Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN :

BERMAIN PLASTISIN DENGAN ANAK USIA PRESCHOOL


DIRUANG ANAK LANTAI I RSUP Dr. KARIADI
SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Anak

Oleh:

FERDIO RIDHA
2202011322079

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi menjadi stresor terbesar bagi anak dan keluarganya yang
menimbulkan ketidaknyamanan. Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis
pada anak saat sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak
berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah
sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap
anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2000).
Hospitalisasi dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan tersendiri
bagi anak. Perubahan psikis dapat terjadi dikarenakan adanya suatu tekanan
atau krisis pada anak. Jika seorang anak di rawat di rumah sakit, maka anak
tersebut akan mudah mengalami krisis yang disebabkan anak mengalami stres
akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya
dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu, anak mempunyai sejumlah
keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun
kejadian – kejadian yang sifatnya menekan.
Bagi anak, sakit adalah sesuatu yang menakutkan. Selain itu, perawatan
di rumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak merasa kehilangan
lingkungan yang dirasakanya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan.
Anak juga harus meninggalkan lingkungan rumah yang dikenalnya,
permainan, dan teman sepermainannya. Beberapa hal tersebut membuat anak
menjadi stres atau tertekan. Sebagai akibatnya, anak merasa gugup dan tidak
tenang, bahkan pada saat menjelang tidur. Untuk mengatasi perubahan –
perubahan psikis pada anak yang ditimbulkan karena hospitalisasi dapat
dilakukan dengan pemberian terapi bermain.
Bagi anak, bermain merupakan seluruh aktivitas anak dan metode
bagaimana anak mengenal dunianya. Bermain tidak hanya sekedar mengisi
waktu tapi juga merupakan kebutuhan anak. Anak memerlukan berbagai
variasi mainan untuk kesehatan fisik, mental dan emosinya. Anak yang
mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang
mudah berteman, kretif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang
masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Terapi bermain yang cocok digunakan pada anak dengan usia 3 – 6 tahun
(usia preschool) bertujuan untuk menyalurkan emosi atau perasaan anak,
mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik halus dan kasar
serta mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna). Selain itu terapi bermain bertujuan untuk melatih
kerjasama mata dan tangan, melatih daya imajinansi serta meningkatkan
kemampuan membedakan permukaan dan warna benda. Permainan yang cocok
untuk anak usia preschool salah satunya ialah lilin yang dapat dibentuk
(plastisin).

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan dari terapi bermain plastisin (lilin yang dapat dibentuk) adalah
melatih motorik halus dan kasar
2. Tujuan khusus
Dengan adanya terapi bermain ini diharapkan anak dapat:
a. Mengalihkan perhatian anak dari rasa sakit yang dialaminya
b. Beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit
c. Mengurangi kecemasan dan ketakutan yang dialaminya

C. SASARAN
Anak usia preschool yang dirawat di ruang Anak Lantai 1 RSUP Dr.
Kariadi – Semarang. Anak bernama An. M dengan diagnosa medis ALL.
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN
Anak usia preschool berada dalam rentang usia 3-6 tahun. Beberapa
karakteristik khusus yang dilalui anak usia 3 - 6 tahun, antara lain:
1. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya
2. Anak mulai belajar mengembangkan emosi.
3. Biasanya anak mempunyai lingkungan bermain dan teman sepermainan
yang menyenangkan.
4. Anak belum mampu membangun suatu gambaran mental terhadap
pengalaman kehidupan sebelumnya sehingga dengan demikian harus
menciptakan pengalamannya sendiri

B. ANALISA KASUS
An. M berusia 4 tahun. Klien masuk ke rumah sakit dengan diagnosa medis
ALL (Akut Leukimia Limfoblastik). Alasan klien dibawa ke rumah sakit ialah
untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Klien terlihat sedikit pucat. Namun,
sehari – hari klien dapat beraktivitas seperti biasa. Klien terlihat ketakutan
ketika mau dilakukan prosedur injeksi atau pengambilan sampel darah.

C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI


Prinsip bermain yang dilakukan, adalah :
a. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat, dan sederhana.
b. Mempertimbangkan keamanan.
c. Kelompok umur / usia klien sama.
d. Melibatkan orang tua.
e. Tidak bertentangan dengan pengobatan.
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. JUDUL PERMAINAN
Permainan plastisin (lilin yang dapat dibentuk)

B. DESKRIPSI PERMAINAN
Permainan yang dilakukan adalah membuat berbagai macam benda
menggunakan plastisin. Tahapan deskripsi permainan yaitu:
1. Tahap pertama, perawat membuat sebuah patung tokoh kartun yang sering
dikenal oleh anak seperti spongebob, patrick, dan lain-lain atau sesuai
dengan permintaan anak. Namun, patung tokoh tersebut untuk bagian mata,
mulut, telinga, tangan, kaki, dan topi dibuat terpisah.
2. Tahap kedua, anak diminta untuk menempelkan ke tubuh patung rekaan
agar menjadi satu-satu kesatuan yang utuh.
3. Tahap ketiga, anak diminta untuk menirukan perawat untuk membuat kue-
kue dari plastisin.
4. Tahap keempat, anak diminta untuk membuat benda sesuai dengan
kreativitas anak.
5. Tahap kelima, anak diajak bersama perawat bermain bersama benda yang
telah dibuat.

C. TUJUAN PERMAINAN
1. Meningkatkan hubungan perawat – klien,
2. Meningkatkan kreativitas pada anak,
3. Membina tingkah laku positif,
4. Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien.

D. KETRAMPILAN YANG DIPERLUKAN


Anak mempergunakan salah satu tangannya untuk membentuk benda
menggunakan plastisin sesuai kreativitasnya
E. JENIS PERMAINAN
Permainan yang dilakukan merupakan kategori permainan skill play, dimana
permainan yang dilakukan dapat meningkatkan ketrampilan motorik kasar dan
halus. Semakin sering berlatih, anak akan semakin terampil.

F. ALAT YANG PERLUKAN


Seperangkat permainan plastisin.

G. WAKTU PELAKSANAAN
Program bermain ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 Juli 2014. Program
bermain dilakukan pada pukul 09.30 hingga 10.00 WIB di ruang anak lantai 1
RSUP Dr. Kariadi – Semarang.

H. PROSES KEGIATAN
1. Pra kegiatan
- Menyiapkan klien : An. M
- Menyiapkan tempat : di kamar VII Ruang anak lantai 1 RSUP Dr.
Kariadi – Semarang
- Menyiapkan alat permainan : plastisin
2. Kegiatan
a. Fase orientasi (5 menit)
- Mahasiswa memperkenalkan diri kepada klien
- Mahasiswa menyampaikan maksud dan tujuan
b. Fase kerja (20 menit)
- Program bermain dilakukan di kamar anak
- Mahasiswa duduk di samping klien dan memperkenalkan jenis
permainan
- Mahasiswa mengajarkan anak mengenai tata cara permainan
- Mahasiswa bersama anak membuat benda sesuai dengan permintaan
anak.
- Mahasiswa mendampingi anak dalam membuat berbagai macam
benda, baik benda dengan cetakan maupun tanpa cetakan
- Mahasiswa mendukung anak untuk menggunakan kreativitasnya
dalam bermain
- Mahasiswa melibatkan keluarga klien
- Mahasiswa mengajarkan klien untuk selalu mencuci tangan tiap kali
selesai bermain plastisin
c. Fase terminasi (5 menit)
- Mahasiswa menanyakan perasaan klien setelah melakukan program
bermain :
“Klien mengatakan senang karena diajak bermain dan dapat mainan
baru. Klien berterima kasih kepada mahasiswa.”
- Mahasiswa memberikan reinforcement positive pada klien

I. HAMBATAN YANG MUNCUL


Hambatan yang muncul saat pelaksanaan terapi bermain ialah pada awalnya,
klien merasa malu – malu saat diajak bermain.

J. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN


Untuk mengatasi hambatan tersebut, mengajak orang terdekat klien untuk ikut
bermain (ibu), membujuk klien, dan melibatkan pasien lain untuk bermain
plastisin agar klien menjadi tertarik dan bersedia bermain plastisin.

K. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
Pre-planning telah dikonsultasikan dan disetujui oleh pembimbing sehari
sebelum dilakukan program bermain
2. Evaluasi proses
a. Klien bersedia melakukan program bermain
b. Klien bermain plastisin sesuai waktu yang telah ditentukan ± 30 menit.
c. Program bermain berjalan sesuai yang telah direncanakan, kecuali
waktu pelaksanaan yang awalnya pukul 09.30 menjadi pukul 11.00.
d. Klien antusias mengikuti program bermain
3. Evaluasi hasil
a. Klien dapat mengalihkan kebosanannya dengan bermain dan merasa
senang
b. Klien dapat membentuk benda menggunakan plastisin sesuai
kreativitasnya
c. Keluarga terlibat dalam program bermain
BAB IV
PELAKSANAAN BERMAIN

A. TAHAP PERSIAPAN
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 Juli 2014,
didapatkan data bahwa Ibu An. M mengatakan bahwa An. M merupakan anak
yang aktif dalam pergaulannya. Semenjak di rawat di rumah sakit klien
mengeluh merasa bosan karena tidak dapat melakukan aktivitas bermain
bersama teman-temannya seperti saat dia sehat, klien terlihat bosan dan hanya
menghabiskan waktunya di tempat tidur. Selain itu, Ibu An. M mengatakan An.
M sering menangis jika melihat perawat ketika mau mengambil spesimen
darah.
Kondisi hospitalisasi ini telah menyebabkan anak terbatas ruang
geraknya. Anak yang biasanya bermain kesana kemari kini tidak bisa dilakukan
dengan sesuka hatinya. Maka program yang cocok adalah program bermain
yang bisa dilakukan di tempat tidur anak.
Persiapan yang dilakukan adalah dengan menyusun preplanning program
bermain bermain dengan plastisin yang disesuaikan dengan kondisi anak.
Selain preplanning, persiapan lain yang dilakukan adalah menyediakan alat
untuk pelaksanaan program bermain dan meminta persetujuan kepada perawat
ruangan, anak, serta orangtua untuk pelaksanaan program bermain di C1L1
RSUP Dr. Kariadi.

B. PELAKSANAAN
Terapi bermain ini dilakukan pada tanggal 12 Juli 2014 jam 11.00 WIB
bertempat di ruang VII Anak Lantai I RSDK Semarang dengan rangkaian acara
sebagai berikut :

a. Pembukaan dengan salam, mengingatkan kontrak dan menjelaskan tujuan.


b. Mempersiapkan klien dan mengatur posisi fowler.
c. Mengajak anak-anak lain yang berada didalam ruangan untuk ikut
bermain.
d. Perawat membuat sebuah patung tokoh kartun yang sering dikenal oleh
anak seperti spongebob, patrick, dan lain-lain sesuai dengan permintaan
anak. Namun, patung tokoh tersebut untuk bagian mata, mulut, telinga,
tangan, kaki, dan topi dibuat terpisah.
e. Anak diminta untuk menempelkan ke tubuh patung rekaan agar menjadi
satu-satu kesatuan yang utuh.
f. Mendampingi dan mengarahkan klien selama bermain.
g. Memberikan reinforcement positif kepada klien.
h. Anak diminta untuk menirukan perawat untuk membuat kue-kue dari
plastisin.
i. Memberikan reinforcement positif kepada klien atas keberhasilan
membuat kue-kue.
j. Anak diminta untuk membuat benda sesuai dengan kreativitas anak.
k. Memberikan reinforcement positif kepada klien atas apa yang telah dibuat
oleh anak.
l. Anak diajak oleh perawat bermain bersama benda yang telah dibuat.

C. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
Pre-planning telah dikonsultasikan dan disetujui oleh pembimbing sehari
sebelum dilakukan program bermain
2. Evaluasi proses
a. Klien bersedia melakukan program bermain
b. Klien bermain plastisin sesuai waktu yang telah ditentukan ± 30 menit.
c. Program bermain berjalan sesuai yang telah direncanakan, kecuali
waktu pelaksanaan yang awalnya pukul 09.30 menjadi pukul 11.00.
d. Klien antusias mengikuti program bermain.
3. Evaluasi hasil
a. Klien dapat mengalihkan kebosanannya dengan bermain dan merasa
senang.
b. Klien dapat membentuk benda menggunakan plastisin sesuai
kreativitasnya.
c. Keluarga terlibat dalam program bermain.

D. FAKTOR PENDUKUNG
1. Adanya motivasi dari klien untuk mengikuti terapi bermain.
2. Tersedianya media yang cukup memadai yaitu adanya plastin sebagai alat
untuk terapi.

E. HAMBATAN
Hambatan yang muncul saat pelaksanaan terapi bermain ialah pada awalnya,
klien merasa malu – malu saat diajak bermain. Untuk mengatasi hambatan
tersebut, perawat mengajak orang terdekat klien untuk ikut bermain (ibu),
membujuk klien, dan melibatkan anak-anak lain yang satu ruangan untuk ikut
bermain plastisin agar klien menjadi tertarik dan bersedia bermain plastisin.

F. KESIMPULAN
Secara umum pelaksanaan kegiatan terapi bermain berjalan sukses dan lancar.
Klien tampak senang ketika diajak bermain.
BAB V
PENUTUP
Jenis permainan yang ditentukan dan dilakukan dalam program bermain telah
sesuai dengan tahap perkembangan anak yaitu anak usia pra sekolah. Pada tahap
tersebut anak telah memiliki kemampuan untuk membuat aneka bentuk sederhana
seperti kue-kue donat, piring, dan lain-lain. Sehingga kegiatan tersebut dapat
meningkatkan daya kreatifitas anak. Anak telah memberikan respon yang positif
yang dapat dibuktikan dengan semangat serta keinginan anak yang tinggi untuk
mengikuti program bermain ini. Dengan peaksanaan program berman ini telah
menjadikan distraksi bagi anak dalam menghadapi dampak dari hospitalisasi seperti
kecemasan, ketakutan, kejenuhan dan stresor yang sedang dirasakan anak.
Kesimpulan yang didapat dari terapi bermain yang telah dilakukan adalah
progaram terapi bermain tersebut dapat mengurangi dampak negatif dari
hospitalisasi pada anak seperti kecemasan dan ketakutan. Selain menghadapi
dampak hospitalisasi program bermain dapat membantu anak menyelesaikan tugas
perkembangan sesuai dengan usia anak.
DAFTAR PUSTAKA
Safitri, Wahdah Ayu Dian. 2009. Karakteristik Anak Usia Dini. Jakarta: EGC.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Yupi, Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai