Anda di halaman 1dari 22

MINIMARKET INDOMARET DAN ALFAMART DALAM

PERKEMBANGAN PERUSAHAAN RETAIL SISTEM


FRANCHISE DI INDONESIA

Oleh

REYNALDO SIMANJUNTAK
NIM : 6101420007

Kompetensi Keahlian
Teknik Telekomunikasi

AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


SANDHY PUTRA JAKARTA
2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Permasalahan..................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A.Tinjauan Umum tentang Franchise..................................................................6
1. Peristilahan dan Definisi Franchise..............................................................6
2. Tipe-Tipe Waralaba.....................................................................................7
B. Profil Minimarket Indomaret dan Alfamart.....................................................9
1. Minimarket Indomaret..................................................................................9
2. Minimarket Alfamart..................................................................................10
C. Perkembangan Perusahaan Retail Sistem Franchise di Indonesia................11
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................13
1. Franchise Berdasarkan Teori..........................................................................13
2. Karakteristik Lain Dari Waralaba...................................................................13
3. Rgam Tipe Waralaba......................................................................................14
4. Dasar Hukum Franchise..................................................................................15
5. Indomaret........................................................................................................17
BAB IV PENUTUP...............................................................................................20
A. Kesimpulan....................................................................................................20
B. Saran..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
1 KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
karya tulis ilmiah dengan judul “MINIMARKET INDOMARET DAN
ALFAMART DALAM PERKEMBANGAN PERUSAHAAN RETAIL SISTEM
FRANCHISE DI INDONESIA”.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Prof. H. Yundi Fitrah, Drs., M.Hum., Ph. D. selaku Dosen mata
kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan membantu dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis karya tulis ilmiah ini masih
terbatas dan jauh dari sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan,
pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Namun dengan demikian penulis telah
berusaha dan bekerja keras agar karya tulis ini bermanfaat bagi penulis dan bagi
pembaca karya tulis ilmiah ini.

Jakarta 12 Febuari 2021

Penulis
2 BAB I

3 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan usaha melalui sistem franchise (waralaba) di Indonesia


saat ini mulai tumbuh dengan pesat. Sebagai suatu cara pemasaran dan
distribusi, franchise merupakan alternatif lain di samping saluran
konvensional yang dimiliki perusahaan sendiri. Cara ini memungkinkan untuk
mengembangkan saluran eceran yang berhasil tanpa harus membutuhkan
investasi besar-besaran dari perusahaan induknya. Bisnis francishing
bagaimanpun bentuknya, bertujuan untuk memperpanjang atau memperlebar
dunia bisnis dan industri. Hal ini tidak dapat disamakan dengan bisnis
penyewaan seragam ataupun dokter gigi. Aktivitas ini dapat digunakan di
banyak kegiatan ekonomis dimana sistemnya terbentuk karena ada
manufacturer, proses, dan/atau distribusi barang-barang atau usaha pemberian
jasa.
Di antara beberapa perusahaan di Indonesia yang mengembangkan
usaha dan bisnis secara franchise atau waralaba adalah Minimarket Indomaret
dan Minimarket Alfamart. Dalam beberapa tahun terakhir, kedua minimarket
ini secara ekspansif telah melakukan pengembangan usaha franchise secara
besar-besaran. Hal ini dapat dilihat dengan tumbuhnya minimarket-
minimarket baru hingga ke kota-kota kecil dan kecamatan-kecamatan.
Keberadaan minimarket-minimarket baru dan yang sudah ada sebelumnya dari
kedua pemain bisnis retail ini menandakan suatu perkembangan bisinis
franchise retail yang semakin subur.

1.2 Permasalahan

Didasarkan atas latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,


maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
bagaimanakah sejarah dan perkembangan perusahaan retail sistem franchise
minimarket Indomaret dan Alfamart di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan

Didasarkan atas permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,


maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui sejarah dan
perkembangan perusahaan retail sistem franchise minimarket Indomaret dan
Alfamart di Indonesia.
4 BAB II.

5 TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Franchise

1. Peristilahan dan Definisi Franchise

Franchise dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah waralaba.


Franchise berasal dari bahasa Perancis, yang berarti bebas atau bebas dari
penghambaan atau perbudakan. Bila dihubungkan dalam konteks usaha,
franchise berarti kebebasan yang diperoleh seseorang untuk menjalankan
sendiri suatu usaha tertentu di wilayah tertentu. Sehingga pewaralabaan
(franchising) merupakan suatu aktivitas dengan sistem waralaba (franchise)
yaitu suatu sistem keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara
pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchisee) (Iman
Sjahputra Tunggal, 2004:1).

Waralaba adalah suatu hubungan yang terus menerus dimana


franchisor memberikan ijin istimewa untuk melakukan bisnis beserta
bantuan untuk mengorganisir, melatih, menjual dan mengatur.

Kata “Waralaba” kali pertama diperkenalkan oleh lembaga


Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM) sebagai padanan kata
Franchise. Amir Karamoy menyatakan bahwa waralaba bukan terjemahan
langsung konsep franchise. Dalam konteks bisnis, Franchise berarti
kebebasan untuk menjalankan usaha secara mandiri di wilayah tertentu
(Lindawaty S. Sewu, 2004:12).

Sementara Pasal 1 Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 tahun 1997 tentang


Waralaba dikatakan: “Franchise adalah perikatan dimana salah satu pihak
diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau mengunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain
dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain
tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa”.
2. Tipe-Tipe Waralaba

Mencermati perkembangan dan penggolongan usaha waralaba,


menurut Iman Sjahputra Tunggal, berikut dapat disebutkan beberapa tipe
usaha waralaba, antara lain;

a. Product Franchising (trade name-franchising)

Dalam pengaturan ini, dealer diberi hak untuk mendistribusikan


produk untuk pabrikan. Untuk hak tersebut, dealer
(franchisee/penerima waralaba) membayar fee untuk hak menjual
kepada produsen (franchisor/pemberi waralaba)

b. Manufacturing franchising (Product-distribution franchising)

Pengaturan ini sering digunakan dalam industri minuman ringan


(Pepsi, Coca-Cola). Dengan menggunakan ini franchisor memberi
dealer (bottler) hak ekslusif memproduksi dan mendistribusikan
produk di daerah tertentu.

c. Business-format franchising (Pure/comprehensive franchising)

Yaitu suatu pengaturan dengan jalan franchisor menawarkan


serangkaian jasa yang luas kepada franchisee, mencakup pemasaran,
advertensi, perencanaan strategi, pelatihan, produksi dari manual dan
standar operasi (Iman Sjahputra Tunggal, 2004:16).

Ada dua tipe dasar waralaba, pertama adalah Waralaba Produk,


dimana pada waralaba tipe ini penerima waralaba menjual suatu produk
manufaktur atau mendistribusikan barang-barang yang diproduksi oleh
pemberi waralaba. Tipe yang kedua adalah Waralaba Rencana Usaha, yaitu
suatu jasa atau rencana usaha yang dijadikan elemen utama untuk dijual. .

Menurut IFA (Intenational Franchise Association) terdapat 4 jenis


Franchise mendasar yang biasa digunakan di Amerika Serikat.
1) Product Franchise

Produsen menggunakan produk waralaba untuk mengatur bagaimana


cara pedagang eceran menjual produk yang dihasilkan oleh produsen.
Produsen memberikan hak kepada pemilik toko untuk
mendistribusikan barang-barang milik pabrik dan mengijinkan pemilik
toko untuk menggunakan nama dan merek dagang pabrik. Pemilik
toko harus membayar biaya atau membeli persediaan minimum
sebagai timbal balik dari hak-hak ini. Contoh terbaik dari jenis
waralaba ini adalah toko ban yang menjual produk dari franchisor atau
pemberi waralaba, menggunakan nama dagang, serta metode
pemasaran yang ditetapkan oleh franchisor atau pemberi waralaba.

2) Manufacturing Franchises

Jenis waralaba ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk
membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan
menggunakan merek dagang dan merek pemberi waralaba
(Franchisor). Jenis Waralaba ini seringkali ditemukan dalam industri
makanan dan minuman. Kebanyakan pembuat minuman botol
menerima waralaba dari perusahaan dan harus menggunakan bahan
baku yang sama jenisnya seperti yang digunakan oleh pemberi
waralaba untuk memproduksi, mengemas dalam botol dan
mendistrubusikan minuman tersebut.

3) Business Opportunity Ventures

Bentuk ini secara khusus mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli


dan mendistribusikan produk-produk dari suatu perusahaan tertentu.
Perusahaan harus menyediakan pelanggan atau rekening bagi pemilik
bisnis, dan sebagai timbal-baliknya pemilik bisnis harus membayarkan
suatu biaya atau prestasi sebagai kompensasinya.

4) Business Format Francising


Ini merupakan bentuk waralaba yang paling populer, di dalam praktek.
Melalui pendekatan ini, perusahaan menyediakan suatu metode yang
telah terbukti untuk mengoperasikan bisnis bagi pemilik bisnis dengan
menggunakan nama dan merek dagang dari perusahaan. Umumnya
perusahaan menyediakan sejumlah bantuan tertentu bagi pemilik bisnis
untuk memulai dan mengatur perusahaan. Sebaliknya, pemilik bisnis
membayar sejumlah biaya atau royalty. Terkadang perusahaan juga
mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli persediaan dari
perusahaan.

B. Profil Minimarket Indomaret dan Alfamart

1. Minimarket Indomaret

Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan


kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang
dari 200 m2. Dikelola oleh PT. Indomarco Prismatama, gerai pertama
dibuka pada November 1968 di kalimantan. Tahun 1997 perusahaan
mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah
Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai. Pada Mei 2003 Indomaret
meraih penghargaan “perusahaan waralaba 2003” dari presiden Megawati
Soekarnoputri. Kini Indomaret mencapai lebih dari 1400 gerai, dari total itu
52% adalah milik sendiri dan sisanya milik masyarakat yang tersebar
dikota-kota Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta,
Bali, dan lampung. Indomaret mudah ditemukan di daerah pemukiman,
gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai di
dasarkan pada motto “mudah dan hemat”, lebih dari 3.500 jenis makanan
dan nonmakanan tersedia dengan harga bersaing, memenuhi hampir semua
kebutuhan konsumen sehari-hari, didukung oleh pusat distribusi, yang
menggunakan teknologi mutahir, Indomaret merupakan salah satu asset
bisnis yang sangat menjanjikan, keberadaan Indomaret diperkuat oleh anak
perusahaan dibawah bendera grup INTRACO yaitu Indogrosir, Finco, BSD
Plaza dan Charmart.
Sasaran pemasaran Indomaret adalah konsumen semua kalangan
masyarakat, lokasi gerai yang strategis dimaksudkan untuk memudahkan
Indomaret melayani sasaran demografinya yaitu keluarga. Sistem distribusi
dirancang seefisien mungkin dengan jaringan pemasok yang handal dalam
menyediakan produk terkenal dan berkualitas serta sumber daya manusia
yang kompeten, menjadikan Indomaret memberikan pelayanan terbaik
kepada konsumen. Saat ini Indomaret memiliki 8 pusat distribusi di Ancol
Jakarta, Cimanggis Depok, Tangerang, Bekasi, Parung, Bandung, Semarang
dan Surabaya. Dengan menjalin lebih dari 500 pemasok, Indomaret
memiliki posisi baik dalam menentukan produk yang akan dijualnya. Laju
pertumbuhan gerai Indomaret yang pesat dengan jumlah transaksi 14,99 juta
transaksi per bulan didukung oleh sistem teknologi yang handal. Sistem
teknologi informasi Indomaret pada setiap point of sales di setiap gerai
mencakup sistem penjualan, persediaan dan penerimaan barang. Sistem ini
dirancang untuk memenuhi kebutuhan saat ini dengan memperhatikan
perkembangan jumlah gerai dan jumlah transaksi di masa mendatang.

Indomaret berupaya meningkatkan pelayanan dan kenyamanan


belanja konsumen dengan menerapkan sistem check out yang menggunakan
scanner di setiap kasir dan pemasangan fasilitas pembayaran Debit BCA.
Pada setiap pusat distribusi diterapkan digital picking system (DPS). Sistem
teknologi informasi ini memungkinkan pelayanan permintaan dan suplai
barang dari pusat distribusi ke toko-toko dengan tingkat kecepatan yang
tinggi dan efisiensi yang optimal.

2. Minimarket Alfamart

PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) atau Alfamart merupakan


perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang perdagangan umum dan
jasa eceran yangmenyediakan kebutuhan pokok sehari-hari. Alfamart dapat
dimiliki masyarakat luas dengan cara kemitraan. Perusahaan ini didirikan
pada 27 Juni 1999. Pada tanggal 1 Januari 2003 nama Alfa Minimart diganti
menjadi Alfamart. Hingga saat ini, perusahaan telah memiliki toko lebih
dari 2.266 buah toko.
Toko pertama dibuka 18 oktober 1999 dengan nama ”Alfa Minimart”
di Jl. Beringin Raya, Karawaci, Tangerang. Pada tanggal 1 Januari 2003
berubah nama menjadi Alfamart.
Yang menjadi target dari pemasaran Alfamart adalah area perumahan,
fasilitas publik, dan gedung perkantoran, sedangkan motto yang digunakan
Alfamart adalah “belanja puas harga pas”.

C. Perkembangan Perusahaan Retail Sistem Franchise di Indonesia

Di Indonesia, franchise atau yang lebih dikenal dengan waralaba


sudah dikenal sejak sekitar tahun 1970-an. Sistem franchise mulai berkembang
pesat di Indonesia sejak tahun 1980-an, terutama bisnis franchise dengan
merek asing atau luar negeri. Pemerintah mengijinkan kegiatan usaha franchise
ini dengan harapan untuk meningkatkan kegiatan perekonomian di Indonesia.

Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bisnis eceran tersebut adalah
Minimarket Alfamart dan Minimarket Indomaret yang dikelola dengan sistem
franchise atau waralaba. Akhir-akhir ini memang sedang maraknya bisnis
waralaba. Dengan konsep waralaba ini sebuah perusahaan bisa berkembang
dengan sangat cepat. Dalam skala nasional, perkembangan bisnis waralaba
semacam minimarket atau retail juga sangat baik. Sebagai contoh Indomaret
dan Alfamart. Bicara soal bisnis franchise di Indonesia, ada 2 nama besar brand
ritel yaitu Indomaret dan Alfamart yang cukup eksis saat. Kedua retail ini
selalu bersanding berdekatan di berbagai lokasi.

Tidak banyak yang bisa dibandingkan kedua kompetitor ini. Total


investasi, pembagian royalti, dan fasilitas yang diberikannya juga hampir sama.
Untuk bergabung dalam franchise Alfamart, dibutuhkan investasi sebesar Rp 300-
380 juta di luar sewa bangunan dengan biaya rotalti pada kisaran 2-3% selisih
omzet dengan nilai bawah tiap golongan. Begitu pula dengan Indomaret, total
investasi yang dibutuhkan yaitu Rp 300 juta atau Rp 350 juta di luar sewa
bangunan, tergantung kategori fasilitas yang didapat. Pemberian royaltinya antara
2-4% dari omzet. Persyaratannya pun hampir sama, karena terkait dengan
Undang-Undang mengenai waralaba.
6 BAB III

7 PEMBAHASAN
1. Franchise Berdasarkan Teori

Franchise atau waralaba pada hakekatnya memiliki 3 elemen berikut: merek,


sistem bisnis dan biaya (Fees).
a. Merek
Dalam setiap perjanjian Waralaba, san Pewaralaba (Franchisor) –
selaku pemilik dari Sistem Wara- labanya memberikan lisensi kepada
Terwaralaba (Franchisee) untuk dapat menggunakan Merek Dagang/Jasa
dan logo yang dimiliki oleh Pewaralaba.
b. Sistem Bisnis

Keberhasilan dari suatu organisasi Waralaba tergantung dari


penera- pan Sistem/Metode bisnis yang sama antara Pewaralaba dan
Terwaralaba. Sistem bisnis tersebut berupa pedoman yang mencakup
standarisasi produk, metode untuk mempersiapkan atau mengolah produk
atau makanan, atau metode jasa, standar rupa dari fasilitas bisnis, standar
periklanan, sistem reservasi, sistem akuntansi, control persediaan dan
kebijakan dagang, dll.
c. Biaya (Fees)
Dalam setiap format bisnis Waralaba, sang Pewaralaba baik secara
langsung atau tidak lang- sung menarik pembayaran dari Terwaralaba atas
penggunaan merek dan atas partisipasi dalam sistem Waralaba yang
dijalankan. Biaya biasanya terdiri atas Biaya Awal, Biaya Royalti, Biaya
Jasa, Biaya Lisensi dan atau Biaya Pemasaran bersama. Biaya lainnya juga
dapat berupa biaya atas jasa yang diberikan kepada Terwaralaba (misalnya
biaya manajemen).
2. Karakteristik Lain Dari Waralaba

Pihak-pihak yang terkait dalam Waralaba sifatnya berdiri sendiri.


Terwaralaba berada dalam posisi independen terhadap Pewaralaba ber- hak atas
laba dari usaha yang dijalankannya, bertanggung jawab atas beban- beban
usaha waralabanya sendiri (missalnya : pajak dan gaji pegawai). Di luar itu,
terwaralaba terikat pada aturan dan perjanjian dengan Pewaralaba sesuai
dengan kontrak yang disepakati bersama.
3. Rgam Tipe Waralaba

Menurut International Franchise Association, secara umum


terdapat beberapa bentuk format bisnis waralaba:
a. Unit Franchising

Bentuk waralaba ini adalah yang paling umum. Dalam unit fran-
chise, pewaralaba memberikan hak kepada terwaralaba untuk men-
jalankan sejumlah satu (single) bisnis waralabanya dalam lokasi/ daerah
yang telah ditentukan. Ada 2 pihak yang berkepentingan dalam bentuk ini,
yaitu Perawaralaba dan terwaralaba
b. Area Development Franchising
Dalam area development franchi- sing, pewaralaba memberikan
hak kepada terwaralaba (disebut area developer) suatu daerah tertentu yang
harus dikembangkan. Ter- waralaba tersebut memiliki hak dan kewajiban
untuk membuka dan mengoperasikan sendiri sejumlah waralaba tertentu
sesuai dengan jadwal rencana pengembangan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Biasanya, jika target jadwal ren- cana pengembangan
waralaba yang bersangkutan tidak tercapai, pe- waralaba akan memutuskan
kontrak perjanjian pengembangan waralaba pada daerah tersebut. Walau
begitu, unit waralaba yang berdiri tetap dapat dioperasikan oleh
terwaralaba. Ada 2yang berkepentingan dalam bentuk ini yaitu Pewaralaba
dan terwaralaba.
c. Subfranchising
Subfranchising, kadang disebut juga franchising sifatnya mirip
dengan area development fran- chising, hanya saja bentuk wara- laba ini
melibatkan 3 pihak. Per- bedaannya adalah, pada bentuk waralaba ini
melibatkan 3 pihak. Perbedaanya adalah, pada bentuk waralaba ini
franchisee memiliki pilihan antara membuka sendiri unit waralabanya atau
kembali unit waralaba (sub franchising) kepada pihak lain (ke-3), selama
tujuan pengembangan waralaba dalam suatu daerah dapat tercapai. Bentuk
kesepakatan ini umum digunakan oleh sistem waralaba internasional
(terutama pewaralaba Amerika Serikat), biasanya disebut dengan “master
franchise”.
d. Conversion affiliation franchising
Bentuk waralaba ini terjadi jika seorang pemilik dari suatu bisnis yang
telah berjalan ingin berafiliasi dengan suatujaringan waralaba yang telah
terkenal. Tujuannya adalah agar bisnis tersebut dapat memanfaatkan
keuntungan dari merek terkenal dan juga sistem operasi dari jejaring
waralaba yang bersangkutan. Dalam affiliation franchising ini, terwaralaba
biasa- nya diperbolehkanuntuk tetap menggunakan merek lama yang telah
mereka miliki diikuti dengan merek terkenal dari sang pewara- laba.
Bentuk waralaba ini banyak diterapkan di industri perhotelan.
e. Nontraditional Franchising
Pada bentuk waralaba ini, pewara- laba menjual waralabanya untuk
ditempatkan pada tempat-tempat tertentu yang khusus. Misalkan, suatu
unit waralaba yang dijual didalam lokasi bisnis (mis:ritel) milik orang lain.
Dalam hal ini pewaralaba membuat 2 perjanjian, yaitu perjanjian dengan
terwaralaba dan perjanjian dengan pemilik bisnis.
4. Dasar Hukum Franchise

a. Perjanjian sebagai dasar hokum KUH Perdata 1338 (1), 1233 s/d 1456
KUH Perdata, para pihak bebas melakukan apapun sepanjang tidak
bertentangan dengan hokum yang berlaku, kebiasaan, kesopanan atau
hal-hal lain yang behubungan dengan ketertiban umum, juga tentang
syarat-sayarat sahnya perjanjian dan sebagainya.

b. Hukum keagenan sebagai dasar hokum, KUH Dagang (Makelar dan


Komisioner), ketentuan- ketentuan yang bersifat adminis- trative seperti
berbagai ketentuan dari Departemen Perindustrian, Perdagangan dan
sebagainya. Seringkali di tentukan dengan tegas dalam kontrak
franchise bahwa di antara pihak franchisor dengan franchisee tidak ada
suatu hubungan keagenan.
c. Undang-undang Merek, Paten dan Hak Cipta sebagai dasar hokum,
berhubung ikut terlibatnya merek dagang dan logo milik pihak fran-
chisor dalam suatu bisnis franchise, apalagi dimungkinkan adanya suatu
penemuan baru oleh pihak fran- chisor, penemuan dimana dapat
dipatenkan. UU No. 19 (1982) Paten, UU No. 7 (1987) Hak Cipta.
d. UU Penanaman Modal Asing sebagai dasar hukum, apabila pihak
franchisor tersebut maka sebaiknya dikonsultasi dahulu kepada ahli
hokum penanaman modal asing tentang berbagai kemungkinan dan
alternative yang mungkin diambil dan yang paling menguntungkan-
nya. Franchise justru dipilih untuk mengelak dari larangan-larangan
tertentu bagi suatu perusahaan asing ketika hendak beroperasi lewat
direct investment.
Peraturan lain sebagai dasar hokum franchisee :
a) Ketentuan hokum administrative, seperti mengenai perizinan usaha,
Pendirian perseroan terbatas, dan lain-lain peraturan administrasi
yang umumnya dikeluarkan oleh (Sumber Departemen Perdagangan
Kepmen Perdagangan No. 376/Kp/XI/1983) tentang kegiatan
perdangangan.
b) Ketentuan ketenagakerjaan
c) Hukum Perusahaan (UU PT. No. 1 (1995)
d) Hukum pajak adalah pajak ganda, pajak penghasilan, pajak
pertambah- an nilai, pajak withholding atas royalty dan pajak
penghasilan atas tenaga kerja asing.
e) Hukum persaingan
f) Hukum industri bidang tertentu misalnya aturan tentang standar
mutu, kebersihan dan aturan lain yang bertujuan melindungi konsu-
men, atau bahkan UU pangan sendiri.
g) Hukum tentang kepemilikan hak guna bangunan, hak milik.
h) Hukum tentang pertukaran mata uang RI menganut rezim devisa
bebas, maka tidak ada larangan maupun batasan terhadap keluar
masuknya valuta asing dari/ke Indonesia.
i) Hukum tentang rencana tata ruang, apakah wilayah tersebut
memenuhi syarat.
j) Hukum tentang pengawasan ekspor/impor misalnya dalam hal
pengambilan keputusan apakah barang-barang tertentu mesti dibawa
dari Negara pihak franchisor atau cukup diambil saja dari Negara
pihak franchisee.
k) Hukum tentang bea cukai apakah lebih menguntungkan barang-
barang tertentu dipasok dari luar negeri atau cukup menghandalkan
produk lokal semata
5. Indomaret

Tahun 1997 Indomaret melakukan pola kemitraan (waralaba) dengan


membuka peluang bagi masyarakat luas untuk turut serta memiliki dan
mengelola sendiri gerai Indomaret. Pola waralaba ini ditawar- kan setelah
Indomaret terbukti sehat dengan memiliki lebih dari 700 gerai, yang didukung
oleh sistem dan format bisnis yang baik.
Pengalaman panjang yang telah teruji itu mendapat sambutan positif
masyarakat, terlihat dari meningkat tajamnya jumlah gerai waralaba
Indomaret, dari dua gerai pada tahun 1997 menjadi 785 gerai pada Desember
2006. Program waralaba Indo- maret yang tidak rumit terbukti dapat diterima
masyarakat. Bahkan sinergi pewaralaba (Indomaret) dan terwaralaba
(masyarakat) ini merupakan salah satu keunggulan domestic dalam memasuki
era globalisasi.
a. Keuntungan Waralaba Indomaret
1. Transformasi Pengetahuan Bergabung dengan Indomaret, akan banyak
diperoleh pengetahuan bisnis toko modern dan sekaligus menem- patkan
anda sebagai pelaku bisnis
2. Potensi Pasar
Bantuan survey lokasi dari Indo- maret akan memperkaya wawasan
mengenai potensi dan strategi tidaknya suatu lokasi
3. Tidak Full Time
Dukungan sistem operasional toko yang terintegrasi, membuat para
investor tidak perlu terlibat secara full time dalam operasional toko
ataupun meninggalkan pekerjaan sebelumnya.
4. Peluang Berkembang
Investor dapat memiliki lebih dari satu unit toko dengan tingkat kesibu-
kan yang sama dan dapat diatur.
5. Minimalisasi Risiko Perencanaan matang, mulai survey lokasi sampai
dengan pembukaan toko, kecepatan distribusi dan kelengkapan barang
dagangan, serta dukungan manajemen Toko yang Solid akan membantu
Investor dalam menekan risiko kerugian.
b. Menjadi Terwaralaba Indomaret
Jika anda memutuskan untuk mem- beli hak waralaba Indomaret,
langkah awal yang harus dipenuhi adalah:
1. Warga Negara Indonesia

2. Menyediakan ruang usaha ukuran 120-150 M2 (milik sendiri/sewa)

3. Memiliki NPWP dan PKP, serta kelengkapan perijinan lainnya


4. Investasi peralatan toko dan biaya waralaba
Indomaret akan membantu anda dalam menyiapkan pengelolaan toko dalam
hal :
a) Survey kelayakan tempat usaha dan bantuan mencari lokasi
b) Perencanaan anggaran biaya
c) Studi kelayakan Investasi
d) Tata ruang dan perencanaan toko
e) Pengurusan ijin usaha dan NPWP
f) Renovasi ruang usaha
g) Pembelian peralatan toko
h) Seleksi dan pelatihan karyawan
i) Standard kerja dan sistem penggajian karyawan
j) Paket sistem operasional toko dan administrasi keuangan
k) Seleksi dan kredit barang dagangan tanpa bunga dan tanpa jaminan
l) Program promosi penjualan
c. Pola Waralaba
Ada dua pola kerja sama waralaba :
1. Tidak memiliki tempat usaha
Jika anda tidak memiliki tempat usaha, indomaret menawarkan 2 opsi
kerja sama.
a) Usulan lokasi took baru Indomaret menawarkan lokasi yang telah
disurvey disertai perencanaan matang, mulai dari desain layout toko,
estimasi investasi, pendapatan, pengeluar- an dan payback period.
b) Take over kepemilikan Indomaret menawarkan toko milik sendiri,
yang sudah teruji dan menguntungkan. Sistem ini relative lebih safe
namun nilai investasinya lebih tinggi diban- ding dengan membuka
toko baru karena ada nilai goodwill, sebagai pengganti biaya
pengem- bangan toko, sejak dibuka hingga mencapai kondisi mapan.
2. Memiliki tempat usaha
Apabila anda telah memiliki lokasi usaha, indomaret menawarkan kerja
sama sebagai berikut :
a) Ruang usaha/rumah/tanah Prosedur kerjanya sama dengan “Usulan
lokasi toko baru” Indomaret terlebih dulu melaku- kan survey
kelayakan lokasi yang anda usulkan, mulai dari potensi wilayah,
peruntukan bangunan dan perijinan, peren- canaan layout toko sampai
dengan estimasi payback period- nya. Jika semua dinilai layak, kerja
sama dapat dilakukan. Akan tetapi jika tidak atau ada kendala lain,
Indomaret akan menyerahkan untuk mencari lokasi yang lain.
b) Minimarket existing
Bila anda memiliki toko yang berkembang dan ingin mengem-
bangkannya, dapat bergabung dengan Indomaret.
8 BAB IV

9 PENUTUP

A. Kesimpulan
Waralaba (franchising), yaitu suatu sistem pemasaran atau distribusi
barang dan jasa, di mana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan
kepada individu atau perusahaan lain (franchisee) yang berskala kecil atau
menengah dengan hak-hak istimewa untuk melakukan suatu sistem usaha
tertentu melalui cara yang sudah ditentukan, selama waktu tertentu dan di
suatu tempat tertentu pula. Franchisor biasanya menyediakan peralatan,
produk atau jasa yang dijual, dan pelayanan manajerial. Sebagai
imbalannya, franchisee harus membayar uang pangkal (initial franchise fee)
dan royalti atas penjualan kotor, membayar management fee. membayar
biay a sewa peralatan franchisor (bila ada), serta memasarkan produk dan
jasa dengan cara-cara yang ditentukan oleh franchisor. Salah satu
keuntungan dari membeli hak waralaba ini adalah tetap independen
(meskipun tidak sepenuhnya), tetapi memperoleh manfaat dari nama merek
dan dari pengalaman jaringan waralaba tersebut.

Ada tiga bentuk sistem waralaba, yaitu pertama, product


franchise.Dalam bentuk yang dikenal pula dengan sebutan product
distribution franchising atau franchising model perusahaan minuman Coca-
Cola, franchisor memberikan kekeluasaan bagi para franchisee untuk
memproduksi dan mendistribusikan lini produk tertentu dengan
menggunakan nama merek dan sistem pemasaran yang
ditentukan/dikembangkan oleh franchisor. Misalnya keagenan sepatu, mobil
(Ford, Honda), pompa bensin, dan minuman ringan (Coca-Cola).

Bentuk kedua yang paling umum dan banyak berkembang dewasa


ini adalah business format franchising (entrepreneurship franchising).
Dalam bentuk ini, franchisor mengembangkan usahanya dengan membuka
outlet yang dikelola oleh franchisee yang berminat membuka usaha
dengannya. Franchising bentuk ini banyak berkembang di industri restoran
siap santap (misalnya Kentucky Fried Chicken dan McDonald’s) serta toko
retail, seperti Minimarket Indomaret dan Minimarket Alfamart.

Sedangkan bentuk ketiga adalah business opportunity


venture.Franchisor merancang suatu sistem jalur distribusi, lalu franchisee
mendistribusikan barang/jasa sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan
oleh franchisor.Produk / jasa yang di distribusikan tersebut bukanlah produk
/ jasa yang dihasilkan oleh franchisor. Contohnya adalah distribusi
komponen kendaraan bermotor.

Di Indonesia, bentuk waralaba mulai banyak diminati dan


perkembangan nya cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan semakin
berkembang nya jumlah outlet Minimarket Indomaret dan Minimarket
Alfamart.

B. Saran
Agar dalam skala nasional, perkembangan bisnis waralaba semacam
minimarket atau retail juga sangat baik. Sebagai contoh Indomaret dan
Alfamart. Bicara soal bisnis franchise di Indonesia, ada 2 nama besar brand
ritel yaitu Indomaret dan Alfamart yang cukup eksis saat. Kedua retail ini
selalu bersanding berdekatan di berbagai lokasi.
10 DAFTAR PUSTAKA

GunawanWidjaja. 2001. Seri HukumBisnisWaralaba. Jakarta:


PT.RajaGrafindoPersada.

ImanSjahputra Tunggal. 2004. Franchising Konsep dan Kasus. Jakarta:


Harvarindo.

Lindawaty S.S. 2004. Franchise Pola Bisnis Spektakuler (Dalam Perspektif


Hukum dan Ekonomi). Bandung: CV. Utomo.

SuyudMargono dan Amir Angkasa. 2002.


KomersialisasiAsetIntelektualAspekHukumBisnis. Jakarta: Gramedia.

WirjonoProdjodikoro. 1992. HukumPerdatatentangPersetujuan-


persetujuanTertentu. Bandung: Sumur.

PeraturanPemerintah (PP) No. 16 tahun 1997 tentangWaralaba.

www.Indomaret.co.id.

Anda mungkin juga menyukai