Anda di halaman 1dari 18

Kerubung Jaya, 04 Oktober 2021

LAPORAN PRAKTIKUM LEPIDOPTEROLOGI

“Identifikasi dan Karakterisasi Kupu-kupu dan Ngengat”

Dosen Pengampu : Arini, Sp, M.Si


Disusun Oleh : Kelompok 4

Dinda Silvia : 1803113564


M. Prima Putra Rivai : 1803124503
Nabilatul FN : 1903155544
Shafira Salsabilla : 1903124318
Umi Afridayanti : 1803110444

LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATERMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................. 2
1.3 Manfaat............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Kupu-Kupu & Ngengat..................................................... 3
2.2 Kepala (Mata, Antena, Oselus dan proboscis..................................... 3
2.3 Thoraks (Sayap dan Tungkai)............................................................ 5
2.4 Abdomen............................................................................................ 6
BAB III METODE
3.1 Alat dan Bahan..................................................................................8
3.2 Cara Kerja..........................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil....................................................................................................9
4.5 Pembahasan........................................................................................10
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.........................................................................................14
5.2 Saran...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15
LAMPIRAN......................................................................................................16

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kupu-kupu adalah salah satu jenis serangga dalam daftar kekayaan hayati Indonesia.
Kupu-kupu (butterflies) masih dalam satu ordo Lepidoptera dengan ngengat (moth). Namun
dalam kalsifikasi subordo keduanya terbagi ke dalam dua taksa yang berbeda, Rhopalocera
(kupu-kupu) dan Heterocera (ngengat). Kupu-kupu merupakan kelompok serangga
holometabola sejati dengan siklus hidup melalui stadium telur, larva (ulat), pupa
(kepompong), dan imago (dewasa). Kupu-kupu dapat dijumpai hampir di setiap tipe habitat,
asalkan ada tumbuhan pakan yang cocok bagi spesies kupukupu tersebut. Hutan primer, hutan
skunder, hutan produksi, dan kebun menjadi habitat bagi banyak spesies kupu-kupu
(Purwowidodo, 2015).
Penyebaran setiap jenis kupu-kupu adalah mengikuti pola distribusi yang jelas. Jenis
kupu- kupu yang ditemukan pada wilayah bagian barat Indonesia. penyebarannya berasal dari
daratan Asia, sedang yang terdapat di Indonesia bagian timur, penyebarannya dari benua
Australia.kupu-kupu hanya bagian kecil, yaitu 17.500 spesies atau < 12% dari 155.000
spesies Lepidoptera yang ada di dunia, dan bagian terbesar adalah ngengat. Walaupun jumlah
spesiesnya jauh lebih sedikit daripada ngengat, kupu-kupu lebih dikenal umum karena
sifatnya yang aktif pada siang hari (diurnal) serta warnanya cerah dan menarik. Indonesia
sendiri sebagai negara kepulauan memiliki jumlah spesies kupu-kupu sekitar 2.000 dari
jumlah kupu-kupu yang ada di dunia tersebut (Purwowidodo, 2015).
kupu-kupu dibedakan dari ngengat alias kupu-kupu malam berdasarkan waktu aktifnya
dan ciri-ciri fisiknya atau karakteristik motrfologi. Kupu-kupu umumnya aktif di waktu
siang (diurnal), sedangkan ngengat kebanyakan aktif di waktu malam (nocturnal). Kupu-kupu
beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya, ngengat hinggap dengan
membentangkan sayapnya. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah cemerlang,
ngengat cenderung gelap, kusam atau kelabu. Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini
selalu ada perkecualiannya, sehingga secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang pasti
(Purwowidodo, 2015).Oleh karena itu pada praktikum ini dilakukan pengamatan mengenai
karakter morfologi pada kupu-kupu dan ngengat pada bagian kepala, antena, proboscis,
toraks, sayap, tungkai dan abdomen.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan Memahami karakter morfologi kupu-kupu dan ngengat.
2. Memahami karakter kupu-kupu dan ngengat bagian kepala yaitu antena dan proboscis
3. Memahami karakter kupu-kupu dan ngengat bagian thoraks yaitu tungkai sayap.
4. Memahami karakter kupu-kupu dan ngengat bagian abdomen
5. Mengetahu perbedaan morfologi kupu-kupu dan ngengat
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan Memahami karakter morfologi kupu-kupu dan ngengat.
2. Mahasiswa dapat memahami karakter kupu-kupu dan ngengat bagian kepala yaitu antena
dan proboscis.
3. Mahasiswa dapat memahami karakter kupu-kupu dan ngengat bagian thoraks yaitu
tungkai sayap.
4. Mahasiswa dapat memahami karakter kupu-kupu dan ngengat bagian abdomen.
5. Mahasiswa dapat mengetahu perbedaan morfologi kupu-kupu dan ngengat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Kupu-Kupu & Ngengat


Kupu-kupu dapat dibedakan dengan ngengat dalam beberapa hal. Kupu-kupu bersifat
diurnal, sedangkan ngengat nokturnal. Selain itu, bentuk dan corak warna kupu-kupu lebih
menarik dibandingkan ngengat. Namun selalu ada pengecualian dalam hal ini karena banyak
pula ngengat yang beraktivitas pada siang hari dan terdapat pula kupu-kupu yang beraktivitas
pada malam hari begitu pula dengan bentuk dan corak warna, bisa berkebalikan dari
gambaran umum. Tubuh kupu-kupu dibedakan menjadi kepala, torak, dan abdomen. Pada
kepala kupu-kupu, terdapat sepasang antena yang panjang yang membesar pada ujungnya.
Antena tersebut berfungsi sebagai peraba dan perasa (Ruslan, 2015).
Menurut Sutrisno, (2015) secara umum, tubuh ngengat sama dengan tubuh serangga pada
umumnya, terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kepala, toraks dan abdomen. Bagian kepala
dilengkapi dengan alat mulut, organ peng- lihatan mata facet, dan organ sensori antena.
Sementara itu, toraks dilengkapi dengan dua pasang sayap, tiga pasang tungkai, dan pada
kelompok ngengat tertentu dilengkapi dengan organ pendengaran (timpanum).
2.2 Kepala (Mata, Antena, Oselus dan proboscis
Kepala
Anatomi kepala kupu-kupu terdiri atas antena, mata, palpi dan proboscis. Pada bagian
kepala ngengat dewasa, secara kasat dapat dilihat adanya sepasang antena, mata majemuk,
dan alat mulut. Sementara itu, daerah bersisik yang terletak di antaranya disebut sebagai
vertex (bagian atas) dan frons (bagian depannya). Bentuk sisik pada bagian ini bermacam-
macam, mulai yang berbentuk lembaran sampai dengan yang berbentuk menyerupai rambut
dan dari yang tegak sampai yang menempel rapat di permukaan bagian kepala (Sutrisno,
2015)
Mata
Kupu-kupu dan hampir semua serangga dewasa memiliki sepasang mata majemuk
spheris, tiap mata dapat tersusun atas 17000 ommatidia. Mata majemuk relatif besar dan
terdiri atas banyak mata faset (ommatidia), yang berfungsi untuk mengenali bentuk, warna,
dan gerakan. Mata tunggal berfungsi untuk mengetahui intensitas cahaya. Kupu-kupu dan
hampir semua serangga dewasa memiliki sepasang mata majemuk spheris, tiap mata dapat
tersusun atas 17000 ommatidia. Mata majemuk relatif besar dan terdiri atas banyak mata faset
(ommatidia), yang berfungsi untuk mengenali bentuk, warna, dan gerakan. Mata tunggal
berfungsi untuk mengetahui intensitas cahaya (Ruslan, 2015).
Mata majemuk merupakan karakteristik mata pada serangga umumnya. Mata ini terdiri
dari sekelompok omatidia yang tersusun rapat, terlihat berbentuk persegi enam pada
permukaannya, dan memanjang pada bagian dalamnya. Bentuk mata majemuk ini beragam,
mulai dari bulat sampai dengan lonjong dan ukurannya pun bervariasi tergantung dari ukuran
tubuh. Begitu juga omatidia penyusun mata majemuk ini pun bervariasi, baik ukuran maupun
jumlahnya (Sutrisno ,2015).
Oselus
Di samping mata majemuk, ada juga yang disebut oselus, yaitu mata sederhana yang
hanya terdapat pada jenis tertentu. Mata sederhana ini berjumlah sepasang dan biasanya
terletak di atas mata majemuk persis di belakang antena. Kebanyakan serangga, termasuk
Trichoptera, memiliki tambahan satu oselus, tetapi tambahan ini telah hilang pada kelompok
Lepidoptera. Setiap oselus terdiri dari lensa sederhana yang dibangun oleh sel korneagen.
Banyak jenis Lepi- doptera yang kehilangan oselus dan ada tidaknya oselus ini menjadi kunci
dalam identifikasi (Sutrisno ,2015).
Pada bagian atas oselus terdapat struktur yang disebut chaetosema juga berjumlah
sepasang pada setiap sisi, kurang lebih terletak segaris dengan antena dan oselus. Chaetosema
merupakan organ sensori yang fungsinya tidak jelas. Biasanya berukuran kecil, melingkar,
terpisah dari sisik kepala, tetapi dapat meluas sampai bertemu di atas tengah kepala. Beberapa
kelompok kehilangan karakter ini dan keberadaan organ ini juga digunakan dalam identifikasi
(Sutrisno , 2015).
Antena
Antena bersegmen muncul diantar kedua mata kupu. Antena ini dapat digerakkan secara
volunter dan berfungsi seperti radar. Salah satu fungsi yang nyata adalah mendeteksi feromon
di udara untuk mendeteksi dan mengenali lokasi pasangan. Kupu-kupu menggunakan
antenanya untuk mendeteksi angin dan bau di udara. Antenanya bervariasi dalam bentuk dan
warna, antena berbentuk filamen panjang dengan ujung yang membesar. Antena kaya akan
organ sensorik yang dikenal dengan nama sensillae. Kemampuan mengecap kupu-kupu 200
kali lebih kuat dari pada kemampuan mengecap manusia. Kemampuan ini dikoordinasikan
dengan kemoreseptor yang terdapat pada tarsi atau kaki yang bekerja hanya pada saat kontak
(Ruslan, 2015)
Antena dan mata majemuk adalah bagian yang paling jelas terli- hat di kepala. Antena
muncul persis di atas mata majemuk dan terdiri dari tiga bagian, yaitu skapus, pedisel, dan
flagelum Antena ini selalu dapat digerakkan. Skapus adalah segmen paling bawah yang
melebar dan bersisik, kadang-kadang pipih atau melebar membentuk topi penutup
mata.Terkadang juga muncul pekten (sisir dan rambut yang menyerupai sengat). Ukuran
pedisel lebih kecil dari skapus dan terdapat pembatas antara pedisel dan flagelum. Flagelum
beruas-ruas setiap ruas disebut flagelomer. Flagelum diselubungi oleh sisik yang jarang dan
kadang-kadang hanya pada bagian atas saja. Panjang dan jumlah ruas antena sangat
bervariasi, baik dari satu grup dengan grup yang lain maupun antar jenis kelamin sehingga
antena dapat berbentuk filiform, dengan setiap flagelomer berbentuk silinder yang sederhana,
pipih, lembaran, atau berbentuk gada seperti pada kupu-kupu siang (Sutrisno ,2015).
Pada beberapa kelompok ngengat, terutama kelompok yang ukurannya lebih besar, setiap
flagelomer dapat mengeluarkan antara satu sampai empat cabang silinder (rami). Rami ini
bervariasi panjang dan ukuran kepadatannya. Rami juga bervariasi, kadang melebar atau me-
mipih, contohnya beberapa Cossinae (Cossidae). Sensila merupakan struktur sensorik pada
antena serangga yang cenderung lebih banyak dan berkembang pada ngengat jantannya.
Antena pada ngengat jantan dan betina sangat berbeda, pada ngengat jantan antena dapat
menjadi pektinat yang kuat, sedangkan antena pada ngengat betina berbentuk filiform
(Sutrisno ,2015).
Proboscis
Proboscis tersusun dari sebuah pasang separuh lingkaran berbentuk huruf C yang saling
berkaitan. Proboscis merupakan sebuah “belalai” yang berfungsi sebagai sedotan untuk
makan. Ketika keluar dari pupa, proboscis ini belum bersatu, dan kupu-kupu harus
mempersatukan atau kupu-kupu akan mati. Kupu-kupu mendapatkan nutrisi dalam bentuk
liquid. Terdapat enzim yang disekresikan melalui proboscis untuk memecah nutrien yang
dihisap. Bila proboscis tersumbat dengan cairan kental, proboscis dapat dilepaskan dan
dibersihkan. Jarang sekali terdapat kupu-kupu yang memiliki tipe mulut pengunyah seperti
pada saat fase larva (ulat) (Ruslan, 2015).
2.3 Thoraks (Sayap dan Tungkai)
Torax
Terdiri atas tiga ruas atau disebut juga dengan segmen. Pada thorax terdapat tiga pasang
tungkai, dua pasang sayap, dan sekumpulan otot yang digunakan untuk terbang. Pasangan
tungkai pertama terdapat pada bagian protorax atau ruas dada pertama. Pasangan tungkai
kedua dan pasangan sayap depan terdapat pada bagian mesothorax atau ruas dada tengah.
Pasangan tungkai ketiga dan pasangan sayap kedua berada pada bagian metathorax atau ruas
dada terakhir. Kupu dewasa memiliki 3 pasang tungkai, kecuali Nymphalidae dan beberapa
jantan dari grup lain dimana pasangan kaki depan tereduksi menjadi tonjolan sapu dan
termodifikasi menjadi kemoreseptor. Tungkai kupu-kupu terdiri atas 9 ruas, yaitu coxa,
trochanter, femur, tibia, 5 ruas tarsus dengan dua cakar di ruas tarsus yang paling ujung.
(Ruslan, 2015).
Sayap
Sayap kupu-kupu berupa selaput yang ditutupi sisik. Ukuran, pola, dan warna sayap sangat
bervariasi pada masing-masing spesies. Sistem venasi sayap sangat penting dalam identifikasi.
Sayap merupakan karakter penting spesies kupu-kupu. Banyak spesies kupu-kupu menunjukkan
dimorfisme seksual yang mempunyai pola warna sayap berbeda pada kupu-kupu jantan dan
betina. Pasangan sayap depan biasanya lebih besar dari pada pasangan sayap belakang. Sayap
pada kupu-kupu dan ngengat ditutupi oleh sisik-sisik yang tidak hanya dijumpai pada sayap, tetapi
juga pada bagian tubuh yang lainnya. Sisik pada sayap berperan dalam insulator, pengatur suhu
tubuh dan produksi feromon (pada kupu-kupu jantan). Selain itu sisik pada sayap juga
memberikan perlindungan kamuflase atau mimikri (Ruslan, 2015).
Selain sistem venasi dan sistem kait, pola garis sayap juga meru- pakan salah satu karakter
yang sangat penting dalam mengenal jenis ngengat karena karakter ngengat sifatnya sangat stabil
dan spesifik. Selain sayap dan tungkai yang muncul dari bagian toraks, dijumpai juga organ lain
yang sangat penting untuk identifikasi, yaitu alat pendengaran atau organ timpanum seperti pada
kelompok Noctuoidea Organ ini sangat sulit dilihat jika kondisi spesimennya sudah mengering
karena terkadang lubang organ pen- dengaran ini menciut pada saat ngengat telah diawetkan. Di
samping itu, biasanya lubang tersebut juga tertutup oleh bulu-bulu yang tebal sehingga untuk
melihatnya terkadang harus menyingkirkan bulu- bulu penutupnya (Sutrisno ,2015).
Persepsi warna
Kupu betina tidak membedakan pejantan dari perbedaan warna. Sebagian besar ahli
biologi setuju bahwa warna bukanlah simbol komunikasi yang digunakan antar kupu-kupu
yang satu dengan kupu-kupu yang lain. Corak warna pada kupu-kupu, memiliki fungsi utama
dalam kamuflase, aposematik dan mimetik yang berguna dalam strategi pertahanan diri
menghadapi predator. Kupu-kupu juga waspada terhadap warna-warni yang dihasilkan oleh
refleksi cahaya matahari terhadap sayap kupu-kupu. Banyak spesies yang memiliki respon
selektif terhadap warna yang mendominasi warna spesiesnya seperti Heliconius erato
terhadap warna merah, Morpho helenor terhadap warna biru dan Philaethria dido terhadap
warna hijau (Ruslan, 2015)
2.4 Abdomen
Abdomen
Dalam abdomen terkandung sistem digestif, alat pernapasan, jantung tabung, dan organ
seksual. Eksoskleton abdomen pada kupu-kupu multi segmen. Setiap 10 segmen dikuatkan
dengan kitin berbentuk cincin. Segemen ini terhubungkan dengan jaringan fleksibel yang
memungkinkan abdomen untuk melengkung yang diperlukan saat kopulasi dan
bertelur.Abdomen pada kupu-kupu terdiri dari 10 ruas, tergum pada bagian dorsal dan
sternum pada bagian ventral. Pada ruas pertama sampai ruas ke tujuh terdapat spirakel yang
berfungsi untuk jalan masuknya udara. Dua atau tiga ruas terakhir abdomen mengalami
modifikasi membentuk alat genitalia. Alat genitalia luar terlihat di 3 ruas terakhir di ujung
abdomen, pada kupu-kupu jantan berupa valva (clasper) di ujung abdomen dan pada kupu-
kupu betina berupa lubang di ruas kedua sebelum ruas terakhir (Ruslan, 2015)
Pada ngengat Abdomen biasanya terdiri atas 10 ruas. Organ timpanum terletak pada
sternit kedua, baik jantan maupun betina pada beberapa kelompok ngengat tertentu (Gambar
2.9). Struktur yang berva- riasi menunjukkan bahwa organ ini muncul secara independen di
beberapa kelompok yang mempunyai organ ini, yaitu Tineidae subfamili Harmocloninae,
Dudgeonidae, Pyralidae, Drepanidae, Uraniidae, dan Geometridae. Pada Dudgeonidae, organ
ini berupa sebuah kantong yang sederhana, sedangkan pada ada famili yang lain organ ini
lebih kompleks (Sutrisno ,2015).
Spirakel
Pada sisi setiap segmen terdapat lubang yang dikenal dengan nama spirakel yang tertutup
oleh sisik-sisik. Spirakel ini merupakan lubang pernafasan yang terhubung dengan trachea di
dalam tubuh. udara dapat mengalir masuk atau meninggalkan tubuh. Pergerakan ritmik dari
tubuk kupu-kupu terkoordinasi dengan terbuka atau tertutupnya spirakel. Spirakel pada kupu-
kupu berjumlah 9 pasang terdapat pada bagian depan ruas dada tengah (mesothorax), ruas
dada terakhir (metathorax), dan pada ruas abdomen (Ruslan, 2015).
BAB III

METODE

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum mengenai pengamatan kupu-kupu dan
ngengat ini adalah adalah kotak tempat penyimpanan specimen, styarofoam, dan Jarum Pin.
3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum mengenai pengamatan kupu-kupu dan
ngengat ini adalah Spesimen serangga kupu-kupu dan ngengat.
3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pertama alat dan bahan disiapkan, kupu-kupu dan ngengat yang telah ditangkap dan
disimpan ditempat yang aman disiapkan
2. Selanjutnya spesimen kupu-kupu dan ngengat diletakkan diatas kotak dan styrofoaam
direntangkan sayapnya dan diberi pin agar dapat diamati bagian-bagian morfologinya.
3. Lalu diamati morfologi kupu-kupu dan ngengat pada bagian kepala, thoraks, dan
abdomen), mendeskripsikan perbedaan morfologi antara kupu-kupu dan ngengat dan
membuat identifikasi juga karakter kunci dari kupu-kupu dan ngengat.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar 1. Appias libythea Gambar 2. Acraea terpsicore Gambar 3. Papilio demoleus

Gambar 4. Cupido comyntas Gambar 5. Macroglossum


stellatarum

4.2 Pembahasan
Pada pengamatan ini didapatkan jenis kupu-kupu dan ngengat yang termasuk kedalam
famili Nymphalidae, Papilionidae, Lycaenidae, Pieridae dan Ngengat Famili Sphingidae. Pada
Famili Nymphalidae didapatkan species Acraea terpsicore, famili Papilionidae didapatkan
species Papilio demoleus, Pada famili Lycaenidae didapatkan species Cupido comyntas, pada
famili, famili Pieridae didapatkan species Appias libythea dan Pada ngengat Famili
Sphingidae didapatkan species Macroglossum stellatarum.
a. Appias libythea
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Pieridae
Genus : Appias
Species : Appias libythea
Appias libythea memiliki nama lokal Kupu Rumput Liar. Persebaran Indo-Cina,
Peninsular Malaysia, Filipina, Sumatra dan Jawa dan sebaran lokal di Sembilang Dangku ., dan
TN Sembilang Dangku. Habitat Appias libythea Jenis kupu-kupu ini sering dijumpai di hutan
dataran rendah, di tepi hutan, Bunga-Bunga, Rerumputan,semak dan jalan setapak/ koridor
hutan. Lokasi ditemukan Kupu-kupu ini di Taman Unri Depan Rektorat Kampus UR 19
November 2021. Menurut Dahelmi et al., (2012) Ciri khasnya yang paling membedakan dari
family yang lain yaitu warna tubuhnya (sayap) kebanyakan berwarna putih, kuning atau
oranye. Famili ini biasanya menarik perhatian karena terbang berkelompok dalam jumlah
yang banyak. Namun setiap jenis kupu-kupu dari famili ini memiliki perilaku yang berbeda-
beda. Appias libythea jantan bercirikan warna putih dengan urat hitam menonjol di bagian
bawah. Memiliki bentangan sayap 6 cm dengan ujung sayap depan berbentuk oval dan bagian
atas sayap berwarna putih dengan perbatasan garis hitam becampur dengan beberapa garis
putih. Sayap bagian belakang berwarna putih. Appias libythea betina berwarna gelap dengan
warna dasar sayap berwarna hitam kekuningan. Ujung sayap depan membulat, pada bagian
atas sayap depan dan belakang terdapat serangkaian garis putih-putih.
Menurut Destiyanaa et al., (2019) Appias libythea memiliki karakter Warna kepala
hitam panjang kepala 1,7 mm. Warna antena hitam, panjang antena 11,3 mm, bentuk
antena ujung membulat. Warna proboscis hitam, Warna labial pulp putih, panjang labial
pulp 1,7. Warna dada atas hitam, warna dada bawah putih, panjang dada 6,0 mm.
Warna tungkai putih, panjang tungkai depan 3,1 mm, panjang tungkai tengah 4,0 mm,
panjang tungkai belakang 3,8 mm. Warna utama sayap atas putih, warna utama sayap
bawah putih, panjang sayap depan 188 mm, panjang sayap belakang 17,9 mm, lebar
sayap depan 24,5 mm, lebar sayap belakang 1,92 mm, panjang rentang sayap 57,5 mm,
bentuk ujung sayap atas meruncing, bentuk tepian sayap bawah halus. Warna perut atas,
hitam, warna perut bawah putih, panjang perut 11,3 mm.
b. Acraea terpsicore
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : lepidoptera
Family : Nymphalidae
Genus : Acraea
Species : Acraea terpsicore
Acraea terpsicore memiliki nama lokal Kupu Erbis. Persebaran Sri Lanka dan India ke
Vietnam sampai Thailand, semenanjung Malaysia, Singapura, Sumatra, Jawa, Sulawesi,
Kalimantan, flores, dan sebaran lokal di Sembilang Dangku dan Taman Nasional Sembilang.
Habitat terbuka, dapat berbatasan dengan perkebunan sawit, padang rumput, semak belukar.
Spesies ini tidak terbang tinggi, tetapi tetap berada dalam jarak 3 m dari tanah dan cenderung
bertumpu pada vegetasi di daerah yang berjarak satu meter dari tanah. Acraea terpsicore
dapat dilihat secara melimpah di mana pun. Imago cenderung menghindari semak belukar
yang lebat. Bagian atas sayap pada jantan berwarna orange pekat sedangkan pada betina
berwarna kuning pucat kecoklatan. kedua sayap memiliki tanda hitam pada kedua bagian atas
dan bawah sayap. Antena berawarna hitam,bagian kepala dan toraks memilik spot warna
hitam dengan warna kuning pucat dan putih. Lokasi ditemukan Kupu-kupu ini di Lapangan
Open Space Kampus UR 19 November 2021.
A. terpsicore adalah spesies yang mudah dikenali karena berwarna merah kecokelatan
cerah, sayap depan dan belakangnya berbentuk khas, dan penerbangan lemah. Ini tidak
menyerupai spesies kupu-kupu lain di Kalimantan. Oleh karena itu, kehadirannya jarang
dilewatkan begitu saja. Imago jantan adalah berwarna lebih cerah dibandingkan dengan betina
berwarna kusam. Rentang sayap sekitar 50-65 mm dengan lebar sayap depan, panjang dan
membulat pada puncaknya. Spesies ini relatif mudah diidentifikasi dengan kepala hitam dan
toraks putih tutul, sayap depan panjang dengan ujung membulat, sayap belakang bulat dan
keduanya kedepan dan sayap belakang berwarna oranye di atas dengan bagian luar hitam
sempit perbatasan dan bintik-bintik sayap hitam. Sayap belakang memiliki perbatasan lebar
dengan tanda putih tertutup di dalamnya, dan terdapat bintik hitam pada kedua sayap (Iqbal &
Sriwijaya, 2017)
c. Cupido comyntas
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Lycaenidae
Genus : Cupido
Species : Cupido comyntas
Cupido comyntas memiliki nama lokal Ekor timur-biru. Lokasi ditemukan Species ini
ditemukan dilahan kosong dekat rerumputan semak-semak di Desa Suka Mulya,kec.
Bangkinang, Kab Kampar 22 November 2021. Menurut (Hairstreak et al., 2020) Persebaran
Cupido comyntas dapat ditemukan di Zona Sonora atas hingga kaki bukit Kanada yang lebih
rendah, atau Zona Kanada bawah di timur. Sebagian besar populasi ditemukan di Amerika
Serikat bagian timur dan wilayah Kanada. Ada beberapa koloni terisolasi di Oregon dan
California. Dan diindonesia dapat ditemukan di sumatra, jawa, dan kalimantan. Ukuran kupu-
kupu kecil dengan panjang sayap depan, umumnya berukuran tidak lebih dari 2 cm bahkan
kurang dari 2 cm. Sayapnya berwarna biru metalik, silver atau berwarna tembaga. Pada sayap
belakang dari beberapa spesies terdapat ekor panjang berbentuk benang terdapat satu, dua
atau bahkan tiga yang biasanya ada satu atau dua pasang yang terikat di bawah titik mata pada
cuping sayap. Kebanyakan larva perusak kayu dimana kepala, kaki dan klasper tersembunyi
dibawah karapaks berdaging. Tungkai pada kupu-kupu jantan tidak terlalu mengecil, tetapi
dengan torsi yang pendek, sedangkan tungkai pada kupu-kupu betina normal, dan tidak
mengecil.
Cupido comyntas memiliki habitat biasanya padang rumput yang lembab, kaki bukit
gurun, tepi sungai, pinggir jalan dan jalur hutan atau tempat terbuka. Juga, mereka tertarik
pada ladang dan kebun yang rimbun. Hal ini menyebabkan Cupido comyntas mendapat
untung dari perambahan manusia. Daerah Habitat terestrial Bioma Terestrial gurun atau bukit
pasir; hutan dan Fitur Habitat Lainnya: riparian Beberapa karakter morfologi khusus yang
dimiliki family ini diantaranya memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari jenis lainnya,
antenanya memiliki corak garis hitam dan putih, dan memiliki warna sayap yang tidak terlalu
mencolok. Pada kupu-kupu small blue ini, memiliki sayap berwarna ungu muda serta terdapat
bintik-bintik hitam di sepanjang sayapnya terutama pada bagian sayap permukaan bawahnya,
sedangkan tubuhnya berwarna hitam kecoklatan, ditutupi oleh rambut-rambut tipis berwarna
coklat muda. Tungkai berwarna coklat muda sebanyak dua pasang. Memiliki antena serta
probosis berukuran kecil (Hairstreak et al., 2020).
d. Papilio demoleus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Papilionidae
Genus : Papilio
Species : Papilio demoleus
Papilio demoleus memiliki nama lokal kupu-kupu jeruk. Lokasi ditemukan Species Papilio
demoleus ini di Lapangan Open Space Kampus UR 19 November 2021. Menurut (Rohman et
al., 2019) Persebaran Papilio demoleus di India, Indo-Cina, Peninsular Malaysia, Filipina,
Australia, Sumatra, Jawa, Sumba, Alor, Flores dan Sulawesi. Sebaran Lokal Sembilang
Dangku, TN Sembilang, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Habitat dari Species
Papilio demoleus ini adalah sabana, lahan bera atau yang bergulma lebat, kebun, hutan, serta
khususnya menyukai aliran air dan sungai. Imago muncul dengan membelah kepompong
secara dorsal. Sebelum muncul, kupu-kupu merobek penutup kepompong dengan tubuhnya
dan tubuhnya berwarna kuning pucat dan sayapnya juga berhias. Namun, betina sedikit lebih
besar (panjang 1-3 mm dan lebar 0,5-l mm) daripada jantan. Kepala, dada, perut, dan
pelengkap lainnya ditutupi dengan banyak sisik. Sepasang antena hadir di daerah kepala.
Panjang antena dengan rata-rata dari 16 - 16.57 mm dan ujung antena terdapat bulatan hitam.
Thoraks tertutup rapat dengan sisik. Pada laki-laki panjang thorax rata-rata 11.8 mm.
Lebarnya adalah 6,30 hingga 6,55 mm.Abdomen berwarna hitam di sisi punggung tetapi
kuning dengan strip hitam di bagian sisi ventral. Panjangnya untuk jantan mm dan 14, 50 –
15,50 mm sedangkan betina diukur dari 14,40 -15,63 mm (Ahad, 2004).
Sayap Papilio demoleus memiliki Sayap depan berbentuk segitiga, bagian apeks tumpul,
dan bagian termen cekung dan rata. sedangkan sayap belakang berbentuk bulat telur dan
bagian termen berombak. Sayap bagian atas memiliki sayap depan berwarna dasar hitam
dengan bercak kuning pucat tak beraturan pada bagian tengah sayap, dan bercak lunula kecil
berwarna kuning pucat berjajar di area submarginal, sedangkan sayap belakang memiliki
warna dasar hitam, dengan berkas kuning pucat pada area subbasal, serta bercak occeli gelap
pada area costa, sedangkan pada submarginal terdapat lima bercak lunula kuning pucat
berjajar zig-zag dan pada tornal terdapat bercak ocelli merah gelap. Sayap bagian bawah
memiliki motif menyerupai bagian atas, namun memiliki warna dasar hitam, dan garis-garis
putih pada pangkal sayap, sedangkan sayap belakang memiliki warna dasar putih kekuningan,
serta delapan bercak ocellus merah-hitam pada area diskal dan bercak putih pada area
marginal. Tubuh bagian atas berwarna hitam dengan rambut hitam, sedangkan tubuh bagian
bawah berwarna putih kekuningan dengan garisgaris hitam (Rohman et al., 2019).
Pada Sayap depan terdapat lima rangka radius berbentuk seperti garpu, berada diujung
apeks, dan berasal dari diskal. Sel diskal menutup, dengan rangka tebal, terdapat tiga rangka
media yang terpisah dengan rangka lainya, dua rangka kubitus, dan dua rangka anal. Pada
sayap belakang, terdapat satu rangka radius, tiga rangka media, sel diskal yang menutup, dua
rangka kubitus, dan satu rangka Anal (Rohman et al., 2019).
e. Macroglossum stellatarum
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Sphingidae
Genus : Macroglossum
Species : Macroglossum stellatarum
Nama lain dari Macroglossum stellatarum adalah ngengat Sphinxes. Lokasi ditemukan
diperkebunan karet Desa Kerubung Jaya, Kec.Batang Cenaku, Kab. Indragiri Hulu 17
November 2021. Menurut (Rohman et al., 2019) Macroglossum stellatarum tersebar luas di
Palearctic (Eropa dan Afrika Utara), Asia Tengah, India, Indocina, Malaysia, Filipina,
Australia, Sumatra, Jawa, Sumba, Alor, Flores dan Sulawesi. Habitat dari Species
Macroglossum stellatarum adalah area terbuka dengan sumber nektar yang berlimpah
(padang rumput terbuka, padang rumput, kebun, lahan pertanian). Imago sering ditemukan
memakan nektar semak kupu-kupu (Buddleia) dan bunga produktif lainnya. Imago memakan
nektar. Larva memakan terutama anggota Famili Rubiaceae lainya. Keseluruhan berwarna
abu-abu kecoklatan. Sayap depan abu-abu buram kecoklatan dan sayap belakang oranye yang
kuat dengan tepi hitam. Lebar sayapnya adalah 40–45 milimeter (1,6–1,8 inci). Abdomen
cukup lebar dan besar dengan sepertiga distal gelap, dengan tiga tanda putih di sepanjang
setiap margin. "Ekor" kipas setae di ujungnya berumbai, hitam, dan berbentuk kipas.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. morfologi ngengat dan kupu-kupu dapat dibedakan antara lain yaitu kepala pada bagian
kepala terdapat antena, proboscis, dan mata). Lalu bagian thoraks (dada) terdapat sayap
dan tungkai, dan terakhir bagian abdomen terdapat alat genitalia di ruas ujung.
2. Morfologi antena kupu-kupu dan ngengat adalah antena kupu-kupu lurus, panjang, dan
atas terdapat bulatan kecil, dan tidak berbulu sedangkan Antena ngengat berbentuk seperti
sisir atau berbulu, atau berserabut dan tidak bertangkai, filament, unipektinet atau
Bipektinet. Antena kupu-kupu seperti filamen tipis ramping berbentuk klub di ujungnya
klavat, atau fasciculate. Dan proboscis berfungsi sebagai mulut
3. Pada bagian thoraks kupu-kupu dan ngengat merupakan tempat munculnya organ
penggerak sayap dan kaki, sayap kupu-kupu memiliki banyak pola warna cerah sedangkan
ngengat sayapnnya dominan gelap atau coklat tetapi terdapat juga sayap ngngat yang
bewarna terang
4. Pada bagian abdomen kupu-kupu dan ngengat bagian tubuh yang lunak, dan bersegmen
ada yang bersegmen biasa dengan satu warna seperti coklat saja dan ada yang bersegmen
dengan dua warna garis coklat dan putih, dan pada ruas segemen terakhir abdomen
terdapat organ genitalia baik pada kupu-kupu maupun ngengat.
5. Perbedaan morfologi antara kupu-kupu dan ngengat adalah pada Antena kupu-kupu
seperti filamen tipis ramping berbentuk klub di ujungnya klavat, atau fasciculate.
sedangkan Antena ngengat berbentuk seperti sisir atau berbulu, atau berserabut dan tidak
bertangkai, filament, unipektinet atau Bipektinet. Pada antena jantan dan betina, khusus
pada ngengat, dominannya jantan dan betina berbeda tipe. jantan ; pektinet - betina;
filiform. Ngengat hinggap dengan posisi kedua sayap terbuka atau terentang sedangkan
kupu-kupu hinggap dengan posisi sayap tertutupi.
6. Pengamatan ini didapatkan jenis kupu-kupu dan ngengat yang termasuk kedalam famili
Nymphalidae, Papilionidae, Lycaenidae, Pieridae dan Ngengat Famili Sphingidae. Pada
Famili Nymphalidae didapatkan species Acraea terpsicore, famili Papilionidae didapatkan
species Papilio demoleus, Pada famili Lycaenidae didapatkan species Cupido comyntas,
pada famili, famili Pieridae didapatkan species Appias libythea dan Pada ngengat Famili
Sphingidae didapatkan species Macroglossum stellatarum.
DAFTAR PUSTAKA

Dahelmi, Nofri S.M.S, dan Siti S. 2012. Spesies Kupu-Kupu (Rhopalocera) Di Tanjung Balai
Karimun Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Jurnal Biologi Universitas Andalas, V
1(1) : 35-44.
Destiyanaa A., Chahyadi E., Isdaa M.N, Salbiah D., 2019. Identifikasi Kupu-Kupu
Rhopalocera Dan Vegetasihabitat Berdasarkan Karakter Morfologi Padabeberapa
Kawasan Resort Talang Lakat Tamannasional Bukit Tiga Puluh Provinsi Riau.
Prosiding Sains TeKes Semnas MIPAKes Umri, Agustus.Vol . 105-118.
Ahad, P. D. M. 2004. Morphology of lemon butterfly Papilio demoleus L.(Papilionidae:
Lepidoptera). Journal of Science and Technology. Vol5(4):115–120.
Hairstreak, G., Box, P. O., & Christie, W. H. 2020. Gray hairstreak: Vol 78(2): 5 - 16.
Iqbal, M., & Sriwijaya, U. 2017. Tawny Coster Acraea terpsicore , a new species for Borneo.
November 2015 :47–49.
Purwowidodo. (2015). Studi Keanekaragaman Hayati Kupu-Kupu (Sub Ordo Rhopalocera)
Dan Peranan Ekologisnya Di Area Hutan Lindung Kaki Gunung Prau Kabupaten Kendal
Jawa Tengah.[SKRIPSI]: 1–230.
Rohman, F., Efendi, M. A., & Andrini, L. R. 2019. Bioekologi Kupu-Kupu. Penerbit &
Percekan UM Universitas Malang.
Ruslan, H. 2015. Buku Kupu-kupu Indonesia. LPU – UNAS Jakarta Indonesia.
Sutrisno, 2015..Buku Month of Gunung Halimun Salak National Park Deprainoidea and
Geometroidea. Jakarta. LIPI Press.

Anda mungkin juga menyukai