Anda di halaman 1dari 73

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009

TENTANG

PENERBANGAN
KEBIJAKAN REFORMASI
UNDANG-UNDANG PENERBANGAN

Memberikan kesempatan yg lebih luas


kepada swasta untuk berperan serta dalam
penyelenggaraan bandar udara

Mengakomodasi otonomi daerah


secara proporsional
Menghapus monopoli
Menciptakan kompetisi yang sehat dalam
penyelenggaraan angkutan udara sehingga
Terjadi peningkatan efisiensi nasional

Menampung perkembangan angkutan


multimoda dan teknologi serta
perkembangan
ketentuan Internasional
1
PERBANDINGAN MATERI MUATAN
UU NO. 15 TAHUN 1992 DENGAN UU NO. 1 TAHUN 2008

UU UU
NO KETERANGAN NO. 15 TH 1992 NO. 1 TH 2009
PENERBANGAN PENERBANGAN

1. JUMLAH BAB 15 (LIMA BELAS) BAB 24 (DUA PULUH EMPAT)


BAB

2. JUMLAH PASAL 76 (TUJUH PULUH ENAM) 466 (EMPAT RATUS ENAM


PASAL PULUH ENAM) PASAL

2
SUBSTANSI
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 2009
TENTANG PENERBANGAN

3
BAB I :
KETENTUAN UMUM
Memuat definisi, pengertian yang menyangkut substansi Penerbangan
sebanyak 56 (lima puluh enam) butir.

BAB II :
AZAS DAN TUJUAN
Memuat 13 asas dan 9 tujuan dari Undang-Undang

4
BAB III :
RUANG LINGKUP BERLAKUNYA
UNDANG-UNDANG
Semua kegiatan penggunaan wilayah udara, navigasi penerbangan,
pesawat udara, bandar udara, pangkalan udara, angkutan udara,
keselamatan & keamanan penerbangan, serta fasilitas penunjang dan
fasilitas umum lain yang terkait, termasuk kelestarian lingkungan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Semua pesawat udara asing yang melakukan kegiatan dari dan/atau


ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Semua pesawat udara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara


Kesatuan Republik Indonesia

5
BAB IV :
KEDAULATAN ATAS WILAYAH UDARA

Indonesia sebagai negara berdaulat

Tanggung Jawab Pemerintah

Pemerintah menetapkan :
Kawasan Udara Terlarang
Kawasan Udara Terbatas

6
BAB V :
PEMBINAAN

PENERBANGAN DIKUASAI OLEH NEGARA


PEMBINAANNYA DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH

PENGATURAN PENGENDALIAN PENGAWASAN

7
BAB VI:
RANCANG BANGUN DAN PRODUKSI
PESAWAT UDARA
Rancang Bangun:
-Harus mendapat persetujuan Produksi Pesawat Udara:
setelah dilakukan - Badan Hukum yang
pemeriksaan dan pengujian memproduksi pesawat wajib
sesuai standar kelaikudaraan. memiliki sertifikat produksi.
-Agar dapat diproduksi harus - Untuk memperoleh sertifikat
mendapat sertifikat tipe. Proses Sertifikasi harus memenuhi persyaratan
-Jika dirancang di luar negeri dilaksanakan oleh sesuai peraturan per-UU-an.
harus mendapatkan - Sedrtifikat diberikan setelah
Lembaga
sertifikasi validasi tipe. dilakukan pemeriksaan dan
Penyelenggara pengujian yang hasilnya
-Perubahan terhadap rancang
Pelayanan Umum dan memenuhi standar
bangun harus mendapatkan
surat persetujuan berupa
dikenakan biaya. kelaikudaraan.
persetujuan perubahan,
• Pesawat udara
sertifikat tipe tambahan dan • Mesin pesawat
amandeman sertifikat tipe. • Baling-baling pesawat udara

• Pesawat udara
• Mesin pesawat
• Baling-baling pesawat udara 8
BAB VII:
PENDAFTARAN DAN KEBANGSAAN
PESAWAT UDARA
Setiap pesawat udara yang dioperasikan di Indonesia
wajib mempunyai tanda pendaftaran :

Sertifikat pendaftaran berlaku selama 3 (tiga) tahun;

Pesawat terbang, helikopter, balon udara berpenumpang dan kapal


udara yang telah mempunyai sertifikat pendaftaran Indonesia
diberikan tanda kebangsaan Indonesia dan wajib dilengkapi dengan
bendera Merah Putih

Pesawat udara selain Pesawat terbang, helikopter, balon udara


berpenumpang dan kapal udara, dapat dibebaskan dari tanda
kebangsaan Indonesia.

9
BAB VIII:
KELAIKUDARAAN DAN PENGOPERASIAN
PESAWAT UDARA
Memuat :
 Standar kelaikudaraan
 Sertifikat operator pesawat udara
 Perawatan pesawat udara, mesin pesawat udara, baling-baling pesawat
. terbang, dan komponennya.
 Keselamatan & Keamanan Pesawat Udara Selama dalam Penerbangan
 Personel pesawat udara
 Asuransi
 Pengoperasian Pesawat Udara
 Pesawat Udara Negara

10
BAB IX: 11
KEPENTINGAN INTERNASIONAL ATAS
OBYEK PESAWAT UDARA
Pesawat udara dapat dibebani dengan kepentingan
internasional yang timbul akibat perjanjian

• Jika debitor cidera janji, kreditor dapat • Kepentingan internasional


meminta penetapan PN untuk memperoleh tersebut memperoleh prioritas
tindakan sementara berdasarkan perjanjian pada saat didaftarkan pada
kantor pendaftaran
tanpa didahului pengajuan gugatan;
internasional;
• Debitor dapat memberikan “Kuasa • Harus Diakui Dan Dicatat Oleh
Memohon Deregistrasi” kepada Kreditor Menteri Dan Tidak Dapat
untuk memohon penghapusan pendaftaran Dibatalkan Tanpa Persetujuan
Kreditor;
dan ekspor atas pesawat yang telah
• Tetap Berlaku Pada Saat
memperoleh tanda pendaftaran Indonesia Dinyatakan Pailit Atau Berada
dan tanda kebangsaan Indonesia. Dalam Keadaan Tidak Mampu
Membayar Utang.
BAB X:
ANGKUTAN UDARA
Memuat:

1. Jenis Angkutan Udara

2. Perizinan Angkutan Udara

3. Jaringan dan Rute Penerbangan

3. Jaringan dan Rute Penerbangan

5. Kegiatan Usaha Penunjang Angkutan Udara

6. Pengangkutan untuk penyandang cacat, lanjut usia,


anak-anak dan / atau orang sakit

7. Pengangkutan Barang Khusus dan Berbahaya

8. Tanggung Jawab Pengangkut

12
KEGIATAN ANGKUTAN UDARA

Berjadwal Badan Usaha


Angkutan Udara (AU) Nasional
Dalam
Negeri
Tidak Badan Usaha
Berjadwal Angkutan Udara (AU) Nasional

Badan Usaha AU Niaga


Niaga Berjadwal Nasional
Berjadwal

Perusahaan AU Niaga
Luar Negeri Berjadwal Asing
Angkutan
Udara (AU)
Badan Usaha
Angkutan Usaha Nasional
Tidak
Berjadwal
Perusahaan AU Niaga
Berjadwal Asing

Bukan Pemerintah /Pemda /Lembanga Tertentu /Orang


Niaga Perorangan /Badan Usaha Indonesia lainnya

13
PERIZINAN ANGKUTAN UDARA

BERJADWAL

Badan Hukum
ANGKUTAN Indonesia yg
UDARA NIAGA berbentuk
Perseroan
Terbatas (PT)

TIDAK
IZIN USAHA BERJADWAL

ANGKUTAN
UDARA

1. INSTANSI
PEMERINTAH/DAERAH
ANGKUTAN
UDARA BUKAN 2. BADAN HUKUM INDONESIA
NIAGA 3. LEMBAGA TERTENTU
4. PERORANGAN WNI

14
JARINGAN DAN RUTE PENERBANGAN

DITETAPKAN OLEH MENTERI

Dengan mempertimbangkan:
1. Permintaan jasa angkutan udara;
2. Terpenuhinya persyaratan teknis operasi penerbangan;
3. Fasilitas bandar udara yang sesuai dengan ketentuan
keselamatan dan keamanan penerbangan;
4. Terlayani semua daerah yang memiliki bandar udara;
5. Pusat kegiatan operasi penerbangan masing-masing badan
usaha angkutan udara niaga berjadwal; dan
6. Keterpaduan rute dalam negeri dan luar negeri.
15
TARIF

DITETAPKAN OLEH MENTERI

Dengan mempertimbangkan aspek perlindungan


konsumen dan badan usaha angkutan udara
niaga berjadwal dari persaingan tidak sehat

Angkutan
Kargo komponen:
Tarif angkutan 1. Tarif jarak;
udara niaga Non- 2. Pajak;
berjadwal Ekonomi 3. Iuran wajib
dalam negeri asuransi; dan
Angkutan 4. Biaya
Penumpang tuslah/tambah
an
Ekonomi (surcharge).

16
KEGIATAN USAHA PENUNJANG
ANGKUTAN UDARA
Untuk menunjang kegiatan angkutan udara niaga, a.l :

sistem reservasi melalui komputer (computerized


reservation system)

pemasaran dan penjualan tiket pesawat atau agen


penjualan umum (ticket marketing and selling)

pelayanan di darat untuk penumpang dan kargo (ground


handling)

penyewaan pesawat udara (aircraft leasing)

17
PENGANGKUTAN UNTUK PENYANDANG
CACAT, LANJUT USIA, ANAK–ANAK,
DAN/ATAU ORANG SAKIT
MELIPUTI :
1.Pemberian prioritas tambahan tempat duduk;
2.Penyediaan fasilitas kemudahan untuk naik ke dan turun dari pesawat udara;
3.Penyediaan fasilitas untuk penyandang cacat selama berada di pesawat
udara;
4. Sarana bantu bagi orang sakit;
5. Penyediaan fasilitas untuk anak-anak selama berada di pesawat udara;
6.Tersedianya personel yang dapat berkomunikasi dengan penyandang cacat,
lanjut usia, anak-anak dan/atau orang sakit; dan
7. Tersedianya buku petunjuk tentang keselamatan dan keamanan
penerbangan bagi penumpang pesawat udara dan sarana lain yang dapat
dimengerti oleh penyandang cacat, lanjut usia dan orang sakit.

18
PENGANGKUTAN BARANG KHUSUS DAN
BERBAHAYA
Wajib memenuhi Barang khusus Barang berbahaya
persyaratan berupa barang dapat berbentuk
keselamatan dan yang karena bahan cair, bahan
keamanan sifat, jenis, dan padat, atau bahan
penerbangan ukurannya gas yang dapat
memerlukan membahayakan
penanganan kesehatan,
khusus keselamatan jiwa,
dan harta benda,
serta keselamatan
dan keamanan
penerbangan.

19
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT
Badan usaha angkutan udara niaga wajib mengangkut
orang dan/atau kargo, dan pos setelah disepakatinya
perjanjian pengangkutan.

Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian penumpang


yang meninggal dunia, cacat tetap, atau luka-luka yang
diakibatkan kejadian angkutan udara di dalam pesawat
dan/atau naik turun pesawat udara.

Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang


diderita oleh penumpang/pengirim kargo karena
bagasi/kargo tercatat hilang, musnah, atau rusak yang
diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama
bagasi/kargo tercatat berada dalam pengawasan
pengangkut.
20
ANGKUTAN MULTIMODA
Angkutan udara dapat merupakan bagian angkutan multimoda
yang dilaksanakan oleh badan usaha angkutan multimoda.

Usaha angkutan multimoda adalah usaha angkutan dengan


menggunakan paling sedikit dua moda angkutan yang berbeda
atas dasar suatu kontrak angkutan multimoda dengan
menggunakan satu dokumen angkutan multimoda (DAM) dari
suatu tempat barang diterima oleh operator angkutan
multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk
penerimaan barang tersebut.

Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh


penumpang/pengirim kargo karena bagasi/kargo tercatat hilang,
musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara
selama bagasi/kargo tercatat berada dalam pengawasan pengangkut.

21
BAB XI:
KEBANDARUDARAAN

Bandar Udara umum


(Bandar Udara)

Bandar
Udara
Bandar Udara
Khusus

Peran, fungsi,
penggunaan,
hierarki, & klasifikasi
Tatanan bandar udara
Kebandarudaraan
Nasional
Rencana Induk
Nasional Bandar
Udara

22
TATANAN
KEBANDARUDARAAN
NASIONAL.
 Simpul dalam jaringan transportasi
 Pintu gerbang perekonomian
 Tempat kegiatan alih moda transportasi
 Pendorong & penunjang kegiatan
Peran industri dan/atau perdagangan
 Pembuka isolasi daerah, pengembangan
daerah & penanganan bencana
 Prasarana memperkukuh Wawasan
Nusantara & kedaulatan negara

Pemerintahan
Fungsi

Pengusahaan.
Bandar Udara

Penggunaan Bandar Udara Internasional

Bandar Udara Domestik

Bandar Udara Pengumpul (hub)


Hierarki
Bandar Udara Pengumpan (spoke)

Kelas Bandar Udara yang ditetapkan


Klasifikasi berdasarkan pelayanan dan kegiatan
operasional Bandar udara

23
PENETAPAN LOKASI BANDAR UDARA

Kebijakan Nasional
Bandar Udara

Rencana Induk Nasional

Rencana Lokasi BU, penggunaan,


hierarki, klasifikasi BU

Titik Koordinat
Bandar Udara

Penetapan Lokasi Daerah Lingkungan Kerja


Bandar Udara
Daerah Lingkungan
Kepentingan

Rencana Induk
Bandar Udara Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan

Batas Kawasan Kebisingan

24
PEMBANGUNAN BANDAR UDARA

Pembangunan
 Keselamatan dan keamanan
Bandar udara
wajib penerbangan
sebagai
memperhatikan  Mutu pelayanan jasa
bangunan
ketentuan kebandarudaraan,
gedung dengan
 Kelestarian lingkungan, serta
fungsi khusus
 Keterpaduan intermoda dan
multimoda

25
PENGOPERASIAN BANDAR UDARA

Setiap bandar a. sertifikat bandar udara, untuk


udara yang bandar udara yang melayani
dioperasikan pesawat udara dgn kapasitas
wajib memenuhi lebih dari 30 tempat duduk/dgn
ketentuan berat maksimum tinggal landas >
Menteri
keselamatan 5.700 kg; atau
memberikan:
dan keamanan Apabila b. register bandar udara, untuk
penerbangan, telah bandar udara yang melayani
serta ketentuan memenuhi pesawat udara dengan kapasitas
pelayanan jasa maksimum 30 tempat duduk
bandar udara atau dengan berat maksimum
tinggal landas s.d 5.700 kg

26
SERTIFIKAT BANDAR UDARA

personel

diberikan setelah
bandar udara
memiliki buku fasilitas
pedoman
pengoperasian
bandar udara prosedur operasi
(aerodrome bandar udara
manual) yang
memenuhi
persyaratan teknis sistem manajemen
keselamatan operasi
bandar udara
Registrasi
Bandar Udara

27
FASILITAS BANDAR UDARA

menyediakan fasilitas bandar udara yg memenuhi


persyaratan keselamatan & keamanan penerbangan,
serta pelayanan jasa bandar udara sesuai dgn
Badan usaha standar pelayanan yg ditetapkan
bandar udara/unit
penyelenggara melakukan perawatan dlm jangka waktu ttt dgn
bandar udara cara pengecekan, tes, verifikasi, dan/atau kalibrasi
wajib : utk mempertahankan kesiapan fasilitas bandar
udara

melakukan pelatihan penanggulangan keadaan


darurat secara berkala, utk menjaga&meningkatkan
kinerja fasilitas, prosedur, & personel
Setiap orang yang melanggar, dikenakan sanksi administratif
berupa:
a. peringatan;
b. pembekuan sertifikat; dan/atau
c. pencabutan sertifikat 28
PERSONEL BANDAR UDARA

Setiap personel bandar udara Personel bandar udara yang terkait


wajib memiliki lisensi atau langsung dengan pelaksanaan
sertifikat kompetensi pengoperasian dan/atau pemeliharaan
fasilitas bandar udara wajib memiliki
lisensi yang sah dan masih berlaku

Lisensi diberikan oleh Menteri setelah


terpenuhinya persyaratan:
a. Administratif;
Sertifikat kompetensi
b. sehat jasmani dan rohani;
diperoleh melalui diklat
c. memiliki sertifikat kompetensi di
yang diselenggarakan
bidangnya; &.
lembaga yang telah
d. lulus ujian
diakreditasi oleh Menteri

29
PENYELENGGARAAN KEGIATAN
DI BANDAR UDARA

Kegiatan
pemerintahan di
BU

Penyelenggaraan Otoritas BU
Kegiatan di BU

Pelayanan Jasa
Kebandarudaraan

Kegiatan
Pengusahaan
di BU
Pelayanan Jasa
Terkait BU

30
KEGIATAN
a. pembinaan kegiatan
PEMERINTAHAN DI Meliputi penerbangan;
BANDAR UDARA b. kepabeanan;
c. keimigrasian; dan
d. kekarantinaan

Kegiatan Pengusahaan a. pelayanan jasa kebandarudaraan; &


b. pelayanan jasa terkait bandar udara.
di Bandar Udara

31
32
PELAYANAN JASA
KEBANDARUDARAAN

meliputi :
a.pelayanan jasa pesawat udara, penumpang, barang, dan pos yang
terdiri atas penyediaan dan/atau pengembangan:
b.fasilitas untuk kegiatan pelayanan pendaratan, lepas landas, manuver,
parkir, dan penyimpanan pesawat udara;
c. fasilitas terminal untuk pelayanan angkutan penumpang, kargo, dan
pos;
d. fasilitas elektronika, listrik, air, dan instalasi limbah buangan; dan
e. lahan untuk bangunan, lapangan, dan industri serta gedung atau
bangunan yang berhubungan dengan kelancaran angkutan udara.
33
PELAYANAN JASA
KEBANDARUDARAAN

 diselenggarakan
a. badan usaha bandar udara berdasarkan
untuk bandar udara yang konsesi dan/atau
diusahakan secara bentuk lainnya
komersial setelah sesuai ketentuan
memperoleh izin dari peraturan
dapat
Menteri; atau perundang-
diselenggarakan
undangan
oleh : b. unit penyelenggara bandar  diberikan oleh
udara untuk bandar udara Menteri
yang belum diusahakan  dituangkan dalam
secara komersial yang perjanjian
dibentuk oleh dan
bertanggung jawab kepada
pemerintah dan/atau
pemerintah daerah
PELAYANAN JASA
KEBANDARUDARAAN

badan usaha bandar udara dan unit penyelenggara bandar udara wajib:

a. memiliki sertifikat bandar udara atau register bandar udara;


b. menyediakan fasilitas bandar udara yang laik operasi, serta memelihara
kelaikan fasilitas bandar udara;
c. menyediakan personel yang mempunyai kompetensi untuk perawatan dan
pengoperasian fasilitas bandar udara;
d. mempertahankan dan meningkatkan kompetensi personel yang merawat
dan mengoperasikan fasilitas bandar udara;
e. menyediakan dan memperbarui setiap prosedur pengoperasian dan
perawatan fasilitas bandar udara;
f. memberikan pelayanan kepada pengguna jasa bandar udara sesuai
dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh Menteri;
g. menyediakan fasilitas kelancaran lalu lintas personel pesawat udara dan
petugas operasional;

34
PELAYANAN JASA KEBANDAR UDARAAN

h. menjaga dan meningkatkan keselamatan, keamanan,


kelancaran, dan kenyamanan di bandar udara;
i. menjaga dan meningkatkan keamanan dan ketertiban bandar
udara;
j. memelihara kelestarian lingkungan;
k. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;
l. melakukan pengawasan dan pengendalian secara internal atas
kelaikan fasilitas bandar udara, pelaksanaan prosedur perawatan
dan pengoperasian fasilitas bandar udara, serta kompetensi
personel bandar udara; dan
m. memberikan laporan secara berkala kepada Menteri dan otoritas
bandar udara.

35
36
PELAYANAN JASA TERKAIT
KEBANDARUDARAAN

Meliputi kegiatan :
a. jasa terkait untuk menunjang kegiatan pelayanan operasi pesawat udara di
bandar udara, terdiri atas:
1) penyediaan hanggar pesawat udara;
2) perbengkelan pesawat udara;
3) pergudangan;
4) katering pesawat udara;
5) pelayanan teknis penanganan pesawat udara di darat (ground handling);
6) pelayanan penumpang dan bagasi; serta
7) penanganan kargo dan pos.
PELAYANAN JASA TERKAIT
KEBANDARUDARAAN
b. jasa terkait untuk menunjang kegiatan pelayanan penumpang dan barang,
terdiri atas:
1) penyediaan penginapan/hotel dan transit hotel;
2) penyediaan toko dan restoran;
3) penyimpanan kendaraan bermotor;
4) pelayanan kesehatan;
5) perbankan dan/atau penukaran uang; dan
6) transportasi darat.

c. jasa terkait untuk memberikan nilai tambah bagi pengusahaan bandar


udara, terdiri atas:
1) penyediaan tempat bermain dan rekreasi;
2) penyediaan fasilitas perkantoran;
3) penyediaan fasilitas olah raga;
4) penyediaan fasiltas pendidikan dan pelatihan;
5) pengisian bahan bakar kendaraan bermotor; dan
6) periklanan

37
PENGUSAHAAN BANDAR UDARA

Badan usaha bandar udara dapat menyelenggarakan 1 (satu) atau lebih


bandar udara yang diusahakan secara komersial

Pengusahaan bandar udara yang dilakukan oleh badan usaha bandar


udara, seluruh atau sebagian besar modalnya harus dimiliki oleh badan
hukum Indonesia atau warga negara Indonesia

Dalam hal modal badan usaha bandar udara yang dimiliki oleh badan
hukum Indonesia atau warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terbagi atas beberapa pemilik modal, salah satu pemilik
modal nasional harus tetap lebih besar dari keseluruhan pemegang
modal asing

38
OTORITAS BANDAR UDARA

tugas & tanggung


jawab

Wewenang
Ditetapkan oleh

Bertanggung Menteri
jawab kepada

Otoritas bandar udara Dalam melaksanakan


dapat dibentuk untuk 1 tugasnya berkoordinasi
atau beberapa bandar dengan pemerintah
udara terdekat. daerah setempat

39
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
OTORITAS BANDARA

a. menjamin keselamatan, keamanan, kelancaran, dan kenyamanan


di bandar udara;
b. memastikan terlaksana dan terpenuhinya ketentuan keselamatan
dan keamanan penerbangan, kelancaran, dan kenyamanan di
bandar udara;
c. menjamin terpeliharanya pelestarian lingkungan bandar udara;
d. menyelesaikan masalah-masalah yang dapat mengganggu
kelancaran kegiatan operasional bandar udara yang dianggap tidak
dapat diselesaikan oleh instansi lainnya;
e. melaporkan kepada pimpinan tertingginya dalam hal pejabat
instansi di bandar udara, melalaikan tugas dan tanggungjawabnya
serta mengabaikan dan/atau tidak menjalankan kebijakan dan
peraturan yang ada di bandar udara; dan
f. melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya kepada
Menteri

40
WEWENANG OTORITAS BANDARA

a. mengkoordinasikan kegiatan pemerintahan di bandar udara;


b. mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan ketentuan
keselamatan, keamanan, kelancaran, serta kenyamanan penerbangan di
bandar udara;
c. mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan ketentuan
pelestarian lingkungan;
d. mengatur, mengendalikan, dan mengawasi penggunaan lahan daratan
dan/atau perairan bandar udara sesuai dengan rencana induk bandar
udara;
e. mengatur, mengendalikan, dan mengawasi penggunaan kawasan
keselamatan operasional penerbangan dan daerah lingkungan kerja
bandar udara serta daerah lingkungan kepentingan bandar udara;
f. mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan standar kinerja
operasional pelayanan jasa di bandar udara; dan
g. memberikan sanksi administratif kepada badan usaha bandar udara, unit
penyelenggara bandar udara, dan/atau badan usaha lainnya yang tidak
memenuhi ketentuan keselamatan, keamanan, kelancaran serta
kenyamanan penerbangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
41
PELAYANAN DAN FASILITAS KHUSUS

Memuat kewajiban Badan usaha bandar udara atau unit penyelenggaraan


bandar udara untuk menyediakan pelayanan berupa perlakukan dan
fasilitas khusus untuk penyandang cacat, orang sakit, orang lanjut usia,
dan anak-anak, berupa :
1.pemberian prioritas pelayanan di terminal;
2.menyediakan fasilitas untuk penyandang cacat selama di
terminal;
3.sarana bantu bagi orang sakit;
4.menyediakan fasilitas untuk ibu merawat bayi (nursery);
5.tersedianya personel yang khusus bertugas untuk melayani atau
berkomunikasi dengan penyandang cacat, orang sakit, dan lanjut
usia; serta
6.tersedianya informasi atau petunjuk tentang keselamatan
bangunan bagi penumpang di terminal dan sarana lain yang
dapat dimengerti oleh penyandang cacat, orang sakit, dan lanjut
usia
42
TANGGUNG JAWAB ATAS KERUGIAN

Badan usaha bandar udara bertanggung jawab terhadap kerugian yang


diderita oleh pengguna jasa bandar udara dan/atau pihak ketiga yang
diakibatkan oleh pengoperasian bandar udara, meliputi:
a.kematian atau luka fisik orang;
b.musnah, hilang, atau rusak peralatan yang dioperasikan; dan/atau
c.dampak lingkungan di sekitar bandar udara akibat pengoperasian bandar
udara

Risiko atas tanggung jawab terhadap kerugian tersebut wajib diasuransikan

Orang perseorangan warga negara Indonesia dan/atau badan usaha


yang melaksanakan kegiatan di bandar udara bertanggung jawab
untuk mengganti kerugian atas setiap kerusakan pada bangunan
dan/atau fasilitas bandar udara yang diakibatkan oleh kegiatannya

43
TARIF JASA KEBANDARUDARAAN

pelayanan jasa kebandarudaraan dan jasa Struktur dan Gol. Tarif ditetapkan
terkait dengan bandar udara dikenakan oleh Menteri
tarif sesuai dengan jasa yang disediakan

bandar udara yang


Besaran tarif jasa kebandarudaraan
diusahakan secara
ditetapkan oleh badan usaha bandar udara
komersial
Besaran tarif jasa ditetapkan dengan :
bandar udara yang PP untuk bandar udara yang
blm diusahakan diselenggarakan oleh unit penyelenggara
secara komersial bandar udara; atau
Peraturan daerah untuk bandar udara yang
diselenggarakan oleh unit penyelenggara
44
bandar udara pemerintah daerah
BANDAR UDARA KHUSUS

• Izin pembangunan, harus memenuhi persyaratan:


a. Bukti kepemilikan dan/atau penguasaan lahan;
b. Rekomendasi yang diberikan oleh pemda setempat;
c. Rancangan teknik terinci fasilitas pokok; dan kelestarian lingkungan.

 dilarang digunakan untuk kepentingan umum, kecuali dalam keadaan


tertentu & bersifat sementara, setelah memperoleh izin dari Menteri.
 dilarang digunakan untuk kepentingan umum, kecuali dalam keadaan
tertentut, dengan izin Menteri dan bersifat sementara.
 Berubah status menjadi bandar udara yang dapat melayani kepentingan
umum setelah memenuhi persyaratan ketentuan bandar udara.

45
BANDAR UDARA INTERNASIONAL

• Menteri menetapkan bandar udara internasional, dgn


pertimbangan:
a. Rencana induk nasional bandar udara;
b. Pertahanan dan keamanan negara;
c. Pertumbuhan & perkembangan pariwisata;
d. Kepentingan & kemampuan angkutan udara nasional;
e. Pengembangan ekonomi nasional & perdagangan luar
negeri.

46
PENGGUNAAN BERSAMA BANDAR
UDARA DAN PANGKALAN UDARA

Bandar udara dapat digunakan pangkalan udara apabila:


1. Terjadi bencana alam atau keadaan darurat
2. Pada daerah ybs. Tidak terdapat bandar udara.

Pelestarian Lingkungan

Badan usaha bandar udara atau unit penyelenggara bandar udara wajib
menjaga ambang batas kebisingan dan pencemaran lingkungan di bandar
udara dan sekitarnya sesuai dengan ambang batas dan baku mutu yang
ditetapkan Pemerintah.
47
BAB XII 48
NAVIGASI PENERBANGAN
Tatanan Navigasi  Ditetapkan oleh menteri dengan pertimbangan Menteri di bidang pertahanan
Penerbangan dan panglima TNI;
Nasional  Meliputi: ruang udara yang dilayani; klasifikasi ruang udara; jalur penerbangan
dan jenis pelayanan navigasi udara.

Meliputi:
Ruang udara
 Wilayah udara RI
yang dilayani  Ruang udara negara lain yang pelayanan navigasinya didelegasikan kepada RI
 Ruang udara yang pelayanan navigasinya didelegasikan oleh organisasi
penerbangan sipil internasional kepada RI

Klasifikasi Klasifikasi ruang udara terdiri dari Kelas A, B, C, D, E, F & G disusun dengan
Ruang udara mempertimbangkan
Kaidah penerbangan;

Pemberian Separasi;

Pelayanan yang disediakan;

Pembatasan kecepatan;

Komunikasi radio dan/atau

Persetujuan personel pemandu lalulintas penerbangan.


LEMBAGA PENYELENGGARA PELAYANAN
NAVIGASI PENERBANGAN

Dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Menteri

Kriteria Lembaga Penyelenggara Lembaga penyelenggara pelayanan


Navigasi Penerbangan: navigasi penerbangan harus:
Mengutamakan
-memiliki standar prosedur operasi
keselamatan
(standard operating procedure);
penerbangan;
-mengoperasikan dan memelihara
Tidakberorientasi kepada keandalan fasilitas navigasi
keuntungan; penerbangan sesuai dengan standar;
Secara finansial dapat mandiri; -mempekerjakan personel navigasi
Biaya yang ditarik dari pengguna di penerbangan yang memiliki lisensi
kembalikan untuk biaya investasi atau sertifikat kompetensi; dan
-memiliki mekanisme pengawasan dan
dan peningkatan operasional (cost
pengendalian jaminan kualitas
recovery)
pelayanan

49
LEMBAGA PENYELENGGARA PELAYANAN
NAVIGASI PENERBANGAN 50

WAJIB

Sertifikat diberikan kepada


memiliki masing-masing unit pelayanan
sertifikat penyelenggara navigasi
pelayanan penerbangan, yi:
navigasi a.unit pelayanan navigasi
penerbangan penerbangan di bandar udara;
yang b.unit pelayanan navigasi
ditetapkan pendekatan; dan
oleh Menteri c.unit pelayanan navigasi
penerbangan jelajah
BAB XII 51
NAVIGASI PENERBANGAN (lanjutan)
No Pelayanan Jasa Navigasi Jenis Pelayanan

 air traffic control


Pelayanan Lalu Lintas
 flight information service
1.  air traffic advisory
Penerbangan
 alerting service

 aeronautical fixed services


Pelayanan Telekomunikasi  aeronautical mobile services
2.
Penerbangan  aeronautical radio navigation service

 aeronautical information publication


 notice to airmen
Pelayanan Informasi  aeronautical information circulars
3.
Aeronautika  buletin yang berisi informasi yang diperlukan
sebelum penerbangan.

 Menyediakan informasi cuaca di bandar udara dan


sepanjang jalur penerbangan yang cukup, akurat,
Pelayanan Informasi terkini, dan tepat waktu untuk keselamatan,
4.
Meteorologi Penerbangan kelancaran dan efisiensi penerbangan.

 Menyediakan interkoneksi dan berkoordinasi


Pelayanan Informasi Pencarian dengan badan yang tugas dan tanggung jawabnya
5.
Dan Pertolongan di bidang pencarian dan pertolongan.
52
BAB XIII
KESELAMATAN PENERBANGAN

Substansi yang diatur :


1. Program Keselamatan Penerbangan Nasional;
2. Pengawasan Keselamatan Penerbangan;
3. Penegakan Hukum Keselamatan Penerbangan;
4. Sistem Manajemen Keselamatan Penyedia Jasa
Penerbangan
5. Budaya Keselamatan Penerbangan.
BAB XIII:
KESELAMATAN PENERBANGAN
(lanjutan)
1. Program Keselamatan Penerbangan Nasional
Menteri bertanggung jawab terhadap keselamatan penerbangan nasional. Untuk itu
Menteri menetapkan program keselamatan penerbangan nasional (state safety program).
Yang dimaksud dengan program keselamatan penerbangan nasional adalah seperangkat
peraturan keselamatan penerbangan dan kegiatan yang terintegrasi untuk mencapai
tingkat keselamatan yang diinginkan.

Program keselamatan nasional memuat:


a. peraturan prundang-undangan keselamatan penerbangan;
b. sasaran keselamatan penerbangan;
c. sistem pelaporan keselamatan penerbangan;
d. analisis data dan pertukaran informasi keselamatan penerbangan (safety
data analysis and exchange);
e. kegiatan investigasi kecelakaan dan kejadian penerbangan (accident and incident
investigation);
f. promosi keselamatan penerbangan (safety promotion);  
g. pengawasan keselamatan penerbangan dan penegakan hukum. 53
BAB XIII
KESELAMATAN PENERBANGAN
(lanjutan)
Sasaran keselamatan penerbangan meliputi:
 1. Target kinerja keselamatan penerbangan;
 2. Indikator kinerja keselamatan penerbangan; dan
 3. Pengukuran pencapaian keselamatan penerbangan.

2. Pengawasan Keselamatan Penerbangan


 Menteri bertanggung jawab terhadap pengawasan keselamatan penerbangan nasional ,
yang meliputi: audit; inspeksi; pengamatan (surveillance); dan pemantauan (monitoring).

3. Penegakan Hukum Keselamatan Penerbangan


 Menteri berwenang menetapkan program penegakan hukum dan mengambil tindakan
hukum dibidang keselamatan penerbangan. Program penegakan hukum tersebut meliputi
penyusunan peraturan keselamatan penerbangan; penyiapan personel yang berwenang
mengawasi penerapan aturan di bidang keselamatan penerbangan; pendidikan masyarakat
dan penyedia jasa penerbangan serta para penegak hukum; dan tindakan hukum.
Tindakan hukum berupa sanksi administratif dan sanksi pidana.

54
BAB XIII:
KESELAMATAN PENERBANGAN
(lanjutan)

4. Sistem Manajemen Keselamatan Penyedia Jasa Penerbangan


 Setiap penyedia jasa penerbangan wajib membuat, melaksanakan,
mengevaluasi, dan menyempurnakan secara berkelanjutan sistem
manajemen keselamatan (safety management system). Pelanggaran atas
kewajiban ini dikenakan sanksi administratif berupa peringatan, pembekuan
izin dan/atau pencabutan izin.

 Sistem manajemen keselamatan penyedia jasa penerbangan sedikitnya


memuat kebijakan dan sasaran keselamatan; manajemen risiko
keselamatan; jaminan keselamatan; dan promosi keselamatan.

5. Budaya Keselamatan Penerbangan


 Budaya keselamatan penerbangan adalah keyakinan. Pola pikir dan sikap,
perasaan tertentu yang mendasari dan mengarahkan tingkah laku seseorang
atau organisasi untuk menciptakan keselamatan penerbangan.
 Bentuk budaya keselamatan penerbangan tersebut adalah budaya lapor,
budaya saling mengingatkan, budaya belajar dan just culture. 55
BAB XIV:
KEAMANAN PENERBANGAN
 Menteri bertanggung jawab terhadap keamanan penerbangan nasional. Untuk
melaksanakan tanggungjawab tersebut Menteri berwenang untuk:
  membentuk komite nasional keamanan penerbangan;
 menetapkan program keamanan penerbangan nasional; dan
 mengawasi pelaksanaan program keamanan penerbangan nasional.

 Dalam melaksanakan program keamanan penerbangan nasional, Pemerintah


dapat melakukan kerja sama dengan negara lain. Kerja sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi: pertukaran informasi; pendidikan dan
pelatihan; peningkatan kualitas keamanan; dan permintaan keamanan
tambahan.

 Badan usaha bandar udara atau unit penyelenggara bandar udara wajib
membuat, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengembangkan program
keamanan bandar udara di setiap bandara . Program keamanan bandar udara
tersebut disahkan oleh Menteri.

 Menteri bertanggung jawab terhadap pengawasan keamanan penerbangan


nasional.
56
BAB XIV
KEAMANAN PENERANGAN (lanjutan)

 Pengawasan keamanan penerbangan meliputi: a. audit; b. inspeksi; c. survei;


dan d. pengujian (test).
 Terhadap hasil pengawasan tersebut Menteri melakukan tindakan korektif dan
penegakan hukum.
 Badan usaha angkutan udara bertanggung jawab terhadap keamanan
pengoperasian pesawat udara di bandar udara dan selama terbang.
 Penempatan petugas keamanan dalam penerbangan pada pesawat udara niaga
berjadwal asing dari dan ke wilayah Republik Indonesia hanya dapat
dilaksanakan berdasarkan perjanjian bilateral.
 Setiap orang dilarang melakukan tindakan melawan hukum (acts of unlawful
interference) yang membahayakan keselamatan penerbangan dan angkutan
udara, berupa:
- menguasai secara tidak sah pesawat udara yang sedang terbang atau yang
sedang di darat;
- menyandera orang di dalam pesawat udara atau di bandar udara;
- masuk ke dalam pesawat udara, daerah keamanan terbatas bandar udara,
atau wilayah fasilitas aeronautika secara tidak sah;
57
BAB XIV
KEAMANAN PENERANGAN (lanjutan)

- menyampaikan informasi palsu yang membahayakan keselamatan


penerbangan.
- membawa senjata, barang dan peralatan berbahaya, atau bom ke dalam
pesawat udara atau bandar udara tanpa izin; dan

 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur penanggulangan


tindakan melawan hukum serta penyerahan tugas dan komando penanggulangan
diatur dalam Peraturan Menteri.

 Menteri menetapkan fasilitas keamanan penerbangan yang digunakan dalam


mewujudkan keamanan penerbangan, antara lain berupa peralatan:
a. pendeteksi bahan peledak;
b. pendeteksi bahan organik dan non-organik;
c. pendeteksi metal;
d. pendeteksi bahan nuklir, biologi, kimia, dan radioaktif;
e. pemantau lalu lintas orang, kargo, pos, kendaraan, dan pesawat udara di
darat;
f. penunda upaya kejahatan dan pembatas daerah keamanan terbatas; dan
g. komunikasi keamanan penerbangan 58
BAB XIV
KEAMANAN PENERANGAN (lanjutan)

 Badan usaha bandar udara, unit penyelenggara bandar udara, dan badan
usaha angkutan udara yang menggunakan fasilitas keamanan
penerbangan wajib:
a. menyediakan, mengoperasikan, memelihara, dan memodernisasinya
sesuai dengan standar yang ditetapkan;
b. mempertahankan keakurasian kinerjanya dengan melakukan kalibrasi;
c. melengkapi sertifikat peralatannya

 Badan usaha bandar udara, unit penyelenggara bandar udara, dan badan
usaha angkutan udara yang melanggar kewajiban tersebut dikenakan
sanksi administratif berupa:
a. peringatan;
b. pembekuan izin atau sertifikat; dan/atau
c. pencabutan izin atau sertifikat.

59
BAB XV
PENCARIAN DAN PERTOLONGAN
KECELAKAAN PESAWAT UDARA
Substansi yang diatur :
1. Kewajiban Pencarian dan Pertolongan Kecelakaan Pesawat Udara;
2. Badan Independen yang melakukan Penelitian Sebab-sebab Kecelakaan
Pesawat Udara.

 Pemerintah dan Pemda bertanggung jawab melakukan pencarian dan


pertolongan terhadap setiap pesawat udara yang mengalami
kecelakaan di wilayah RI

 Dilakukan dengan cepat, tepat, efektif dan efisien untuk mengurangi


korban

 Setiap orang yang mengoperasikan pesawat udara wajib membantu


usaha pencarian dan pertolingan terhadap kecelakaan pesawat udara
60
BAB XVI
INVESTIGASI DAN PENYELIDIKAN
LANJUTAN KECELAKAAN PESAWAT UDARA
Investigasi kecelakaan pesawat udara oleh Komite, bertugas
melakukan kegiatan :
Investigasi;
Penelitian;
Penetapan hasil penelitian;
Memberikan rekomendasi;
Melaporkan perkembangan dan hasil investigasi kepada Menteri

Informasi rahasia hasil investigasi :


 pernyataan dari orang-orang yang diperoleh dalam proses investigasi;
 rekaman atau transkrip komunikasi antara orang-orang yang terlibat di dalam
pengoperasian pesawat udara;
 informasi mengenai kesehatan atau informasi pribadi dari orang-orang terlibat dalam
kecelakaan atau kejadian;
 rekaman suara di ruang kemudi (cockpit voice recorder) dan catatan kata demi kata
(transkrip) dari rekaman suara tersebut;
 rekaman dan transkrip dari pembicaraan petugas pelayanan lalu lintas penerbangan (air
traffic services); dan
 pendapat yang disampaikan dalam analisis informasi termasuk rekaman informasi
penerbangan (flight data recorder).

61
BAB XVII
PEMBERDAYAAN INDUSTRI DAN PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI PENERBANGAN

Meliputi: Dilakukan Mempersiapkan dan


 rancang bangun, produksi, dan Pemerintah mempekerjakan SDM
pemeliharaan pesawat udara; secara terpadu nasional yang
 mesin, baling-baling, dan komponen dengan dukungan memenuhi standar
semua sektor kompetensi,
pesawat udara;
terkait untuk dilaksanakan dengan
 fasilitas keselamatan dan keamanan
memperkuat memenuhi standar
penerbangan; transportasi
 teknologi, informasi, dan navigasi
keselamatan dan
udara nasional
penerbangan; keamanan serta
 kebandarudaraan; serta
memperhatikan aspek
kelestarian lingkungan
 fasilitas pendidikan dan pelatihan
hidup
personel penerbangan.

Perkuatan transportasi udara nasional dengan :


 mengembangkan riset pemasaran dan rancang bangun yang laik jual;

 mengembangkan standardisasi dan komponen penerbangan dengan menggunakan


sebanyak-banyaknya muatan lokal dan alih teknologi;
 mengembangkan industri bahan baku dan komponen;

 memberikan kemudahan fasilitas pembiayaan dan perpajakan;

 memfasilitasi kerja sama dengan industri sejenis dan/atau pasar pengguna di dalam dan
luar negeri; serta
 menetapkan kawasan industri penerbangan terpadu.peraturan penerbangan sipil
nasional;

62
BAB XVIII
SISTEM INFORMASI PENERBANGAN
Diselenggarakan oleh
Sistem Informasi Penerbangan: Menteri Membangun dan
-Pengumpulan
mengembangankan jaringan
-Pengolahan
-Penganalisisan informasi secara efektif,
-Penyimpanan efisien dan terpadu yang
-Penyajian data melibatkan pihak terkait
-Penyebaran dan dengan memanfaatkan
informasi
perkembangan teknologi
penerbangan
informasi dan komunikasi

Sistem informasi meliputi :


Peraturan penerbangan sipil nasional, target dan hasil pencapaian kinerja keselamatan
penerbangan, jumlah badan usaha angkutan udara nasional dan asing yang beroperasi, jumlah
dan rincian armada angkutan udara nasional, rute dan kapasitas tersedia angkutan udara
berjadwal domestik dan internasional, jenis pesawat yang dioperasikan pada rute penerbangan,
data lalu lintas angkutan udara di bandar udara umum, tingkat ketepatan waktu jadwal pesawat
udara, tingkat pelayanan angkutan udara, kelas dan status bandar udara, fasilitas penunjang
bandar udara; serta hasil investigasi kecelakaan dan kejadian pesawat udara yang tidak
digolongkan informasi yang bersifat rahasia.Peraturan penerbangan sipil;

63
BAB XIX:
SUMBER DAYA MANUSIA

Penyediaan &  Bidang pesawat udara;


PEMERINTA
Pengembangan SDM  Bidang angkutan udara;
H
 Bidang Kebandarudaraan;
 Bidang navigasi penerbangan
 Bidang keselamatan penerbangan
 Bidang keamanan penerbangan
Menteri menetapkan kebijakan
penyediaan dan pengembangan
di bidang penerbangan yang
mencakup:
perencanaan SDM;
Pendidikan dan pelatihan; Diklat Sertifikat Kompetensi
Perluasan kesempatan kerja;
Pengawasan, pemantauan Lisensi
dan evaluasi oleh menteri
setelah memenuhi
persyaratan

64
BAB XIX
SUMBER DAYA MANUSIA

Pengembangan SDM di Diselenggarakan oleh Menteri menetapkan kebijakan


bidang : Pemerintah, PEMDA atau penyediaan dan
masyarakat pengembangan di bidang
penerbangan yang mencakup:

perencanaan SDM;
Untuk mewujudkan SDM Pendidikan dan pelatihan;
yang profesional, Perluasan kesempatan kerja;
kompeten, disiplin, Pengawasan, pemantauan
bertanggang jawab dan dan evaluasi
memiliki integritas

Model pendidikan dan pelatihan memuat : Sertifikat Kompetensi


 Jenis dan Jenjang Diklat;
 Peserta Diklat;
 Hak dan Kewajiban Diklat;
 Kurikulum Silabus & Metode Diklat;
 Tenaga Pendidik dan Pelatih; Lisensi
 Prasarana & Sarana Diklat; oleh menteri
 Standarisasi Penyelenggaraan Diklat;
setelah memenuhi
 Pembiayaan Diklat; dan
persyaratan
 Pengendalian dan PengawasanDiklat.
65
BAB XIX
SUMBER DAYA MANUSIA (lanjutan)
 Di dalam RUU Penerbangan ada penajaman substansi dan
mereformulasi pengaturan di bidang sumber daya manusia yang
mampu menangani secara profesional untuk angkutan udara,
pesawat udara, kebandarudaraan, navigasi penerbangan,
keselamatan penerbangan dan keamanan penerbangan.

 Pengaturan di bidang sumber daya manusia ini menjadikan SDM


memiliki standar keilmuan yang terakreditasi, kompetensi dan
profesional serta disiplin, tanggung jawab dan integritas yang
tinggi sesuai standar nasional dan internasional.

 Selain hal tersebut, diatur pula adanya peran Pemerintah Daerah


serta masyarakat untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam
rangka peningkatan Sumber Daya Manusia di bidang
Penerbangan.
66
BAB XX
PERAN SERTA MASYARAKAT
- Memantau & menjaga ketertiban
penyelenggaraan kegiatan
penerbangan,
- Memberi masukan kepada
Pemerintah,
- Menyampaikan pendapat &
pertimbangan kepada pejabat yang Masyarakat ikut
- Perorangan
- berwenang, bertanggung
Kelompok
- Organisasi profesi, - Melaporkan bila mengetahui jawab menjaga
- Badan Usaha, atau ketidaksesuaian prosdur ketertiban serta
- Organisasi penerbangan atau tidak berfungsinya keselamatan &
kemasyarakatan. peralatan dan fasilitas penerbangan keamanan
- Melaporkan bila mengetahui penerbangan.
terjadinya kecelakaan atau kejadian
terhadap pesawat udara
- Melaksanakan gugatan perwakilan
terhadap kegiatan penerbangan yang
mengganggu, merugikan dan/ atau
membahayakan kepentingan umum.

67
BAB XXI
PENYIDIKAN

Penyidik POLRI Menyampaikan hasil penyidikan

Di bawah koordinasi Wewenang : Melakukan penyidikan tindak pidana di bidang


& pengawasan penerbangan
• Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan
• Menerima laporan
• Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
• Melakukan penangkapan
PENYIDIK PNS • Meminta keterangan dan bukti
• Memotret dan/atau merekam melalui media elektronik
• Memeriksa dokumen
• Mengambil sidik jari
• Menggeledah pesawat udara dan tempat yang dicurigai
• Menyita benda-benda (barang bukti)
• Memberikan tanda pengaman pada barang bukti
• Mendatangkan saksi ahli
• Mengadakan penghentian penyidikan 68
BAB XXII
KETENTUAN PIDANA
No UU No. 15 Tahun 1992 UU No. 1 Tahun 2009

1 Jumlah denda maks. berkisar Terdapat peningkatan jumlah denda


antara Rp. 18.000.000,- sampai tertinggi yaitu antara Rp.
dengan Rp. 1.000.000.000,- 100.000.000,- sampai dengan Rp.
15.000.000.000,-

2 Tidak jelas dan kurang Lebih terinci dan ada tambahan


terperincinya ketentuan pidana ketentuan pindana mengena :
mengenai :  kegiatan produksi dan/atau
 memasuki kawasan udara perakitan pesawat udara, mesin
terbatas pesawat udara dan/atau baling-
 sertifikasi/lisensi
baling pesawat terbang
 pengangkutan barang khusus
 perbuatan orang yang
membahayakan pesawat
 tidak memenuhi kelaikan udara
 pengoperasian failitas bandar
udara

69
BAB XXIII
KETENTUAN PERALIHAN

No Kegiatan Jangka Waktu Keterangan

1 Perikatan dan hak jaminan kebendaan pesawat Pasal 444


terbang, helikopter, dan/atau mesin pesawat terbang
dan telah didaftarkan di kantor pendaftaran
internasional yang dilakukan sebelum berlakunya UU
Penerbangan dinyatakan tetap berlaku

2 Badan uasaha yang telah memiliki izin usaha angkutan 3 (tiga) tahun Pasal 445
udara niaga berjadwal dan niaga tidak berjadwal tetap
dapat menjalankan usahanya
3 Kantor administrator bandar udara, kantor bandar Terbentuknya Pasal 446
udara, dan cabang badan usaha kebandarudaraan lembaga baru
tetap melaksanakan tugas dan fungsinya
4 Bandar Udara Umum dan Bandar Udara Khusus yang 3 (tiga) tahun Pasal 447
telah diselenggarakan dapat menyelenggarakan
kegiatannya dan wajib disesuaikan dengan UU
Penerbangan
5 Pada saat Undang-Undang ini berlaku, perjanjian kerja - Pasal 448
sama badan usaha milik negara yang telah
menyelenggarakan usaha bandar udara dengan pihak
ketiga tetap berlaku sampai perjanjian kerja sama
tersebut berakhir.

70
BAB XXIV 71
KETENTUAN PENUTUP
No Kegiatan Jangka Waktu Keterangan
1 Penetapan PP dan peraturan pelaksana lainnya 2 (dua) tahun Pasal 452

2 Penyesuaian dengan UU Penerbangan untuk 3 (tiga) tahun Pasal 453


kegiatan usaha bandar udara
3 Penyesuaian dengan UU Penerbangan untuk 3 (tiga) tahun Pasal 454
badan usaha pemilik izin usaha angkutan
udara niaga berjadwal dan niaga tidak
berjadwal
4 Pembentukan Otoritas bandar udara dan unit 1 (satu) tahun Pasal 455
penyelenggara bandar udara
5 Penyesuaian dan penetapan Tatanan 2 (dua) tahun Pasal 456
Kebandarudaraan
6 Penyesuaian Rencana Induk Bandar Udara 3 (tiga) tahun Pasal 457
7 Pelayanan navigasi penerbangan di wilayah 15 (limabelas) Pasal 458
udara RI oleh lembaga penyelenggara tahun
Indonesia
8 Pembentukan lembaga penyelenggara 3 (tiga) tahun Pasal 460
pelayanan navigasi penerbangan
9 Penetapan program keselamatan penerbangan 1 (satu) tahun Pasal 461
nasional

Anda mungkin juga menyukai