Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN
PADA KLIEN HIPERTENSI DI
RS.A.,DADI,TJOKRODIPO
TAHUN 2023

Oleh:
RYAN ADITYA
NIM: 2014401086

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TANJUNGKARANG
TAHUN 2023
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep proses keperawatan


Proses keperawatan merupakan cara sistematis yang di lakukan oleh
perawat bersaama klien dalam menentukan kebututhan asuahan keperawatan
dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosa, merencanakan
tindakan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan dengan berfokus pada klien, berorientsi pada tujuan, serta tahap
saling terjadi ketergantungan dan berhubungan (Hidayat, 2015).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan kegiatan mengumpulkan data atau mendapatkan data yang akurat
dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.
Tahap pengkajian di lakukan dengan berbagai langkah diataranya
pengumpulan data, validasi data dan identifikasi pola (Hidayat, 2015).
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
Meliputi (umur, jenis, kelamin, pendidikan) meliputi nama,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku
bangsa, diagnosis medis, nomer rekam medis, dan alamat
pasien.
2) Keluhan utama
Keluhan utama ini yang ditanyakan adalah keluhan atau
gejala apa yang menyebabkan pasien berobat, keluhan atau
gejala saat awal dilakukan pengkajian pertama kali yang utama.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pengumpulan data riwayat kesehatan atau keperawatan
sekarang yang perlu ditanyakan adalah faktor apa yang
melatarbelakangi atau hal-hal yang mempengaruhi atau
mendahului keluhan, bagaimana sifat terjadinya, bagaimana
gejalanya (mendadak, perlahan-lahan, terus menerus atau berupa

2
3

serangan, hilang timbul atau berhubungan dengan waktu),


bagaimana lokasi gejalanya, bagaimana sifat nya.
4) Riwayat kesehatan masa lalu.
Pengumpulan data riwayat kesehatan atau keperawatan
masa lalu dapat di tanya antara lain.
a) Riwayat pemakain obat
b) Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau
penykit yang pernah di alami, atau riwayat masuk rumah
sakit atau riwayat kecelakaan.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Pengumpulan data tentang riwayat keluarga yang perlu di
tanyakan adalah bagaimana riwayat kesehatan atau keperawatan
yang ada di miliki pada salah satu anggota keluarga, seperti
yang di alami klien, atau mempunyai penyakit degeneratif atau
lainnya.
6) Riwayat psikososial
Riwayat psikososial ini di tanyakan tentang masalah-
masalah psikologis yang di alami klien yang ada hubungan
dengan keadaan sosial masyarakat, keluarga atau lainya.
b. Pola fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Pengumpulan data tentang persepsi dan pemeliharaan
kesehatan yang perlu di tanyakan pada pasien antara lain
persepsi terhadap penyakit atau sakit, persepsi terhadap arti
kesehatan, persepsi terhadap penatalaksanaan kesehatan, seperti
penggunaan atau pemakaian tembakau yang lakukan berapa kali
dalam sehati.
2) Pola aktivitas
Pengumpulan data yang perlu ditanyakan adalah
kemempuan dalam menata diri, apabila tingkat kemampuan 0
berati mandiri, 1 dengan menggunakan alat bantu 2 dengan
4

bantuan orang lain, 3 dengan di abntu orang lain dan prantara, 4


ketergantuangan/tidak mampu.

3) Pola nutrisi dan metabolik


Pola nutrisi dan metabolik yang di tanyakan adalah apa diet
khusus/suplemen, instruksi diet sebelumnya, bagaiman nafsu
makan, berapa jumlah minum dan makan serta cairan yang
masuk.
4) Pola eliminasi
Pola yang perlu ditanyakan adalah kebiasaan defesi, berapa
kali/hari, ada tidanya konstipasi, diare, inkontinensia, apakah
mengalami ostonomi apa tipe nya, kebiasaan buang air besar.
5) Pola tidur- istirahat
Pengkajian pola tidur istirahat yang di tanyakan adalah
kebiasaan jumlah jam tidur malam, tidur pagi, tidur siang,
perasaan setelah tidur, masalah selama tidur, adanya insomnia
atau mimpi buruk, dan lain-lain.
6) Pola kognitif-persepsi
Pola ini yang di tanyakan adalah keadaan mental, apakah
sadar, berorientasi, kacau mental, menyerang respon, berbicara
normal, atau berbicara tidak jelas, berbicara berputar-putar atau
juga afasia.
7) Persepsi diri/konsep diri
Persepsi ini adalah yang di tanyakan tentang diri pasien dari
masalah yang ada, seperti perasaan kecemasan, ketakutan atau
pernilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri,
gambaran diri dan identitas tentang dirinya.
8) Pola seksual-reproduktif
Pengumpulan data tentang pola seksual dan reproduksi ini
dapat di tanyakan tentang preode menstruasi terakhir (PTM),
masalah menstruasi/hormonal dan masalah pap smear.
9) Pola hubungan dan peran
5

Pola ini yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status


pekerjaan, ketidak mampuan bekerja, hubungan dengan klien
atau keluarga, dan peran yang dilakukan.

10) Pola nilai dan keyakinan


Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama sakit
serta kebutuhan adanya rohaniawan dan lain-lain.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pengkajian keadaan umum ini dapat meliputi keadaan sakit
termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang
meliputi penilaian secara kualitatif seperti composmentis, apatis,
somnolen, spoor, koma dan delirium, dan kesan status gizinya.
2) Pemeriksaan tanda vital
Meliputi Nadi (frekuensi, irama, kualitasnya), tekanan
darah, pernapasan (frekuensi, iramanya, kedalaman dan pola
pernafasannya) dan suhu tubuh.
3) Pemeriksaan fisik meliputi 4 cara yaitu:
a) Inspeksi Proses observasi yang dilakukan secara melihat,
inspeksi digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan dengan aktivitas fisik fokus inspeksi pada
setiap bagian tubuh yang meliputi ukuran tubuh warna
bentuk posisi simetris luka perubahan yang terjadi pada
kulit kelainan anatomi roses observasi yang dilakukan
secara melihat.
b) Palpasi untuk pemeriksaan dengan cara perabaan tangan
dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif untuk merasakan
adanya suatu perubahan yang terjadi pada tubuh palpasi
digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperatur
turbor bentuk dan ukuran massa kelembaban titrasi dan
tekstur.
6

c) Perkusi itu ada pemeriksaan dengan cara menepuk


tujuannya untuk menentukan batas-batas organ atau bagian
tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan
akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan.
d) Auskultasi metode pemeriksaan dengan cara mendengarkan
dengan stetoskop bertujuan untuk mendengarkan bunyi
jantung suara nafas bunyi usus denyut jantung janin
mengukur tekanan darah.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang meliputi laboratorium, radiologi,
ultrasonografi medis (USG), computerized tomograohy scan
(CTscan), magnetic resonance imaging (MRI), dan bila di perlukan
di buat dalam bentuk daftar atau tabel hasil pemeriksaan.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensional. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (PPNI, 2016).
Dalam penyusunan pernyataan diagnosa keperawatan perlu di
bedakan dengan penyusunan pernyataan diagnosa medik, mengingat ada
beberapa hal yang terdapat dalam diagnosa keperawatan dan tidak ada
dalam diagnose medik sebagai mana di bawah ini
Tabel 1
Perbedaan Diagnosa Medik dan Keperawatan
Diagnosa medic Diagnosa keperawatan
Memguraikan proses patologis (penyakit Menguraikan respon individu terhadap
secara spesipik) proses penyakit yang di alami klien
Sifatnya relative konstan (tetap) Sifatnya akan berubah apabila respon pun
berubah
Sumber: Hidayat (2015)
7

Adapun diagnosa keperawatan berdasarkan Standaar Diagnosa


Keperawatan Indonesia yang biasanya mucul pada pasien penderita
hipertensi sebagai beriku.

Tabel 2
Diagnosa keperawatan
Diagnosa
Etiologi Tujuan Kondisi klinis
keperawatan
Gangguan rasa 1. Gejala Tanda mayor Tanda minor 1. Penyakit
nyaman penyakit Subjektif Subjektif kronis
2. Kurang 1. Mengeluh 1. Mengeluh 2. Keganasan
pengendalian tidak nyaman sulit tidur 3. Kehamilan
situasional/ 2. Tidak
lingkungan mampu
3. Ketidak Objektif
rileks
adekuatan 1. Gelisah 3. Mengeluh
sumber daya kedinginan/
(misal kepanasan
Dukungan 4. Merasa
finansial,sosia gatal
l, dan 5. Mengeluh
pengetahuan) mual
4. Kurangnya 6. Mengeluh
privasi lelah
5. Gangguan
stimulus Objektif
lingkungan
1. Menunjuk
6. Efek samping
an gejala
terapi (misal
distress
Medikasi,
2. Tampak
radiasi, kemo
merintih/
terap)
meringis
7. Gangguan
3. Pola
adaptasi
eliminasi
lingkungn
berubah
4. Postur
tubuh
berubah
5. Iritabilitas

Ansietas 1. Kerisis Tanda mayor Tanda minor 1. Penyakit


situasional Subjektif Subjektif kronis
2. Kebutuhan 1. Merasa 1. Mengeluh progresif
tidak bingung pusing (mis,
terpenuhi 2. Merasa 2. Anoreksia kangker,
3. Krisis kawatir 3. Palpitasi penyakit
maturasiaonal dengan 4. Merasa autoimun)
4. Ancaman akibat dari tidak 2. Penyakit
terhadap kondisi berdaya akut
konsep diri yang di
5. Ancaman
8

terhadap hadapi 0bjektif


kematian 3. Sulit 1. Frekuensi
6. Kekhawatiran berkonsentr napas
mengalami asi 2. Frekuensi
kegagalan nadi
7. Disfungsi Objektif meningkat
sistem 3. Tekanan
1. Tampak
keluarga darah
gelisah
8. Hubugan meningkat
2. Tampak
orang tua- 4. Diaforises
tegang
anak tidak 5. Tremor
3. Sulit tidur
memuaskan 6. Muka
9. Faktor tampak
keturunan pucat
(tempremen 7. Suara
mudah bergetar
teragitas sejak 8. Kontak
lahir) mata
10. Penyalahguna buruk
an zat 9. Sering
11. Terpapar berkemih
bahaya 10. Berorienta
lingkungan si pada
(missal masa lalu
Toksin,
polutan, dan
lain-lain)
12. Kurang
terpapar
informasi
Defisit 1. Keterbatasan Tanda mayor Tanda minor 1. Kondisi
pengetahuaan fungsi Subjektif Subjektif klinis yang
kognitif 1. Menanyaka (tidak ada) baru di
2. Kekeliruan n masalah hadapi
mengikuti yang di Objektif pasien
anjuran hadapi 1. Menjalani 2. Penyakit
3. Keterbatasan pemeriksa akut
kognitif Objektif an yang 3. Penyakit
4. Kurang 1. Menunjukan tidak tepat kronis
terpapar perilaku 2. Menunjuk
informasi tidak sesuai an prilaku
5. Kurang minat anjuran berlebihan
dalam belajar 2. Menunjukan (misal
6. Kurang persepsi apatis,
mampu yang keliru bermusuha
mengingat terhadap n, agitasi,
7. Ketidaktahuan masalah hysteria)
menemukan
sumber
informasi
Gangguan Hambatan Tanda mayor Tanda minor
pola tidur lingkungan yang subjektif subjektif 1. Nyeri/kolik
terdiri dari: 1. pasien 1. pasien 2.Hypertirodis
1. Kelembaban mengeluh mengeluh me
lingkungan sulit tidur, kemampuan 3. Kecemasan
sekitar 2. mengeluh beraktivitas 4. Penyakit
2. Suhu sering terjaga menurun paru
9

lingkungan 3. Mengeluh objektif obstruktif


3. Pencahayaan tidak puas 1. adanya kronis
4. Kebisingan tidur, kehitaman 5. Kehamilan
5. Bau yang tidak 4. mengeluh di daerah 6. Periode
sedap pola tidur sekitar mata pasca
6. Jadwal berubah, dan 2. konjungtiva partum
pemantauan 5. mengeluh pasien 7. kondisi
atau istirahat tidak tampak pasca
pemeriksaan cukup. merah operasi
atau tindakan 3. wajah
tidur pasien
tampak
mengantu
Intoleransi 1. Ketidak Tanda mayor Tanda minor 1. Anemia
aktivitas seimbangan Subjektif 1. Dispnea 2. Gagal
antara suplai 1. Mengeluh saat/setelah jantung
dan lelah aktivitas kongesif
kebutuhan Objektif 2. Merasa 3. Penyakit
oksigen 1. Frekuensi tidak jantung
2. Tirah baring jantung nyaman koroner
3. Kelemahan meningkat setelah 4. Penyakit
4. Imobilitas >20% dari beraktivitas katup
5. Gaya hidup kondisi 3. Merasa jantung
monoton istiraha lemah 5. Aritmia
6. Penyakit
paru
obstruksi
kronis
(PPOK)
7. Gangguan
metabolik
8. Gangguan
muskuloskel
etal

Nyeri akut 1. agen Tanda mayor Tanda minor 1. Kondisi


pencedera Subjektif: Subjektif: pembedah
fisiologis 1. mengeluh tidak 2. Cedera
(mis. inflam nyeri tersedia traumatis
asi, iskemia, Objektif: Objektif: 3. Infeksi
neoplasa 1. tampak 1. tekanan 4. Sindrom
2. agen meringis, darah koroner akut
pencedera bersikap meningkat, 5. Glaukoma
kimiawi protektif 2. pola napas
(mis. terbaka (mis. berubah,
r, bahan waspada, nafsu
kimia iritan), posisi makan
dan 2. menghindari berubah,
3. agen nyeri), 3. proses
pencedera 3. gelisah, berfikir
fisik 4. frekuensi nadi terganggu,
meningkat, dan 4. menarik
5. sulit tidur. diri,
5. berfokus
pada diri
sendiri, dan
10

diaphoresis
Gangguan 1. Hiperglikemia Tanda mayor Tanda minor 1. Tromboflebi
perfusi 2. Penurunan Subjektif: Subjektif: tis.
jaringan konsentrasi 2. Diabetes
gemoglobin (Tidak tersedia). 1. Parastesia. melitus.
3. Peningkatan Objektif: 2. Nyeri 3. Anemia.
tekanan darah ekstremitas 4. Gagal
4. Kekurangan (klaudikasi Jantung
1. Pengisian
volume cairan intermiten) kongenital.
kapiler >3
5. Penurunan Objektif: 5. Kelainan
detik.
aliran arteri dan jantung
2. Nadi perifer
/ atau vena kongenital/
menurun atau 1. Edema.
6. Kurang terpapar 6. Thrombosis
tidak teraba. 2. Penyembuh
informasi arteri.
3. Akral teraba an luka
tentang faktor 7. Varises.
dingin. lambat.
pemberat (mis. 8. Trombosis
4. Warga kulit 3. Indeks
merokok, gaya vena dalam.
pucat. ankle-
hidup monoton, 9. Sindrom
5. Turgor kulit brachial <
trauma, komparteme
menurun 0,90.
obesitas, asupan n.
4. Bruit
garam,
femoral.
imobilitas)
7. Kurang terpapar
informasi
tentang proses
penyakit (mis.
diabetes
melittus,
hiperlipidemia)
8. Kurang
aktivitas fisik

Sumber: Tim Pokja SDKI (2016)

3. Intervensi keperawatan
Intervensi adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome)yang diharapkan. sedangkan tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. pada intervensi
keperawatan terdiri dari observasi, terpeutik, edukasi, kolaborasi (PPNI,
2018). Merupakan suatu proses menyusun berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menururnkan atau
mengurangi masalah-masalah klien. Tahap perencanaan ini dapat di
laksanakan dengan berbagai kegiatan atau tahap diantaranya penentuan
11

proritas diagnosa, penentuan tujuan, hasil yang di harapkan, dan


penentuan rencana tindakan.
Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi
masalah diagnosa keperawatan dengan kata lain tujuan merupakan
sinonim dari kriteria hasil yang mempunyai komponen sebagai berikut:
S (Subyek) P(predikat) K (kriteria) K(kondisi) W (waktu) dengan
penjabaran sebagai berikut:
S: Perilaku pasien yang diamati.
P: Kondisi yang melengkapi pasien.
K: Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menentukan tercapainya
tujuan.
K: Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan.
W: Waktu yang ingin di capai.
Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standar evaluasi
yang merupakan gambaran tentang faktor–faktor yang dapat memberi
petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat
pertimbangan dengan ciri–ciri sebagai berikut: setiap kriteria hasil
berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tabel 3
Intervensi keperawatan

N Diagnos
Tujuan Intervensi keperawatan
o keperawatana
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
nyaman keperawatan selama 5x7 Observasi
jam diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: danintensitas nyeri.
1. Keluhan nyeri Menurun 2. Identifikasi skala nyeri.
2. Meringis Menurun. 3. Identifikasi faktor yang
3. Gelisah Menurun. memperberat dan memperingan
4. Kesulitan tidur Menuru nyeri

Teraupetik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangirasa nyeri
(misal. aromaterapi, dan nafas
dalam).
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (misal.
suhuruangan, kebisingan).
Edukasi
12

1. Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicunyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untukmengurangi rasa nyeri
(terapi kompres hangat). Anjurkan
menggunakan analgetik secara
tepat
2 Ansietas Setelah di lakukan Reduksi ansietas
tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama 5x7 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
jam diharapkan tingkat berubah ( mis. Kondisi waktu,
ansietas menurun dengan stressor)
keriteria hasil 2. Identifikasi kemampuan
1. Perilaku gelisah menurun mengambil keputusan
2. Perilaku tegang menurun 3. Monitor tanda tanda ansietas
3. Konsenterasi membaik (verbal dan nonverbal)
4. Pola tidur membaik
Teraupetik
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat
ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang
memberi kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
8. Diskusikan perencanaan realistis
tentang pristiwa yang akan datang

Edukasi kesehatan
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensai yang memungkinkan
2. Informasikan secara factual
mengenal diagnosa, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk selalu
bersama pasien
4. Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitip
5. Ajurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latihan kegiatan pegalihan untuk
mengurangi ketegangan
7. Latihan tehnik relaksasi

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas
13

3 Defisit Setelah di lakukan asuhan Observasi


pengetahuaan keperawatan selama 5x7 1. Identifikasi kesiapan dan
jam di harapkan tingkat kemampuan menerima informasi
pengetahuan membaik 2. Identifikasi faktor-faktor yang
1. Pertanyaan tentang dapat meningkatkan dan
masalah yang di hadapi menurunkan motivasi perilaku
menurun hidup bersih dan sehat
2. Persepsi yang keliru Terapeutik
terhadap masalah 1. Sediakan materi dan media
menurun Pendidikan Kesehatan
2. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi Kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
4 Gangguan pola Setelah di lakukan Dukungan tidur
tidur tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama 5x7 1. Identifikasi pola aktivitas dan
jam diharapkan pola tidur tidur
membaik dengn keriteria
hasil 2. Identifikasi faktor pengganggu
tidur
1. Keuhan sulit tidur
meningkat 3. Identifikasi makanan dan
2. Keluhan sering minuman yang menggangu tidur
terjaga meningkat (missal kopi, teh, alkohol, makan
3. Keluhan kurang mendekati waktu tidur, minum
puas tidur banyak air sebelum tidur
meningkat 4. Identifikasi obat tidur yang
4. Keluhan pola dikonsumsi
tidur berubah Terapeutik
meningkat 1. Modifikasi lingkunga (mis,
5. Keluhan istirahat pencahayaan, kebisingan, suhu,
tidak cukup matras, dan temtat tidur)
meningkat
2. Batasi waktu tidur siang
3. Fasilitasi menghilangkan strees
sebeum tidur
4. Tetepkan jadwal tidur rutin
5.. Lakukan prosedur utuk
meningkatkan kenyamanan
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
3. Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung supresor
4. Ajarakan relaksasi otot autogenik
14

5 Intoleransi Setelah di lakukan Manejemen energy


aktivitas tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama 5x7 1. Monitor fungsi tubuh yang
jam diharapkan toleransi mengakibatkan kelelahan
aktivitas meningkar 2. Monitor kelelahan fisik dan
dengan keriteria hasil emosional
1. Frekuensi nadi 3. Monitor pola dan jam tidur
meningkat 4. Monitor lokasi tidak nyaman
2. Keluhan leleah
selama melakukan aktivitas
menurun
Terapeutik
3. Dispnea saat
1. Sediakan lingkungan nyaman
aktivitas menurun
dan rendah stimulus
4. Dispnea setelah
2. Lakukan latihan rentang gerak
beraktivitas
pasif/aktip
menurun
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenagkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berjalan
atau berpindah
Edukasi
1. Anjur tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara berthap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
6 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Menejemen nyeri
keperawatan selama 5x7 Observasi
jam diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: danintensitas nyeri.
5. Keluhan nyeri Menurun 2. Identifikasi skala nyeri.
6. Meringis Menurun. 3. Identifikasi faktor yang
7. Gelisah Menurun. memperberat dan memperingan
Kesulitan tidur Menuru nyeri

Teraupetik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangirasa nyeri
(misal. aromaterapi, dan nafas
dalam).
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (misal.
suhuruangan, kebisingan).
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicunyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
3. ajarkan teknik nonfarmakologis
untukmengurangi rasa nyeri
(terapi kompres hangat).
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
15

7 Gangguan perfusi Setelah di lakukan Perawatan sirkulsi


jaringan tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama 5x7 1. Periksa sirkulasi perifer
jam diharapkan perfusi 2. Identifikasi faktor resiko
perifer meningkat dengan gangguan sirkulasi
keriteria hasil 3. Monitor panas, kemerahan,
1. Pengisisan nyeri atau bengkak pada
kapiler cukup ekstremitas
membaik Teraupetik
2. Akral cukup
membaik 1. Hindari pemasangan infus
3. Turgor kulit atau pengambilan darah
cukup membaik 2. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan atau
pemasangan tourniquet pada
area yang cedera
4. Lakukna pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kuku
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek alat
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
4. Anjurkan program rehabilitas
Sumber: Tim Pokja SIKI (2018)
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik
yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan (PPNI, 2018). Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika
melakukan implementasi intervensi/ dilaksanakan sesuai rencana setelah
dilakukan validasi, penguasaan kemampuan interpersonal, intelektual,
dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat, keamanan fisik dan fisiologi dilindungi dan
didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
Implementasi keperawatan terdiridari beberapa komponen, yaitu sebagai
berikut:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
b. Diagnosis keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Tanda tangan perawat pelaksana
16

5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,
kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidak masalah pasien,
mencapai tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan. Evaluasi
merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus menerus
terhadap respon pasien pada tindakankeperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi proses atau promotif dilakukan setelah menyelesaikan tindakan.
Evaluasidapat dilakukan menggunakan SOAP (Subjective, Objective,
Assesment, and Planning) sebagai pola fikirnya.
a. S: Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
b. O: Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
c. A: Analisa data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi,
atau muncul masalah baru.
d. P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi
meliputi:
1) Masalah teratasi, jika pasien menunjukan perubahan sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2) Masalah teratasi sebagian, jika pasien menunjukan sebagian dari
kriteria hasil yang ditetapkan.
3) Masalah belum teratasi, jika pasien tidak menunjukan perubahan
dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
4) Muncul masalah baru, jika pasien menunjukkan adanya
perubahan kondisi atau Muncul nya masalah baru
17

B. Konsep Kebutuhan Dasar


kebutuhan dasar manusia memiliki ciri yang bersifat heterogen, setiap
orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama akan tetapi karena
perbedaan budaya dan kultur yang ada maka kebutuhan tersebut berbeda.
Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan dengan prioritas yang
ada, kemudian apabila terjadi kegagalan dalam memenuhi kebutuhan maka
membuat manusia lebih berpikir dan bergerak untuk berusaha
mendapatkannya.
1. Kebutuhan rasa nyaman
a. Pengertian Kenyamanan
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa
sejahtera atau nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat
et al., 2015).
Kenyamanan menurut (Keliat et al., 2015) dapat dibagi menjadi tiga
yaitu:
1) Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara
fisik.
2) Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa
nyaman yang dirasakan didalam atau dengan lingkungannya
3) Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa
nyaman dengan situasi sosialnya.
b. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
Rasa nyaman merupakan merupakan keadaan terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan ketentraman (kepuasan
yang dapat meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan yang telah terpenuhi), dan transenden (Mubarak et al.,
2015).
Kenyamanan seharusnya dipandang secara holistic yang
mencakup empat aspek yaitu:
1) Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
18

2) Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan sosial


3) Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam
diri seorang yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna
kehidupan
4) Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan
unsur ilmiah lainnya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman
dapat diartikan perawat telah memberikan kekuatan, harapan,
hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.
c. Pengertian Kebutuhan Rasa Nyaman
Di dalam buku Haswita dan Sulistyowati (2017) Kenyamanan
suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan
ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transeden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi
masalah atau nyeri). Konsep kenyamanan memiliki subyektifitas yang
sama dengan nyeri.
Menurut (Keliat et al., 2015) gangguan rasa nyaman mempunyai
batasan karakteristik yaitu: ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola
tidur, gatal, gejala distress, gelisah, iritabilitas, ketidakmampuan untuk
relasks, kurang puas dengan keadaan, menangis, merasa dingin,
merasa kurang senang dengan situasi, merasa hangat, merasa lapar,
merasa tidak nyaman, merintih, dam takut.
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang senang, lega, dan
sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial
(PPNI, 2016).
d. Penyebab Gangguan Rasa Nyaman
Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI,
2016) penyebab gangguan rasa nyaman adalah:
1) Gejala penyakit.
2) Kurang pengendalian situasional atau lingkungan.
19

3) Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial,


sosial, dan pengetahuan).
4) Kurangnya privasi.
5) Gangguan stimulasi lingkungan.
6) Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi, dan kemoterapi)
7) Gangguan adaptasi kehamilan
e. Tanda dan Gejala Gangguan Rasa Nyaman
Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman dapat dibagi menjadi 2
(dua) yaitu sebagai berikut:
1) Gejala dan tanda mayor:
Data subjektif:
a) Mengeluh tidak nyaman
Data objektif:
a) Gelisah
2) Gejala dan tanda minor
Data subjektif:
a) Mengeluh sulit tidur
b) Tidak mampu rileks
c) Mengeluh kedinginan/kepanasan
d) Merasa gatal
e) Mengeluh mual
f) Mengeluh lelah
Data objektif:
a) Menunjukkan gejala distres
b) Tampak merintih/menangis
c) Pola eliminasi berubah
d) Postur tubuh berubah
e) Iritabilitas
(Tim Pokja SDKI,2016)
20

C. Konsep Penyakit
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam arteri. Dimana Hiper yang artinya berebihan, dan
Tensi yang artinya tekanan/tegangan, jadi hipertensi merupakan
gangguan pada sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan
tekanan darah diatas nilai normal (Musakkar & Djafar, 2021).
Seseorang dinyatakan hipertensi apabila seseorang memiliki
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan ≥ 90 untuk tekanan darah
diastolik ketika dilakukan pengulangan (Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia, 2011).
2. Penyebab Hipertensi
Ada 2 macam hipertensi menurut (Musakkar & Djafar, 2021) yaitu:
a. Hipertensi esensial
hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui penyebabnya.
Sekitar 10-16% orang dewasa yang mengidap penyakit tekanan
darah tinggi ini.
b. Hipertensi sekunder
hipertensi yang diketahui penyebabnya. Sekitar 10 % orang yang
menderita hipertensi jenis ini. Beberapa penyebab hipertensi
menurut (Musakkar & Djafar, 2021), antara lain:
1) Keturunan
Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang
mengidap hipertensi maka besar kemungkinan orang tersebut
menderita hipertensi.
2) Usia
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah
usia seseorang maka tekanan darah pun akan meningkat.
3) Garam
Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat
pada beberapa orang.
21

4) Kolesterol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat
menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh
darah, sehingga mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan
tekanan darah pun akan meningkat.
5) Obesitas/kegemukan
Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki
risiko lebih tinggi mengidap hipertensi.
6) Stress
Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya
hipertensi di mana hubungan antara stres dengan hipertensi
diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat
menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu)
(Ladyani et al., 2021).
7) Rokok
Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi,
jika merokok dalam keadaan menderita hipertensi maka akan
dapat memicu penyakit yang berkaitan dengan jantung dan
darah.
8) Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman
bersoda dapat meningkatkan tekanan darah.
9) Alkohol
Mengonsumsi alkohol yang berlebih dapat meningkatkan
tekanan darah.
10) Kurang olahraga
Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan
tekanan darah, jika menderita hipertensi agar tidak melakukan
olahraga berat.
3. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 4
Klasifikasi Hipertensi
22

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah distolik


Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
Normal-tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 160-179 100-109
Hipertensi derajat 3 >180 >110
Hipertensi sistolik >140 <90
terisolasi

Sumber: Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, 2019


4. Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala Hipertensi Menurut (Salma, 2020), yaitu:
1. Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur)
2. Bising (bunyi nging) di telinga
3. Jantung berdebar-debar
4. Pengelihatan kabur
5. Mimisan
6. Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi
5. Dampak Hipertensi
Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya menurut (Fandinata & Ernawati, 2020):
a. Payah jantung
Kondisi jantung yang tidak lagi mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini terjadi karena
kerusakan pada otot jantung atau sistem listrik jantung.
b. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan
pembuluh darah yang sudah lemah pecah. Jika hal ini terjadi pada
pembuluh darah otak makan akan terjadi pendarahan pada otak dan
mengakibatkan kematian. Stroke bisa juga terjadi karena sumbatan
dari gumpalan darah di pembuluh darah yang menyempit.
c. Kerusakan ginjal
Menyempit dan menebalnya aliran darah menuju ginjal
akibat hipertensi dapat mengganggu fungsi ginjal untuk menyaring
23

cairan menjadi lebih sedikit sehingga membuang kotoran kembali


ke darah.

d. Kerusakan pengelihatan Pecahnya


Pecahnya pembuluh darah pada pembuluh darah di mata
karena hipertensi dapat mengakibatkan pengelihatan menjadi
kabur, selain itu kerusakan yang terjadi pada organ lain dapat
menyebabkan kerusakan pada pandangan yang menjadi kabur.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan
bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui
akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ atau
karena efek tidak langsung.
6. Pencegahan Hipertensi
Hipertensi Pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan menurut
(Fandinata & Ernawati, 2020) yaitu:
a. Mengurangi asupan garam (kurang dari 5 gram setiap hari)
b. Makan lebih banyak buah dan sayuran
c. Aktifitas fisik secara teratur
d. Menghindari penggunaan rokok
e. Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh
f. Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam makanan
7. Pemeriksaan Fisik Hipertensi
Menurut (Unger et al., 2020) pemeriksaan fisik yang menyeluruh
dapat membantu memastikan diagnosis hipertensi dan harus mencakup:
a. Sirkulasi dan jantung
Denyut nadi, ritme, karakter, denyut, tekanan vena
jugularis, denyut apeks, bunyi jantung ekstra, ronki basal, edema
perifer, bising (karotis, abdominal, femoralis), keterlambatan radio-
femoralis.
b. Organ atau sistem
24

Ginjal membesar, lingkar leher> 40 cm (obstructive sleep


apnea), pembesaran tiroid, peningkatan indeks massa tubuh (BMI)
atau lingkar pinggang, timbunan lemak dan striae berwarna
(penyakit atau sindrom Cushing).

8. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut (Righo, 2014) penatalaksanaan hipertensi ada 2 yaitu
farmakologi dan non farmakologi
a. Farmakologi (Obat-obatan)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat
anti hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulkan intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkin penggunaan jangka panjang.
b. Non Farmakologi
1) Diet
pembatasan atau kurangi konsumsi garam. Penurunan berat
badan dapat membantu menurunkan tekanan darah bersama
dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan penurunan
kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas
ikut berpartisipasi pada setiap kegiatan yang sudah
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan, seperti berjalan, jogging, bersepeda, atau berenang.
3) Istirahat yang cukup
Istirahat dengan cukup memberikan kebugaran bagi tubuh
dan mengurangi beban kerja tubuh.
4) Kurangi stress
25

mengurangi stress dapat menurunkan tegang otot saraf


sehingga dapat mengurangi peningkatan tekanan darah.

9. Phatway Hipertensi

Umur jenis kelamin gaya hidup obesitas

Elestisitas arteriosclerosis

Hipertensi

Kerusakan vaskuer
Pembulu darah

penyumbatan Pembuluh darah

vasokontraksi

gangguan sirkulasi

otak ginjal pembuluh darah retina

resutensi vasokontraksi sistemik coroner spasme


pembuluh suplai o2 pembuluh darah arteriole
darah otak otak menurun ginjal vasokontraksi iskemi miokard

nyeri gangguan sinkop blood flow afterload nyeri diplopia


kepala pola tidur menurun meningkat dada
resti injuri
gangguan respon RRA penurunan fatique
perpusi jaringan curah jantung
ransang
aldosterone intoleransi
aktivitas

retensi Na

edema
26

Gambar 1
Phatway Hipertensi

Sumber: (Doenges,2014)

D. Kompres Air Hangat


1. Pengertian Kompres Air Hangat
Menurut Andromoyo, 2013 Kompres hangat adalah tindakan yang
dilakukan dengan memberikan cairan hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa
nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah
terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat dan tujuannya untuk
memperlancar sirkulasi darah, dan menguragi rasa sakit atau nyeri, kompres
hangat merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh.
Penerapan kompres air hangat untuk area yang tegang dan nyeri dengan
mengurangi spesme otot yang disebabkan oleh iskemia, yang meransang nyeri
dan menyebabkan vasodilatisi dan peningkatan aliran darah ke area tersebut.
2. Manfaat Kompres Air Hangat
a). melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran darah dijaringan
tersebut.
b). pada otot, panas memiliki efek menurunkan ketegangan.
c). meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan
serta adanya dilatasi pembuluh darah ynag mengakibatkan peningkatan
sirkulasi darah serta peningkatan kapiler.

E. Publikasi Terkait Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan Wahyudi (2019) dengan judul asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan aman
nyaman. Pengkajian pada klien ini dilakukan pada tahun 2019, dengan
subyek ashuan keperawatan pada Ny.S tanggal 04 Januari 2019 pukul 08.30
dengan usia 55 tahun. Hasil pengkajian didapatkan dari data klien
mengatakan pusing di bagian kepala, stelah dilakukan perencanan asuhan
27

keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri terhadap klien dan dilakukan


implmentasi selama 3 hari kemudian dilakukan evalusi terhadap klien dan
diagnosa nyeri akut pada klien teratasi sesuai dengan tujuan serta keriteria
hasil yang telah di capai.
Asuhan Keperawatan Azzar (2022) dengan judul pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara
Bengkulu. Pengkajian pada pasien di lakukan pada tanggal 15 Juli 2022
dengan sebyek asuhan keperawatan yaitu Ny.H. Pada kasus tersebut klien
mengeluhkan nyeri di bagian kepala dan saat dilakukan pemeriksaan tekanan
darah di dapatkan hasil TD: 180/100 mmHg, kemudian setelah dilakukan
analisa data diagnosa keperawatan pada pasien tersebut adalah nyeri akut.
setelah di lakukan asuhan keperawatan selama tiga hari sesuai dengan
rencana keperawatan kondisi klien membaik dan hampir tidak ada keluahan
yang dirasakan oleh pasien.
28

Anda mungkin juga menyukai