Oleh:
Nama : Andrean Julianto
NIM : 201910110311043
LABORATORIUM HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk keterampilan dan
kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan yang di lakukan di
perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori. Praktek hanya diberikan dalam skala
kecil dengan intensitas yang tebatas. Agar dapat memahami dan memecahkan
permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa perlu melakukan kegiatan
pelatihan kerja secara langsung di instansi/lembaga yang relevan dengan program
pendidikan yang diikuti. Sehingga setelah lepas dari dunia akademik yang bersangkutan
mahasiswa mampu memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama masa
pendidikan dan masa pelatihan. Sebab, untuk terjun langsung di masyarakat tidak hanya
dibutuhkan pendidikan formal yang tinggi dengan perolehan nilai yang memuaskan, namun
diperlukan keterampilan (skill) dan pengalaman pendukung untuk lebih mengenali bidang
pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
Kegiatan Magang merupakan kegiatan belajar mengajar yang melibatkan instansi di
luar kampus sebagai ajang pelaksanaannya (Penggabungan antara penerapan ilmu yang
sudah di peroleh dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan langsung dengan kondisi riil
di lapangan). Kegiatan Magang merupakan salah satu program pembelajaran pada
kurikulum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. Pelaksanaan magang ini
didasarkan atas pemikiran mengenai pentingnya penambahan pengalaman mahasiswa
dalam mengenal kancah dunia kerja yang sesuai dengan kompetensi kelulusannya.
Oleh karena itu, kegiatan Magang ini merupakan aplikasi yang bersifat terapan dari
pemahaman teoritik-konseptual yang diperoleh selama menimba ilmu di bangku kuliah
yang dapat dipandang sebagai media implementasi pengayaan diri, sehingga diharapkan
mahasiswa memiliki akuntabilitas diri yang tinggi dan nantinya tidak terkejut ketika
memasuki dunia kerja yang sesungguhnya. Dan pada akhirnya dapat bersaing dengan
berbagai lulusan dari Fakultas Hukum umum baik praktis maupun teoritis sekalipun.Selain
itu, mahasiswa juga dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan di lapangan
mengenai dunia kerja.
Salah satu intansi yang dapat dijadikan tempat magang guna mencapai tujuan
sebagaimana tersebut di atas adalah Pengadilan Negeri Kepanjen Kelas 1.B. Pengadilan
Negeri Kepanjen Kelas 1.B merupakan salah satu wadah bagi mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Muhamamdiyah Malang untuk menggali segala potensi dan pengalaman serta
mencoba mengenal lingkungan kerja secara nyata (real) yang akan kami hadapi setelah
lulus dari belajar di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang nantinya
akan berbaur dan mengabdi pada masyarakat serta mengaplikasikan segala teori yang telah
diajarkan di bangku perkuliahan. Wadah tersebut yang akan menjadi landasan bagi
mahasiswa, untuk mendasari dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan masa
depan. Karena, magang menjadi fasilitas bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang untuk mendapatkan segala hal yang diinginkan sebelum terjun ke
dunia nyata (kerja).
Adapun alasan memilih Pengadilan Negeri Kepanjen Kelas 1.B, yang berada di
Kabupaten Malang karena beberapa instansi atau masyarakat selalu bersentuhan dengan
hukum dalam setiap penyelesaian perkara yang dilakukan oleh individu atau instansi yang
terjerat permasalahan hukum serta menjadi wadah bagi mahasiswa dalam mempersiapkan
diri untuk menghadapi masa depan dengan secara langsung terjun kelapangan.
Penyelesaian perkara hukum tersebut seperti,memeriksa, mengadili dan memutus perkara
tertentu yang hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan badan peradilan yang
berada di bawah Mahkamah Agung yang diatur dalam undang-undang, baik yang Non
Litigasi ataupun yang Litigasi yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuanUndang
Undang yang mengaturnya.
B. Tujuan Magang
a. Mahasiswa mengetahui kompetensi absolut dan relatif pengadilan negeri;
b. Mahasiswa mengetahui Putusan sela dalam persidangan;
c. Mahasiswa mengetahui asas-asas yang digunakan dalam memutus perkara;
d. Mahasiswa mengetahui alur sidang perdata dari awal masuk sampai diputus;
e. Mahasiswa mengetahui prinsip mengadili hakim.
C. Target Magang
a. Mahasiswa memahami Kompetensi absolut dan relatif pengadilan negeri;
b. Mahasiswa memahami putusan sela dalam persidangan;
c. Mahasiswa memahami asas-asas yang digunakan dalam memutus perkara;
d. Mahasiswa memahami alur sidang perdata dari awal masuk sampai diputus;
e. Mahasiswa memahami prinsip mengadili hakim.
D. Waktu Pelaksanaan Magang
Dimulai sejak tanggal 04 Juli 2022 s/d 12 Agustus 2022 dan telah menempuh dengan
jumlah 241 jam.
E. Profil Institusi Tempat Magang
Pengadilan Negeri Kepanjen berkedudukan pada wilayah hukum Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur dengan alamat Jalan Panji No. 205, Kelurahan Panarukan,
Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur - 65163, Telepon (0341) 394123,
Fax (0361) 943016, Website : www.pn-kepanjen.go.id, dan e-mail :
pnkepanjen@gmail.com.
Kabupaten Malang terletak pada 112o17`10,90“ sampai 112o57`00“ Bujur
Timur, 7o44`55,11“ sampai 8o26`35,45“ Lintang Selatan. Secara administratif, Kabupaten
Malang terbagi menjadi 33 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi sejumlah desa dan
kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kepanjen.
Pusat pemerintahan sebelumnya berada di Kota Malang. Kota Batu dahulu bagian dari
Kabupaten Malang, sejak tahun 2001 memisahkan diri setelah ditetapkan menjadi kota.
Bersama dengan Kota Batu dan Kota Malang, Kabupaten Malang merupakan bagian dari
kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya.
Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kota Malang dan Kota Batu tepat di tengah-
tengahnya. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Malang adalah sebagai berikut:
Sebelah utara Kabupaten pasuruan dan kabupaten Mojokerto
Sebelah barat Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri
Sebelah selatan Samudera Indonesia (Hindia )
Sebelah timur Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang.
Berikut ini adalah daftar kecamatan dan kelurahan atau desa di kabupaten
Malang, Jawa Timur beserta kode administrasi. Kabupaten Malang terdiri dari
33 kecamatan, 12 kelurahan, dan 378 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya
mencapai 2.464.369 jiwa dengan luas wilayah 3.530,65 km² dan sebaran penduduk 698
jiwa/km².
BAB II
KEGIATAN MAGANG
A. Jadwal Pelaksanaan Magang
JULI 2022
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
AGUSTUS 2022
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31
CATATAN :
Kolom warna hijau merupakan hari dimana mahasiswa melaksanakan magang.
B. Uraian Kegiatan Magang Dalam bentuk tabel
a. Minggu Pertama
Hari & Tanggal, Deskripsi Kegiatan
b. NO Jumlah Jam
Pukul Magang
1 Senin, 04 Juli 9 Jam 1. Mahasiswa
2022 Pukul 07.30 menemui kepala
WIB -16.30 WIB sekretariat pengadilan
negeri kepanjen yaitu
bapak Abdul Majid S.E
dan menjelaskan
maksud kedatangan
kami yang akan
melaksanakan magang
di pengadilan negeri
kepanjen selama 240
jam dan siap mengikuti
rangkaian magang
yang telah di tentukan
oleh kampus,
kemudian menjelaskan
Target magang yang
harus mahasiswa capai
selama magang.
2. Mahasiswa
menemui Panitera
muda perdata
kemudian berdiskusi
mengenai target yang
harus dicapai selama
magang dan juga
meminta bimbingan
terkait target tersebut.
3. Mahasiswa
mendapat tugas
pertama yaitu
penulisan register
induk perkara jenis
gugatan sederhana
yang dimana
mahasiswa harus
melakukan input yang
teliti dan benar sesuai
ang tertera pada SIPP
pn kepanjen.
4. Mahasiswa
melakukan diskusi
bersama hakim Nanang
Dwi Kristanto terkait
target magang dan
proses mediasi.
2 Selasa 05 Juli 9 Jam 1. Mahasiswa
2022 melakukan diskusi
Pukul 07.00WIB - bersama kepala
16.00 WIB ruangan perdata yaitu
panitera muda perdata
mengenai Kompetensi
relatif dan absolut
pengadilan negeri
beserta cara
pendaftaran masuk
hingga para pihak
dipanggil untuk
mengikuti sidang
pertama.
2. Mahasiwa mengikuti
sidag perkara perdata
yang sedang
berlangsung dengan
agenda sidang pertama.
3. Mahasiswa
melakukan pengisian
register induk perkara
gugatan biasa, disini
mahasiswa mengetahu
kapan penetapan hari
sidang, para pihak,
para majelis hakim,
klasifikasi perkara,
petitum.
3 Rabu, 06 juli 2022 8 Jam 30 Menit 1. Mahasiswa
Pukul 07.30 WIB melakukan diskusi
-16.30 WIB bersma hakim
mengenai hukum baik
perdata maupun
pidana, disini saya
menanyakan terkait
munculnya putusan
sela di dalam
persidangan.
2. Mahasiswa
mengikuti sidang
perdata untuk
mengetahui alur sidang
perkara perdata dan
juga untuk mencari
inspirasi permasalahan
hukum untuk dijadikan
bahan bahasan skripsi.
Disini majelis hakim
menyarankan
mahasiswa untuk
mengikuti sidang dari
awal sampai akhir.
3. Mahasiswa
Melakukan pengisian
buku Register Induk
Perkara jenis Gugatan
Sederhana.
4 Kamis, 07 Juli 0 Jam Mahasiswa izin kepada
2022 kepala ruangan perdata
untuk mengikuti
perkuliahan luring di
kampus
5 Jumat,08 Juli 9 Jam 1. Mahasiswa
2022 Pukul melakukan olahraga
07.00WIB -16.00 jalan santai bersama
WIB seluruh keluarga besar
Pengadilan Negeri
Kepanjen dengan
tujuan stadion
kanjuruhan dan
kembali lagi ke kantor.
Mahasiswa selama
jalan santai banyak
berdiskusi dengan staff
pengadilan terkait
permasalahan hukum
yang sering terjadi di
wilayah hukum
pengadilan negeri
kepanjen.
2. Mahasiswa
melakukan diskusi
bersama staff ruangan
perdata mengenai SOP
penaganan perkara
perdata PN kepanjen.
3. Mahasiswa
melanjutkan pengisian
buku Register induk
Jenis Gugatan
Sederhana dikarenakan
ada target dalam
penulisan Gugatan
Sederhana dalam
tenggat waktu 1
minggu.
Total Jam Per Minggu 35 jam
h. Minggu Keenam
Hari & Tanggal, Deskripsi Kegiatan
NO Jumlah Jam
Pukul Magang
1 Senin, 08 Agustus 9 jam 1. Mahasiswa mengikuti
2022 07.30 WIB – kegiatan apel pagi yang
16.30 WIB diikuti seluruh keluarga
besar Pengadilan Negeri
Kepanjen yang dipimpin
oleh Bapak Rakhmat
Rusmin Widyarta S.H
2. Mahasiswa menulis
buku register jenis buku
register induk perkara
gugatan.
2 Selasa, 09 Agustus 9 jam 1. Mahasiswa
2022 07.30 WIB – melukankan diskusi
16.30 WIB Bersama hakim Nanang
mengenai Musyawarah
putusan perkara.
2. Mahasiswa mengikuti
sidang perkara pidana
dengan agenda
pembacaan dakwaan.
3 Rabu, 10 Agustus 9 jam 1. Mahasiswa melakukan
2022 07.30 WIB – penulisan buku register
16.30 WIB permohonan.
2. Mahasiswa mengikuti
sidang perkara perdata
dengan agenda sidang
pertama.
3. Mahasiswa ikut
Bersama jurusita dalam
penyerahan surat
panggilan kepada para
pihak daerah Pakisaji.
4 Kamis, 11 Agustus 9 jam 1. Mahasiswa melakukan
2022 07.30 WIB – penulisan buku register
16.30 WIB perkara jenis gugatan.
2. Mahasiswa belajar
mengenai pembuatan
permohonan yang
diajukan oleh pemohon.
3. Mahasiswa melakukan
diskusi Bersama staff.
5 Jumat, 12 Agustus 9 jam 1. Mahasiswa melakukan
2022 07.30 WIB – diskusi Bersama hakim
16.30 WIB jimmy mengenai berita
acara pemeriksaan.
2. Mahasiswa membantu
pemberian nomor pada
berkas delegasi untuk
jurusita yang kemudian
ditandatangani oleh
panitera perdata.
3. Mahasiswa membantu
penulisan buku register
jenis gugatan
wanprestasi.
Total Jam Per Minggu 45 jam
1
Eric gurita Aedi, Peranan Identitas Domisili Dalam menentukan Kompetensi Relatif Pengadilan Jatim: UPT
“Tegal” 2020, Hlm 14
gugatan bukan berdasarkan tempat/lokasi/domisili dari B, akan
tetapi gugatan diajukan dimana objek tanah tersebut berada yaitu
di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dikarenakan objek tanah
berada di daerah semanggi;
3) Gugatan diajukan di salah satu pengadilan tempat tinggal
Tergugat jika Tergugat lebih dari satu orang. Sebagai
contoh, A bersengketa dengan B dan C dikarenakan B dan C
bersama-sama belum melunasi hutangnya berdarkan perjanjian
yang disepakati bersama. Dikarenakan B
tempat/lokasi/domisilinya jauh, maka A mengajuan gugatan di
pengadilan tempat/lokasi/domisili si B, dengan tetap menarik C
sebagai pihak yang digugat karena belum melunasi hutangnya.
4) Gugatan diajukan di salah satu pengadilan yang
dipilih/disepakati. Sebagai contoh, A dan B membuat
perjanjian yang dimana memilih Arbitrase sebagai jenis
pengadilan yang akan menyelesaikan permasalahannya
dikemudian hari apabila timbul sengketa hukum. Akhirnya B
melanggar perjanjian yang disepakati, akhirnya A mengajukan
gugatan ke Pengadilan Umum, Namun hal tersebut tidaklah
benar, sebab B hanya bisa digugat di Arbitrase dikarenakan telah
diperjanjian sejak awal. 2
KOMPETENSI ABSOLUT
Kompetensi absolut ialah kewenangan memeriksa dan mengadili
perkaraperkara antar badan-badan peradilan berdasarkan pada pembagian wewenang
dan pembebanan tugas (yurisdiksi). Misalkan badan peradilan umum kompetensi
absolutnya ialah memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dan perdata pada
umumnya, sedangkan pengadilan Tata Usaha Negara berwenang memeriksan dan
mengadili sengketa-sengketa berkaitan dengan keputusan Tata Usaha Negara. 3
Berdasarkan sistem pembagian lingkungan peradilan, Pengadilan Negeri
berhadapan dengan kewenangan Absolut lingkungan peradilan lain. Menurut
2
Harahap, M. Yahya, Hukum Acara Perdata: Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan
Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 179-180.
3
Bambang Sugeng A.S Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata dan Dokumen Litigasi, Kencana, jakarta,
2012, hlm. 18
amandemen pasal 24 ayat (2) UUD 1945 dan pasal 10 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970
sebagaimana di ubah dengan UU No. 35 Tahun 1999 dan sekarang diganti dengan pasal
2 jo. Pasal 10 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 Tentang kekuasaan kehakiman yang
berada dibawah Mahkamah Agung, dilaksanakan dan dilakukan oleh beberapa
lingkungan peradilan yang terdiri dari:
Peradilan Umum
Peradilan Agama
Peradilan Militer dan
Peradilan Tata Usaha Negara
Keempat lingkungan peradilan yang berada dibawah Mahkamah Agung ini,
merupakan penyelenggaraan kekuasaan Negara dibidang yudikatif. Secara
konstitusional bertindak menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan
keadilan dalam kedudukannya sebagai pengadilan negara. Mengenai sistem pemisahan
yurisdiksi dianggap masih relevan dasar-dasar yang dikemukakan dalam penjelasan
pasal 10 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970 sebagai berikut:
Didasarkan pada lingkungan kewenangan
Masing-masing lingkungan memiliki kewenangan mengadili tertentu
Kewenangan tertentu tersebut, menciptakan terjadinga kewenangan absolut
atau
yurisdiksi absolut pada masing-masing lingkungan.
Oleh karena itu masing-masing lingkungan hanya berwenang mengadili sebatas
kasus yang dilimpahkan undang-undnag kepadanya.
hanya berwenang mengadilui perkara pidana yang terdakwa nya terdiri dari prajurit
Tentara Nasional Indonesia berdasarkan pangkat Tertentu. Setelah memperhatikan uraian di
atas, ditinjau dari segi pembagian lingkungan kekuasaan kehakiman, undang-undang telah
menentukan batas yurisdiksi masing-masing. Sengketa yang dapat di ajukan ke Pengadilan
Negeri sesuai keberadaan dan kedudukannya sebagai lingkungan peradilan umum hanya
terbatas pada perkara pidana dan perdata
2. Mahasiswa mengetahui putusan sela dalam persidangan.
Target ini telah terpenuhi berkat diskusi bersama hakim Jimmy dan Hakim Nanang
beserta staff ruangan perdata berikut analisa dan penjelasannya,
Pengertian Putusan Sela
Putusan sela adalah suatu putusan yang dijatuhkan oleh hakim sebelum putusan akhir
yang berisikan beban pembuktian antara tergugat dan penggugat, fungsinya tidak lain untuk
memperlancar pemeriksaan perkara. Putusan sela ini menurut Pasal 185 HIR/I96 RBg adalah:
1. Putusan sela adalah putusan yang bukan merupakan putusan akhir walaupun
harus diucapkan dalam persidangan, tidak dibuat secara terpisah melainkan
hanya tertulis dalam berita acara persidangan saja.
2. Kedua belah pihak dapat meminta, supaya kepadanya diberi salinan yang
sah dari putusan itu dengan ongkos sendiri.
Dari ketentuan Pasal 185 HlR/196 RBg tersebut di atas, dapat diketahui bahwa:
a. Semua putusan sela diucapkan dalam sidang
b. Semua putusan sela merupakan bagian dari berita acara
c. Salinan otentik dapat diberikan dari berita acara yang memuat putusan sela kepada
kedua belah pihak.4
Putusan sela atau putusan antara adalah putusan yang diambil oleh hakim sebelum ia
menjatuhkan putusan akhir dan fungsinya adalah untuk memungkinkan atau mempermudah
kelanjutan pemeriksaan perkara dalam suatu persidangan pengadilan negeri sesuai dengan
perkara yang telah ditentukan
Jenis-jenis putusan sela
1. Putusan Preparatoir
Salah satu bentuk spesiflkasi yang terkandung dalam putusan sela ialah putusan
preparatoir atau preparator {preparatoir vonnis).5 Tujuan putusan ini merupakan
persiapan jalannya pemeriksaan. Misalnya sebelum hakim memulai pemeriksaan, lebih
dahulu menerbitkan putusan preparatoir tentang tahap-tahap proses atau jadwal
persidangan. Umpamanya pembatasan tahap jawab-menjawab atau replik-duplik dan
tahap pembuktian. Dalam praktik, hal ini jarang terjadi. Proses pemeriksaan berjalan
dan langsung sesuai dengan kebijakan dengan memperhitungkan tenggang pemunduran
4
°Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktek.
Bandung. 1997, him. 85
5
M . Yahya Harahap, op,cit,Hlm 20-21
persidangan oleh hakim tanp lebih dahulu ditentukan tahap-tahapnya dalam suatu
putusan sela yang disebut putusa preparatoir.
2. Putusan Interlocutoir
Seringkali Pengadilan Negeri menjatuhkan putusan interlocutoir saat proses
pemeriksaan tengah beriangsung. Putusan ini merupakan bentuk khusus putusan sela
{een interlocutoir vonnis is een special sort tussen vonnis) yang dapat berisi bermacam-
macam perintah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai hakim, antara lain sebagai
berikut:
a. Putusan interlokutor yang memerintahkan pendengaran keterangan ahli,
berdasarkan Pasal 154 HIR.
Apabila hakim secara ex officio maupun atas perintah salah satu pihak,
menganggap perlu mendengar pendapat ahli yang kompeten menjelaskan hal
yang belum terang tentang masalah yang disengketakan, hal itu dituangkan
dalam putusan sela yang disebut putusan interlokutor.
b. Memerintahkan pemeriksaan setempat (gerechtelijke plaatssopmening)
berdasarkan Pasal 153 HIR.
Jika hakim berpendapat atau atas permintaan salah satu pihak, perlu dilakukan
pemeriksaan setempat maka pelaksanaannya dituangkan dalam putusan
interlokutor yang berisi perintah kepada hakim komisaris dan panitera untuk
melaksanakannya.
c. Memerintahkan pengucapan atau pengangkatan sumpah baik sumpah penentu
atau tambahkan brdasarkan Pasal 155 HIR, Pasal 1929 KUH Perdata maka
pelaksanaannya dituangkan dalam putusan interlokutor.
d. Bisa juga memerintahkan pemanggilan saksi berdasarkan Pasal 139 HIR, yakni
saksi yang diperlukan penggugat atau tergugat tetapi tidak dapat
menghadirkannya berdasarkan Pasal 121 HIR, pihak yang berkepentingan dapat
meminta kepda hakim supaya saksi tersebut dipanggil secara resmi oleh juru
sita. Apabila permintaan ini dikabulkan, hakim menerbitkan surat perintah
untuk itu yang dituangkan dalam bentuk putusan interlokutor.
3. Putusan Insidentil
Dulu disebut incidenteel vonnis atau putusan dalam insidentil, yakni putusan
sela yang berkaitan langsung dengan gugatan insidentil atau yang berkaitan dengan
penyitaan yang dibebankan pembenan uang jaminan dari pemohon sita agar sita
dilaksanakan, yang disebut cautio judicatum solvi. Dari penjelasan di atas, secara teori
dan praktik, pada umumnya dikenal dua bentuk putusan insidentil.
a. Putusan insidentil dalam gugatan intervensi. Pasal 279 Rv mengatur lembaga
gugatan intervensi yakni:
1) Memberi hak kepada pihak ketiga yang berkepentingan untuk
menggabungkan diri dalam suatu pericara yang masih beriangsung
proses pemeriksaannya pada pengadilan tingkat pertama.
2) Bentuk gugatan intervensi yang dapat diajukan pihak ketiga yang
berkepentingan, bisa berbentuk; voeging, tussenkomst, dan vrijwaring.
3) Cara ikut sertanya bergabung melalui gugatan intervensi, hal inin
diatur dalam Pasal 280 Rv.
b. Putusan insidentil dalam pemberia jaminan atas pelaksanaan sita jaminan.
Putusan insidentil yang dikaitkan dengan dengan pelaksanaan sita jaminan
{Conservatoir Beslag) disebut cautio judicatum solvi. Sebagai contoh Pasal 722
Rv yakni penyitaan atas barang debitur. Menurut pasal ini, hakim dalam
mengabulkan permohonan sita jaminan yang diajukan penggugat, dapat
memerintahkan kepada tergugat agar membayar uang jaminan meliputi
kerugian dan bunga yang mungkin timbul akibat penyitaan, dengan ketentuan
dan ancaman selama uang jaminan belum dibayar penggugat, peyitaan tidak
dilaksanakan. Jika hakim bermaksud menerapkan ketentuan Pasal 722 Rv
tersebut, harus dituangkan dalam bentuk putusan insidentil
4. Putusan Provisi
Diatur dalam Pasal 180 HIR, Pasal 191 RBg disebut juga provisionele
heschikking, yakni putusan yang bersfat sementara atau interim award {temporary
disposal) yang berisi tindakan sementara menunggu sampai putusan akhir mengenai
pokok perkara dijatuhkan. Dengan demikian putusan provisi ini tidak boleh mengenai
materi pokok perkara, tetapi hanya terbatas mengenai tindakan sementara berupa
larangan melanjutkan suatu kegiatan, misalnya melaiang meneruskan pembangunan di
tas tanah terperkara dengan ancaman hukuman membayar uang paksa. Penegasan itu
dikemukakan dalam putusan MA No. 1788 K/Sip/1976. begitu juga penegasan putusan
MA No.279 K/Sip/1976. Gugatan provisi seharusnya bertujuan agar ada tindakan
sementara dari hakim mengenai hal yang tidak termasuk pokok perkara. Gugatan atau
permohonan provisi yang berisi pokok perkara harus ditolak.
Putusan provisi diambil dan dijatuhkan berdasarkan gugatan provisi {provisionele eis)
atau disebut juga provisionele vordering:
Bisa diajukan berdiri sendiri dalam gugatan tersendiri, berbarengan dengan
gugatan pokok
Tetapi biasanya diajukan bersama-sama dengan satu kesatuan dengan gugatan
pokok
Tanpa gugata pokok, gugatan provisi tidak mungkin diajukan, karena itu
gugatan tersebut asesor dengan gugatan pokok.
3. Mahasiswa mengetahui asas-asas yang digunakan dalam memutus perkara pidana.
Berdasarkan diskusi dengan narasumber hakim saya mendapatkan beberapa
analisis yang akan saya terangkan di bawah,
A. Asas Musyawarah
Putusan hakim wajib diambil berdasarkan hasil musyawarah majelis,
tidak dapat diambil dari pendapat ketua atau anggota saja. Meskipun
terjadi perbedaan pendapat (Dissenting opinion), hasil putusan harus
mencerminkan pendapat mayoritas majelis agar dapat diambil dasar
atau argumen yang paling kuat dan rasional.
B. Memuat Dasar Yang Jelas
Dalam memutus suatu perkara, Hakim wajib mempertimbangkan
hukum secara komprehensif (legal reasoning, rasio decidendi). Jika
tidak, putusan dapat berakhir berat sebelah (onvoldoende gemotiveerd).
Apabila dalam putusannya diketahui pertimbangan dan alasan hakim
tidak cukup jelas dan rinci, pengadilan yang lebih tinggi dapat
membatalkan putusan tersebut.
C. Mengadili Seluruh Bagian Gugatan & Tidak Boleh Melebihi Tuntutan.
Putusan hakim haruslah merupakan hasil pemeriksaan total dan
menyeluruh dari setiap petitum yang diminta penggugat. Artinya, hakim
tidak diperbolehkan hanya memutus sebagian petitum dan
mengesampingkan yang lain atau justru memutus perkara melebihi
tuntutan yang diminta penggugat (ultra petitum partium). Dengan
adanya asas ini, para penggugat maupun tergugat juga diharapkan lebih
cermat dan teliti agar tidak salah penanganan perkara.
D. Asas Keterbukaan
Salah satu ciri dalam asas keterbukaan adalah putusan yang dihasilkan
hakim disampaikan dan dibacakan secara umum dan dalam persidangan
terbuka. Ini merupakan sifat pengadilan dan juga peradilan (fair trial)
yang diharapkan yang transparan juga akuntabel bagi masyarakat.
Selain itu, dalam praktek, kini masyarakat telah diberikan keleluasaan
untuk mengecek seluruh putusan yang telah inkracht melalui website
mahkamah agung. Dengan adanya asas ini, diharapkan dapat
menghindarkan adanya putusan yang diskriminatif atau berat sebelah
(patrial).
E. Harus Tertulis.Selain harus dibacakan di muka persidangan, putusan
harus ada dalam bentuk tertulis untuk memenuhi syarat akta otentik
yang dihasilkan oleh pengadilan. Putusan ini nantinya memiliki
kekuatan pembuktian dan mengikat pihak-pihak yang berperkara atau
pihak ketiga6
Analisis
Seorang Hakim dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara tidak
selamanya terpaku pada satu asas saja. Pada perkara tertentu Hakim dapat saja berubah
dari satu asas ke asas yang lain yang dirasa relevan dituangkan dalam pertimbangan
hukumnya, Dalam membuat pertimbangan hukum harus dengan nalar yang baik, hal
tersebut yang menjadi alasan bagi hakim untuk lebih mengedepankan asas tertentu
tanpa meninggalkan asas yang lain tentunya.
Dengan demikian kualitas putusan hakim dapat dinilai dari bobot alasan dan
pertimbangan hukum yang digunakan dalam perkara, dalam membuat putusan seorang
hakim sepatutnya dalam menimbang dan memutus suatu perkara dengan
memperhatikan asas, keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan agar putusan yang
dikeluarkan menjadi putusan yang ideal.
6
Busyro Muqaddas, “Mengkritik Asas-asas Hukum Acara Perdata”, Jurnal Hukum Ius Quia
lustum (Yogyakarta, 2002)
4. Mahasiswa mengetahui alur persidangan dari awal sampai dengan diputus
Berdasarkan diskusi besama hakim dan fakta yang saya lihat di lapangan berikut
analisa target yang dapat saya paparkan.
Tata urutan persidangan perkara perdata gugatan di pengadilan negeri:
1) Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum;
2) Para pihak (penggugat dan tergugat) diperintahkan memasuki ruang sidang;
3) Para pihak diperiksa identitasnya (surat kuasanya), demikian pula diperiksa surat ijin
praktik dari organisasi advokat;
4) Apabila kedua belah pihak lengkap maka diberi kesempatan untuk menyelesaikan
dengan perkara secara damai;
5) Ditawarkan apakah akan menggunakan mediator dari lingkungan PN atau dari luar
(lihat PERMA RI No.1 Tahun 2008);
6) Apabila tidak tercapai kesepakatan damai maka sidang dilanjutkan dengan pembacaan
surat gugat oleh penggugat/kuasanya;
7) Apabila perdamaian berhasil maka dibacakan dalam persidangan dalam bentuk akta
perdamaian yang bertitel DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YME;
8) Apabila tidak ada perubahan acara selanjutnya jawaban dari tergugat; (jawaban berisi
eksepsi, bantahan, permohonan putusan provisionil, gugatan rekonvensi);
9) Apabila ada gugatan rekonvensi tergugat juga berposisi sebagai penggugat rekonvensi;
10) Replik dari penggugat, apabila digugat rekonvensi maka ia berkedudukan sebagai
tergugat rekonvensi;
11) Pada saat surat menyurat (jawab jinawab) ada kemungkinan ada gugatan intervensi
(voeging, vrijwaring, toesenkomst);
12) Sebelum pembuktian ada kemungkinan muncul putusan sela (putusan provisionil,
putusan tentang dikabulkannya eksepsi absolut, atau ada gugat intervensi);
13) Pembuktian
14) Dimulai dari penggugat berupa surat bukti dan saksi;
15) Dilanjutkan dari tergugat berupa surat bukti dan saksi;
16) Apabila menyangkut tanah dilakukan pemeriksaan setempat;
17) Kesimpulan
18) Musyawarah oleh Majlis Hakim (bersifat rahasia);
19) Pembacaan Putusan;
20) Isi putusan:
a. Gugatan dikabulkan,
b. Gugatan ditolak,
c. Gugatan tidak dapat diterima.
Atas putusan ini para pihak diberitahu hak-haknya apakah akan menerima, pikir-pikir
atau akan banding. Apabila pikir-pikir maka diberi waktu selama 14 hari;
Dalam hal ada pihak yang tidak hadir maka diberitahu terlebih dahulu dan dalam waktu 14 hari
setelah pemberitahuan diberi hak untuk menentukan sikap. Apabila waktu 14 hari tidak
menentukan sikap maka dianggap menerima putusan
5. Mahasiswa mengetahui prinsip hakim dalam mngadili suatu perkara
Dalam Target ini saya bertanya kepada narasumber Hakim yaitu hakim
Nanang Dwi Kristanto terkait Prinsip mengadili hakim dalam suatu perkara
berikut penjelasan dan analisisnya:
Prinsip Mengadili
Prinsip-prinsip dalam Mengadili Perkara.
Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
Mahkamah Agung adalah pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Peradilan dilakukan "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA". Peradilan negara menerapkan dan menegakkan hukum
dan keadilan berdasarkan Pancasila. Semua peradilan di seluruh wilayah negara
Republik Indonesia adalah peradilan negara yang diatur dengan undang-
undang. Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim konstitusi wajib menjaga
kemandirian peradilan. Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh
pihak lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal
sebagaimana dimaksud dalam Undang -Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak
membeda-bedakan orang. Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha
mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan
yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Hakim dan hakim konstitusi wajib
menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang
hidup dalam masyarakat. Hakim dan hakim konstitusi harus memiliki integritas
dan kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan berpengalaman
di bidang hukum. 7
Hakim dan hakim konstitusi wajib menaati Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim. Tidak seorang pun dapat dihadapkan di depan pengadilan,
kecuali undang-undang menentukan lain. Tidak seorang pun dapat dijatuhi
pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut
undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat
bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya.
Tidak seorang pun dapat dikenakan penangkapan, penahanan, penggeledahan,
dan penyitaan, kecuali atas perintah tertulis dari kekuasaan yang sah dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang. Setiap orang yang
disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan di depan pengadilan
wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam
mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula
sifat yang baik dan jahat dari terdakwa. Setiap orang yang ditangkap, ditahan,
dituntut, atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau karena
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkannya, berhak
8
menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.
Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau
kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Pengadilan
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan susunan majelis sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain.
Hakim dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dibantu oleh
seorang panitera atau seorang yang ditugaskan melakukan pekerjaan panitera.
Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana dengan
7
Sudikno Mertokusumo,1997 , “Sistem Peradilan di Indonesia“, Jurnal Hukum FHUII, Jakarta.
8
Suhrawardi K. Lubis, 2002, “Etika Profesi Hakim”,Sinar Grafika, Jakarta.
kehadiran terdakwa, kecuali undang-undang menentukan lain. Semua sidang
pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-undang
menentukan lain. 9
Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. Tidak dipenuhinya ketentuan
ini mengakibatkan putusan batal demi hukum. Putusan diambil berdasarkan
sidang permusyawaratan hakim yang bersifat rahasia. Dalam sidang
permusyawaratan, setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau
pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari putusan. Dalam hal sidang
permusyawaratan tidak dapat dicapai mufakat bulat, pendapat hakim yang
berbeda wajib dimuat dalam putusan. Pengadilan wajib saling memberi
bantuan yang diminta untuk kepentingan peradilan. Seorang hakim wajib
mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat hubungan keluarga
sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, atau hubungan suami atau istri
meskipun telah bercerai, dengan ketua, salah seorang hakim anggota, jaksa,
advokat, atau panitera. Ketua majelis, hakim anggota, jaksa, atau panitera
wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat hubungan
keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, atau hubungan suami
atau istri meskipun telahbercerai dengan pihak yang diadili atau advokat.
Seorang hakim atau panitera wajib mengundurkan diri dari persidangan
apabila ia mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan
perkara yang sedang diperiksa, baik atas kehendaknya sendiri maupun atas
permintaan pihak yang berperkara.10
Analisis
Menurut saya prinsip keadilan ini sejalan dan selaras dengan asas- asas
kehakiman dan juga kebebasan hakim. kebebasan hakim dalam menjalankan tugasnya
sebagai hakim, dapat dimaknai bahwa hakim dalam menjalankan tugas kekuasaan
kehakiman tidak boleh terikat dengan apa pun dan/ atau tertekan oleh siapa pun, tetapi
leluasa untuk berbuat apa pun. Memaknai arti kebebasan semacam itu dinamakan
kebebasan individual atau kebebasan ekstensial.
9
Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari, 2005, “Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan Kehakiman
Indonesia”,ed 1, UII Press
10
Muchsin, 2004, “Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka dan Kebijakan Asasi” ,STIH IBLAM
Implementasi prinsip kebebasan hakim dalam memutuskan suatu perkara yang
ditanganinya Hakim bebas dari campur tangan kekuasaan ekstra yudisial, baik
kekuasaan eksekutif maupun legislatif dan kekuatan ekstra yudisial lainnya dalam
masyarakat, seperti pers. Hakim dalam memeriksa dan mengadili bebas untuk
menentukan sendiri cara-cara memeriksa dan mengadili, kebebasan hakim bermakna
kebebasan dalam konteks kebebasan lembaga peradilan. Konsekwensi logisnya harus
dimaknai bahwa baik secara umum maupun dalam perkara-perkara tertentu, pimpinan
pengadilan dapat memberikan arahan atau bimbingan bagi para hakim yang bersifat
nasihat atau petunjuk, hal ini tidak mengurangi makna kebebasan hakim.
Rapat koordinasi merupakan rapat yang dihadiri oleh perangkat desa dan perangkat
pengamanan yang berada di lokasi sengketa, rapat koordinasi sendiri bertujuan untuk
menghindari masalah hukum ketika sengketa akan di eksekusi oleh pihak pengadilan
dan juga sebagai arti kesepahaman dengan pelaksanaan putusan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap.
14. Mahasiswa berdiskusi dengan hakim terkait putusan.
Dalam diskusi ini mahasiswa dapat menyimpulkan bahwa dasar
pertimbangan hakim sebelum amar putusan sebagai berikut:
1. Fakta perkara
2. Modus
3. Akibat
4. Untuk residif (orang yang sudah pernah dihukum / masuk perkara
sebelumnya) wajib di hukumannya ditambah 1/3 dari sebelumnya.
Selain itu apabila 3 hakim memiliki pendapat yang berbeda – beda
dalam menangani perkara contohnya: a. hakim ketua berpendapat
bahwa perkara tersebut onsla (terbukti tapi tidak bersalah) b. hakim
anggota 1 berpendapat bahwa perkara tersebut terbukti c. halim anggota
2 berpendapat bahwa perkara tersebut bebas atau tidak terbukti. Maka
untuk mengetahui titik terang perkara tersebut menggunakan pendapat
yang mana ketiga hakim tersebut menghadap kepada KPN untuk
menjelaskan kronologis dan fakta perkara tersebut sehingga KPN
mengetahuinya. Selanjutnya KPN memutuskan perkara tersebut
termasuk onsla, terbukti, atau tidak terbukti (bebas).
Analisa:
Dalam teori pertimbangan hakim adalah salah satu aspek yang sangat penting untuk
mewujudkan nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan (ex aequo et bono)
dan mengandung kepastian hukum, disamping itu terdapat juga manfaat bagi para pihak
yang bersangkutan sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan
cermat. Jika pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang
berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan oleh pengadilan tinggi /
mahkamah agung. Pertimbangan mengenai hal-hal yang memberatkan dan meringankan
terdakwa ini diatur dalam pasal 197 huruf d dan 197 huruf f kuhap dalam pasal 197 huruf
d berbunyi “pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta
alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan disidang yang menjadi dasar penentuan
kesalahan terdakwa”. Sedangkan pasal 197 huruf f berbunyi “pasal peraturan
perundangundangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar hukum. Sehingga dapat saya simpulkan
penerapan hakim dalam mempertimbangkan perkara di suatu putusan sesuai dengan pasal
yang dijelaskan di atas.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan Magang adalah salah satu Kegiatan dimana Mahasiswa Menguji
kemampuannya dalam melaksanakan sebuah Pekerjaan yang sesuai dengan Jurusan/ Prodi
yang ditekuni selama kuliah. Keberadaan magang ini merupakan salah satu mata kuliah yang
ditujukan kepada mahasiswa agar menjadi percaya diri akan kemampuan yang dimiliki, juga
mengetahui bagaimana praktik dari sebuah teori yang telah dipelajari dalam kelas atau
universitas sebelumnya, sebab alangkah baiknya jika mendapatkan ilmu berasal dari teori
maupun praktiknya sekaligus agar senantiasa selalu membuka cakrawala seorang mahasiswa.
Sebagaimana hal ini pelaksaan magang yang dilakukan di Pengadilan Negeri Kepanjen Klas
1B. Mahasiswa dapat mengetahui tugas dan kewajiban panitera muda Perdata di dalam Instansi
secara langsung, sehingga Mahasiswa memahami cara menentukan kompetensi absolut dan
relatif pengadilan, mahasiswa mengetahui alur persidangan dari awal sampai diputus,
mahasiswa mengetahui prinaip hakim dalam mengadili suatu perkara perdata,mahasiswa
memahami asas – asas yang dipakai hakim ketika memutus suatu perkara, mahasiswa
memahami putusan sela dalam persidangan.. Selama kegiatan Magang berlangsung Mahasiswa
mengetahui segala macam Prosedur dalam Penanganan sebuah perkara, dan semua prosedur
yang ada didalam Pengadilan Negeri.
.
B. Saran
Bagi Mahasiswa:
- Lebih percaya diri dalam menggali ilmu dalam Pengadilan tidak hanya dalam perkara
pidana saja, melainkan juga perkara yang lainnya.
- Tidak malu untuk bertanya terkait ilmu-ilmu yang belum sempat digali selama
pelaksanaan Magang di Pengadilan Negeri Kepanjen Kelas 1B.
- Lebih banyak mencoba untuk praktik dalam berbagai Teori yang didapatkan saat
perkuliahan berlangsung selama ini.
LAMPIRAN:
1. Bukti catatan saat Panmud Perdata memberi bimbingan mengenai Materi
Target saya yaitu Proses Sidang Perdata.
Gambar 1
Note :
Ada Banyak kegiatan yang tidak bisa saya ambil foto atau dokumentasi
dengan berbagai alasan misal seperti, Terlalu fokus menyimak dan
keterbatasan waktu.
LAMPIRAN TAMBAHAN:
- Mengikuti apel rutin setiap hari senin pagi dan hari jumat sore di Pengadilan Negeri
Kepanjen Kelas 1B.
- Dokumentasi pelaksanaan penutupan magang Bersama dengan pembimbing beserta
panitera muda pidana dan panitera muda perdata.
DAFTAR PUSTAKA
Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oerip Kartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori
Dan Praktik, Alumni, Bandung, 1997.