Rumah betang merupakan rumah adat khas Kalimantan yang merupakan rumah
suku Dayak. Ciri-ciri rumah betang berbentuk panggung memanjang. Bahan
bangunan terbuat dari kayu ulin, selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai
dengan ratusan tahun, kayu ini juga anti rayap.
Pada suku Dayak tertentu pembuatan rumah betang bagian hulunya harus searah
dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya ke matahari terbenam, sebagai symbol
kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari tumbuh dan pulang ke rumah di
matahari padam.
Rumah betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya
terdapat satu keluarga besar yang menjadi penghuninya dan dipimpin oleh seorang
pambakas lewu. Bagian dalam betang terbagi menjadi beberapa ruangan yang isa
dihuni oleh setiap keluarga, dimaksudkan untuk mempererat rasa persaudaraan
sesama kepala keluarga, bentuknya yang tinggi untuk memberikan rasa aman dari
serangan binatang ataupun serangan musuh yang datang secara mendadak,
sedangkan dibawah rumah betang untuk kegiatan sehari-hari seperti menumbuk
padi, maruntih uwei serta digunakan untuk masak memasak.
SINOPSIS SAPUNDU
RSUD dr. MURJANI SAMPIT
Kebudayaan suku Dayak di Kalimantan Tengah yang memiliki beragam produk ikonik
yang sakral. Salah satunya adalah patung sapundu dan sandung yang merupakan
ritual keagamaan umat Hindu Kaharingan. Dibalut dalam upacara keagamaan
dengan nama Tiwah untuk mengantarkan arwah leluhur ke lewu tatau ( surga )
Sapundu berfungsi sebagai tiang untuk mengikat hewan kurban yang menjadi sarana
sesembahan. Sapundu juga sebagai salah satu unsur penghormatan kepada roh dari
orang yang telah meninggal dan diibaratkan sebagai pengawal dan penjaga roh dari
orang yang telah meninggal. Sapundu dibuat menggunakan kayu ulin atau dalam
Bahasa Dayak kayu tabalien dan memiliki tinggi 3 hingga 5 meter dengan diameter
15 – 30 centimeter. Motif dan ukiran sapundu disesuaikan dengan kreativitas dan
imajinasi sang pembuatnya tanpa dibatasi pakem atau kaidah tertentu dalam
penuangan unsur seninya. Sapundu mencerminkan tingkah laku manusia pada masa
hidupnya. Sapundu dalam upacara tiwah mempunyai makna perwujudan dari para
leluhur yang merupakan manifestasiNYA sebagai ungkapan rasa syukur atas
anugrah yang telah diberikan kepada manusia. Upacara tiwah juga sebagai symbol
cinta kasih kepada orang tua/suami/istri/anak/kakek/nenek/leluhur secara tulus ikhlas.
Cinta kasih bukan hanya pada saat mereka hidup tapi sampai matipun tulang
belulangnya dibersihkan dan disimpan dalam sandung yang nantinya bisa dilihat
anak cucu keturunan sampai berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun yang akan
datang.
Selain fungsinya sapundu juga dapat digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya
tingkatan social seseorang di dalam suatu kelompok masyarakat. Disisi lain sapundu
juga dianggap memiliki kekuatan magis dan nilai eksotisme.
SINOPSIS BURUNG TINGANG
RSUD dr. MURJANI SAMPIT