NIM : 215010100111036
No. Presensi :3
Mata Kuliah : Hukum Udara dan Luar Angkasa
Kelas :A
Lain-lain
E. Sovereignty
Prinsip kedaulatan atau sovereignty terkandung dalam Article 1 of Chicago
Convention. Adapun bunyi dari Article 1 Chicago Convention adalah sebagai berikut:
“The contracting States recognize that every State has complete and exclusive
sovereignty over the airspace above its territory.”3
Sovereignty of each state in its airspace, yakni state parties dalam Chicago
Convention memiliki kedaulatan penuh dan eksklusif, baik internal, maupun
eksternal. Adapun maksud dari dua kedaulatan ini adalah:
a. Kedaulatan internal, kedaulatan yang berkenan dengan yurisdiksi negara di
wilayah nasional. Tidak ada layanan udara terjadwal yang bisa dioperasikan
melalui dan ke dalam teritorial suatu negara, kecuali terdapat izin khusus. 4
b. Kedaulatan eksternal, kedaulatan ini berhubungan dengan status negara sebagai
salah satu subjek hukum internasional. Serta menjadi prasyarat agar suatu negara
dapat menandatangani suatu Perjanjian Internasional (PI).5
F. Territory
1
Lisa Tomas, Air Law (Max Planck Institute dor Comparative Public Law and International Law, 2008), para. 1.
2
Chicago Convention on International Civil Aviation 1944 [Chicago Convention].
3
Ibid., Pasal 1.
4
Adi Kusumaningrum, Kedaulatan Negara di Ruang Udara dan Perkembangan Anngkutan Udara
Internasional (Malang: UB Press, 2018), hlm. 50.
5
Ibid.
Prinsip territorial atau territory terkandung dalam Article 2 of the Chicago
Convention, yang berbunyi:
“For the purpose of this Convention the territory of a State shall be deemed to be the
land areas and territorial waters adjacent thereto under the sovereignty, suzerainty,
protection or mandate of such State.”6
Maka dapat disimpulkan bahwa wilayah udara merupakan ruang udara yang terletak
di atas bagian daratan dan perairan territorial yang berbatasan dengannya, di mana ia
berada di bawah kedaulatan suatu negara.
G. Freedom of Flight
- pesawat asing yang ingin terbang melintasi suatu negara harus memiliki izin dari
negara tersebut.
-
H. Cabotage
Lain-lain
I. Sovereignty
“The contracting States recognize that every State has complete and exclusive
sovereignty over the airspace above its territory.”7
J. Territory
“For the purpose of this Convention the territory of a State shall be deemed to be the
land areas and territorial waters adjacent thereto under the sovereignty, suzerainty,
protection or mandate of such State.”8
6
Ibid., Pasal 2.
7
Ibid., Pasal 1.
8
Ibid., Pasal 2.
9
Ibid., Pasal 3.
L. Misuse of civil aviation
“Each contracting State agrees not to use civil aviation for any purpose inconsistent
with the aims of this Convention.”10
10
Ibid., Pasal 4.