Disusun oleh:
NIM : 205140218
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lainnya dan juga dari negara Indonesia ke negara lainnya. Dengan demikian
permintaan jadwal terbang bagi suatu maskapai penerbangan. Terlebih saat ini
terbang minimalis. Maka tak heran jika bandar udara di beberapa wilayah di
Indonesia mengalami kenaikan tingkat kepadatan baik pada sisi udara maupun
sisi daratnya.
sebagai jumlah operasi maksimum yang dapat ditampung oleh fasilitas bandar
1
Website Kementrian Perhubungan Republik Indonesia http://hubud.dephub.go.id/?
id/llu/index/filter:category,0 yang diakses pada tanggal 25 September 2017
untuk melakukan operasi, baik untuk take off, landing, maupun proses naik
kurang lebih 15 (lima belas) tahun terakhir ini di satu sisi memberikan
memindahkan barang maupun orang dari satu tempat ke tempat lain dengan
2
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1991 ),
halaman 1
jawaban maskapai dalam penerbangan Internasional. Konvensi Warsawa ini
tersebut bukan karena kesalahan dari pihak pengangkut. Bila tidak, maskapai
dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau
sampai di tempat tujuan secara tepat waktu, dan sebagai konpensasi dari
penumpang.
kewajiban dari masing- masing pihak, dan menurut Pasal 1320 KUH Perdata
macam yaitu bagasi tercatat dan bagasi kabin. Pembedaan bagasi menjadi dua
yang sama. Sedangkan Bagasi Kabin adalah barang yang dibawa oleh
dapat diangkut kedalam pesawat udara demi kenyamanan dan keamanan para
4
Pasal 1 Ayat 24 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
berbahaya untuk keamanan menurut Pasal 136 Ayat 4 Undang-undang Nomor
pressure);
(flammable solids);
vi. bahan atau barang beracun dan mudah menular (toxic and
infectious substances);
ix. cairan, aerosol, dan jelly (liquids, aerosols, and gels) dalam
substances).
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
a. Segi Teoritis
b. Segi Praktis
1) Untuk Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat membuat para pembaca mengetahui
2) Untuk Masyarakat
pengangkut.
3) Untuk Pemerintah
pesawat.
D. Kerangka Konseptual
yang dihadapi5
5
Peter Mahmud Marzuki, Metode Penelitian Hukum, cetakan ke-4, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 95.
Hukum Transportasi
Barang Bawaan
?
E. Kerangka Teoritis
dalam karya ilmiah ini, maka akan diberikan pembatasan terhadap definisi
6
Prof. Dr. H.K Martono, S.H., LLM. Dan Dr. Agus Pramono, S.H., M.Hum, Hukum Udara Perdata
Internasional dan Nasional , ( Depok: RajaGrafindo Persada, 2013) hal.4.