Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

WARALABA
Untuk memenuhi tugas matakuliah Kewirausahaan
Dosen pengajar: Rizal ula Ananta Fauzi ,S.E.,M.M

Disusun Oleh:
Finda Mayasari (2003102160)
Anas Dwi F (2003102246)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Senin 25 April 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . . .I
DAFTAR ISI. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .II
BAB I PENDAHULUAN. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .1
1.1 Latar Belakang. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 1
1.2 Rumusan Masalah. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . ... . .1
1.3 Tujuan. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .2
BAB II PEMBAHASAN. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 3
2.1 Apa definisi dari Waralaba. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 3
2.2 Apa saja risiko investasi dalam usaha waralaba. . . . . . . . . . . .4
2.3 Apa persetujuan waralaba dan pemasaran langsung . . . . . . .4
2.4 Apa keuntungan dari pemasaran langsung . . . . . . . . . . . .. . . 6
2.5 Teknik alternatif pemasaran langsung . . . . . . . . . . . . . . . ...6
2.6 Apa itu multilevel marketing. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6-7
BAB III PENUTUP. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... .8
3.1 Kesimpulan. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 8
3.2 Saran. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . ... 8
DAFTAR PUSTAKA. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … 9

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman dan begitu pesatnya sektor perekonomian
yang semakin meningkat, dinamis dengan penuh persaingan serta tidak mengenal
batas-batas wilayah. Berbagai bisnis yang dijalankan dengan mudahnya untuk
dilaksanakan. Oleh karena itu bisnis di zaman sekarang ini diperlukannya hukum
untuk menaungi dan melindungi dengan tujuan untuk mewujudkan rasa keadilan
sosial dan adanya kepastian hukum, bukan hanya sekedar mencari keuntungan (profit
oriented) tetapi ada pertanggungjawaban terhadap dampak yang ditimbulkan dari
operasional bisnis secara menyeluruh tersebut.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, para bisnisman dan
orang-orang yang ingin terjun langsung di dunia bisnis hendaknya terlebih dahulu
mengetahui dan memahami hukum bisnis secara detail agar bisnis yang ditekuni
berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi dirinya dan menyejahterakan
masyarakat pada umumnya.
Di Indonesia seperti kebanyakan negara berkembang yang lain, berusaha
semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Untuk itu
pengembangan pada sektor ekonomi menjadi tumpuan utama agar taraf hidup rakyat
menjadi lebih mapan. Pembangunan ekonomi merupakan pengolahan kekuatan
ekonomi riil dimana dapat dilakukan melalui penanaman modal, penggunaan
teknologi dan kemampuan berorganisasi atau manajemen.
Syahrin Naihasy mengatakan lebih lanjut bahwa sejak perekonomian dunia telah
mengalami perubahan yang sangat dahsyat dan kini dunia, termasuk Indonesia,
menyaksikan fase ekonomi global yang bergerak cepat dan telah membuka tabir lintas
batas antar Negara. Dapat dikatakan bahwa dunia usaha adalah sebagai tumpuan
utama yang dipergunakan sebagai pilar dan dilaksanakan dengan berbagai macam cara
yang sekiranya dapat memupuk

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Waralaba?
2. Apa saja risiko investasi dalam usaha waralaba?
3. Apa persetujuan waralaba dan pemasaran langsung?
4. Apa keuntungan dari pemasaran langsung?
5. Teknik alternatif pemasaran langsung?
6. Apa itu multilevel marketing?
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Waralaba
2. Untuk mengetahui Apa saja risiko investasi dalam usaha waralaba
3. Untuk mengetahui Apa persetujuan waralaba dan pemasaran langsung
4. Untuk mengetahui Apa keuntungan dari pemasaran langsung
5. Untuk mengetahui Teknik alternatif pemasaran langsung
6. Untuk mengetahui Apa itu multilevel marketing

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Waralaba


Pengertian Franchise berasal dari bahasa Perancis affranchir yang berarti to free yang
artinya membebaskan. Dengan istilah franchise di dalamnya terkandung makna,
bahwa seseorang memberikan kebebasan dari ikatan yang menghalangi kepada
orang untuk menggunakan atau membuat atau menjual sesuatu. Dalam bidang
bisnis franchise berarti kebebasan yang diperoleh seorang wirausaha untuk
menjalankan sendiri suatu usaha tertentu di wilayah tertentu.
Franchise ini merupakan suatu metode untuk melakukan bisnis, yaitu suatu metode
untuk memasarkan produk atau jasa ke masyarakat. Selanjutnya disebutkan pula
bahwa franchise dapat didefinisikan sebagai suatu sistem pemasaran atau distribusi
barang dan jasa, di mana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan kepada
individu / perusahaan lain yang berskala kecil dan menengah (franchisee), hak- hak
istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu dengan cara yang sudah
ditentukan, selama waktu tertentu, di suatu tempat tertentu.
Dari segi bisnis dewasa ini, istilah franchise dipahami sebagai suatu bentuk kegiatan
pemasaran dan distribusi. Di dalamnya sebuah perusahaan besar memberikan hak
untuk menjalankan bisnis secara tertentu dalam waktu dan tempat tertentu kepada
individu atau perusahaan yang relatif lebih kecil. Franchise merupakan salah satu
bentuk metode produksi dan distribusi barang atau jasa kepada konsumen dengan
suatu standard dan sistem eksploitasi tertentu. Pengertian standar dan eksploitasi
tersebut meliputi kesamaan dan penggunaan nama perusahaan, merek, serta sistem
produksi, tata cara pengemasan, penyajian dan pengedarannya.
Sementara itu Munir Fuady menyatakan bahwa Franchise atau sering disebut juga
dengan istilah waralaba adalah suatu cara melakukan kerjasama di bidang bisnis
antara 2 ( dua ) atau lebih perusahaan, di mana 1 ( satu ) pihak akan bertindak sebagai
franchisor dan pihak yang lain sebagai franchisee, di mana di dalamnya diatur bahwa
pihak – pihak franchisor sebagai pemilik suatu merek yang terkenal, memberikan hak
kepada franchisee untuk melakukan kegiatan bisnis dari / atas suatu produk barang
atau jasa, berdasar dan sesuai rencana komersil yang telah dipersiapkan,
diuji keberhasilannya dan diperbaharui dari waktu ke waktu, baik atas dasar hubungan
yang eksklusif ataupun noneksklusif, dan sebaliknya suatu imbalan tertentu akan
dibayarkan kepada franchisor sehubungan dengan hal tersebut. Selanjutnya Munir
Fudy mengatakan lagi bahwa Franchisee adalah suatu lisensi kontraktual
diberikan oleh franchisor kepada franchisee yang :
2
1. Mengizinkan atau mengharuskan franchisee selama jangka waktu franchise,
untuk melaksanakan bisnis tertentu dengan menggunakan nama khusus yang
dimiliki atau berhubungan dengan pihak franchisor.
2. Memberikan hak kepada franchisor untuk melaksanakan pengawasan berlanjut
selama jangka waktu franchise terhadap aktivitas bisnis franchise oleh
franchisee.
3. Mewajibkan pihak franchisor untuk menyediakan bantuan kepada franchisee
dalam hal melaksanakan bisnis franchise tersebut semisal memberikan
bantuan pendidikan, perdagangan, manajemen, dan lain-lain.
4. mewajibkan pihak franchisee untuk membayar secara berkala kepada
franchisor sejumlah uang sebagai imbalan penyediaan barang dan jasa oleh
pihak franchisor.
Adapun definisi franchise menurut Asosiasi Franchise International adalah “suatu
hubungan berdasarkan kontrak antara franchisor dengan franchisee. Pihak franchisor
menawarkan dan berkewajiban memelihara kepentingan terus – menerus pada usaha
franchise dalam aspek – aspek pengetahuan dan pelatihan. Sebaliknya franchisee
memiliki hak untuk beroperasi di bawah merek atau nama dagang yang sama, menurut
format dan prosedur yang ditetapkan oleh franchisor dengan modal dan sumber daya
franchisee sendiri”.
Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia yang dimaksud dengan franchise
adalah “suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana
pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk
melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu”.

2.2 Risiko investasi dalam usaha waralaba


Resiko Bisnis Usaha Waralaba / Franchise - Risiko bisnis merupakan kombinasi dari
tantangan dan keunggulan pada suatu perusahaan yang merupakan hasil dari strategi
tertentu dan ketrampilan manajemen perusahaan tersebut. Meskipun semua perusahan
menghadapi risiko industri yang sama tetapi tiap-tiap perusahaan berbeda dalam
mengelolanya.
Secara umum kesulitan atau hambatan yang sering terjadi dalam melaksanakan usaha
waralaba (franchise) adalah disebabkan karena:
1. Soal Ketidaksamaan Visi : Sebagai franchisor visi-nya adalah membuat
jaringan franchise yang baik seluas mungkin, sedangkan franchisee mau
mengambil franchise cuma gara-gara punya dana lebih. Ini jelas beda, yang
satu hanya sekedar punya uang lebih tapi tidak punya jiwa disitu, disisi

3
lain pengusaha sebagai franchisor ingin mengembangkan jaringan yang terbaik,
berkualitas dan standarnya semua sama, tidak hanya orang yang punya modal
2. Kesulitan Pendanaan : Mau bisnis franchise, mau memulai usaha tapi dana
kurang, lantas terpikir untuk bergabung dengan yang lain tetapi yang harus
diingat, belum tentu orang bekerjasama itu pola pikirnya sama, pasti ada
perbedaan juga.
3. Penerimaan Pasar atau Market Acceptibility : Penerimaan pasar rendah itu
akibat kesalahan membaca pasar sehingga penerimaan pasarnya rendah.
Misalnya produknya terlalu baru, terlalu inovatif, atau terlalu mahal tapi target
pasarnya salah jadi tidak matching, itu juga akan terjadi kesulitan
4. Kesulitan Mencari SDM yang Sesuai dengan Bisnis Franchise tersebut :
Biasanya karyawan pabrik dengan karyawan franchise memiliki mental service
yang berbeda. Jadi sebagai franchise harus mencari SDM dengan mentalisme
melayani karena bisnis franchise rata-rata memang adalah service providing
business yang berhubungan dengan manusia.
Untuk menghindari kesulitan tersebut diatas, maka di dalam menganalisa usaha
waralaba (franchise) terutama dari sisi franchisee, yang patut diperhatikan adalah
risiko-risiko yang disebabkan dari internal perusahaan tersebut dan faktor eksternal
yang penyebabnya adalah bukan karena internal perusahaan tetapi membawa efek
yang besar terhadap perkembangan usahanya.
2.3 persetujuan waralaba dan pemasaran langsung
Persetujuan waralaba adalah rujukan yang mengikat antara pemberi waralaba dan
penerima waralaba dalam periode kerjasama. Oleh karena itu, pemberi waralaba
penting untuk membuat perjanjian waralaba yang lengkap dan jelas untuk
memproteksi bisnis dan kerjasamanya.
Pengartian Pemasaran Langsung
Pemasaran langsung bisa dinamakan pengiriman pos langsung, pengiriman pesanan
melalui pos, dan tanggapan langsung. Semuanya termasuk kategori pemasaran
langsung karena semuanya melibatkan aktivitas total dengan mana penjual
mempengaruhi transfer barang dan jasa pada pembeli, mengarahkan usahanya pada
pemerhati dengan menggunakan satu media atau lebih untuk tujuan mengumpulkan
tanggapan melalui telepon, pos, atau kunjungan pribadi dari calon pelanggan.
2.4 keuntungan dari pemasaran langsung
Keuntungan utama dari pemasaran langsung adalah kemudahan untuk masuk dalam
usaha dan kebutuhan modal yang kecil. Setiap orang bisa masuk dalam usaha
pemasaran langsung tanpa ijin usaha yang rumit serta persyaratan keterampilan dan
pendidikan yang perlu.
4
Di samping kemudahan untuk masuk dalam usaha, kebutuhan modal yang diperlukan
untuk masuk dalam usaha pemasaran langsung juga minimal. Tidak diperlukan
fasilitas besar, toko, atau jumlah karyawan yang besar untuk masuk dalam usaha
pemasaran langsung. Modal yang diperlukan biasanya digunakan untuk pencetakan,
pengeposan, dan daftar-daftar lainnya. Semuanya ini bisa dilakukan sebagai usaha
paruh waktu hingga usaha ini mendatangkan aliran kas yang bisa mendukung usaha
penuh. Hal ini berbeda dengan ventura baru lainnya yang membutuhkan kerja keras
dan perhatian penuh dari wirausahawan.

Usaha pemasaran langsung juga memungkinkan wirausahawan untuk masuk ke pasar


dengan cepat. Produk dan jasa bisa diuji untuk menentukan minat pelanggan dengan
biaya minimum. Jika produk atau jasa tertentu berhasil, penawaran bisa dengan
mudah diperluas untuk memenuhi permintaan potensial terhadap produk tertentu
tersebut.
2.5 Teknik Alternatif Pemasaran Langsung
Sejumlah strategi alternatif bisa digunakan oleh wirausahawan pada usaha ventura
pemula.
1. Periklanan terklasifikasi (classified advertising). Pendekatan paling sederhana
dan tidak mahal bagi wirausahawa adalah iklan terpilih pada surat kabar dan
majalah. Majalah atau surat kabar hendaknya diidentifikasi yang akan
mencapai pasar produk/jasa yang tepat. Iklan terklasifikasi bisa mendatangkan
hasil laba yang tinggi.
2. Periklanan display (display ads). Tipe periklanan ini memungkinkan
wirausahawan membeli kolom pada majalah atau surat kabar. Ia memberi
peluang untuk menjelaskan secara gamblang dan gambaran produk/jasa. Di
samping itu kupon potongan harga bisa dimasukkan dalam iklan tersebut
sehingga pelanggan bisa memotongnya untuk dikirimkan bersama
pembayarannya.
3. Kiriman pos langsung (direct mail). Teknik ini memungkinkan wirausahawan
untuk mengirim barang yang dijual secara langsung kepada calon pelanggan.
Teknik ini hendaknya digunakan ketika terdapat produk dan segmen pasar yang
jelas.
4. Katalog penjualan (catalog sales). Pencetakan katalog berkualitas merupakan
investasi yang sangat mahal bagi wirausahawan. Walaupun ini lebih mudah
dibandingkan menjual di toko eceran, katalog harus menarik dan merangsang
minat pelanggan. Keuntungannya adalah bahwa katalog memungkinkan
penjualan berulang karena katalog mungkin disimpan untuk digunakan di masa
yang akan datang.

5
5. Pemasaran tanggapan langsung media (media direct response marketing).
Radio, televisi, dan telepon mungkin dipandang sebagai pendekatan alternatif
untuk pemasaran produk atau jasa. Radio dan televisi dipandang sebagai
bentuk periklanan media siaran. Dalam membeli waktu siar dan bukannya
ruang, sebagaimana iklan display, wirausahawan menghadapi masalah yang
berbeda. Dalam membeli waktu, tidak ada jadwal yang tersedia, yang
mempersulit perencanaan. Biaya-biaya akan berbeda, tergantung pada waktu,
stasiun, panjang iklan, serta ukuran pendengar dan pemirsa yang mungkin
dicapai.
Telemarketing juga menjadi metode menjual produk atau jasa yang sangat populer.
Biaya-biaya bisa ditekan hingga minimum namun tetap mencapai pendengar dan
pemirsa yang luas. Keuntungan telemarketing adalah bahwa ia memberikan umpan
balik langsung kepada pemakai. Jadi tingkat tanggapan lebih tinggi dibanding metode
lain. Wirausahawan bisa mengidentifikasi komunitas dengan percakapan telepon
menurut demografi kepada orang-orang yang kemungkinan besar membeli
produk/jasa.
2.6 Multi Level Marketing
Pemasaran berjenjang (bahasa Inggris: Multi-level Marketing; MLM) adalah strategi
pemasaran di mana tenaga penjual (sales) tidak hanya mendapatkan kompensasi atas
penjualan yang mereka hasilkan, tetapi juga atas hasil penjualan sales lain yang
mereka rekrut. Tenaga penjual yang direkrut tersebut dikenal dengan anggota
“downline”. Istilah lain yang digunakan untuk MLM adalah penjualan piramida,
pemasaran jaringan, dan pemasaran berantai. Menurut Komisi Perdagangan Federal
Amerika Serikat, beberapa perusahaan yang menggunakan sistem pemasaran
berjenjang telah mengeksploitasi anggota jaringan mereka dan tidak sesuai dengan
skema piramida. Berdasarkan laporan survei terhadap model bisnis di 350 perusahaan
MLM yang tercantum pada website Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat,
setidaknya 99% orang yang bergabung dengan perusahaan MLM mengalami
kerugian. Walaupun begitu, MLM berjalan karena peserta downline didorong untuk
berpegang pada keyakinan bahwa mereka dapat mencapai pengembalian yang besar,
sementara ketidakmungkinan statistik dibuat kabur. MLM sudah ilegal atau diatur
secara ketat di beberapa wilayah hukum sehingga dianggap hanya sebagai variasi dari
skema piramida tradisional, termasuk di daratan Cina.
Pada umumnya, tenaga penjual menjual produk perusahaan secara langsung kepada
konsumen yang merupakan orang terdekat atau melalui pemasaran dari mulut-ke-
mulut. Beberapa pihak menggunakan istilah penjualan langsung sebagai sinonim
untuk MLM, meskipun pada kenyataannya MLM hanyalah salah satu bentuk dari
penjualan langsung.
Perusahaan yang menggunakan model MLM untuk menjual produk mereka sering kali
menjadi sasaran kritik dan tuntutan hukum.
6
Kritik terutama sekali ditujukan pada kegiatannya yang menyalahgunakan atau tidak
sesuai dengan skema piramida, penetapan harga produk, biaya masuk awal yang
tinggi, lebih mementingkan perekrutan anggota baru ketimbang penjualan produk,
pemaksaan anggota baru untuk membeli dan menggunakan produk perusahaan,
pemanfaatan hubungan pribadi sebagai target penjualan ataupun target perekrutan,
skema pembagian kompensasi yang kompleks, antusiasme dan teknik berlebihan yang
diterapkan untuk menjual atau merekrut anggota baru, serta metode perekrutan yang
kebanyakan bersifat ‘memperdaya’; hanya menjelaskan keuntungan tanpa
menjelaskan kerugian bergabung dengan MLM kepada anggota baru.
7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Waralaba (Franchise) merupakan suatu bentuk bisnis kerjasama yang dilakukan oleh
dua belah pihak, dimana pihak pertama (franchisor) memberikan hak kepada pihak
kedua (franchisee) untuk menjual produk atau jasa dengan memanfaatkan merk
dagang yang dimiliki oleh pihak pertama (franchisor) sesuai dengan prosedur atau
system yang diberikan.
Waralaba merupakan salah satu bentuk perikatan/atau perjanjian dimana kedua belah
pihak harus memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing. Perjanjian waralaba
adalah perjanjian yang tidak bertentangan dengan undang-undang, agama, ketertiban
umum, dan kesusilaan. Artinya perjanjian itu menjadi sebuah aturan bagi mereka yang
membuatnya, dan mengikat kedua belah pihak. Perjanjian bisnis waralaba ini
merupakan perjanjian baku timbal balik dimana masing-masing pihak berkewajiban
melakukan prestasi sehingga akan saling menguntungkan.
Kemudian banyak orang yang mengatakan bahwa waralaba itu sama dengan lisensi,
padahal pada kenyataannya kedua istilah tersebut berbeda baik dari segi pengertian
maupun dari segi pengaplikasiannya. Lisensi merupakan pemberian hak merk/hak
cipta kepada pihak tertentu dan tidak mempunyai tanggung jawab untuk melakukan
bimbingan ataupun pelatihan kepada penerima lisensi. Sedangkan di dalam bisnis
waralaba, pihak franchisor mempunyai kewajiban untuk memberikan pelatihan dan
bimbingan kepada pihak franchisee.
3.2 Saran
Demikian makalah ini disusun.Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah
sendiri.Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalamPembuatan
makalah ini.Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran nya agar Kami lebih
baik lagi dalam membuat makalah berikutnya.
8
DAFTAR PUSTAKA

Fuady, Munir. 2005. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
HS, Salim. 2003. Hukum Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika
Khairandy, Ridwan. 2000. Perjanjian Franchise Sebagai Sarana Alih Teknologi.
Jakarta: Pusat Studi Hukum UII Yogyakarta bekerjasama dengan yayasan Klinik
Haki
Naihasy, Syahrin. 2005. Hukum Bisnis (Bisnis Law). Yogyakarta: Mida Pustaka
Rahardjo, Satjipto. 1980. Hukum dan Masyarakat. Bandung: Angkasa
Rahardjo, Satjipto. 1982. Ilmu Hukum. Bandung: Alumni
Sastroresono, Tukirin Sy. 1998. Hukum Dagang Dan Hukum Perdata. Jakarta:
Universitas Terbuka
Setiawan, Deden. 2007. Franchise Guide Series – Ritel. Dian Rakyat
Simatupang, Richard Burton. 2003. Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta: Rineka
Cipta
Subekti. 2002. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermasa
Subekti. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita
http://e-journal.uajy.ac.id/6369/4/TF306220.pdf ( Diakses 27 april 2022)
http://ardiprawiro.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/48545/P4.pdf
(Diakses pada 27 april 2022)
http://franchiseacademyindonesia.com/materi/red-module/membuat-perjanjian-
waralaba/ (Diakses pada 27 april 2022)
9

Anda mungkin juga menyukai