Anda di halaman 1dari 36

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.

KONVENSI CHICAGO TENTANG PENERBANGAN SIPIL


INTERNASIONAL (1994) 15 U.N.T.S. 295
BERTERIAK
Menimbang bahwa perkembangan penerbangan sipil internasional di masa depan dapat
sangat membantu menciptakan dan melestarikan persahabatan dan pengertian di antara bangsa-
bangsa dan masyarakat dunia, namun penyalahgunaannya dapat menjadi ancaman bagi
keamanan bersama; dan
Bahwa adalah sangat diharapkan untuk mengurangi gesekan dan memajukan kerja sama
antara bangsa-bangsa dan masyarakat - di mana perdamaian dunia bergantung;
Oleh karena itu, pemerintah-pemerintah yang bertanda tangan di bawah ini telah
menyepakati prinsip-prinsip dan pengaturan-pengaturan tertentu agar penerbangan sipil
internasional dapat dikembangkan dengan cara yang aman dan tertib dan agar jasa angkutan
udara internasional dapat dibangun atas dasar persamaan kesempatan dan dioperasikan secara
sehat dan ekonomis;
Oleh karena itu, Konvensi ini telah menyimpulkan tujuan tersebut.
BAGIAN I. NAVIGASI
UDARA BAB I
PRINSIP-PRINSIP UMUM DAN PENERAPAN KONVENSI
Pasal I
Kedaulatan
Negara-negara peserta mengakui bahwa setiap Negara memiliki kedaulatan penuh dan
eksklusif atas ruang udara di atas wilayahnya.
Pasal 2
Wilayah
Untuk tujuan Konvensi ini, wilayah suatu Negara dianggap sebagai wilayah daratan dan
perairan teritorial yang berdekatan dengan wilayah tersebut di bawah kedaulatan, kekuasaan,
perlindungan, atau mandat Negara tersebut.
Pasal 3
Pesawat sipil dan negara
(a) Konvensi ini hanya berlaku untuk pesawat sipil, dan tidak berlaku untuk pesawat
negara.
(b) Pesawat yang digunakan dalam dinas militer, bea cukai, dan kepolisian dianggap
sebagai pesawat negara.
(c) Tidak ada pesawat udara negara dari suatu Negara peserta yang boleh terbang di atas
wilayah Negara lain atau
tanah di atasnya tanpa izin melalui perjanjian khusus atau sebaliknya, dan sesuai dengan
ketentuan-ketentuannya.
(d) Negara-negara yang menandatangani perjanjian berjanji, ketika mengeluarkan
peraturan untuk pesawat negara mereka, bahwa mereka akan memperhatikan keselamatan
navigasi pesawat sipil.
Pasal 4
Penyalahgunaan
penerbangan sipil
Setiap Negara peserta setuju untuk tidak menggunakan penerbangan sipil untuk tujuan
apa pun yang tidak sesuai dengan tujuan Konvensi ini.
BAB II
PENERBANGAN DI ATAS WILAYAH NEGARA YANG BERKONTRAK
Pasal 5
Hak penerbangan tidak terjadwal
Setiap Negara peserta setuju bahwa semua pesawat udara dari Negara peserta lainnya,
yaitu pesawat udara yang tidak terlibat dalam pelayanan udara internasional yang berjadwal
berhak, dengan tunduk pada ketaatan pada ketentuan-ketentuan Konvensi ini, untuk melakukan
penerbangan ke atau transit tanpa henti melintasi wilayahnya dan berhenti untuk tujuan bukan
lalu lintas tanpa perlu memperoleh izin terlebih dahulu, dan tunduk pada hak Negara yang
dilintasi untuk meminta pendaratan. Namun demikian, setiap Negara peserta tetap berhak, karena
alasan keselamatan penerbangan, untuk meminta pesawat udara yang ingin melanjutkan
penerbangannya di atas wilayah yang tidak dapat diakses atau tanpa fasilitas navigasi udara yang
memadai untuk mengikuti rute yang telah ditetapkan, atau untuk mendapatkan izin khusus untuk
penerbangan tersebut.
Pesawat udara tersebut, jika terlibat dalam pengangkutan penumpang, kargo, atau pos
untuk mendapatkan upah atau sewa selain dari pelayanan udara internasional yang terjadwal,
juga harus tunduk pada ketentuan Pasal 7, memiliki hak istimewa untuk menerima atau
menurunkan penumpang, kargo, pos, dengan tunduk pada hak setiap Negara di mana embarkasi
atau penurunan tersebut dilakukan untuk memberlakukan peraturan, ketentuan atau pembatasan
yang dianggap perlu.
Pasal 6
Layanan udara terjadwal
Tidak ada layanan udara internasional terjadwal yang dapat dioperasikan di atas atau ke
wilayah Negara yang berkontrak, kecuali dengan izin khusus atau otorisasi lain dari Negara
tersebut, dan sesuai dengan ketentuan izin atau otorisasi tersebut.
Pasal 7
Cabotage
Setiap Negara pihak pada Persetujuan berhak untuk menolak izin pesawat udara dari
Negara pihak pada Persetujuan lainnya untuk mengangkut penumpang, surat dan kargo yang
diangkut dengan upah atau sewa dan ditujukan ke tempat lain di wilayahnya. Setiap Negara
pihak pada Persetujuan berjanji untuk tidak
untuk mengadakan perjanjian apa pun yang secara khusus memberikan hak istimewa tersebut
secara eksklusif, kepada Negara lain atau maskapai penerbangan dari Negara lain, dan tidak
mendapatkan hak istimewa eksklusif tersebut dari Negara lain.
Pasal 8
Pesawat tanpa
pilot
Tidak ada pesawat udara yang dapat diterbangkan tanpa pilot yang boleh diterbangkan
tanpa pilot di atas wilayah suatu Negara peserta tanpa otorisasi khusus dari Negara tersebut dan
sesuai dengan ketentuan otorisasi tersebut. Setiap Negara pihak pada Persetujuan menjamin
bahwa penerbangan pesawat udara tanpa pilot di wilayah yang terbuka untuk pesawat udara sipil
harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi pesawat udara
sipil.
Pasal 9
Area yang
dilarang
(a) Setiap Negara peserta dapat, karena alasan keperluan militer atau keselamatan umum,
membatasi atau melarang secara seragam pesawat udara Negara lain untuk terbang di atas daerah
tertentu di wilayahnya, asalkan tidak ada pembedaan dalam hal ini antara pesawat udara Negara
yang wilayahnya terlibat, yang terlibat dalam pelayanan penerbangan berjadwal antar negara,
dan pesawat udara Negara peserta lainnya yang juga terlibat. Area terlarang tersebut harus
memiliki luas dan lokasi yang wajar sehingga tidak mengganggu navigasi udara yang tidak perlu.
Uraian tentang daerah terlarang tersebut di wilayah suatu Negara peserta, serta setiap perubahan
yang terjadi di dalamnya, harus dikomunikasikan sesegera mungkin kepada Negara peserta
lainnya dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional.
(b) Setiap Negara peserta juga berhak, dalam keadaan luar biasa atau selama periode
darurat, atau demi kepentingan keselamatan publik, dan dengan segera, untuk sementara waktu
membatasi atau melarang terbang di atas seluruh atau sebagian dari wilayahnya, dengan syarat
bahwa pembatasan atau larangan tersebut berlaku tanpa membedakan kewarganegaraan pesawat
dari semua Negara lain.
(c) Setiap Negara peserta, berdasarkan peraturan yang ditetapkannya, dapat mewajibkan
setiap pesawat udara yang memasuki area yang disebutkan dalam sub ayat (a) atau (b) di atas
untuk melakukan pendaratan sesegera mungkin setelahnya di bandar udara yang ditunjuk di
wilayahnya.
Pasal 10
Mendarat di bandara pabean
Kecuali dalam hal di mana, berdasarkan ketentuan Konvensi ini atau otorisasi khusus,
pesawat udara diizinkan untuk melintasi wilayah Negara pihak tanpa mendarat, setiap pesawat
udara yang memasuki wilayah Negara pihak wajib, jika peraturan Negara tersebut
mengharuskan, mendarat di bandar udara yang ditentukan oleh Negara tersebut untuk tujuan
pemeriksaan pabean dan pemeriksaan lainnya. Pada saat keberangkatan dari wilayah Negara
pihak pada Persetujuan, pesawat udara tersebut harus berangkat dari bandar udara pabean yang
ditunjuk dengan cara yang sama. Rincian dari semua bandar udara pabean yang ditunjuk harus
dipublikasikan oleh Negara dan dikirimkan ke Organisasi Penerbangan Sipil Internasional yang
didirikan berdasarkan Bagian
II Konvensi ini untuk dikomunikasikan kepada semua Negara peserta lainnya.
Pasal 11
Penerapan peraturan udara
Tunduk pada ketentuan Konvensi ini, hukum dan peraturan dari suatu Negara peserta
yang berkaitan dengan masuknya atau keberangkatan dari wilayahnya pesawat udara yang
terlibat dalam navigasi udara internasional, atau operasi dan navigasi pesawat udara tersebut
ketika berada di dalam wilayahnya, harus diterapkan pada pesawat udara semua Negara peserta
tanpa membedakan kebangsaannya, dan harus ditaati oleh pesawat udara tersebut ketika masuk
atau berangkat dari atau ketika berada di dalam wilayah Negara tersebut.
Pasal 12
Aturan udara
Setiap Negara pihak pada Konvensi ini berjanji untuk mengambil langkah-langkah untuk
memastikan bahwa setiap pesawat udara yang terbang di atas atau melakukan manuver di dalam
wilayahnya dan setiap pesawat udara yang membawa tanda kebangsaannya, di mana pun
pesawat udara tersebut berada, wajib mematuhi peraturan dan ketentuan yang berkaitan dengan
penerbangan dan manuver pesawat udara yang berlaku. Setiap Negara peserta berjanji untuk
menjaga agar peraturannya sendiri dalam hal ini tetap seragam, sejauh mungkin, dengan
peraturan yang ditetapkan dari waktu ke waktu berdasarkan Konvensi ini. Di atas laut lepas,
peraturan yang berlaku adalah peraturan yang ditetapkan berdasarkan Konvensi ini. Setiap
Negara pihak pada Konvensi ini berjanji untuk menjamin penuntutan terhadap semua orang yang
melanggar peraturan-peraturan yang berlaku.
Pasal 13
Peraturan masuk dan izin masuk
Hukum dan peraturan dari Negara pihak yang berkontrak terkait dengan penerimaan atau
keberangkatan penumpang, awak, atau kargo pesawat dari wilayahnya, seperti peraturan yang
berkaitan dengan masuk, izin, imigrasi, paspor, bea cukai, dan karantina harus dipatuhi oleh atau
atas nama penumpang, awak, atau kargo tersebut pada saat masuk ke atau berangkat dari, atau
selama berada di dalam wilayah Negara tersebut.
Pasal 14
Pencegahan penyebaran penyakit
Setiap Negara peserta setuju untuk mengambil langkah-langkah yang efektif untuk
mencegah penyebaran melalui jalur udara kolera, tifus (wabah), cacar, demam kuning, pes, dan
penyakit menular lainnya yang akan ditetapkan oleh Negara peserta dari waktu ke waktu, dan
untuk itu Negara peserta akan terus melakukan konsultasi erat dengan badan-badan yang terkait
dengan peraturan internasional yang berkaitan dengan alat pengukur kesehatan, yang dapat
diterapkan pada pesawat udara. Konsultasi tersebut harus tanpa mengurangi penerapan konvensi
internasional yang ada mengenai hal ini di mana Negara-negara peserta dapat menjadi pihak.
Pasal 15
Biaya bandara dan biaya serupa
Setiap bandar udara di suatu Negara pihak pada Persetujuan yang terbuka untuk
penggunaan umum oleh pesawat udara nasionalnya, harus pula, dengan tunduk pada ketentuan-
ketentuan Pasal 68, terbuka dengan syarat-syarat yang sama untuk pesawat udara dari semua
Negara pihak lainnya pada Persetujuan. Ketentuan-ketentuan yang sama harus diterapkan pada
penggunaan, oleh pesawat udara dari setiap Negara pihak pada Persetujuan, semua fasilitas
navigasi udara, termasuk pelayanan radio dan meteorologi, yang dapat disediakan untuk
penggunaan umum demi keselamatan dan kelancaran navigasi udara.
Setiap biaya yang mungkin dikenakan atau diizinkan untuk diimpor oleh Negara pihak
pada Persetujuan untuk penggunaan bandar udara dan fasilitas navigasi udara tersebut oleh
pesawat udara dari Negara pihak pada Persetujuan lainnya tidak boleh lebih tinggi,
(a) Untuk pesawat yang tidak terlibat dalam layanan udara internasional
terjadwal, dibandingkan dengan yang akan dibayarkan oleh pesawat nasional dari kelas
yang sama yang terlibat dalam operasi yang sama, dan
(b) Untuk pesawat yang terlibat dalam layanan udara internasional
terjadwal, daripada yang akan dibayar oleh pesawat nasionalnya yang terlibat dalam
layanan udara internasional yang serupa.
Semua biaya tersebut harus dipublikasikan dan dikomunikasikan kepada Organisasi Penerbangan
Sipil Internasional: dengan ketentuan bahwa, atas perwakilan dari Negara peserta yang
berkepentingan, biaya yang dikenakan untuk penggunaan bandar udara dan fasilitas lainnya
harus ditinjau oleh Dewan, yang akan melaporkan dan membuat rekomendasi untuk
dipertimbangkan oleh Negara atau Negara-negara yang bersangkutan. Tidak ada biaya, iuran
atau pungutan lain yang dapat dikenakan oleh suatu Negara pihak pada Persetujuan yang semata-
mata berkenaan dengan hak transit atau masuk ke atau keluar dari wilayahnya atas pesawat udara
suatu Negara pihak pada Persetujuan atau orang atau barang di dalamnya.
Pasal 16
Pencarian
Pesawat Terbang
Pihak berwenang yang sesuai dari masing-masing Negara pihak pada Konvensi berhak,
tanpa penundaan yang tidak beralasan, menggeledah pesawat udara dari Negara pihak pada
Konvensi lainnya pada saat mendarat atau berangkat, dan memeriksa sertifikat dan dokumen lain
yang ditentukan oleh Konvensi ini.
BAB III
KEBANGSAAN PESAWAT
Pasal 17
Kewarganegaraan
pesawat
Pesawat memiliki kewarganegaraan Negara tempat pesawat tersebut terdaftar.

Pasal 18
Pendaftaran
ganda
Sebuah pesawat tidak dapat didaftarkan secara sah di lebih dari satu Negara Bagian, tetapi
pendaftarannya dapat diubah dari satu Negara Bagian ke Negara Bagian lainnya.
Pasal 19
Hukum nasional yang mengatur pendaftaran
Pendaftaran atau pengalihan pendaftaran pesawat u d a r a di Negara pihak mana pun harus
dilakukan sesuai dengan hukum dan peraturannya.
Pasal 20
Tampilan tanda
Setiap pesawat yang terlibat dalam navigasi udara internasional harus memiliki tanda
kebangsaan dan tanda registrasi yang sesuai.
Pasal 21
Laporan pendaftaran
Setiap Negara pihak pada perjanjian ini berjanji untuk memberikan kepada Negara pihak
lainnya atau kepada Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, jika diminta, informasi
mengenai pendaftaran dan kepemilikan pesawat udara tertentu yang terdaftar di Negara tersebut.
Selain itu, setiap Negara peserta harus memberikan laporan kepada Organisasi Penerbangan Sipil
Internasional, berdasarkan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Organisasi Penerbangan
Sipil Internasional, yang memberikan data yang berkaitan yang dapat disediakan mengenai
kepemilikan dan pengendalian pesawat udara yang terdaftar di Negara tersebut dan yang biasa
digunakan d a l a m p e n e r b a n g a n internasional. Data yang diperoleh Organisasi
Penerbangan Sipil Internasional harus disediakan olehnya berdasarkan permintaan kepada
Negara-negara peserta lainnya.
BAB IV
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MEMFASILITASI NAVIGASI UDARA
Pasal 22
Fasilitasi formalitas
Setiap Negara peserta setuju untuk mengadopsi semua tindakan yang dapat dilakukan,
melalui penerbitan peraturan khusus atau lainnya, untuk memfasilitasi dan mempercepat navigasi
dengan pesawat terbang antara wilayah Negara peserta, dan untuk mencegah penundaan yang
tidak perlu terhadap pesawat terbang, awak, penumpang dan kargo, terutama dalam administrasi
hukum yang berkaitan dengan imigrasi, karantina, bea cukai, dan bea cukai.
Pasal 23
Prosedur bea cukai dan imigrasi
Setiap Negara peserta berjanji, sejauh yang dapat dilakukan, untuk menetapkan prosedur
bea cukai dan imigrasi yang mempengaruhi navigasi udara internasional sesuai dengan praktik-
praktik yang dapat ditetapkan atau direkomendasikan dari waktu ke waktu, sesuai dengan ini
Konvensi. Tidak ada satu pun dalam Konvensi ini yang dapat ditafsirkan sebagai mencegah
pendirian bandara bebas pabean.
Pasal 24
Bea Masuk
(a) Pesawat udara dalam penerbangan ke, dari, atau melintasi wilayah Negara pihak pada
Persetujuan lainnya akan d i b e b a s k a n d a r i b e a masuk untuk sementara waktu, dengan
tunduk pada peraturan-peraturan bea cukai Negara tersebut. Bahan bakar, minyak pelumas, suku
cadang, peralatan biasa dan perlengkapan pesawat udara yang berada di dalam pesawat udara
dari suatu Negara pihak pada Persetujuan, setibanya di wilayah Negara pihak pada Persetujuan
lainnya dan tetap berada di dalam pesawat udara pada saat meninggalkan wilayah Negara
tersebut, akan dibebaskan dari bea pabean, biaya pemeriksaan atau bea dan pungutan nasional
dan daerah yang serupa. Pembebasan ini tidak berlaku untuk jumlah atau barang yang dibongkar,
kecuali sesuai dengan peraturan bea cukai Negara, yang mungkin mengharuskan barang tersebut
disimpan di bawah pengawasan bea cukai.
(b) Suku cadang dan perlengkapan yang diimpor ke dalam wilayah suatu Negara pihak
pada Persetujuan untuk dimasukkan ke dalam atau digunakan pada pesawat udara Negara pihak
pada Persetujuan lainnya yang terlibat dalam navigasi udara internasional akan dimasukkan
tanpa bea masuk, dengan tunduk pada ketentuan-ketentuan Negara yang bersangkutan, yang
dapat menetapkan bahwa barang-barang tersebut harus disimpan di bawah pengawasan dan
pengendalian bea cukai.
Pasal 25
Pesawat dalam
keadaan darurat
Setiap Negara peserta berjanji untuk memberikan langkah-langkah bantuan kepada
pesawat udara dalam keadaan bahaya di wilayahnya sebagaimana yang mungkin dapat
dilakukan, dan untuk mengizinkan, dengan tunduk pada kontrol dari otoritasnya sendiri, pemilik
pesawat udara atau otoritas Negara tempat pesawat udara tersebut didaftarkan untuk memberikan
langkah-langkah bantuan yang mungkin diperlukan oleh keadaan. Setiap Negara peserta, ketika
melakukan pencarian pesawat yang hilang, akan bekerja sama dalam langkah-langkah
terkoordinasi yang dapat direkomendasikan dari waktu ke waktu sesuai dengan Konvensi ini.
Pasal 26
Investigasi kecelakaan
Apabila terjadi kecelakaan pada pesawat udara dari suatu Negara peserta yang terjadi di
wilayah Negara peserta lainnya, dan mengakibatkan kematian atau luka berat, atau
m e n g i n d i k a s i k a n adanya kerusakan teknis yang serius pada pesawat udara atau fasilitas
navigasi udara, maka Negara tempat terjadinya kecelakaan tersebut akan mengadakan
penyelidikan atas keadaan kecelakaan tersebut, sesuai dengan prosedur yang mungkin
direkomendasikan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional. Negara tempat pesawat
udara didaftarkan akan diberi kesempatan untuk menunjuk pengamat untuk hadir dalam
penyelidikan dan Negara yang mengadakan penyelidikan akan m e n y a m p a i k a n laporan dan
temuan dalam masalah ini kepada Negara tersebut.
Pasal 27
Pembebasan dari penyitaan atas klaim paten
(a) Ketika terlibat dalam navigasi udara internasional, setiap masuknya pesawat udara
yang diizinkan dari suatu Negara peserta ke wilayah Negara peserta lainnya atau transit yang
diizinkan melintasi wilayah Negara tersebut dengan atau tanpa pendaratan tidak akan
menyebabkan penyitaan atau penahanan pesawat udara atau klaim apa pun terhadap pemilik atau
operator pesawat udara tersebut atau campur tangan lain apa pun oleh atau atas nama Negara
tersebut atau siapa pun di dalamnya, dengan alasan bahwa konstruksi, mekanisme, suku cadang,
aksesori atau pengoperasian pesawat udara merupakan pelanggaran terhadap paten, desain, atau
model yang diberikan atau didaftarkan di Negara yang wilayahnya dimasuki pesawat udara
tersebut, disepakati bahwa tidak ada uang jaminan sehubungan dengan pengecualian penyitaan
atau penahanan pesawat udara tersebut yang dalam hal apa pun diperlukan di Negara yang
dimasuki pesawat udara tersebut.
(b) Ketentuan-ketentuan ayat (a) Pasal ini juga berlaku terhadap penyimpanan suku
cadang dan perlengkapan suku cadang untuk pesawat udara dan hak untuk menggunakan dan
memasang suku cadang dan perlengkapan tersebut dalam perbaikan pesawat udara dari suatu
Negara pihak pada Persetujuan di wilayah Negara pihak pada Persetujuan lainnya, asalkan suku
cadang atau perlengkapan yang telah dipatenkan yang disimpan tersebut tidak boleh dijual atau
didistribusikan di dalam atau diekspor secara komersial dari Negara pihak pada Persetujuan yang
dimasuki pesawat udara tersebut.
(c) Manfaat dari Pasal ini hanya berlaku untuk Negara-negara tersebut, para pihak pada
Konvensi ini, yang (1) merupakan pihak pada Konvensi Internasional untuk Perlindungan
Kekayaan Industri dan setiap amandemennya; atau (2) telah memberlakukan undang-undang
paten yang mengakui dan memberikan perlindungan yang memadai terhadap penemuan yang
dibuat oleh warga negara dari Negara-negara lain yang menjadi pihak pada Konvensi ini.

Pasal 28
Fasilitas navigasi udara dan sistem standar
Setiap Negara peserta berjanji, sejauh yang dapat dilakukan, untuk:
(a) Menyediakan, di wilayahnya, bandar udara, layanan radio, layanan
meteorologi, dan fasilitas navigasi udara lainnya untuk memfasilitasi navigasi udara
internasional, sesuai dengan standar dan praktik yang direkomendasikan atau ditetapkan
dari waktu ke waktu, sesuai dengan Konvensi ini;
(b) Mengadopsi dan menerapkan sistem standar prosedur komunikasi,
kode, tanda, sinyal, penerangan, dan praktik dan aturan operasional lainnya yang sesuai
yang dapat direkomendasikan atau ditetapkan dari waktu ke waktu, sesuai dengan
Konvensi ini;
(c) Berkolaborasi dalam langkah-langkah internasional untuk
mengamankan publikasi peta dan grafik penerbangan sesuai dengan standar yang dapat
direkomendasikan atau ditetapkan dari waktu ke waktu, sesuai dengan Konvensi ini.
BAB V
KONDISI YANG HARUS DIPENUHI SEHUBUNGAN DENGAN PESAWAT
TERBANG
Pasal 29
Dokumen yang dibawa dalam pesawat terbang
Setiap pesawat udara dari suatu Negara peserta, yang terlibat dalam navigasi internasional,
harus membawa dokumen-dokumen berikut ini sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam
Konvensi ini:
(a) Sertifikat pendaftarannya;
(b) Sertifikat kelaikan udaranya;
(c) Lisensi yang sesuai untuk setiap anggota kru;
(d) Buku catatan perjalanannya;
(e) Jika dilengkapi dengan peralatan radio, lisensi stasiun radio pesawat;
(f) Jika mengangkut penumpang, daftar nama dan tempat keberangkatan dan tujuan
mereka;
(g) Jika membawa kargo, manifes dan deklarasi rinci kargo.
Pasal 30
Peralatan radio pesawat
(a) Pesawat udara dari setiap Negara pihak pada Persetujuan dapat, di dalam atau di atas
wilayah Negara pihak pada Persetujuan lainnya, membawa alat pemancar radio hanya jika izin
untuk memasang dan mengoperasikan alat tersebut telah dikeluarkan oleh pihak yang berwenang
dari Negara tempat pesawat udara tersebut terdaftar. Penggunaan alat pemancar radio di wilayah
Negara pihak yang wilayahnya dilintasi harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh
Negara tersebut.
(b) Alat pemancar radio hanya dapat digunakan oleh anggota awak pesawat yang
m e m i l i k i lisensi khusus untuk tujuan tersebut, yang dikeluarkan oleh pihak berwenang yang
sesuai dari Negara tempat pesawat terdaftar.
Pasal 31 Sertifikat
kelaikan udara
Setiap pesawat yang terlibat dalam navigasi internasional harus dilengkapi dengan
sertifikat kelaikan udara yang dikeluarkan atau dinyatakan sah oleh Negara tempat pesawat
tersebut terdaftar.
Pasal 32
Lisensi personel
(a) Pilot setiap pesawat dan anggota awak pesawat lainnya dari setiap pesawat yang
terlibat dalam navigasi internasional harus memiliki sertifikat kompetensi dan lisensi yang
dikeluarkan atau dinyatakan sah oleh Negara tempat pesawat tersebut terdaftar.
(b) Setiap Negara pihak berhak untuk menolak mengakui, untuk tujuan penerbangan di
atas wilayahnya sendiri, sertifikat kompetensi dan lisensi yang diberikan kepada warga
negaranya oleh Negara pihak lainnya.
Pasal 33
Pengakuan sertifikat dan lisensi
Sertifikat kelaikan udara dan sertifikat kompetensi serta lisensi yang dikeluarkan atau
dianggap sah oleh Negara pihak pada perjanjian di mana pesawat udara didaftarkan, harus diakui
sah oleh Negara pihak pada perjanjian lainnya, asalkan persyaratan yang digunakan untuk
mengeluarkan atau menganggap sah sertifikat atau lisensi tersebut sama atau di atas standar
minimum yang dapat ditetapkan dari waktu ke waktu berdasarkan Konvensi ini.
Pasal 34
Buku catatan
perjalanan
Setiap pesawat udara yang terlibat dalam navigasi antar negara harus memiliki buku
catatan perjalanan yang di dalamnya harus dicantumkan keterangan tentang pesawat udara,
awaknya dan setiap perjalanan, dalam bentuk yang dapat ditentukan dari waktu ke waktu sesuai
dengan Konvensi ini.
Pasal 35
Pembatasan
kargo
(a) Tidak ada amunisi perang atau peralatan perang yang boleh dibawa di dalam atau di
atas wilayah suatu Negara dalam pesawat udara yang digunakan dalam navigasi internasional,
kecuali dengan izin Negara tersebut. Setiap Negara harus menentukan dengan peraturan apa yang
dimaksud dengan amunisi perang atau peralatan perang untuk tujuan Pasal ini, dengan
mempertimbangkan, untuk tujuan keseragaman, rekomendasi yang dibuat oleh Organisasi
Penerbangan Sipil Internasional dari waktu ke waktu
(b) Setiap Negara peserta berhak, karena alasan ketertiban dan keselamatan umum, untuk
mengatur atau melarang pengangkutan di dalam atau di atas wilayahnya barang-barang selain
yang disebutkan dalam ayat (a): asalkan tidak ada perbedaan yang dibuat dalam hal ini antara
pesawat udara nasionalnya yang terlibat dalam penerbangan internasional dan pesawat udara
Negara lain yang juga terlibat; dan asalkan lebih lanjut tidak ada pembatasan yang diberlakukan
yang dapat mengganggu pengangkutan dan penggunaan pesawat udara peralatan yang diperlukan
untuk operasi atau navigasi pesawat udara atau keselamatan personil atau penumpang.
Pasal 36
Peralatan fotografi
Setiap Negara peserta dapat melarang atau mengatur penggunaan peralatan fotografi dalam
pesawat di atas wilayahnya.

BAB VI
STANDAR INTERNASIONAL DAN PRAKTIK YANG DIREKOMENDASIKAN
Pasal 37
Penerapan standar dan prosedur internasional
Setiap Negara peserta berjanji untuk berkolaborasi dalam menjamin tingkat keseragaman
tertinggi yang dapat dipraktikkan dalam peraturan, standar, prosedur, dan organisasi yang
berkaitan dengan pesawat udara, personel, jalur udara, dan layanan tambahan dalam semua hal
yang mana keseragaman tersebut akan memfasilitasi dan meningkatkan navigasi udara.
Untuk tujuan ini, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional akan mengadopsi dan
mengubah dari waktu ke waktu, sebagaimana diperlukan, standar internasional dan praktik serta
prosedur yang direkomendasikan yang berhubungan dengan hal tersebut:
(a) Sistem komunikasi dan alat bantu navigasi udara, termasuk
penandaan di darat;
(b) Karakteristik bandara dan area pendaratan;
(c) Aturan udara dan praktik pengendalian lalu lintas udara;
(d) Perizinan personel operasi dan mekanik;
(e) Kelaikan udara pesawat;
(f) Pendaftaran dan identifikasi pesawat;
(g) Pengumpulan dan pertukaran informasi meteorologi;
(h) Buku catatan;
(i) Peta dan grafik penerbangan;
(j) Prosedur bea cukai dan imigrasi;
(k) Pesawat dalam keadaan darurat dan investigasi kecelakaan;
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan keselamatan, keteraturan, dan efisiensi navigasi udara yang
dari waktu ke waktu mungkin dianggap perlu.
Pasal 38
Berangkat dari standar dan prosedur internasional
Setiap Negara yang merasa tidak praktis untuk mematuhi dalam segala hal standar atau
prosedur internasional tersebut, atau untuk membuat peraturan atau praktiknya sendiri sesuai
dengan standar atau prosedur internasional setelah amandemen standar atau prosedur
internasional tersebut, atau yang merasa perlu untuk mengadopsi peraturan atau praktik yang
berbeda dalam hal tertentu dari yang ditetapkan oleh suatu standar internasional, harus segera
memberikan pemberitahuan kepada Organisasi Penerbangan Sipil Internasional tentang
perbedaan antara praktiknya dan yang ditetapkan oleh standar internasional. Dalam hal
amandemen standar antar negara, setiap Negara yang tidak melakukan amandemen yang sesuai
terhadap peraturan atau praktiknya sendiri harus memberikan pemberitahuan kepada
Dewan dalam waktu enam puluh hari setelah pengesahan amandemen standar internasional, atau
menunjukkan tindakan yang diusulkan untuk diambil. Dalam kasus seperti itu, Dewan harus
segera memberitahukan kepada semua Negara lain tentang perbedaan yang ada antara satu atau
lebih fitur standar internasional dan praktik nasional yang sesuai dari Negara tersebut.
Pasal 39
Pengesahan sertifikat dan lisensi
(a) Setiap pesawat atau bagiannya yang memiliki standar kelaikan udara atau kinerja
internasional, dan yang gagal dalam hal apa pun untuk memenuhi standar tersebut pada saat
sertifikasi, harus mengesahkan atau melampirkan pada sertifikat kelaikan udaranya, sebuah
penghitungan lengkap rincian yang berkaitan dengan kegagalan tersebut.
(b) Setiap orang yang memegang lisensi yang tidak memenuhi secara penuh persyaratan
yang ditetapkan dalam standar internasional yang berkaitan dengan kelas lisensi atau sertifikat
yang dipegangnya harus mengesahkan atau melampirkan pada lisensinya suatu penghitungan
lengkap mengenai keterangan yang tidak memenuhi persyaratan tersebut.
Pasal 40
Keabsahan sertifikat dan lisensi yang disahkan
Tidak ada pesawat atau personel yang memiliki sertifikat atau lisensi yang disahkan yang
boleh berpartisipasi dalam navigasi internasional, kecuali dengan izin Negara atau Negara-negara
yang wilayahnya dimasuki. Pendaftaran atau penggunaan pesawat udara tersebut, atau bagian
pesawat udara bersertifikat, di Negara mana pun selain Negara tempat pesawat udara tersebut
disertifikasi, merupakan kebijaksanaan Negara tempat pesawat udara atau bagiannya diimpor.
Pasal 41
Pengakuan atas standar kelaikan udara yang ada
Ketentuan dalam Bab ini tidak berlaku untuk pesawat dan perlengkapan pesawat yang
prototipenya diserahkan kepada otoritas nasional yang sesuai untuk disertifikasi s e b e l u m
tanggal tiga tahun setelah tanggal pengesahan standar kelaikan udara internasional untuk
perlengkapan tersebut.
Pasal 42
Pengakuan atas standar kompetensi personel yang ada
Ketentuan-ketentuan dalam Bab ini tidak berlaku bagi personel yang lisensinya
diterbitkan sebelum tanggal satu tahun setelah adopsi awal standar kualifikasi internasional untuk
personel tersebut; tetapi ketentuan-ketentuan tersebut akan berlaku bagi semua personel yang
lisensinya masih berlaku lima tahun setelah tanggal adopsi standar tersebut.

BAGIAN II. ORGANISASI PENERBANGAN SIPIL INTERNASIONAL


BAB VII
ORGANISASI
Pasal 43 Nama
dan komposisi
Sebuah organisasi yang akan diberi nama Organisasi Penerbangan Sipil Internasional
dibentuk oleh Konvensi. Organisasi ini terdiri dari Majelis, Dewan, dan badan-badan lain yang
mungkin diperlukan.
Pasal 44
Tujuan
Maksud dan tujuan dari Organisasi ini adalah untuk mengembangkan prinsip-prinsip dan
teknik navigasi udara internasional dan untuk mendorong perencanaan dan pengembangan
transportasi udara internasional sehingga dapat:
(a) Menjamin pertumbuhan penerbangan sipil internasional yang aman dan teratur di
seluruh
dunia;
(b) Mendorong seni desain dan pengoperasian pesawat terbang untuk tujuan damai;
(c) Mendorong pengembangan jalur udara, bandara, dan fasilitas navigasi udara untuk
penerbangan sipil internasional;
(d) Memenuhi kebutuhan masyarakat dunia akan transportasi udara yang aman, teratur,
efisien, dan ekonomis;
(e) Mencegah pemborosan ekonomi yang disebabkan oleh persaingan yang tidak wajar;
(f) Memastikan bahwa hak-hak Negara peserta kontrak sepenuhnya dihormati dan
bahwa setiap Negara peserta kontrak memiliki kesempatan yang adil untuk mengoperasikan
penerbangan internasional;
(g) Menghindari diskriminasi di antara Negara-negara peserta;
(h) Mempromosikan keselamatan penerbangan dalam navigasi udara internasional;
(i) Mempromosikan secara umum pengembangan semua aspek aeronautika sipil
internasional.
Pasal 45
Kursi permanen
Kedudukan permanen Organisasi akan berada di tempat yang akan ditentukan pada
pertemuan terakhir Majelis Sementara Organisasi Penerbangan Sipil Internasional Sementara
yang dibentuk oleh Perjanjian Sementara tentang Penerbangan Sipil Internasional yang
ditandatangani di Chicago pada tanggal 7 Desember 1944. Tempat tersebut dapat dipindahkan
untuk sementara waktu ke tempat lain dengan keputusan Dewan.
Pasal 46
Pertemuan pertama Majelis
Pertemuan pertama Majelis akan dipanggil oleh Dewan Sementara dari Organisasi
Sementara yang disebutkan di atas segera setelah Konvensi mulai berlaku, untuk bertemu pada
waktu dan tempat yang akan diputuskan oleh Dewan Sementara.
Pasal 47
Kapasitas hukum
Organisasi akan menikmati di wilayah masing-masing Negara peserta kapasitas hukum
yang diperlukan untuk melaksanakan fungsinya. Kepribadian yuridis penuh akan diberikan
dimanapun yang sesuai dengan konstitusi dan hukum Negara yang bersangkutan.
BAB VIII
MAJELIS
Pasal 48
Rapat Majelis dan pemungutan suara
(a) Majelis akan bertemu setiap tahun dan akan diselenggarakan oleh Dewan pada waktu
dan tempat yang sesuai. Pertemuan-pertemuan luar biasa Majelis dapat diadakan setiap saat atas
panggilan Dewan atau atas permintaan dari sepuluh Negara peserta yang ditujukan kepada
Sekretaris Jenderal.
(b) Semua Negara pihak harus memiliki hak yang sama untuk diwakili dalam pertemuan-
pertemuan Majelis dan setiap Negara pihak berhak atas satu suara. Delegasi yang mewakili
Negara-negara pihak dapat dibantu oleh penasihat teknis yang dapat berpartisipasi dalam
pertemuan-pertemuan tetapi tidak memiliki hak suara.
(c) Mayoritas dari Negara-negara peserta diperlukan untuk membentuk kuorum untuk
pertemuan-pertemuan Majelis. Kecuali ditentukan lain dalam Konvensi ini, keputusan Majelis
akan diambil oleh mayoritas suara yang diberikan.
Pasal 49
Wewenang dan tugas Majelis
Wewenang dan tugas Majelis adalah untuk:
(a) Memilih pada setiap pertemuan Presiden dan pejabat lainnya;
(b) Memilih Negara-negara peserta untuk diwakili di Dewan, sesuai
dengan ketentuan Bab IX;
(c) Memeriksa dan mengambil tindakan yang tepat atas laporan Dewan
dan memutuskan masalah apa pun yang dirujuk oleh Dewan;
(d) Menentukan aturan prosedurnya sendiri dan mendirikan anak
perusahaan tersebut
komisi yang dianggap perlu atau diinginkan;
(e) Memilih anggaran tahunan dan menentukan pengaturan keuangan
Organisasi, sesuai dengan ketentuan Bab XII;
(f) Meninjau pengeluaran dan menyetujui rekening Organisasi;
(g) Merujuk, atas kebijakannya sendiri, kepada Dewan, kepada komisi-
komisi anak perusahaan atau kepada badan lain apa pun yang berada di dalam lingkup
kerjanya;
(h) Mendelegasikan kepada Dewan kekuasaan dan wewenang yang
diperlukan atau diinginkan untuk melaksanakan tugas-tugas Organisasi dan mencabut
atau mengubah delegasi wewenang setiap saat;
(i) Melaksanakan ketentuan-ketentuan yang sesuai dalam Bab XIII;
(j) Mempertimbangkan usulan-usulan untuk modifikasi atau amandemen
ketentuan-ketentuan Konvensi ini dan, jika menyetujui usulan-usulan tersebut,
merekomendasikannya kepada Negara-negara peserta sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam Bab XXI;
(k) Menangani masalah apa pun dalam lingkup tindakan Organisasi yang
tidak secara khusus ditugaskan kepada Dewan.
BAB IX
DEWAN
Pasal 50
Komposisi dan pemilihan Dewan
(a) Dewan akan menjadi badan permanen yang bertanggung jawab kepada Majelis.
Badan ini terdiri dari dua puluh satu Negara peserta yang dipilih oleh Majelis. Sebuah pemilihan
akan diadakan pada pertemuan pertama Majelis dan setelah itu setiap tiga tahun, dan anggota
Dewan yang terpilih akan memegang jabatan sampai pemilihan berikutnya.
(b) Dalam memilih anggota Dewan, Majelis harus memberikan perwakilan yang
memadai kepada (1) Negara-negara yang memiliki kepentingan utama dalam transportasi udara;
(2) Negara-negara yang tidak termasuk dalam daftar yang memberikan kontribusi terbesar dalam
penyediaan fasilitas untuk navigasi udara sipil internasional; dan (3) Negara-negara yang tidak
termasuk dalam daftar yang penunjukannya akan menjamin bahwa semua wilayah geografis
utama dunia terwakili dalam Dewan. Setiap kekosongan jabatan di Dewan akan diisi oleh
Majelis sesegera mungkin; setiap Negara anggota yang terpilih menjadi anggota Dewan akan
memegang jabatan untuk bagian yang belum berakhir dari masa jabatan pendahulunya.
(c) Tidak ada perwakilan dari Negara peserta dalam Dewan yang boleh secara aktif
terkait dengan pengoperasian layanan udara internasional atau secara finansial tertarik pada
layanan tersebut.

Pasal 51
Presiden Dewan
Dewan akan memilih Presiden untuk masa jabatan tiga tahun. Ia dapat dipilih kembali. Ia
tidak memiliki hak suara. Dewan akan memilih satu atau lebih Wakil Presiden dari antara para
anggotanya yang akan tetap memiliki hak untuk memilih ketika menjabat sebagai pelaksana
tugas Presiden. Presiden tidak perlu dipilih dari antara wakil-wakil anggota Dewan, tetapi jika
seorang wakil terpilih, kursinya akan dianggap kosong dan akan diisi oleh Negara yang
diwakilinya. Tugas Presiden adalah untuk:
(a) Mengadakan pertemuan Dewan, Komite Transportasi Udara, dan
Komisi Navigasi Udara;
(b) Berperan sebagai perwakilan Dewan; dan
(c) Melaksanakan atas nama Dewan fungsi-fungsi yang diberikan oleh
Dewan
yang ditugaskan kepadanya.
Pasal 52
Pemungutan
Suara di Dewan
Keputusan yang diambil oleh Dewan memerlukan persetujuan dari mayoritas
anggotanya. Dewan dapat mendelegasikan wewenang sehubungan dengan masalah tertentu
kepada komite dari para anggotanya. Keputusan dari komite manapun dari Dewan dapat
diajukan banding kepada Dewan oleh Negara pihak yang berkepentingan.
Pasal 53 Partisipasi
tanpa hak suara
Setiap Negara peserta dapat berpartisipasi, tanpa memberikan suara, dalam pertimbangan
Dewan dan komite-komite serta komisi-komisinya mengenai setiap pertanyaan yang secara
khusus mempengaruhi kepentingannya. Tidak ada anggota Dewan yang dapat memberikan suara
dalam pertimbangan Dewan atas suatu sengketa yang menjadi salah satu pihak.
Pasal 54
Fungsi-fungsi wajib Dewan
Dewan akan melakukannya:
(a) Menyerahkan laporan tahunan kepada Majelis;
(b) Melaksanakan arahan Majelis dan melaksanakan tugas dan kewajiban
yang dibebankan oleh Konvensi ini;
(c) Tentukan organisasi dan aturan prosedurnya;
(d) Menunjuk dan menetapkan tugas Komite Transportasi Udara, y a n g
akan dipilih dari perwakilan anggota Dewan, dan bertanggung jawab kepada Dewan;
(e) Membentuk Komisi Navigasi Udara, sesuai dengan ketentuan Bab X;
(f) Mengelola keuangan Organisasi sesuai dengan ketentuan Bab XII dan
XV;
(g) Menentukan uang jasa Presiden Dewan;
(h) Menunjuk seorang kepala eksekutif yang disebut Sekretaris Jenderal,
dan membuat ketentuan untuk penunjukan personil lain yang mungkin diperlukan, sesuai
dengan ketentuan Bab XI;
(i) Meminta, mengumpulkan, memeriksa, dan mempublikasikan
informasi yang berkaitan dengan kemajuan navigasi udara dan operasi layanan udara
internasional, termasuk informasi tentang biaya operasi dan rincian subsidi yang
dibayarkan kepada maskapai penerbangan dari dana publik;
(j) Melaporkan kepada Negara-negara peserta setiap pelanggaran terhadap
Konvensi ini, serta setiap kegagalan untuk melaksanakan rekomendasi atau ketetapan
Dewan;
(k) Melaporkan kepada Majelis setiap pelanggaran Konvensi ini di mana
Negara peserta telah gagal untuk mengambil tindakan yang tepat dalam waktu yang wajar
setelah pemberitahuan tentang pelanggaran tersebut;
(l) Mengadopsi, sesuai dengan ketentuan Bab VI Konvensi ini, standar
internasional dan praktik-praktik yang direkomendasikan; untuk kemudahan,
menetapkannya sebagai Lampiran Konvensi ini; dan memberitahukan kepada semua
Negara peserta mengenai tindakan yang diambil;
(m) Mempertimbangkan rekomendasi dari Komisi Navigasi Udara untuk
amandemen Lampiran dan mengambil tindakan sesuai dengan ketentuan Bab XX;
(n) Mempertimbangkan segala hal yang berkaitan dengan Konvensi yang
dirujuk oleh Negara peserta.

Pasal 55
Fungsi permisif Dewan
Dewan dapat melakukannya:
(a) Apabila diperlukan dan berdasarkan pengalaman, membentuk komisi
transportasi udara bawahan pada tingkat regional atau lainnya dan menentukan kelompok
negara atau maskapai penerbangan yang dapat berhubungan dengan atau melaluinya
untuk memfasilitasi pelaksanaan tujuan Konvensi ini;
(b) Mendelegasikan kepada Komisi Navigasi Udara tugas-tugas tambahan
selain yang ditetapkan dalam Konvensi dan mencabut atau mengubah delegasi wewenang
tersebut setiap saat
waktu;
(c) Melakukan penelitian terhadap semua aspek transportasi udara dan
navigasi udara
yang memiliki kepentingan internasional, mengkomunikasikan hasil penelitiannya
kepada Negara-negara peserta, dan memfasilitasi pertukaran informasi antara Negara-
negara peserta mengenai masalah-masalah transportasi udara dan navigasi udara;
(d) Mempelajari segala hal yang mempengaruhi organisasi dan operasi
transportasi udara internasional, termasuk kepemilikan internasional dan operasi layanan
udara internasional pada rute-rute utama, dan menyerahkan kepada Majelis rencana-
rencana yang berkaitan dengan hal tersebut;
(e) Menyelidiki, atas permintaan Negara peserta, situasi apa pun yang
mungkin terlihat sebagai hambatan yang dapat dihindari untuk pengembangan navigasi
udara internasional; dan, setelah penyelidikan tersebut, mengeluarkan laporan yang
mungkin diinginkan oleh Negara peserta.
BAB X
KOMISI NAVIGASI UDARA
Pasal 56
Pencalonan dan penunjukan Komisi
Komisi Navigasi Udara terdiri dari dua belas anggota yang ditunjuk oleh Dewan dari
antara orang-orang yang dicalonkan oleh Negara-negara peserta.
Orang-orang ini harus memiliki kualifikasi dan pengalaman yang sesuai dalam ilmu pengetahuan
dan praktik aeronautika. Dewan akan meminta semua Negara peserta untuk mengajukan
nominasi. Presiden Komisi Navigasi Udara akan ditunjuk oleh Dewan.
Pasal 57 Tugas
Komisi
Komisi Navigasi Udara harus:
(a) Mempertimbangkan, dan merekomendasikan kepada Dewan untuk
diadopsi, modifikasi Lampiran-lampiran Konvensi ini;
(b) Membentuk sub-komisi teknis di mana setiap negara peserta dapat
diwakili, jika negara tersebut menghendakinya;
(c) Memberi nasihat kepada Dewan tentang pengumpulan dan komunikasi
kepada Negara-negara peserta tentang semua informasi yang dianggap perlu dan berguna
untuk kemajuan navigasi udara.

BAB XI
PERSONEL
Pasal 58
Penunjukan personel
Tunduk pada peraturan yang ditetapkan oleh Majelis dan ketentuan-ketentuan Konvensi
ini, Dewan akan menentukan metode pengangkatan dan penghentian pengangkatan, pelatihan,
dan gaji, tunjangan, dan kondisi kerja Sekretaris Jenderal dan personil lain dari Organisasi, dan
dapat mempekerjakan atau menggunakan jasa-jasa warga negara dari Negara peserta.
Pasal 59
Karakter personel internasional
Presiden Dewan, Sekretaris Jenderal, dan personil lainnya tidak boleh mencari atau
menerima instruksi sehubungan dengan pelaksanaan tanggung jawab mereka dari otoritas
manapun di luar Organisasi. Setiap Negara peserta berjanji untuk sepenuhnya menghormati sifat
internasional dari tanggung jawab para personil dan tidak berusaha untuk mempengaruhi warga
negaranya dalam melaksanakan tanggung jawab mereka.
Pasal 60
Kekebalan dan hak istimewa personel
Setiap Negara peserta berjanji, sejauh mungkin berdasarkan prosedur konstitusionalnya,
untuk memberikan kekebalan dan keistimewaan yang diberikan kepada Presiden Dewan,
Sekretaris Jenderal, dan personil Organisasi lainnya, kekebalan dan keistimewaan yang diberikan
kepada personil yang sesuai dari organisasi internasional publik lainnya. Apabila suatu
persetujuan internasional yang bersifat umum mengenai kekebalan dan keistimewaan pegawai
negeri sipil internasional telah dicapai, kekebalan dan keistimewaan yang diberikan kepada
Presiden, Sekretaris Jenderal, dan personil lain dari Organisasi haruslah kekebalan dan
keistimewaan yang diberikan menurut persetujuan antar nasional yang bersifat umum tersebut.
BAB XII
KEUANGAN
Pasal 61
Anggaran dan pembagian biaya
Dewan harus menyerahkan kepada Majelis anggaran tahunan, laporan tahunan dan
perkiraan semua penerimaan dan pengeluaran. Majelis akan melakukan pemungutan suara atas
anggaran tersebut dengan perubahan apapun yang dianggap perlu untuk ditetapkan, dan, dengan
pengecualian penilaian berdasarkan Bab XV kepada Negara-negara yang menyetujui, akan
membagi pengeluaran Organisasi di antara Negara-negara peserta atas dasar yang dari waktu ke
waktu akan ditentukan.
Pasal 62
Penangguhan hak suara
Majelis dapat menangguhkan hak suara dalam Majelis dan Dewan dari setiap Negara
anggota yang gagal untuk memenuhi dalam jangka waktu yang wajar kewajiban keuangannya
kepada Organisasi.
Pasal 63
Biaya delegasi dan perwakilan lainnya
Setiap Negara peserta harus menanggung biaya delegasinya sendiri untuk menghadiri
Sidang dan biaya remunerasi, perjalanan, dan biaya lain dari setiap orang yang ditunjuknya
untuk melayani di Dewan, dan calon atau perwakilannya di setiap komite atau komisi tambahan
Organisasi.
BAB XIII
PENGATURAN INTERNASIONAL LAINNYA
Pasal 64
Pengaturan keamanan
Organisasi ini dapat, sehubungan dengan masalah-masalah udara yang berada di dalam
kompetensinya yang secara langsung mempengaruhi keamanan dunia, melalui pemungutan suara
Majelis, mengadakan pengaturan yang sesuai dengan organisasi umum yang dibentuk oleh
bangsa-bangsa di dunia untuk memelihara perdamaian.

Pasal 65
Pengaturan dengan badan-badan internasional lainnya
Dewan, atas nama Organisasi, dapat membuat perjanjian dengan badan-badan
internasional lainnya untuk pemeliharaan layanan umum dan untuk pengaturan umum mengenai
personil dan, dengan persetujuan Majelis, dapat membuat pengaturan lain yang dapat
memfasilitasi pekerjaan Organisasi.
Pasal 66
Fungsi yang berkaitan dengan perjanjian lain
(a) Organisasi ini juga harus menjalankan fungsi yang diberikan kepadanya oleh
Perjanjian Transit Layanan Udara Internasional dan Perjanjian Transportasi Udara Internasional
yang dibuat di Chicago pada tanggal 7 Desember 1944, sesuai dengan syarat dan ketentuan yang
ditetapkan di dalamnya.
(b) Anggota Majelis dan Dewan yang belum menerima Perjanjian Transit Layanan Udara
Internasional atau Perjanjian Transportasi Udara Internasional yang dibuat di Chicago pada
tanggal 7 Desember 1944 tidak memiliki hak untuk memberikan suara pada pertanyaan apa pun
yang dirujuk ke Majelis atau Dewan berdasarkan ketentuan dalam Perjanjian yang relevan.
BAGIAN III. ANGKUTAN UDARA INTERNASIONAL
BAB XIV
INFORMASI DAN LAPORAN
Pasal 67
Mengarsipkan laporan
dengan Dewan
Setiap Negara peserta berjanji bahwa maskapai penerbangan internasionalnya harus,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Dewan, mengajukan laporan lalu lintas, statistik
biaya, dan laporan keuangan kepada Dewan yang menunjukkan, antara lain, semua penerimaan
dan sumber-sumbernya.

BAB XV
BANDARA DAN FASILITAS NAVIGASI UDARA LAINNYA
Pasal 68
Penunjukan rute dan bandara
Setiap Negara peserta dapat, dengan tunduk pada ketentuan Konvensi ini, menetapkan
rute yang harus diikuti dalam wilayahnya oleh s e t i a p layanan udara internasional dan bandar
udara yang dapat digunakan oleh layanan tersebut.
Pasal 69
Peningkatan fasilitas navigasi udara
Jika Dewan berpendapat bahwa bandar udara atau fasilitas navigasi udara lainnya,
termasuk pelayanan radio dan meteorologi, dari suatu Negara peserta tidak cukup memadai
untuk operasi pelayanan udara internasional yang aman, teratur, efisien, dan ekonomis, baik yang
ada saat ini maupun yang a k a n a d a , Dewan harus berkonsultasi dengan Negara yang
bersangkutan secara langsung, dan Negara-negara lain yang terkena dampak, dengan tujuan
untuk menemukan cara-cara yang dapat digunakan untuk mengatasi keadaan tersebut, dan dapat
memberikan rekomendasi untuk tujuan tersebut. Tidak ada Negara peserta yang bersalah atas
pelanggaran Konvensi ini jika gagal melaksanakan rekomendasi-rekomendasi ini.
Pasal 70
Pembiayaan fasilitas navigasi udara
Negara pihak, dalam keadaan yang timbul berdasarkan ketentuan Pasal 69, dapat
membuat suatu pengaturan dengan Dewan untuk melaksanakan rekomendasi tersebut. Negara
dapat memilih untuk menanggung semua biaya yang terlibat dalam pengaturan tersebut. Apabila
Negara tidak m e m i l i h demikian, Dewan dapat menyetujui, atas permintaan Negara, untuk
menanggung semua atau sebagian dari biaya tersebut.
Pasal 71
Penyediaan dan pemeliharaan fasilitas oleh Dewan
Apabila suatu Negara peserta meminta demikian, Dewan dapat menyetujui untuk
menyediakan, mengelola, memelihara, dan mengatur setiap atau semua bandar udara dan fasilitas
navigasi udara lainnya, termasuk pelayanan radio dan meteorologi, yang diperlukan di
wilayahnya untuk operasi yang aman, teratur, efisien, dan ekonomis dari pelayanan udara
internasional Negara peserta lainnya, dan dapat menetapkan biaya yang adil dan wajar untuk
penggunaan fasilitas yang disediakan.

Pasal 72
Perolehan atau
penggunaan tanah
Apabila tanah diperlukan untuk fasilitas yang dibiayai secara keseluruhan atau sebagian
oleh Dewan atas permintaan Negara pihak, Negara tersebut harus menyediakan tanah itu sendiri,
dengan mempertahankan hak milik jika dikehendaki, atau memfasilitasi penggunaan tanah
tersebut oleh Dewan dengan syarat-syarat yang adil dan masuk akal dan sesuai dengan hukum
Negara yang bersangkutan.
Pasal 73
Pengeluaran dan penilaian dana
Dalam batas dana yang dapat disediakan oleh Majelis berdasarkan Bab X1I, Dewan dapat
melakukan pengeluaran saat ini untuk keperluan Bab ini dari dana umum Organisasi. Dewan
harus menilai dana modal yang diperlukan untuk tujuan Bab ini dalam proporsi yang telah
disepakati sebelumnya selama periode waktu yang wajar kepada Negara-negara peserta yang
menyetujui yang maskapai penerbangannya menggunakan fasilitas tersebut. Dewan juga dapat
menilai Negara-negara yang menyetujui dana kerja yang diperlukan.
Pasal 74
Bantuan teknis dan pemanfaatan pendapatan
Apabila Dewan, atas permintaan Negara peserta, memajukan dana atau menyediakan
bandar udara atau fasilitas lain secara keseluruhan atau sebagian, pengaturan tersebut dapat
menyediakan, dengan persetujuan Negara tersebut, untuk bantuan teknis dalam pengawasan dan
pengoperasian bandar udara dan fasilitas lain, dan untuk pembayaran, dari pendapatan yang
diperoleh dari pengoperasian bandar udara dan fasilitas lain, biaya operasi bandar udara dan
fasilitas lain, serta biaya bunga dan amortisasi.
Pasal 75
Pengambilalihan fasilitas dari Dewan
Negara peserta dapat sewaktu-waktu melepaskan kewajiban apapun yang telah
dimasukinya berdasarkan Pasal 70, dan mengambil alih bandar udara dan fasilitas lain yang telah
disediakan Dewan sesuai dengan ketentuan Pasal 71 dan 72, dengan membayar kepada Dewan
suatu jumlah yang menurut pendapat Dewan adalah wajar dalam keadaan tersebut. Jika Negara
menganggap bahwa
jumlah yang ditetapkan oleh Dewan tidak masuk akal, maka dapat m e n g a j u k a n banding
kepada Majelis terhadap keputusan Dewan dan Majelis dapat mengkonfirmasi atau mengubah
keputusan Dewan.
Pasal 76
Pengembalian dana
Dana yang diperoleh Dewan melalui penggantian berdasarkan Pasal 75 dan dari
penerimaan bunga dan pembayaran amortisasi berdasarkan Pasal 74, dalam hal uang muka yang
semula dibiayai oleh Negara-negara berdasarkan Pasal 73, akan dikembalikan kepada Negara-
negara yang semula dinilai dalam proporsi penilaian mereka, seperti yang ditentukan oleh
Dewan.
BAB XVI
ORGANISASI OPERASI BERSAMA DAN LAYANAN GABUNGAN
Pasal 77
Organisasi operasi bersama diizinkan
Tidak ada dalam Konvensi ini yang dapat menghalangi dua atau lebih Negara peserta
untuk membentuk organisasi operasi angkutan udara bersama atau badan operasi internasional
dan untuk menggabungkan layanan udara mereka pada rute mana pun atau di wilayah mana pun,
tetapi organisasi atau badan tersebut dan layanan yang digabungkan tersebut harus tunduk pada
semua ketentuan dalam Konvensi ini, termasuk ketentuan yang berkaitan dengan pendaftaran
perjanjian dengan Dewan. Dewan akan menentukan dengan cara apa ketentuan Konvensi ini
yang berkaitan dengan kebangsaan pesawat udara akan berlaku untuk pesawat udara yang
dioperasikan oleh badan-badan operasi internasional.
Pasal 78
Fungsi Dewan
Dewan dapat menyarankan kepada Negara-negara pihak yang bersangkutan agar mereka
membentuk organisasi bersama untuk mengoperasikan layanan udara pada rute mana pun atau di
wilayah mana pun.
Pasal 79
Partisipasi dalam organisasi yang beroperasi
Suatu Negara dapat berpartisipasi dalam organisasi operasi bersama atau dalam
pengaturan penyatuan, baik melalui pemerintahnya atau melalui perusahaan penerbangan atau
perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintahnya. Perusahaan-perusahaan tersebut dapat, atas
kebijakan Negara yang bersangkutan, dimiliki oleh negara atau sebagian dimiliki oleh negara
atau swasta.

BAGIAN IV. KETENTUAN AKHIR


BAB XVII
PERJANJIAN DAN PENGATURAN PENERBANGAN LAINNYA
Pasal 80
Konvensi Paris dan Habana
Setiap Negara peserta berjanji, segera setelah berlakunya Konvensi ini, untuk
menyampaikan pemberitahuan penolakan terhadap Konvensi yang berkaitan dengan Peraturan
Navigasi Penerbangan yang ditandatangani di Paris pada tanggal 13 Oktober 1919 atau Konvensi
Penerbangan Komersial yang ditandatangani di Habana pada tanggal 20 Februari 1928, apabila
Negara tersebut merupakan peserta dari salah satu dari kedua konvensi tersebut. Di antara
Negara-negara peserta, Konvensi ini menggantikan Konvensi Paris dan Habana yang telah
disebutkan sebelumnya.
Pasal 81
Pendaftaran perjanjian yang sudah ada
Semua perjanjian penerbangan yang ada pada saat berlakunya Konvensi ini, dan yang
dibuat antara suatu Negara peserta dengan Negara lain atau antara maskapai penerbangan dari
suatu Negara peserta dengan Negara lain atau maskapai penerbangan dari Negara lain, harus
segera didaftarkan pada Dewan.
Pasal 82
Pembatalan pengaturan yang tidak konsisten
Negara-negara peserta menerima Konvensi ini sebagai pembatalan semua kewajiban dan
kesepahaman di antara mereka yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuannya, dan berjanji
untuk tidak mengadakan kewajiban dan kesepahaman tersebut. Negara pihak yang, sebelum
menjadi anggota Organisasi, telah melaksanakan kewajiban terhadap Negara bukan pihak atau
warga negara dari Negara pihak atau Negara bukan pihak yang tidak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Konvensi ini, Jika sebuah maskapai penerbangan dari Negara peserta telah
mengadakan kewajiban yang tidak konsisten tersebut, Negara dimana warga negaranya menjadi
anggota wajib melakukan upaya terbaiknya untuk memastikan pengakhiran kewajiban tersebut
dengan segera dan dalam hal apa pun wajib menyebabkan pengakhiran kewajiban tersebut segera
setelah tindakan tersebut dapat dilakukan secara sah setelah berlakunya Konvensi ini.
Pasal 83
Pendaftaran pengaturan baru
Dengan tunduk pada ketentuan-ketentuan dalam Pasal sebelumnya, setiap Negara peserta
dapat membuat pengaturan yang tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Konvensi
ini. Pengaturan tersebut harus segera didaftarkan ke Dewan, yang akan mengumumkannya
sesegera mungkin.
BAB XVIII
PERSELISIHAN DAN
WANPRESTASI
Pasal 84
Penyelesaian
perselisihan
Jika ada ketidaksepakatan antara dua atau lebih Negara peserta yang berkaitan dengan
interpretasi
atau penerapan Konvensi ini dan Lampiran-lampirannya tidak dapat diselesaikan melalui
negosiasi, maka atas permohonan Negara yang bersangkutan dalam perselisihan tersebut, hal itu
akan diputuskan oleh Dewan. Tidak ada anggota Dewan yang dapat memberikan suara dalam
pertimbangan Dewan atas sengketa apapun yang menjadi bagiannya. Setiap Negara peserta
dapat, dengan tunduk pada Pasal 85, mengajukan banding atas keputusan Dewan kepada
pengadilan arbitrase ad hoc yang disepakati oleh pihak-pihak lain yang bersengketa atau kepada
Mahkamah Permanen Internasional. Banding tersebut harus diberitahukan kepada Dewan dalam
waktu enam puluh hari sejak diterimanya pemberitahuan keputusan Dewan.
Pasal 85
Prosedur arbitrase
Apabila Negara pihak dalam sengketa dimana keputusan Dewan yang sedang dalam
proses banding tidak menerima Statuta Mahkamah Internasional Permanen dan Negara pihak
dalam sengketa tidak dapat menyepakati pilihan majelis arbitrase, maka setiap Negara pihak
dalam sengketa akan menunjuk seorang arbiter yang akan menunjuk seorang wasit. Apabila
salah satu Negara pihak dalam sengketa gagal menunjuk arbiter dalam jangka waktu tiga bulan
sejak tanggal permohonan, seorang arbiter akan ditunjuk atas nama Negara tersebut oleh
Presiden Dewan dari daftar orang-orang yang memenuhi syarat dan tersedia yang disimpan oleh
Dewan. Apabila, dalam waktu tiga puluh hari, para arbiter tidak dapat menyepakati seorang
arbiter, Presiden Dewan akan menunjuk seorang arbiter dari daftar yang telah disebutkan
sebelumnya. Para arbiter dan wasit kemudian secara bersama-sama akan membentuk majelis
arbitrase. Setiap majelis arbitrase yang dibentuk berdasarkan Pasal ini atau Pasal sebelumnya
akan menyelesaikan prosedurnya sendiri dan memberikan putusannya dengan suara terbanyak,
dengan ketentuan bahwa Dewan dapat menentukan pertanyaan-pertanyaan prosedural apabila
terjadi penundaan yang menurut pendapat Dewan berlebihan.
Pasal 86
Banding
Kecuali jika Dewan memutuskan sebaliknya, setiap keputusan Dewan mengenai apakah
sebuah maskapai penerbangan internasional beroperasi sesuai dengan ketentuan Konvensi ini
akan tetap berlaku kecuali jika dibatalkan pada saat banding. Dalam hal lain, keputusan Dewan,
jika diajukan banding, akan ditangguhkan sampai banding diputuskan. Keputusan Mahkamah
Permanen Internasional dan pengadilan arbitrase bersifat final dan mengikat.
Pasal 87
Penalti untuk ketidaksesuaian maskapai penerbangan
Setiap Negara pihak pada Persetujuan berjanji untuk tidak mengizinkan pengoperasian
suatu maskapai penerbangan dari Negara pihak pada Persetujuan melalui wilayah udara di atas
wilayahnya apabila Dewan telah memutuskan bahwa maskapai penerbangan yang bersangkutan
tidak mematuhi keputusan akhir yang diberikan sesuai dengan Pasal sebelumnya.
Pasal 88
Hukuman untuk ketidaksesuaian oleh Negara
Majelis akan menangguhkan hak suara di Majelis dan di Dewan dari Negara peserta yang
melakukan wanprestasi berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Bab ini.
BAB XIX
PERANG
Pasal 89
Perang dan kondisi darurat
Dalam keadaan perang, ketentuan-ketentuan Konvensi ini tidak akan mempengaruhi
kebebasan bertindak dari Negara peserta yang terkena dampaknya, baik sebagai pihak yang
berperang maupun sebagai pihak yang netral. Prinsip yang sama akan berlaku dalam kasus
Negara peserta yang menyatakan keadaan darurat nasional dan memberitahukan fakta tersebut
kepada Dewan.
BAB XX
LAMPIRAN-
LAMPIRAN
Pasal 90
Pengadopsian dan perubahan Lampiran
(a) Pengesahan oleh Dewan atas Lampiran-lampiran yang diuraikan dalam Pasal 54, ayat
(I), harus memerlukan suara dua pertiga dari Dewan pada suatu pertemuan yang diselenggarakan
untuk tujuan tersebut dan kemudian harus disampaikan oleh Dewan kepada setiap Negara pihak
pada Persetujuan. Setiap Lampiran atau perubahan dari suatu Lampiran harus mulai berlaku
dalam waktu tiga bulan setelah disampaikan kepada Negara-negara peserta atau pada akhir
jangka waktu yang lebih lama yang ditetapkan oleh Dewan, kecuali jika dalam waktu tersebut
mayoritas Negara peserta menyatakan ketidaksetujuannya pada Dewan.
(b) Dewan akan segera memberitahukan kepada semua Negara peserta mengenai
berlakunya Lampiran atau perubahannya.

BAB XXI
RATIFIKASI, KEPATUHAN, AMANDEMEN, DAN PENGADUAN
Pasal 91 Ratifikasi
Konvensi
(a) Konvensi ini harus tunduk pada ratifikasi oleh Negara-negara penandatangan.
Instrumen ratifikasi harus disimpan dalam arsip Pemerintah Amerika Serikat, yang akan
memberikan pemberitahuan tentang tanggal penyimpanan kepada setiap Negara penandatangan
dan Negara-negara pihak.
(b) Segera setelah Konvensi ini diratifikasi atau ditaati oleh dua puluh enam Negara,
Konvensi ini mulai berlaku di antara mereka pada hari ketiga puluh setelah penyerahan
instrumen ke dua puluh enam. Konvensi ini akan mulai berlaku bagi setiap Negara yang
meratifikasi setelahnya pada hari ketiga puluh setelah penyimpanan instrumen ke dua puluh
enam.
instrumen ratifikasi.
(c) Pemerintah Amerika Serikat berkewajiban untuk memberitahukan kepada pemerintah
masing-masing negara penandatangan dan negara pihak mengenai tanggal mulai berlakunya
Konvensi ini.
Pasal 92

Kepatuhan terhadap
Konvensi
(a) Konvensi ini akan terbuka untuk ditaati oleh anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
Negara-negara yang terkait dengannya, dan Negara-negara yang tetap netral selama konflik
dunia saat ini.
(b) Kepatuhan harus dilakukan dengan pemberitahuan yang ditujukan kepada Pemerintah
Amerika Serikat dan akan berlaku sejak hari ketiga puluh sejak diterimanya pemberitahuan oleh
Pemerintah Amerika Serikat, yang akan memberitahukan kepada semua Negara pihak.
Pasal 93
Penerimaan Negara lain
Negara-negara selain yang diatur dalam Pasal 91 dan 92 (a) dapat, dengan persetujuan
organisasi internasional umum yang dibentuk oleh bangsa-bangsa di dunia untuk memelihara
perdamaian, diijinkan untuk ikut serta dalam Konvensi ini melalui empat perlima suara Majelis
dan dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh Majelis: dengan ketentuan bahwa dalam setiap
kasus, persetujuan dari setiap Negara yang diserang atau diserang selama perang oleh Negara
yang ingin ikut serta diperlukan.
Pasal 94
Amandemen Konvensi
(a) Setiap usulan amandemen terhadap Konvensi ini harus disetujui oleh dua pertiga
suara dari Majelis dan kemudian akan mulai berlaku sehubungan dengan Negara-negara yang
telah meratifikasi amandemen tersebut ketika diratifikasi oleh jumlah Negara peserta yang
ditentukan oleh Majelis. Jumlah yang ditentukan tersebut tidak boleh kurang dari dua pertiga dari
jumlah keseluruhan Negara peserta.
(b) Apabila menurut pendapatnya amandemen tersebut sedemikian rupa untuk
membenarkan hal ini, Majelis dalam resolusinya yang merekomendasikan pengesahan dapat
menetapkan bahwa setiap Negara yang belum meratifikasi dalam jangka waktu tertentu setelah
amandemen tersebut berlaku, sejak saat itu tidak lagi menjadi anggota Organisasi dan menjadi
peserta Konvensi.
Pasal 95
Pengingkaran terhadap
Konvensi
(a) Setiap Negara peserta dapat menyampaikan pemberitahuan penolakan terhadap
Konvensi ini tiga tahun setelah Konvensi ini mulai berlaku dengan pemberitahuan yang
ditujukan kepada Pemerintah Amerika Serikat
Amerika, yang akan segera menginformasikan kepada masing-masing Negara peserta.
(b) Pengaduan akan berlaku satu tahun sejak tanggal diterimanya pemberitahuan dan
hanya berlaku bagi Negara yang mengajukan pengaduan.

BAB XXII
DEFINISI
Pasal 96
Untuk tujuan Konvensi ini, ungkapan tersebut:
(a) "Layanan udara" - berarti layanan udara terjadwal yang dilakukan oleh
pesawat udara untuk angkutan umum penumpang, surat, atau kargo.
(b) "Layanan udara internasional" berarti layanan udara yang melewati
ruang udara di atas wilayah lebih dari satu Negara.
(c) "Maskapai Penerbangan" berarti setiap perusahaan transportasi udara
y a n g menawarkan atau mengoperasikan layanan udara internasional.
(d) "Berhenti untuk tujuan non-lalu lintas" berarti pendaratan untuk tujuan
apa pun selain menerima atau menurunkan penumpang, kargo, atau surat.

TANDA TANGAN KONVENSI


DALAM KEADAAN TERSEBUT, para pihak yang bertanda tangan di bawah ini, yang telah
diberi kuasa sebagaimana mestinya, menandatangani Konvensi ini atas nama pemerintah
masing-masing pada tanggal yang tertera di seberang tanda tangan mereka.
DIBUAT di Chicago pada tanggal tujuh bulan Desember 1944, dalam bahasa Inggris. Sebuah
naskah yang dibuat dalam bahasa Inggris, Perancis, dan Spanyol, yang masing-masing memiliki
keaslian yang sama, akan terbuka untuk ditandatangani di Washington, D.C. Kedua naskah
tersebut akan disimpan di arsip Pemerintah Amerika Serikat, dan salinan yang disahkan akan
dikirimkan oleh Pemerintah tersebut kepada pemerintah semua Negara yang dapat
menandatangani atau mematuhi Konvensi ini.

Anda mungkin juga menyukai