Oleh
Kelompok 10
Bernadetha Dini N 1614131109
Dea Diska Ramadhan 1614131054
Desti Yuliatami 1614131046
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang sangat tinggi,
sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya maupun
ekologi. Namun, seiring dengan bertambah jumlah penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi
nasional, desakan akan kebutuhan papan, berdampak terhadap sumber daya hayatisemakin
meningkat. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
disebutkan pengertian hutan adalah sebagai berikut :“Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumber daya alamhayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan”.
Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung dari keberadaan
hutan di antaranya adalah kayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa. Sedangkan manfaat tidak
langsungnya adalah berupa jasa lingkungan, baik sebagai pengatur tata air, fungsi estetika,
maupun sebagai penyedia oksigen dan penyerap karbon. Kerusakan hutan, perubahan iklim
dan pemanasan global, menyebabkan manfaat tidak langsung dari hutan berkurang, yaitu
karena hutan merupakan penyerap karbon terbesar dan memainkan peranan yang penting
dalam siklus karbon global dan dapat menyimpan karbon sekurang kurangnya 10 kali lebih
besar dibandingkan dengan tipe vegetasi lain seperti padang rumput, tanaman semusim dan
tundra (Ariefo, 2001).
Sementara itu peranan pohon-pohon dalam komunitas hutan semakin sulit dipertahankan
mengingat tekanan masyarakat terhadap kelompok tumbuhan dari waktu ke waktu terus
meningkat. Berkaitan dengan hal tersebut, pengetahuan serta penelitian melalui
pengungkapan data cadangan karbon pada beberapa tempat yang berbeda perlu dilakukan
untuk memberi gambaran mengenai kondisi dan potensi kawasan hutan, baik itu hutan alam
maupun hutan tanaman. Oleh karena itu, informasi mengenai cadangan karbon dari berbagai
tipe hutan, jenis pohon, jenis tanah dan topografi di Indonesia sangat penting terutama
informasi yang bersifat terbaru. Selama ini perhatian khusus terhadap nilai pentingnya
keberadaan hutan bagi masyarakat sangat kurang. Hutan selalu identik dengan bank-hidup
yang mampu memberikan keuntungan dan kepuasan ekonomi diantaranya dalam bentuk
uang tunai. Hal ini sangat mencolok dalam perubahan pola kehidupan masyarakat sekitar
hutan. Hutan memberikan kontribusi besar baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari rumah tangga atau sumber penghasilan dalam bentuk uang tunai. Masyarakat secara
teknis sudah mampu untuk memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan kayu maupun hasil
hutan bukan kayu.
B. Tujuan
A. Carilah data dengan studi pustaka atau dengan pengamatan langsung di lapangan
bagaimana kondisi sumberdaya hutan di Indonesia
Jawab :
Indonesia diberkahi dengan hutan-hutan tropis terluas dan beragam hayati di dunia.
Puluhan juta rakyat Indonesia secara langsung bergantung pada hutan-hutan ini untuk
kehidupan mereka, entah itu mengumpulkan hasil hutan untuk kebutuhan sehari-hari atau
bekerja di sektor pengolahan kayu. Hutan-hutan ini adalah rumah bagi banyak flora dan
fauna yang tak tertandingi di negara dengan ukuran yang sebanding manapun. Bahkan saat
ini, hampir setiap ekspedisi ilmiah yang dilakukan di hutan tropis Indonesia kembali
dengan penemuan spesies baru.
Namun tragedi sedang berlangsung di Indonesia. Negara ini sekarang berada pada pusat
perhatian dunia, dengan kemarahan domestik dan internasional atas kerusakan yang
merajalela pada sumber daya alam yang besar. "Keajaiban ekonomi" di Indonesia dari
tahun 1980-an dan 1990-an ternyata telah didasarkan, sebagiannya, pada kehancuran
ekologis dan penyalahgunaan hak dan adat istiadat masyarakat setempat. Sebagai contoh,
salah satu sektor yang paling cepat berkembang di negara itu, industri pulp dan kertas,
belum mendirikan perkebunan yang diperlukan untuk menyediakan pasokan yang cukup
dari kayu pulp. Sebaliknya, penghasil pulp sebagian besar bergantung pada pembukaan
hutan alam. Perekonomian tersebut dipenuhi oleh pelanggaran hukum dan korupsi.
Penebangan liar telah merajalela selama bertahun-tahun dan diyakini telah menghancurkan
sekitar 10 juta hektar hutan. Industri pengolahan kayu di Indonesia beroperasi di
ketidakjelasan hukum, dimana perusahaan-perusahaan besar yang---sampai krisis ekonomi
tahun 1997---menarik miliaran dolar investasi dari Barat, memperoleh lebih dari setengah
pasokan kayu dari sumber-sumber ilegal. Kayu secara rutin diselundupkan melintasi
perbatasan ke negara-negara tetangga, membuat jutaan dolar pendapatan pemerintah
Indonesia hilang setiap tahunnya.
Kesulitan mendapatkan data dirasa sangat besar, namun laporan ini dibuat untuk
memenuhi kebutuhan itu. Laporan ini memberikan ringkasan yang komprehensif tentang
skala dan laju perubahan yang memengaruhi hutan Indonesia dan mengidentifikasi
kekuatan dan para pelaku yang menyebabkan deforestasi. Forest Watch Indonesia dan
Global Forest Watch telah mengumpulkan data resmi terbaik yang tersedia beserta laporan
dari pemerhati lingkungan di lapangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Berapa banyak hutan Indonesia yang tersisa, dan berapa banyak yang telah hilang selama
50 tahun terakhir?
Apa kekuatan pendorong utama di belakang deforestasi, dan siapa yang merupakan pelaku
utama?
Mengingat kondisi politik dan ekonomi saat ini di Indonesia, bagaimana prospek reformasi
kebijakan kehutanan?
Temuan kami tidak menyediakan dasar untuk optimisme yang cukup kuat, meskipun
tanda-tanda yang jelas dari perubahan di Indonesia.
Donor bilateral dan multilateral utama sekarang bekerja secara aktif dengan pemerintah
Indonesia untuk mengembangkan strategi dan rencana aksi untuk melakukan reformasi.
Kementerian Kehutanan Indonesia berkomitmen untuk menerapkan tindakan spesifik di
tingkat nasional dan baru-baru ini mengesahkan rencana berskala besar untuk memerangi
penebangan liar.
Namun walaupun reformasi kebijakan saat ini berhasil, sangat jelas bahwa Indonesia
berada dalam masa transisi dari negara yang kaya akan hutan ke negara yang miskin akan
hutan, seperti yang telah terjadi di Filipina dan Thailand.
Jutaan hektar bekas hutan sekarang tertutup sisa-sisa hutan yang telah terdegradasi, semak
belukar, dan rumput alang-alang disana-sini. Dengan hilangnya hutan, Indonesia
kehilangan keanekaragaman hayati, pasokan kayu, pendapatan, dan jasa ekosistem.
Lahan hutan yang rusak dapat ditanami kembali dan dikelola oleh manusia untuk
menyediakan kayu, hasil kebun, buah-buahan, dan produk-produk non-kayu lainnya. Jasa
ekosistem seperti pengaturan air tawar dan retensi tanah dapat dikembalikan. Bagian dari
tragedi di hutan Indonesia adalah bahwa saat ini program hutan tanaman industri dan
sistem konversi hutan ke perkebunan belum memberikan kontribusi untuk pengelolaan
hutan yang berkelanjutan dan justru mempercepat deforestasi.
Secara resmi, keputusan dalam sektor kehutanan tidak lagi berorientasi pada pembukaan
dan konversi lahan tetapi, dalam kenyataannya, pembukaan dan konversi masih terus
dipraktekkan. Sistem ini harus direstrukturisasi dengan mengharuskan pembangunan
perkebunan baru di wilayah lahan kritis yang sudah tersedia untuk penanaman. Persyaratan
ini harus ditegakkan. Indonesia berada di persimpangan jalan di mana banyak sumber daya
alam yang telah hancur atau rusak, tapi masih banyak juga yang terjaga. Pengembangan
lahan perkebunan untuk memasok kayu dan ekspor tanaman berharga adalah bagian
penting dari strategi ekonomi negara.
Dalam tahun-tahun mendatang, jalan termudah adalah dengan terus mengizinkan operasi
penebangan dan perkebunan - dan membiarkan semakin banyak tanah disia-siakan seiring
pengembangannya -- dan kemudian terus merambah ke hutan-hutan alam yang tersisa, dan
memberikan keuntungan bagi pengembang dengan profit besar secara cuma-cuma. Jalan
yang lebih sulit namun berkelanjutan adalah merebut kembali lahan yang saat ini
menganggur dan melestarikan hutan primer yang masih tersisa. Enam puluh empat juta
hektar hutan telah ditebang selama 50 tahun terakhir. Tidak ada pembenaran ekonomi
maupun etika untuk membiarkan 64 juta hektar lagi hilang selama 50 tahun ke depan.
Sumber daya hutan merupakan sumber daya alam yang sangat erat keterkaitannya dengan
lingkungan hidup, baik secara fisik maupun sosial budaya. Kerusakan sumber daya hutan
dapat berdampak pada kerusakan iklim, kerusakan sungai dan kerusakan lingkungan hidup
manusia. Oleh karena itu dalam pengelolaan sumber daya hutan tidak terlepas dari
pengelolaan sumber daya alam secara komprehensif dan berkelanjutan. Pengelolaan
sumber daya hutan yang berkelanjutan harus mempertimbangkan berbagai aspek yaitu
aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan, agar pengelolaan sumber daya hutan yang
berkelanjutan tersebut dapat dilakukan dan berhasil dalam mewujudkan kelestarian sumber
daya hutan dan meningkatkan kesejahteraan manusia.
D. Jika anda sebaga pembuat kebijakan bagaimana tanggapan dan kebijakan yang
anda keluarkan tentag pembalakan liar
Jawab :
Pendapat saya tentang penebangan liar atau pembalakan liar itu sangat tidak baik, karena
disaat orang menebang pohon secara liar, menyebabkan tanah tidak bisa menyerap air saat
hujan dan akan menyebabkan hilangnya plasma nutfah, menurunnya fungsi ekologi, dan
ekosistem sebuah kawasan. Hutan adalah sebuah ekosistem yang saling bertautan erat
antara flora, fauna, dan lingkungan dalam rupa tanah , air, dan udara yang saling
menghidupi.
Jika saya membuat kebijakan untuk pembalakan liar yaitu kebijakan untuk memberantas
pembalakan liar. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan frekuensi dan luasan
pembalakan liar. Arah kebijakan tersebut meliputi :
1. Peningkatan instrumen penegakan hukum
2. Peningkatan efektivitas penegakan hukum
3. Peningkatan efektivitas dan kualitas pengelolaan hutan
III. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan “Sumber Daya Alam Kehutanan” ini adalah sebagai
berikut :
1. Hutan di Indonesia saat ini sangatlah memperhatikan dan dalam keadaan yang kritis luasnya
karena terus mengalami penyusutan setiap tahunnya karena adanya alih fungsi hutan menjadi
perkebunan kelapa sawit, permukiman, dan lain-lain.
2. Sumber daya hutan merupakan sumber daya alam yang sangat erat keterkaitannya dengan
lingkungan hidup, baik secara fisik maupun sosial budaya. Pengelolaan sumber daya hutan
yang berkelanjutan harus mempertimbangkan berbagai aspek yaitu aspek ekonomi, sosial
budaya dan lingkungan, agar pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan tersebut
dapat dilakukan dan berhasil dalam mewujudkan kelestarian sumber daya hutan dan
meningkatkan kesejahteraan manusia.
3. Adanya kebijakan progrram hutan kemasyarakatan atau HKm sangat baik. Hal ini dapat
dilihat bahwa adanya program ini dapat memberdayakan masyarakat dan menuntaskan
kemiskinan, karena program ini membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat banyak.
4. Kebijakan-kebijakan yang akan kami buat untuk mengatasi masalah pembalakan liar yaitu
kebijakan untuk memberantas pembalakan liar. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan
frekuensi dan luasan pembalakan liar. Arah kebijakan tersebut meliputi :
4. Peningkatan instrumen penegakan hukum
5. Peningkatan efektivitas penegakan hukum
6. Peningkatan efektivitas dan kualitas pengelolaan hutan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Kantor Menteri
Negara Sekretaris Negara Republik Indonesia. Jakarta.
Achmalidi, Restu dkk. 2001. Potert Keadaan Hutan Indonesia. Forest Watch Indonesia dan
Washington D.C. Global Forest Watch. Bogor.