Anda di halaman 1dari 36

HUKUM ANGKUTAN UDARA

Warsaw Convention 1929


 Latar Belakang
- Penggunaan pesawat sipil untuk kegiatan
ekonomi
 Tujuan
- Unifikasi hukum seluruh dunia
 Isu
- Tanggung gugat yang terbatas (limited liability)
seperti halnya hukum maritim
Aplikasi Konvensi
 Berlaku terhadap pesawat.
- Balon Udara?
 Penerbangan Internasional
- Penerbangan Domestik?
- Definisi penerbangan internasional?
 Art. 1
Tanggung gugat maskapai
 Konteks civil law
“Tanggung gugat atas perusahaan maskapai
manakala perusahaan maskapai tidak menjalankan
kewajibannya seperti yang tertera dalam kontrak”
Dokumen Penerbangan
 Art. 3 Tiket pesawat sebagai kontrak antara
penumpang dan pihak perusahaan maskapai
 Isi tiket memuat:
a. tanggal dan tempat tiket dikeluarkan
b. tempat keberangkatan dan tujuan
c. Agreed stopping places
d. nama dan alamat maskapai pengangkut
e. pernyataan pihak maskapai bahwa perusahaan
terikat dalam ketentuan konvensi warsawa
Dokumen Penerbangan
 Art. 3 (2) Sanksi bagi perusahaan masakapai manakala
membiarkan penumpang tanpa tiket

 Question: Warsaw Conv. Berlaku terhadap joy flight?

 Art. 4 Sanksi juga berlaku terhadap ketentuan bagasi


Berlakunya tanggung gugat
 Art. 17 Tanggung gugat accident yang menyababkan
luka maupun kematian pada penumpang selama
proses embarkasi atau disembarkasi

 Art. 18 Tanggung gugat terhadap kerusakan maupun


kehilangan bagasi selama proses penerbangan

 Art. 19 Tanggung gugat terhadap penumapng maupun


bagasi yang disebabkan keterlambatan jadwal
penerbangan
Prinsip Dalam Konvensi Warsawa
 Art. 20 (1) “The carrier is not liable if he proves that he
and his agents have taken all necessary measures to
avoid the damage or that it was impossible for him or
them to take such measures” Presumption of
liability

 Art. 22 Limited of Liability


Sisi Pihak Perusahaan Maskapai
 Art. 21 If the carrier proves that the damage was caused
by or contributed to by the negligence of the injured
person the Court may, in accordance with the
provisions of its own law, exonerate the carrier wholly
or partly from his liability.
Exclusivity of Warsaw Convention
 Art. 24 Kerugian yang disebabkan akibat kerugian
seperti dalam pasal 17, 18, 19 mengikuti
ketentuan konvensi ini
 Para. (2) Ketentuan pihak yang berhak menggugat
mengacu pada ketentuan hukum nasional
Keadaan tanggung gugat
 Penerbangan Internasional sesuai dengan ketentuan Ps.1
- Jakarta – Kuala Lumpur
- Jakarta – Dubai – Amsterdam
- Jakarta – Medan – Kuala Lumpur

 Adanya luka fisik selama proses embarkasi dan


disembarkasi (Ps.17)
- Kapan proses embarkasi dan disembarkasi?

 Terjadi luka fisik


- Kecelakaan yang menyebabkan trauma?
Definisi “accident”
 “Tidak ada” definisi di Warsaw Convention
 Annex 13 “an occurrence associated with the operation
of an aircraft which takes place between the time any
person board the aircraft with the intention of flight
until such time as all such persons have disembarked”
 US decision court dalam kasus Saks v. Air France
“….when a passenger’s injury is caused by an
unexpected or unusual event that is external to the
passenger”
Question
 Bejo berencana akan menaiki pesawat menuju Papua
dari Jakarta. Untuk menaiki pesawat Bejo harus naik
bus dari terminal bandara menuju pesawat. Pada saat
turun dari bus, Bejo terjatuh akibat bus berhenti
mendadak dan Bejo mengalami luka yang cukup
serius.
Pertanyaan :
1. Bisakah Bejo menggugat atas luka yang di alami?
2. Kepada siapa Bejo bisa menggugat?
Definisi Embarkasi
 Penumpang pesawat tidak akan bisa masuk ke pesawat jika
tidak:
a) Menunjukkan tiket saat check in
b) Mendapatkan boarding pass dan label bagasi
c) Mendapatkan nomor tempat duduk
d) Melewati proses imigrasi dan bea cukai
e) Melewati proses screening
f) Menuju garbarata/bus
g) Naik bus
h) Turun dari bus
i) Jalan ke pesawat
Question
 Inul, pembantu rumah tangga yang bekerja di
Surabaya mendapatkan tugas dari majikannya untuk
pergi mengirimkan dokumen majikannya yang
tertinggal ke Jakarta. Setelah proses check-in Inul
berniat berbelanja beberapa souvenir di toko yang ada
di bandara. Tanpa tersadar Inul tertimpa barang yang
di toko dan mengalami luka serius.
Pertanyaan:
1. Bisakah Inul menggugat?
2. Kepada siapa Inul menggugat?
Yurisdiksi
 Art. 28
a) Pengadilan dimana perusahaan maskapai berada
b) Pengadilan dimana kantor pusat perusahaan
maskapai berada
c) Dimana kontrak dibuat
d) Tujuan akhir penerbangan
The Hague Protocol 1955
 Perubahan istilah :
transportation  carriage
Checked Registered
Goods  Cargo
 Jumlah tanggung gugat yang bertambah
- hanya khusus untuk mengganti kerugian
 Art. 25 Unlimited liability manakala ada kelalaian dari
maskapai
The Montreal Agreement 1966
 Art. 17 Prinsip tanggung gugat menjadi absolute
liability
The Guadalajara Convention 1961
 Pembedaan antara :
a. Contracting carrier
- penumpang – perusahaan maskapai

b. Actual carrier
- penumpang – atas nama maskapai

 Pembagian tanggung gugat


The Guatemala City Protocol 1971
 Absolute liability
 Perkecualian terhadap limited liability di Warsaw
Conv. tidak berlaku
Rome Treaty 1952
 Perlindungan terhadap perusahaan maskapai dan
pihak yang tidak terlibat dalam kontrak

 Fokus Utama:
 Kompensasi yang cukup bagi korban
 Limited liability (person dan non-person)
 Keberlangsungan transportasi udara
 Unifikasi ketentuan perdata intenasional
Rome Treaty 1952
 Berlaku terhadap pesawat yang berada di luar dimana
pesawat didaftarkan

 Berlaku terhadap akibat tabrakan antar dua pesawat

 Terhadap pesawat negara??


Rome Treaty 1952
 Art. 25 Tidak berlaku terhadap korban dan maskapai

 Liability based on fault

 Jurisdiction: lex loci delicti


The Montreal Convention 1999
 Tujuan:
memperbaharui ketentuan-ketentuan
sebelumnya agar perlindungan atas penumpang
maupun pengguna jasa kargo lebih baik.
Jumlah kompensasi
 Art. 21 Tanggung gugat s.d. 100.000 SDR dengan strict
liability dimana penumpang tidak perlu melakukan
pembuktian terhadap permintaan ganti rugi

 100.000 SDR menjadi 113.100 SDR sejak 1 Januari 2010

 Airline:
a. kesalahan bukan disebabkan oleh kesalahan
airline (force majeure)
b. kesalahan disebabkan peranan pihak ketiga
Keterlambatan / Delay
 Definisi?
 Art. 24
 Limited liability untuk keterlambatan.
 Jumlah ganti rugi 4150 SDR 4694 SDR (1 Januari
2010)

 Art. 19  have taken all necessary measures


Keterlambatan / Delay
 Cargo :
17 SDR  19 SDR (1 Januari 2010)
 Bagasi :
1000 SDR  1113 SDR (1 januari 2010)

 Definsi ‘Bagasi’?
 Definsi delay bagasi?
Fifth Jurisdiction
 Art 33 (2):
In respect of damage resulting from the death or injury
of a passenger, an action may be brought before one of
the courts mentioned in paragraph 1 of this Article, or in
the territory of a State Party in which at the time of the
accident the passenger has his or her principal and
permanent residence....”
Fifth Jurisdiction
 Ps. 436 (1) Reglement op de Burgerlijke Rechtvordering
(RV)
“Kecuali seperti ditentukan dalam pasal 724 dari
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan lain-lain
ketentuan perundang-undangan, keputusan-keputusan
yang diberikan oleh badan-badan peradilan luar negeri,
tidak dapat dieksekusi (dilaksanakan) di Indonesia”.
Ketentuan Nasional
 UU 1 /2009 tentang Penerbangan
 Pasal 140 – 191
Ketentuan Nasional
 UU 1 /2009 tentang Penerbangan
Ps. 4
Undang-Undang ini berlaku untuk:
a) Semua kegiatan penggunaan wilayah udara, navigasi
penerbangan, pesawat udara, bandar udara, pangkalan udara,
angkutan udara, keselamatan dan keamanan penerbangan,
serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lain yang terkait,
termasuk kelestarian lingkungan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b) Semua pesawat udara asing yang melakukan kegiatan dari
dan/atau ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
c) Semua pesawat udara Indonesia yang berada di luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
 .
Ketentuan Nasional
 PM 77 Tahun 2011
 Ps. 2 Tanggung jawab maskapai atas luka,
musnah/hilang dan keterlambatan
 Ps. 3 Jumlah tanggung jawab terhadap cacat/luka dan
kematian
 Ps. 4 (1) Pembelaan terhadap maskapai
 Ps. 4 (2) Berdasarkan kerugian yang nyata
 Ps. 5 (1) Ketentuan bagasi
 Ps. 5 (2) Definisi bagasi ‘hilang’
 Ps. 5 (3) Jumlah tanggung jawab
Ketentuan Nasional
 Ps. 6 Pembelaan maskapai terhadap kehilangan
 Ps. 7 Ketentuan terhadap Kargo
 Ps. 8 Ganti rugi pengangkut terhadap moda
transportasi yang lebih dari satu
 Ps. 9 Keterlambatan / delay
 Ps. 10 Jumlah ganti rugi terhadap keterlambatan
 Ps. 11 Pembatalan?
 Ps. 12 Ketentuan pembatalan
 Ps. 13 Pembebasan atas ketentuan pembatalan
Ketentuan Nasional
 Ps. 14 Tanggung jawab terhadap pihak ketiga
 Ps. 15 Perhitungan ganti rugi
 Ps. 18 Batas tanggung jawab maskapai
 Ps. 19 Pembelaan pengangkut
 Ps. 21 Ketentuan proses ganti rugi
 Ps. 23 Model penyelesaian sengketa
Ketentuan Nasional
 PM 49 Tahun 2012
* Waktu Pelayanan (ps.2 dan 3)
- Pre-Flight
- In-Flight
- Post-Flight
* Kelompok Pelayanan
- Full Services
- Medium Services
- No Frills
* Ketentuan Ganti Rugi (ps.34)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai