Dosen Pembimbing :
Kaliandra Pulungan, M.H.
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Hafidz Deva Rucci
Agus Setiadi
Siwarji
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mengizinkan
kita semua berada dalam kasih sayangNya. Tak lupa mari kita haturkan pujian
untuk Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kemasa dimana kita bisa
belajar dan tumbuh kembang dengan baik dengan sikap-sikap teladannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari teman – teman sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................................
Rumusan Masalah ...................................................................................................
Tujuan .....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perceraian .............................................................................................
B. Akibat Dari Perceraian............................................................................................
C. tata cara ,pisah rumah akibat putusnya perceraian...................................................
D. hak asuh anak ketika terjadinya perceraian.............................................................
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di sebut dengan perceraian ?
2. Apa akibat dari perceraian ?
3. Bagaimana tata cara ,pisah rumah akibat putusnya perceraian ?
4. Bagaimana hak asuh anak ketika terjadinya perceraian ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu perceraian.
2. Untuk mengetahui apahukum akibat perceraian
3. Untuk mengetahui dan memahamitata cara percerayan,pisah rumah akibat
putusnya perkawinan
4. Untukmengetahui dan memahami tentang hak asuh anak ketika terjadinya
percerayan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perceraian
Hukum perceraian dalam Islam patut dipahami oleh setiap muslimin dan
muslimat. Perceraian adalah perbuatan atau langkah yang dilakukan oleh
pasangan suami istri untuk berpisah apabila rumah tangganya tidak dapat
dipersatukan kembali, dan jika diteruskan akan menimbulkan mudharat untuk
suami, istri, anak, maupun lingkungannya. Perceraian dalam pandangan Islam
bukan sesuatu yang dilarang. Namun, Allah membenci adanya sebuah perceraian.
Jika terpaksa, perceraian memang adalah jalan terakhir ketika semua upaya
mempertahankan rumah tangga telah dilakukan namun tidak membuahkan hasil.
Kendati demikian, perceraian dalam pandangan Islam disyariatkan untuk
dilakukan secara baik demi mewujudkan kemaslahatan bagi semua pihak yang
berkepentingan.
B. Dampak perceraian
Kompilasi Hukum Islam ini pun sejalan dengan Putusan Mahkamah Agung RI
No.126 K/Pdt/2001 pada tanggal 28 Agustus 2003. Putusan tersebut mengatakan
jika terjadi perceraian dan anak masih di bawah umur, maka pemeliharaannya
diserahkan pada orang terdekat dan akrab dengan anak yaitu ibunya.
Hak asuh dapat diserahkan atau jatuh kepada ayah apabila, terjadi kesepakatan
antara kedua pihak sebagai orang tua pada saat setelah perceraian. Sehingga
hakim dapat mengambulkan permohonan suami untuk mendapatkan hak asuh.
Dalam hal terjadinya perceraian: Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau
belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya; Pemeliharaan anak yang sudah
mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih di antara ayah atau ibunya
sebagai pemegang hak pemeliharaannya; Biaya pemeliharaan ditanggung oleh
ayahnya.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hukum perceraian dalam Islam patut dipahami oleh setiap muslimin dan
muslimat. Perceraian adalah perbuatan atau langkah yang dilakukan oleh
pasangan suami istri untuk berpisah apabila rumah tangganya tidak dapat
dipersatukan kembali, dan jika diteruskan akan menimbulkan mudharat untuk
suami, istri, anak, maupun lingkungannya. Perceraian dalam pandangan Islam
bukan sesuatu yang dilarang. Namun, Allah membenci adanya sebuah
perceraian. Jika terpaksa, perceraian memang adalah jalan terakhir ketika
semua upaya mempertahankan rumah tangga telah dilakukan namun tidak
membuahkan hasil.
2. Akibat perceraian adalah suami-isteri hidup sendiri-sendiri, suami/ isteri dapat
bebas menikah lagi dengan orang lain.
3. Pisah ranjang diatur dalam Bab XI Buku Pertama Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, Pasal 233 sampai Pasal 249. Pisah ranjang merupakan
perpisahan antara suami-istri yang tidak mengakhiri pernikahan. Pasal 233
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan, jika ada hal-hal yang
dapat menjadi dasar untuk menuntut perceraian perkawinan, suami atau istri
berhak untuk menuntut pisah meja dan ranjang.Perpisahan meja dan ranjang
pada hakikatnya adalah perpisahan antara suami dan isteri tanpa mengakhiri
ikatan perkawinan.
4. Kompilasi Hukum Islam ini pun sejalan dengan Putusan Mahkamah Agung RI
No.126 K/Pdt/2001 pada tanggal 28 Agustus 2003. Putusan tersebut
mengatakan jika terjadi perceraian dan anak masih di bawah umur, maka
pemeliharaannya diserahkan pada orang terdekat dan akrab dengan anak yaitu
ibunya.
Saran
1. Agar suami dan istri dalam hal terjadi perceraian mempertimbangkan, tidak
merugikan salah satu pihak terkait harta bersama.
2. Hendaknya suami dan istri membagi harta bersama secara adil tanpa
mempersoalkan hasil jerih payah masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Djamaan Nur, H., 1993, Fiqih Munakahat, Semarang: Dina Utama Semarang.