Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUTORIAL

MODUL “PENURUNAN BERAT BADAN”

KELOMPOK 2

KETUA : ANDIKA ISRANUGRAHA (09401711029)


SEKERTARIS : SAFITRI ARYA N. USMAN (09401711046)
ANGGOTA :
CHENTIA LELY GAMGENORA (09401711004)
SADARUDDIN ARIEF (09401711008)
M.CHANDRA ALIM (09401711012)
INJELLA HALIL (09401711017)
DEDANA LARASATI WALID (09401711021)
FAREL ABUKARIM (09401711025)
ANDRI W J IMBAR (09401711033)
SRI ROSYIDAH FARIS (09401711037)
RATYH JIHAN SAFIRA (09401711042)
ABKARI RIZAL WAHID (09401711050)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2018
SKENARIO

Seorang wanita umur 32 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan berat


badan menurun kurang lebih 12 kg sejak 2 bulan terakhir walaupun nafsu makannya
baik. Pasien juga mengeluh jantung sering berdebar-debar dan tangan bergemetar.
Pasein tidak memiliki riwayat batuk dan demam.

KLARIFIKASI KATA SULIT

Tidak ada

KLARIFIKASI KATA/KALIMAT KUNCI

 Seorang wanita umur 32 tahun.

 Berat badan menurun kuang lebih 12 kg sejak 2 bulan terakhir

 Nafsu makannya baik

 Jantung sering berdebar-debar dan tangan bergemetar

 Tidak memiliki riwayat batuk dan demam.

PERTANYAAN

1. Jelaskan fisiologi dari organ yang berhubungan dengan gejala?


2. Bagaimana fisiologi pembentukan berat badan?
3. Apa Differential Diagnosa dari sekanrio?
4. Apa etilogi dan faktor resiko dari differential diagnosa?
5. Jelaskan patofisiologi dari differential diagnosa?
6. Bagaimana Manifestasi klinik dari differential diagnosa?
7. Jelaskan langkah-langkah dari masing-masing differential diagnosa?
8. Bagaimana penatalaksaan dari masing-masing differential diagnosa?
9. Apa komplikasi dari masing-masing differential diagnosa?
10. Apa prognosis dari masing-masing differential diagnosa?
11. Apa pencegahan dari masing-masing differential diagnosa?
12. Jelaskan patomekanisme dari gejala?

JAWABAN

1. Jelaskan fisiologi dari organ yang berhubungan dengan gejala?

Hipotalamus akan menghasilkan TRH.TRH akan


merangsang sel tirotropin di hipofisis anterior untuk
menghasilkan TSH.TSH akan merangsang sel folikel
dikelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
berupa triiodothyyronine(T3) dan
tetraiodothyronine/thyroxine(T4).Dalam hal ini
tubuh punya mekanisme umpan balik
negative.Hormon yang dilepas akan memberi
umpan balik negatif ke hipotalamus dan hipofisis
anterior untuk mengruangi TRH dan TSH sehingga
produksi menjadi tidak berlebihan dalam
darah.Apabila ada abnormalitas pada aksis ini
tentunya akan berdampak pada jumlah hormon
yang beredar dalam darah sehingga terjadi
abnormalitas kadar tiroid dalam darah, bila
menurun atau naik.

2. Bagaimana fisiologi pembentukan berat badan?

Batas Ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO

Classification BMI(kg/m^2) principal cut off points


Underweight <18,50
Severe thinness <16,00
Moderate thinness 16,00-16,99
Mild thinness 17,00-18,49
Normal range 18,50-25,99
Pre obese 25,00-29,99
Obese >30,00
Obese class I 30,00-34,99
Obese class II 35,00-39,99
Obese class III >40,00

Karena energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, Masukan energi rumus
sama dengan keluaran energi, sbb:

Masukan energi=Keluaran energi

Terdapat tiga kemungkinan status keseimbangan energi:

- Keseimbangan energi netral.Jika jumlah energi yang ada dalam makanan yang
masuk sama dengan jumlah energi yang dikeluarkan oleh otot-otot yang
melakukan kerja eksternal plus pengeluaran energi internal basal yang akhirnya
muncul sbg panas tubuh.Pemasukan dan pengeluaran energi berada dalam
keseimbangan dan berat tubuh tidak berubah

- Keseimbangan energi positif.Jika jumlah energi dalam makanan yang masuk


lebih besar daripada jumlah energi yang dikeluarkan, kelebihan energi yang
masuk tetapi tidak digunakan akan disimpan didalam tubuh, terutama sebagai
jaringan lemak sehingga berat tubuh bertambah

- Keseimbangan energi negatif.Sebaliknya, jika energi yang berasal dari makanan


yang masuk lebih kecil daripada kebutuhan energi tubuh saat ini, tubuh harus
menggunakan simpanan energi untuk memenuhi kebutuhan khusus dan
karenanya berat tubuh berkurang

Sumber : Sherwood L. 2014. Fisiologi Manusia : ”Dari sel ke sistem” Eds 8.


Jakarta:EGC
3. Apa Differential Diagnosa dari sekanrio?

HIPERTIROID DM (tipe II)


1. Perempuan, 32 tahun + +
2. Penurunan BB + +
3. Jantung berdebar-debar + -
4. Tangan gemetar + -
5. Tidak demam dan tidak + +
batuk

4. Apa etilogi dan faktor resiko dari differential diagnosa?

HIPERTIROID

Penyebab

 Peningkatan insidensi kehamilan kembar monozigot yang menunjukan adanya


faktor herediter, kemungkinan gen autosom resesif
 Koeksistensi yang terjadi kadang – kadang bersama kelainan endokrin lain,
seperti diabetes mellitus tipe I, tiroiditis dan hiperparatiroidisme
 Defek pada fungsi limfosit – T supresor yang memungkinkan produksi auto
antibodi (immunoglobulin yang menstimulisasi tiroid dan imunoglubolin yang
menghambat peningkataan thyroid stimulating hormone(TSH))
 Tiroksidosis klinis yang dipicu oleh asupan yodium berlebihan dari makanan
atau mungkin pada stress (pasien dengan penyakit laten)
 Obat – obatan, seperti litium dan amiodarom
 Tumor atau nodul yang toksik

Faktor Resiko

 Umur : usia diatas 60 tahun maka semakin beresiko terjadinya hipertiroid


 Jenis kelamin : perempuan lebih beresiko terjadi gangguan tiroid
 Genetic : Di antara faktor penyebab auto imunitas terhadap
kelenjar tiroid, genetik dianggap merupakan faktor pencetus utama
 Merokok : merokok dapat menyebabkan kekurangan oksigen di otak dan
nikotin dalam rokok dapat memacu peningkatan reaksi inflamasi
 Stress : stress juga berkolerasi dengan antibody terhadap antibody TSH
– reseptor
 Riwayat penyakit keluarga yang berhubungandengan autoimun :
riwayat penyakit keluarga yang ada hubungan dengan kelainan autoimun
merupakan faktor resiko hipotiroideisme tiroiditidautoimun.
 Zat kontras yang mengandung iodium : Hipertiroidisme terjadi setelah
mengalami pencitraan menggunakan zat kontras yang mengandung iodium
 Obat –obatan yang dapat menyebabkan terjadi penyakit tiroidamiodarom,
lithium karbonat, aminoglutethemide, interferon alfa, thalidomide, betaroxine,
stavudine
 Lingkungan : kadar iodium dalam air kurang

Diabetes Melitus Tipe 2 :


 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin di sertai difisiensi iunsulin
relatif sampai dengan dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin,
dan mempunyai juga pola familial yang kuat

Goiter
5. Jelaskan patofisiologi dari differential diagnosa?
Tiroidal Lelah, Tremor,BB

Pyk Grave Oftalmopaty


Ekstratiroidal
Spontan Dermopati
Goiter Nodular
Toksik Komplikasi
Hipertiroid
Nodular Kronik

Akibat Asupan Hormon Berlebihan

hipotalamus akan menghasilkan TRH. TRH akan merangsang


sel tirotropin di hipofisis anterior untuk menghasilkan TSH.
TSH akan merangsng sel folikel dikelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid berupa triiodothyyronine (T3)
dan tetraiodothyronine/thyroxine (T4). Dalam hal ini tubuh
punya mekanisme umpan balik negative. hormon yang
dilepas akan memberi umpan balik negative ke hipotalamus
dan hipofisis anterior untuk mengurangi TRH dan TSH
sehingga produksi menjadi tidak berlebihan dalam
darah.apabila ada abnormalitas pada aksis ini tentunya
akan berdampak pada jumlah hormon yang beredar dalam
darah sehingga terjadi abnormalitas kadar tiroid dalam
darah, bilah menuru atau naik.
6. Bagaimana Manifestasi klinik dari differential diagnosa?

HIPERTIROID

1. umum : tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB menurun, tumbuh cepat,
toleransi obat, hiperdefekasi, lapar.

2. gastrointestinal : makan banyak, haus, muntah, disfagia, splenomegali.

3. muskular : rasa lemah.

4.genitourinaria : oligomenoreae ,amenorea, liobido turun, infertil, ginekomasti,

5. kulit : rambut rontok, kulit basah, berkeringat, silkihair,dan onikolosis.

6. psikis dan saraf : labil iritabil, tremor, psikosis, nerpositas, paralisis, periodik dispneu.

7. jantung : hipertensi, aritmia,palpitasi ,gagal jantung.

8.darah dan limfatik : limfositosis ,anemia ,splenomegali ,leher membesar .

9.skelet : osteoporosis ,epifisis cepat menutup ,dan nyeri tulang .

A. jantung berdebar-debar ( palpitasi )

Peningkatan kadar triiodotironin ( T3 ) sebagai salah satu hormon tiroid dapat


merangdang saraf simpetis yang berkaitan dengan hormon-hormon yang dibentuk
medula suprarenal, yaitu epinefrin dan norepinephrin. Kedua hormon tersebut dapat
meningkatkan frekuensi denyut jantung dengan cara menstimulasi sel alfa dan beta
reseptor kemudian sel beta reseptor yang berada di membran plasma otot jangtung(
guyton 2007 ).

B. diare

peningkatan frekuensi buang air besar konsistensi normal hormon tiroid berperan dalam
meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran cerna,
sehingga hipertiroidisme seringkali menyebabkan diare ( guyton 2007 ).

C.rambut rontok

Gangguan tidur ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memulihkan dan


membangun sel-sel. Selama istirahat, tubuh akan dimatikan fungsi lain yang
memerlukan energi dan mengarahkan seluruh energi untuk fungsi, seperti pembelahan
sel yang membantu memulihkan sel-sel tubuh. Pembedahan sel tersebut juga akan
mencakup pembelahan sel dari folikel rambutl. Ketika folikel rambut yang terpengaruh
sebagai akibat dari tidur yang berkurang disebabkan oleh hipertiroid mereka mulai
tertinggal dalam pertumbuhan dan memasuki fase penumpahan cepat yang kemudian
menyebabkan kebotakan.

d. rasa lelah

sekres hormon tiroid meningkat yang menyebabkan hipertiroidisme dengan efek


samping hipermetabolisme sehingga terjadi penurunan massa otot rangka yang menjadi
faktor penyebab rasa lemah pada otot.

DM tipe 2

gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut diabetes
melitus yaitu: polifagi,polidipsi,poliuria,nafsu makan bertambah namun berat badan
menurun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.

Gejala kronik diabetes melitus yaitu: kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk-tusuk jarum, rasa kebas di kulit,kram,kelelahan,mudah mengantuk,pandangan
mulai kabur,gigi mudah goyah dan mudah lepas,kemampuan seksual menurun bahakan
pada pria bisa terjadi impotensi,pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian
janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.

7. Jelaskan langkah-langkah dari masing-masing differential diagnosa?

HIPERTIROID
1. Anamnesis
Gejala yang berhubungan dengan hipertiroid
- Jantung berdebar-debar
- Gelisah
- Sulit tidur
- Gemetar
- Tidak tahan panas
- Banyak keringat
- Cepat emosi
- Telat haid
- Cepat lelah
- Berat badan menurun
- Diare
/’ 2. Pemeriksaan fisik
- Kelenjar tiroid seseorang terletak di leher bawah kearah distal ( leher
depan bagian bawah ). Untuk mengetahui mana yang kelenjar dan
mana yang bukan bisa dilihat pada gerak menelan. Pada gerakan
menelan kelenjar akan ikut terangkat keatas
- Berbentuk seperti kupu – kupu
- Terdiri dari dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus
- Isthmus menutup cincin trachea 2 dan 3
- Kapsul fibrosus menggantungkan kelenjar ini pada fascia pre tracheal
sehingga pada saat“ menelan “ kelenjar tiroid terangkat kearah cranial.
Normal ( kedua lobus lebih kecil dari ruas ibu jari)

Tingkat Tingkat
Normal Tidak ada pemebesaran kelenjar tiroid
IA Jika ada pembesaran kelenjar tiroid tidak tampak walaupun leher
pada posisi tengadah maksimum dan pemeriksaan kelenjar tiroid
tentu ketika di palpasi
IIB Pemeriksaan kelenjar tiroid ketika leher posisi tengadah
maksimum dan pembesaran kelenjar ketika dipalpasi
IIA Pembesaran kelenjar tiroid terlihat pada posisi leher normal dari
jarak 1 cm
III Pembesaran kelenjar tiroid tampak jarak 5-6 cm

- Retraksi
- Eksoftalmopati
- Takikardi
- Kelemahan otot
- Fibrasi atrial
- Tremor
- Kulit yang hangat dan lembab

3. Pemeriksaan penunjang
- Antibody tiroid { TgAb, TPoAb ( dijumpai pada penyakit graves)},
tiroiditis hashimoto
- Laboratorium { TSH danpeningkatan FT4 dan T3 }
- Radiologis
- EKG untuk mendeteksi penyakit penyerta
UKUR TSH SERUM . KADAR
DIBAWAH NORMAL (<0,5 mlU/L)

Ukur T3 dan T4 bebas ,


Terjadi peningkatan

Lakukan pemeriksaan RAI.


Apakah uptake RAI tinggi ?

Jika pola uptake


menyebar (diffase),
curigai Graves Disease
Jika pola uptake nodular,
Curigai multinodular goiter

DIABETES MIELITUS TYPE II


Anamnesis
- Umur
- Trias DM
- Riwayat Keluarga
- Riwayat Obat

Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi
Melihat pada kaki bagaimana produksi keringatnya (menurun atau tidak
), Bulu jempol kaki berkurang atau tidak .
- Palpasi
1. Akral teraba dingin
2. Kulit pecah-pecah
3. Pucat
4. Keringat yang tidak normal
5. Pada ulkus terbentuk kaki yang tebal atau lembek

- Pemeriksaan saraf, Untuk mencegah terjadinnya ulkus.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan urin (untuk mengetahui kandungan glukosa pada


urin)

2. Pemeriksaan darah di LAB dan toleransi glukosa

3. Tes intoleransi glukosa , dilakukan pengukuran kadar glukosa


atau setelah makan atau OGTT

8. Bagaimana penatalaksaan dari masing-masing differential diagnosa?

HIPERTIROID

Farmakologi :

1. Antitiroid

Untuk pasien hipertiroidisme yaitu untuk pengobatan jangka panjang atau persiapan
pengangkatan tiroid.

- Kardimazol (mm digunakan).Dosis :15-40 mg/hari, kadang-kadang diperlukan dosis


lebih besar.Dosis dilanjutkan sampai pasien mencapai keadaan eutiroid.Biasanya setelah
4-8 minggu secara berangsur-angsur dosis dikurangi menjadi dosis pemeliharaan 5-15
mg terapi diberikan 12-18 bulan
- Propiltiourasil
Jika sensitif terhadap kardimazol dosis 200-400 mg/hari, dosis ini dipertahankan sampai
pasien mencapai keadaan eutiroid, lalu dosis diturunkan secara berangsur-angsur sampai
mencapai dosis pemeliharaan 50-150 mg/hari.

Efek Samping
- Kardimazol
Kadang dapat mengakibatkan rash dan pruritis dan dapat diobati dengan pemberian
antihistamin tanpa menghentikan terapi sebagai alternatif dapat diganti dengan
pemakaian propiltiourasil.
Catatan
1. Obat-obat antitiroid hanya perlu diberikan sekali sehari karena efeknya yang panjang
pada kelenjar tiroid
- Pengobatan berlebihan dapat cepat menyebabkan hipotiroidisme

2. Iodium
Dapat digunakan bersama dengan antitiroid diberikan selama 10-14 hari sebelum
pengangkatan sebagian tiroid/parsial tiroid tetapi tidak cukup bukti manfaatnya.Iodium
sebaiknya tidak digunakan untuk pengobatan jangka panjang karena efek anti tiroidnya
cenderung menurun.

Penggunaan OAT ini umumnya dengan dosis besar permulaan sampai eutiroidisme
tercapai, kemudian diberikan dosis rendah untuk mempertahankan keadaan
eutiroidisme. Biasanya dosis permulaan untuk karbimazol atau metimazol sebanyak 30-
60 mg/hari sedangkan propiltiourasil (PTU) 300/600, tergantung berat dan ringannya
hipertiroidisme

1. Pengobatan dengan yodium radioaktif.


Indikasi pengobatan dengan yodium radioaktif adalah :
A. Pasien umur 35 tahun atau lebih
B. Hipertiroidisme yang kambuh sesudah dioperasi
C. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian OAT
D. Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan OAT
E. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik

Pada pengobatan dengan yodium radio aktif ini kemungkinan terjadi hipotiroidisme besar sekali.
Digunakan yodium dengan dosis 5 sampai 12 mCi per oral. Dosis ini dapat mengendalikan
tirotoksikosis dalam 3 bulan, namun kira-kira 1/3 dari jumlah pasien menjadi hipotiroid dalam
tahun pertama. Efek samping pengobatan dengan yodium radioaktif adalah hipotiroidisme,
eksaserbasi, Hipertiroidisme dan tiroidisme.

2. Operasi
Tiroidektomi subtotal sangat efektif untuk menanggulangi hipertiroidisme. Hasil
tindakan operasi ini tergantung pada pengalaman dan ketrampilan ahli bedah kelenjar
yang tertinggal sesudah operasi penting sekali sebab bila terlalu besar biasanyz kambuh
kembali, sedang bila terlalu kecil terjadi hipotiroidisme.
Indikasi operasi adalah :
A. Pasien umur mudah dengan struma yang besar serta tidak mempan dengan OAT
B. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan OAT dosis besar.
C. Energi terhadap OAT, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
D. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
E. Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul

Sebelum operasi biasanya pasien diberikan OAT sampai eutiroid kemudian diberikan cairan
kalium iodida 100 sampai 200 mg/hari atau cairan lugol 10 sampai 15 tetes/ hari selama sepuluh
hari sebelum dioperasi untuk mengurangi vaskularisasi pada kelenjar kelenjar tiroid

3. Pengobatan tambahan
A. Sekat beta adrenergik
Beberapa gejala dan tanda hipertiroidisme seperti palpitasi, tremor, berkeringat
banyak, dan gelisah, timbul melalui reseptor beta adrenergik yang mungkin oleh
karena meningkatnya jumlah respetor pada hipertiroidisme. Dengan pemberian
sekat beta-adrenergik, gejala-gejala ini berkurang. Sekat beta ini juga
mempunyai efek menurunkan kadar t3 dalam serum . Para ahli menganjurkan
dosis sebanyak 40 sampai 200 mg/hari yang di bagi atas 4 dosis. Pada orang
lanjut umur diberi 10mg/6 jam .
B. Yodium
Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi, sesudah
pengobatandengan yodium radioaktif dan pada krisis tiroid. Biasanya diberikan
dalam dosis 100 sampai 300 mg/hari.
C. Ipodate
Obat ini lebih cepat kerjanya dibanding PTU dan sangat baik digunakan pada
keadaan akut seperti krisis tiroid. Kerja ipodate adalah menurunkan konversi t4
menjadi t3 diperifer, mengurangi sintesis hormon tiroid septor mengurangi
pengurangan hormon dari tiroid
D. Litium
Litium mempunyai daya kerja seperti yodium, namun tidak jelas keuntungannya
dibandingkan dengan yodium. Pemakaian litium dalam hipertiroidisme belum
jelas , namun dapat di gunakan pada pasien dengan krisis tiroid yang alergi
terhadap yodium.
Diabetes Mielitus Type II

Non Farmakologi
- Edukasi
- Terapi Nutrisi Medis (TNM)
- Kebutuhan Kalori

Farmakolog

- OBAT ANTIDIABETIK ORAL


- OBAT ANTIDIABETIK SUNTIK

9. Apa komplikasi dari masing-masing differential diagnosa?

HIPERTIROIDISME

 Hipotiroidisme sudah terapi radioiodine, disebabkan oleh terapi yang berulang-


ulang kali menggunakan radioiodine sehingga terjadi penurunan batas ambang
normalnya.
 Hipoparatiroidisme sesudah operasi pengangkatan tiroid dimana terjadi
pengangkatan kelenjar paratiorid yang melekat pada kelenjar tiroid sehingga
terjadi penurunan hormon paratiroid
 Aritmia, AF (Atrial Fibriasi)merupakan suatu kondisi aritmia yang berbahaya
karena ventrical rate yang cepat dan menggangu cardiac output dan berefek pada
hipotensi dan kongesti khususnya pada pasien dengan hypertiroid.
 Atrofi otot disebabkan oleh penguraian protein dan lemak sehingga berat badan
menurun dan otot tidak terbentuk
 Krisis tiroid, hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hypertiroid
yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien
hypertiroid yang tidak terdiagnosis akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah
sangat besar menyebabkan takikardi, tremor, dan apabila tidak diobati dapat
menyebabkan kematian.
Sumber:
 Buku patofisiologi kowalak halaman 536
 Slide materi krisis tiroid dr. Abdul Aziz Manaf Sp.PD.FINASIM
 Brent G.A, Graves disease, The New England Journal Of Medicine ( 2008
);358:2594-605

DIABETES MELITUS TYPE II


a. Komplikasi Akut
- Hipoglikemia diamana kadar glukosa darah seseorang dibawah nilai
normal (50 mg/dl)
- Hiperglikemia dimana kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba , dapat
berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya.
b. Komplikasi Kronik
- Komplikasi Makrovaskular
Tromobosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak) , Penyakit jantung
koroner (PJK) , Stroke.
- Komplikasi Mikrovaskular
Nefropati , Retinopati , Neuropati dan Amputasi.

10. Apa prognosis dari masing-masing differential diagnosa?


Hipertiroid
 Baik = jika penatalaksanaan tepat dan menghindari komplikasi
 Buruk = berakhir dengan kematian pada krisis tiroid
Sumber:
Journal “kelenjar tiroid” oleh FK UNIMAL

Diabetes Mielitus Type II


Diabetes Menyebabkan kematian pada 3 juta orang setiap tahun (1,7-5,2 %
kematian di dunia)

11. Apa pencegahan dari masing-masing differential diagnosa?

Hipertiroid
a) pencegahan primer ( untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko )
I. Edukasi
II. pola hidup sehat
III. konsumsi yodium
IV. olaraga
b) pencegahan sekunder ( untuk mendeteksi penyakit scr dini )
I. diagnosa ( anamnesis, pemfis, pemeriksaan penunjang )
II. penatalaksanaan medis ( operasi / pembedahan )
c) pencegahan tersier ( untuk mengendalikan fungsi mental fisi dan sosial )
I. kontrol teratur
II. menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
III. malakukan reabilitas

Diabetes Mielitus Type II


a) Pencegahan primer dengan melakukan penyuluhan pada seorang/sekelompok
orang mengenai:
 Program penurunan berat badan pada seseorang yang mempunyai resiko
diabetes dan yang mempunyai berat badan berlebih
 Lakukan diet sehat
 Latihan jasmani
 Hindari merokok
b) Pencegahan sekunder dilakukan untuk menghambat terjadinya penyakit penyulit
pada pasien yang sudah menderita diabetes dengan cara pemberian pengobatan
yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit
diabetes melitus serta perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan kepatuhan
pasien dalam menjalani program pengobatan
c) Pencegahan tersier ditujukan untuk kelompok penyandang diabetes yang
mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut.
12. Jelaskan patomekanisme dari gejala?

Anda mungkin juga menyukai