Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN KE IV: TUTORIAL II

PENYERTAAN (DEELNEMING)

Kasus 1

Ali bermaksud melakukan tindak pidana pencurian dirumah Burhan seorang saudagar
ikan asin yang dikampungnya terkenal sangat kaya. Ali tidak mau bekerja seorang diri, oleh
karenanya ia mengajak Yudi, Yuda dan Budi yang masih berstatus sebagai karyawan Burhan.
Dalam usahanya untuk memuluskan aksinya, Ali menyuruh Yudi pada malam yang telah
ditentukan untuk tidak mengunci pintu kantor tempat penyimpanan brankas, sedangkan Yuda
ditugaskan untuk menyiapkan tangga yang akan dipergunakan sebagai alat bantu memanjat
tembok menuju ke tempat brankas. Untuk melakukan aksinya, Ali membujuk Budi pada malam
yang ditentukan untuk mengambil isi brankas di kantor Burhan kemudian dibawa ke rumah Ali.
Hasil dari tindak pidana tersebut kemudian dibagi-bagi secara merata di antara keempat orang
tersebut.

Pertanyaan :

1) Jelaskan status masing-masing pelaku tindak pidana dalam contoh kasus diatas!
2) Tentukan ancaman pidana untuk masing-masing pelaku!

Jawaban :

1. Status masing–masing pelaku dalam tindak pidana tersebut adalah:


 Ali dalam kasus ini, termasuk sebagai uitlokken yaitu mereka yang dengan
sengaja menganjurkan orang lain untuk melakukan suatu perbuatan pidana.
Menurut Van Hammel, uitlokken merupakan kesengajaan menggerakkan orang
lain yang dapat dipertanggung jawabkan pada dirinya sendiri untuk melakukan
suatu tindak pidana, dengan menggunakan cara–cara yang telah ditentukan oleh
undang undang dan karena tergerak, orang tersebut kemudian sengaja melakukan
tindak pidana yang bersangkutan1. Dalam kasus ini, Ali mengajak teman-
temannya untuk melakukan sebuah tindak pidana yaitu pencurian di kantor
Burhan yang mana hal ini dilakukan tanpa unsur paksaan. Ali juga membujuk
Budi untuk mengambil isi brankas di kantor Burhan sekaligus memberi atau

1
I Ketut Rai S dkk, 2016, Buku Ajar Hukum Pidana Lanjutan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana, hlm. 50
menjanjikan hasil curian tersebut dengan membagi secara merata di kepada empat
orang tersebut. Hal ini merupakan sebuah upaya memberi atau menjanjikan
sesuatu sehingga ini memenuhi unsur-unsur pelaku uitlokken yang terdapat pada
pasal 55 ayat (1) ke-2
 Yudi, Yuda, dan Budi dalam kasus ini merupakan medeplegen. MvT
mengemukakan bahwa orang yang turut melakukan adalah orang yang dengan
sengaja turut berbuat dalam melakukan suatu delik. Syarat daripada medeplegen
sendiri ada dua, yaitu:
1) harus bekerja bersama – sama secara fisik atau jasmaniah;
2) harus ada kesadaran bahwa mereka satu sama lain bekerja sama untuk
melakukan suatu delik. 2
Dalam kasus ini, Yudi, Yuda, dan Budi merupakan medeplegen, dimana mereka
bekerja sama atas kesadaran mereka untuk melakukan pencurian terhadap kantor
Burhan.
2. Ancaman pidana untuk masing–masing pelaku adalah:
Dalam hal ini, menurut Van Hattum, penganjur juga pembantu adalah peserta yang
accessoir atau onzelfstandige, yaitu berarti permintaan orang yang menganjurkan
digantungkan kepada perbuatannya yang dianjurkan. Penganjur baru dapat dipidana,
apabila yang dianjurkan telah melakukan perbuatan yang dikehendaki3. Dalam kasus
ini, Ali sebagai uitlokken yaitu orang yang menganjurkan orang lain untuk melakukan
perbuatan pidana dapat diancam dengan pidana sesuai dengan Pasal 362: “Barang
siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagaian kepunyaan orang
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena
pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 Tahun atau denda paling banyak
enam puluh rupiah”. Selain itu, terdapat dalam Pasal 363 ayat (1) ke-4 yaitu
pencurian yang dilakukan dua orang atau lebih bersekutu. Dalam ayat (2), jika
pencurian yang diterangkan dalam ke-3 disertai dengan salah satu tersebut ke-4 dan
ke-5, maka dikenakan pidana paling lama sembilan tahun. Yuda, Yudi, dan Budi
dalam hal ini dapat diancam pidana sesuai dengan Pasal 57 KUHP ayat (1) yakni,
dalam hal pembantuan, maksimum pidana pokok terhadap kejahatan dikurangi
sepertiga. Maka dari itu, Yuda, Yudi, dan Budi mendapat ancaman pidana sepertiga
dari ancaman pidana yang di dapat oleh Ali.
2
I Made Widnyana, 1992, Hukum Pidana II, Sari Kuliah, hlm. 42
3
Ibid,hlm. 47
Kasus 2

Muhaimin bermaksud melakukan tindak pidana pencurian barang-barang inventaris


kantor di tempatnya bekerja. Dalam melakukan aksinya, ia melibatkan 4 orang temannya, yaitu:
Mu’in, Mu’is, Muklas, dan Muklis. Antara Muhaimin, Mu’in dan Mu’is, telah bersepakat
sebelumnya tentang maksud dan tujuan perbuatannya, namun mereka menyadari tanpa adanya
bantuan orang lain, perbuatan tersebut tidaklah dapat diwujudkan. Untuk itu, ia dengan
menjanjikan hadiah menarik ia menganjurkan Muklas untuk meninggalkan tempat dilakukannya
pencurian. Terhadap Muklas, ia memerintahkan supaya malam itu, kunci tempat penyimpanan
barang inventaris kantor tidak dikunci. Muklas pun menerima suruhan itu karena Muklas adalah
bawahan Muhamin di kantor tersebut. Selanjutnya, pada malam yang telah ditentukan Muhaimin
bersama-sama dengan Mu’in dan Mu’is mengambil barang-barang inventaris kantor. Mereka
bekerja sama secara fisik untuk meengangkut barang-barang tersebut ke suatu tempat. Mu’is
walaupun malam itu ikut membantu Muhaimin, namun mereka tidak memahami maksud
Muhaimin mengangkut barang-barang tersebut.

Pertanyaan :

1. Muklas dalam melaksanakan perintah Muhaimin, secara tidak langsung


berhubungan dengan statusnya sebagai bawahan Muhaimin dalam struktur
organisasi kantor tempatnya bekerja. Apakah dalam kasus diatas, Muklas dapat
dipertanggungjawabkan menurut hukum pidana?
2. Dalam kasus diatas, tentukan posisi masing-masing pelaku. Siapa yang berstatus
sebagai penganjur (auctor intellectualis atau intelectuelo dader) dan siapa yang
bertindak selaku auctor materialis atau materiele dader.
3. Dari kasus diatas, tentukan siapa-siapa yang dapat dipertanggungjawabkan
menurut hukum pidana dan siapa-siapa yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Berikan argumen untuk mendukung pendapat saudara!

Jawaban:

1. Dalam kasus ini, Muhaimin dapat dikatakan sebagai uitlokken yakni orang yang
sengaja menganjurkan upaya dari penganjuran tersebut dengan memberikan
sesuatu, menjanjikan sesuatu, atau dengan menyalahgunakan kekuasaan.4

4
Masruchin Ruba’i, 2015, Buku Ajar Hukum Pidana, Malang, Media Nusa Creative, hlm. 191.
Sedangkan dalam kasus diatas, Muklas berperan sebagai medeplegen. Dalam
MvT dikemukakan bahwa orang yang turut melakukan adalah orang yang dengan
sengaja turut berbuat dalam melakukan suatu delik 5. Menurut Pasal 55 ayat (1)
ke-2, dimana mereka yang memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau
penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja
menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. Oleh karena itu, Muklas
dapat dipidana sesuai dengan Pasal 56 ayat (2), yaitu mereka yang sengaja
memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan. Muklas
diketahui memberi kesempatan dengan menuruti perintah Muhaimin untuk tidak
mengkunci tempat penyimpanan barang inventaris kantor. Atas dasar ini pula
Muklas dapat dipidana karena telah tergiur akan iming–iming yang ditawarkan
oleh Muhaimin pun sama halnya Muklas yang mengikuti perintah Muhaimin
selaku atasannya.
2. Dalam kasus tersebut yang bertindak sebagai penganjur (auctor intellectualis)
atau (intelectuelo dader) adalah Muhaimin karena dalam kasus ini, Muhaimin
bermaksud melakukan tindak pidana pencurian barang-barang inventaris kantor di
tempatnya ia bekerja. Dalam aksinya, Muhaimin melibatkan 4 orang temannya
yang terdiri atas Mu'in, Mu'is, Muklas, dan Muklis. Selanjutnya yang bertindak
sebagai (auctor materialis) atau (materiele dader) adalah Mu'in dan Mu'is. Mu’in
dan Mu’is mendapatkan tugas untuk mengambil barang-barang inventaris kantor.
Keduanya bekerja sama secara fisik untuk mengangkut barang-barang tersebut ke
suatu tempat. Sedangkan Muklas dan Muklis, sesuai dengan pengertian materiele
dader dimana orang yang disuruh terlepas dari dapat dipertanggungjawabkan
ataupun tidak dapat dipertanggungjawabkan seseorang tersebut.
3. Dalam kasus tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya adalah
Muhaimin karena sebagai otak dari perbuatan pidana pencurian. Muhaimin juga
meminta tolong kepada Mu’in, Mu’is, Muklas, dan Muklis untuk membantu
melancarkan aksinya. Mu’in dan Mu’is ikut bertanggungjawab atas perbuatannya
oleh sebab mereka yang berkontribusi untuk mengambil barang-barang inventaris
kantor. Sedangkan Muklas juga mempertanggungjawabkan perbuatannya karena
5
I Ketut Rai S dkk, 2016, Buku Ajar Hukum Pidana Lanjutan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana, hlm. 57.
tidak mengunci tempat penyimpanan barang-barang inventaris kantor sebab ia
menerima suruhan dari Muhaimin selaku atasannya dan Muhaimin menjanjikan
hadiah menarik untuk Muklas apabila Muklas meninggalkan tempat dilakukannya
pencurian. Yang tidak dapat dipertanggungjawabkan adalah Muklis. Sebab, dalam
kasus tersebut, meskipun Muklis diajak atau dilibatkan oleh Muhaimin untuk
melancarkan aksinya dalam tindak pidana pencurian, Muklis tidak terlihat jelas
bahwa ia ikut serta dalam melakukan perbuatan pidana. Tidak ada perbuatan
pidana yang dilakukan oleh Muklis dalam aksi tersebut.
PERTEMUAN KE VI: TUTORIAL III
PEMBANTUAN (MEDEPLIGHTGHEID)

Kasus:
Abu Bakar berniat untuk melakukan penganiayaan terhadap Ibrahim di suatu tempat yang
luput dari pantuan orang lain. Rencana tersebut pun disampaikan kepada Maliki, dan
Abdurrahman teman dekatnya. Untuk memuluskan rencananya, Abu Bakar membutuhkan
bantuan Maliki, untuk mengetahui jalan-jalan yang akan dilalui oleh Ibrahim, pulang dari tempat
kerjanya. Maliki dengan senang hati memberikan keterangan bahwa Ibrahim biasanya melewati
jalan setapak di pinggiran desanya pada 17.00 sore. Berkat keterangan Maliki, Abu Bakar dapat
menyusun rencananya dan menunggu kedatangan Ibrahim pada tempat yang ditunjukkan oleh
Maliki bersama-sama dengan Abdurrahman. Ketika Ibrahim tiba di tempat tersebut, Abu Bakar
menyerang Ibrahim, namun karena teknik perkelahian yang dimiliki Ibrahim, Abu Bakar
terdesak. Pada saat itulah, Abdurrahman melemparkan sepotong kayu kepada Abu Bakar, yang
kemudian dipergunakan oleh Abu Bakar untuk memukul kepala Ibrahim sampai tidak sadarkan
diri, namun sebelumnya, Abdurrahman memberikan kode-kode dengan isyarat fisik kepada Abu
Bakar untuk melumpuhkan Ibrahim.

Pertanyaan:

1) Tentukan status masing-masing pelaku tersebut dalam contoh kasus diatas!


2) Kapan seseorang dapat dikatakan memberikan bantuan secara fisik atau non fisik.
Dengan memperhatikan contoh diatas, tentukan status Maliki dan juga Abdurrahman!

Jawab:

1. Status masing – masing pelaku dalam tindak pidana tersebut adalah


 Abu Bakar berperan sebagai uitlokken karena pada Pasal 55 ayat (2) KUHP
menyebutkan bahwa, mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu,
dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman
atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan,
sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. Atau Abu Bakar
berperan sebagai plegen karena seperti pengertian daripada plegen sendiri
menyatakan bahwa orang yang melakukan sendiri tindakan pidana tersebut,
dimana dalam kasus tersebut, Abu Bakar selain sebagai otak dari tindak pidana
tersebut, ia juga sebagai pelaku/orang yg turut serta memukul Ibrahim dalam
kejadian itu sehingga dapat dikatakan sebagai plegen/pleger.
 Maliki & Abdurrahman berperan sebagai pembantu/medeplightigheid. Menurut
Simons, medeplightigheid merupakan suatu keturutsertaan yang tidak berdiri
sendiri yang mana dalam hal ini, Maliki merupakan orang yang sengaja memberi
kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan.6 Maliki
memberikan petunjuk jalan atau keterangan mengenai jalan yang biasanya dilalui
oleh Ibrahim pada Abu Bakar. Sedangkan Abdurrahman berperan sebagai
pembantu yang sengaja memberikan bantuan pada waktu kejahatan dilakukan.
Abdurrahman memberikan bantuan kepada Abu Bakar saat kejadian
penganiayaan terjadi dengan melemparkan sepotong kayu pada Abu Bakar yang
kemudian digunakan oleh Abu Bakar untuk memukul kepala Ibrahim. Sebelum
melemparkan sepotong kayu, Abdurrahman bahkan memberikan kode-kode
terlebih dahulu dengan isyarat fisik kepada Abu Bakar untuk melumpuhkan
Ibrahim.
2. Status Maliki dan Abdurrahman adalah:
 Menurut KBBI, perbuatan fisik merupakan suatu hal yang dilakukan yang terlihat
oleh mata dan bentuk atau wujudnya nyata. Dalam kasus ini, Abdurrahman
melakukan perbuatan fisik karena Abdurrahman melemparkan sepotong kayu
pada Abu Bakar untuk digunakan memukul kepala Ibrahim. Sedangkan perbuatan
non-fisik adalah suatu hal atau perbuatan yang tidak terlihat wujud atau
bentuknya dari perbuatan itu sendiri. Maliki sudah melakukan perbuatan non-fisik
karena Maliki membantu Abu Bakar untuk menunjukkan jalan yang biasanya
dilalui Ibrahim.

6
I Ketut Rai S dkk, 2016, Buku Ajar Hukum Pidana Lanjutan, Fakuktas Hukum, Universitas Udayana, hlm. 61
HUKUM PIDANA LANJUTAN

TUTORIAL II (PENYERTAAN) DAN TUTORIAL III (PEMBANTUAN)

1. NICKHOLAS SHEVCHENCO 1804551202


2. LUH PUTU DIVANI ANGGARANI 1804551203
3. A.A. NGURAH BOYKE JAGANNATHAN 1804551204
4. NI KETUT ARGIA NITHI KUSUMA W. 1804551205
5. KRISTINA SANCA NGUNAS 1804551206
6. NI MADE SINTA SONIA 1804551207
7. I GUSTI AYU WIDHIATMIKA DEWI 1804551208
8. PUTU REKSA RAHMAYANTI PRATIWI 1804551209

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

BUKIT JIMBARAN

2019

Anda mungkin juga menyukai