NIM: B10018265
1. Jelaskan instrumen hukum udara internasional yang berlaku sebagai ketentuan hukum
positif
2. Jelaskan prinsip hukum udara yang dianut bangsa bangsa di dunia
3. Bagaimana yurisdiksi wilayah udara suatu negara dalam perspektif hukum
internasional
Jawaban:
over the airspace above its territory.” Permasalahan mengenai kedaulatan tersebut pernah
diperdebatkan, apakah ruang udara bisa benar-benar bebas, kecuali untuk
mempertahankan
kedaulatan negara di bawahnya atau terbatas seperti laut teritorial sebagaimana diatur
dalam
hukum laut internasional atau ada lintas damai bagi pesawat udara asing. Perdebatan
tersebut
diselesaikan melalu Konvensi Paris 1919, dimana setelah Perang Dunia I, disepakati bahwa
setiap negara mempunyai kedaulatan yang penuh dan utuh berdasarkan hukum kebiasaan
internasional sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Konvensi Paris 1919 dan Pasal 1 Konvensi
Chicago 1944.
Pasal 1 Konvensi Chicago 1944 menyatakan, “The Contracting States recognise that every
state has complete and exclusive sovereignty over the airspace above its territory.” Dalam
hal
ini, pengakuan kedaulatan di ruang udara tidak terbatas pada negara anggota saja, tetapi
juga
pada negara bukan anggota, dimana dikatakan “every state.”
Pasal 2 Konvensi Chicago 1944 lebih menjelaskan lagi bahwa untuk keperluan Konvensi
Chicago 1944 yang dimaksudkan adalah batas wilayah negara atau state territory, sehingga
secara tegas berlaku terhadap bukan negara anggota. Pasal tersebut juga menjelaskan
bahwa
yang dimaksud dengan complete adalah hak secara penuh atau utuh yang dimiliki oleh
negara
yang berada di bawah ruang udara untuk mengatur ruang udara yang ada diatasnya. Pasal 3
Chicago 1944 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan exclusive adalah bahwa bila
negara
lain hendak memasuki wilayah udara suatu negara, maka harus meminta izin terlebih dahul
kepada negara yang wilayah udaranya akan dimasuki. Lingkup yurisdiksi teritorial suatu
negara diakui dan diterima oleh negara anggota Konvensi Chicago 1944 terus ke atas sampai
kepentingan militer, bea cukai dan polisi dan pesawat yang bukan digunakan untuk
kepentingan militer, bea cukai dan polisi adalah merupakan pesawat udara sipil atau civil
aircraft. Meskipun hanya berlaku terhadap pesawat udara sipil, dalam pasal tersebut,
dikatakan bahwa tidak ada pesawat udara negara yang diizinkan untuk terbang melintasi
wilayah udara negara tanpa memperoleh izin terlebih dahulu atau akan diperlakukan
menurut
hukum yang berlaku di negara yang dilewati wilayah udaranya. Selain itu, dikatakan bahwa
pesawat udara negara harus memperhatikan keselamatan udara sipil.
2. Prinsip kedaulatan wilayah udara.
Negara berdaulat adalah negara yang mempunyai kekuasaan tertinggi (supreme authority)
bebas dari kekuasaan negara lain, bebas dalam arti seluas-luasnya baik kedalam maupun
keluar, namun demikian tetap harus memerhatikan hukum internasional serta sopan santun