Anda di halaman 1dari 10

Analisis Usaha Waralaba Teh Poci

I. Deskripsi Usaha

Rekso Group merupakan sebuah perusahaan besar yang kini berskala


Internasional yang bergerak dibidang makanan dan minuman. Dalam Rekso
Group, tergabung beberapa perusahaan besar seperti Mc Donalds Indonesia,
Agropangan Putra Mandiri, PT. Sinar Sosro yang merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang minuman ringan dalam kemasan seperti, Teh Botol Sosro, Joy
Green Tea, Fruit Tea, dll; terdapat juga PT Gunung Slamat yang merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang teh untuk bahan seduh, seperti Teh Celup
Sosro, Teh Cap Botol, Teh Cap Poci, dan sebagainya.

Seiring berjalannya waktu, dengan semakin digemarinya racikan teh Cap


Poci khususnya pada masyarakat kota Solo dan sekitarnya, kemudian PT Gunung
Slamat mengembangkan bisnisnya dengan mendirikan kedai minuman siap saji.
Kedai minuman siap saji ini kemudian berkembang menjadi usaha waralaba yang
dinaungi oleh PT Poci Kreasi Mandiri.

Hingga kini, kedai Teh Poci dapat ditemui di berbagai kota mulai dari
pinggiran jalan hingga kedai di dalam pusat perbelanjaan.

Usaha minuman siap saji ini tidak hanya memberikan keuntungan bagi
usaha Rekso Group, melainkan juga bagi pihak-pihak yang memutuskan
bergabung dan mendirikan cabang waralaba Teh Poci sendiri. Dengan modal yang
tidak besar, owner cabang waralaba ini dapat meraih banyak keuntungan dalam
waktu singkat.

Karena jenis usahanya yang unik dengan modal kecil dan prospek yang
begitu menguntungkan, kami kemudian mencoba melakukan analisis terhadap
pusat biaya usaha waralaba Teh Poci.

Sample dari usaha kami adalah kedai Teh Poci yang terletak di depan
Indomaret Jalan Riau dengan owner Mbak Wiwit dan dikelola atau dijalankan
oleh Mbak Wahyu.
II. Jenis Analisis

Analisis yang dilakukan terhadap usaha waralaba Teh Poci ini adalah
berupa analisis terhadap Cost Centre dari usaha tersebut.

Cost Centre merupakan pusat pertanggungjawaban di mana masukkannya


diukur dalam satuan uang, akan tetapi keluarannya tidak diukur dalam satuan
uang.

Fungsi dari controller dalam pusat cost adalah untuk meminimalkan


pengeluaran biaya setiap departemen dalam perusahaan.

Dalam kasus analisis usaha waralaba Teh Poci, karena tidak terdapat
pembagian departemen secara jelas dan tertulis, fungsi controller adalah untuk
meminimalkan pengeluaran biaya utama dari waralaba tersebut.

Sebelum memulai analisis terhadap pusat biaya, perlu diketahui apa saja
yang merupakan empat elemen dasar dari pusat biaya usaha waralaba Teh Poci.

Teh di kenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda


bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu
penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, pemerintah
Belanda mulai memperhatikan teh dengan mendatangkan biji-biji Teh secara
besar-besaran dari Cina untuk di budidayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak
terlalu berhasil dan baru berhasil setelah pada tahun 1824 Dr.Van Siebold seorang
ahli bedah Tentara Hindia Balanda yang pernah melakukan penelitian alam di
Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang.
Usaha perkebunan Teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan
sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda,
sehinggan pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, Teh menjadi salah
satu tanaman yang harus di tanam rakyat melalui Politik Tanam Paksa (Culture
Stetsel). Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan Teh
diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang, perkebunan dan perdagangan Teh juga
dilakukan oleh pihak swasta.
1. Product

Teh Cap Botol, Teh Cap Poci, Teh Cap Sadel, Teh Cap Trompet, Teh Cap
Berko. Es Teh Cap Poci

 Business Opportunity
 (Available only in Indonesia)

2. Konsep Bisnis Es Teh Poci :

 Menciptakan ENTREPRENEURS melalui Unit Usaha Mandiri


(UKM)

 Menciptakan lapanagan kerja baru

 Menciptakan peluang pasar baru

3. Biaya Investasi Awal

Paket Meja 1 (Meja Kecil)                   : Rp.5000.000,-

Paket Meja 2 (Meja Besar)                  : Rp.7.500.000,-

(harga sewaktu-waktu bisa berubah)

4. Barang-barang yang anda dapatkan

1.      Meja Counter

2.      Cooler Box

3.      Container Eh Teh


4.      Termos

5.      Teko listrik

6.      Mesin Seal

7.      Centong Kayu

8.      Sendok Besar

9.      Saringan

5. Keuntungan Bisnis Es Teh Cap Poci

 Biaya Investasi Awal paling ringan (Rp.5.000.000,; dan


Rp.7.500.000,-)

 Return on Investment (balik modal) Paling Cepat (Penjualan 70


cup sehari, ROI=3,4 bulan)

 Modal Kecil, Untung Besar (Modal Kerja : Rp.1.219,/ cup)

 Harga jual : tidak terikat dan tidak mematok

 Dibawah naungan perusahaan terkemuka Ahlinya Teh

6. Perhitungan Laba Es Teh Cup Poci

Paket Meja 1 (perhitungan ini hanya ilustrasi)

Analisis Usaha

 Biaya Investasi Awal : Rp.5000.000,;

 Penjualan Rata-rata/hari : Rp.70 cup/hari


 Harga Jual Es Teh Poci : Rp.2.500.;

 Omset/bulan : 70 cup x 30 hari x Rp.2.500,- (Rp.5.250.000,-)


Biaya Variabel

 Sewa Tempat : 500.000,-

 SDM : Rp.700.000,-

 Modal Kerja : Rp.2.559.000,-

 Jumlah :Rp.3.759.000,-

 Laba : Rp.5.250.000 – Rp.3.759.900 = Rp.1.490.000,-

 Return on Investment : 3 – 4 bulan (balik modal)

*Contoh Perhitungan Modal kerja

7. Modal Biaya percup : Rp.1.219,-

Penjualan Rata-rata/hari : 70 cup

Hari Kerja : 30 hari

Modal Kerja / bulan : 70 cupx 30 hari x Rp.1.219,- = Rp.2.559.000,-

1. Detektor

Merupakan alat yang mengukur apa yang nyata-nyata terjadi dalam proses
yang sedang dikendalikan. Dalam analisa yang sedang dilakukan, proses yang
sedang dikendalikan adalah proses operasional. Karena pusat biaya merupakan
pusat kegiatan keuangan yang pada dasarnya berada dalam proses operasional.
Detektor dalam usaha waralaba Teh Poci adalah penganggaran.
Dalam analisa ini, penganggaran atau kegiatan membuat anggaran
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa luas proses operasional
akan berjalan.

2. Asesor

Merupakan alat yang menentukan signifikasi dari apa yang nyata-nyata


sering terjadi melalui perbandingan dengan beberapa standar dan apa yang sedang
terjadi. Dalam kasus analisa waralaba Teh Poci, alat penentu spesifikasinya adalah
Standar Operasional Produksi (SOP) mengingat dalam Standar Operasional
produksi terdapat ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan kegiatan operasional
produksi.

3. Efektor

Merupakan alat berupa feedback atau umpan balik yang akan mengubah
perlakuan jika asesor menunjukkan kebutuhan / keinginan untuk melakukannya.

Dalam usaha Teh Poci, alat berupa feedback yang akan mengubah
perlakuan jika asesor, dalam hal ini SOP, menunjukkan kebutuhan untuk berubah
adalah Anggaran.

Pada kasus usaha Teh Poci, disebutkan bahwa apabila keuntungan dari
cost center yang terjadi karena penghematan cost membawa dampak negatif
terhadap keuntungan dari pusat produksi, yang artinya karena penghematan cost
menjadikan produk yang dihasilkan kualitasnya kurang baik, maka SOP dapat
melakukan penyesuaian dan memberi ketetapan untuk menaikkan standar kualitas
produk dan menaikkan cost untuk produksi. Feedback atau umpan balik dari
adanya penyesuaian ini adalah berupa anggaran yang lebih tinggi.

4. Jaringan Komunikasi

Merupakan alat yang meneruskan informasi dari detektor ke asesor dan


dari asesor ke efektor. Pada kasus usaha waralaba Teh Poci, penganggaran
dilakukan oleh Manajemen Menengah atau middle management, penyusunan
SOP dilakukan oleh TOP manajemen, dan laporan realisasi anggaran disusun oleh
manajemen tingkat bawah. Sehingga, saat menyebutkan jaringan komunikasi,
artinya secara tidak langsung merupakan alat yang menghubungkan Top, middle,
dan lower management. Dan yang menjadi alat penghubung ketiganya adalah
laporan realisasi anggaran. Melalui laporan realisasi anggaran yang disusun oleh
manajemen tingkat bawah ini dapat diketahui apakah perusahaan mengalami
keuntungan atau tidak dari sisi cost yang dikeluarkan. Laporan realisasi anggaran
juga memberikan informasi apakah kedepannya anggaran perlu dikurangi atau
ditambah. Oleh sebab itu, laporan realisasi anggaran merupakan jaringan
komunikasi yang tepat untuk menghubungkan detektor, asesor, dan efektor dalam
kasus usaha waralaba Teh Poci.

III. Anggaran
1) Anggaran

Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah

Teh Poci 90 Bungkus Rp 450 Rp 40.500


Gula Pasir 15 Kg Rp 15.000 Rp 225.000
Bubuk Perasa (9 varian) 0,5 Paket Rp 730.000 Rp 365.000
Cup Teh Poci 2100 Buah Rp 900 Rp 1.890.000

Rp 2.567.750
Biaya Tenaga Kerja 1 Orang Rp 500.000 Rp 500.000
Rp 3.067.750

2) Realisasi
Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah

Teh Poci 150 Bungkus Rp 450 Rp 67.500


Gula Pasir 30 Kg Rp 15.000 Rp 450.000
Bubuk Perasa (9 varian) 1 Paket Rp 730.000 Rp 730.000
Cup Teh Poci 2100 Buah Rp 1.000 Rp 2.100.000

Rp 3.473.500
Biaya Tenaga Kerja 1 Orang Rp 700.000 Rp 700.000
Rp 4.173.500

IV. Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, diperoleh bahwa cost pabrikasi


dari waralaba teh poci yang dikelolan oleh mbak Wahyu adalah favourable.
Artinya dari segi cost center khususnya cost pabrikasi, karena dalam hal ini mbak
wahyu tidak menghitung cost lain, adalah menguntungkan. Dimana, selisih antara
total anggaran dan total realisasi adalah 26.45% lebih rendah dari anggarannya.

Dari hasil analisa tersebut dapat diketahui bahwa pihak manajemen tingkat
atas yaitu PT Poci Kreasi Mandiri tidak melakukan perencanaan biaya dengan
baik, karena selisih realisasi mencapai 26.45% lebih rendah dari yang
dianggarkan.

V. Rekomendasi

Perlu diketahui bahwa dalam kasus waralaba teh poci, cost pabrikasi yang
favourable tidak sepenuhnya menunjukkan bahwa unit usaha berjalan dengan
baik, justru sebaliknya. Karena dengan realisasi yang lebih rendah, artinya dalam
hal penjualan, unit usaha tidak mampu menjual sesuai dengan apa yang telah
ditargetkan. Sehingga beberapa hal yang menjadi rekomendasi bagi waralaba teh
poci yang dikelola oleh mbak Wahyu, antara lain :

1. Perlunya dilakukan pengiklanan. Manajemen regional sebelumnya


tidak menganggarkan biaya iklan, karena pada standar operasional
prosedur memang tidak diperlukan pengiklanan. Hanya saja, dalam
kasus beberapa waralaba, khususnya unit usaha milik mbak Wahyu
dalam hal ini perlu melakukan pengiklanan supaya usahanya dapat
lebih dikenal dan mampu menjual sesuai dengan target yang telah
ditetapkan
2. Perlu adanya biaya insentif. Secara teori dalam manajemen strategi,
insentif dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas usaha yang
dilakukan oleh staff untuk meningkatkan penjualannya. Dalam hal ini,
untuk memacu semangat penjual agar dapat memenuhi volume
penjualan, manajemen tingkat bawah yaitu pemilik waralaba bisa
mengusulkan pada manajemen tingkat menengah untuk
menganggarkan biaya insentif.
VI. Referensi
Sumber Wawancara Langsung
Wawancara langsung kepekerja franchise, Mbak Wahyu

Anda mungkin juga menyukai