Anda di halaman 1dari 16

KONSEP WARALABA

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah: Kewirausahaan
Dosen Pengampu: Dr. H. Asep Suraya Maulana, M.H.I

Disusun oleh:
1. Nirmala Hidayati (2120110)
2. Cici Hanani (2120140)
3. Jihan Caputri (2120153)

Kelas E

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) K.H ABDURRAHMAN WAHID
PEKALONGAN
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat
serta salam tak lupa senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
kami nanti-natikan syafaatnya di yaumul akhir kelak aamiin. Penyusunan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan dengan judul
“Konsep Waralaba”.
Selama proses penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa tanpa
adanya dukungan dari semua pihak makalah ini tidak akan terselesaikan dengan
baik. Oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan selama penyusunan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Asep Suraya Maulana,
M.H.I selaku dosen pengampu mata kuliah Kewirausahaan yang telah
memberikan ilmu, arahan serta bimbingannya selama penulisan makalah ini.
Dengan disusunnya makalah ini penulis berharap semoga dapat
memberikan manfaat dan menambah ilmu pengetahuan. Akan tetapi terlepas dari
itu penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar
kedepannya dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi.

Pemalang, 20 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................iii

BAB I...........................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................1

C. Tujuan Penulisan................................................................................1

BAB II..........................................................................................................2

A. Sejarah Waralaba................................................................................2

B. Pengertian Waralaba...........................................................................3

C. Dasar Hukum dan Perjanjian Waralaba.............................................5

D. Jenis dan Bentuk Waralaba................................................................7

E. Kelebihan dan Kekurangan Waralaba................................................9

BAB III......................................................................................................12

PENUTUP..................................................................................................12

A. Kesimpulan.......................................................................................12

B. Saran.................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring Dengan Berkembangnya Zaman Dan Semakin Pesatnya
Sektor Perekonomian Yang Semakin Meningkat, Dinamis Dan Penuh
Persaingan Serta Tidak Mengenal Batas-Batas Wilayah. Oleh Karena Itu
Bisnis Di Zaman Sekarang Ini Diperlukan Hukum Untuk Menaungi Dan
Melindungi Denga Tujun Untuk Mewujudkn Keadilan Sosial Dan Adanya
Kepastian Hukum , Bukan Hanya Sekedar Mencari Keuntungan Tetapi Ada
Pertnggung Jawaban Terhadap Dampak Yang Ditimbukan Dari Operasional
Bisnis Secara Menyeluruh.
Untuk Mengantisipasi Hal-Hal Yang Tidak Diinginkan, Orang-Orang
Yang Terjun Langsung Dalam Dunia Bisnis Hendaknya Mengetahui Dan
Memahami Terlebih Dahulu Hukum Bisnis Secara Detail Agar Bisnis Yang
Ditekuni Berjalan Dengan Baik Dan Memberikan Manfaat Bagi Dirinya Dan
Mensejahterakan Masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah waralaba?
2. Apa yang dimaksud waralaba?
3. Apa dasar hukum dan perjanjian waralaba?
4. Apa saja jenis dan bentuk waralaba?
5. Apa kekurangan dan kelebihan waralaba?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah waralaba
2. Mengetahui pengertian waralaba
3. Mengetahui dasar hukum dan perjanjian waralaba
4. Mengetahui jenis dan bentuk waralaba
5. Mengetahui kekurangan dan kelebihan waralaba

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Waralaba
Sejarah waralaba (franchise) di mulai di Amerika Serikat oleh
perusahaan mesin jahit singer sekitar tahun1850-an. Pada saat itu,Singer
membangun jaringan distribusi hampir di seluruh daratan Amerika untuk
menjual produknya. Disamping menjual mesin jahit, para distributor
tersebut juga memberikan pelayanan purna jual dan suku cadang. Jadi para
distributor tidak semata menjual mesinjahit, akan tetapi juga memberikan
layanan perbaikan dan perawatan kepada konsumen. Walaupun tidak
terlampau berhasil, Singer telah menebarkan benih untuk franchising di
masa yang akan datang dan dapat diterima secara universal. Pola ini
kemudian diikuti oleh industry mobil, industry minyak dengan pompa
bensinnya serta industri minuman ringan. Mereka ini adalah para produsen
yang tidak mempunyai jalur distribusi untuk produk-produk mereka,
sehingga memanfaatkan system franchise ini di akhir-akhir abad ke-18 dan
diawal abad ke 19.
Sesudah perang dunia ke 2, usaha eceran mengadakan
perubahan dari orientasi produk ke orientasi pelayanan. Disebabkan kelas
menengah mulai sangat mobile dan mengadakan relokasi dalam jumlah
besar ke daerah-daerah pinggiran kota, maka banyak rumah
makan/restoran atau drivein mengkhususkan dalam makanan siap saji dan
makanan yang bisa segera di makan di perjalanan. Pada awal nya istilah
franchise tidak dikenal dalam kepustakaan Hukum Indonesia,hal ini
dapatdimaklumi karena memang lembaga franchise ini sejak awal tidak
terdapat dalam budaya atau trades ibisnis masyarakat Indonesia.Namun
karena pengaruh globalisasi yang melanda di berbagai bidang,
maka franchise ini kemudian. masuk ke dalam tatanan budaya
dan tatanan hukum masyarakat Indonesia.

2
Waralaba mulai ramai dikenal diIndonesia sekitar tahun 1970-an
dengan mulai masuknya franchise luar negeri, seperti KFC, Swensen,
Shekey Pisa, Burger King dan 7Eleven. Walaupun system franchise ini
sebetulnya sudah ada di Indonesia seperti yang diterapkan oleh Bata dan
menyerupai SPBU.
Pada awal tahun 1990 – an International Labour Organization
(ILO) pernah menyarankan Pemerintah Indonesia untuk menjalankan
sistem franchiseguna memperluas lapangan kerja sekaligus merekrut
tenaga-tenaga ahli franchise untuk melakukan survei, wawancara, sebelum
memberikan rekomendasi. Hasil kerja para ahli franchise tersebut
menghasilkan “Franchise Resource Center” dimana tujuan
lembagatersebutadalahmengubahberbagai macam usaha menjadi franchise
serta mensosialisasikan system franchise ke masyarakat Indonesia.
Istilah franchise ini selanjutnya menjadi istilah yang akrab
dengan masyarakat, khususnya masyarakat bisnis Indonesia dan menarik
perhatian banyak pihak untukmendalaminya kemudian istilah franchise
dicoba di Indonesiakan dengan istilah ‘waralaba’ yang diperkenalkan
pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen
(LPPM) sebagai padanan istilah franchise. Waralaba berasal dari kata wara
(lebih atau istimewa) dan laba (untung), maka waralaba berarti usaha
yangmemberikan labalebih / istimewa.

B. Pengertian Waralaba
Pengertian Franchise berasal dari bahasa Perancis affranchir yang
berarti to free yang artinya membebaskan. Dengan istilah franchise di
dalamnya terkandung makna, bahwa seseorang memberikan kebebasan
dari ikatan yang menghalangi kepada orang untuk menggunakan atau
membuat atau menjual sesuatu. Dalam bidang bisnis franchise berarti
kebebasan yang diperoleh seorang wirausaha untuk menjalankan sendiri
suatu usaha tertentu di wilayah tertentu. Franchise ini merupakan suatu
metode untuk melakukan bisnis, yaitu suatu metode untuk memasarkan

3
produk atau jasa ke masyarakat. Selanjutnya disebutkan pula bahwa
franchise dapat didefinisikan sebagai suatu sistem pemasaran atau
distribusi barang dan jasa, dimana sebuah perusahaan induk (franchisor)
memberikan kepada individu/perusahaan lain yang berskala kecil dan
menengah (franchisee), hak- hak istimewa untuk melaksanakan suatu
sistem usaha tertentu dengan cara yang sudah ditentukan, selama waktu
tertentu, di suatu tempat tertentu.1
istilah franchise dipahami sebagai suatu bentuk kegiatan pemasaran
dan distribusi.2 Di dalamnya sebuah perusahaan besar memberikan hak
atau privelege untuk menjalankan bisnis secara tertentu dalam waktu dan
tempat tertentu kepada individu atau perusahaan yang relative lebih kecil.
Franchise merupakan salah satu bentuk metode produksi dan distribusi
barang atau jasa kepada konsumen dengan suatu standard dan system
eksploitasi tertentu. Pengertian standar dan eksploitasi tersebut meliputi
kesamaan dan penggunaan nama perusahaan, merek, serta system
produksi, tata cara pengemasan, penyajian dan pengedarannya.
Sementara itu Munir Fuady menyatakan bahwa Franchise atau
sering disebut juga dengan istilah waralaba adalah suatu cara melakukan
kerjasama dibidang bisnis antara 2 (dua) atau lebih perusahaan, dimana 1
(satu) pihak akan bertindak sebagai franchisor dan pihak yang lain sebagai
franchisee, di mana di dalamnya diatur bahwa pihak - pihak franchisor
sebagai pemilik suatu merek dari know - how terkenal, memberikan hak
kepada franchisee untuk melakukan kegiatan bisnis dari atas suatu produk
barang atau jasa, berdasar dan sesuai rencana komersil yang
telah dipersiapkan, diuji keberhasilannya dan diperbaharui dari waktu ke
waktu, baik atas dasar hubungan yang eksklusif atau pun noneksklusif, dan
sebaliknya suatu imbalan tertentu akan dibayarkan kepada franchisor
sehubungan dengan hal tersebut.

1 Gunawan Widjaja, 2002, Lisensi Atau Waralaba: Suatu Panduan Praktis, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada  

2
Lindawati, 2004, FRANCHISE Pola Bisnis Spektakuler ( Dalam Perspeketif Hukum & Ekonomi ),
Bandung: CV.

4
Pengertian waralaba berdasarkan Peraturan Pemerintah No 42
Tahun 2007 tentang waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang
perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas
usaha dalam rangka memasarkan barang dan atau jasa yang elah terbukti
berhasil dan dapat dimanfaatkan dan atau digunakan oleh pihak lain
berdasarkan perjanjian waralaba.
Sedangkan pengertian dari pemberi waralaba adalah orang
perseorangan atau badanusaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan
dan atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima
waralaba. Penerima waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha
yang menerima hak yang diberikan oleh pemberi waralaba untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi
waralaba.

C. Dasar Hukum dan Perjanjian Waralaba


1. Dasar Hukum
Dasar hukum waralaba di Indonesia adalah Peraturan
Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 16 tahun 1997 tanggal 18
juni 1997. Sebagai pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah tersebut,
telah dikeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Nomor 259/MPP/KEP/7/1997 tanggal 30 juli 1997 tentang ketentuan
dan tata cara pelaksanaan pendaftaran usaha waralaba. Kemudian pada
tahun 2007, PP nomor 16 diperbaharui dengan PP Nomor 42 tahun
2007. Selain itu Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor
12/M-dag/per/3/2006 kemudian Peraturan Menteri Nomor 31/M-
DAG /PER/2008 tentang penyelenggraan waralaba.3
2. Perjanjian Waralaba
Walaraba diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis
antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba. Didalam pemen

3
Basarah dan Mufidin, Bisnis Franchise dan aspek‐aspek Hukumnya, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung. Hal.2

5
nomor 31/M-DAG/PER/2008 secara tegas dinyatakan bahwa pemberi
waralaba memiliki pedudukan hukum yang setara dengan penerima
waralaba dalam suatu perjanjian waralaba. Dengan demikian
diharapkan pihak pemberi waralaba maupun pihak penerima waralaba
akan berubah untuk mentaati setiap kesepakatan dalam perjanjian
waralaba.
Selanjutnya untuk sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320
Kitab Undang- Undang HukumPerdata diperlukan empat syarat yaitu :
1. Kesepakatan (toesteming / izin) kedua belah pihak
2. Kecakapan Bertindak
3. Mengenai suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal ( Geoorloofde oorzaak )
Selain hal tersebut, didalam peraturan menteri nomor 31 diatur
juga perihal keharusan bagi pemberi waralaba untuk menyampaikan
perjanjian waralaba kepada calon penerima waralaba paling lambat
dua minggu sebelum penandatanganan perjanjian.4
Didalam perjanjian waralaba harus disebutkan masa perjanjian
yaitu minimal 5 tahun, dan yang terpenting setiap penerima waralaba
baik penerima waralaba utama atau waralaba lanjutan wajib
mendaftarkan perjanjian waralabanya beserta keterangan tertulis
kepada departemen perindustrian dan perdagangan selambat-
lambatnya 30 hari terhitung mulai tanggal berlakunya perjanjian
waralaba.
Berakhirnya perjanjian/kontrak merupakan selesai atau
hapusnya sebuah kontrak yang dibuat antara dua pihak tentang sesuatu
hal. Sesuatu hal bisa berarti segala perbuatan hukum yang dilakukan
oleh kedua pihak.
Dalam praktek, dikenal pula cara berakhirnya
perjanjian/kontrak yaitu :

4
Silondoe, Arus Akbar, dkk. 2013. Aspek Hukum dalam Ekonomi dan Bisnis (Edisi
Revisi). Jakarta:Mitra Wacana Media

6
1. Jangka waktu berakhir;
2. Dilaksanakan obyek perjanjian;
3. Kesepakatan ke dua belah pihak;
4. Pemutusan kontrak secara sepihak oleh salah satu pihak;
5. Adanya putusan pengadilan.

D. Jenis dan Bentuk Waralaba


Waralaba dibagi menjadi dua:
1. Waralaba luar negeri/asing yaitu waralaba yang berasal dari luar
negeri, jenis waralaba yang satu ini cenderung lebih banyak disukai
karena sebuah sistem dan mekanismenya lebih jelas, merek sudah
diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi. Contohnya:
pada McDonald’s, (KFC) Kentucky Fried Chicken, dll.
2. Waralaba dalam negeri yaitu waralaba yang berasal dari dalam negeri,
jenis waralaba yang satu ini juga menjadi salah satu pilihan dalam
investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi
tidak mempunyai pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan
usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba. Contoh waralaba
lokal yaitu : Primagama, Alfamart, Martha Tilaar, Roti Buana, Edward
Forrer, Bogasari Baking Center dan lain sebagainya.
Menurut Mohammad Su’ud ( 1994:4445) bahwa dalam praktek franchise
terdiri dari empat bentuk:
1) Product Franchise : Suatu bentuk franchise dimana penerima franchise
hanya bertindak mendistribusikan produk dari petnernya dengan
pembatasan areal.
2) Processing or Manufacturing Frinchise : Jenis franchise ini
memberikan hak pada suatu badan usaha untuk membuat suatu produk
dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan merek dagang
dan merek franchisor. Jenis franchise ini seringkali ditemukan dalam
industri makanan dan minuman. Suatu bentuk franchise dimana PT
Ramako Gerbangmas membeli dari master franchise yang mengeloia

7
Mc Donald‘s di Indonesia yang hanya memberi know how pada PT
Ramako Gerbangmas tersebut untuk menjalankan waralaba Mc
Donald’s.
3) Bussiness Format atau System Franchise : Franchisor memiliki cara
yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket, seperti yang
dilakukan oleh Mc Donald’s dengan membuat variasi produknya
dalam bentuk paket.
4) Group Trading Franchise : Bentuk franchise yang menunjuk pada
pemberian hak mengelola toko-toko grosir maupun pengecer yang
dilakukan toko serba ada.
Menurut International Franchise Association (IFA) berkedudukan
di Washington DC, merupakan organisasi Franchise International yang
beranggotakan negara-negara di dunia, ada empat jenis franchise yang
mendasar yang biasa digunakan di Amerika Serikat, yaitu:
a) Product Franchise : Produsen menggunakan produk franchise untuk
mengatur bagaimana cara pedagang eceran menjual produk yang
dihasilkan oleh produsen. Produsen memberikan hak kepada pemilik
toko untuk mendistribusikan barang-barang milik pabrik dan
mengijinkan pemilik toko untuk menggunakan nama dan merek
dagang pabrik. Pemilik toko harus membayar biaya atau membeli
persediaan minimum sebagai timbal balik dari hak-hak ini. Contohnya,
toko ban yang menjual produk dari franchisor, menggunakan nama
dagang, serta metode pemasaran yang ditetapkan oleh franchisor.
b) Manufacturing Franchises : Jenis franchise ini memberikan hak pada
suatu badan usaha untuk membuat suatu produk dan menjualnya pada
masyarakat, dengan menggunakan merek dagang dan merek
franchisor. Jenis franchise ini seringkali ditemukan dalam industri
makanan dan minuman.
c) Business Oportunity Ventures : Bentuk ini secara khusus
mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli dan mendistribusikan
produk-produk dari suatu perusahaan tertentu. Perusahaan harus

8
menyediakan pelanggan atau rekening bagi pemilik bisnis, dan sebagai
timbal baliknya pemilik bisnis harus membayarkan suatu biaya atau
prestasi sebagai kompensasinya. Contohnya, pengusahaan mesin-mesin
penjualan otomatis atau distributorship.
d) Business Format Franchising : Ini merupakan bentuk franchising yang
paling populer di dalam praktek. Melalui pendekatan ini, perusahaan
menyediakan suatu metode yang telah terbukti untuk mengoperasikan
bisnis bagi pemilik bisnis dengan menggunakan nama dan merek
dagang dari perusahaan. Umumnya perusahaan menyediakan sejumlah
bantuan tertentu bagi pemilik bisnis membayar sejumlah biaya atau
royalti. Kadang-kadang, perusahaan juga mengaharuskan pemilik
bisnis untuk membeli persediaan dari perusahaan.

E. Kelebihan dan Kekurangan Waralaba


Banyak pertimbangan sebelum seseorang memutuskan untuk membeli hak
waralaba. Hal utama yang harus mendapatkan perhatian utama untuk
dipertimbangkan adalah kelebihandan kekurangan waralaba yang minati.
Pada umumnya kelebihan waralaba antara lain:
1. Adanya bantuan-bantuan manajemen dari pihak pemberi waralaba
2. Adanya bantuan pelatihan menyangkut berbagai hal yang diperlukan
untu koperasionalisasi waralaba tersebut
3. Waralaba memiliki metode pemasaran yang sudah terbukti mampu
menggaet calon konsumen baru serta memelihara konsumen yang
sudah menjadi pelanggan tetap
4. Tidak perlu tarlalu sulit memperkenalkan bisnis karena pada umumnya
usahawaralaba sudah dikenal pelanggan tetap.
5. Pemberi waralaba akan memberikan bantuan promosi kepada penerima
waralaba
6. Tingkat kegagalan usaha diprediksi akan lebih rendah karena usaha
waralaba tersebut sudah terbukti banyak yang sukses

9
Disamping kelebihan usaha waralaba memliki kekurangan juga.
Kekurangan Waralaba antara lain:
1) Penerima waralaba dikenakan kewajiban untuk membayar royalti
kepada pemberiwaralaba karena telah menggunakan hak waralabanya
2) Kadang pemberi waralaba suka menetapkan beban tertentu kepada
penerima waralaba untuk membantu biaya promosi usaha waralaba
3) Operasionalisasi usaha sudah memiliki patokan yang jelas, sehingga
kadang akanmenimbulkan kurangnya kreativitas dalam menjalankan
usaha
4) Pemberi waralaba sangat memungkinkan menjadi penyalur tunggal
terhadap semua perlengkapan yang digunakan pada usaha
waralabanya. Dengan demikian penerimawaralaba tidak dapat
memperoleh peluang dari sumber lainnya.
5) Disamping kekurangan yang umum ditemukan pada setiap usaha
waralaba denganusaha waralaba lainnya.
Perjanjian Waralaba adalah perjanjian yang mengikat pemberi dan
penerima waralaba. Perjanjian ini adalah perjanjian yang seringkali
dikaitkan dengan sejumlah perjanjian tambahan lain, misalnya perjanjian
retail suatu produk, perjanjian untuk memasok komponen, perjanjian iklan
dan sebagainya. Waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis
pemberi waralaba dengan penerima waralaba berdasarkan hukum yang
berlaku di negara Indonesia. Isi sebuah perjanjian waralaba memuat hal-
hal sebagai berikut:
a. Nama dan alamat para pihak
b. Jenis hak kekayaan intelektual
c. Kegiatan usaha
d. Hak dan kewajiban para pihak
e. Bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan dan pemasaran
yang diberikan pemberi waralaba kepada penerima waralaba.
f. Wilayah usaha
g. Jangka waktu perjanjian

10
h. Tata cara pembayaran imbalan
i. Kepemilikan, perubahan kepemilikan, dan hak ahli waris
j. Penyelesaian sengketa
k. Kata cara yang mengatur perpanjangan, pengaakhiran, dan pemutusan
perjanjian

BAB III

11
PENUTUP

A. Kesimpulan
Waralaba adalah sebagai suatu sistem pemasaran atau distribusi barang
dan jasa, dimana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan kepada
individu/perusahaan lain yang berskala kecil dan menengah (franchisee), hak-
hak istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu dengan cara
yang sudah ditentukan, selama waktu tertentu, di suatu tempat tertentu.
Dasar hukum waralaba di Indonesia adalah Peraturan Pemerintahan
Republik Indonesia Nomor 16 tahun 1997 tanggal 18 juni 1997. Walaraba
diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara pemberi waralaba
dengan penerima waralaba. Didalam pemen nomor 31/M-DAG/PER/2008
secara tegas dinyatakan bahwa pemberi waralaba memiliki pedudukan hukum
yang setara dengan penerima waralaba dalam suatu perjanjian waralaba.
Waralaba dibagi menjadi dua jenis yaitu waralaba luar negeri dan
waralaba dalam negeri. Menurut Mohammad Su’ud ( 1994:4445) bahwa
dalam praktek franchise terdiri dari empat bentuk yaitu Product Franchise,
Processing or Manufacturing Frinchise, Bussiness Format atau System
Franchise, Group Trading Franchise.

B. Saran
Dari hasil makalah yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat
bagi kita semua. Memperdalam pengetahuan konsep Segala yang baik
datangnya dari Allah, dan yang buruk dari diri kami. Penyusun sadar bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai
sisi, maka kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun,
untuk perbaikan karya ilmiah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

12
Basarah, & Mufidin. (n.d.). Bisnis Franchise dan Aspek-Aspek Hukumnya.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Ramli. (2013, Februari 20). Makalah Franchise. Retrieved Oktober 19, 2022,
fromramli88bombana.blogspot.com:
https://ramli88bobna.bogspot.com/2013/02/makalah-franchise-oleh-
ramli-normal-0.html
Silondoe, & Akbar, A. (2013). Aspek Hukum dalam Ekonomi dan Bisnis.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Trisetiningsih, T. (2011, Nvember 11). Makalah-Franchising. Retrieved
Oktober 18, 2022, from tantisetianing.blogspot.com:
https://tantisetianing.blogspot.com/2011/11/makalah-franchising.html
Widjaja, G. (2002). Lisensi atau Waralaba: Suatu Panduan Praktis. Jakarta:
PT. Grafindo Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai