Berangkat dari hal itu, menarik untuk diulas lebih lanjut tentang
bagaimana kondisi tata ruang udara di Indonesia sesungguhnya.
b. Tata Ruang Udara dan Pembagian Kawasan.
Adapun yang menjadi tujuan dari layanan lalu lintas udara adalah untuk:
Terdapat dua wilayah FIR di Indonesia, yaitu FIR Jakarta dan FIR Ujung
Pandang dengan total luas wilayah FIR sebesar 5.193.252 km2; luas wilayah
sebesar 4.110.752 km2 dengan jumlah lalu lintas penerbangan
10.000 movement perhari.
Wilayah operasi AirNav Indonesia berbatasan langsung dengan FIR
Melbourne dan Brisbane (Australia), FIR Colombo (Sri Lanka), FIR Singapura,
FIR Kuala Lumpur dan Kinabalu (Malaysia), FIR Manila (Filipina), FIR Oakland
(Amerika Serikat), FIR Port Moresby (Papua Nugini) dan FIR Chennai (India).
Posisi Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang luas dengan posisi
yang sangat strategis menyebabkan banyaknya arus lalu lintas penerbangan yang
terjadi di wilayah udara Indonesia.
Sehubungan dengan perkembangan hukum internasional saat ini, Indonesia
memiliki konsekuensi untuk menyediakan alur laut kepulauan (archipelagic sea
lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan pesawat
udara asing sesuai dengan konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum
Laut Tahun 1982.
Untuk melaksanakan hak lintas yang dimaksud di atas, Indonesia haruslah
berpedoman pada ketentuan International Civil Aviation Organization (ICAO).
Pada pasal tersebut dikatakan bahwa setiap negara yang berpantai dapat
menentukan lebar dari luas wilayahnya sampai maksimum 12 mil yang
diukur dari garis pangkal.
Hal yang menarik untuk dibahas lebih lanjut adalah adanya fakta bahwa Kepulauan
Riau dan Natuna, yang notabene termasuk ke dalam wilayah kedaulatan
Indonesia, tidak berada di bawah naungan FIR Jakarta maupun FIR Ujung
Pandang, melainkan masuk ke dalam FIR Singapura maupun FIR Kuala Lumpur.
Padahal, Indonesia sebagai pemilik sah dari wilayah Riau dan Natuna
memiliki tanggung jawab untuk menentukan alur laut dan rute penerbangan di atas
wilayahnya guna keperluan lalu lintas kapal dan pesawat asing yang akan melintasi
wilayah tersebut.
Masuknya Kepulauan Riau dan Natuna ke dalam FIR Singapura dan Kuala
Lumpur semata-mata untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan
agar terhindar dari adanya kecelakaan di udara yang disebabkan karena tidak
terkoordinasikannya lalu lintas udara dengan baik. Pada contoh kasus ini, jika
suatu negara mendelegasikan ruang udaranya kepada negara lain berdasarkan
perjanjian, maka tanggung jawab terhadap pengelolaan pelayanan navigasi udara
tersebut menjadi tanggung jawab negara yang menerima delegasi dan tidak akan
mengabaikan kedaulatan negara yang mendelegasikannya.Awal mula
pendelegasian FIR Indonesia atas Kepulauan Riau dan Natuna kepada Singapura
dan Malaysia terjadi Ketika adanya pertemuan yang dieselenggarakan
oleh International Civil Aviation Organization (ICAO) pada tahun 1946.
Hal tersebut dilakukan karena pada saat itu, Indonesia belum memiliki
kemampuan di bidang teknologi yang berhubungan dengan pengaturan lalu lintas
udara. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan FIR Singapura oleh otoritas navigasi
udara Singapura terbatas pada ketinggian di atas 20.000 kaki, sedangkan pada
ketinggian 20.000 kaki ke bawah dikontrol oleh Malaysia.
************