungsi usus abnormal

Ds :
Pasien mengatakan :
-tidak nafsu makan
-cepat merasa kenyang
-merasa tidak bertenaga
-merasa mual, muntah
Do :
Pasien nampak :
-lemas
-pucat
-tonus otot buruk
Napas berbau
TTV :
-TD : 150/100 mmHg
-N : 86 x/min
-RR : 22 x/min
-S : 39 °C
2 8 juli 2014 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan protein

plasma

Ds :
Pasien mengatakan :
-badanya terasa bengkak semua
-jumlah dan frekuensi BAK berkurang
Do :
Pasien nampak :
-edema anasarka
-peningkatan BB (51 kg sebelum sakit menjadi 54 kg setelah
sakit)
-oliguria
TTV :
-TD : 150/100 mmHg
-N : 86 x/min
-RR : 22 x/min
-S : 39 °C

3 8 juli 2014 Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi

garam empedu dibawah permukaan kulit

Ds :
Pasien mengatakan :
-pasien mengatakan badanya terasa gatal
Do :
Pasien nampak
-pruritus
Ikterik
TTV :
-TD : 150/100 mmHg
-N : 86 x/min
-RR : 22 x/min
-S : 39 °C
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn. A Um
No. Reg : 668.439 Tan
Jam
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Dx

1 Tujuan : 1) BHSP 1. Membangun hub saling

-pemasukan nutrisi adekuat percaya antara pasien,

untuk kebutuhan individu perawat, & keluarga pasien

-meminimalkan/mencegah 2) Ukur masukan diet

komplikasi harian dengan jumlah


2. Memberikan informasi

Kriteria hasil : kalori tentang kebutuhan

-menunjukkan peningkatan
3) Berikan makan sedikit pemasukan/ defisiensi

berat badan progresif mencapai tapi sering


3. Buruknya toleransi
tujuan dengan nilai
terhadap makan banyak
laboratorium normal
mungkin berhubungan
-tak mengalami tanda
dengan peningkatan
malnutrisi lebih lanjut 4) berikan perawatan
tekanan intra abdomen/
mulut sering dan
asites
sebelum makan
4. Pesien cenderung

mengalami

luka/perdarahan gusi/ rasa

tak enak pada mulut


5) awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh : dimana menambah

glukosa serum, albumin, anoreksia

total protein, amonia 5. Glukosa menurun karena

gangguan glikogenesis

penurunan simpanan

glikogen / masukan tidak

adekuat. Protein menurun

karena gangguan

6) berikan obat sesuai metabolisme, penurunan

indikasi, contoh : sintesis hepatik.

tambahan vitamin, Peningkatan amonia perlu

tiamin, besi, asam folat pembatasan masukan

protein untuk mencegah

komplikasi serius

6. Pasien biasanya

kekurangan vitamin karena

diet yang buruk

sebelumnya. Juga hati yang

rusak tidak dapat

menyimpan vitamin A,B

komplek,D dan K. Juga

dapat terjadi kekurangan

besi dan asam folay yang


menimbulkan anemia.

2 Tujuan : 1. Ukur masukan dan 1. Menunjukkan status

Menormalkan kembali volume haluaran, catat volume sirkulasi,

cairan dalam tubuh keseimbangan positif terjadinya/perbaikan

Kriteria hasil : (pemasukan melebihi perpindahan cairan, dan

-menunjukkan volumecairan pengeluaran). Timbang respons terhadap terapi.

stabil, dengan keseimbangan berat badan tiap hari, dan Catatan: penurunan volume

-pemasukan dan pengeluaran, catat peningkatan lebih sirkulasi (perpindahan

-berat badan stabil dari 0,5 kg/hari. cairan) dapat

-tanda-tanda vital dalam mempengaruhi secara

rentang normal, langsung fungsi/haluan

-tak ada edema. urine, mengakibatkan

2. Kaji derajat sindrom hepatorenal.

perifer/edema dependen.2. Perpindahan cairan pada

jaringan sebagai akibat

retensi natrium dan air,

penurunan albumin, dan

3. Ukur lingkar abdomen penurunan ADH.

3. Menunjukkan akumulasi

cairan (asites) diakibatkan

oleh kehilangan protein

plasma/cairan kedalam

area peritoneal. Catatan:


akumulasi kelebihan cairan

4. Kolaborasi dengan tim dapat menurunkan volume

medis dalam pemberian : sirkulasi menyebabkan

a. diuretik (lasix) deficit (tanda dehidrasi).

b. pemberian albumin a. Digunakan untuk

bebas garam / plasma mengontrol edemadan

ekspander sesuai asites, menghambat

indikasi aldosteron, meningkatkan

ekskresi air

b. Untuk meningkatkan

tekanan osmotik koloid

c. batasi cairan dan dalam kompartemen

natrium sesuai indikasi vaskuler, sehingga

meningkatkan volume

sirkulasi efektif dan

menurunkan terjadinya

asites.

c. Untuk meminimalkan

retensi cairan dalam area

ekstravaskuler

3 Tujuan : 1) Lihat permukaan 1. Edema jaringan lebih


Mempertahankan integritas kulit/titik tekanan secara cendrung untuk mengelami

kulit rutin.Pijat penonjolan kerusakan dan terbentuk

Kriteria hasil : tulang atau area yang dekubitus. Asitas dapat

-mempertahankan integritas tertekan yang terus- meregangkan kulit sampai

kulit menerus. Gunakan lotion pada titik robkan pada

-mengidentifikasi faktor resiko minyak ; batasi sirosis berat.

pengguaan sabun untuk 2. Pengubahan posisi

mandi. menurunkan tekanan pada

2) Ubah posisi pada jadwal jaringan edema untuk

teratur,saat di kursu atau memperbaiki sirkulasi.

tempat tidur; bantu Latihan meningkatkan

dengan latihan rentang sirkulasi dan perbaikan

gerak aktif atau pasif. atau mempertahankan

mobilitas sendi.

3. Meningkatkan aliran balik

3) Tinggikan ekstrenitas vena dan menurunkan

bawah. edema pada ekstremitas.

4. Kelembaban

4) Pertahankan sprei meningkatkan pruritus dan

kering dan bebas lipatan. meningkatkan risiko

kerusakan kulit.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. A Um
No. Reg : 668.439 Tan
Jam
Tanggal Jam No. Implementasi Respon

Dx Klien

9 Juli ‘14 08.00 1 1. Melakukan BHSP 1. Px

08.05 2. Mengukur masukan diet harian dengan jumlah menerima

08.20 kalori dengan baik

08.30 3. Memberikan makan sedikit tapi sering 2. Px

08.40 4. Memberikan perawatan mulut sering dan sebelum kooperatif

makan 3. Px

08.50 5. Mengawasi pemeriksaan laboratorium, contoh : kooperatif


glukosa serum, albumin, total protein, amonia 4. Px

6. Memberikan obat sesuai indikasi, contoh : kooperatif

tambahan vitamin, tiamin, besi, asam folat 5. Px

kooperatif

9 juli ‘ 14 09.00 2 1. Mengukur masukan dan haluaran, catat 1. Px

keseimbangan positif (pemasukan melebihi kooperatif

pengeluaran). Timbang berat badan tiap hari, dan 2. Px

09.15 catat peningkatan lebih dari 0,5 kg/hari. kooperatif

09.30 2. Mengkaji derajat perifer/edema dependen. 3. Px

09.40 3. Mengukur lingkar abdomen kooperatif

4. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian4. Px

: kooperatif

a. Diuretik (lasix)

b. Pemberian albumin bebas garam / plasma

ekspander sesuai indikasi

c. Membatasi cairan natrium sesuai indikasi

9 juli ‘ 14 09.50 3 1) Mengamati permukaan kulit/titik tekanan secara 1) Px

rutin.Pijat penonjolan tulang atau area yang kooperatif

tertekan yang terus-menerus. Gunakan lotion 2) Px

10.00 minyak ; batasi pengguaan sabun untuk mandi. kooperatif

2) Mengubah posisi pada jadwal teratur,saat di kursu


3) Px

10.15 atau tempat tidur; bantu dengan latihan rentang kooperatif

10.20 gerak aktif atau pasif. 4) Px


3) Meninggikan ekstrenitas bawah. kooperatif

4) Mempertahankan sprei kering dan bebas lipatan.


EVALUASI
Nama : Tn. A Umur : 50 th
No. Reg : 668.439 Tanggal : 9 Juli 2014
Jam : 14.00
No. Dx Tanggal/jam Evaluasi

1 9 juli S : Px mengatakan nafsu makannya berangsunr kembali, masih

‘14/14.00 merasa cepat kenyang, sudah tidak mual lagi, merasa lebih segar

O : Px tampak lebih bertenaga, tidak pucat, tonus otot baik

TTV :

TD : 140/100 mmHg

N : 80 x /min

RR : 22 x / min

S : 37,5 °C

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi No. 2,3,4,5,6 dilanjutkan

2 9 juli ‘ 14 / S : Px mengatakan bengkak pada badannya sedikit berkurang,

14.10 lebih sering kencing

O : Jumlah dan Frekuensi urine bertambah, edema pada tuubh

pasien berangsur berkurang

TTV

TD : 140/100 mmHg

N : 80 x /min

RR : 22 x / min

S : 37,5 °C
BB : 53 kg

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi no. 1,2,3,4 dilanjutkan

3 9 juli ‘14/ S : pasien mengatakan gatal pada kulitnya sedikit berkurang, dan

14.20 warna kekuningan pada kulitnya mulai hilang

O : ikterik sudah mulai hilang, pruritus sudah mulai hilang

TTV :

TD : 140/100 mmHg

N : 80 x /min

RR : 22 x / min

S : 37,5 °C

A : masalah teratasi sebagian

P : Intervensi no. 1,2,3,4 dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai