Anda di halaman 1dari 22

HUKUM PERDATA

Diajukan Untuk Tugas Mata kuliah Hukum Perdata

DOSEN PENGAMPU: M. Rizal, M.Hum

DISUSUN OLEH:

Rizqi Dwi Nugraha (0202192042)

Nurul Balqis S (

M. Zulfahri Tambusai (

Imransyah Pasai (

Isma Pohan (

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

PERBANDINGAN MAZHAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA

T.A 2020 - 2020

2
KATA PENGANTAR
‫س ِم هللاِ ال ًّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬
ْ ِ‫ب‬

Assalamul’aikum warahmatullah wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat Nya serta
meridhoi kami untuk menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, hingga
akhirnya kami bisa mempresentasikan nya kedepan. Serta shalawat berangkai
salam kami hadiahkan ke Baginda Rasulullah SAW.

Makalah ini kami persembahkan sebagai bukti pengabdian kami kepada dosen
pembimbing mata pelajaran Hukum Perdata Bapak M. Rizal, M.Hum semoga
dengan makalah ini kita bisa mengetahui apa itu ifta dan sejarah perfatwaan
yang akan kami paparkan selanjutnya.

Kami juga berterima kasih ke pada dosen pembimbing kami bapak M. Rizal,
M.Hum.yang telah mengajarkan dan membantu kami dalam pembuatan
makalah ini, dan kami meminta maaf apa bila ada ke khilafan kami dalam
bacaan, ejaan, dan hal lainnya kami meminta maaf yang sebesar besar nya,
karna kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT.

Wasalam

Medan, 12 November 2020

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................................7
2.1 Pengertian Hukum Perdata...................................................................................7
2.2 Sejarah Hukum Perdata......................................................................................10
2.2.1 Kodifikasi Hukum Perdata Belanda tahun 1830.......................................10
2.2.2 Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesi, tahun, 1848.................................11
2.3 Sumber Hukum Perdata......................................................................................11
2.4 Asas-asas Hukum Perdata...................................................................................12
2.4.1 Asas Kebebasan Berkontrak.......................................................................13
2.4.2 Asas Konsensualisme....................................................................................13
2.4.3Asas Kepercayaan.....................................................................................................13
2.4.3 Asas Kekuatan Mengikat.............................................................................13
2.4.4 Asas Persamaan hukum...............................................................................13
2.4.5 Asas Keseimbangan,.....................................................................................14
2.4.6 Asas Kepastian Hukum,...............................................................................14
2.4.7 Asas Moral....................................................................................................14
2.4.8 Asas Perlindungan........................................................................................15
2.4.9 Asas Kepatutan.............................................................................................15
2.4.10 Asas Kepribadian (Personality)...................................................................15
2.4.11 Asas Itikad Baik (Good Faith).....................................................................16
2.5 Sistematika Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia...................................16
2.6 Hukum yang Berlaku di Indonesia.....................................................................18
2.7 Keadaan Hukum Perdata di Indonesia..............................................................19
BAB III.................................................................................................................................20
PENUTUP............................................................................................................................20
3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya

suatu “hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang

lain. Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak

berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan

permasalahan hukum. Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya hubungan

pinjam meminjam saja seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Atau

contoh lain dalam hal terjadinya putusnya perkawinan seringkali menimbulkan

permasalahan hukum. Hal tersebut termasuk dalam masalah hukum perdata.1

Hukum perdata di Indonesia adalah sekumpulan peraturan yang berisi

perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat

dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi

terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Salah satu

bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek

hukum dan hubungan antara obyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum

privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum

(misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan

sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum

pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga

negara sehari- hari.

1
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), hlm. 9
 Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di

Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPerdata.) yang berlaku di

Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk

Wetboek (atau dikenal dengan BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan

diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas

konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda,

BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari

hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian.2

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa pengertian hukum perdata?

3. Bagaimana sejarah hukum perdata?

4. Apa saja sumber-sumber hukum perdata?

5. Apa saja asas-asas hukum perdata?

6. Bagaimana sistematika hukum perdata?

7. Bagaimana hukum perdata yang berlaku di Indonesia?

8. Bagaimana keadaan hukum di Indonesia?

2
9Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
hlm. 197
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Perdata


Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof.

Djojodiguno sebagai terjemahan dari bahasa Belanda yaitu burgerlijkrecht

Wetboek (B.W)  pada masa pendudukan Jepang. Di samping istilah itu, sinonim

hukum perdata adalah civielrecht dan privatrecht.

Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van

Dunne mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah, “Suatu

peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan

individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan

hukum publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi”3

Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah,

“Aturan-aturan atau  norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh

karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam

perbandingan yang tepat antara kepentingan yang satu dengna kepentingan yang

lain dari orang-orang dalam suatu masyarakat tertentu terutama yang mengenai

hubungan keluarga dan hubungan lalu lintas”

Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak

dan kewajiban yang dimiliki subjek hukum. Subjek adalah pelaku. Subjek

hukum ada dua, yaitu manusia dan badan hukum (PT, firma, yayasan, dan

sebagainya). Hukum perata ada karena kehidupan seseorang didasarkan pada

adanya suatu “hubungan”, bagik hubungan berdasarkan kebendaan atau

3
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 210
hubungan yang lain. Manusia. Hukum perdata bertujuan untuk mengatur

hubungan di antara penduduk atau warga Negara sehari-hari, seperti

kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, waris, harta benda,

kegiatan usaha, dan tindakan bersifat perdata lainnya. Karena hukum perdata

“rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum

antara orang yang satu dan orang lain dengan menitikberatkan pada

kepentingan perseoranagn “. Hukum perdata merupakan ketentuan yang

mengatur dan membatasi tingkah laku manusia dalam memenuhi

kepentingannya serta membatasi kehidupan manusia atau seseorang dalam

usaha untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya.4

Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (Civil Law).

Hukum privat adalah hukum yang baik materi maupun prosesnya didasarkan

kepada kepentingan pribadi-pribadi. Misalnya ketika terjadi transaksi jual beli

rumah, kedua belah pihak berhak untuk menentukan metode pembayaran,

apakah kontan atau kredit. Jual beli ini merupakan urusan pribadi sehingga

institusi public seperti polisi atau jaksa tidak berhak untuk ikut campur dalam

prosesnya. Jadi, ketika ditemukan masalah perdata dan polisi atau jaksa turut
campur dalam kasus tersebut (dengan membawa baju institusinya), maka

tindakan aparat tersebut patut dicurigai. Namun ketika terjadi penipuan,

misalnya rumah dijual bukan hak milik si Penjual, maka kasus ini bisa

dilaporkan ke polisi.

Hukum perdata menentukan, bahwa didalam perhubungan antar mereka,

orang harus meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma apa saja yang

4
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2011).
hlm. 12-13
harus mereka indahkan. Dalam hal ini hukum perdata memberikan wewenang-

wewenang di satu pihak dan di lain pihak iamembebankan kewajiban-

kewajiban, yang pemenuhannya dan justru ini adalah inti aturan hukum, jika

perlu dapat dipaksakan dengan bantuan penguasa.5

Pengertian Hukum Perdata Material dan Formal

- Hukum  Perdata Material

Pengertian hukum perdata material adalah menerangkan perbuatan-

perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang dapat

dijatuhkan. Hukum materil menentukan isi sesuatu perjanjian, sesuatu

perhubungan atau sesuatu perbuatan. Dalam pengertian hukum materil

perhatian ditujukan kepada isi peraturan.

- Hukum Perdata Formal

Pengertian hukum perdata formil adalah menunjukkan cara

mempertahankan atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam

perselisihan maka hukum formil itu menunjukkan cara menyelesaikan di muka

hakim. Hukum formil disebut pula hukum Acaara. Dalam pengertian hukum

formil perhatian ditujukan kepada cara mempertahankan/ melaksanakan isi


peraturan.6

5
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal. 2

6
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia. hlm. 13
2.2 Sejarah Hukum Perdata
2.2.1 Kodifikasi Hukum Perdata Belanda tahun 1830
Sumber pokok hukm perdata (Burgerlijkrecht) iyalah Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (Burgerljk Wetboek), disingkat KUHPer (B.W.)

KUHPer sebagian besar adalah hukum perdata prancis, yaitu Code Napoleon

tahun 1811-1838; akibat penduduk prancis di Belanda, berlaku di Negeri

Belanda sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang resmi. Sebagian

dari Code Napoleon ini adalah Code Civil, yang dalam penyusunanya

mengambil karangan-karanngan pengarang-pengarang bangsa prancis mengenai

hukum Romawi (Corpus Juris Ciivlis), yang pada jaman dahulu dianggap

sebagai hukum yang paling sempurna. Juga unsure-unsur hukum kanoniek

(hukum agama Katolik) dan hukum kebiasaan setempat mempengaruhinya.

Setelah pendudukmPrancis berakhir, oleh pemerintah Belenda dibentuk

suatu panitia yang di ketuai oleh Mr. J.M. Kemper dan bertugas membuat

rencana kodifikasi hukum perdata Belanda dengan menggunakan sebagai

sumber sebagaian besar “Code Napoleon” dan sebagian kecil hukum belanda

Kuno. Kemudian diresmikan pada 1 Oktober 1838 yang mengeluarkan

Burgerilijk Wetboek (KUHPer) dan Wetboek van Koophandel ( KUH


Dagang).7
2.2.2 Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesi, tahun, 1848
KUHPer yang terlaksana pada 1 Mei 1848 itu adalah hasil panitia

kodifikasi yang diketuai oleh Mr. C.J. Scholten van Oud-Haarlem. Maksud dari

kodifikasi pada waktu itu untuk mengadakan persesuaian antara hukum dan

keadaan di Indonesia dengan hukum dan keadaan negeri Belanda. Di negeri

7
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hlm. 40
Belanda aliran kodifikasi adalah dari pada aliran kodifikasi yang di Eropa

berlangsung secara umum pada akhir abad ke-18; masalah pada waktu itu sudah

ada Negara-negara yang telah selesai dengan kodifikasinya.

KUHPer Indonesia sekarang ini (yang mulai berlaku sejak 1 Mei

1848)dapat dikatakan suatu copy KUHPer Belanda, sehingga untuk

menyediakannya perlula sedianya untuk menyelidiki KUHPer Belanda. 8

2.3 Sumber Hukum Perdata


Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan

yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang

kalau dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata. Sumber

hukum perdata adalah asal mula hukum perdata atau tempat dimana hukum

perdata di temukan.9

Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam. Yaitu

KUHperdata ,traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber

tersebut dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis

dan tidak tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum perdata tertulis yaitu

tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber

tertulis. Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam peraturan

perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak

tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari

sumber tidak tertulis. Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan.

8
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hal. 41
9
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal. 15
Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:

1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum permerintah Hindia

Belanda

2. KUHPerdata (BW)

3. KUH dagang

4. UU No 1 Tahun 1974

5. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria. 10

2.4 Asas-asas Hukum Perdata


Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting

dalam Hukum Perdata adalah:


2.4.1 Asas Kebebasan Berkontrak
Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan

perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun

yang belum diatur dalam undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).


2.4.2 Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)

KUHPdt. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya

10
perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini

merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak

diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua

belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan

yang dibuat oleh kedua belah pihak.11


2.4.3Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang

akan mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan

diantara mereka dibelakang hari.


2.4.3 Asas Kekuatan Mengikat
Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa

perjanjian hanya mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada

perjanjian tersebut dan sifatnya hanya mengikat.12

2.4.4 Asas Persamaan hukum,

Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum

yang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang

sama dalam hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu sama

lainnya, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.
2.4.5 Asas Keseimbangan,
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak

memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk

menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi

11
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989). Hlm.

40
12
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 42
melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk

melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik13


2.4.6 Asas Kepastian Hukum,
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda

merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt

servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati

substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah

undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi

kontrak yang dibuat oleh para pihak.


2.4.7 Asas Moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan

sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat

prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu

seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan

mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan

perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan motivasi pada yang

bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada

kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya.14


2.4.8 Asas Perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan

kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat

perlindungan itu adalah pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi yang

lemah.Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para pihak dalam

menentukan dan membuat suatu kontrak/perjanjian dalam kegiatan hukum


13
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 238
14
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 239
sehari-hari. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keseluruhan asas diatas

merupakan hal penting dan mutlak harus diperhatikan bagi pembuat

kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu kesepakatan dapat tercapai

dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.

2.4.9 Asas Kepatutan.

Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPdt. Asas ini berkaitan

dengan ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh kepatutan

berdasarkan sifat perjanjiannya15


2.4.10 Asas Kepribadian (Personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang

yang akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan

perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340

KUHPdt.

2.4.11 Asas Itikad Baik (Good Faith)


Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang

berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini

merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus

melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang

teguh maupun kemauan baik dari para pihak.16

15
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm.230
16
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm.
231
2.5 Sistematika Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia
1. Menurut Undang-Undang sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata terdiri atas 4 buku, yaitu:

- Buku I, yang berjudul Perihal Orang (Van Personen), yang memuat Hukum

Perorangan dan Hukum Kekeluargaan;

- Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat Hukum Benda

dan Hukum Waris;

- Buku III, yang berjudul perihal perikatan (Van Verbintennissen), yang memuat

Hukum Harta Kekayaan yang berkenan dengan hak-hak dan kewajiban yang

berlaku bagi-orang-orang atau pihak tertentu;

- Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadauiawarsa (Van Bewijs en

Berjaring), yang memuat perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat

waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.

2. Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang termuat dalam

KUHPer) terdapat 4 bagian, yaitu:

- Hukum Perorangan (Personenrecht) yang memuat antara lain:

a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum,

b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak dan bertindak

sendiri melaksanakan hak-haknya itu.

- Hukum Keluarga (Familierecht) yang memuat antara lain:

a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan antara suami/istri

b. Hubungan antara orangtua dan anak-anaknya (kekuasaan orangtua-ouderlijke

macht),

c. Perwalian (voogdij),
d. Pengampunan (curalele).17

- Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht), yang mengatur tentang hubungan-

hubungan hukum yang dapat dinilaikan dengan uang. Hukum Harta Kekayaan

meliputi;

a. Hak mutlak, yaitu hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang;

b. Hal perorangan, yaitu hak-hak yang hanya berlak terhadap seorang atau suatu

pihak tertentu saja. Hal 45.

- Hukum Waris (Erfrecht), yang mengatur tentang benda atau harta kekayaan

seseorang jika meninggal dunia (mengatur akibat-akibat dari hubungan keluarga

terhadap harta peninggalan seseorang).

2.6 Hukum yang Berlaku di Indonesia

1. Bagi Golongan eropa dan yang dipersamakan berlaku Hukum Perdata dan
Hukum Dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata dan Hukum

Dagang di negeri Belanda berdasarkan azas konkordansi.

2. Bagi Golongan Bumi Putera (Indonesia asli) dan yang dipersamakan berlaku
Hukum Adat merka. Yaitu Hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan

rakyat, dimana sebagian besar dari Hukum Adat tersebut belum tertulis, tetapi

hidup dalam tindakan-tindakan rakyat.

3. Bagi Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum msing-
masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing (Cina,
17
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 44
Arab, India) diperbolehkan untuk menundukkan diri kepada Hukum Eropa

Barat baik secara keseluruhan maupun untuk beberapa macam tindakan hukum

tertentu saja.18

Maksudnya untuk segala golongan warga negara berlainan satu dengan yang

lain. Dapat kita lihat :

4. Untuk Golongan Bangsa Indonesia Asli: Berlaku Hukum Adat yaitu hukum


yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan rakyat, hukum yang sebagian besar

masih belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat mengenai

segala hal di dalam kehidupan kita dalam masyarakat. 

5. Untuk Golongan warga negara bukan asli yang berasal dari Tionghoa dan
Eropa: Berlaku kitab KUHP (Burgerlijk Wetboek) dan KUHD (Wetboek van

koophandel), dengan suatu pengertian bahwa bagi golongan tionghoa ada suatu

penyimpangan, yaitu pada bagian 2 dan 3 dari TITEL IV dari buku I

tentang: Upacara yang mendahului pernikahan dan mengenai penahanan

pernikahan. Hal ini tidak berlaku bagi golongan tionghoa, karena pada mereka

diberlakukan khusus yaitu Burgerlijke stand, dan peraturan mengenai

pengangkatan anak (adopsi).

Selanjutnya untuk golongan warga negara bukan asli yang bukan berasal dari

tionghoa atau eropa berlaku sebagian dari BW yaitu hanya bagian-bagian yang

mengenai Hukum kejayaan Harta Benda (Vermogensrecht), jadi tidak mengenai

Hukum Kepribadian dan Hukum Kekelurgaan (Personen en Familierecht)

maupun yang mengenai Hukum Warisan.19

18
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal. 35
19
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal. 37
2.7 Keadaan Hukum Perdata di Indonesia

Mengenai keadaan hukum perdata di Indonesia sekarang ini masih bersifat

majemuk yaitu masih beranekaragam. Faktor yang mempengaruhinya antara

lain : 

1. Faktor etnis : keanekaragaman adat di Indonesia

2. Faktor historia yuridis yang dapat dilihat pada pasal 163, I.S yang

membagi penduduk Indonesia dalam golongan, yaitu :

6. Golongan eropa : hukum perdata dan hukum dagang


7. Golongan bumi putera (pribumi/bangsa Indonesia asli) : hukum adat
8. Golongan timur asing (bangsa cina, india, arab) : hukum masing-masing
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hukum perdata adalah  hukum yang mengatur hubungan antar individu

dalam pergaulan masyarakat. Jadi, hukum perdata adalah hukum pokok yang

mengatur kepentingan-kepentingan perorangan. Dalam [eradilan hukum perdata

diutamakan perdamaian karena hukum perdata itu tidak hanya difungsikan

untuk menghukum seseorang, tetapi juga sebagai alat untuk mendapatkan

keadilan dan perdamaian.


DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Abdulkadi, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,

2014)

Syahrizal DardA, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi, (Yogyakarta: Pustaka

Grhatama, 2011)

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai

Pustaka, 1989)

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993)

Soetami Siti, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007)


Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1996)

Anda mungkin juga menyukai