DISUSUN OLEH :
EKO CHRISNAWAN
201906055
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat dalam rangka untuk
memenuhi tugas praktek klinik susulan stase Maternitas pada 6-11 Juli 2020 oleh
mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKES Karya Husada Kediri Tahun
2019/2020.
NIM : 201906055
Pembimbing Akademik,
Mahasiswa,
EKO CHRISNAWAN
201906055
LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA OVARIUM
A. DEFINISI
Kista ovarium (kista indung telur) adalah kantung berisi cairan, normalnya berukuran
kecil yang terletak di ovarium.kista ovarium dapat terbentuk pada masa pubertas sampai
menepouse atau pada masa kehamilan (Bilott, 2012).
Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau
ovarium. Cairan yang terkumpul ini di bungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari
lapisan terluar dari ovarium (agusfarly,2008)
Kista ovarium merupakan pertumbuhan sel yang berlebihan/ abnormal pada ovarium
yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi (lowdermik,dkk,2005)
B. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam penyebab, penyebab inilah yang menentukan
tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe Folikuler merupakan tipe kista yang
paling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium
yang tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium.
Pada keadaan normal, Folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus
menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus, Folikel ini tidak terbuka
sehingga menimbulkan bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista. Cairan yang
mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi
pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan
abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu yaitu :
Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya
a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b. Zat tambahan pada makanan
c. Kurang olah raga
d. Merokok dan konsumsi alkohol
e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f. Sering stress
g. Zat polutan
h. Faktor genetik
Kista ovarium bisa juga disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormone pada
hipotalamus, hipofisis dan ovarium (ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat
timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereasorbsi
cairan, kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah
yang berlebihan saat fase perdarahan dari siklus menstruasi. Penyebab lain adalah adanya
pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertmbuhan abnormal dari
folikel ovarium, korpus luteum, dan sel telur (Nugroho, 2010).
C. KLASIFIKASI
Kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan
progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang
didalam korteks.
b. Kista fungsional
Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus
menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah
ovulasi.
Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa.
Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovari simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel
kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu
teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain.
Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium)
Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya
dengan endometroid
Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis
Peritonitis
Ketidakseimbangan hormon FSH
nerasi ovarium Infeksi ovarium
dan LH
->kelebihan
Hipolisis -> asam laktat
Metabolisme menurun
Gangguan Metabolisme
Luka Operasi
Diskontinuitas Jaringan
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laparoskopi
Pemerikasaan ini untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak dan
untuk menentukan sifat-sifat tumor itu
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat di tentukan letak dan batas tumor. Apakah tumor berasal dari
uterus ovarium dan kandung kemih.
3. Foto Rongten
Untuk menentukan hidrotoraks, selanjutnya pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
adanya gigi dalam tumor, penggunaan foto rongten pada pielogram intrafena dan pemasukan
bubur barium dalam kolon
4 . Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada acsites berguna untuk menentukan sebab acsites perlu
diangkat bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan peritonitis dengan isi kista bila dinding
kista merbusuk (Prawirihardjo, 2005)
G.PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya tumor ovarium neoplastik perlu operasi, sedangkan non neoplastik
tidak. Tumor ovarium yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan besarnya
tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar tumor
tersebut adalah kista folikel atau kista corpus luteum (tumor nonneoplastik). Tumor tersebut
mengalami pengecilan secara spontan menghilang, pada pemeriksaan ulang setelah beberapa
minggu dapat ditemukan ovarium kembali normal. Oleh sebab itu diambil sikap menunggu
selama 2-3 bulan sambil dilakukan periksa ginekologi ulang.
Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung
tumor, tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan
ovarium. Pada operasi ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk mengetahui adanya
keganasan atau tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat adalah histerektomi.
1. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan
tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan
gurita abdomen sebagai penyangga.
2. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan
dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada
abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan
terjadi seperti tanda-tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.(lowdermilk,dkk, 2005).
H. KOMPLIKASI
Menurut Yatim (2008), komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium adalah :
Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan sedikit-sedikit
yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan kondisi kurang darah
(anemia).
Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu
persetubuhan.
Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air besar
(konstipasi).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KISTA OVARIUM
I. Pengkajian
A. DATA SUBJEKTIF
1 . Biodata
Umur penderita kista ovarium rata-rata antara 30-60 th. Pendidikan dan tingkat sosial
ekonomi yang rendah cenderung terkena cystoma ovarii. (Hanifa, 2005.)
2. Keluhan Utama
Terdapat benjolan di bawah perut. Ada yang terletak di depan uterus dapat menekan
kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi.(Prawirohardjo, 2005)
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Pernah menderita penyakit PMS (Penyakit menular seksual).Penyakit yang
berhubungan, (andiloma akuminota,gonorea, adnexitis).(Hanifa, 2005)
b. Riwayat penyakit
Terdapat benjolan di bagian perut, nyeri abdomen, dismenorea.
c. Riwayat penyakit keluarga
Adanya faktor heredier, karena prematuritas sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu.
4. Riwayat Perkawinan
Menikah lebih dari satu kali, sering berganti-ganti pasangan (multipartner)
5 . Riway at KB
Pemakaian KB IUD diduga mempunyai hubungan dengan cystoma ovarii
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Kystoma ovarii dapat terjadi penurunan nafsu makan
b. Eliminasi
Gangguan pada miksi akibat pembesaran cystoma ovarii dan dapat terjadi gangguan
defekasi (Prawirohardjo, 2005:347)
c . Istirahat
Tumor ovarii dapat menyebabkan nyeri abdomen hipermenoria dan arhenoblastoma
dapat
menyebabkan amenorea yang mengganggu istirahat.
d. Aktifitas
Terganggu akibat rasa nyeri yang timbul. (Prawirohardjo, 2005).
B. DATA OBJEKTIF
a. Keadaan umum baik bila tumor ovarii masih kecil tidak menimbulkan gangguan atau
keluhan bila klien mengalami nyeri.
Suhu : Dapat normal maupun mengalami peningkatan apabila terjadi infeksi pada tumor
Nadi : Biasanya bila tenang tidak ada penurunan tekanan
Pernafasan : Dapat mengalami peningkatan sehubungan dengan gejala sekunder yaitu
sesak
nafas karena adanya sirkulasi O2 dalam darah berkurang sehubungan dengan
penurunan kadar Hb karena adanya pendarahan.(Prawirohardjo, 2005).
b. Pemeriksaan Fisik
Muka : Pada pasien pada Gynekologis dengan perdarahan banyak pada konjungtiva
tampak anemis.
Abdomen : Teraba adanya masa abnormal pada perut bagian bawah konsisten keras
Bentuk tidak teratur, gerakan bebas tidak sakit tapi kadang-kadang ditemui
nyeri. Terdapat benjolan pada perut bagian bawah/ rongga panggul.
Genetalia : Dapat terjadi pengeluaran darah pervagina kadang sebelumnya terdapat
keputihan yang lama.
Anus : Akan timbula hemoroid, luka dna varises pecah karena keadaan obstipasi
akibat penekannan kista ovarii pada remtum.
Ekstermirtas : Penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dari panggul dapat
menyebabkan odem tungkai. (Hanifa, 2005).
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
Biasanya pada pasien dengan kista ovarium didapatkan hemoglobin dan hematokrit
dalam
keadaan normal.
2. USG.
Biasanya pada pasien dengan kista ovarium didapatkan gambaran adanya pembesaran
uterus dan adanya kista di daerah ovarium.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
a. Nyeri kronis b/d agen injuri biologi
b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
c. PK perdarahan
2. Post operasi
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
c. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
D. INTERVESI
DAFTAR PUTAKA.
Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edition. Philadelphia :
Mosby.netsains.com/2009/08/tips-praktis-mengatasi-kistaovarium.
KASUS SEMU
Pada tanggal 6 juli 2020, Ny. T dengan umur 38 datang ke poli RSUD Kab.Kediri, dengan
keluhan nyeri pada perut sejak 3 bulan yang lalu dan klien tampak lemas karena pendarahan
yang tidak biasa saat menstruasi. Klien mengatakan nyeri menetap disertai rasa agak gatal.
Klien juga mengeluh tidak nafsu makan karena perut terasa sebah dan mengatakan hanya
makan sekali sehari sejak 2 minggu terakhir. Klien mengalami siklus menstruasi yang tidak
teratur sejak usia sekolah. Dari data keluarga didapatkan Ny. T menikah dengan Tn.H sejak
18 tahun yang lalu. Pernikahan tersebut adalah pernikahan pertama Ny. T hingga sekarang.
Ny. T dan Tn.H dikaruniai seorang anak laki-laki yang sekarang sudah berumur 15 tahun.
Saat melakukan pengkajian didapati hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD 100/70 mmHg ,
N 85 x/menit, RR 20 x/menit, S 36 C, keadaan klien tampak kompos mentis, GCS 456 dan
skala nyeri 6.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS
I. PENGKAJIAN
Pengkajian tgl : 6 juli 2020 Jam : 07.00
Tanggal MRS : 6 juli 2020 No. Reg : 123xxxx
Ruang/Kelas : Nusantara Dx. Medis : cystoma ovari
A. IDENTITAS/BIODATA
Nama Ibu : Ny, T................ Nama Suami : Tn.H…. .............. Ke:
Umur : 38 tahun............ Umur : 40 tahun..............
Suku/Bangsa : Jawa.................. Suku/Bangsa : Jawa....................
Agama : Islam................. Agama : Islam...................
Pendidikan : SMA................. Pendidikan : SMA...................
Pekerjaan : IRT................... Pekerjaan : TNI.....................
Alamat : Kediri................ Alamat : Kediri..................
Telepon : 085xxxxxx........ Telepon : 081xxxxx............
3. Riwayat Sosial
Kehamilan ini : Direncanakan Tidak direncanakan
Diterima
Tidak diterima
Perasaan tentang kehamilan ini : ………………………………………..
Status perkawinan :…………………. Kawin : ………………………...
Kawin I : Umur …20… tahun Dengan suami umur : …23……….
Lamanya 18 tahun Anak 1.. Orang Abortus ….. X
Kawin II : ……………………………………………………………….
Perilaku kesehatan : Merokok Ya Tidak
Alkohol Ya Tidak
Narkoba Ya Tidak
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
HPHT : …………………………………………………………
Haid pertama : Umur 13.. tahun Teratur/Tidak teratur
Siklus : …26-28…. hari Lamanya : 7-10 hari
Banyaknya : …………. Hari
Dismenorrhoe : …ada……….
b. Riwayat kehamilan
Taksiran persalinan : …………………..
Keluhan-keluhan pada Trimester I : ………………………………….
Trimester II : ………………………………….
Trimester III : …………………………………
Pergerakan anak pertama kali : hamil ….. minggu
Keluhan-keluhan …………………………………………………………
……………………………………………………………………………
6. Riwayat kesehatan :
Penyakit yang pernah diderita
Klien :………………………………………………………………..
Keluarga:…………………………………………………………….
Keturunan kembar …………………………………………………...
7. Riwayat kebiasaan
a. Pola makan (sebelum hamil dan saat hamil muda) : …………………
Pola makan menurun 1 kali sehari…
b. Pola eliminasi : ……………………………………………………….
Sedikit nyeri saat berkemih…………………………...
c. Personal Hygiene : ……………………………………………………
Cukup………………………………………….
d. Aktivitas sehari-hari : ………………………………………………...
Mudah lelah dan lemas…………………………………...
e. Pola istirahat dan tidur : ………………………………………………
Tidur 8 jam sehari………………………………….
f. Seksualitas : Penurunan minat semenjak nyeri timbul
g. Immunisasi TT :
Belum Sudah : ….. x Tanggal I ……………. II ……………
C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)
1. Status emosional Pasien tampak gelisah………………………….
2. Tanda vital
Tekanan Darah : …100/70. MmHg Llia : ……10……. Cm
Denyut Nadi : ……85…. X/menit TB : ……160……. Cm
Pernafasan : ……20…. X/menit BB sebelum hamil : ………… Kg
Suhu : ……36…. oC BB saat ini : ……50…. Kg
3. Muka : Oedema : Ada Tidak
Conjungtiva : anemis.
Sklera mata : ikterik
4. Dada : Simetris Ya Tidak
Mammae : simetris
Benjolan : tidak terdapat benjolan
Striae : ada
Areola : kecoklatan
Puting susu : kecoklatan
5. Abdomen
Bekas luka : Ada Tidak
Pembesaran perut : terdapat pembesaran perut
Bentuk perut : tidak simetris
Oedema : Ada Tidak
Acites : Ada Tidak
6. Pemeriksaan Obstetrik
6.1 Palpasi uterus
Tinggi fundus uteri : …………………………………………………..
Letak : …………………………………………………..
Presentasi : …………………………………………………..
Kontraksi : Ada Tidak\
Frekwensi : ……… x/menit
Kekuatan : …………………………………………………..
6.2 Palpasi supra pubik kandung kemih :
Terdapat nyeri tekan,
6.3 Auskultasi :
DJJ : …………………………. Tempat : …………………………..
Frekwensi : …………………………. Teratur/Tidak
7. Ekstremitas
Oedema tangan dan jari : Ada Tidak
Oedema tibia, kaki : Ada Tidak
Betis merah/lembek/keras : Ada Tidak
Varices tungkai : Ada Tidak
Refleks Patella Kanan : Ada Tidak
8. Genitalia
8.1 Inspeksi
Vulva & vagina : Varices : Ada Tidak
Luka : Ada Tidak
Kemerahan : Ada Tidak
Nyeri : Ada Tidak
Perineum : Bekas luka/episiotomo : Ada Tidak
Lain-lain : Ada Tidak
Bila ada : ……………………
Hasil USG : didapatkan terjadi pembesaran uterus dan adanya kista didaerah ovarium.
(EKO CHRISNAWAN)
ANALISA DATA
DO : Pasien tampak
menyeringai, memegangi perut
bagian bawah.
2. DS : Pasien mengatakan siklus Pertumbuhan folikel tidak ANSIETAS
seimbang
menstruasi tidak teratur sejak
usia sekolah, dan pendarahan
Degenerasi ovarium
tidah biasa sejak 3 bln terahir,
pasien juga mengatakan nafsu
Gangguan reproduksi
makannya menurun.
Kurang informasi
DO: Pasien tampak gelisah dan
lemas. TD 100/70 mmHg ,
N 85 x/menit, RR 20 x/menit,
S 36 C, keadaan pasien tampak
kompos mentis, GCS 456
INTERVENSI
1. NYERI AKUT 1. Mengidentifikasi keluhan nyeri (nyeri perut bawah, S = Pasien mengatakan masih terasa n
deperti ditekan benda tumpul, nyeri menetap, skala 6). bagian bawah, skala 6.
2. Mengidentifikasi faktor memperberat nyeri (saat ber O = Pasien masih tampak menyeringai,
aktivitas nyeri bertambah) bagian bawah, TD 100/70 mmHg , N 8
3. Mengajarkan dan memberikan teknik non RR 20 x/menit, S 36 C, GCS 456.
farmakolis untuk mengurangi nyeri (distraksi relaksasi) A = Masalah belum teratasi
4. Menganjurkan Pasien untuk beristirahat P = Lanjutkan intervensi ( 1,2,4,5,6,7)
5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
analgetik ( diclofenax 50 mg 3x1).
2. ANXIETAS
1. Memonitor tanda anxietas verl dan non verbal S = Pasien mengatakan masih khawati
(pasien tampak tegang da khawatir) kesehatannya, cemas akan penyakitnya
2. Melakukan pendekatan secara terapeutik dengan O = Pasien masih tampak, tegang, men
pasien memegangi perut bagian bawah, TD 1
3. Memotifasi pasien untuk tenang dan menghilangkan 85 x/menit,
kecemasan RR 20 x/menit, S 36 C, GCS 456.
4. Mendisakusikan rencana realistis pengobatan A = Masalah belum teratasi
dengan pasien P = Lanjutkan intervensi ( 2,3,5,6,8)
5. menginformasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
IMPLEMENTASI
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
Rabu,8 juli 2020. Rabu, 8 juli 2020.
1. NYERI AKUT 1. Mengidentifikasi keluhan nyeri (nyeri perut bawah, S = Pasien mengatakan masih terasa n
deperti ditekan benda tumpul, nyeri menetap, skala 6). bagian bawah, skala 6.
2. Mengidentifikasi faktor memperberat nyeri (saat ber O = Pasien masih tampak menyeringai,
aktivitas nyeri bertambah) bagian bawah, TD 100/70 mmHg , N 8
3. Mengajarkan dan memberikan teknik non RR 20 x/menit, S 36 C, GCS 456.
farmakolis untuk mengurangi nyeri (distraksi relaksasi) A = Masalah belum teratasi
4. Menganjurkan Pasien untuk beristirahat P = Lanjutkan intervensi ( 1,2,4,5,6,7)
5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
analgetik ( diclofenax 50 mg 3x1).
2. ANXIETAS
1. Memonitor tanda anxietas verl dan non verbal S = Pasien mengatakan masih khawati
(pasien tampak tegang da khawatir) kesehatannya, cemas akan penyakitnya
2. Melakukan pendekatan secara terapeutik dengan O = Pasien masih tampak, tegang, men
pasien memegangi perut bagian bawah, TD 1
3. Memotifasi pasien untuk tenang dan menghilangkan 85 x/menit,
kecemasan RR 20 x/menit, S 36 C, GCS 456.
4. Mendisakusikan rencana realistis pengobatan A = Masalah belum teratasi
dengan pasien P = Lanjutkan intervensi ( 2,3,5,6,8)
5. menginformasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis