Anda di halaman 1dari 87

PENGENALAN BANDAR

UDARA

BANDAR UDARA

(UU Nomor 1 Tahun 2009

Tentang Penerbangan)

Adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan


batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat
pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik-turun
penumpang, bongkar-muat barang dan tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta
fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

KEBANDARUDARAAN

Adalah segala sesuatu yang berkaitan


dengan penyelenggaraan bandara &
kegiatan lainnya dalam melaksanakan
fungsi
keselamatan,
keamanan,
kelancaran & ketertiban arus lalu
lintas pesawat udara, penumpang,
kargo
dan/atau
pos,
tempat
perpindahan intra dan/atau antar
moda
serta
meningkatkan

KESELAMATAN
PENERBANGAN
Adalah
suatu
keadaan
terpenuhinya
persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan
wilayah udara, pesawat udara, bandara,
angkutan udara, navigasi penerbangan, serta
fasilitas penunjang & fasilitas umum lainnya.

KEAMANAN PENERBANGAN
Adalah suatu keadaan yang memberikan
perlindungan
kepada
penerbangan
dari
tindakan melawan hukum melalui pemanfaatan
dan keterpaduan sumber daya manusia,
fasilitas & prosedur.

REGULASI PENYELENGGARAAN
BANDAR UDARA UMUM
INTERNATIONAL REGULATIONS
- ICAO Regulations Annex 1 s.d 19 & Documents
- IATA Regulations Examp : Airport Development Reference
Manual (ADRM)
Aircraft Handling Manual
(AHM), Etc

NATIONAL REGULATIONS
-

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan


Peraturan Pemerintah (PP)
Keputusan / Peraturan Menteri Perhubungan
Keputusan / Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

AIRPORT REGULATIONS
- Surat Keputusan / Peraturan Otoritas Bandar Udara.
- Surat Keputusan / Peraturan Pengelola Bandar Udara (Direksi/General

INTERNATIONAL REGULATIONS
OF
CIVIL AVIATION
- Warsawa Convention 1929
- Chicago Convention 1944 (dihadiri 152
negara)
- International Air Transport Association (IATA)
1945
- International Civil Aviation Organization
(ICAO) 1947
- Bilateral / Multilateral Agreements

WARSAWA CONVENTION
Diselenggarakan di Warsawa Polandia Tahun
1929, merupakan pertemuan antar negara pemilik
perusahaan penerbangan.
Topik pembahasan mengenai :
1. Keamanan dan keselamatan penerbangan,
penumpang, kargo dan pos.
2. Tanggung
jawab
terhadap
penumpang
mencakup kematian, cidera atau luka-luka.
3. Tanggung jawab terhadap penumpang, bagasi,
kargo
dan
pos
menyangkut
kehilangan,
kerusakan dan keterlambatan pengiriman.

IATA

(International Air Transport


IATA
1945,
IATA dibentuk
dibentuk tahun
tahun
1945, merupakan
merupakan persatuan
persatuan perusahaan
perusahaan
Association)
penerbangan internasional.
penerbangan internasional.

Head
Head Office
Office
MONTREAL
MONTREAL CANADA
CANADA

Executive
Executive Offices
Offices
GENEVA
GENEVA SWITZERLAND
SWITZERLAND

Tujuan
Tujuan pendirian
pendirian IATA
IATA tercantum
tercantum dalam
dalam Article
Article of
of Associational
Associational ::
1.
1. Mempromosikan
Mempromosikan keselamatan
keselamatan penerbangan
penerbangan dan
dan penumpang
penumpang
serta
serta ketepatan
ketepatan waktu
waktu pelayanan.
pelayanan.
2.
2. Menyediakan
Menyediakan sarana
sarana untuk
untuk kerja
kerja sama
sama antar
antar airlines
airlines yang
yang
terlibat
terlibat langsung
langsung maupun
maupun tidak
tidak langsung
langsung dalam
dalam jasa
jasa angkutan
angkutan
udara
udara internasional.
internasional.
3.
3. Kerjasama
Kerjasama dengan
dengan ICAO
ICAO dan
dan organisasi
organisasi internasional
internasional lainnya.
lainnya.

ICAO

(INTERNATIONAL CIVIL AVIATION ORGANIZATION)


Sebagai tindak lanjut CHICAGO CONVENTION, 1944, ICAO
dibentuk tanggal 4 April 1947, sebagai salah satu badan resmi
dunia di bawah naungan PBB.
Head Quarter MONTREAL CANADA, memiliki 7 Region
(Kantor Cabang) sbb :
1. Bangkok (Asia Pacific),
2. Cairo (Middle East/Timur Tengah),
3. Mexico City Mexico (North America),
4. Lima Peru (Caribean / South America),
5. Dakar Senegal (West Africa),
6. Nairobi Kenya (East & Central Africa),
7. Paris France (Europe).
. ICAO terdiri dari :
1. Majelis / Assembly : 180 negara.
2. Dewan / Council (Commission & Committee) : 33 negara
. ICAO Member :
1. Active Member (membawa bendera negara).

AIMS & OBJECTIVES OF ICAO 11. Ensure the safe & orderly growth of international civil
aviation of the world (menjamin keselamatan
pertumbuhan yang beraturan dari penerbangan
internasional)

dan
sipil

2. Encourage the art of aircraft design and operation


for peaceful purposes (mendorong seni rancang bangun
pesawat udara dan pengoperasiannya untuk maksud
damai)
3. Encourage the development of airways, airports and
air navigation facilities for international civil aviation
(mendorong
pengembangan
jalur-jalur
penerbangan,
bandara dan fasilitas navigasi udara untuk penerbangan
sipil internasional)
4. Meet the need of the people of the world for the safe,
regular, efficient and economical air transport (memenuhi
kebutuhan masyarakat dunia akan angkutan transportasi
udara yang aman, teratur, efisien dan ekonomis)

AIMS & OBJECTIVES OF ICAO - 2


5. Prevent
economic
waste
cause
by
unreasonable
competition (mencegah pemborosan yang disebabkan oleh
kompetisi yang tidak sehat)
6. Ensure that the right of the contracting states are
fully respected and that every contracting states has a
fair opportunity to operate international airlines (menjamin
hak-hak negara anggota dihargai, dihormati dan setiap
negara
anggota
mempunyai
peluang
untuk
mengoperasikan
perusahaan
penerbangan
sipil
internasionalnya)
7. Avoid discrimination between contracting
states
(menghindari perlakuan diskriminasi diantara negara
anggota)
8. Promote safety of flight international air navigation
(meningkatkan
keselamatan penerbangan internasional
yang berkaitan dengan navigasi udara)
9. Promote generally the development of all aspect of

BILATERAL AGREEMENTS
Merupakan perjanjian / kesepakatan antar
negara menyangkut hak dan kewajiban dari
masing-masing
negara
yang
saling
menguntungkan, antara lain berisi :
1. Traffic Rights (The Six Freedom of The Air).
2. Flight Approval (Izin penerbangan berjadwal
dan tidak berjadwal).
- Setiap negara diwakili oleh instansi resmi yang
diberi kewenangan oleh pemerintahnya untuk
menandatangani
Bilateral
Agreement
(Indonesia diwakili oleh Direktorat Jenderal

TRAFFIC RIGHTS THE SIX FREEDOM


First Freedom :
OF THE AIR
Terbang melintasi wilayah udara negara lain.
Second Freedom :
Mendarat di wilayah negara lain dengan alasan teknis (technical reason) atau gawat
darurat (emergency landing) dan mengisi bahan bakar

Thirth Freedom :
Mendarat di wilayah negara lain dengan membawa penumpang, kargo
negara asalnya (Bilateral Agreement)

dan pos dari

Fourth Freedom :
Mendarat di wilayah negara lain dengan membawa penumpang, kargo dan pos dari
negaranya; terbang kembali dengan membawa penumpang, kargo dan pos untuk dibawa
ke negaranya (Bilateral Agreement)

Fifth Freedom :
Mendarat di wilayah negara lain dengan membawa penumpang, kargo dan pos dari
negara lainnya untuk dibawa ke negara ketiga (Multilateral Agreement)

Sixth Freedom :
Mendarat di wilayah negara lain mengangkut penumpang, kargo dan pos dari suatu

HIERARKI BANDARA
BANDARA PENGUMPUL (HUB) :
a)Skala pelayanan Primer : Bandara sebagai salah satu
prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), melayani pax 5 juta orang/tahun.
b)Skala pelayanan Sekunder : Bandara sebagai salah satu
prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), melayani pax 1 juta dan < 5 juta orang/tahun.
c) Skala pelayanan Tersier : Bandara sebagai salah satu
prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), melayani pax 500 ribu dan < 1 juta orang/tahun.
) BANDARA PENGUMPAN (SPOKE)
Merupakan bandara tujuan atau penunjang dari bandara
pengumpul (HUB) & merupakan salah satu prasarana
penunjang pelayanan kegiatan lokal.

BANDAR UDARA

MENURUT PENGGUNAANNYA :
a) BANDAR UDARA INTERNASIONAL
b) BANDAR UDARA DOMESTIK

MENURUT KLASIFIKASINYA
a) BANDAR UDARA KELAS A
b) BANDAR UDARA KELAS B
c) BANDAR UDARA KELAS C

MENURUT PENYELENGGARAANNYA
a) BANDAR UDARA UMUM
)

PEMERINTAH

BADAN USAHA KEBANDARUDARAAN (PT. AP1 DAN PT. AP2)

b) BANDAR UDARA KHUSUS (PEMERINTAH MAUPUN SWASTA)


)

MENURUT PENANGGUNG JAWABNYA


a) BANDAR UDARA SIPIL
b) BANDAR UDARA ENCLAVE SIPIL

FILOSOFI DASAR KEBERADAAN


BANDAR
UDARA
Keberadaan bandar
udara harus
dapat menggerakkan
roda perekonomian di daerah sekitar bandar udara dan
harus dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar
masyarakat yang tinggal di sekitar bandar udara.
Pelayanan bandar udara harus berorientasi kepada
kepuasan pelanggan (pengguna jasa), menciptakan
keamanan, ketertiban, kelancaran dan kenyamanan
serta memiliki nilai tambah bagi para pelaku ekonomi
melalui pelayanan jasa transportasi udara yang efektif
dan efisien.
Bandar udara harus diusahakan sedemikian rupa
sehingga dapat memupuk keuntungan yang sebesarbesarnya dengan tetap mempertimbangkan aspek
keselamatan dan keamanan penerbangan.

PEMBAGIAN WILAYAH DI BANDAR UDARA DAN


DAERAH LINGKUNGAN
KERJA (DLKr) BANDAR
DI SEKITARNYA
UDARA

Adalah wilayah daratan dan/atau perairan yang digunakan secara langsung untuk
kegiatan bandar udara (seluruh area dalam kawasan bandar udara dengan batas pagar
perimeter) terdiri dari Daerah Keamanan Terbatas (Restricted Security Area) dan
Daerah Publik (Public Area).
SECURITY RESTRICTED AREAS
SECURITY RESTRICTED AREAS
N
O

STATUS

KOD
E
ARE
A

AREA

N
O

PUBLIC AREA

Landside Area

11

Arrival Hall

Check in Hall

Shopping Arcade

Cargo
Acceptance/Deliver
y

4
5

RESTRICTED
AREA

GMF

Garuda
Maintanance
Facility
Platform/Apron

STATUS

KOD
E
ARE
A

AREA

Aerodrome Control
Tower

12

Meteorology
Station

13

Vital Project

14

All Area

All Area Without


Vital Project

All Area Without


Vital Project &
Platform/Apron

VITAL AREA

15
16

SPECIAL AREA

AIRPORT AREAS
YANG TERKAIT DENGAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
PENGAMANAN
LANDSIDE

PASSENGER
TERMINAL

AIRSIDE

CARGO
AREA

VITAL
OBJECT

Road

Check in Hall

Apron (Platform)

Road

Control Tower

Curbside
Car Park

Arrival Hall

Taxiway - Runway

Curbside
Car Park

Buildings /
Offices

International
Boarding Lounge

Hangar

Buildings /
Offices

Domestik
Boarding Lounge

Instrument
Landing System

Acceptance
Area

Locator

Delivery
Area

NDB-DVOR-DME

Outgoing Cargo
Storage Area

Remark :
PUBLIC AREA
RESTRICTED AREA
STERILE AREA
DAERAH KEAMANAN
TERBATAS

PKP-PK
Perimeter

Incoming Cargo
Storage Area

RADAR
Meteo Station
Fuel Station
RFFS Station
Main Power
Station
Pumping Station
In Flight
Catering Building

Antena
Pemancar /
Penerima /
RELAY HF-VHF

DI ATAS DAN DI SEKITAR WILAYAH BANDAR UDARA


1. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) :
Merupakan kawasan yang harus bebas dari penghalang
(Mobile/Fixed Obstacle) dalam radius 8 NM / 15 Km, jarak
pesawat udara dengan obstacle minimum 1000 Feet.
Ketinggian obstacle memperhitungkan letak dan jarak dengan
Runway, elevasi Threshold dan Obstacle dan Precision/Non
Precision Runway Category.
2. Kawasan Kebisingan : Merupakan kawasan tertentu di
sekitar bandar udara yang terpengaruh gelombang suara
mesin pesawat udara. Tingkat kebisingan diukur dalam indeks
kebisingan pesawat udara (Weighted Equivalent Continous
Perceived Noise Level / WECPNL) : Tk I 70 dan < 75, Tk II
75 dan < 80, Tk III 80.
3. Kawasan Lingkungan Kepentingan Bandar Udara :
Merupakan daerah di luar DLKr Bandar Udara yang digunakan
untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan,
serta kelancaran aksesibilitas penumpang dan kargo (Wajib
Dikendalikan Oleh Pemda, UU Penerbangan No 1/2009 Ps 211

KESELAMATAN
Fixed KAWASAN
Obstacle/Obstruction,
contoh :OPERASI
Gunung, Bukit,
PENERBANGAN
(KKOP)
Pohon, Bangunan,
Menara, Antena
(Harus dipasang
obstacle light).
Mobile Obstacle/Obstruction, contoh : Birds, Kites.
Jarak pesawat udara yang sedang terbang minimal
1000 feet dari obstacle / obstruction.
Ketinggian
maksimum
obstacle
/
obstruction
memperhitungkan:
- Letak dan jarak dengan runway (8 NM = 15 KM)
- Kemiringan (slope) 1 mili bar = 30 Feet (section 1 0
s.d 1600 meter)
- Elevasi Threshold dan Elevasi Obstacle/Obstruction
(Mean Sea Level)

KAWASAN KEBISINGAN
Merupakan kawasan tertentu di sekitar bandara yang
terpengaruh gelombang suara mesin pesawat udara
yang terdiri atas :
KEBISINGAN TINGKAT I adalah tingkat kebisingan
yang berada dalam indeks kebisingan pesawat
udara (Weighted Equivalent Continous Perceived
Noise Level / WECPNL) 70 dan < 75.
KEBISINGAN
TINGKAT
II
adalah
tingkat
kebisingan yang berada dalam indeks kebisingan
pesawat udara 75 dan < 80.
KEBISINGAN
TINGKAT
II
adalah
tingkat
kebisingan yang berada dalam indeks kebisingan
pesawat udara 80.

DAERAH LINGKUNGAN
KEPENTINGAN BANDARA
(Wajib Dikendalikan Oleh Pemda, UU Penerbangan No 1/2009
Ps 211 ayat 1)

Merupakan daerah di luar lingkungan kerja


bandara yang digunakan untuk menjamin
keselamatan dan keamanan penerbangan,
serta kelancaran aksesibilitas penumpang
dan kargo

AKSESIBILITAS

Pemerintah dan/atau Pemda sesuai dengan


kewenangannya
menjamin
tersedianya
aksesibilitas dan utilitas untuk menunjang
pelayanan bandara

FUNGSI, PENGGUNAAN & KLASIFIKASI


BANDAR
UDARA
Bandar udara
berfungsi
sebagai tempat
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan
dan/atau pengusahaan.
Penggunaan bandar udara terdiri atas bandar
udara Internasional dan bandar udara
domestik.
Klasifikasi
bandar
udara
ditetapkan
berdasarkan
kapasitas
pelayanan
dan
kegiatan
operasional
bandar
udara
(kemampuan bandar udara untuk melayani
pesawat
udara
terbesar
dan
jumlah
penumpang/barang)

PERAN BANDAR
UDARA

Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan


hierarkinya (bandara pengumpul/HUB atau bandara
pengumpan/SPOKE).
Pintu gerbang kegiatan perekonomian.
Tempat kegiatan alih moda transportasi.
Pendorong dan penunjang kegiatan industri dan /
atau perdagangan.
Pembuka isolasi daerah, pengembangan daerah
perbatasan dan penanganan bencana; serta
Prasarana memperkukuh Wawasan Nusantara dan
kedaulatan negara.

KEPEMILIKAN BANDAR
UDARA
Mengingat bahwa
:
Investasi relatif besar (padat modal), tetapi tingkat
pengembalian investasi (Return On Invesment/ROI)
relatif rendah,
Kegiatan jasa pelayanan bandar udara bersifat Public
Utilities & Cost Recovery,
Kegiatan bandar udara banyak mengemban misi
pemerintah.

Maka pada umumnya :


Kepemilikan bandar udara berada di tangan negara
(pemerintah pusat / daerah),
Dimungkinkan kepemilikan bandar udara oleh pihak
swasta berdasarkan izin dari negara
(pemerintah

PENYELENGGARA
KEGIATAN
DI
1. Kegiatan Pemerintahan di Bandar Udara :
a. Pembinaan kegiatan
penerbangan
(Otoritas Bandar Udara)
BANDAR
UDARA

. Otoritas Bandar Udara adalah lembaga pemerintah yang


diangkat oleh dan bertanggung jawab kepada Menteri.
. Otoritas Bandar Udara memiliki kewenangan untuk menjalankan
dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan
peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan,
keamanan dan pelayanan penerbangan.
b. Kepabeanan (Customs)
c. Keimigrasian (Immigration)
d. Kekarantinaan (Quarantine)

2. Penyelenggara / Pengelola Bandara :


a. Badan Usaha Bandar Udara (BUMN, BUMD, Badan Hukum
Indonesia berbentuk PT atau Koperasi) untuk bandar udara yang
diusahakan secara komersial setelah memperoleh izin dari
Menteri; atau
b. Unit Penyelenggara Bandar Udara untuk bandar udara yang
belum diusahakan secara komersial yang dibentuk oleh dan
bertanggungjawab kepada pemerintah dan/atau pemda.

OTORITAS BANDARA
Otoritas
Bandara
adalah
lembaga
pemerintah yang diangkat oleh dan
bertanggungjawab kepada Menteri.
Otoritas Bandara memiliki kewenangan
untuk menjalankan dan melakukan
pengawasan
terhadap
dipenuhinya
ketentuan
peraturan
perundangundangan untuk menjamin keselamatan,
keamanan dan pelayanan penerbangan.

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB OTORITAS


BANDARA
Menjamin keselamatan, keamanan, kelancaran dan
kenyamanan di bandara.
Memastikan terlaksana dan terpenuhinya ketentuan
keselamatan dan keamanan penerbangan, kelancaran
dan kenyamanan di bandara.
Menjamin
terpeliharanya
pelestarian
lingkungan
bandara.
Menyelesaikan
masalah-masalah
yang
dapat
mengganggu kelancaran kegiatan operasional bandara
yang dianggap tidak dapat diselesaikan oleh instansi
lainnya.
Melaporkan kepada pimpinan tertingginya dalam hal
pejabat instansi di bandara melalaikan tugas dan
tanggung jawabnya serta mengabaikan dan/atau tidak
menjalankan kebijakan dan peraturan yang ada di

WEWENANG OTORITAS BANDARA


Mengkoordinasikan kegiatan pemerintahan di bandara.
Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan
ketentuan
keselamatan,
keamanan,
kelancaran
serta
kenyamanan penerbangan di bandara.
Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan
ketentuan pelestarian lingkungan.
Mengatur, mengendalikan dan mengawasi penggunaan lahan
daratan dan/atau perairan bandara sesuai dengan rencana
induk bandara.
Mengatur, mengendalikan dan mengawasi penggunaan KKOP
dan DLKr Bandara serta daerah Lingkungan Kepentingan
Bandara.
Mengatur, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan
standar kinerja operasional pelayanan jasa di bandara; dan
Memberikan sanksi administratif kepada Badan Usaha Bandar
Udara, Unit Penyelenggara Bandar Udara, dan/atau badan
usaha lainnya yang tidak memenuhi ketentuan keselamatan,

BANDAR UDARA INTERNASIONAL

C I Q

BANDARA
INTERNASIONAL

Perizinan
Pengawasan
Pemeriksaan
Pemungutan
Pembebasan

OTBANDARA - PT AP II POLBAN - UNSUR-UNSUR


PENGAMANAN NEGARA

LALU LINTAS
CUSTOMS
BARANG
Pembatasan
Pelarangan
Penahanan
Penindakan
Pemusnahan

Perizinan
Pengawasan
Pencegahan
Penangkala
n

LALU LINTAS
IMMIGRATION
ORANG
Penahanan
Penindakan
Pengusiran

LALU LINTAS
QUARANTINE
PENYAKIT
1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan
Pengasingan
Pengamatan
Perlakuan

5.
6.
7.
8.

Penahanan
Penolakan
Pemusnahan
Pembebasan

PENYELENGGARA BANDARA
Pasal 233

BADAN USAHA BANDAR


UDARA

Adalah BUMN, BUMD, atau badan hukum


Indonesia berbentuk perseroan terbatas
atau koperasi, yang kegiatan utamanya
mengoperasikan
pelayanan umum

bandara

untuk

BANDARA YANG DIKELOLA BADAN USAHA


KEBANDARUDARAAN
PT Angkasa Pura I (Persero)
PT Angkasa Pura II (Persero)
N
O

NAMA
BANDARA

KOTA

NO

NAMA BANDARA

Depati Amir

KOTA
Pkl Pinang

Adi Sucipto

Jogjakarta

Halim Perdanakusuma Jakarta

Adi Sumarmo

Solo

Husein Sastranegara

Bandung

Achmad Yani

Semarang

Minangkabau

Padang

Eltari

Kupang

Kualanamu

Frans Kaiseipo

Biak

Deli
serdang

St. Hasanuddin

Makasar

Raja Haji Fisabilillah

Tjg Pinang

Ir. H. Juanda

Surabaya

Soekarno-Hatta

Banten

I Gusti Ngurah
Rai

Bali

St. Iskandar Muda

Banda
Aceh

Pattimura

Ambon

10 Sam Ratulangi

Manado

St. Mahmud
Badaruddin II

Palemban
g

11 Selaparang

Mataram

10

St. Syarif Kassim II

Pekanbaru

12 Sepinggan

Balikpapa

11

St. Thaha

Jambi

TANGGUNG JAWAB GANTI KERUGIAN


(PASAL 240)
(1)Badan Usaha Bandar Udara bertanggung jawab
terhadap kerugian yang diderita oleh pengguna
jasa bandara dan/atau pihak ketiga yang
diakibatkan oleh pengoperasian bandara.
(2)Tanggung jawab terhadap kerugian meliputi :
a. Kematian atau luka fisik orang;
b. Musnah, hilang, atau rusak peralatan yang
dioperasikan; dan/atau
c. Dampak lingkungan di sekitar bandara akibat
pengoperasian bandara.
(3) Risiko
atas
tanggung
jawab
terhadap
kerugian wajib diasuransikan.

PASAL 241
Orang perseorangan WNI atau Badan
Usaha yang melaksanakan kegiatan
di bandara bertanggung jawab untuk
mengganti kerugian atas setiap
kerusakan pada bangunan dan/atau
fasilitas bandara yang diakibatkan
oleh kegiatannya.

PENYELENGGARA BANDARA
Pasal 233
UNIT PENYELENGGARA BANDAR
UDARA
Adalah
bandara

lembaga
yang

bertindak

penyelenggara
memberikan

pemerintah
bandara

jasa

kebandarudaraan

untuk

di

sebagai
yang

pelayanan
bandara

DALAM MELAKSANAKAN PELAYANAN JASA


KEBANDARUDARAAN, BADAN USAHA BANDAR UDARA DAN
UNIT PENYELENGGARA BANDAR UDARA WAJIB : (Pasal 234)
a. Memiliki SERTIFIKAT BANDARA atau REGISTER BANDARA;
b. Menyediakan fasilitas bandara yang laik operasi, serta memelihara kelaikan
fasilitas bandara;
c. Menyediakan personel yang mempunyai kompetensi untuk perawatan &
pengoperasian fasilitas bandara;
d. Mempertahankan & meningkatkan kompetensi personel yang merawat &
mengoperasikan fasilitas bandara;
e. Menyediakan & memperbarui setiap prosedur pengoperasian & perawatan
fasilitas bandara;
f. Memberikan pelayanan kepada pengguna jasa bandara sesuai dengan
standar pelayanan yang ditetapkan oleh Menteri;
g. Menyediakan fasilitas kelancaran lalu lintas personel pesawat udara &
petugas operasional;
h. Menjaga & meningkatkan keselamatan, keamanan, kelancaran, &
kenyamanan di bandara.
i. Menjaga & meningkatkan keamanan & ketertiban bandara;
j. Memelihara kelestarian lingkungan;
k. Mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;
l. Melakukan pengawasan & pengendalian secara internal atas kelaikan
fasilitas bandara, pelaksanaan prosedur perawatan & pengoperasian

ANAK
BERHAK MEMPEROLEH PELAYANAN BERUPA PERLAKUAN DAN
FASILITAS KHUSUS
MELIPUTI : (Pasal 239)

a. Pemberian prioritas pelayanan di terminal;


b. Penyediaan fasilitas untuk penyandang cacat selama di
terminal;
c. Penyediaan sarana bantu orang sakit;
d. Penyediaan fasilitas untuk merawat bayi (Nursery);
e. Penyediaan personel yang khusus bertugas untuk
melayani atau berkomunikasi dengan penyandang
cacat, orang sakit & lanjut usia; serta
f. Penyediaan
informasi
atau
petunjuk
tentang
keselamatan bangunan bagi penumpang di terminal &
sarana lain yang dapat dimengerti oleh penyandang
cacat, orang sakit & lanjut usia.

Contoh Bandara Yang Dimiliki/Dikelola


Badan Hukum Swasta Indonesia
N
O

NAMA BANDARA

LOKASI

PENGELOL
A

Malikul Saleh

Lokseumauwe

PT. Arun

Pinang Kampai

Dumai

Pertamina

Sei Selari

Sei Pakning

Pertamina

Dusun Aro

Jambi

PT. IFA

Rimbo Bujang

Bungo Tebo

PTP VI

Lhok Sukon

NAD

PT. Mobil Oil

Bapatu

Sumut

PTP IV

Kuala Tungkal

Jambi

Swasta

Senipah

Kaltim

Swasta

10

Soroako

Sulsel

Swasta

11

Talibu

Maluku

Missi

PENYELENGGARA BANDARA UMUM


PEMERINTAH

BADAN HUKUM
SWASTA
INDONESIA

BADAN USAHA
BANDAR UDARA

Kepentingan umum lebih


menonjol

Kepentingan umum
bukan utama (kurang
terjamin)

Kepentingan umum
bukan utama (kurang
terjamin)

Eksistensi bandara
terjamin (modal negara /
pemerintah / pemda,
kemungkinan ditutup
kecil)

Eksistensi bandara
kurang terjamin (modal
swasta)

Eksistensi bandara
terjamin (modal negara /
pemerintah / pemda,
kemungkinan ditutup
kecil)

Tunduk kepada hukum


publik

Tunduk kepada hukum


perdata

Tunduk kepada hukum


perdata

Kurang perhatian dalam


pengelolaan

Perhatian manajemen
besar

Manajemen seperti
perusahaan swasta

Manajemen kurang lincah Independen dalam


masalah keuangan

Negara / Pemerintah /
Pemda hanya sebagai
Pengendali Umum (tidak
mencampuri urusan
sehari-hari)

1. Setiap bandar udara yang dioperasikan wajib memenuhi ketentuan


keselamatan dan keamanan penerbangan, serta ketentuan pelayanan
jasa bandar udara.

LEGALITAS OPERASI BANDAR UDARA

2.

Bandar Udara yang telah memenuhi ketentuan keselamatan penerbangan,


Menteri memberikan :
. Sertifikat Bandar Udara untuk bandar udara yang melayani pesawat
udara dengan kapasitas di atas 30 seat atau di atas Maximum Take Off
Weight/MTOW 5700 Kg.
. Register Bandar Udara untuk bandar udara yang melayani pesawat
udara dengan kapasitas maksimum 30 seat atau s.d Maximum Take Off
Weight/MTOW s.d 5700 kg.

3.

Sertifikat Bandar Udara diberikan setelah bandar udara memiliki


AERODROME MANUAL yang memenuhi persyaratan teknis tentang :
. Personil;
. Fasilitas;
. Prosedur Operasi Bandar Udara; dan (Example : SOP-SOP OPERASI,
ASP, AEP, AEM, Etc)
. Sistem Manajemen Keselamatan Operasi Bandar Udara.

4. Register Bandar Udara diberikan setelah bandar udara memiliki BUKU


PEDOMAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA yang memiliki persyaratan
teknis tentang :
. Personel;

FASILITAS BANDAR UDARA

1. Setiap Badan Usaha Bandar Udara atau Unit Usaha Penyelenggara


Bandar Udara wajib menyediakan fasilitas bandar udara yang
memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan,
serta pelayanan jasa bandar udara sesuai dengan standar
pelayanan yang ditetapkan.
2. Setiap fasilitas bandar udara diberi SERTIFIKAT KELAYAKAN oleh
Menteri.
3. Untuk mempertahankan kesiapan fasilitas bandar udara, wajib
dilakukan perawatan fasilitas dalam jangka waktu tertentu dengan
cara PENGECEKAN, TES, VERIFIKASI dan/atau KALIBRASI.
4. Untuk menjaga dan meningkatkan kinerja fasilitas, prosedur dan
personel,
secara
berkala
wajib
dilakukan
LATIHAN
PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT (Medium Scale
Exercise minimum 2 tahun sekali).
5. Setiap personil yang bertugas mengoperasikan, merawat fasilitas
bandar udara dan melakukan pemanduan pesawat udara wajib
memiliki Sertifikat Kecakapan Personil (SKP) Licence & Rating
(Berlaku 2 tahun dan dapat diperpanjang).

PELAYANAN DAN FASILITAS


BANDAR UDARA
Essensial Operational Services (ATS, RFFS,
Security, etc)
Diarahkan untuk kapasitas, operasi, pelayanan lalu
lintas udara, keamanan dan keselamatan penerbangan,
kenyamanan penumpang dan kelancaran operasional
bandara.

Traffic Handling Services


(Check-in Counter, Loading / Unloading,
Transfer Desk, etc)
Untuk mendukung pelayanan penerbangan.

Commercial
etc)

Activities

(Concessionaires,

NO

AIRPORT ESSENSIAL FACILITY


LANDSIDE
FACILITY

AIRSIDE
FACILITY

AIR NAVIGATION
FACILITY

AIR COMMUNICATION
FACILITY

VISUAL AID
FACILITY

Passenger
Terminal
Building & VIP
Room

Runway

Non Directional
Beacon (NDB)

Aeronautical Fixed
Service
- Automatic Message
Switching
Center (AMSC)
- Aeronautical Fixed
Telecommunication
Network
(AFTN / Telex)
- HF Single Side Band

Marka & Rambu

Cargo
Warehousing

Runway Strip

Doppler VHF
Omni Range
(DVOR)

Aeronautical Mobile
Service
- VHF Air Ground
Communication
- HF Air Ground
Communication

Runway Lighting
(Threshold Light,
Center Line Light, End
Light, Edge Light,
Stopway Light)

Electrical,
Water &
Telephone
Supply
Building

Taxiway

Distance
Measuring
Equipment
(DME)

Transmission Service
- Radio Link
- V-SAT

Taxiway Lighting

Offices
Building

Apron
(Parking
Stand)

Runway Visual
Range (RVR)

Avtur Station
Facility

Service Road

Precision
Approach
PAPI & T-VASIS berfungsi untuk melihat
sudut
Runway
pendaratan
(Instrument
Landing
System
Sudut pendaratan yang tepat disebut
GLIDE
/
ILS)
SLOPE

Apron Flood Lighting

Approach Light (Inner,


Middle & Outer Marker)

Manoeuvring Area : Runway & Taxiway


Movement
Area : Runway, Taxiway & Apron

KEGIATAN PENGUSAHAAN BANDARA


1. Pelayanan Jasa Kebandarudaraan :
Meliputi
pelayanan
jasa
pesawat
udara,
penumpang, barang, dan pos terdiri atas
penyediaan dan/atau pengembangan :
a. Fasilitas untuk kegiatan pelayanan pendaratan,
lepas landas, manuver, parkir, dan penyimpanan
pesawat udara;
b. Fasilitas terminal untuk pelayanan angkutan
penumpang, kargo, dan pos;
c. Fasilitas elektronika, listrik, air, dan instalasi
limbah buangan; dan
d. Lahan untuk bangunan, lapangan, dan industri
serta gedung atau bangunan yang berhubungan

2. Pelayanan Jasa Terkait Bandara :


JASA
TERKAIT
UNTUK
MENUNJANG
KEGIATAN
PELAYANAN
OPERASI
PESAWAT
UDARA
DI
BANDARA :

JASA
TERKAIT
UNTUK
MENUNJANG
KEGIATAN
PELAYANAN
PENUMPANG
DAN BARANG :

JASA
TERKAIT
MEMBERIKAN
TAMBAH
PENGUSAHAAN
BANDARA :

UNTUK
NILAI
BAGI

Penyediaan
pesawat udara;

hanggar Penyediaan penginapan / Penyediaan


tempat
hotel & transit hotel;
bermain & rekreasi;

Perbengkelan
udara;

pesawat Penyediaan
restoran

toko

Pergudangan;

Penyimpanan
bermotor;

Katering pesawat udara;

Pelayanan kesehatan;

& Penyediaan
perkantoran;

kendaraan Penyediaan
olahraga;

fasilitas
fasilitas

Penyediaan fasilitas diklat;

Pelayanan
teknis Perbankan dan / atau Pengisian bahan bakar
penanganan
pesawat penukaran uang; dan
kendaraan bermotor; dan
udara di darat (ground
handling);
Pelayanan penumpang & Transportasi darat.
bagasi; serta
Penanganan kargo & pos.

Periklanan.

TARIF JASA KEBANDARUDARAAN


Pasal 243
Setiap pelayanan jasa kebandarudaraan dan jasa terkait dengan
bandara dikenakan tarif sesuai dengan jasa yang disediakan.
Pasal 244
(1) Struktur & golongan tarif jasa kebandarudaraan ditetapkan oleh
Menteri.
(2) Besaran tarif jasa kebandarudaraan pada bandara yang
diusahakan secara komersial ditetapkan oleh Badan Usaha Bandar
Udara.
(3) Besaran tarif jasa kebandarudaraan pada bandara yang belum
diusahakan secara komersial ditetapkan dengan :
a. PP
untuk
bandara
yang
diselenggarakan
oleh
Unit
Penyelenggara Bandara; atau
b. Perda untuk bandara yang
Penyelenggara Bandara Pemda.

diselenggarakan

oleh

Unit

PENYELENGGARA PELAYANAN NAVIGASI


PENERBANGAN
UU No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan Paragraf 2
1. Pemerintah
bertanggung
jawab
menyelenggarakan
Pasal 271 terhadap pesawat udara
pelayanan navigasi penerbangan
yang beroperasi di ruang udara yang dilayani.
2. Pemerintah membentuk satu lembaga penyelenggara
pelayanan navigasi penerbangan.
3. Lembaga dimaksud memenuhi kriteria sbb :
a. Mengutamakan Keselamatan penerbangan.
b. Secara finansial dapat mandiri.
c. Biaya yang ditarik dari pengguna jasa dikembalikan untuk
biaya investasi dan peningkatan operasional (cost
recovery)
4. Lembaga dimaksud dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada Menteri.
NAVIGASI PENERBANGAN

Adalah proses mengarahkan gerak pesawat udara dari


satu titik ke titik yang lain dengan selamat dan lancar
dengan menggunakan tanda-tanda yang ada di bumi dan
di langit serta menghindari bahaya dan/atau rintangan

BANDARA KHUSUS Pasal 247


(1) Badan Hukum Indonesia dapat membangun
bandara
khusus
setelah
mendapat
izin
pembangunan dari Menteri;
(2) Memenuhi persyaratan :
a. Bukti kepemilikan dan/atau penguasaan
lahan;
b. Rekomendasi yang diberikan oleh Pemda
setempat;
c. Rancangan teknik terinci fasilitas pokok; dan
d. Kelestarian lingkungan.
(3) Ketentuan tentang keselamatan dan keamanan
penerbangan pada bandara khusus sama dengan
yang berlaku pada bandara umum.

LANJUTAN BANDARA KHUSUS


Pasal 249
Bandara khusus dilarang melayani penerbangan langsung
dari dan/atau ke luar negeri kecuali dalam keadaan
tertentu dan bersifat sementara setelah memperoleh izin
dari Menteri.
Pasal 250
Bandara khusus dilarang digunakan untuk kepentingan
umum kecuali dalam keadaan tertentu dengan izin Menteri
dan bersifat sementara.
Pasal 251-252
Bandara khusus dapat berubah status menjadi bandara
untuk kepentingan umum setelah memenuhi persyaratan
ketentuan bandara dan diatur dengan keputusan Menteri.

PENGGUNAAN BERSAMA
BANDARA DAN PANGKALAN UDARA
Pasal 257
(1)Dalam keadaan tertentu bandara dapat digunakan
sebagai pangkalan udara.
(2)Dalam keadaan tertentu pangkalan udara dapat
digunakan bersama sebagai bandara.
(3)Penggunaan bersama suatu bandara atau pangkalan
udara dilakukan dengan memperhatikan :
a. Kebutuhan pelayanan jasa transportasi udara;
b. Keselamatan,
keamanan,
dan
kelancaran
penerbangan;
c. Keamanan & pertahanan negara; serta
d. Peraturan perundang-undangan.

PENGGUNAAN BERSAMA
BANDARA DAN PANGKALAN UDARA
Pasal 258
(1)Dalam keadaan damai, pangkalan udara yang
digunakan
bersama,
berlaku
ketentuan
penerbangan sipil.
(2)Pengawasan & pengendalian penggunaan KKOP
pada pangkalan udara yang digunakan bersama
dilaksanakan oleh Otoritas Bandara setelah
mendapat persetujuan dari Instansi Terkait.
Pasal 259
Bandara & Pangkalan Udara yang digunakan
secara bersama ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.

Tugas dan Fungsi


Airport Services
Menyiapkan perencanaan dan penyusunan
standarisasi dan jaminan kualitas pelayanan
operasi bandara, pengamanan bandara dan
PKP-PK.
Melakukan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian kegiatan pelayanan operasi
bandara, pengamanan bandara dan PKP-PK.
Melaksanakan
evaluasi
dan
perbaikan
kegiatan
pembinaan
pelayanan
operasi
bandara, pengamanan bandara dan PKP-PK.

ORGANISASI AIRPORT SERVICES


PRESIDENT DIRECTOR
DEPUTY PRESIDENT
DIRECTOR
EXECUTIVE VICE
PRESIDENT
OPERATION &
ENGINEERING

VICE PRESIDENT
AIRPORT SERVICES

AIRPORT RESCUE FIRE


FIGHTING SERVICE
MANAGER

AIRPORT SECURITY
MANAGER

AIRPORT OPERATION
SERVICES MANAGER

ASSISTANT MANAGER
OF AIRPORT RFFS
STANDARDIZATION
AND QA

ASSISTANT MANAGER
OF AIRPORT SECURITY
STANDARDIZATION
AND QA

ASSISTANT MANAGER
OF AIRPORT SERVICES
STANDARDIZATION
AND QA

ASSISTANT MANAGER
OF AIRPORT RFFS
FACILITY

ASSISTANT MANAGER
OF AIRPORT SECURITY
FACILITY

ASSISTANT MANAGER
OF AIRPORT SERVICES
FACILITY

ASSISTANT MANAGER
OF AIRPORT RFFS
PERSONNEL AND
OPERATION

ASSISTANT MANAGER
OF AIRPORT SECURITY
PERSONNEL AND
OPERATION

ASSISTANT MANAGER
OF AIRPORT SERVICES
PERSONNEL AND
OPERATION

FUNGSI DIBAWAH BINAAN AIRPORT


SERVICES

AIRPORT
SERVICES

RESCUE FIRE
FIGHTING
SERVICE
(PKP-PK)

OFFICER IN
CHARGE
(OIC)

AIRPORT
INFORMATIO
N&
CUSTOMER
SERVICE

SALVAGE
UNIT

AIRPORT
OPERATION
CENTER
(AOC)

APRON
MOVEMENT
CONTROL
(AMC)

TERMINAL
INSPECTION
SECTION
(TIS)

AIRPORT
DATA
ADMINISTRA
TION (ADA)

AIRPORT
SECURITY

Passenger

PERANAN UNIT AIRPORT SERVICES


TERHADAP PJP2U
FIDS
ADA-S
OT

AIRPORT
SECURITY

T IS

AIRPORT
SECURITY

AIRPORT
SECURITY

FIDS
ADA-S
OT

AMC
AMC
Inform
asi

RFFS

Check in Counter
Counter PSC

TOILE
T
TIS

HARAPAN
Selamat
Sampai di Tujuan
PENUMPANG
Aman (+ Tertib)
Nyam
an (+ Tepat Waktu)
Lancar

AIR TRANSPORTATION SYSTEM


(FLIGHT OPERATION)
AIRLINE
SUB
SYSTEM

AIR SYSTEM
GROUND SYSTEM AIRSPAC
AIRPORT
E
SUB
SUB
SAFETY
SYSTEM
SYSTEM
REGULARITY
EFFICIENCY

Air Safety is Ground Rightly

AIRPORT & AIR TRAFFIC


SERVICES FOCUS

3S + 1C

SAFETY
MEMENUHI PERSYARATAN
KESELAMATAN
OPERASIONAL BANDAR UDARA DAN
NAVIGASI PENERBANGAN, SERTA
FASILITAS PENUNJANG DAN
FASILITAS UMUM LAINNYA
SEHINGGA BANDAR UDARA DAN
RUANG UDARA AMAN UNTUK
OPERASI PENERBANGAN

SECURITY
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN
KEPADA PENERBANGAN DARI
TINDAKAN MELAWAN HUKUM
MELALUI KETERPADUAN DAN
PEMANFAATAN SDM, FASILITAS DAN
PROSEDUR

SERVICES

MEMENUHI KETENTUAN LEVEL OF SERVICE


DEMI TERWUJUDNYA KEPUASAN PENGGUNA
JASA BANDARA
RESPONSE
TIME

ON TIME
PERFORMANCE

ZERO
ACCIDENT

ZERO
INCIDENT

ZERO
COMPLAINT

ZERO
DEFECT

SELAMAT, AMAN, TERTIB, NYAMAN, LANCAR, TEPAT WAKTU


CUSTOMER SATISFACTION

COMPLIAN
INTERNATIONAL REGULATIONS
CES
- ICAO Regulations
ICAO Annex 1 s.d 18 & ICAO

Documents.
Patuh/Taat Pada
- IATA Regulations
Examp : Airport Development
Regulasi
Reference Manual (ADRM).
Aircraft Handling
Manual (AHM), Etc.
NATIONAL REGULATIONS
- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang
Penerbangan.
- Peraturan Pemerintah (PP).
- Keputusan / Peraturan Menteri Perhubungan.
- Keputusan / Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara.
AIRPORT REGULATIONS

PRACTICES
ANNEXES TO THE CONVENTION ON INTERNATIONAL
ANNEX
Personnel Licensing
ANNEX
Aeronautical Telecommunications
CIVIL AVIATION
1
10
ANNEX
2

Rules of The Air

ANNEX
11

Air Traffic Services

ANNEX
3

Meteorological
Service
International Air Navigation

ANNEX
12

Search and Rescue

ANNEX
4

Aeronautical Charts

ANNEX
13

Aircraft Accident
Investigation

ANNEX
5

Units of Measurement to be Used


in Air and Ground Operations

ANNEX
14

Aerodromes

ANNEX
6

Operation of Aircraft

ANNEX
15

Aeronautical Information Services

ANNEX
7

Aircraft
Nationality
Registration Marks

ANNEX
16

Environmental Protection

ANNEX
8

Airworthiness of Aircraft

for

and

and

Incident

ANNEX
Security
Safeguarding
17 Content International
Civil
Aviation
Against
Acts
of
Unlawful
Interference
Wajib)
Wajib)
Untuk
Untuk keseragaman
keseragaman aplikasi
aplikasi

Annex

Standards
Standards (Mandatory)
(Mandatory)
(Shall
(Shall =
= Compulsory
Compulsory =
= Harus
Harus =
=
dimana
dibutuhkan
dari
international
civil
&
ANNEX
ANNEX
Safe Transport
Dangerous
dimana Facilitation
dibutuhkan safety
safety dan
dan regularity
regularity
dari The
international
civilofaviation
aviation
&
9
18
Goods By Air
international
international air
air navigation.
navigation.
ANNEX
SAFETY MANGEMENT SYSTEM
Recommended
Recommended Practices
Practices
19
(Should
(Should =
= Not
Not Compulsory
Compulsory =
= Disarankan
Disarankan =
= Diharapkan)
Diharapkan)
Dibutuhkan
Dibutuhkan
untuk
untuk meningkatkan
meningkatkan safety,
safety, regularity
regularity dan
dan efficiency
efficiency dari
dari international
international civil
civil
aviation & international air navigation.

NATIONAL REGULATIONS
NO

NOMOR PERATURAN DAN


TAHUN

TENTANG

Undang-Undang RI N : 1 Tahun 2009

Penerbangan

Peraturan Pemerintah RI No: 3/2001

Keamanan dan Keselamatan penerbangan.

Peraturan Pemerintah RI No: 70/2001

Kebandarudaraan

Kep. Menhub RI No: KM.47 Tahun 2002

Sertifikasi Operasi Bandar Udara

Peraturan Menhub RI No: KM.24 Tahun 2009

Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety


Regulations Part 139) Tentang Bandar Udara (Aerodrome).

Peraturan Menhub RI No: PM 127/2015

Program Keamanan Penerbangan Nasional (PKPN).

Kep. Dirjen Hubud No: SKEP/100/XI/1985

Peraturan dan Tata Tertib Bandar Udara.

Kep. Dirjen Hubud No: SKEP/94/IV/1998

Persyaratan Teknis dan Operasional Fasilitas PKP-PK

Kep. Dirjen Hubud No: SKEP.275/XII/1998

Pengangkutan Bahan Dan/Atau Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara Sipil.

10

Kep. Dirjen Hubud No: SKEP/57/IV/1999

Pemindahan Pesawat Udara Yang Rusak di Bandar Udara

Kep. Dirjen Hubud No: SKEP/140/VI/1999

Persyaratan dan Prosedur Pengoperasian Kendaraan Di Sisi Udara.

11

Kep. Dirjen Hubud No: SKEP.284/IX/1999

Level of Service (LOS).

12

Kep. Dirjen Hubud No: SKEP.293/XI/1999

Surat Kecakapan Personil (SKP) Bahan Dan/Atau Barang Berbahaya.

13

Kep. Dirjen Hubud No: SKEP/345/XII/1999

Sertifikat Kecakapan Petugas dan Teknisi Perawatan Kendaraan PKP-PK Serta


Petugas salvage

14

Peraturan Dirjen Hubud No: SKEP/43/III/2007

Penanganan Cairan, Aerosol dan Gel (Liquids, Aerosols and Gels) Yang Dibawa
Penumpang Ke Dalam Kabin Pesawat Udara Pada Penerbangan Internasional.

15

Peraturan
Dirjen
SKEP/2765/XII/2010

Tata Cara Pemeriksaan Keamanan Penumpang, Personel Pesawat Udara dan


Barang Bawaan Yang Diangkut Dengan Pesawat Udara dan Orang Perseorangan

16

Peraturan Dirjen Hubud No: SKEP/255/IV/2011

Hubud

No:

Pemeriksaan Keamanan Kargo dan Pos Yang Diangkut Pesawat Udara

AIRPORT
RESCUE & FIRE FIGHTING
SERVICE
SDM

FASILIT
AS

SOP

SAFETY AWARENESS & SERVICE


EXCELLENT
TO SAVE LIFE
RESPONSE TIME
3

AIRCRAFT CRASH
DOMESTIC FIRE

PELAYANAN PRIMA
DALAM PRAKTIK RESCUE & FIRE FIGHTING SERVICES
Kesiapan personil (kuantitas dan kualitas Personil PKP-PK, Latihan rutin/insidentil).
Perawatan rutin dan kesiapan Kendaraan utama dan pendukung.
Perawatan rutin dan kesiapan fasilitas / peralatan / perlengkapan utama dan pendukung
Kesiapan dan kualitas bahan pemadam principal / complimentary agent.
Kegiatan Inspeksi Rutin (Fire Protection System, Fire Hidrant, Portable Fire Extinguisher / APAR, Oil
Spillage).
Implementasi SOP.
Keandalan :

NO

PEMENUHAN KETENTUAN

CAT VI

CAT VII

CAT VIII

CAT IX

CAT X

Water (Foam Meeting Performance Level B)

7900 Lt

12100 Lt

18200 Lt

24300 Lt

32300 Lt

Rata-rata pancaran (discharge rate)

4000
Lt/menit

5300
Lt/menit

7200
Lt/menit

9000
Lt/menit

11200
Lt/menit

Complimentary Agents (Dry Chemical Powder)

225 Kg

225 Kg

450 Kg

450 Kg

450 Kg

Jangkauan pancaran (discharge range)

Akselerasi (accceleration) 0 80 Km/Hour

Waktu reaksi (reaction/response time)

Kecepatan maksimum (maximum speed)

Jarak pengereman (stopping distance)

FT II 60 meter - FT I 70 meter

80 meter

FT II 25 detik - FT I 40 detik

FT I 40 detik

3 menit (Mencapai ujung landasan terjauh 230 + 30 Action)


105 Km/Hour
11 meter

AVIATION SECURITY
SDM

FASILIT
AS

SOP

SECURITY AWARENESS &


SERVICE EXCELLENT
TO
SAFEGUARDIN
G
TO PROTECT

THREAT & OBSTRUCTION


Hijacking, Bomb Threat, Sabotage, Attacking,
Intruders, Vandalism, Hidden / Forbidden
Dangerous Goods, Security Item
(+Kites, +Bird Strike, +Big Animal)

TUJUAN (OBJECTIVES)
PENGAMANAN PENERBANGAN SIPIL
Each Contracting States shall have as its PRIMARY OBJECTIVE
THE SAFETY
passengers, crew, ground personnel and general public in all
matters related
TO SAFEGUARDING
against acts of unlawful interference with civil aviation
(Annex 17 Chapter 2.1.1)
Each Contracting State shall ensure the implementation of
measures
at airports serving international civil aviation
TO PROTECT
cargo, baggage, mail, stores, and operators supplies
being moved within an airport and intended for carriage on an
aircraft
to safeguard such aircraft against an act of unlawful interference
SUBSTANSI
: AMANKAN
& BERIKAN
(Annex
17 Chapter 4.5.1)

AIRPORT SECURITY SYNERGI


(PERLU HARMONISASI DALAM IMPLEMENTASINYA)

ADBANDARA
ADBANDARA
(OTORITAS
(OTORITAS
BANDARA)
BANDARA)

CIQ
UU RI NO.2/2002
Tentang
Kepolisian
Negara RI

KEPOLISIAN
KEPOLISIAN
BANDARA
BANDARA

SAFETY &
SECURITY
AWARENESS
GATHERING

KISS
KOORDINASI
INTEGRASI
SINKRONISASI
SIMPLIFIKASI
BADAN HUKUM
INDONESIA
BERKEGIATAN
DI BANDARA

AIRLINES,
WAREHOUSE
OPERATOR, GHA,
REGULATED AGENT
UU RI NO.1/2009
Tentang
Penerbangan

PENGELOLA
PENGELOLA
BANDARA
BANDARA

AIRPORT SERVICES
SDM

FASILIT
AS

SOP

SERVICES AWARENESS & SERVICE


EXCELLENT
LEVEL OF
SERVICE

INCONVENIENCE SERVICES &


FACILITIES
UNCONVENIENCE, UNCONFORTABLE,
UNSERVICEABLE, UNCLEAN, UNFLUENCY

STANDAR KINERJA OPERASIONAL BANDAR UDARA


YANG TERKAIT DENGAN TINGKAT PELAYANAN
(LEVEL OF SERVICE)
DI BANDAR UDARA
SEBAGAI DASAR
KEBIJAKAN PENTARIFAN JASA KEBANDARUDARAAN

Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara


Nomor : SKEP/284/X/1999, Tanggal 22 Oktober 1999

SEOUL INCHEON INTL AIRPORT


By ACI - Wins the World's Best Airport Award 2012
By Skytrax Wins the Best 2 Airport Award 2013

69

REST AREA HKIA

REST AREA INCHEON INT


AIRPORT

REST AREA HELSINKI INT AIRPORT

REST AREA - AMSTERDAM SCHIPHOL AIRPORT

SINGAPORE CHANGI AIRPORT


By ACI - Wins the Best 2 Airport Award 2012
By SKYTRAX Wins the Worlds Best Airport Award
2013

73

TV ENTERTAINMENT
SINGAPORE CHANGI
AIRPORT

Passenger

PERANAN AIRPORT SECURITY

FIDS
ADA-S
OT

AIRPORT
SECURITY

T IS

AIRPORT
SECURITY
AMC
AIRPOR
T
SECURI
TY

AIRPORT
SECURITY

FIDS
ADA-S
OT

AMC
Inform
asi

RFFS

Check in Counter
Counter PSC

TOILE
T
TIS

LEGEND
LEGEND
1.
1. Aircraft
AircraftTowing
TowingTractor
Tractor
2.
Food
Service
2. Food ServiceTruck
Truck
3.
3. Lower
LowerDeck
DeckLoader
Loader
4.
Fuel
Supply
4. Fuel SupplyTruck
Truck
5.
5. Water
WaterService
ServiceTruck
Truck
6.
Trash
Truck
6. Trash Truck
7.
7. Lavatory
LavatoryService
ServiceTruck
Truck
8.
8. Conveyer
ConveyerBelt
BeltLoader
Loader

9.
9. Passenger
PassengerSteps
StepsTruck
Truck
10.
Ground
Turbine
10. Ground TurbineCompressor
Compressor
11.
11. Ground
GroundPower
PowerUnit
Unit
12.
Air
Condition
12. Air ConditionUnit
Unit
13.
13. Tow
TowBar
Bar
14.
Transporter
14. Transporter
15.
15. Dolly
Dolly

CONTROL
CONTROL SURFACE
SURFACE
FLAPS
FLAPS
Di
Di bagian
bagian belakang
belakang sayap
sayap untuk
untuk mengatur
mengatur lift
lift && drag.
drag.
Flaps
harus
dikeluarkan
dari
sayap
sebelum
take
Flaps harus dikeluarkan dari sayap sebelum take off/
off/
landing
landing
AILERON
AILERON
Di
Di bagian
bagian belakang
belakang sayap
sayap untuk
untuk mengatur
mengatur gerakan
gerakan
berputar
berputar (rolling)
(rolling)
Right
RightFlaps
Flaps

Lift
Thrust

Drag
Down

Left
LeftFlaps
Flaps
(Wheel)
(Wheel)

RUDDER
RUDDER
Di
Di ekor
ekor pesawat
pesawat untuk
untuk mengatur
mengatur gerakan
gerakan goyang
goyang
(yawing)
(yawing)
ELEVATOR
ELEVATOR
Di
Di ekor
ekor pesawat
pesawat untuk
untuk mengatur
mengatur gerakan
gerakan naik-turun
naik-turun
(pitching)
(pitching)

(Wheel)
(Wheel)

TERIMA KASIH

www.angkasapura2.co.id

LEVEL OF SERVICE
N
O

JENIS
PELAYANAN

FAKTOR PENDUKUNG
PELAYANAN

(1) Air Traffic


Control
(ATC)

BENTUK
PELAYANAN

Pelayanan Lalu
Lintas
Udara Untuk
Membantu
Pendaratan

INDIKATOR KUALITAS
PELAYANAN

4 BOS dari 100.000


pergerakan
4 BOC dari 100.000
pergerakan

Landasan

(3) Fasilitas
a. Pendaratan
PKP-PK

Landasan
yang memenuhi
persyaratan
keselamatan

PKP-PK (Pertolongan
Kecelakaan PenerbanganPemadam Kebakaran

SKALA
NILAI

99%

95-97% = cukup = 0,9

(4) Peralatan
Navigasi

Distance Measuring
Equipment (DME)
Non Directional Beacon
(NDB) Localizer

KETERANGAN

0,18

ICAO Annex 11
dan
Document 4444

0,12

< 95% = kurang = 0,8

99%

Skid Resistance
90%
Kenyamanan/keselamatan
pendaratan

0,04

Request s.d landing


clearance

94-100% = baik = 1,0


90-93% = cukup = 0,9
< 90% = kurang = 0,8

0,04

Dirjen Hubud
SKEP/123/VI/1999

89-100% = baik = 1,0


80-88% = cukup = 0,9
< 80% = kurang = 0,8

0,03

ICAO Annex 14

89-100% = baik = 1,0


80-88% = cukup = 0,9
< 80% = kurang = 0,8

0,02

ICAO Annex 14
Konfigurasi Landasan

Tidak ada obstacle

97%

95-100% = baik = 1,0


90-94% = cukup = 0,9
< 90% = kurang = 0,8

0,02

ICAO Annex 14

Response Time

3
100%

100% = baik = 1,0


95-99% = cukup = 0,9
< 95% = kurang = 0,8

0,10

Dirjen Hubud
SKEP/94/IV/1998

Instrument Landing
System (ILS)
Doppler Very High Frequency
Omni Directional Radio Range
(DVOR)

BOBOT

98-100% = baik = 1,0

Waktu
Holding
Kelengkapan marka
landasan

PJP4U
(Pelayanan
Jasa
(2)
Pendaratan,
Penempatan,
Dan
Penyimpanan
Pesawat
Udara)

TOLOK
UKUR

0,05
90-100% = baik = 1,0

Serviceavailability

95%

0,05
ICAO Annex 14

85-89% = cukup = 0,9


< 85% = kurang = 0,8

0,03
0,02

LEVEL OF SERVICE
N
O

JENIS
PELAYANAN

FAKTOR PENDUKUNG
PELAYANAN

(5)

PJP4U
(Pelayanan(6)
Jasa
Pendaratan,
Penempatan,
Dan
Penyimpanan
Pesawat
Udara)

Surveillance

Peralatan
Telekomunikasi

a. Pendaratan

(7) Runway Lighting

BENTUK
PELAYANAN

RADAR (Radio Detection


And Range)
a. Primary Survaillance
Radar (PSR)
b. Secondary Surveillance
Radar (SSR)
c. Automatic Depending
Surveillance (ADS)
Aerodrome Control Tower
(ADC)

VHF TX/RX (Very High


Frequency Transmitter /
Receiver

AFTN (Aeronautical Fix


Telecomminication
Network

Direct Speech

VSAT

INDIKATOR KUALITAS
PELAYANAN

TOLOK
UKUR

SKALA
NILAI

BOBOT

KETERANGAN

0,10

ICAO Annex 10

0,10

ICAO Annex 10

90-100% = baik = 1,0

Serviceavailability

95%

85-89% = cukup = 0,9


< 85% = kurang = 0,8

90-100% = baik = 1,0

Readibility

97%

85-89% = cukup = 0,9


< 85% = kurang = 0,8

Runway Light
(Centerline light, Edge
Light, Threshold light)

0,04

Taxiway Light
(Centerline light, Edge
Light)

0,03

Approach Light

VASI (Visual Slope


Light Indicator)

PAPI (Precision Approach


Path Indicator)

REILS (Runway End


Identification Light
System)

SQSL

90-100% = baik = 1,0

Serviceavailability

95%

85-89% = cukup = 0,9


< 85% = kurang = 0,8

0,03

LEVEL OF SERVICE
N
O

JENIS
PELAYANAN

FAKTOR PENDUKUNG
PELAYANAN

(1) Apron

BENTUK
PELAYANAN

INDIKATOR KUALITAS
PELAYANAN

TOLOK
UKUR

Penyediaan
prasarana dan
marka

Kapasitas apron mampu


menampung jumlah
pesawat udara
pada jam sibuk

Sesuai
standar

Apron Light

Guidance Sign

90%

SKALA
NILAI

BOBOT

KETERANGAN

0,90

Sesuai standar
yang ditetapkan oleh
Ditjen Hubud

90-100% = baik = 1,0


80-89% = cukup = 0,9
< 80% = kurang = 0,8

0,02

b. Penempatan

(2) Apron Lighting


1

90-100% = baik = 1,0

Serviceavailability

Parking Stand

Flood Light

(1) Hangar

Tersedianya
hangar

(2) Sekuriti

Pengamanan
lingkungan
hangar

c. Penyimpanan

95%

0,035

85-89% = cukup = 0,9


< 85% = kurang = 0,8

0,02
0,025

Luas hangar cukup untuk Sesuai


menampung pesawat
standar
udara terbesar
90%
yang ditentukan
Tidak adanya
Pelanggaran hukum
Diluar lingkungan
hangar

97%

90-100% = baik = 1,0

0,90

85-89% = cukup = 0,9


< 85% = kurang = 0,8

0,10

Sesuai standar
yang ditetapkan oleh
Ditjen Hubud

LEVEL OF SERVICE
N
O

JENIS
PELAYANAN

FAKTOR PENDUKUNG
PELAYANAN

(1) Area Control Center/


Approach Control
Office (ACC / APP)

(2) Flight
Information
Center (FIC)

BENTUK
PELAYANAN

INDIKATOR KUALITAS
PELAYANAN

Pelayanan Lalu
Lintas Udara Untuk
Membantu
di Control Airspace

4 BOS dari 100.000


pergerakan

0,25

4 BOC dari 100.000


pergerakan

0,10

Pelayanan Lalu
Lintas Udara Untuk
Membantu
Traffic Information

4 BOS dari 100.000


pergerakan

TOLOK
UKUR

SKALA
NILAI

BOBOT

KETERANGAN

99%
0,10
98-100% = baik = 1,0

4 BOC dari 100.000


pergerakan

95-97% = cukup = 0,9

0,05

< 95% = kurang = 0,8

PJP - ATC
2

(Pelayanan (3)
Jasa
Penerbangan
Air Traffic
Control)

Surveillance

(4) Peralatan
Telekomunikasi

RADAR (Radio Detection


And Range)
a. Primary Survaillance
Radar (PSR)
b. Secondary Surveillance
Radar (SSR)
c. Automatic Depending
Surveillance (ADS)
Area Control Center (ACC)

VHF (ER) TX/RX


Flight Service Station
(FSS)
a. Regional And Domestic
Air Route Area
(RDARA)
b. Major World Air Route
Area (MWARA)

Serviceavailability

95%

0,15
ICAO Annex 11

95-100% = baik = 1,0

Readibility

97%

90-94% = cukup = 0,9

0,12

< 90% = kurang = 0,8

90-100% = baik = 1,0

(5) Navigasi

Navigasi udara
untuk en-route

Serviceavailability

95%

85-89% = cukup = 0,9


< 85% = kurang = 0,8

0,15

LEVEL OF SERVICE
N
O

JENIS
PELAYANAN

FAKTOR PENDUKUNG
PELAYANAN

BENTUK
PELAYANAN

Penyediaan meja
pelaporan (check-in
Counter)
Peralatan meja
PemakaianPelaporan (check-in
4
Counter Counter)

Pemakaian
5
Garbarata

Fasilitas
Garbarata

INDIKATOR KUALITAS
PELAYANAN

TOLOK
UKUR

Jumlah penumpang Sesuai


Standar
yang dilayani
90%
pada jam sibuk

BOBOT

KETERANGAN

0,40

Sesuai standar
yang ditetapkan oleh
Ditjen Hubud

90-100% = baik = 1,0

Service ability
computer
MTBF (Mean Time
Between Failure)

95%

Penyediaan
timbangan

Akurasi timbangan

Deviasi
2,5%
90%

Pengoperasian

Waktu proses
docking

< 2
90%

Penyediaan
komputer

SKALA
NILAI

80-89% = cukup = 0,9

0,30

< 80% = kurang = 0,8

0,30

90-100% = baik = 1,0


80-89% = cukup = 0,9
< 80% = kurang = 0,8

1,00

100%

IATA
Airport Handling
Manual

LEVEL OF SERVICE
N
O

JENIS
PELAYANAN

FAKTOR PENDUKUNG
PELAYANAN

BENTUK
PELAYANAN

INDIKATOR KUALITAS
PELAYANAN

TOLOK
UKUR

SKALA
NILAI

BOBOT

Waktu menunggu

< 20
90%

80-100% = baik = 1,0

0,05

Waktu Proses

< 230
90%

< 60% = kurang = 0,8

0,05

Kondisi normal

< 3
90%

80-100% = baik = 1,0

0,10

Kondisi khusus

< 8
90%

Waktu menunggu

< 15
90%

Waktu Proses

< 2
90%

Waktu menunggu

< 15
90%

Waktu Proses

< 2
90%

Waktu menunggu

< 20
90%

Pelayanan Check-in

Pelayanan sekuriti
Penumpang
dan barang

PJP2U
(Pelayanan
Jasa
Penumpang
Pesawat
Udara)

Pelayanan Terminal
Penumpang
Keselamatan
Keamanan
Kelancaran

Imigrasi
Keberangkatan

60-79% = cukup = 0,9

Pelayanan
Bea & Cukai

Dilayani oleh Airlines


(perusahaan
angkutan
Udara atau Ground
Handling Agent)

80-89% = cukup = 0,9


< 80% = kurang = 0,8

0,15
0,03

70-100% = baik = 1,0

0,02

< 50% = kurang = 0,8

0,03

(Ditjen Imigrasi)

0,02
70-100% = baik = 1,0

0,03

50-69% = cukup = 0,9

Waktu Proses

< 10
90%

< 50% = kurang = 0,8

0,02

Bagasi pertama

< 20
90%

80-100% = baik = 1,0

0,04

Bagasi terakhir

< 30
90%

Penyerahan bagasi

Dilayani oleh instansi


Pemerintah

50-69% = cukup = 0,9

Imigrasi
Kedatangan

KETERANGAN

60-79% = cukup = 0,9


< 60% = kurang = 0,8

0,06

Dilayani oleh instansi


Pemerintah
(Ditjen Bea & Cukai)

Dilayani oleh Airlines


(perusahaan
angkutan
Udara atau Ground
Handling Agent)

LEVEL OF SERVICE
N
O

JENIS
PELAYANAN

FAKTOR PENDUKUNG
PELAYANAN

BENTUK
PELAYANAN

INDIKATOR KUALITAS
PELAYANAN

TOLOK
UKUR

Kapasitas terminal

Luas ruang perpenumpang pada


jam sibuk

Sesuai
Standar
90%

Kesejukan terminal

Suhu ruang
dalam terminal

23-27C
90%

SKALA
NILAI

85-100% = baik = 1,0

BOBOT

KETERANGAN

0,08

Sesuai standar
yang ditetapkan oleh
Ditjen Hubud

0,08

80-84% = cukup = 0,9

PJP2U
Pelayanan Terminal
(Pelayanan
Penumpang
Jasa
Penumpang
Kenyamanan
Pesawat
Udara)

Ruang terminal
yang bersih

Kebersihan
terminal

90%

Kemudahan
menyangkut
bagasi

Jumlah trollies

6 trollies
/10 pax

< 80% = kurang = 0,8

0,07

0,07

Pelayanan informasi
a.

Public Information
System

0,03
90-100% = baik = 1,0

b.
c.

Public Address
System
Flight Progress
Display

Tersedianya fasilitas
umum

Service ability

90%

80-89% = cukup = 0,9


< 80% = kurang = 0,8

0,03
0,02
0,02

Dinilai dari kesiapan


peralatan untuk
memberi pelayanan

AIRSPACE & AIRPORT CAPACITY


FACTORS
CAPACIT INFRASTRUCTURE (LIMITATION OF
DEMAND
Y

OPERATION)

Airspac
e

Airspace Structure (Airspace Design and Flexibility);


ATC System Capacity (Controller Capability) 100
words/minute
Area of Jurisdiction (Number of Sectors, Segregated
Airspace and Their Complexity);
Availability, Training, and Response Capability of
Personnel;
Availability Communication-Navigation-Surveillance (CNS)
Infrastructure;
Degree of Automation; and
Even the Equipage and Type of Aircraft in the Fleet.

Runway

Aerodrome & Runway Lay Out (Length & Width of


Runway);
Strength of Pavement (Pavement Classification Number);
Precision/Non-Precision Category
Separation Between Aircraft (Take off Take off, Take off
Landing, Landing Landing)

Taxiway

Strength of Pavement (Pavement Classification Number);


Availability of Parallel Taxiway;
Availability of Exit High Speed Taxiway (Rapid Exit
Taxiway)

Apron

Strength of Pavement (Pavement Classification Number);


Number of Parking Stand & Marking;
Clearance Distance on Aircraft Stand

Typical Traffic;
Number of Traffic (Flight)

Various Type of Aircraft;


Aircraft Classification
Number;
Number of Flight
Turn Around/Ground
Time

TERMINAL CAPACITY

Level of Service Standards (Sq.Meter/Occupant) ADRM, IATA,


2004
C

Departure / Arrival Concourse

1.9

1.7

1.5

1.3

1.0

Departure Lounge / Check in Queue


Area

1.8

1.6

1.4

1.2

1.0

Wait / Circulate

2.7

2.3

1.9

1.5

1.0

Hold Room / GIS

1.4

1.2

1.0

0.8

0.6

Baggage
ClaimdanArea
(excl.claim
1.8
1.6
1.4
A Tingkat layanan
kenyamanan
sempurna;2.0
pergerakan/arus
leluasa.
devices)

1.2

wn
kdo
Brea

em
Syst

B Tingkat layanan dan kenyamanan baik; pergerakan/arus stabil; keterlambatan dapat


diterima.
C Tingkat layanan dan kenyamanan baik; pergerakan/arus stabil; keterlambatan dapat
diterima.
D Tingkat layanan dan kenyamanan cukup; pergerakan/arus tidak stabil; keterlambatan
dapat diterima.

Level
A"dan direkomendasikan
untuk
E Tingkat layanan
kenyamanan tidak cukup; pergerakan/arus
tidak stabil;sasaran
keterlambatan tak dapat diterima
disain maksimum
F Tingkat layanan, kenyamanan, dan keterlambatan tidak dapat diterima;
pergerakan/arus bersilang, sistem terganggu
Level
C" direkomendasikan untuk sasaran

Anda mungkin juga menyukai