Anda di halaman 1dari 9

Permasalahan Flight Information Region (Hanifati, Gholib, Satria) 195

PEMECAHAN PERMASALAHAN FLIGHT INFORMATION REGION


(FIR) DI WILAYAH KEDAULATAN INDONESIA
Oleh:
Hanifati Nur Amalina, Muhammad Gholib Ramdani, Satria Arif Darmawan,
Program Studi Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tidar

E-mail: hnfamalina@gmail.com, gholibramdani5@gmail.com,


satriaad97@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peraturan internasional serta
nasional mengenai pelayanan ruang udara (FIR) serta menelaah upaya hukum yang
dapat dilakukan oleh Indonesia dalam pengambilalihan ruang udara di atas kepulauan
Riau dan Natuna. Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis normatif.
Sumber data didukung oleh sumber data primer dan sekunder yang mengacu pada
peraturan perundang-undangan dan literatur berkaitan dengan permasalahan
Pengelolaan Flight Information Region (FIR) Kepulauan Riau dan Natuna oleh
Singapura. Hasil dari penelitian ini adalah pengelolaan FIR Singapura di wilayah udara
kepulauan Riau dan Natuna hanya terbatas pada teknis penerbangan saja. Namun dalam
mengelola sebuah FIR negara lain harus mempertimbangkan dan menghargai
kedaulatan suatu Negara. Sesuai dengan peraturan internasional yakni Konvensi
Penerbangan Sipil Internasional tahun 1944 (Konvensi Chicago) beserta Annex-nya,
merupakan aturan dasar dan utama dalam pengaturan pelayanan ruang udara. Upaya
yang dilakukan indonesia adalah melakukan perjanjian bilateral antara Indonesia dan
Singapura agar wilayah udara di Kepulauan Riau dan Natuna dapat dikelola oleh
Indonesia.

Kata Kunci : FIR, Wilayah Udara, Kedaulatan, Perjanjian Bilateral


Permasalahan Flight Information Region (Hanifati, Gholib, Satria) 196

PENDAHULUAN 2. Mencegah terjadinya tabrakan antar pesawat


udara di area manuver dan area yang
A. Latar Belakang memiliki halangan;
3. Melancarkan dan menjaga lalu lintas udara
Awal dari terbentuknya FIR tidak lepas yang teratur;
dari sejarah perkembangan dunia penerbangan. 4. Memberikan saran dan informasi yang
Berawal dari balon udara, kemudian lahirlah berguna untuk penerbangan yang aman dan
wahana bermotor yang lebih berat dari udara. efisien;
Upaya ini terwujud berkat usaha dari Wright 5. Memberi tahu organisasi yang berwenang
bersaudara yang telah membuat pesawat jika ada pesawat terbang yang memerlukan
terbang dan menerbangkannya. Sejak kejadian pertolongan (search and rescue aid) dan;
bersejarah tersebut, mulailah dipikirkan 6. Membantu organisasi tersebut.2
masalah-masalah yang meliputi masalah Annex adalah dokumen tambahan yang
hukum dan masalah teknik maupun operasional merupakan hasil dari peninjauan kembali oleh
dari penggunaan pesawat terbang. Dalam The Rules of The Air and Air Traffic Control
perkembangannya dibangunlah menara Division (RAC Division) terhadap Konvensi
pengendalian lalu lintas udara Air Traffic Chicago 1944. Pertemuan ini bermaksud untuk
Control (ATC) yang didalamnya terdapat membuat suatu pengaturan yang berupa
petugas yang bertugas mengendalikan lalu rekomendasi standar, praktek, dan prosedur
lintas udara. Namun terdapat kesulitan yang pelaksanaan dalam pengoperasian Air Traffic
dihadapi petugas ATC yaitu menentukan secara Control (ATC). Dalam Annex 11 setiap negara
pasti posisi terbang suatu pesawat udara yang wajib menetapkan Flight Information Region
berada dalam pemantauannya. Kemudian (FIR). FIR adalah “an airspace of defined
mulailah ditemukan peralatan radar yang dimensions within which flight information
digunakan dalam navigasi penerbangan dan service and alerting service are provided”.3
menjadi cikal bakal dalam penciptaan Flight Pembentukan FIR dilakukan oleh
Information Region (FIR) di seluruh wilayah negara-negara anggota International Civil
udara di dunia. Aviation Organization (ICAO) dan dari
Flight Information Region (FIR) pembicaraan tersebut terbentuklah sembilan
didasarkan pada Konvensi Chicago 1944, wilayah penerbangan. Kemudian setiap negara
sedangkan pembentukkannya merupakan pihak wajib memenuhi standar keselamatan
perwujudan dari Annex 11 yang mengatur pada FIR di wilayahnya. Hal tersebut
masalah tentang Air Traffic Service (ATS). dikarenakan perhatian utama dari Annex 11
ATS merupakan :“a generic term meaning adalah tentang keselamatan penerbangan.
variously, flight information services, alerting Keselamatan penerbangan merupakan: “an
services, air traffic advisory service, air traffic important requirement for States to implement
control service (area control service, approach systematic and appropriate Air Traffic Services
control service or aerodome control service).1 (ATS) safety management programmes to
Dalam Annex 11 Air Traffic Service (ATS) ensure that safety is maintained in the provision
bertujuan untuk : of ATS within airspaces and at aerodromes.
1. Mencegah terjadinya tabrakan antar pesawat Safety management systems and programmes
udara; will serve as an important contribution toward
ensuring safety in international civil aviation”.4

1 4
Annex 11. Konvensi Chicago 1944 Abeyratne, Ruwantissa. 2012. Air Navigation
2
Ibid. Law. German: Springer. hlm. 9
3
Ibid.
Permasalahan Flight Information Region (Hanifati, Gholib, Satria) 197

Dalam mengelola sebuah FIR suatu Publication (AIP) oleh Direktorat Jenderal
negara harus mampu menyediakan pelayanan Perhubungan Udara (DitJen Hubud) No. 02/05
tersebut, tetapi jika sebuah negara belum tanggal 14 April 2005. Ruang udara yang
mampu untuk mengelola sebuah FIR, tadinya empat menjadi hanya dua yaitu, FIR
pengelolaannya dapat didelegasikan kepada Jakarta yang mencakup pulau Sumatera,
negara lain yang sudah mampu mengelolanya. bagian barat pulau Kalimantan, bagian barat
Mengenai keselamatan penerbangan, Jawa Tengah hingga mengarah ke selatan dan
pemerintah Indonesia telah melakukan mencakup Pulau Christmas milik Australia, dan
pengaturan ruang udara sebagaimana yang FIR Ujung Pandang yang mencakup wilayah
telah dimandatkan oleh Konvensi Chicago udara Timor Leste dan sebagian Papua Nugini
1944. Begitu juga dengan sarana prasarana serta wilayah cakupan FIR Biak dan FIR Bali.
pendukung keselamatan penerbangan di Pengelolaan FIR dilakukan oleh Badan
wilayah Indonesia termasuk penetapan Flight Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Air
Information Region (FIR) dan Upper Navigation Indonesia (AirNav). Namun,
Information Region (UIR). FIR adalah hingga saat ini masih ada wilayah udara
pemberian pelayanan lalu lintas uadara di Indonesia yang dikelola oleh negara lain. Salah
dalam lapisan 20.000 kaki, sedangkan UIR satunya adalah wilayah udara di atas Kepulauan
adalah pemberian pelayanan lalu lintas udara di Riau dan Natuna yang kini dikelola oleh FIR
dalam lapisan diatas 20.000 kaki. Dasar hukum Singapura dan Malaysia. Bebagai upaya perlu
pengaturan FIR di wilayah Indonesia terdapat di lakukan oleh pemerintah Indonesia agar
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 wilayah udara yang dikelola oleh FIR
Tentang Penerbangan. Pasal 6 UU tersebut Singapura dapat diambil alih sepenuhnya.
menyatakan: Dalam rangka penyelenggaraan Meskipun banyak tantangan yang akan timbul,
kedaulatan negara atas wilayah udara Negara perlu keseriusan dari pihak pemerintah agar
Kesatuan Republik Indonesia, Pemerintah nantinya wilayah udara di atas Kepulauan Riau
melaksanakan wewenang dan tanggung jawab dan Natuna tidak lagi dikelola oleh FIR negara
pengaturan ruang udara untuk kepentingan lain melainkan dikelola oleh FIR Jakarta.
penerbangan, perekonomian nasional,
pertahanan dan keamanan negara, sosial B. Rumusan Masalah
budaya, serta lingkungan udara.5
Pada awalnya FIR di Indonesia terbagi Berdasarkan latar belakang diatas,
menjadi empat, yaitu FIR Jakarta yang rumusan masalah yakni, apa saja upaya yang
mencakup wilayah bagian barat pulau bisa dilakukakan pemerintah untuk menjadikan
Kalimantan, bagian barat pulau Jawa hingga wilayah udara di Kepulauan Riau dan Natuna
pulau Sumatera, selanjutnya ada FIR Bali yang dapat dikelola secara mandiri sehingga
mencakup Kalimantan bagian tengah hingga pemerintah Indonesia bisa lebih menjamin
bagian timur, kemudian Jawa Timur hingga keamanan wilayah kedaulatan negara Indonesia
Nusa Tenggara, kemudian ada FIR Ujung
Pandang yang mencakup pulau Sulawesi, C. Tujuan Penelitian
Maluku, hingga kepulauan Aru. Dan terakhir
ada FIR Biak yang mencakup wilayah perairan Penulisan ini bertujuan untuk
Arafuru dan pulau Papua. Demi memberikan berbagai bentuk upaya agar
mengefisiensikan dan mengefektifkan pemerintah Indonesia bisa menjadikan wilayah
pelayanan penerbangan, dikeluarkanlah udara di Kepulauan Riau dan Natuna dapat
Supplement Aeronautical Information dikelola secara mandiri sehingga pemerintah

5
Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia No. 1
Tahun 2009
Permasalahan Flight Information Region (Hanifati, Gholib, Satria) 198

Indonesia bisa lebih menjamin keamanan penuh untuk keselamatan dan efisiensi
wilayah kedaulatan negara Indonesia. penerbangan dan pelayananan yang diberikan
untukmemperingatkan organisasi yang
D. Tinjauan Pustaka berkaitan dengan pesawat terbang yang
membutuhkan bantuan pertolongan dan
Menurut pendapat yang di kemukakan pencarian, dan membantu organisasi yang
oleh G.I Tunkin menyatakan bahwa secara membutuhkan bantuan atau pertolongan.
proposional perjanjian internasional pada
masa kini menduduki tempat yang paling utama METODE PENELITIAN
dalam hukum internasional sebagai akibat dari
munculnya secara meluas persetujuan- Metode penelitian yang digunakan
persetujuan internasional.6 Perjanjian adalah yuridis normatif yang mengacu pada
internasional merupakan salah satu sumber peraturan perundang-undangan dan literatur
hukum Internasional sebagaimana tercantum berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
dalam pasal 38 Statuta Mahkamah Pendekatan yang dilakukan dengan
Internasional dan sumber-sumber hukum menganalisis konsep yang berkaitan dengan isi
internasional terdiri dari perjanjian penelitian. Berdasarkan pada studi harus
internasional (international conventions) utama mengunakan bahan hukum primer dan bahan
maupun khusus, kebiasaan internasional hukum sekunder. Adapun bahan hukum primer,
(international custom), prinsip-prinsip hukum yang penulis gunakan, yaitu bahan-bahan
umum (general principle of law) yang diakui hukum yang digunakan sifatnya mengikat
oleh negara-negara beradab, keputusan yakni perjanjian internasional dan peraturan
pengadilan (judicial decisions) dan pendapat perundang-undangan nasional Indonesia
para ahli yang diakui kepakarannya (teachings terkait. Bahan hukum primer ini bersifat
of the most highly qualified publicist) yang otoritatif, artinya mempunyai otoritas, yaitu
merupakan sumber hukum tambahan.7 merupakan hasil tindakan atau kegiatan yang
Pada dasarnya dalam ketentuan Annex dilakukan oleh lembaga yang berwenang untuk
11 Chapter 1 memberi pengertian mengenai itu.9 Bahan hukum sekunder artinya bahan
Flight Information Region merupakan suatu hukum yang memberikan penjelasan mengenai
ruang udara yang ditetapkan dimensinya di bahan hukum primer, serta memberi petunjuk
mana di dalamnya diberikan Flight Information bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian.
Service dan Alerting Service.8 Dengan Bahan hukum sekunder yang berasal dari buku
demikian Flight Infromation Region (FIR) literatur, majalah, makalah dan internet yang
adalah suatu ruang udara yang ditetapkan ada hubungannya dengan isu hukum udara
dimensinya di mana di dalamnya diberikan maupun yang bersifat umum.
pelayanan yang dibentuk dan dipersiapkan
untuk memberikan saran dan informasi secara PEMBAHASAN

6
G.I Tunkin dalam Wayan, I Parthiana. 2002. Aviation, This edition incorporates all amendments
Cetakan I. Hukum Perjanjian Internasional. adopted by the Council prior to 13 March 2001
Bandung: Mandar Maju. hlm. 3. and supersedes, on 1 November 2001, all previous
7
Mauna, Boer. 2003. Hukum Internasional editions of Annex 11. Chapter 2.1.1 page 23.
Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era 9
Marzuki, Peter Mahmud. 2008. Penelitian
Dinamika Global. Bandung: PT. Alumni. hlm. Hukum. Jakarta: Prenada Media Group. hlm.
84. 144.
8
International Civil Aviation Organization, Annex
11 to the Convention on International Civil
Permasalahan Flight Information Region (Hanifati, Gholib, Satria) 199

Datu. Pesawat sipil Malaysia berhak


Pengelolaan Flight Information Region berkomunikasi radio dengan menggunakan
(FIR) di wilayah udara Kepulauan Riau dan gelombang yang berbeda dengan gelombang
Natuna oleh Singapura dan Malaysia menjadi radio Indonesia dan mendapat panduan Air
masalah karena menyangkut kedaulatan negara Traffic Control (ATC) Malaysia sendiri.10
Indonesia. Pengelolaan FIR ini bertentangan Pada tanggal 21 September 1995
dengan konsep kedaulatan negara karena ditandatangai sebuah kesepakatan antara
wilayah darat dan lautnya adalah wilayah Indonesia dan Singapura yaitu Agreement
teritorial Indonesia. Dalam Konvensi Chicago between the Government of the Republic of
1944 telah menjelaskan bahwa pengendalian Indonesia and the Government of the Republic
wilayah udara negara lain harus of Singapore on the Relignment of the
mempertimbangkan dan menghargai Boundary between the Singapore Flight
kedaulatan suatu negara. Wilayah dan batas Information Region and the Jakarta Flight
FIR tidak harus sama dengan batas administrasi Information Region. Perjanjian ini bersifat
atau batas teritorial suatu negara karena pembaharuan dari perjanjian lama dan telah
Indonesia juga mengelola FIR ruang udara diratifikasi Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun
Kepulauan Christmas milik Australia dan ruang 1996. Perjanjian ini menyatakan bahwa ruang
udara atas wilayah Timor Leste. udara diatas Kepulauan Riau dan Natuna dibagi
Untuk meminimalkan konflik menjadi 3 sektor, yaitu sektor A, B, dan C.
pemanfaatan ruang udara diatas Kepulauan Sektor A didelegasikan kepada Singapura
Riau dan Natuna, pemerintah Indonesia dan untuk pelayana navigasi sampai ketinggian
Malaysia juga telah beberapa kali melakukan 37.000 kaki diatas permukaan laut. Pemerintah
perundingan. Pertemuan terakhir tersebut Singapura memungut jasa pelayanan navigasi
ditandatangani persetujuan pada tanggal 25 penerbangan (RANS Charges) di sektor ini yang
Februari 1982. Pertimbangan Indonesia setiap bulan diserahkan kepada pemerintah
memberikan hak dan komunikasi kepada Indonesia. Pengecualian RANS Charges untuk
penerbangan Malaysia yang menuju ke dan dari penerbangan non sipil, pesawat negara
Malaysia Barat ke Malaysia Timur dan Singapura dan Indonesia, penerbangan VVIP
sebaliknya. Hak ini diakui sebagai hak seperti Pejabat Negara, pesawat misi pencarian
tradisional yang diakui oleh International Civil atau penyelamatan, pesawat pengecualian dari
Aviation Organization (ICAO). Penerbangan Dirjen Komunikasi Udara Indonesia dan
ini harus langsung (direct), tidak berhenti atau pesawat pengecualian dari Otoritas
melakukan transit kecuali keadaan darurat. Penerbangan Sipil Singapura. Sektor B
Koridor I Axis I, disebut Koridor Midai, yakni didelegasikan pada Singapura untuk pelayanan
koridor yang menghubungkan Semenanjung navigasi dari permukaan laut sampai ketinggian
Malaya dengan Laut Cina Selatan. Berada tidak terhingga. Sektor C tidak termasuk dalam
diantara Pulau Repong, Pulau Penghibur perjanjian. Pihak Pemerintah Indonesia sendiri
hingga Pulau Natuna Besar dan Pulau Natuna pernah mengajukan kepada Pemerintah
Selatan. Pesawat militer Malaysia diizinkan Singapura atas perundingan kembali Perjanjian
untuk melakukan manuver, tetapi tidak untuk FIR Indonesia-Singapura pada tahun 2009-
mengoperasikan senjatanya. Koridor II Axis II, 2010 pada Kepemimpinan Presiden Susilo
disebut sebagai Koridor Muri, koridor yang Bambang Yudhoyono. Namun pihak Singapura
menghubungkan Singapura hingga ke Serawak, berdalih bahwa sembari menunggu disahkan
yang membentang antara Pulau Repong, Pulau perjanjian tersebut oleh International Civil
Penghibur, Pulau Api hingga pulau Tanjung Aviation Organization (ICAO) serta keberatan

10
Kresno, Buntoro. 2010. Perjanjian Perbatasan
Natuna.Jakarta. hlm. 239.
Permasalahan Flight Information Region (Hanifati, Gholib, Satria) 200

yang diajukan oleh pihak negara ketiga dalam Pasifik untuk mempercayakan pelayanan ruang
hal ini Malaysia, Singapura menganggap bahwa udara di wilayah kepulauan Riau dan Natuna
peninjauan kembali tidak perlu adanya sampai kepada Indonesia. Tentunya hal ini merupakan
perjanjian tersebut disahkan oleh International pelanggaran dari perjanjian bilateral antara
Civil Aviation Organization (ICAO) serta Indonesia dan Singapura karena menurut pasal
selesainya sengketa antara Indonesia dan 9 perjanjian tersebut menyatakan bahwa dalam
Malaysia. hal terjadi sengketa maka penyelesaiannya
Indonesia harus mengupayakan harus melalui konsultasi antar kedua belah
berbagai cara untuk mengambil alih FIR di pihak. Namun pelanggaran yang dilakukan
wilayah tersebut karena jika tidak segera Indonesia dapat dibenarkan jika Singapura
dilakukan maka negara lain akan bertindak enggan mematuhi klausul tersebut. Upaya
semena-mena terhadap Indonesia. Landasan selanjutnya bisa dari langkah litigasi, Pasal 40
hukum pengambilalihan FIR terdapat dalam ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional
Annex 11 Konvensi Chicago 1944 yang menyatakan, sebagai berikut : “Cases are
menyatakan :“Contracting States shall brought before the Court, as the case may be,
determine, in accordance with the provisions either by the notification of the special
of this Annex and for the territories over agreement or by a written application
which they have jurisdiction, those portions addressed to the Registrar. In either case the
of the airspace and those aerodromes where subject of the dispute shall be indicated.” Dari
air traffic services will be provided. They klausul tersebut terdapat dua prosedur dalam
shall thereafter arrange for such services to pengajuan sengketa ke Mahkamah
be established and provided in accordance Internasional yaitu, penyelesaian sengketa
with the provisions of this Annex, except that, melalui special agreement dan bisa melalui
by mutual agreement, a State may delegate pengajuan kepada Registrar atas pelanggaran
to another State the responsibility for internasional yang dilakukan oleh suatu negara,
establishing and providing air traffic services selama masih dalam yurisdiksi Mahkamah
in flight information regions, control areas or Internasional yang tertera dalam pasal 36
control zones extending over the territories Statutanya. Prosedur yang bisa dilakukan
of the former”.11 Dalam mengambil alih Indonesia jika ingin menyelesaikan sengketa di
pengelolaan FIR perlu langkah yang tepat, Mahkamah Internasional adalah dengan
sebab bagi Indonesia permasalahan ini tidak menggunakan Special Agreement. Hal tersebut
lagi berkaitan tentang operasional penerbangan karena Indonesia dan Singapura belum
melainkan berkaitan dengan masalah menyatakan persetujuan atas klausul ipso facto
kedaulatan. Upaya yang bisa dilakukan yang diatur dalam Pasal 93 Piagam PBB. Ipso
Indonesia adalah melakukan diplomasi bilateral facto merupakan semua anggota Perserikatan
antara Indonesia dan Singapura. Kedua negara Bangsa-Bangsa (PBB) dan menjadi pihak pada
bisa bekerja sama dalam mempersiapkan sarana Statuta Mahkamah Internasional. Upaya lain
dan prasarana serta saling bekerja sama dalam seperti mempersiapkan sarana dan prasarana
memepersiapkan sumber daya manusia yang pendukung misalnya, membangun Non
mumpuni. Pertimbangannya adalah karena Directional Beacon (NDB) yang merupakan
Indonesia sudah terikat perjanjian dengan peralatan suar yang bertempat di darat yang
Singapura. dapat mengirimkan sinyal radio kepada
Upaya lain yang bisa dilakukan pesawat dan memasang Very High Frequency
Indonesia adalah melakukan diplomasi dengan (VOR) yang merupakan radio navigasi pesawat
seluruh negara anggota RAN Meeting Asia- yang digunakan untuk menentukan posisi

11
Chapter 2.1.1. Annex 11. Konvensi Chicago
1944. hlm. 36.
Permasalahan Flight Information Region (Hanifati, Gholib, Satria) 201

pesawat dan tetap tersambung dengan ATC. menggelar latihan udara, dan melepaskan
Serta menyiapkan peralatan lain seperti radar tembakan rudal sekaligus melakukan latihan
dan Automatic Dependent Surveillance- militer dengan melibatkan pihak ketiga.
Broadcast (ADS-B) yang merupakan peralatan Tantangan lain datang dari pihak
di mana setiap pesawat udara, kendaraan Malaysia yang juga merupakan negara yang
bandara, dan objek lainnya yang berbatasan dengan wilayah kepulauan Riau dan
berkepentingan dapat mengirimkan atau Natuna. Keterlibatan Malaysia menjadi kendala
menerima data identifikasi, posisi dan data bagi Indonesia apalagi pemerintah Malaysia
pendukung lainnya. Upaya yang tak kalah meminta pemerintah Indonesia untuk merevisi
penting adalah menyiapkan sumber daya kembali batas-batas wilayah terluar Indonesia
manusia yang mumpuni dan berkualitas dalam dan mendepositkan ke sekjen PBB. Tantangan
menjalankan tugas-tugas ATC. Indonesia harus selanjutnya berasal dari kualitas dan kuantitas
bisa menyediakan personil-personil ATC yang sumber daya manusia dalam mengoperasikan
berkualitas sesuai standar yang telah ditetapkan ATC. Sampai saat ini, di seluruh wilayah
sebelumnya. Indonesia hanya ada empat sekolah atau
Dalam rangka mengambil alih FIR di institusi sehingga Indonesia masih kekurangan
wilayah kepulauan Riau dan Natuna dari FIR tenaga ATC. Kualitas lulusannya juga banyak
Singapura, Indonesia masih menemui berbagai yang belum memenuhi standar yang telah
tantangan. Tantangan seperti menyiapkan ditetapkan. Personil ATC Indonesia juga dinilai
sarana dan prasarana dan kurangnya sumber belum bisa memberikan pelayanan navigasi
daya manusia bisa menjadi penghambat yang baik dan akurat seperti Singapura. Hal
Indonesia untuk bisa mengambil alih FIR di tersebut juga diperkuat dengan banyaknya pilot
wilayah tersebut dalam waktu dekat. Singapura yang merasa nyaman melintas di atas wilayah
merupakan tantangan terbesar bagi Indonesia, FIR Singapura dibandingkan melintas di atas
apalagi mereka memiliki sumber daya manusia wilayah FIR Jakarta maupun FIR Ujung
yang maju di bidang pelayanan navigasi Pandang.
penerbangan juga teknologi yang lebih baik
dari teknologi milik Indonesia. Hal lainnya PENUTUP
seperti masuknya Singapura dalam
keanggotaan Dewan International Civil A. Kesimpulan
Aviation Organization (ICAO) kategori II. Sebenarnya Indonesia memiliki
Anggota Dewan ICAO kategori II merupakan kesempatan besar untuk mengambil alih dan
negara-negara yang memiliki kontribusi besar mengelola secara mandiri wilayah udara di atas
dalam fasilitas keselamatan penerbangan. kepulauan Riau dan Natuna tanpa
Singapura dapat mempertahankan kepentingan mengesampingkan tantangan yang harus
nasionalnya pada FIR tersebut, yaitu dihadapi. Sejak perjanjian bilateral antara
kepentingan ekonomi sekaligus kepentingan Indonesia dan Singapura tanggal 21 September
militer. Dengan wilayah yang sempit Singapura 1995 telah membuat wilayah kedaulatan dan
dapat menjadikan FIR di wilayah kepulauan keamanan Indonesia menjadi terancam. Oleh
Riau dan Natuna sebagai pemasukan negara. karena itu, pemerintah Indonesia dituntut
RANS Charges yang dipungut dari pesawat segera mengupayakan pengambilalihan
yang melintas di FIR tersebut sangat wilayah udara di atas kepulauan Riau dan
menguntungkan bagi pihak Singapura Natuna dari Flight Information Region (FIR)
meskipun nantinya pajak yang dihasilkan Singapura. Meski butuh waktu yang lama
diserahkan kepada pemerintah Indonesia. upaya-upaya yang telah dijelaskan di atas bisa
Selanjutnya di bidang militer, Singapura jadi membuat wilayah kepulauan Riau dan
memiliki hak istimewa di wilayah teritorial Natuna dapat dikelola oleh pemerintah
Indonesia untuk melakukan latihan militer, Indonesia sehingga kedaulatan dan keamanan
Permasalahan Flight Information Region (Hanifati, Gholib, Satria) 202

negara bisa terjaga dan memberikan B. Saran


keuntungan yang besar bagi kemajuan bangsa. Penulis menyarankan kepada
Peluang Indonesia dalam mengambil alih juga pemerintah Indonesia agar menyiapkan sarana
cukup besar, mulai dari aspek kedaulatan, aspek dan prasarana sekaligus memperbaiki dan
teknologi, dan aspek hukum internasional dan meningkatkan sarana dan prasarana yang sudah
nasional. ada sebelumnya. Kemudian menyiapkan
Dari aspek kedaulatan, sebagai negara sumber daya manusia yang berkualitas dengan
berdaulat tentunya Indonesia berdaulat penuh memperbanyak sekolah atau institusi di seluruh
dan ekslusif terhadap wilayah udaranya. wilayah Indonesia dan merata di setiap
Kedaulatan suatu negara juga dijamin dalam wilayahnya serta meningkatkan kualitas tenaga
Konvensi Chicago 1944 dan dikuatkan dengan pendidik. Menyiapkan personil Air Traffic
UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan control (ATC) sesuai standar dan kemampuan
sehingga hadirnya Singapura sebagai pengelola berbahasa yang baik dan benar terutama bahasa
FIR di wilayah kepulauan Riau dan Natuna inggris agar mampu memberikan pelayanan
telah mengganggu keutuhan dan keekslusifan navigasi yang baik dan akurat. Disamping itu,
wilayah kedaulatan Indonesia. Menilik aspek Indonesia harus berupaya kembali masuk
teknologi, Indonesia sudah memenuhi standar dalam keanggotaan Dewan International Civil
pelayanan navigasi penerbangan yang meliputi Aviation Organization (ICAO). Dengan
Flight Information Service, Alerting System, melibatkan diri dan aktif menjadi anggota akan
dan Search and Rescue. Dari hal tersebut memberikan dampak terhadap setiap keputusan
Indonesia sudah mampu dalam mengelola FIR dan kebijakan yang diambil ICAO, khususnya
secara mandiri karena sudah memenuhi standar berkaitan dengan masalah FIR di wilayah
pelayanan penerbangan, namun Indonesia kepulauan Riau dan Natuna. Saran selanjutnya
belum mampu dalam menyediakan sumber adalah mengkaji ulang perjanjian bilateral
daya manusia yang mumpuni. Aspek antara Indonesia dan Singapura karena
selanjutnya hukum internasional dan nasional, perjanjian tersebut hanya berlaku selama lima
pendelegasian FIR kepada Singapura tidak tahun dari tahun 1995 sampai tahun 2000
memiliki landasan hukum yang jelas. sehingga mengkaji ulang perjanjian tersebut
Perjanjian bilateral antara Indonesia dan sangat perlu untuk memastikan legalitas dari
Singapura yang melandasi pendelegasian FIR FIR di wilayah kepulauan Riau dan Natuna.
di wilayah kepulauan Riau dan Natuna juga Kemudian pemerintah Indonesia juga perlu
tidak memiliki status yang jelas. Kemudian mengkaji ulang perjanjian bilateral antara
International Civil Aviation Organization Indonesia dan Malaysia berkaitan dengan
(ICAO) juga menolak menyetujui perjanjian batas-batas terluar wilayah Indonesia. Usaha
tersebut karena klaim keberatan yang diajukan tersebut agar nantinnya tidak ada lagi keberatan
oleh pemerintah Malaysia mengenai batas dari Malaysia sehingga Indonesia bisa lebih
negara Indonesia. Dan menurut Pasal 458 UU mudah mengambil alih FIR dari Singapura.
No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan serta
Pasal 5 perjanjian bilateral antara Indonesia dan
Singapura mengamanatkan pengkajian ulang
bagi sektor A, B dan C. Berdasar ketentuan
tersebut Indonesia juga berpeluang mengambil
alih FIR Singapura.
Permasalahan Flight Information Region (Hanifati, Gholib, Satria) 203

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Abeyratne, Ruwantissa. 2012. Air Navigation
Law.German: Springer.

Hidayat, Syarif. 2009. Letak Geografis


Indonesia. Jakarta.

Mauna, Boer. 2003. Hukum Internasional


Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam
Era Dinamika Global. Bandung: PT.
Alumni.

Sefriani. 2010. Hukum Internasional: Suatu


Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Wayan, I Parthiana. 2002. Cetakan I. Hukum


Perjanjian Internasional. Bandung:
Mandar Maju.

Pramono, Agus. 2011. Dasar-Dasar Hukum


Udara dan Ruang Angkasa. Bogor: Ghalia
Indonesia.

Marzuki, Peter Mahmud. 2008. Penelitian


Hukum. Jakarta: Prenada Media Group.

Buntoro, Kresno. 2010. Perjanjian Perbatasan


Kepulauan Natuna. Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan
Convention On International Civil Aviation,
Signed At Chicago, On 7 December 1944
(Chicago Convention 1944).

Undang-Undang Republik Indonesia No. 1


Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1996

Anda mungkin juga menyukai